Anda di halaman 1dari 11

ILMU HUKUM DAN PERKEMBANGANYA

(KAJIAN KHUSUS HUKUM NORMATIF)

Imam Mahdi*
Dosen IAIN Bengkulu
Email: i.mahdi15@yahoo.co.id

Abstract: The main aim in this paper is to determine the specificity of the nature of the science of law (being
suigeneris) and the development of the jurisprudence of the various schools that dominate the priodesasi
the development of science in general. Besides, it is also about schools posistisme studied law which is still
to be the center of various legal studies, although these schools has been criticized by experts, especially
after the emergence of the theory of relativity sebagaiman effect on natural sciences (exact). Indonesia
actually embrace pluralism in the law, but in practice dominated by the understanding of legal positivism.
This understanding on the one hand a major contribution to the establishment of law in Indonesia, especially
in relation to the legal hierarchy. In another section of this paper provides a practical overview of normative
law as a form of research with various ragaan easily understood. It mainly deals with issues or legal problems
that should be put forward by the applicant in determining the design of the studies law.
Keywords: Legal Studies, Development Studies, Science, majoring in legal, normative research methods.

Abstract: Maksud utama dalam penulisan ini adalah untuk mengetahui sifat kekhususan ilmu hukum
(suigeneris) dan perkembangan ilmu hukum dari berbagai mazhab yang mendominasi pada priodesasi
perkembangan ilmu pada umumnya. Disamping itu dikaji pula tentang mazhab posistisme hukum yang
sampai sekarang masih menjadi kiblat dari berbagai kajian hukum, walaupun mazhab ini banyak dikritik
oleh para ahli, terutama setelah munculnya teori relativitas sebagaiman berlaku pada ilmu pengetahuan
alam (eksak). Di Indonesia sebenarnya menganut pluralism hukum, namun pada praktiknya didominasi oleh
paham positivism hukum. Paham ini pada satu sisi memberikan kontribusi besar terhadap pembentukan
hukum di Indonesia terutama dalam kaitannya dengan hirarki hukum. Pada bagian lain tulisan ini memberikan
gambaran praktis bentuk penelitian hukum normative sebagai dngan berbagai ragaan yang mudah dipahami.
Terutama berkaitan dengan isu-isu atau problem hukum yang harus dikemukakan oleh calon peneliti dalam
menentukan desain besar penelitian hukum.

Kata kunci: Ilmu Hukum, Perkembangan Ilmu, Kekhususan Ilmu hukum, metode penelitian normatif.

Pendahuluan dan 4) universal1. Demikian juga ketentuan ilmia


Perdebatan mengenai ilmu hukum semula menurut pandangan Harold Berman telah terpenuhi,
sebagai suatu ilmu pengetahuan (sains) atau bukan bahwa pengetahuan ilmiah harus memenuhi tiga
sudah selesai, karena ilmu hukum telah dapat perangkat kriteria, yaitu: (1) kriteria metodologikal,
memenuhi kriteria sebagai suatu ilmu, sama halnya dalam peristilahan metodologi, ilmu dalam arti
dengan ilmu-ilmu pengetahuan yang lain, ini dapat modern, merupakan seperangkat pengetahuan
dibuktikan bahwa unsur-unsur pengetahuan ilmiah yang terin-tegrasi yang lahir dalam konteksitas
yang menjadi syarat sebagai cabang ilmu yang dedukto-hipotetiko-verifikatif; (2) kriteria nilai, yaitu
dapat dikaji, diteliti dan dirumuskan sebagaimana substansi yang mengacu pada premis-premis ilai
ketentuan suatu pengetahuan ilmiah antara lain: obyektivitas, bebas pamrih (disinterestedness),
1) objektif, 2) mempunyai metode, 3) sistematis skeptis, toleransi, dan keterbukaan; (3) kriteria
sosiologikal, yang meliputi pembentukan komu-

* Penulis adalah dosen HTN (Siyasah) Program Pascasarjana 1


Lihat: H. Kaelan, Pendidikan Pancasila, (Yogyakarta:
IAIN Bengkulu Paradigma, 2010), hlm. 16

