Fraud Kecurangan Dalam Bisnis PDF
Fraud Kecurangan Dalam Bisnis PDF
Disusun Oleh :
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat, nikmat, serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini
dengan maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak
terimakasih kepada berbagai pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dalam segi susunan kalimat maupun tata bahasa. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala kritik dan saran dari pembaca.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat
digunakan sebagai acuan untuk menyusun makalah selanjutnya dimasa yang akan
datang.
Dalam kesempatan ini tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada :
1. Desti Ranihusna S.E, M.M. sebagai Dosen Pengampu Mata Kuliah Etika
Bisnis;
2. Teman-teman yang kami sayangi;
3. Serta pihak lain yang tidak disebutkan.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 1
C. Tujuan ..................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Fraud (Kecurangan) .............................................................. 3
B. Bentuk-bentuk Fraud (Kecurangan) ........................................................ 4
C. Bidang yang Berisiko Tinggi Terkena Fraud (Kecurangan) ................... 7
D. Faktor Pendorong Adanya Fraud (Kecurangan) ..................................... 8
E. Segitiga Fraud (Kecurangan) .................................................................. 9
F. Strategi Pencegahan Fraud (Kecurangan) ............................................... 11
G. Kendala-kendala dalam Menanggulangi Fraud (Kecurangan) ................ 12
BAB IV PENUTUP
A. Simpulan ................................................................................................... 17
B. Saran ......................................................................................................... 17
A. Latar Belakang
Dalam dunia usaha persaingan antarperusahaan bukan lagi merupakan hal
asing. Hal ini dikarenakan beberapa pengusaha terjun dalam bidang yang sama
dengan kreativitas berbeda, sehingga hal tersebut menjadikan ancaman bagi
masing-masing pengusaha. Hal itu juga yang mendorong adanya fraud
(kecurangan), pengusaha tidak mau mendapatkan kerugian maka mereka
melakukan kecurangan untuk bisa mendapatkan untung yang lebih banyak.
Fraud (kecurangan) ini merupakan tindakan yang disengaja dan dilakukan
demi kepentingan pribadi. Fraud (kecurangan) juga sama halnya menipu para
konsumen. Yang mendorong adanya fraud (kecurangan) biasanya karena
kegagalan, kurangnya informasi, ketidakmampuan dan juga kurang trail audit.
Dalam menangani masalah fraud (kecurangan) yang ada diluaran sana, kita
bisa melaporkan pengusaha yang melakukan kecurangan tersebut kepada pihak
yang berwenang jika pengusaha itu sudah melanggar hukum-hukum yang
diberlakukan dalam masalah menjalankan perusahaan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud fraud (kecurangan)?
2. Apa saja bentuk-bentuk fraud (kecurangan)?
3. Apa saja bidang yang berisiko terkena fraud(kecurangan)?
4. Apa faktor yang mendorong adanya fraud (kecurangan)?
5. Apa yang dimaksud segitiga fraud (kecurangan)?
6. Apa saja strategi untuk mencegah fraud (kecurangan)?
7. Apa saja kendala yang dihadapi dalam menanggulangi fraud
(kecurangan)?
C. Pembahasan
1. Pengertian fraud (kecurangan) menurut berbagai sumber.
2. Bentuk-bentuk fraud (kecurangan) dalam bisnis/organisasi/perusahaan.
3. Bidang yang berisiko tinggi terkena fraud (kecurangan) dalam
bisnis/organisasi/ perusahaan.
4. Faktor-faktor pendorong adanya fraud (kecurangan) dalam
bisnis/organisasi/ perusahaan.
5. Penjelasan mengenai segitiga fraud (kecurangan) atau “Fraud Triangle”.
6. Strategi-strategi pencegahan fraud (kecurangan) dalam bisnis/organisasi/
perusahaan.
7. Kendala yang dihadapi dalam penanggulangan fraud (kecurangan) dalam
bisnis/organisasi/ perusahaan.
D. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu fraud (kecurangan).
2. Untuk mengetahui apa saja bentuk-bentuk dari fraud (kecurangan) dalam
bisnis/organisasi/ perusahaan.
3. Untuk mengetahui bidang apa saja yang berisiko terkena fraud
(kecurangan) dalam bisnis/organisasi/ perusahaan.
4. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mendorong adanya fraud
(kecurangan) dalam bisnis/organisasi/ perusahaan.
5. Untuk mengetahui apa yang dimaksud segitiga fraud (kecurangan).
6. Untuk mengetahui strategi apa saja yang bisa dilakukan untuk mencegah
fraud(kecurangan) dalam bisnis/organisasi/ perusahaan.
7. Untuk mengetahui kendala apa saja yang ada dalam menaggulangi fraud
(kecurangan) dalam bisnis/organisasi/ perusahaan.
8. Untuk memenuhi tugas Etika Bisnis mengenai fraud dan mengetahui
tentang fraud(kecurangan).
BAB II
PEMBAHASAN
Motivasi
Triangel
Fraud
Rasionalisasi Peluang
A. Studi Kasus
“KASUS HAMBALANG”
Pembangunan Pusat Pendidikan Pelatihan dan Sekolah Olah Raga Nasional
(P3SON) di Hambalang, Sentul, Bogor, Jawa Barat, menuai kontroversial. Dalam
audit BPK, ditulis bahwa proyek bernilai Rp1,2 triliun ini berawal saat Direktorat
Jenderal Olahraga Departemen Pendidikan Nasional hendak membangun Pusat
Pendidikan Pelatihan Olahraga Pelajar Tingkat Nasional (National Training Camp
Sport Center).
Kemudian, pada tahun 2004 dibentuklah tim verifikasi yang bertugas mencari
lahan yang representatif untuk menggolkan rencana tersebut. Hasil tim verifikasi
ini menjadi bahan Rapim Ditjen Olahraga Depdiknas untuk memilih lokasi yang
dianggap paling cocok bagi pembangunan pusat olahraga tersebut. Tim verifikasi
mensurvei lima lokasi yang dinilai layak untuk membangun pusat olahraga itu.
Yakni di Karawang, Hambalang, Cariu, Cibinong, dan Cikarang. Tim akhirnya
memberikan penilaian tertinggi pada lokasi desa Hambalang, Citeureup, Bogor.
Tim melihat, lahan di Hambalang itu sudah memenuhi semua kriteria penilaian
tersebut di atas. Sehingga lokasi tersebut dipilih untuk dibangun.
Menindaklanjuti pemilihan Hambalang, Dirjen Olahraga Depdiknas langsung
mengajukan permohonan penetapan lokasi Diklat Olahraga Pelajar Nasional
kepada Bupati Bogor. Bupati Bogor menyetujui dengan mengeluarkan Keputusan
Bupati Bogor nomor 591/244/Kpes/Huk/2004 tanggal 19Juli 2004. Sambil
menunggu izin penetapan lokasi dari Bupati Bogor tesebut, pada 14 Mei 2004,
Dirjen Olahraga telah menunjuk pihak ketiga yaitu PT LKJ untuk melaksanakan
pematangan lahan dan pembuatan sertifikat tanah dengan kontrak
No.364/KTR/P3oP/2004 dengan jangka waktu pelaksanaan sampai dengan 9
November 2004 senilai Rp4.359.521.320.
Namun, ternyata lokasi Hambalang itu masuk zona kerentanan gerakan tanah
menengah tinggi sesuai dengan peta rawan bencana yang diterbitkan Pusat
Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM.
Sesuai dengan sifat batuannya, PVMBG menyarankan untuk tidak mendirikan
bangunan di lokasi tersebut karena memiliki risiko bawaan yang tinggi bagi
terjadinya bencana alam berupa gerakan tanah.
