Anda di halaman 1dari 134

DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN

HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)


Syahril Djaddang

DETERMINAN
MANAJEMEN AKRUAL
DAN VOLATILITAS LABA
PADA PERUSAHAAN HEDGERS & UNHEDGERS
(Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)

Syahril Djaddang

i
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

PERPUSTAKAAN NASIONAL: KATALOG DALAM TERBITAN (KDT)

DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL


DAN VOLATILITAS LABA
PADA PERUSAHAAN HEDGERS & UNHEDGERS
(Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)

Djaddang, Syahril

Semarang, 2015 Penerbit Pustaka Magister

xiv, halaman

ISBN 978-602-8258-27-9

Hak cipta dilindungi undang-undang


All rights reserved

Lay-out/Setting:
aguss246@gmail.com
082324141209

Sanksi Pelanggaran pasal 72:


Undang-undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta
Ayat 1 : Barangsiapa dengan sengaja atau tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 2 ayat ( 1) atau pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan
Pidana penjara masing-masing paling singkat (satu) bulan dan/atau denda paling
Sedikit Rp. 1.000.000,00(satu juta rupiah),atau pidana penjara paling lama 7(tujuh) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah).
Ayat 2 : Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan,memamerkan,mengedarkan atau menjual
kepada umum suatu ciptaan barang hasil pelanggaran hak cipta sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan penjara paling lama 5(lima) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp. 5.000.000,00 (lima juta rupiah)

ii
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

Motto Dan Persembahan


Keutamaan Ilmu Daripada Harta

Motto :
1. Sebab, Ilmu merupakan pusaka para nabi, sedangkan harta adalah warisan Qorun, Firaun, dan
lainnya.
2. Sebab ilmu dapat menjaga kamu, sedangkan harta itu kamulah yang menjaganya.
3. Sebab, orang kaya harta banyak musuhnya, sedangkan orang kaya ilmu banyak sahabatnya.
4. Sebab, Harta kalau dibelanjakan menjadi berkurang, sedangkan ilmu kalau diberikan akan
bertambah..
5. Sebab, Karena orang kaya yang banyak harta dipanggil dengan sebutan bakhil, sedangkan orang
yang banyak ilmunya dipanggil disebut Agung.
6. Sebab, Ilmu tidak perlu dijaga dari pencuri, sebab harta perlu dijaga oleh pencuri.
7. Sebab, pada hari kiamat, orang yang banyak harta pasti akan dihisab, sedangkan orang yang
berilmu dapat memberikan syafaat pada hari kiamat.
8. Sebab, Harta dapat rusak dan habis, sedangkan ilmu tidak akan rusak dan tidak akan habis.
9. Sebab, harta dapat menjadikan padatnya perasaan, sedangkan ilmu dapat menerangi hati..
10. Sebab, Orang yang memilki harta sering mengakui sifat ketuhanan, sedangkan orang yang berilmu
dapat merealisasikan ibadah.

Ali bin Abi Thalib ra

Kupersembahkan karya ini untuk:

1. Alm.Ibu Hj.Ummi dan Alm. bapak Djaddang yang telah berpulang ke pangkuan NYA
Sejak tahun 1993 dan tahun 2014, Al-faatihah dan senantiasa memanjatkan doa yang tiada
putusnya semasa hidup beliau sampai akhir hayatnya.
2. Istriku tercinta, Hj.E.Sulistiawarni, SE.,Ak.CA…..motivasiku dan inspirasiku. Terima kasih atas
dukungan moril dan materi yang tak terhingga serta getaran doanya dalam setiap detik yang kau
panjatkan untuk suamimu yang sedang berjihad di ladang ilmu pengetahuan dan dijalanNYA..
anak-anakku, Sudaryadi Pratama, Muhammad Salim Noviansyah dan Muhammad Rafly
Adriansyah yang tetap sabar atas kurangnya perhatian dan waktu untuk bersama.
3. Bapak ibu mertua,Hj.Tjitjih dan Almarhum Drs.H.Sudayat,Akt. Terima kasih atas dukungan dan
doanya yang terus menerus.
4. Bapak ibu guru, dan dosen-dosenku yang menjadi pembuka pintu hidayah serta Ilmu
Pengetahuan
5. Adik Sariana, Sunardi,A.Md, E.Agus Suryadi,SH, E.Eyun Sudrajat,SKom, E.Ika Indriasari dan
kakak Ipar Drs. Sumardi Wiguna sebagai pemicu untuk meraih kehidupan yang lebih baik di masa
depan.
6. Almamater tercinta: Universitas Diponegoro Semarang, Universitas Hasanuddin Makassar, SMA
Negeri1, SMP Negeri1 dan SD KH1 ParePare, Sulawesi Selatan.

iii
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

iv
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

KATA PENGANTAR

Alhamdulilah, penulis panjatkan puji syukur kepada Allah SWT atas Limpahan
Rahmatnya, kelapangan rejeki, nikmat kesehatan, motivasi, karunia, kesabaran dan
kemampuan kepada penulis untuk menyelesaikan buku yang berjudul DETERMINAN
MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien).Dan
penulisan buku ini didasarkan pada hasil penelitian dan disertasi penulis.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji peran perbedaan corporate
governance perusahaan terhadap volatilitas laba antara perusahaan hedgers dan
unhedgers di Bursa Efek Indonesia dan model uji Manajemen Akrual memediasi
hubungan antara corporate governance dengan Volatilitas laba. Fokus penelitian ini pada
volatilitas laba dan manajemen akrual sebagai pemicu peran struktur kepemilikan,
komite audit independen dan kualitas audit untuk mengurangi perilaku oportunistik dalam
manajemen akrual dan mengurangi volatilitas laba dan dampaknya pada perusahaan
hedgers dan unhedgers.
Metode Penelitian ini menggunakan data sekunder dari laporan tahunan yang
mengimplementasikan GC dan menerapkan manajemen akrual. Pengumpulan data
menggunakan metode dokumentasi, yaitu data yang dikumpulkan dari sumber dan
kemudian didokumentasikan sebagai penunjang penelitian. Pengujian dengan
menggunakan model persamaan struktural (SEM) melalui program-PLS Warp 4.0.
Hasil pengujian menunjukkan model kepemilikan manajemen atas hubungan
kelembagaan dan komite audit independen sebagai pengawasan internal dan faktor
pendorong perusahaan untuk mengurangi volatilitas laba dan peran kepemilikan
institusional dan komite audit independen sebagai alat monitoring dan kontrol untuk
mengurangi perilaku manajemen oportunistik dalam manajemen akrual. Ada perbedaan
lindung nilai keuangan sebagai trading antara perusahaan hedgers dan perusahaan
unhedgers sebagai spekulatif dalam mengurangi manajemen akrual pada hubungan
corporate governance dengan volatilitas laba. Ada mediasi parsial atas hubungan Komite
Audit Independen dengan Volatilitas laba dimediasi manajemen akrual antara perusahaan
hedgers dan unhedgers
Penulis membuka ruang untuk berdiskusi, serta menerima berbagai kritik dan saran
terkait dalam penulisan buku ini melalui media email (djaddangsyahril@gmail.com atau
syahrildjaddang@rocketmail.com). Insya Allah dengan IzinNya, penulis dengan senang
hati menjawab setiap sapaan dan pertanyaan yang sifatnya membangun.
Akhirnya, dengan segala kekurangan dan keterbatasan, penulis persembahkan karya
ini kepada dunia ilmu pengetahuan. Semoga dapat memberikan warna dan menambah
khazanah tentang sebuah konsep baru manajemen akrual. Kebenaran dan kesempurnaan