NUANSA Vol. IX, No. 2, Desember 2016 107


108 NUANSA Vol. IX, No. 2, Desember 2016

nitas ilmuwan, pentautan berbagai disiplin ilmiah, mengarah kepada suatu produk berupa perundang-
dan status sosial.2 undangan, maka seharusnya tetap mencermin-
Ilmu hukum pada perkembangan selanjutnya, kan dinamika interaksi kekuatan-kekuatan dalam
y a n g masih memerlukan pemahaman khusus, masyarakat. Jangan hukum itu mempertahankan dan
baik oleh ilmuwan bidang sosial maupun ilmuwan memaksakan suatu konstruksi yang bertentangan
hukum itu sendiri, karena ada pertanyaan yang dengan dinamika masyarakat.6
masih sering muncul dan harus dijawab secara Oleh karena itu, mempelajari hukum tidak
akademis, apakah Ilmu Hukum itu ilmu, jika ia cukup dengan mempelajari buku-buku hukum
sebagai ilmu, bagaimana metodologinya? Menurut atas mendengar selintas diskusi-diskusi tentang
Lasiyo, pertanyaan tersebut seyogyanya tidak hukum, apalagi mengomentari tentang ilmu hukum
sekedar dicari jawabnya secara instan, tetapi harus padahal sebenarnya hanya memahami hukum dari
dikaji dan dianalisis berdasarkan landasan pijak luarnya saja, Ahmad Ali mengatakan bahwa sering
yang kuat dan jelas dari aspek keilmuan.3 terjadi kesalahpahaman tentang hukum dikalangan
Perdebatan selanjutnya terutama dari segi masyarakat awan terutama menyangkut hal-hal
etimologinya terutama jika diterjemahkan secara seperti:
harpiah ke dalam bahasa Indonesia, maka akan 1. Kesalahpahaman mengidentikan hukum dengan
berbeda beda Pengertiannya, pertama: Dalam perundang-undangan, padahal hukum tidak
bahasa Belanda recht, dalam bahasa Jerman juga selalu identik dengan perundang-undangan,
disebut Recht, sedangan dalam bahasa Indonesia tetapi undang-undang hanyalah satu bagian
disebut Hukum4. Adanya juga yang menyebutnya yang sedemikian luas.
ius seperti dalam bahasa Latin, Sedangkan dalam 2. Kesalahpahaman pengidentikan ilmu hukum
arti yang kedua dalam bahasa Latin di sebut Lex, dan pengetahuan hukum padahal ilmu (legal
dalam bahasa Perancis droit, bahasa Perancis science, jurisprudence) tidak sama dengan
loi, bahasa Belanda wet, bahasa Jerman Gesetz, pengetahuan hukum (legal knowledge).7
untuk kata-kata ini jika di Indonesiakan lebih tepat
Menurut Philipus M. Hadjon, ilmu hukum
dimaknai dengan Undang-Undang, Kata “law” di
memiliki karakter yang khas, yaitu sifatnya yang
dalam bahasa yaitu aturan-aturan yang dibuat oleh
normatif, praktis, dan preskriptif. Karakter yang
para raja-raja Anglo-Saxon yang telah dikodifikasi
demikian menyebabkan sementara kalangan yang
(dibukukan). Di Inggris juga dikenal juga istilah legal
tidak memahami kepribadian ilmu hukum itu mulai
science jika di Indonesiakan tepatnya adalah ilmu
meragukan hakikat keilmuan hukum. Keraguan
tentang aturan perundang-undangan, di Indonesia
tersebut dikarenakan dengan sifat yang normatif
ilmu perundang-undangan justru bagian dari ilmu
ilmu hukum bukanlah ilmu empiris.8
hukum, dan berkembang juga menjadi teknik
perundang-undangan dan bahkan sekarang lebih Untuk itu penulis mencoba menganalisinya
populer dengan istilah legal drafting. Jika mengarah dari segi kekhususan (sui generis), melalui tulisan
demikian makan tidak sesuai lagi dengan makna ini mudah-mudahan bagi orang yang tertarik
yang sebenarnya yang dipahami oleh masyarakat mempelajari hukum agar ada sedikit gambaran
tentang hukum. 5 Walaupun hukum itu sudah tentang bangunan ilmu hukum itu, walaupun tulisan
ini hanya membahas dari pandangan ilmu hukum
itu sendiri, semoga.
2
Titik Triwulan Tutik, Ilmu Hukum: Hakekat Keilmuannya
Ditinjau Dari Sudut Filsafat Ilmu Dan Teori Ilmu Hukum, Jurnal
ilmiah MIMBAR HUKUM Volume 24, Nomor 3, Oktober 2012,
Halaman 377 - 569
3
Lasiyo dalam M. Hadin Muhjad, dkk., ”Peran Filsafat seperti Antropologi hukum dan sosiologi hukum untuk mengkaji
Ilmu dalam Ilmu Hukum: Kajian Teoritis dan Praktis”,(Surabaya: hukum yang ada dimasyarakat.
6
Unesa University Press, 2003), hal. iii. Jeremy Bentham, Teori Perundang-undangan: prinsip
4
Kata hukum berasal dari bahasa Arab dan merupakan Legislasi, Hukum Perdata dan Hukum pidana, Bandung: Nuansa,
bentuk tunggal. Kata jamaknya adalah “Alkas”, yang selanjutnya 2006), hlm. 26.
diambil alih dalam bahasa Indonesia menjadi “Hukum” di dalam 7
Achmad Ali, Menguak Teori Hukum (Legal Theory Dan
pengertian hukum terkandung pengertian yang bertalian erat Teori Peradilan (Judicialprudence) Termasuk Interpretasi Undang-
dengan pengertian yang dpat melakukan paksaan. (Lihat: R. Undang (Legisprudence), Jakarta: Kencana Prenda Group, Cet. Ke-
Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, Cet. Ke- 2, November 2009, Hlm. 12
5, 2002), hlm. 24. 8
Philipus M. Hadjon, Pengkajian Ilmu Hukum Dogmatik
5
Secara sederhana masyarakat mengenal hukum adalah (Normatif), dalam “Yuridika”, Jurnal Hukum Universitas Airlangga
aturan dan harus ditaati oelah masyarakat, karena ada hukum Surabaya, No. 6 Tahun IX, November – Desember 1994, hlm. 1.
Imam Mahdi: Ilmu Hukum dan Perkembanganya 109

Pembahasan 3. Ilmu tentang kenyataan yang menyoroti hukum


1. Ilmu Hukum dan Perkembangannya sebagai prikelakuan dan sikap kita mencakup
a. Ilmu Hukum sosiologi hukum, antropolo!gi hukum, dan
fisiologi hukum.11
Ilmu hukum adalah Ilmu pengetahuan yang
mempelajari tentang hukum atau segala sesuatu Untuk memahmi ilmu hukum dapat digambar-
yang menyangkut tentang hukum, di dalam kamus kan dengan ragaan di bawah ini:
perpustakaan hukum bahwa ilmu hukum selalu
berkaitan dengan nama-nama seperti: Jurisprudence,
yang berasal dari kata Jus, Juris, yang artinya
hukum atau hak, dan kata Prudence, berarti me-
lihat kedepan atau mempunyai keahlian, dan arti
umum Jurisprudence adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari ilmu hukum9.
Sajtipto Rahardjo yang mengutip pendapat
Curzon, memberikan gambaran begitu luas kajian Sumber: diolah sendiri12