Selain itu, status tanah di lokasi dimaksud masih belum jelas, meskipun telah
dikuasai sejak pelepasan/pengoperan hak garapan dari para penggarap kepada
Ditjen Olahraga setelah realisasi pembayaran uang kerohiman kepada para
penggarap sesuai Berita Acara Serah Terima Pelepasan/Pengoperan Hak Garapan
tertanggal 19 September 2004.
Sejak itulah area tanah tersebut diakui sebagai aset Ditjen Olahraga dan
kemudian pada tanggal 18 Oktober 2005 diserahterimakan kepada organisasi baru
yaitu Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) setelah Ditjen
Olahraga berubah menjadi Kemenpora. Menpora saat itu, Adhyaksa Dault
mengakui bahwa untuk membangun pusat olahraga pihaknya mengajukan
anggaran sebesar Rp125 miliar. Karena proyek tersebut awalnya bukan untuk
pembangunan pusat olahraga. Melainkan hanya pembangunan sekolah olahraga.
"Rekomendasi awalnya, di sana hanya untuk bangun sekolah olahraga dua lantai
dan saya tidak tahu bagaimana ceritanya berubah menjadi sport center," kata
Adhyaksa saat berbincang dengan VIVAnews.
Nilai proyek ini kemudian melejit hingga Rp2,5 triliun saat Kemenpora
dipimpin oleh Menteri Andi Mallarangeng. Hal tersebut terungkap dalam audit
Hambalang, bahwa pada tanggal 8 Februari 2010 dalam Raker antara Kemenpora
dengan Komisi X, Menpora menyampaikan rencana Lanjutan Pembangunan tahap
I P3SON di Bukit Hambalang Rp625.000.000.000. Permintaan itu diajukan
karena dalam DIPA Kemenpora TA 2010 baru tersedia Rp125 miliar. Menpora
Andi Mallarangeng juga menyampaikan bahwa usulan tersebut merupakan bagian
rencana pembangunan P3SON Bukit Hambalang Sentul yang secara keseluruhan
memerlukan dana sebesar Rp2,5 triliun.
Andi Mallarangeng pun menghormati hasil audit BPK atas proyek Hambalang
tersebut. Bahkan dirinya mendukung perlu adanya pihak yang bertanggung jawab
jika memang ditemukan adanya penyimpangan. "Sebagai menteri tentu saya
menjalankan tugas sebaik-baiknya termasuk dalam hal pengawasan," kata Andi.
Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Hadi Poernomo menyebut total
kerugian negara akibat Proyek Hambalang sebesar Rp463,67 miliar. Hal itu
disampaikan dalam paparan laporan hasil audit Hambalang Jilid II di ruang
pimpinan DPR, Senayan, Jakarta, Jumat (23/8). "BPK menyimpulkan ada indikasi
kerugian negara sebesar Rp463,67 miliar akibat adanya indikasi penyimpangan
dan penyalahgunaan wewenang yang mengandung unsur-unsur pidana yang
dilakukan pihak-pihak terkait dalam pembangunan P3SON Hambalang,"
paparnya.
Pelanggaraan tersebut terletak pada beberapa tahapan. Pertama, proses
pengurusan hak atas tanah. Kedua, proses pengurusan izin pembangunan. "Ketiga,
proses pelelangan. Keempat, proses persetujuan RKA-KL dan persetujuan
Kontrak Tahun Jamak," tambahnya. Kelima, pelaksanaan pekerjaan konstruksi
dan keenam, pembayaran dan aliran dana yang diikuti rekayasa akuntansi.
Terkait proses persetujuan RKA-KL dan persetujuan Kontrak Tahun Jamak,
BPK juga menemukan adanya pencabutan Peraturan Menteri Keuangan (PMK)
Nomor: 56/PMK.02/2010 yang diganti dengan PMK Nomor: 194/PMK.02/2011
tentang Tata Cara Pengajuan Persetujuan Kontrak Tahun Jamak Dalam Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah yang diduga mengalami penurunan makna substantif
dalam proses persetujuan Kontrak Tahun Jamak. Hal ini dapat melegalisasi
penyimpangan semacam kasus hambalang untuk tahun-tahun berikutnya.