v
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

adalah milik Allah, segala bentuk kesalahan terkait konsep, interpretasi, diksi maupun
redaksional adalah tanggung jawab dan milik penulis.
Semoga karya ini membawa manfaat bagi Amal Jariah yang mengalir diladang Ilmu
Pengetahuan. Billahittaufik Wal Hidayah. Assalamu Alaikum Wr.Wb.

Semarang, November 2015


Penulis

Syahril Djaddang

vi
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur kepada Allah SWT atas Limpahan Rahmatnya, kelapangan rejeki, nikmat
kesehatan, motivasi, karunia, kesabaran dan kemampuan kepada penulis untuk
menyelesaikan buku ini. Penulisan buku ini dapat terlaksana karena dukungan dan
bantuan dari berbagai pihak. Atas restu dan doa mereka, sehingga penulis sampaikan
penghargaan dan ucapan terima kasih tak terhingga kepada:
1. Prof. Dr. Yos Johan Utama, S.H., M.H. sebagai Rektor Universitas Diponegoro
beserta jajarannya; Prof. Dr. Purwanto, DEA sebagai Direktur Program Pasca Sarjana
beserta jajarannya; Prof. Dr. Anies M.Kes, PKK sebagai Direktur Program Pasca
sarjana periode sebelumnya beserta jajarannya; Prof. Dr. H. M.Nasir, M.Si., Akt
sebagai Dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Periode 2010-2014. Dr. Suharnomo
Kaslan,SE,MM fakultas Ekonomika dan Bisnis sebagai Dekan Fakultas Ekonomika
dan Bisnis saat ini beserta jajarannya, dan Prof. Dr. Augusty Ferdinand, M.B.A
mantan ketua program Doktor Ilmu Ekonomi dan Prof. H.Imam Ghozali, M.Com,
Ak, Ph.D sebagai ketua program Doktor Ilmu Ekonomi beserta jajarannya yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh dan penyelesaikan studi
pada Program Doktor Ilmu Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang.
2. Prof. H.Imam Ghozali, M.Com, Ak, Ph.D sebagai Promotor dan Drs. H.Tarmizi
Achmad, Ak, M.B.A, Ph.D sebagai kopromotor yang bersedia meluangkan waktu dan
memberikan bimbingan serta arahan sehingga disertasi ini dapat diselesaikan.
3. Dr. Pujiharto, M.Si, Ak. CA, Dr. Fuad, SET. M.Si, Dr.Agus Purwanto,Ak, M.Si, CA
dan Prof. Dr. Rahman,Ak, M.Si, CA selaku Penguji serta Almarhum Prof. Dr Arifin
Sabeni,Ak, M.Com yang pernah menjadi tim promotor dan memberikan motivasi,
bimbingan dan arahan kepada penulis.
4. Seluruh staf pengajar Program Doktor Ilmu Ekonomi Universitas Diponegoro
Semarang yang telah memberikan bekal Ilmu yang bermanfaat bagi penulis.
5. Seluruh staf admisi Program Doktor Ilmu Ekonomi Universitas Diponegoro
Semarang yang telah memberikan pelayanan administrasi sangat baik dengan penuh
keramahan, sehingga sangat membantu penulis selama menempuh perkuliahaan dan
seluruh tahapan ujian.
6. Dekan FEB UMB Prof. Dr. Wiwik Utami,MS, Ak, CA dan seluruh Dosen FEB-UMB
yang memberikan kesempatan kepada penulis separuh waktu untuk menempuh
Program Doktor Ilmu Ekonomi-Akuntansi di Univertas Diponegoro, dimana penulis
pernah mengabdi selama 17 tahun di FEB UMB Jakarta.
7. Rektor Universitas Pancasila Prof.Dr.Wahono Sumaryono,Apt beserta jajarannya;
Wakil Rektor I, Wakil Rektor II dan III. Mantan Dekan FEB UP Prof.Dr.Tri Wdya
Astuti,SE.,MM,CA dan Dekan FEB UP. Dr.Hj.Sri Widyastuti, SE.,MM, M.Si.
beserta jajarannya; Wakil Dekan bidang akademik Nana Nawasiah,SE,MM, Wakil