ilmu hukum, dan pada tulisan ini akan dikutip


beberapa pendapat saja, sekedar untuk menyatakan Dalam perkembangan selanjutnya ilmu hukum
bahwa keluasan kajian ilmu hukum tersebut, antara juga dapat dilihat dari segi ilmu Pengetahuan, maka
lain: ilmu hukum tersebut dapat dikelompokan dalam
1. Ilmu hukum adalah pengetahuan mengenai pengkajiannya meliputi:
masalah yang bersifat surgawi dan manusiawi, 1. Subyek hukum;
pengetahuan tentang apa yang benar dan yang 2. Obyek hukum;
tidak benar (Ulpian);
3. Persitiwa hukum;
2. Ilmu yang formal tentang hukum positif
4. Perbuatan hukum;
(Holland);
5. Hubungan hukum;
3. Sentesis ilmiah tentang asas-asas yang pokok
dari hukum; 6. Akibat hukum, dan
4. Penyelidikan oleh para ahli hukum tentang 7. Masyarakat hukum.13
norma-norma, cita-cita dan teknik-tekni Sedangkan jika hukum ditinjau dari sudut
hukum dengan menggunakan pengetahuan filsafat, istilah ilmu (science) menyandang dua
yang diperoleh dari berbagai disiplin di luar makna, yaitu sebagai produk dan sebagai proses.
hukum yang mutahir (Stone) Sebagai produk, ilmu adalah pengetahuan yang
5. Ilmu hukum adalah nama yang diberikan kepada sudah terkaji kebenarannya dalam bidang tertentu
suatu cara untuk mempelajari hukum, suatu dan tersusun dalam suatu sistem. Teori hukum
penyelidikan yang bersifat abstrak, umum dan memandang, bahwa ilmu hukum memiliki karakter
teoritis, yang berusaha untuk mengungkapkan yang khas (suigeneris), yaitu sifatnya yang normatif.
asas-asas yang pokok dari hukum dan system Ilmu hukum termasuk kedalam kategori ilmu
hukum (Fitzgerald).10 humaniora, seni, bahkan memiliki keterkaitan
dengan filsafat dan sastra, dengan demikian dapat
Sedangkan Menurut Purbacaraka dan Soerjono
dibedakan dengan bidang-bidang ilmu alam dan
Sokanto ilmu hukum merupakan:
ilmu sosial.
1. Ilmu hukum mencakup ilmu tentang kaidah
Ciri yang demikian menyebabkan sementara
atau norma yaitu ilmu yang menelaah hukum
kalangan yang tidak memahami karakteristik ilmu
sebagai kaidah dengan dokmatik hukum dan
sistematik hukum.
11
Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto, Perihal Kaidah
2. ilmu tentang pengertian’pengertian hukum Hukum, (Bandung: Penerbit Citra Aditya Bakti, 1993), hlm. 10.
seperti subyek hukum, kejadian hukum, 12
Liahat: J. Van Apeldorn yang membagi ilmu hukum terdiri
dari: 1. Sosiologi hukum, Sejarah Hukum, dan Perbandingan
danperistiwa hukum.
Hukum, sedangkan WLG. Lemaire mebagi ilmu hukum seperti: 1.
Ilmu Hukum Positif, 2. Perbandingan hukum, 3. Sosiologi hukum
dan Sejarah Hukum. Sedangkan Sajtipto rahardjo memasukan
9
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, (Bandung: Penerbit PT. Politik hukum dan Filsafat hukum selain apa yang disebutkan
110 NUANSA Vol. IX, No. 2, Desember 2016

hukum meragukan hakekat keilmuan hukum. kepastian (law emfosment) dari pada kebutuhan
Keraguan itu disebabkan karena ilmu hukum lebih hukum bagi masyarakat, agar tercipta perlindungan
bersifat normatif ketimbang empiris dan obyek dan keadilan. Bahkan dengan dramatisisasi Hans
telaahnya berkenaan dengan tuntunan perilaku Kelsen mengeluarkan teori “hukum murni” artinya
dengan cara tertentu yang kepatuhannya tidak hukum tidak boleh dimasuki unsure-unsur di luar
sepenuhnya bergantung pada kehendak bebas hukum, termasuk unsur moral tidak bisa diadopsi
yang bersangkutan, melainkan dapat dipaksakan menjadi hukum, karena moral bukan hukum.
oleh kekuasaan publik. Ilmu hukum tetap diterima Bahkan John Austin sebagai tokoh utama aliran
sebagai ilmu dengan tetap menghormati karakter positivism mengatakan bahwa hukum sebagai
ilmu hukum yang merupakan kepribadian ilmu perintah dari otoritas yang berdaulat di dalam
hukum. Dengan demikian pengkajian ilmu masyarakat.17
hukum harus beranjak dari hakikat keilmuan Akan tetapi positivisme hukum sudah mulai
hukum, yang meliputi 2 (dua) aspek pendekatan, dikritik oleh gerakan yang dipelopori oleh aliran-
yaitu: pendekatan dari sudut falsafah ilmu, dan aliran baru hukum baik yang diilhami oleh hukum
pendekatan dari sudut pandang teori hukum 14. alam maupun aliran yang terlepas dari sandaran
kedua teori yang berlawanan tersebut, dan itu sudah
b. Perkembangan Hukum dan Ilmu Pengetahuan mulai Nampak pengaruhnya dalam perkembangan
selanjutnya. Seperti teori hukum yang dikemukakan
Perkembangan hukum bergerak tidak kalah
oleh Nonet dan Selzink yang membuat pencirian
cepat dengan perkembangan ilmu pengetahuan
hukum ke dalam tiga golongan, yaitu: 1. Hukum
(sains). 15 Hal ini dapat dikaji bahwa hukum
yang refresif, 2 hukum yang otonom dan 3. Hukum
tidak hanya sebagai suatu dogmatis yang hanya
yang responsive.18
memandang hukum sebagai aturan atau dogma
atau cara pandang sepihak dari sudut positivisme Secara terus menerus timbul keritikan terhadap
hukum, yang harus diterima apa adanya, namun hukum modern yang selalu mengarah pada
hukum berkembang sebagi suatu alternative yang kepastian hukum dan keinginan penguasa untuk
bisa mengikuti perkembangan masyarakat, sesuai mengatur tersebut, misalnya dari Critical Legal
kebutuhan di eranya. Studies (CLS), yang giat melakukan pertemuan
setiap tahun dari tahun 1977 sampai tahun 1982.
Hukum berkembang melalui serangkaian
Aliran pemikiran ini melakukan kritik tegas bahwa
proses penganalisaan dari berbagai aliran yang
hukum sebagai pelaksanaan-formalisme tidak
mendasarinya. Dimulai dari embrio pemahaman
sesuai dengan realitas yang ada19.
ilmu sosial dari para filsuf terkemuka di dunia
sampai pada ahli-ahli hukum yang mencetuskan Kemudian banyak pakar hukum yang melakukan
perkembangannya di abad ke-21 ini. Satu hal koreksi terhadap penerapan teori positivisme yang
yang perlu kita pahami pula bahwa ilmu hukum suatu saat akan diterapkan secara refresif dan
bukanlah ilmu statis yang tidak berkembang, karena memaksa tersebut, Thomas E. Davitt mengatakan
perkembangannya senantiasa ada sejalan dengan bahwa hukum menyoroti nilai, kewajiban dan hak
perkembangan masyarakat yang melingkupinya.16 manusia terkait kebutuhan-kebutuhan umum dan
bersama mereka. Hal-hal inilah yang membentuk
Perkembangan hukum modern pada dasarnya
isi hukum dan memberikan hukum tujuannya
adalah upaya meligitimasi keberadaan otoritas
penguasa untuk mengatur masyarakat, untuk itu
mka brkembanglah teori hukum positivism yang
bersifat dogmatis tadi, tokoh-tokoh positivisme 17
Ahmad Ali dan Wiwie Heryoni, Resep Hukum: sebuah
mendefinisikan hukum sebagai seperangkat aturan Bunga Rampai (Jakarta: Kencana Prenda Media Group, 2012)
hlm. 93. Implementasi Teori Hukum Murni menjadikan Hukum
yang di bentuk untuk mengatur manusia. Aliran ini lepas dari aras moral dan nilai-nilai Agama. Misal Putusan vonis
berkembang beratus-ratus tahun dan mendominasi penjara terhadap nenek tua pencuri buah kakao adalah benar
sesuai logika hukum, karena tindakanya memenuhi unsur unsur
seluruh produk hukum yang mengutamakan
pidana, meskipun nurani kita berontak, untuk mengatakan tidak.
penomena ini menunjukan hukum tidak memberi ruang kepada
14
Titik Triwulan Tutik, Loc. Cit. moralitas maupun nilai metafisis, yang dianggapnya sebagai unsur
15
Anton F. Susanto, Ilmu Hukum non Sistematik: Fondasi non-yuridis (Faizal Surya, Paradigma (ilmu) Hukum Profetik, http://
Filsafat Pengembangan Ilmu Hukum Indonesia, (Yogyakarta: www.academia.edu, diakses 9 Desember 2016).
18
Genta Publishing, 2010), hlm. 186 Sajtipto Rahardjo, Hukum dan Perubahan Sosial: Suatu
16
Sejarah Perkembangan Ilmu Hukum dari Hans Kelsen, Tinjauan Teoritsi Serta Pengalaman-pengalaman di Indonesia
Imam Mahdi: Ilmu Hukum dan Perkembanganya 111