B. Hasil Analisis
1. Bahwa permohonan persetujuan kontrak tahun jamak dari Kemenpora kepada
Menteri Keuangan atas proyek pembangunan P3 SON Hambalang tidak
memenuhi persyaratan sebagaimana yang ditetapkan dalam peraturan yang
berlaku, sehingga selayaknya permohonan tersebut tidak dapat disetujui
Menteri Keuangan.
2. Bahwa pihak-pihak terkait secara bersama-sama diduga telah melakukan
rekayasa pelelangan untuk memenangkan rekanan tertentu dalam proses
pemilihan rekanan pelaksana proyek pembangunan P3 SON Hambalang.
3. Bahwa pihak Kemenpora selaku pemilik proyek tidak pernah melakukan studi
amdal maupun menyusun DELH (Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup)
terhadap proyek pembangunan P3 SON Hambalang sebagaimana yang
diamanatkan UU Lingkungan Hidup. Persyaratan adanya studi amdal terlebih
dahulu sebelum mengajukan izin lokasi, site plan, dan IMB kepada Pemkab
Bogor tidak pernah dipenuhi oleh Kemenpora.
C. Solusi Permasalahan
1. Direktorat Jenderal Olahraga Departemen Pendidikan Nasional (sebelum
berganti nama menjadi Kemenpora) sebelum menentukan sebuah lokasi
yang akan dijadikan sebagai Pusat Pendidikan Pelatihan Olahraga Pelajar
Tingkat Nasional (National Training Camp Sport Center) harus terlebih
dahulu melakukan observasi yang lebih detail tentang bagaimana kondisi
geografis lokasi yang bersangkutan.
2. Setiap proyek besar seperti hambalang juga perlu adanya pengawasan
langsung dari pihak-pihak yang bersangkutan (misalnya dari kemenkeu,
terlibat dalam pendanaan) agar tidak terjadi penyelewengan wewenang.
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Di dalam perusahaan, baik perusahaan skala regional, nasional maupun
internasional tidak jarang ditemukan fenomena Fraud (kecurangan) yang
dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab. Fraud (kecurangan)
ini dapat dilakukan oleh siapa saja, baik dari oknum manajemen maupun staf
(karyawan) yang biasanya dilakukan sebagai akibat dari hasrat ketidakpuasan
dalam diri seseorang (karyawan).
Apabila dalam suatu perusahan banyak terjadi kegiatan Fraud
(kecurangan) maka bisa dikatakan bahwa manajemen dalam perusahaan
tersebut buruk dalam hal pengawasan dan mengontrol aktivitas-aktivitas
perusahaan.
Fraud (kecurangan) dapat dicegah dengan cara menegakan peraturan,
kebijakan, dan prosedur yang tegas; memperluas rentang kendali dan
tanggung jawab manajer; sistem dan standar pelaporan harian, bulanan, tiga
bulanan, hingga tahunan; dan analisis kuantitatif potensi kerugian dalam
menentukan kebijakan.
B. Saran
Baik dari pihak pelaku maupun pihak perusahaan seharusnya menjalin
hubungan komunikasi positif dengan menjelaskan hal apa saja yang
diharapkan dari masing-masing pihak, agar setiap hak dan kewajiban masing-
masing terpenuhi dan tidak terjadi fraud atau kecurangan dalam perusahaan.
Pihak internal perusahaan juga seharusnya memberikan wawasan tentang
dampak negative fraud dan memberikan pemahaman tentang aturan-aturan
dalam perusahaan. Serta bagi para karyawan seharusnya bertindak jujur, loyal,
dan berkomitmen terhadap pekerjaan yang dipangku di perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA