Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KURIKULUM PEMBELAJARAN

KONSEP DASAR KURIKULUM

DISUSUN OLEH:
WIDYA AYU PANGESTIKA;A410180067
KELAS 4B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2019/2020

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kita semua, sehingga kami diberi kesempatan untuk menyelesaikan
makalah ini yang berjudul “Konsep Dasar Kurikulum.”Makalah ini berisikan tentang
penjelasan mengenai konsep dasar kurikulum 2013 meliputi pengertian,dimensi
,fungsi dan penjelasan yang lainnya mengenai kurikulum. Tujuan penyusunan
makalah ini adalah untuk memberikan pemahaman kepada kita apa yang dimaksud
dengan kurikulum dan apa perbedaan dari kurikulum sebelumnya serta kelebihan,
kekurangannya. Diharapkan Makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.Saya
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata saya sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala
usaha kita. Amin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Surakarta,25 Maret 2020


Penulis,

Widya Ayu Pangestika


DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL..............................................................................................

KATA PENGANTAR................................................................................................

DAFTAR ISI..............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................

1.1 Latar Belakang..........................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................

  1.3 Tujuan Penulisan......................................................................................................

  1.4 Manfaat Penulisan....................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................

2.1.    Pengertian Kurikulum............................................................................................

2.2     Komponen-Komponen Pengembangan Kurikulum...............................................

2.3     Fungsi Kurikulum..................................................................................................

2.4    Kedudukan Kurikulum Dalam Pendidikan.............................................................

BAB III PENUTUP....................................................................................................

3.1    Kesimpulan..............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan
Kurikulum merupakan salah satu bagian penting terjadinya suatu proses
pendidikan. Karena suatu pendidikan tanpa adanya kurikulum akan kelihatan
amburadul dan tidak teratur. Kurikulum merupakan salah satu alat untuk mencapai
tujuan pendidikan, dan sekaligus digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan
proses belajar mengajar pada berbagai jenis dan tingkat pendidikan. Kurikulum
menjadi dasar dan cermin falsafah pandangan hidup suatu bangsa, akan diarahkan
kemana dan bagaimana bentuk kehidupan bangsa ini di masa depan, semua itu
ditentukan dan digambarkan dalam suatu kurikulum pendidikan. Kurikulum haruslah
dinamis dan terus berkembang untuk menyesuaikan berbagai perkembangan yang
terjadi pada masyarakat dunia dan haruslah menetapkan hasilnya sesuai dengan yang
diharapkan. Kurikulum sangat besar pengaruhnya dalam proses belajar mengajar
disekolah, yang merupakan jembatan untuk tercapainya suatu tujuan Pendidikan
Nasional. Pada perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh
perubahan global, perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi, serta seni dan
budaya. Perkembangan dan perubahan yang secara terus menerus menuntut perlunya
sistem Pendidikan Nasional termasuk penyempurnaan kurikulum untuk mewujudkan
masyarakat yang mampu bersaing dan menyesuaikan diri dengan perubahan zaman
tersebut. 

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan rumusan masalah diatas maka penulis mengambil rumusan
masalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana Pengertian Kurikulum?
2.      Bagaimana Kedudukan Kurikulum dalam dunia Pendidikan?
3.      Bagaimana Fungsi Kurikulum?
4.      Bagaimana Hubungan Kurikulum Dengan Teori Pendidikan?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah diatas maka penulis mengambil tujuan masalah
sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui pengertian kurikulum
2.      Untuk mengetahui kedudukan kurikulum dalam dunia Pendidikan
3.      Untuk mengetahui fungsi kurikulum
4.      Untuk mengetahui hubungan kurikulum dengan teori pendidikan

1.4 Manfaat
Semoga Makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat menambah wawasan
kita dalam memahami konsep dasar kurikulum.

BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kurikulum


Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang
diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan
pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang
pendidikan.
Dilihat dari asal mulanya, istilah kurikulum pada awalnya digunakan dalam dunia
olah raga pada zaman Yunani Kuno. Secara etimologi, curriculum dalam bahasa
Yunani berasal dari kata Curir yang artinya pelari dan curere yang artinya tempat
berpacu. Curriculum diatikan “jarak” yang harus ditempuh oleh oleh seorang pelari.
Selain itu, ada juga yang mengartikan sebagai kereta pacu. Dari pengertian dalam
dunia olah raga ini selanjutnya diadopsi ke dunia pendidikan. Kejadian pengadopsian
istilah-istilah dalam dunia olah raga ke bidang lainnya, merupakan hal yang wajar
pada jaman itu. Hal ini disebabkan oleh karena pada jaman Yunani Kuno, olah raga
mendapat kedudukan yang cukup terhormat. Bahkan dari cerita-cerita jaman kuno
dapat diketahui bahwa seorang atlet yang berprestasi memiliki semacam visa bebas
keluar masuk daerah-daerah terlarang yang ada di negara tersebut. Penghargaan
terhadap atlet pada jaman itu begitu besar. Dari dunia olah raga kemudian
berkembang ke dunia pendidikan. Dalam bidang ini, kurikulum diartikan sebagai
sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh untuk mencapai suatu tingkat atau
ijazah. Pandangan mengenai pengertiaqn kurikulum dalam dunia pendidikan terus
berkembang tergantung dari sudut pandang yang dipakai oleh para 3pakar. Untuk
kepentingan tersebut, berikut ini akan dikemukan beberapa pengertian kurikulum
yang sempat dikemukakan oleh beberapa pakar pendidikan.

a) Pengertian Pertama Kurikulum dipandang sebagai suatu bahan tertulis yang berisi
uraian tentang program pendidikan suatu sekolah yang harus dilaksanakan dari
tahun ke tahun. Pengertian ini menganggap kurikulum sebagai sebuah pedoman
untuk melaksanakan pendidikan di suatu sekolah. Karena sebagai pedoman, maka
kurikulum tersebut harus dilaksanakan oleh sekolah yang menggunakan. Dalam
pengertian ini, tidak terkandung makna seolah-olah tidak ada kurikulum untuk
lembaga belajar yang bukan sekolah atau di luar sistem persekolahan.

b) Pengertian Kedua Kurikulum dilukiskan sebagai bahan tertulis yang


dimaksudkan untuk digunakan oleh para guru dalam melaksanakan pengajaran
untuk murid-muridnya. Pengertian ini lebih menyempitkan pengertian kurikulum
hanya sebagai pedoman bagi guru dalam melaksanakan pengajaran. Ini berarti,
kurikulum bukan diperuntukkan juga bagi kepala sekolah dan komponen
lainnnya dari sistem persekolahan tersebut. Seolah-olah, kurikulum dibuat hanya
untuk kepentingan guru dalam mengajar.

c) Pengertian Ketiga Kurikulum adalah suatu usaha untuk menyampaikan asas-asas


dan ciri-ciri yang penting dari suatu rencana dalam bentuk yang sedemikian rupa
sehingga dapat dilaksanakan oleh guru sekolah.Pengertian ini sepertinya
menganggap kurikulum tidak harus berupa teks tertulis karena ia hanya berupa
suatu usaha untuk menyampaikan sesuatu yang penting dari suatu rencana
sehingga dapat dilaksanakan oleh guru di sekolah. Ada kesamaan pengertian ini
dengan pengertian yang kedua di atas, yaitu sama-sama menganggap kurikulum
diperuntukkan bagi guru. Lebih rinci lagi dikatakan bahwa kurikulum itu
mengandung hal-hal yang penting bagi penyusunan suatu rencana yang kemudian
dapat dilaksanakan oleh guru di sekolah.

d) Pengertian Keempat Kurikulum diartikan sebagai tujuan-tujuan pengajaran,


pengalaman-pengalaman belajar, alat-alat pelajaran dan cara-cara penilaian yang
direncanakan dan digunakan dalam pendidikan.

e) Pengertian Kelima Kurukulum dipandang sebagai program pendidikan


yangdirencanakan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan
tertentu.

Bila dikaji secara seksama, kelima pengertian itu dapat dikelompok-kan


menjadi dua kelompok besar. kelompok pertama meliputi pengertian pertama, kedua,
dan ketiga, sedangkan kelompok kedua meliputi kelompok keempat dan kelima.
Kelompok pertama memandang kurikulum sebagai suatu rencana atau bahan tertulis
yang dapat dijadikan pedoman bagi para pelaksana (guru) sekolah; sedangkan
kelompok kedua, memandang kurikulum sebagai program yang direncanakan dan
dilaksanakan dalam situasi yang nyata di kelas.
Dari sejumlah pendapat di atas dapat disimpulkan, kurikulum adalah semua
pengalaman, kegiatan, dan pengetahuan murid di bawah bimbingan dan tanggung
jawab sekolah atau guru. Pengertian kurikulum ini memberikan implikasi pada
program sekolah bahwa semua kegiatan yang dilakukan murid dapat memberikan
pengalaman belajar. Kegiatan-kegiatan tersebut dapat meliputi kegiatan di dalam
kelas, seperti kegiatan dalam mengikuti proses belajar mengajar (tatap muka),
praktek keterampilan, dan sejenisnya, atau kegiatan di luar kelas, seperti kegiatan
pramuka, wisata karya, kunjungan ke tempat-tempat wisata/sejarah, peringatan hari-
hari besar nasional dan keagamaan, dan sejenisnya. Bahkan, semua kegiatan yang
berhubungan dengan pergaulan antara murid dengan guru, murid dengan murid,
murid dengan petugas sekolah, dan pengalaman hidup murid sendiri. Tegasnya,
pengertian kurikulum ini mengandung cakupan yang luas, karena meliputi semua
kegiatan murid, pengalaman murid, dan semua pengaruh baik fisik maupun non fisik
terhadap pertumbuhan dan perkembangan murid.

2.2 Keudukan Kurikulum Dalam Pendidikan


Kurikulum memiliki posisi sentral dalam setiap upaya pendidikan Klein,
1989:15). Dalam pengertian kurikulum yang dikemukakan di atas harus diakui ada
kesan bahwa kurikulum seolah-olah hanya dimiliki oleh lembaga pendidikan modern
dan yang telah memiliki rencana tertulis. Sedangkan lembaga pendidikan yang tidak
memiliki rencana tertulis dianggap tidak memiliki kurikulum. Pengertian di atas
memang pengertian yang diberlakukan untuk semua unit pendidikan dan secara
administratif kurikulum harus terekam secara tertulis.
Posisi sentral ini menunjukkan bahwa di setiap unit pendidikan kegiatan
kependidikan yang utama adalah proses interaksi akademik antara peserta didik,
pendidik, sumber dan lingkungan. Posisi sentral ini menunjukkan pula bahwa setiap
interaksi akademik adalah jiwa dari pendidikan. Dapat dikatakan bahwa kegiatan
pendidikan atau pengajaran pun tidak dapat dilakukan tanpa interaksi dan kurikulum
adalah desain dari interaksi tersebut. Dalam posisi maka kurikulum merupakan bentuk
akuntabilitas lembaga pendidikan terhadap masyarakat. Setiap lembaga pendidikan,
apakah lembaga pendidikan yang terbuka untuk setiap orang ataukah lembaga
pendidikan khusus haruslah dapat mempertanggungjawabkan apa yang dilakukannya
terhadap masyarakat. Lembaga pendidikan tersebut harus dapat memberikan
"academic accountability" dan "legal accountability" berupa kurikulum. Oleh karena
itu jika ada yang ingin mengkaji dan mengetahui kegiatan akademik apa dan apa yang
ingin dihasilkan oleh suatu lembaga pendidikan maka ia harus melihat dan mengkaji
kurikulum. Jika seseorang ingin mengetahui apakah yang dihasilkan ataukah
pengalaman belajar yang terjadi di lembaga pendidikan tersebut tidak bertentangan
dengan hukum maka ia harus mempelajari dan mengkaji kurikulum lembaga
pendidikan tersebut.