yang paling utama.20 Akan tetapi Indonesia sebagi walaupun perkembangan selanjutnya tidak ada
Negara yang mengalami masa suram yang cukup lagi peristiwa seperti itu yang akan disidangkan
lama karena dijajah oleh Belanda yang menganut oleh hakim, bukan karena pasal tersebut dicabut
system hukum positip, bercorak eropa continental, tetapi ada Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA)
sulit sekali bagi bangsa Indonesia untuk lepas dari No. 02 Tahun 2012 tentang Penyesuaian Batasan
system tersebut, walaupun sebenarnya sebelum Tindak Pidan Ringan dan jumlah denda dalam
bangsa barat tersebut datang ke nusantara hukum KUHP, sebagaimana diatur dalam Pasal 1. Kata-
adat telah ada dan kemudian hukum Islam juga kata “dua ratus lima puluh rupiah” dalam pasal
berkembang seiring dengan perkembangan agama 354, 373,379,384, 4O7 dan pasal 482 KUHP dibaca
Islam itu sendiri. Dengan demikian kecenderungan menjadi Rp 2.500.000,00 (dua juta lima ratus ribu
untuk memakai hukum tertulis masih tetap rupiah);
berlaku, walaupun secara formal tetap menganut Dengan demikian bahwa positivisme hukum
pluralisme hukum. Sebagaimana dikemukakan oleh di Indonesia tetap berjalan, hanya saja ada
Daniel S. Lev yang dikutip oleh Hamdan Zulva, perubahan ketentuan penyesuaian denda seperti
mengemukakan: diatur dalam Pasl 1 PERMA tersebut. Demikian
Setelah masuk penjajah Belanda membawa juga dalam dalam hukum positif lainya seperti
hukumnya sendiri yang sebagian besarnya tetap saja mengedepankan hukum tertulis yang
merupakan konkordansi dengan hukum yang dibuat oleh penguasa seperti dikemukakan
berlaku di Belanda yaitu hukum tertulis dan oleh Theo Hujibers bahwa Hukum berasal dari
perundang-undangan yang bercorak positivis. negara dalam arti hukum berasal dari negara
Walaupun demikian Belanda menganut politik yang berkuasa dalam negara, yaitu pemerintah.
hukum adat (adatrechtpolitiek), yaitu membiarkan Pemerintah mengatur kehidupan masyarakat
hukum adat itu berlaku bagi golongan masyarakat melalui politiknya. Karenanya pemerintah
Indonesia asli dan hukum Eropa berlaku bagi melalui politiknya menjadi sumber hukum24.
kalangan golongan Eropa yang bertempat tinggal Ilmu pengetahuan secara umum terus me-
di Indonesia (Hindia Belanda). Dengan demikian ngalami perkembangan dari waktu ke waktu.
pada masa Hindia Belanda berlaku pluralisme Perkembangannya semakin cepat seiring dinamika
hukum. Perkembangan hukum di Indonesia kehidupan yang semakin kompleks. Munculnya
menunjukkan kuatnya pengaruh hukum kolonial berbagai fenomena baru secara simultan menjadi
dan meninggalkan hukum adat.21 tantangan yang harus direspon secara kreatif dan
Di dalam parktik penyelenggraan hukum di produktif.
Indonesia tetap mendahulukan hukum positif Komunitas ilmiah telah menyadari atau me-
yang tertulis tersebut, sebagaimana banyak kasus miliki kesadaran bahwa paradigma yang satu ini
yang pernah mencuat di akhir-akhir ini, dimana kian rapuh untuk menghadapi tantangan global,
hati nurani penggiat hukum tersentuh atas kasus sehingga munculah paradigm baru, misalnya
yang mnimpa nenek Mirna yang diputus oleh pada awal abad ke-20, manusia terkagum-kagum
hakim bersalah karena mencuri 3 buah kakao di dengan teori newton dalam memahmi sesuatu
perkebunan milik PT Rumpun Sari Antan (RSA) seacra materialism ilmiah, dan dapat diukur dengan
akan menjadikannya sebagai pesakitan di ruang pasti sesuai dengan hukumnya. Ternyata penelitian
pengadilan. Bahkan untuk perbuatannya itu dia selanjutnya justru bertolak belakang dengan teori
diganjar 1 bulan 15 hari penjara dengan masa newton dan kaum Newtonian, sehingga disimpulkan
percobaan 3 bulan.22
Nenek Mirna dihukum karena sebuah pasal nilai barang yang bisa diperkarakan sudah sudah usang atau tidak
yang sudah usang, peninggalan Belanda yakni Pasal pernah direvisi (updated) sejak tahun 1960 sehingga perbuatan
yang tidak menimbulkan bahaya terhadap individu/publik atau
362 KUHP yang juga sampai saat ini masih ada23, tidak ada bahaya sosialnya tetap bisa dijerat. Kedua, kasus Min
sekilas memang kelihatan remeh temeh (hanya tiga kakao) tetapi
20
Thomas E. Davitt, Nilai-Nilai Dasar di Dalam Hukum: sesungguhnya dibalik itu sarat dengan perselisihan paradigma
penerjemah Yudi santoso (Yogyakarta: Fallmal, 2012) hlm. 41 sehingga mudah terjadi ketegangan antara tuntutan kepastian
21
Daniel S. Lev, Hukum Dan Politik di Indonesia, hukum dengan keadilan. Permasalahannya; Apakah putusan
Kesinambungan dan Perubahan, Cet. I, LP3S, (Jakarta, 1990) hakim telah mengakomodasi nilai keadilan dengan menemukan
hlm. 438. kebenaran materiil dalam kasus hard case. (Widodo Dwi Putro,
22
Mencuri 3 buah kakao, nenek Mirna dihukum 1 bulan 15 Mencari kebenaran materiil dalam “Hard Case” pencurian tiga
hari. (https://news.detik.com), diakses 9 Desember 2016 buah kakao: Jurnal Yudisial, Vol-III/No-03/Desember/2010)
23 24
112 NUANSA Vol. IX, No. 2, Desember 2016

bahwa sebenarnya tidak ada yang pasti dalam pada teori Hans Kelsen). Selain berjenjang dan
dunia ilmu pasti, segala sesuatu dalam relaitas bertingkat norma hukum menurut Hans Nawiasky
akan selalu tetap menjadi probabilitas sehingga juga berkelompok, dimana pengelompokannya
apapun boleh terjadi, dan inilah yang disebut teori sebagai beriku:
relativitas.25 Ternyata bukan itu saja perkembangan Kelompok I : Norma Dasar/Fundamental Negara
ilmu pengetauan mencapai derajat yang paling (Staatsfundamentalnor)
tinggi dan memudahkan kehidupan manusia
Kelompok II : Aturan Pokok Negara
sekaligus juga berdampak dalam kehidupan.
(Staatsgrundgesetz)
Menurut Anton F. Susanto bahwa positivisme
hukum mendapat kritikan karena dianggap tidak Kelompok III : Undang-Undang Formal (Formell
mampu lagi mengakomodasi pluralitas kearifan Gesetz)
lokal, bahkan ada kecenderungan, hukum dalam Kelompok IV: Aturan Pelaksana/Aturan Otonom
paradigm positivisme menindas hukum lokal dan (Verordnung & Autonome Satzung28
atau menjadi beban masyarakat lokal26. Indonesia termasuk Negara yang beruntung
Akan tetapi jika melihat secara jernih dalam telah berhasil meletakan norma dasar (Grundnorm)/
positivisme hukum sebagaiman diajarkan oleh tokoh Fundamental Negara (Staatsfundamentalnor),
berikutnya yakni Hans Kelsen yang mengemukan dan tentunya sudah menjadi consensus untuk
Teori norma hukum berjenjang dan berkelompok menjadikan Pancasila sebagai sumber dari segala
(die theorie vom stufenordung der rechtsnormen) sumber hukum dalam kehidupan berbangsa dan
Hans Nawiasky ini jika diproyeksikan ke Norma bernegara, norma hukum pokok serta disebut pokok
hukum yang berlaku di Indonesia maka akan kaidah fundamental daripada suatu negara itu
diperoleh pengelompokan hirarki sebagai berikut: dalam hukum mempunyai hakikat serta kedudukan
1. Norma Dasar (Grundnorm)/Fundamental Negara yang tetap, kuat, dan tidak berubah bagi negara
(Staatsfundamentalnor) Indonesia adalah yang dibentuk.
Pancasila dan Pembukaan Undang Undang Dasar Jika demikian maka seluruh produk hukum
Negara Republik Indonesia (UUD NRI 1945). yang dibentuk oleh pemerintah harus selalu
Sehingga seluruh perundangan dibawahnya harus berdasarkan Pancasila dan nilai-nilai Pancasila wajib
merujuk ke norma dasar ini (Hans Kelsen), hukumnya dijadikan pangkal norma dalam seluruh
2. Aturan Pokok Negara (Statgrundgesetz) hirarki perundang-undangan. Oleh karena itu teori
Indonesia adalah batang tubuh UUD NRI 1945, Hans Kelsen dan Hans Nawiayasky, memberikan
TAP MPR RI dan Konvensi Ketatanegaraan, kontribusi besar dalam menjaga norma perundang-
undangan di Indonesia. Walaupun memang teori ini
3. Undang-Undang Formal (Formell Gesetz)
diangggap tidak memberikan tempat bagi kemajuan
Indonesia adalah Undang-Undang,
hukum Indonesia, menurut saya pendapat seperti ini
4. Aturan Pelaksana/Aturan Otonom (Verordnung sangat tendensius dan menganggap bahwa hukum
& Autonome Satzung) Indonesia adalah secara harus bebas menentukan bentuknya sesuai dengan
hirarkis mulai Peraturan Pemerintah, hingga kehendak masyarakat. namun disatu sisi dapat
keputusan Bupati/Walikota27. diajukan acuan agar pembentukan perundang-
Hans Nawiasky murid dari Hans Kelsen undangan di Indonesia terjaga dari segala unsur
telah meletakan dasar teori jenjang hukum yang yang bertentangan dengan Pancasila, dan setiap
ia kembangkan (die theorie vom stufenordung orang bisa mengontrolnya, dan telah terbukti bahwa
der rechtsnormen) norma hukum dari negara undang-undang yang bertentangan dengan UUD
berjenjang-jenjang dan bertingkat-tingkat, seperti 1945 sebagai penjabaran Pancasila dapat diajukan
anak tangga, dimana norma yang dibawah berlaku Permohonan penolakannya ke Mahkamah Konstitusi,
dan berdasar dari norma yang lebih tinggi, dan baik secara perorangan maupun kelompok, dan
norma yang lebih tinggi berdasar pada norma Pancasila sebagai Staatsfundamentalnor bersifat
tertinggi yang disebut norma dasar (Grundnorm plexibel terhadap perkembangan hukum dan
kebutuhan masyarakat yang semakin maju ilmu
25
pengetahunnya.
Teori Relativitas, adalah teori yang digagas oleh Fisikawan
Albert Einstein tahun 1905. Hukum juga mengiringi perkembangan ilmu
26
Lihat: Anton F. Susanto, Loc. Cit, hlm. 15-16.
27
Jimly Asshiddiqie. Teori Hans Kelsen Tentang Hukum.
Imam Mahdi: Ilmu Hukum dan Perkembanganya 113

pengetahuan, bahkan hukum kadang-kadang parallel yang seharusnya. Sekarang yang menjadi pertanyaan
dengan perkemabangan sains. Lalu diamana letak dengan karakter tersebut apakah metode ilmiah
titik singgung hukum dengan perkemabngan ilmu dapat diterapkan untuk ilmu hukum? Berdasarkan
pengetahuan? Ini dapat diilustrasikan sebagai berikut, paparan tersebut dapat disimpulkan, bahwa metode
Secara teoritis perkembangan ilmu pengetahuan ilmiah, yaitu logico-hypotetico-verivicative hanya
selalu mengacu kepada peradaban Yunani. Hal ini berlaku untuk keilmuan yang bersifat deskriptif,
didukung oleh beberapa faktor, di antaranya adalah yaitu dalam kerangka menjelaskan hubungan sebab-
mitologi bangsa Yunani, kesusastraan Yunani, akibat antara dua hal. Sedangkan sifat keilmuan
dan pengaruh ilmu pengetahuan pada waktu itu hukum adalah preskriptif. Dengan demikian, metode
yang sudah sampai di Timur Kuno. Terjadinya dan prosedur penelitian dalam ilmu-ilmu alamiah
perkembangan ilmu pengetahuan di setiap periode dan ilmu-ilmu sosial tidak dapat diterapkan untuk
ini dikarenakan pola pikir manusia yang mengalami ilmu hukum.31
perubahan dari mitos-mitos menjadi lebih rasional.29 Bagaimanapun juga, metode penelitian selalu
mencari titik–titik tolak yang pasti dan peraturan-
c. Metode Penelitian hukum peraturan penelitian yang diharapkan tentang
bagaimana suatu penelitian harus dilakukan supaya
Sebagaimana telah diuraikan di atas bahwa
dapat menghasilkan kesimpulan yang dapat diper-
perkembangan hukum mengikuti perkembangan
tanggungjawabkan (reliable) dan sahih (valid)32
sains, ternyata Pemerintah Indonesia walau-
pun sudah banyak dikritik tentang kelemahan Berbeda dengan jenis penelitian hukum
positivisme hukum bahkan ada yang mengatakan empiris, penelitian hukum normative memiliki
sebagai pengingkaran terhadap tradisi hukum asli kecenderungan dalam mencitrakan hukum sebagai
Indonesia, namun paham positivisme hukum tetap disiplin preskriptif di mana hanya melihat hukum
dipertahankan, untuk itu suka atau tidak suka dari sudut pandang norma-normanya saja, yang
penelitian hukum tetap harus mengakui keberadaan tentunya bersifat preskriptif. Dimana tema–tema
hukum positive tersebut dan ini harus dipahmi penelitiannya mencakup:
secara mendalam oleh para mahasiswa dan seluruh 1) Penelitian terhadap asas-asas hukum;
komponen yang bergerak di bidang hukum, dan 2) Penelitian terhadap sistematika hukum;
untuk itu penelitian hukum normatik dan bisa juga
3) Penelitian terhadap taraf sinkronisasi vertical
disebut teori hukum dogmatik semakin penting,
dan horizontal;
agar ada kontribusi dari semua pihak untuk
mengoreksi produk hukum yang dikeluarkan oleh 4) Perbandingan hukum; dan
pemerintah terlebih lagi sebagai rekomendasi agar 5) Sejarah hukum.33
pembentukan hukum sesuai dengan normanya. Perlu disadari ilmu hukum adalah ilmu
Penelitian ilmu hukum menurut Peter M. yang sangatlah kompleks, mulai dari kajiannya
Marzuki, dilakukan untuk mencari pemecahan filosofis, pengembangan keilmuannya baik teoritis
atas isu hukum yang timbul, hasil yang dicapai maupun praktis, sampai kepada wujud konkret
bukan menolak atau menerima hipotesis, melain- dari eksistesinya yang tidak lain didedikasikan
kan memberikan preskripsi mengenai apa yang kepada masyarakat berupa produk hukum, solusi
seyogyanya atas itu yang diajukan. Oleh sebab itu terhadap baik perkara hukum publik maupun
metode yang dipergunakan dalam mengkaji ilmu perkara hukum privat yang ditemukan sehari-
hukum juga memiliki perbedaan dengan metode hari di tengah masyarakat, bahkan tidak jarang
dalam mengkaji ilmu selain ilmu hukum, misalnya beraspekmultidimensi, atau dengan kata lainilmu
ilmu sosial maupun ilmu alamiah30. hukum tanpa dukungan ilmu-ilmulain terkadang
tidak mampu menyelesaikan permasalahan hukum
Perbedaan metode kajian terhadap ilmu
secaratuntas dan menyeluruh. Kajian hukum
hukum pada dasarnya, beranjak dari sifat dan
yang filosofis misalnya, diawali dengan sulitnya
karakter ilmu hukum itu sendiri, yaitu sifatnya
yang normatif, terapan dan preskriptif. Mengikuti
31
karakteristik keilmuan tersebut, ilmu hukum selalu Titik Triwukan Tutik, Op. Cit.
32
C.F.G. Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum di Indonesia
berkaitan dengan apa yang seyogianya atau apa
Penelitian Hukum di Indonesia pada Akhir Abad ke -20 (Bandung:
Penerbit Alumni, 1994), hlm. 108.
29 33
Anton F. Susanto, ibid, hlm. 165. Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum
30
114 NUANSA Vol. IX, No. 2, Desember 2016

mendefinisikan konsepsi hukum itu sendiri, tarik seperti ini adalah ilmu empirik yang berobjekkan
menarik antara pencapaian. hukum, jadi ilmu sosial yang memandang “hukum”
Dikatakan menarik, mengingat ketepatan, sebagai variabelnya.
relevansi, dan konsistesi pilihan metode dalam Banyak penelitian mahasiswa (khususnya
melakukan penelitian demi penelitian hukum akan mahasiswa Syari’ah IAIN Bengkulu, termasuk
sangat terkait dengan hasilnya, yang tentu saja program Pascasarjana), yang mngajukan proposal,
tujuannya akan bermanfaat/berguna bagi masyarakat nyaris tidak ada yang serius mendalam bidang
secara umum, seperti berupa karya ilmiah hukum, ilmu hukum, dan saya katakana bahwa itu adalah
putusan hukum, maupun dalam bentuk pendapat proposal mahasiswa diluar mahasiswa hukum dan
hukum dan Lain-lain, yang pada dasarnya semua itu tertarik kepada ilmu hukum, karena bangunan
merupakan produk karya tulis di bidang hukum yang penelitian hukum meraka adalah bangunan pe-
di dalamnya terkandung argumentasi dan penalaran nelitian ilmu-ilmu sosial. Hal ini tidak bisa disalah-
hukum dalam memecahkan permasalahan-per- kan seluruhnya kepada mahasiswa sebab selama
masalahan yang berkaitan dengan kasus hukum ini yang mengajar metode penelitian hukum adalah
konkret maupun yang berkaitan dengan pe- orang-orang yang tidak pernah mendalami hukum
ngembangan bidang keilmuan hukum itu sendiri, secara komprehinsip, dan beranggapan bahwa
dimana dalam penyajiannya antara produk hukum ilmu hukum sama halnya dengan ilmu sosial lainya
satu dengan yang lainnya membutuhkan metode seperti ilmu ekonomi, ilmu pendidikan dan mungkin
yang khas atau tersendiri. Meskipun, bagi sebagian juga ilmu politik36.
penstudinya hal ini justru membingungkan bahkan Penelitian ilmu hukum seharus berkaitan dengan
cenderung ada yang bersikap skeptis, sehingga tidak tata nilai (norma), ternayat penelitian mahasiswa
terlalu menghiraukan atau tidak menaruh perhatian hukum hanya sebatas penelitian ilmu sosial, yang
terhadap hukum dan metode penelitian kajiannya34. diberi variable hukum, Padahal jelas bidang keahlian
Bahwa calon-calon sarjana hukum mulai hukum diorientasikan untu mengisi lembaga per-
sekarang dalam perencanaan pembuatan proporsal adilan, kejaksaan, dan institusi hukum lain serta
penelitian sudah harus mengacu pada perundang- berprofesi dibidang keahlian hukum seperti advokat,
undangan, putusan-putusan pengadilan, studi notaris dan paralegal dan sebagainya, persoalannya
perbandingan hukum, kajian konseptual hukum basis keilmuan hukum, mereka masih sangat lemah
untuk mengkaidahi tindakan-tindakan dan beberapa bahkan otaknya sudah “lumpuh” dalam menerap-
peristiwa hukum. Calon-calon sarjana hukum tidak kan kedispilian keilmuwan mereka untuk dikata-
bisa direcoki dengan kalangan ilmu lain, ilmu sosial, kan terampil hukum. Di praktik kemahiran hukum
ilmu politik, apalagi ilmu ekonomi jika kita ingin seperti paraktik peradilan misalnya mereka tidak
melahirkan sarjana yang mahir di bidang keahlian mampu menyusun dokumen persidangan dengan
hukum, entah akan menjadi seorang juris atau benar, demikian juga dalam keahlian paralegal,
praktisi. Kita berikan saja kepada kalangan ilmuwan para mahasiswa kesulitan dalam membuat tugas
social untuk menjadi pengamat hukum, jangan seperti pembentukan naskah akademik rancangan
kita ikut-ikutan menjadi pengamat (observer)35. undang-undang dengan baik, karena keterampilan
Di program starta 2 (magister hukum) IAIN hukumnya disandera oleh pemahaman yang salah
Bengkulu saya mengajar Politik Hukum termasuk terhadap konstruksi keilmuan hukum, sehingga
politik hukum Islam, untuk itu saya jelaskan kepada pemahamannya terhadap penelitian hukum yang
mahasiswa bahwa politik hukum adalah bidang memang mestinya normativf, yang selama ini
kajian politik, yang orientasinya berkaitan dengan cenderung kepada penelitian sosial yang mereka
arah kebijakan pengusaha untuk membentuk dapatkan dalam metode penelitian hukum.
hukum sesuai dengan keinginannya, jadi politik Proporsal penelitian sudah harus mengacu
hukum masuk kajian ilmu sosial pada umumnya, pada perundang-undangan, putusan-putusan pe-
bukan kajian hukum yang sebenarnya. Mewissen ngadilan, studi perbandingan hukum, kajian
dalam bukunya “Teori Hukum, Filsafat Hukum & konseptual hukum untuk mengkaidahi tindakan-
pengembanan Hukum” menyebut bidang kajian tindakan dan beberapa peristiwa hukum. Calon-

34 36
Depri Liber Sonata, Metode Penelitian Hukum Normatif Ilmu hukum termasuk ke dalam kategori ilmu humaniora,
Dan Empiris: Karakteristik Khas Dari Metode Meneliti Hukum, Fiat seni, bahkan memiliki keterkaitan dengan filsafat dan sastra,
Imam Mahdi: Ilmu Hukum dan Perkembanganya 115

calon sarjana hukum tidak bisa direcoki dengan mempunyai tatanan yang logis (Koherensi) dan
kalangan ilmu lain, ilmu sosial, ilmu politik, apalagi mempunyai nilai keadilan sebagi rohnya hukum.
ilmu ekonomi jika kita ingin melahirkan sarjana Untuk mempermudah dalam penelitian hukum
yang mahir kelak, entah akan menjadi seorang normative, sebaiknya disusun design penelitian
juris atau praktisi. Sebagai calon ahli hukum para sebagimana ragaan dibawah ini:
mahasiswa hukum hendaknya mendalami materi
keluasan ilmu hukum, jangan menjadi pengamat
hukum, profesi pengamat berikan saja kepada
kalangan ilmuwan sosial untuk menjadi pengamat
hukum, jangan kita ikut-ikutan menjadi pengamat
(observer).37
Sebagai panduan awal penulis mempertegas
penelitian hukum normative terutama menentukan
isu/problem hukum yang akan diteliti, sebagai mana
ragaan di bawah ini:38 Sumber: diolah sendiri dari berbagai sumber.

Desain penelitian ini tidak menggambarkan


keseluruhan dari desain penelitian hukum normative
yang lengkap, bisa saja peneliti memodifikasinya,
apalagi sekarang sudah ada kecenderungan untuk
mengabungkan antara peneltian yuridis normative
murni dengan sosiologikal yurisprudensi, tergantung
dari keinginan peneliti sendiri.

Penutup
1. Ilmu hukum ilmu yang mandiri dankhas (sui
Sumber: Diolah sendiri generis), bukan bagian dari ilmu humaniora
maupun ilmu sosial, apalagi ilmu pengetahuan
Ragaan ini memberikan gambaran bahwa alam (eksakta) dan ilmu-ilmu hukum yang
isu hukum yang akan dikaji melalui penelitian telah memiliki tempat yang tak terbantahkan
normatif berkaitan dengan kekosongan hukum, di ranting-ranting pohon ilmu.
ketidak harmonisan hukum baik vertical yakni 2. Ilmu hukum mengalami perkembangan yang
sesuai dengan tatat urutan perundang-undangan, pesat seiring berlakunya decade mazhab-
maupun ketidak harmonisan terhadap hukum mazhab pada zamannya.
produk hukum yang setara, misalnya undang- 3. Mazhab hukum positivisme, masih berlaku di
undang dengan undang. Yang dimaksud dengan Indonesia dan ini mengahruskan para mahasiswa
multi tafsir (ambigu), jika ditemukansuatu problem maupun professional hukum dan akademisi
dalam Pasal peraturan perundang-undangan mem- hukum untuk focus melakukan penelitian yang
berikan banyak pengertian, hal ini sulit untuk sesuai dengan segi positf hukum itu sendiri.
dilaksanakan. Sedangkan yang dimaksud dengan
4. Penelitian hukum normative merupakan icon
kekaburan hukum adalah problem terhadap
dalam penelitin hukum yang sebenarnya dan
peraturan perundang-undangan yang tidak jelas
mempunyai karakteristik sendiri yakni berkaitan
apa yang diatur.
dengan analisis norma-norma hukum dan asas-
Problem-problem hukum tersebut harus dianalisi asas hukum itu sendiri.
melalui penelitian hukum agar ditemukan suatu
produk hukum mempunyai otoritas (positivitas),
Daftar Pustaka
Achmad Ali, Menguak Teori Hukum (Legal Theory Dan
37
Damang A. Al-Khawarizami, Mengembalikan “Jati Diri” Teori Peradilan (Judicialprudence) Termasuk
Penelitian Hukum, (www.negarahukum.com)
38
Lihat: Imam Mahdi, Harmonisasi Pengaturan Perencanaan Interpretasi Undang-Undang (Legisprudence),
Pembangunan dan Penganggaran Daerah: Kajian khusus RPJMD Jakarta: Kencana Prenda Group, Cet. Ke-2,
116 NUANSA Vol. IX, No. 2, Desember 2016

Ahmad Ali dan Wiwie Heryoni, Resep Hukum: Maria Farida Indrati Soeprapto. Ilmu Perundang-
sebuah Bunga Rampai (Jakarta: Kencana Undangan (Yogyakarta: Kanisius, Buku I, 2010).
Prenda Media Group, 2012). Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta:
Anton F. Susanto, Ilmu Hukum non Sistematik: Kencana Prenada Media Group, 2005).
Fondasi Filsafat Pengembangan Ilmu Hukum Philipus M. Hadjon, Pengkajian Ilmu Hukum
Indonesia, (Yogyakarta: Genta Publishing, Dogmatik (Normatif), dalam “Yuridika”, Jurnal
2010). Hukum Universitas Airlangga Surabaya, No. 6
C.F.G. Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum di Tahun IX, November – Desember 1994, Purnadi
Indonesia Penelitian Hukum di Indonesia pada Purbacaraka dan Soerjono Soekanto, Perihal
Akhir Abad ke -20 (Bandung: Penerbit Alumni, Kaidah Hukum, (Bandung: Penerbit Citra Aditya
1994) Bakti, 1993).
Damang A. Al-Khawarizami, Mengembalikan “Jati R. Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: Sinar
Diri” Penelitian Hukum, (www.negarahukum. Grafika, Cet. Ke-5, 2002),
com)
Sajtipto Rahardjo, Hukum dan Perubahan Sosial:
Daniel S. Lev, Hukum Dan Politik di Indonesia, Suatu Tinjauan Teoritsi Serta Pengalaman-
Kesinambungan dan Perubahan, Cet. I, LP3S, pengalaman di Indonesia (Yogyakarat: Genta
(Jakarta, 1990). Publishimh, 2009).
Depri Liber Sonata, Metode Penelitian Hukum Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, (Bandung: Penerbit
Normatif Dan Empiris: Karakteristik Khas Dari PT. Citra Aditya Bakti, 2000).
Metode Meneliti Hukum, Fiat Justisia Jurnal
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian
Ilmu Hukum Volume 8 No. 1, Januari -Maret
Hukum Normatif; Suatu Tinjauan Singkat
2014
(Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2001)
Faizal Surya, Paradigma (ilmu) Hukum Profetik,
Teori Relativitas, adalah teori yang digagas oleh
http://www.academia.edu, diakses 9 Desember
Fisikawan Albert Einstein tahun 1905.
2016).
Thio Hujibers, Filsafat Hukum Dalam Lintasan
H. Kaelan, Pendidikan Pancasila, (Yogyakarta:
Sejarah, (Yogyakarta: Kanisius, 1990)
Paradigma, 2010).
Thomas E. Davitt, Nilai-Nilai Dasar di Dalam Hukum:
Imam Mahdi, Harmonisasi Pengaturan Perencanaan
penerjemah Yudi santoso (Yogyakarta: Fallmal,
Pembangunan dan Penganggaran Daerah:
2012).
Kajian khusus RPJMD Provinsi: Disertasi
Program Doktor Ilmu Hukum Fakultas Hukum Titik Triwulan Tutik, Ilmu Hukum: Hakekat
Universitas Brawijaya, Tahun 2012, hlm. 25-33 Keilmuannya Ditinjau Dari Sudut Filsafat Ilmu
Dan Teori Ilmu Hukum, Jurnal ilmiah MIMBAR
Jeremy Bentham, Teori Perundang-undangan:
HUKUM Volume 24, Nomor 3, Oktober 2012.
prinsip Legislasi, Hukum Perdata dan Hukum
pidana, Bandung: Nuansa, 2006), Widodo Dwi Putro, Mencari kebenaran materiil
dalam “Hard Case” pencurian tiga buah kakao:
Jimly Asshiddiqie. Teori Hans Kelsen Tentang
Jurnal Yudisial, Vol-III/No-03/Desember/2010)
Hukum. (Jakarta: Sekretariat Jenderal dan
Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI, 2006) www.scrib.go.id, diakses 4 Desember 2016.

Lasiyo dalam M. Hadin Muhjad, dkk., ”Peran http://jabar.kemenkumham.go.id, diakses 8


Filsafat Ilmu dalam Ilmu Hukum: Kajian Desember 2016.
Teoritis dan Praktis”, (Surabaya: Unesa https://news.detik.com, diakses 9 Desember 2016
University Press, 2003)

Anda mungkin juga menyukai