2.3 Fungsi Kurikulum


Kurikulum sekolah banyak ditentukan oleh tanggapan masyarakat. Hal ini terjadi
karena di masyarakat banyak dijumpai masalah-msalah yang perlu diangkat dalam
dunia pendidikan. Untuk itulah, kurikulum diharapkan dapat memecahkan masalah
tersebut. Dengan adanya kerjasama antara sekolah dengan masyarakat, diharapkan
sekolah dapat mengadakan berbagai penelitian atau pengamatan untuk memecahkan
persoalan itu. Kurikulum dengan demikian, diharapkan dapat memecahkan masalah-
masalah yang ada di masyarakat, selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan taraf
hidup masyarakat. Oleh sebab itu, kurikulum hendaknya bersifat luwes (fleksibel) dan
dinamis.
Luwes dimaksudkan bahwa kurikulum tersebut dapat menyesuaikan diri dengan
kebutuhan-kebutuhan masyarakat, tidak kaku terhadap satu prinsip tertentu.
Kebutuhan masyarakat tidaklah selalu sama. Kondisi dalam masyarakat
memunculkan kebutuhan yang berbeda-beda dari masyarakat tersebut atau kondisi
masyarakat menimbulkan cara yang berbeda dalam menangani suatu permasalahan.
Oleh karena itulah, jika kurikulum dapat menyesuaikan diri dengan keadaan
masyarakat, maka masyarakat pun akan dapat menerima kurikulum tersebut yang
ditunjukkan dengan penerimaan masyarakat terhadap lulusan yang dihasilkan oleh
sekolah yang menggunakan kurikulum tersebut. Jika hal ini terjadi maka dapat
dimaknai bahwa kurikulum tersebut berfungsi bagi masyarakat.
Dinamis dimaksudkan kurikulum hendaknya mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan. Makin kompleks tuntutan kehidupan, makin tinggi ilmu pengetahuan.
Maksudnya, ilmu pengetahuan selalu berkembang seperti perkembangan manusianya.
Oleh karena itu, kurikulum hendaknya dikembangkan juga sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan tersebut. Bila tidak, tentu pengetahuan yang
diperoleh di sekolah tidak dapat digunakan oleh masyarakat karena ilmu pengetahuan
tersebut dianggap sudah ketinggalan jaman.
Kurikulum juga berfungsi bagi orang tua siswa, yaitu untuk membantu usaha
sekolah dalam memajukan pendidikan anak-anak mereka. Dengan memahami isi
kurikulum, orang tua mengatahui pengalaman apa saja yang diberikan oleh sekolah
pada anak-anak mereka. Dengan demikian, orang tua akan mudah membimbing dan
mengarahkan anak-anaknya. Di samping ikut membimbing, orang tua juga dapat
memberikan masukan (input) yang berguna pada guru. Misalnya sikap anak-anak
mereka terhadap mata pelajaran atau kesulitan yang ditempuh orang tua sewaktu
membimbing anak-anak mereka.

Berkaitan dengan fungsi kurikulum bagi siswa sebagai subjek didik, terdapat
enam fungsi kurikulum, yaitu:
a.    Fungsi Penyesuaian, mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat
pendidikan harus mampu mengarahkan siswa agar mampu menyesuaikan dirinya
dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Lingkungan
itu sendiri senantiasa mengalami perubahan dan bersifat dinamis.
b.    Fungsi Integrasi, mengandung makna bahwa kurikulum sebagi alat pendidikan
harus mampu menghasilkan pribadi-pribadi yang utuh. Siswa pada dasarnya
merupakan anggota dan bagian integral dari masyarakat. Oleh karena itu, siswa
harus memiliki kepribadian yang dibutuhkan untuk dapat hidup dan berintegrasi
dengan masyarakatnya.
c.    Fungsi Diferensiasi, mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat
pendidikan harus mampu memberikan pelayanan terhadap perbedaan individu
siswa, baik dari aspek fisik maupun psikis yang harus dihargai dan dilayani dengan
baik.
d.   Fungsi Persiapan, mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan
harus mampu mempersiapkan siswa untuk melanjutkan studi ke jenjang
pendidikan berikutnya dan dapat mempersiapkan siswa untuk dapat hidup dalam
masyarakat.
e.    Fungsi Pemilihan, mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan
harus mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih program-
program belajar yang sesuai dengan kemampuan dan minatnya.
f.     Fungsi Diagnostik, mengandung makna bahwa kurikulum sebagi alat pendidikan
harus mampu membantu dan mengarahkan siswa untuk dapat memahami dan
menerima kekuatan (potensi) dan kelemahan yang dimilikinya.

Bagi guru, kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman kerja dalam menyusun dan
mengorganisasikan pelajaran. Tanpa kurikulum, guru tidak akan dapat bekerja dengan
terarah.dalam kurikulum tertera tujuan umum, uraian tentang jenis-jenis program,
pokok bahasan, bagaimana cara menyelenggarakan proses belajar-mengajar serta
sarana yang digunakan. Jadi, dengan adanya kurikulum, guru bekerja sesuai dengan
petunjuk yang sudah diarahkan oleh kurikulum. Misalnya guru harus mampu
merumuskan indikator, materi yang sesuai dengan kompetensi dasar, media, cara
penyampaian, maupun evaluasi yang sesuai dengan yang diharapkan. Dengan
demikian, kurikulum dapat berfungsi sebagai pedoman yang memberi arah kepada
guru. Fungsi kurikulum bagi kepala sekolah adalah sebagai :
a. Pedoman dalam melaksanakan fungsi supervisi dalammemperbaiki situasi
belajar.
b. Pedoman dalam melaksanakan fungsi supervisi dalammenciptakan situasi untuk
menunjang situasi belajar anak ke arak yang lebih baik.
c. Pedoman dalam melaksanakan fungsi supervisi dalammemberikan bantuan
kepada guru untuk memperbaiki situasi mengajar.
d. Sebagai seorang administrator, kurikulum dapat dijadikan pedoman untuk
mengembangkan kurikulum lebih lanjut.
e. Sebagai pedoman untuk mengadakan evaluasi kemajuan belajar-mengajar.

Jadi dapat disumpulkan dari beberapa fungsi diatas,akan ada perbedaan untuk fungsi
kurikulum bagi kepala sekolah, guru, orang tua, masyarakat, dan siswa,

a) Bagi kepala sekolah, kurikulum sebagai pedoman dalam melakukan supervisi


atau pengawasan
b) Bagi guru kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan proses
pembelajaran.
c) Bagi orang tua kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam membimbing anak
belajar di rumah.
d) Bagi masyarakat kurikulum berfungsi sebagai pedoman untuk memberikan
bantuan bagi terselenggaranya proses pendidikan di sekolah.
e) Bagi siswa kurikulum berfungsi sebagai suatu pedoman belajar.
Organisasi Kurikulum

Ada tiga tipe atau bentuk kurikulum, yakni :


a.       Separated Subject Curriculum
Pada bentuk ini bahan dikelompokkan pada mata pelajaran yang sempit
dimana antara mata pelajaran yang satu dengan yang lain menjadi terpisah-pisah,
terlepas dan tidak mempunyai kaitan satu sama lainnya, sehingga banyak jenis mata
pelajaran menjadi sempit ruang likupnya.

b.       Correlated Curriculum


Suatu bentuk kurikulum yang menunjukkan adanya suatu hubungan antara
satu sama lainnya, tetapi tetap memperhatikan cirri/ karkteristik tiap baidang studi
tersebut.

c.        Integrated Curriculum


Pelajaran dipusatkan pada suatu masalah topic tertentu, misalnya suatu
masalah dimana semua mata pelajaran dirancang dengan mengacu pada topic tertentu.

2.4 Hubungan Kurikulum dengan Teori Pendidikan


Kurikulum memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan teori pendidikan.
Suatu kurikulum disusun dengan mengacu pada satu atau beberapa teori kurikulum
dan teori kurikulum dijabarkan berdasarkan teori pendidikan tertentu. Nana S.
Sukmadinata (1997) mengemukakan 4 (empat ) teori pendidikan yang berhubungan
dengan kurikulum, yaitu : (1) pendidikan klasik; (2) pendidikan pribadi; (3) teknologi
pendidikan dan (4) teori pendidikan interaksional.

1. Pendidikan klasik (classical education)

Teori pendidikan klasik berlandaskan pada filsafat klasik, seperti Perenialisme,


Essensialisme, dan Eksistensialisme dan memandang bahwa pendidikan berfungsi
sebagai upaya memelihara, mengawetkan dan meneruskan warisan budaya. Teori
pendidikan ini lebih menekankan peranan isi pendidikan dari pada proses. Isi
pendidikan atau materi diambil dari khazanah ilmu pengetahuan yang ditemukan dan
dikembangkan para ahli tempo dulu yang telah disusun secara logis dan sistematis.
Dalam praktiknya, pendidik mempunyai peranan besar dan lebih dominan, sedangkan
peserta didik memiliki peran yang pasif, sebagai penerima informasi dan tugas-tugas
dari pendidik.

Pendidikan klasik menjadi sumber bagi pengembangan model kurikulum subjek


akademis, yaitu suatu kurikulum yang bertujuan memberikan pengetahuan yang solid
serta melatih peserta didik menggunakan ide-ide dan proses ”penelitian”, melalui
metode ekspositori dan inkuiri.

2. Pendidikan pribadi (personalized education).

Teori pendidikan pribadi bertolak dari asumsi bahwa sejak dilahirkan anak telah
memiliki potensi-potensi tertentu. Pendidikan harus dapat mengembangkan potensi-
potensi yang dimiliki peserta didik dengan bertolak dari kebutuhan dan minat peserta
didik. Dalam hal ini, peserta didik menjadi pelaku utama pendidikan, sedangkan
pendidik hanya menempati posisi kedua, yang lebih berperan sebagai pembimbing,
pendorong, fasilitator dan pelayan peserta didik.

Teori ini memiliki dua aliran yaitu pendidikan progresif dan pendidikan romantik.
Pendidikan progresif dengan tokoh pendahulunya- Francis Parker dan John Dewey –
memandang bahwa peserta didik merupakan satu kesatuan yang utuh. Materi
pengajaran berasal dari pengalaman peserta didik sendiri yang sesuai dengan minat
dan kebutuhannya. Ia merefleksi terhadap masalah-masalah yang muncul dalam
kehidupannya. Berkat refleksinya itu, ia dapat memahami dan menggunakannya bagi
kehidupan. Pendidik lebih merupakan ahli dalam metodologi dan membantu
perkembangan peserta didik sesuai dengan kemampuan dan kecepatannya masing-
masing. Pendidikan romantik berpangkal dari pemikiran-pemikiran J.J. Rouseau
tentang tabula rasa, yang memandang setiap individu dalam keadaan fitrah,–
memiliki nurani kejujuran, kebenaran dan ketulusan.

Teori pendidikan pribadi menjadi sumber bagi pengembangan model kurikulum


humanis. yaitu suatu model kurikulum yang bertujuan memperluas kesadaran diri
dan mengurangi kerenggangan dan keterasingan dari lingkungan dan proses
aktualisasi diri. Kurikulum humanis merupakan reaksi atas pendidikan yang lebih
menekankan pada aspek intelektual (kurikulum subjek akademis),

3. Teknologi pendidikan,

Teknologi pendidikan yaitu suatu konsep pendidikan yang mempunyai


persamaan dengan pendidikan klasik tentang peranan pendidikan dalam
menyampaikan informasi. Namun diantara keduanya ada yang berbeda. Dalam
tekonologi pendidikan, lebih diutamakan adalah pembentukan dan penguasaan
kompetensi atau kemampuan-kemampuan praktis, bukan pengawetan dan
pemeliharaan budaya lama. Dalam konsep pendidikan teknologi, isi pendidikan
dipilih oleh tim ahli bidang-bidang khusus. Isi pendidikan berupa data-data obyektif
dan keterampilan-keterampilan yang yang mengarah kepada kemampuan vocational .
Isi disusun dalam bentuk desain program atau desain pengajaran dan disampaikan
dengan menggunakan bantuan media elektronika dan para peserta didik belajar secara
individual. Peserta didik berusaha untuk menguasai sejumlah besar bahan dan pola-
pola kegiatan secara efisien tanpa refleksi. Keterampilan-keterampilan barunya segera
digunakan dalam masyarakat. Guru berfungsi sebagai direktur belajar (director of
learning), lebih banyak tugas-tugas pengelolaan dari pada penyampaian dan
pendalaman bahan.

Teknologi pendidikan menjadi sumber untuk pengembangan model kurikulum


teknologis, yaitu model kurikulum yang bertujuan memberikan penguasaan
kompetensi bagi para peserta didik, melalui metode pembelajaran individual, media
buku atau pun elektronik, sehingga mereka dapat menguasai keterampilan-
keterampilan dasar tertentu.

4. Pendidikan interaksional,

Pendidikan interaksional yaitu suatu konsep pendidikan yang bertitik tolak dari
pemikiran manusia sebagai makhluk sosial yang senantiasa berinteraksi dan bekerja
sama dengan manusia lainnya. Pendidikan sebagai salah satu bentuk kehidupan juga
berintikan kerja sama dan interaksi. Dalam pendidikan interaksional menekankan
interaksi dua pihak dari guru kepada peserta didik dan dari peserta didik kepada guru.
Lebih dari itu, interaksi ini juga terjadi antara peserta didik dengan materi
pembelajaran dan dengan lingkungan, antara pemikiran manusia dengan
lingkungannya. Interaksi ini terjadi melalui berbagai bentuk dialog. Dalam pendidikan
interaksional, belajar lebih sekedar mempelajari fakta-fakta. Peserta didik
mengadakan pemahaman eksperimental dari fakta-fakta tersebut, memberikan
interpretasi yang bersifat menyeluruh serta memahaminya dalam konteks kehidupan.
Filsafat yang melandasi pendidikan interaksional yaitu filsafat rekonstruksi sosial.

Pendidikan interaksional menjadi sumber untuk pengembangan model kurikulum


rekonstruksi sosial, yaitu model kurikulum yang memiliki tujuan utama
menghadapkan para peserta didik pada tantangan, ancaman, hambatan-hambatan atau
gangguan-gangguan yang dihadapi manusia. Peserta didik didorong untuk
mempunyai pengetahuan yang cukup tentang masalah-masalah sosial yang mendesak
(crucial) dan bekerja sama untuk memecahkannya.

BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pada hakekatnya kurikulum bisa dipandang sebagai undang-undang pembelajaran
karena didalam rancangan kurikulum termuat berbagai peraturan / pedoman berbagai
aspek / komponen yang berkaitan dengan proses pendidikan. Komponen – komponen
itu meliputi tujuan, isi dan materi, media / sarana prasarana, strategi belajar mengajar,
proses pembelajaran, dan evaluasi. Kurikulum memiliki kedudukan sentral dan
strategis dalam seluruh proses pendidikan, untuk mengarahkan segala bentuk aktivitas
pendidikan di sekolah/madrasah demi tercapainya tujuan pendidikan. Kurikulum juga
berfungsi sebagai pedoman atau acuan kerja bagi guru, siswa, kepala sekolah,
pengawas, orang tua dan masyarakat dalam rangka mencapai tujuan pendidikan sesuai
yang dicita-citakan
Kurikulum merupakan sebuah program yang didesain, direncanakan,
dikembangkan, dan dilaksanakan dalam situasi belajar mengajar yang sengaja
diciptakan di sekolah yang berisikan berbagai bahan ajar dan pengalaman belajar
yang diprogramkan, direncanakan dan dirancangkan secara sistemik atas dasar norma-
norma yang berlaku dan dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran bagi tenaga
kependidikan dan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum
sebagai tujuan berarti kurikulum diarahkan sebagai pedoman dalam mencapai tujuan
pendidikan yang dirumuskan secara nasional, institusional, kurikuler dan
pembelajaran / intruksional. Kurikulum sebagai rekonstruksi social karena
perkembangan dan perubahan kurikulum senantiasa bersifat fleksibel dan dinamis
menyesuaikan kebutuhan, keadaan dan perubahan masyarakat serta perkembangan
zaman / peradaban manusia.

DAFTAR PUSTAKA

Hernawan, A. H., & Susilana, R. (2012). Konsep dasar kurikulum. Universitas


Pendidikan Indonesia, 1–16. Retrieved from
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/19620906198601
1-AHMAD_MULYADIPRANA/PDF/Konsep_Dasar_Kurikulum.pdf

(Nurarif & Kusuma, 2016). (2013). 済無 No Title No Title. Journal of Chemical


Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Dr. Abdullah Idi, M.Ed. 2007. Pengembangan Kurikulum Teori &
Praktik.Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Prof. Dr. Oemar Hamalik. 2006. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung:


Sekolah Pascasarjana UPI dan PT Remaja Rosdakarya

Arifin,  Zainal, Konsep dan Pengembangan Kurikulum, Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya, 2014.
Arifin,  Zainal, Pengembangan Manajemen Mutu Kurikulum Pendidikan Islam,
Jogjakarta: Diva press, 2012.
Daradjat, Zakiah, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2014.
Hamalik, Oemar, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 2013.
Hanun Asrohah, Anas Amin Alamansyah, Buku Ajar Pengembangan Kurikulum,
Surabaya: Kopertais IV Press, 2010.

Anda mungkin juga menyukai