vii
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

Dekan bidang keuangan Sri Ambarwati,SE,.Ak,MSM,CA dan Wadek III Laili Noor
Savitri,SE.,MM serta Ketua Program Magister Akuntansi Dr.H.Suratno,MM,CA
yang memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan Program Doktor
Ilmu Ekonomi-Akuntansi di Undip.
8. Teman sejawat, Dr.Laela Pujianti, SE,M.Si,CA, Dr.Harimurti Wulanjani,SE,MM dan
Shanty Lyshandra,SE.,MM,CA, Kurnia,SE.,MM, Mulyadi,SE.,MM, Indah
Masri,SE,M.Si,CA dan dosen FEB UP yang tidak saya sebutkan satu persatu dalam
buku kecil ini serta seluruh karyawan FEB Universitas Pancasila yang telah
membantu dan memberi dukungan kepada penulis sejak pertengahan studi sampai
penyelesaian disertasi ini.
9. Ketua Program Studi Magister Manajemen Sekolah Pasca Sarjana Universitas Ibnu
Khaldun Bogor Ibu Dr.Hj.Indu Purnahayu,SE.,MM,Ak.,CA memberi dukungan
kepada penulis pada akhir masa studi sampai penyelesaian disertasi ini.
10. Teman-teman pada Program Doktor Ilmu Ekonomi Universitas Diponegoro,
khususnya angkatan tahun 2011 atas kerjasama dan dukungan yang diberikan kepada
penulis selama masa studi sampai penyelesaian disertasi ini.
11. Managing Director KAP S.Mannan, M.Ardiansyah Syam & Rekan beserta
jajarannya; Manajer Audit Ibu Hj Ir.Hasnawati,Ak,CA,CPA dan adik-adik senior dan
yunior audit yang banyak memberikan dukungan materil dan moril serta perhatiannya
kepada penulis untuk penyelesaian disertasi ini.
12. Ketua STIE Swadaya Dr.(Cd) Hasanuddin Pasiama, M.S beserta jajarannya; Wakil
Ketua Drs.Supriasmono,MSE dan Kajur Manajemen dan Magister Management
Dr.Ilyas Saad,M.Ec beserta seluruh staf administrasi yang memberikan dukungan
materil dan moril atas penyelesaian disertasi ini.
13. kedua orang tua penulis Almarhum Bpk.Djaddang dan Ibu Hj.Ummi semoga amal
sholeh dan ilmu yang bermanfaat dari anakmu ini senantiasa mengalir dan
melindungimu di akhirat.....Aamiin YRA.
14. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada keluarga, Yaitu Istri tercinta
Hj.E.Sulistiawarni,Ak,CA, anak-anak kami yang tersayang; Sudaryadi Pratama,
Muhammad Salim Noviansyah dan Muhammad Rafly Adriansyah; Almarhum
Bpk.Drs.Sudayat,Ak, Ibu mertua Ibu Hj.Tjitjih dan saudara-saudaraku Sariana dan
Sunardi Djaddang, kakak dan adik-adik Ipar yang senantiasa memberikan dorongan,
motivasi, materi dan doa yang tak pernah putus-putusnya sampai sekarang....Aamiin
YRA. Keluarga besar Jamaah Masjid Al-Hidayah Panaragan Aspol Bogor yang telah
memberikan dukungan doa selama penulis menempuh pendidikan Doktor Ilmu
Ekonomi Akuntansi Undip.

viii
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

DAFTAR ISI

Halaman Judul ........................................................................ i

Halaman Persetujuan ........................................................................ ii

Motto dan Persembahan .................................................................... iii

Kata Pengantar ........................................................................ v

Ucapan Terima Kasih ........................................................................ vii

Daftar Isi ....................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN .............................................................. 1

1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

1.2 GAP Penelitian ........................................................... 4

1.3 Rumusan Masalah Penelitian .................................................... 8

1.4 Pertanyaan Penelitian .......................................................... 8

1.5 Tujuan Penelitian ........................................................... 9

1.5 Manfaat Penelitian .......................................................... 10

1.6 Orisinalitas Penelitian .......................................................... 10

ix
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

BAB II TELAAH PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN MODEL 12

2.1 Justifikasi Teori ................................................................ 12

2.1.1 Teori Akuntansi Positif ............................................................... 12

2.1,2 Teori Agency ............................................................... 14

2.1.3. Teori Efisien ............................................................... 14

2.1.4. Risiko (Volatilitas) .............................................................. 17

2.1.5 Laba Akuntansi (Akrual) ......................................................... 17

2.1.6 Risiko Hedging .......................................................... 18

2.1.7 Implementasi Risiko ........................................................... 19

2.1.8 Manajemen Laba ........................................................... 19

2.1.9 Discreationary Accrual dan Manajemen Akrual .................... 20

2.1.10 Corporate Governance........................................................... 22

2.1.11 Hedging ........................................................... 23

2.1.12 Instrument Derivatif yang dihedging .................................. 25

2.1.13 Hedging sesuai SAK ........................................................... 25

2.1.14 Hedging Keuangan ........................................................... 26

2.2. Ikhtisar Penelitian Terdahulu ............................................... 26

2.3. Model Penelitian ........................................................... 35

2.3.1 Model Teoritikal Dasar ......................................................... 35

x
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

2.3.2 Model Penelitian Empiris ..................................................... 37

2.4. Pengembangan Hipotesis ...................................................... 38

BAB III METODE PENELITIAN 49

3.1. Desain Penelitian .............................................................. 49

3.2. Jenis dan Sumber Data ............................................................... 49

3.3. Populasi dan Sample ............................................................... 50

3.4. Definisi Operasional Aktivitas Hedging Keuangan ................... 52

3.5. Variabel Penelitian dan Operasional ariable .............................. 52

3.6. Metode Analisis Data .............................................................. 55

BAB IV Hasil Dan Pembahasan 61

4.1 Data dan Sampel ................................................................. 61

4.2 Statistik Deskriptif ................................................................ 61

4.3 Pengujian Hipotesis ............................................................... 63

BAB V Pembahasan Dan Temuan Penelitian 84

5.1. Pengujian Hipotesis Satu ....................................................... 84

5.2. Pengujian Hipotesis Dua ....................................................... 86

xi
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

5.3 Pengujian Hipotesis Tiga ...................................................... 88

5.4 Pengujian Hipotesis Empat ................................................... 88

5.5 Pengujian Hipotesis Lima ..................................................... 92

BAB VI Kesimpulan, Implikasi Penelitian Dan Keterbatasa Penelitian

6.1. Simpulan ............................................................................ 94

6.2. Implikasi Teoritis ............................................................... 96

6.3. Implikasi Kebijakan ........................................................... 97

6.4. Keterbatasan Penelitian ...................................................... 99

6.5. Agenda Penelitian Mendatang ........................................... 100

DAFTAR PUSTAKA ......................................................... 102

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 25

LAMPIRAN - LAMPIRAN

xii
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

xiii
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Awal abad ke-20 terjadi perkembangan perusahaan dan mendirikan kelompok
perusahaan besar. Elemen penting bagi evolusi ini adalah banyak perusahaan berpaling
dari pembiayaan yang diperoleh dari pinjaman di Bank ke pembiayaan yang diperoleh
dari para investor dan pasar modal, untuk mengatasi volatilitas laba perusahaan yang
merugikan masyarakat, seperti; PT. Arwana Citra Mulia, Tbk., PT. Astra Internasional,
Tbk, PT. Bakrie Finance Corporation, Tbk, PT. Bank Lippo, Tbk dan Bank Century, PT.
Central Korporindo Internasional, Tbk, PT. Eratex Djaja Ltd, Tbk, Kimia Farma dan PT.
Telkom (Ismal (2006)). Pada kasus PT. Kimia Farma Tbk. Pada tahun 2002
mengindikasikan adanya praktik manajemen akrual dengan menaikan laba hingga Rp
32,7 milyar. PT. Indofarma pada tahun 2004 melakukan praktik manajemen akrual
dengan menyajikan overstated laba bersih senilai Rp 28,870 milyar, sebagai dampak dari
penilaian persediaan barang dalam proses yang lebih tinggi dari yang seharusnya,
sehingga harga pokok penjualan tahun tersebut understated.
Laba yang dilaporkan dalam laporan keuangan merupakan laba yang dihasilkan
dengan metode akrual (IAI 2012). Dechow dkk. (1995) menyatakan laba akrual dianggap
sebagai ukuran yang lebih baik dibandingkan dengan arus kas dari aktivitas operasi
karena akrual mempertimbangkan masalah waktu, tidak seperti yang terdapat dalam arus
kas dari aktivitas operasional. Menurut Sabbaghi (2011) menyatakan bahwa korelasi
return saham dengan volatilitas laba selama krisis keuangan dan Bartram dkk. (2007)
menemukan bukti bahwa peningkatan korelasi pasar dalam periode krisis tidak didorong
oleh volatilitas laba. Pollet dan Wilson (2010) menyatakan bahwa volatilitas laba yang
tinggi terungkap dengan korelasi antara saham.. Lynch dkk. (2009) menunjukkan bahwa
korelasi aset keuangan adalah faktor yang berkontribusi terhadap gejolak/volatilitas laba.
Penelitian Novita dkk. (2009) menyatakan bahwa manajemen memilih untuk
menjaga nilai laba yang stabil dibandingkan dengan laba yang bergejolak (volatile atau
volatility earnings), sehingga manajemen akan menaikkan laba yang dilaporkan jika
jumlah laba yang sebenarnya menurun dari laba tahun sebelumnya. Manajemen akan
memilih menurunkan laba yang dilaporkan jika laba yang sebenarnya meningkat
dibandingkan laba tahun sebelumnya. Penelitian Shleifer dan Vishny (1997) menyatakan
bahwa Corporate governance merupakan serangkaian mekanisme yang dapat melindungi
pihak-pihak minoritas (outside investors/minority shareholders) yang dilakukan oleh para
manajer dan pemegang saham pengendali (insider). Pendekatan corporate governance
memiliki arti bahwa mekanisme kunci dari corporate governance adalah proteksi investor
eksternal (outside investors), baik pemegang saham maupun kreditor, melalui
pelaksanaan sistem.

1
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

Black dkk. (2003) menyatakan bahwa perusahaan yang dikelola dengan baik dan
menguntungkan, serta investor dapat menilai earnings atau dividen lebih tinggi untuk
perusahaan yang menerapkan corporate governance. Hasil penelitian Pillania dan
Aluchna (2009) menunjukkan bukti bahwa investor menilai earnings atau arus dividen
untuk perusahaan yang menerapkan corporate governance. dalam memitigasi perilaku
manajemen yang oportunistik. Manajemen laba dilakukan karena adanya keleluasaan
kebijakan manajemen dalam menentukan praktik akuntansi suatu akun dalam neraca.
Sulistyanto (2008) menyatakan bahwa praktik akrual dilakukan dengan mempermainkan
komponen-komponen akrual dalam laporan keuangan, sebab akrual merupakan
komponen yang mudah untuk dipermainkan sesuai dengan keinginan orang melakukan
pencatatan dan menyusun laporan keuangan.
Penelitian Scott (2009) menemukan bahwa tujuan perusahaan untuk melakukan
praktik pengelolaan laba adalah; Pertama, manajemen perusahaan berusaha untuk
menambah tingkat transparansi laba dalam mengkomunikasikan informasi internal
perusahaan, dalam hal pengelolaan laba dilakukan secara efisien. Kedua adalah
manajemen perusahaan berusaha untuk memaksimalkan keuntungan bagi dirinya sendiri,
dalam hal ini pengelolaan laba bersifat oportunistik. Praktik pengelolaan laba yang
bersifat oportunistik yang membuat investor salah dalam mengambil keputusan investasi.
Pengelolaan laba oportunistik merupakan konsep teori keagenan (agency theory) yaitu
ketika semua pihak memiliki dorongan untuk mendahulukan kepentingannya sehingga
timbul adanya konflik antara prinsipal dengan agen. Penelitian ini fokus pada praktik
pengelolaan laba yang bersifat kontrak efisien yang berdampak pada volatilitas laba.
Kegagalan beberapa perusahaan di atas dan timbulnya kasus malpraktik keuangan
akibat krisis, sehingga peran Corporate Governance sebagai “internal control wrong”
atas kebobolan perusahaan secara internal. Pelanggaran yang dilakukan oleh perusahaan
emiten di pasar modal yang ditangani Otoritas Jasa Keuangan menunjukkan aturan
tentang akuntansi lindung nilai untuk mereduksi ‘conflict of interest’ dan menerapkan
strategi akuntansi seperti; hedge keuangan untuk mengurangi volatilitas laba perusahaan
atas transaksi nilai wajar dan investasi neto mata uang asing (Herawati 2002).
Penelitian Guay dan Kothari (2003) menemukan bukti bahwa volatilitas laba dan
arus kas tinggi karena ketidaksempurnaan informasi di pasar modal. Perusahaan besar
menggunakan derivatif keuangan untuk aktivitas lindung nilai. Derivatif keuangan untuk
mengantisipasi kerugian yang besar di masa yang akan datang, biasanya investor
menggunakan sekuritas derivatif. Transaksi derivatif merupakan salah satu instrumen
keuangan yang dipergunakan untuk mengurangi gejolak/volatilitas laba. Manajer dapat
mengurangi volatilitas laba dan arus kas dengan melakukan diversifikasi arus kas melalui
pemilihan proyek, akuisisi, atau investasi yang fleksible. Proses asersi laporan keuangan
dapat mempengaruhi volatilitas laba yang dilaporkan dan pentingnya peran manajemen
akrual yang akan diharapkan memitigasi volatilitas laba perusahaan. Tujuan manajemen

2
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

akrual meningkatkan kesejahteraan pemilik dalam jangka panjang (Fischer dan


Rosenzweig 1995) dan Scott (2009). Manajemen akrual dapat menimbulkan masalah
keagenan (agency cost) yang dipicu adanya perbedaan kepentingan antara manajemen
(agent) dengan pemegang saham (principal).
Praktik manajemen akrual dapat diminimumkan melalui mekanisme monitoring
untuk menyelaraskan (alignment) perbedaan kepentingan pemilik dan manajemen antara
lain dengan; (1) Memperbesar kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen
(managerial ownership) Jensen dan Meckling (1976); (2) Kepemilikan saham
institusional karena dianggap sebagai sophisticated investor dengan jumlah kepemilikan
signifikan dapat memonitor manajemen yang berdampak mengurangi motivasi manajer
untuk melakukan manajemen akrual (Midiastuty dkk. 2003); (3) Peran monitoring yang
dilakukan dewan komisaris independent (Mulyaningsih 2013); (4) Kualitas Audit
diproksikan dari auditor yang kompeten dan bersikap independen sehingga menjadi pihak
yang memberikan kepastian terhadap angka-angka akuntansi sebagai asersi manajemen.
Deteksi atas manajemen akrual dalam laporan keuangan melalui penggunaan
akrual. Peran akrual sebagai ukuran kinerja perusahaan menjadi pertanyaan penting
dalam riset akuntansi. Laba akrual dipandang sebagai ukuran kinerja perusahaan yang
lebih superior daripada aliran kas karena akrual mengurangi masalah waktu dan
ketidakcocokan (mismatching) yang melekat dalam pengukuran aliran kas (Dechow dkk.
2011). Akuntansi akrual menjadi subjek kebijakan manajerial. Adanya ketidaksepakatan
(misalignment) antara manajer dan pemegang saham mendorong manajer untuk mengatur
laba secara oportunistik yang menyebabkan distorsi atas laba yang dilaporkan (Watts dan
Zimmerman 1986). Perusahaan yang melakukan manajemen akrual akan mengungkapkan
lebih sedikit informasi dalam laporan keuangan agar tindakannya tidak mudah terdeteksi.
Lupitasari (2013) berpendapat bahwa tindakan manajemen laba (earnings management)
memunculkan beberapa kasus skandal pelaporan akuntansi, salah satu contohnya adalah
Enron sebuah kasus yang terjadi di Amerika, sedangkan contoh kasus yang terjadi di
Indonesia seperti PT. Lippo Tbk dan PT. Kimia Farma Tbk tahun 2002 berawal dari
terdeteksinya manipulasi dalam pelaporan keuangan (Boediono 2005).
Barth dkk. (2008) memberikan bukti bahwa pasar modal menghargai perusahaan
yang mengalami peningkatan laba dan memberikan tambahan insentif atas kebijakan
hedging untuk menghindari volatilitas laba. Hedging/lindung nilai adalah strategi
manajemen risiko yang rasional dan ekonomis. International Accounting Standard Board
telah mengatasi banyak masalah dalam tiga tahapan untuk menggantikan IAS 39 dengan
IFRS 9 yang dikonvergensi dalam PSAK 50 dan PSAK 55. Aktivitas lindung nilai
dengan nilai wajar membuat pengukuran penggunaan derivatif keuangan lebih transparan,
memberikan gambaran lebih baik tentang eksposur risiko keuangan. Aktivitas hedging
dapat meningkatkan volatilitas laba jika instrumen derivatif keuangan tidak memenuhi
syarat untuk perlakuan akuntansi hedging.

3
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

Perlakuan akuntansi hedging perusahaan berdampak pada laporan tahunan


perusahaan sebagai lindung nilai ekonomi atau perilaku hedging keuangan. Aktivitas
hedging keuangan dapat mengalami perubahan dalam instrumen derivatif keuangan dan
tingkat hedging. Perusahaan dapat menghentikan aktivitas hedging keuangan pada setiap
penurunan manfaat hedging, seperti penggunaan derivatif keuangan yang terkait dengan
volatilitas laba tinggi. Penelitian Indriyani (2015) dan PSAK 55 mengakui lindung nilai
atas nilai wajar, lindung nilai arus kas dan lindung nilai atas investasi bersih pada
kegiatan operasi luar negeri. Hedging atas nilai wajar mengacu pada lindung nilai
terhadap risiko perubahan nilai wajar kewajiban dan aset diakui atau komitmen yang
belum diakui. Lindung nilai arus kas mengacu pada eksposur variabilitas arus kas dari
aset atau kewajiban yang diakui.
Penelitian Intrisano (2012) menunjukkan bahwa kompensasi manajer adalah
penentu keputusan perusahaan hedgers dan unhedgers. Campbell dan Kracaw (1991)
meneliti perusahaan asuransi melalui hedging yang menunjukkan bahwa kontrak insentif
tertentu, pemegang saham akan dirugikan oleh perilaku manajer untuk melakukan
hedging karena manajer akan menyimpang dari usaha mengakuisisi perusahaan asuransi.
Kontrak hedging dilaksanakan, pemegang saham dapat berbagi keuntungan langsung
dengan manajer disebut perusahaan hedgers, sedangkan perusahaan unhedgers adalah
perusahaan yang tidak melakukan hedging keuangan dan cendrung melakukan
manajemen akrual untuk mengurangi volatilitas laba.
Bank Indonesia menyambut baik himbauan Pemerintah. Terbitlah Peraturan Bank
Indonesia Nomor 15/2013 pada 7 Oktober 2013. Merangkum beragam peraturan yang
pernah diterbitkan, peraturan ini menegaskan dukungan dan dorongan Bank Indonesia
bagi BUMN memanfaatkan fasilitas lindung nilai di pasar keuangan untuk pemenuhan
kebutuhan valuta asing. Di tengah gejolak, sinergi pun tercipta, seperti; apa yang terjadi
pada PLN ketika nilai rupiah anjlok pada 2008. Patokan kurs yang semula Rp 9.400 per
dolar AS pada 2007 naik menjadi Rp 10.900 per dolar AS pada 2008. Dari beban utang
6,6 miliar dolar AS, PLN menderita rugi kurs sampai Rp 9,3 triliun. Sejak April 2009
PLN sebenarnya sudah berniat melakukan lindung nilai (hedging) terhadap setengah dari
beban utangnya. Namun, sampai tahun ini PLN belum melakukan hedging karena ada
persoalan persepsi, soal tindakan tersebut dengan implikasi hukum. Beda persepsi itu
terkait dengan audit Badan Pemeriksa Keuangan. Penundaan hedging, menyebabkan PLN
kembali mengalami kerugian kurs pada September 2012, senilai Rp 9,16 triliun.

1.2 Gap Penelitian


Hasil yang beragam, terutama menghadapi kebijakan manajemen yang oportunistik
dalam kegiatan operasionalnya, sehingga menimbulkan volatilitas laba. Beberapa
kesenjangan hasil-hasil penelitian mengenai masing-masing komponen corporate
governance terhadap manajemen akrual dan volatilitas laba dikemukakan sebagai berikut:

4
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

1.2.1 Pengaruh Corporate Governance terhadap Volatilitas Laba


Penelitian Amir dkk. (2010) menemukan bahwa direksi, Chief Executive Officer
(CEO) dan Chief Financial Officer pada perusahaan terdaftar di Swedia telah divonis
melakukan kejahatan. Penelitian ini konsisten antara peran direksi dan CEO berpengaruh
negatif terhadap volatilitas laba. Temuan ini meningkatkan peran corporate governance
atas karakteristik manajemen senior dalam pengambilan keputusan. Barnhart dan
Rosenstein (1998) mekanisme corporate governance dibagi menjadi dua kelompok.
Pertama, berupa internal mechanisms (mekanisme internal) seperti; komposisi dewan
direksi/komisaris, kepemilikan manajerial, kualitas audit dan kompensasi eksekutif
berpengaruh positif terhadap gejolak/volatilitas laba. Kedua, external mechanisms seperti,
kepemilikan institusional, komite audit independen, pengendalian oleh pasar, dan level
debt financial berpengaruh negatif terhadap gejolak/volatilitas laba.
Penelitian Hardianto (2013) mekanisme corporate governance yang dibagi menjadi
dua kelompok yaitu internal dan external mechanisms. Internal mechanisms adalah cara
untuk mengendalikan perusahaan dengan menggunakan struktur dan proses internal
seperti rapat umum pemegang saham, kepemilikan manajemen, komposisi dewan
komisaris, komposisi dewan direksi dan pertemuan dengan board of directors tidak
berpengaruh terhadap gejolak/volatilitas laba. Sedangkan external mechanisms adalah
cara mempengaruhi perusahaan dengan menggunakan mekanisme internal perusahaan
seperti kepemilikan institusional, komite audit independen dan pengendalian oleh pasar
dapat memitigasi gejolak volatilitas laba. Hasilnya adalah bahwa ketika kepemilikan
institusional tinggi, manajer cenderung untuk mengurangi investasi R & D untuk
menurunkan volatilitas laba. John Stanley dkk. (2009) menunjukkan bahwa pelaporan
keuangan dan kualitas audit berhubungan negatif dengan penurunan volatilitas laba.

1.2.2 Pengaruh Corporate Governance terhadap Manajemen Akrual


1.2.2.1 Struktur Kepemilikan dan manajemen Akrual
Pengaruh corporate governance dalam struktur kepemilikan perusahaan:
kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, komite audit independen dan kualitas
audit terhadap manajemen akrual dijelaskan pada bagian berikut:
Kepemilikan Manajerial. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa semakin
tinggi proporsi kepemilikan insider saham, semakin sedikit perbedaan kepentingan antara
manajemen dan eksternal, serta biaya agensi rendah dari ekuitas. Warfield dkk. (1995)
menemukan bahwa kepemilikan manajerial berhubungan negatif dengan besarnya
penyesuaian manajemen akrual dan berhubungan positif dengan keinformatifan laba.
Smith dan Kohlbeck (2008) memeriksa sampel dari perusahaan Australia selama periode
1993-1997 dan menemukan hubungan negatif antara kepemilikan saham manajerial
terhadap manajemen akrual. Peasnell dkk. (2005) menunjukkan bahwa peran direksi
dalam membatasi manajemen akrual hanya di perusahaan-perusahaan dengan

5
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

kepemilikan manajerial rendah, yang menunjukkan hasilnya tidak konsisten dengan


prediksi dari teori keagenan bahwa insentif untuk mengelola laba di perusahaan-
perusahaan dengan kepemilikan saham manajerial rendah.
Kepemilikan saham manajer yang besar berpengaruh terhadap manajemen akrual.
Oleh karena itu peneliti memprediksi hubungan negatif antara kepemilikan manajerial
dan manajemen akrual (Nagata and Hachiya 2007); Nagata (2013) menjelaskan hubungan
negatif antara kepemilikan manajemen/insider dan manajemen akrual abnormal untuk
830 IPO di Jepang selama periode 1989-2000. Jensen (2005) menunjukkan bahwa
kepemilikan saham manajemen yang tinggi cenderung melakukan tindakan manajemen
akrual yang oportunistik untuk keuntungan jangka pendek pada biaya pemangku
kepentingan perusahaan.
Kepemilikan Institusional. Struktur kepemilikan dari perspektif proporsi saham
yang dimiliki oleh pemegang saham institusional terhadap manajemen akrual. Pincus dan
Rajgopal (2002a) menyatakan bahwa kepemilikan saham institusional mungkin memiliki
implikasi terhadap manajemen akrual, sebagai pemegang saham institusi besar
memainkan peran pemantauan. Kepemilikan saham institusional menemukan hubungan
negatif dengan manajemen akrual. Bushee (1998) menguji apakah investor institusional
mengurangi atau menambah insentif untuk mengelola laba jangka pendek melalui
investasi R & D. Kepemilikan institusi dan proporsi yang tinggi dari lembaga-lembaga
investasi yang ditandai dengan omset portofolio tinggi, diversifikasi, dan momentum
perdagangan. Lang dan McNichols (1997) menemukan bahwa kelembagaan adalah
responsif terhadap laba, yang dapat meningkatkan insentif bagi perusahaan untuk terlibat
dalam manajemen akrual.
Smith dan Kohlbeck (2008) menemukan hubungan negatif pada tingkat
kepemilikan manajerial yang tinggi dibandingkan dengan kepemilikan institusional.
Investor institusi jangka pendek mendorong perusahaan menerbitkan dan melaporkan
manajemen akrual yang meningkat dengan menjual hak over-valued dan saham yang ada.
Investor institusi jangka panjang akan membatasi upaya manajer untuk memanipulasi
laba atau melakukan manajemen akrual yang dilaporkan atas rights issue. Ningsaptiti
(2010) meneliti tentang pengaruh mekanisme corporate governance dan ukuran
perusahaan terhadap manajemen akrual.
Komite audit independen dan Manajemen Akrual.
Penelitian Pamudji dan Trihartati (2010) meneliti pengaruh keefektifan komite
audit independen terhadap manajemen akrual, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
keseluruhan karakteristik komite audit independen tidak signifikan terhadap manajemen
akrual, hal ini menunjukkan bahwa pembentukan komite audit hanya menggambarkan
bentuk ketaatan terhadap peraturan. Besarnya manajemen akrual dalam perusahaan
dengan komite audit independen, memiliki setidaknya satu anggota ahli akuntansi atau

6
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

keuangan menjadi komite audit independen perusahaan (Bedard dkk. 2004); (Klein
2002) dan (Farber (2005)).
Kualitas audit dan Manajemen Akrual.
Kualitas audit yang diproksikan dengan akrual lancar dan telah digunakan beberapa
peneliti sebelumnya (Myers dkk. (2003)); (Manry dkk. 2008); (Giri, 2010) dan Rustiarini
(2013) berhasil membuktikan bahwa gender, kebangsaan, usia dan tingkat pendidikan
dapat mengurangi tingkat akrual, yang berarti meningkatkan kualitas audit. Piot dan
Janin (2007) dan Rustiarini (2013) menyatakan bahwa tingginya manajemen akrual
berhubungan positif dengan kegagalan audit. Manajemen akrual yang rendah
diasosiasikan dengan tingginya tingkat konservatisme yang dimiliki seorang auditor
sehingga dipandang dapat meningkatkan kualitas audit. Osma dan Noguer (2007)
menjelaskan antara kualitas audit berhubungan negatif terhadap manajemen akrual bagi
perusahaan di Spanyol.

1.2.3 Pengaruh Manajemen Akrual terhadap Volatilitas Laba


Muid dan Nanang (2005) menguji pengaruh manajemen akrual terhadap
risiko/volatilitas laba dan investasi, hasilnya menunjukkan bahwa manajemen akrual
tidak terbukti menimbulkan volatilitas laba. Nguyena dan Faff (2010) menginvestigasi
hubungan antara penggunaan manajemen akrual dan volatilitas laba perusahaan dengan
menggunakan sampel perusahaan di Australia. Hasilnya menunjukkan bahwa hubungan
ini tidak linier antara pengaruh manajemen akrual terhadap volatilitas laba, karena
penggunaan manajemen akrual berhubungan dengan pengurangan volatilitas laba.
Malpraktik yang melibatkan Kantor Akuntan Publik1) berkaitan dengan laporan
keuangan salah saji secara material akibat penipuan atau kecurangan. Kasus Enron diakui
telah menggelembungkan laba tidak layak dan menyembunyikan hutang melalui bisnis
partnership. Xerox didenda US$ 10 juta menyangkal atas kesalahannya untuk
menggelembungkan pendapatan dan laba dari tahun 1997 sampai 2000 dengan mengakui
________________________________________
Di Indonesia kasus-kasus serupa terjadi, misalnya kasus audit PT Telkom oleh KAP 1) “Eddy
Pianto & Rekan” (Sumarna 2003). Dalam kasus ini laporan keuangan auditan PT Telkom tidak
diakui oleh pemegang otoritas pasar modal di Amerika Serikat (SEC), dan atas peristiwa ini audit
ulang diminta untuk dilakukan oleh KAP yang lainnya. Kasus lainnya yang menarik adalah
keterlibatan10 KAP (jumlah sample dalam peer review) yang melakukan audit terhadap bank beku
operasi dan bank beku kegiatan usaha ((Ludigdo 2006)). Bahkan dalam kasus ini KAP-KAP besar
disebut-sebut juga terlibat (lihat Media Akuntansi, 2002). Selain itu terdapat kasus penggelapan
pajak yang melibatkan KAP “KPMG Sidharta Sidharta & Harsono” (KPMG-SSH) yang
menyarankan kepada kliennya (PT. Easman Christensen/PTEC) untuk melakukan penyuapan
kepada aparat perpajakan Indonesia untuk mendapatkan keringanan atas jumlah kewajiban pajak
yang harus dibayarnya (Sinaga dkk., 2001).

7
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

pendapatan atas kontrak-kontrak dimasa mendatang (Sinaga dan Ghozali 2012). Tindakan
kecurangan ini sering disebut manipulasi earnings yang berdampak pada munculnya
volatilitas laba yang timbul karena adanya tekanan atau dorongan untuk melakukan
kecurangan. Tekanan tersebut untuk memanipulasi earnings karena lemahnya
pengendalian internal, dengan cara sistem akuntansi akrual, dimana memberikan
kesempatan kepada manajer untuk membuat pertimbangan akuntansi yang akan
memberikan pengaruh positif kepada laba yang dilaporkan. DeAngelo (1986)
menyatakan konsep model akrual memiliki dua komponen, yaitu komponen
nondiscretionary dan discretionary.
DeMarzo dan Duffie (1995) memberikan bukti empiris terkait pengelolaan
risiko/volatilitas laba yang menunjukkan bahwa pengelolaan risiko dapat mengurangi
noise (gangguan) dan membantu investor untuk mengidentifikasi kemampuan manajer.
Perusahaan menggunakan metode hedge atau lindung nilai untuk mengatasi volatilitas
laba dengan menggunakan lindung nilai, perusahaan berusaha untuk mengurangi
munculnya risiko keuangan dengan menciptakan posisi yang mampu menutup kerugian
(offsetting position). Penelitian ini fokus pada volatilitas laba dipengaruhi oleh corporate
governance yang dimediasi oleh manajemen akrual karena hubungan kausalitas antara
Corporate Governance terhadap volatilitas laba secara lansung masih tidak konsisten.

1.3 Rumusan Masalah Penelitian


Berdasarkan latar belakang, gap penelitian dan fenomena bisnis yang telah dibahas
pada bagian sebelumnya, terdapat perbedaan hasil mengenai kepemilikan manajemen,
kepemilikan institusional, komite audit independen dan kualitas audit terhadap volatilitas
laba pada tataran praktis yang menunjukkan bahwa kepemilikan manajemen, kepemilikan
institusional, komite audit independen sebagai alat monitoring atas manajemen akrual dan
volatilitas laba. Berdasarkan pada permasalahan penelitian yang telah diuraikan
bersumber dari penelitian gap dan fenomena bisnis pada perusahaan hedgers dan
perusahaan unhedgers maka dapat dirumuskan masalah penelitian ini adalah Apakah
model penelitian empirik dapat mengatasi gap penelitian antara corporate governance
dan volatilitas laba dimediasi oleh manajemen akrual berdasarkan konsep opportunistik
dan kontrak efisien ?

1.4 Pertanyaan Penelitian


Studi ini mencoba untuk menganalisis hubungan corporate governance terhadap
volatilitas laba dalam menciptakan alat monitoring dan kontrak efisiensi yang dapat
mereduksi risiko/volatilitas laba antara perusahaan hedgers dan unhedgers di Indonesia.
Manajemen akrual digunakan untuk memediasi antara corporate governance terhadap
volatilitas laba dengan harapan bahwa perilaku opportunistik dapat direduksi dan kontrak

8
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

efisiensi dapat ditingkatkan. Berkaitan dengan Gap dan masalah penelitian yang telah
diuraikan maka pertanyaan penelitian ini adalah:
1. Apakah terdapat pengaruh Corporate Governance terhadap volatilitas laba ?
2. Apakah terdapat pengaruh Corporate Governance terhadap manajemen akrual ?
3. Apakah terdapat pengaruh manajemen akrual terhadap volatilitas laba ?
4. Apakah terdapat perbedaan pengaruh Corporate Governance terhadap volatilitas laba
antara perusahaan hedgers dan unhedgers ?
5. Apakah manajemen akrual memediasi hubungan Corporate Governance dengan
volatilitas laba antara perusahaan hedgers dan unhedgers ?

1.5 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mengembangkan sebuah model
teoritikal dasar dan model penelitian empirik untuk mengisi gap penelitian mengenai
proporsi corporate governance dalam mereduksi volatilitas laba. Untuk mengisi gap
penelitian ini, penulis membangun sebuah konsep yaitu opportunistik manajemen akrual
dan kontrak efisien yang digunakan sebagai alat monitoring atas perilaku manajemen
akrual dan mengatasi volatilitas/gejolak laba dan berdampak pada perusahaan hedgers
dan perusahaan unhedgers. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis esensi dan
peran secara lansung maupun tidak lansung yang berkaitan dengan corporate governance,
manajemen akrual dan volatilitas laba sebagai berikut:
1. Untuk menganalisis dan menguji pengaruh negatif Kepemilikan Manajemen
terhadap Volatilitas Laba.
2. Untuk menganalisis dan menguji pengaruh negatif Kepemilikan Institusional
terhadap Volatilitas Laba.
3. Untuk menganalisis dan menguji pengaruh negatif komite audit Independen dan
Kualitas Audit terhadap Volatilitas Laba.
4. Untuk menganalisis dan menguji pengaruh negatif Kualitas Audit terhadap
Volatilitas Laba.
5. Untuk menganalisis dan menguji pengaruh negatif Kepemilikan Manajemen
terhadap Manajemen Akrual.
6. Untuk menganalisis dan menguji pengaruh negatif Struktur Kepemilikan
Institusional terhadap Manajemen Akrual.
7. Untuk menganalisis dan menguji pengaruh negatif komite audit Independen
terhadap Manajemen Akrual.
8. Untuk menganalisis dan menguji pengaruh negatif kualitas audit terhadap
Manajemen Akrual.
9. Untuk menguji pengaruh Manajemen Akrual terhadap Volatilitas Laba.
10. Untuk menguji perbedaan pengaruh Corporate Governance terhadap Volatilitas
Laba antara perusahaan hedgers dan unhedgers.

9
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

11. Untuk menganalisis Manajemen Akrual memediasi hubungan Corporate


Governance dengan Volatilitas Laba antara perusahaan hedgers dan unhedgers.

1.6 Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan berbagai manfaat baik bagi para
akademisi sebagai pengembangan ilmu pengetahuan maupun manfaat secara operasional
bagi para praktisi.
1. Manfaat Dalam Pengembangan Ilmu
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam
pengembangan kajian akuntansi keuangan khususnya Aktivitas hedging, volatilitas
laba dan manajemen akrual. Corporate Governance dengan menggunakan
kerangka dasar teori yang merupakan model integratif dari beberapa teori antara
lain Agency Theory, Positif Accounting Theory dan teori efisiensi yang berdampak
pada manajemen akrual dan volatilitas laba.
2. Manfaat Bagi Investor
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran kepada
para praktisi, seperti investor dan calon investor. Khususnya, hasil penelitian ini
diharapkan dapat berguna sebagai bahan pertimbangan untuk membuat keputusan
investasi dan juga sebagai bahan pertimbangan apakah kehadiran para investor
dalam melakukan monitoring kepada manajemen.
3. Manfaat Bagi Auditor
Memahami aktivitas hedging yang diproksikan dengan hedge arus kas
operasi, hedge derivatif mata uang asing, dan risiko perusahaan dapat menambah
wawasan dalam mempertimbangkan risiko audit.
4. Manfaat Bagi Standard Setter atau Regulator,
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran kepada
pemerintah selaku regulator dalam memberikan ketegasan berupa manajemen
akrual, aktivitas hedging keuangan, dan volatilitas laba. Karena angka laba
mempunyai konsekuensi ekonomi dapat dipertimbangkan untuk mengatur luasnya
PSAK 55, tentang aktivitas hedging keuangan.

1.7 Orisinalitas Penelitian


Orisinalitas penelitian ini adalah pada perbedaan dengan penelitian-penelitian
sebelumnya karena latar belakang yang mencakup gap penelitian dan fenomena bisnis
yang berbeda. Orisinalitas ilmiah penelitian dalam studi ini meliputi orisinalitas pada
model teoritikal dasar, orisinalitas pada model penelitian, dan orisinalitas pada
rekonstruksi konsep manajemen laba dengan laba akuntansi (akrual).
Untuk mengatasi volatilitas tersebut maka banyak perusahaan menggunakan
metode hedge atau lindung nilai. Dengan menggunakan lindung nilai, perusahaan

10
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

berusaha keras untuk mengurangi munculnya risiko keuangan dengan menciptakan posisi
yang mampu menutup kerugian (offsetting position), secara khusus dengan bantuan
instrumen keuangan derivatif (Glaum dan Klöcker 2011).
Penelitian ini dikembangkan dan dibedakan sesuai dengan penelitian sebelumnya
dalam beberapa hal, yakni;
Pertama, Orisinalitas pada model teoritikal dasar dan empirik adalah dengan
menempatkan sintesa Manajemen Akrual sebagai rekonstruksi konsep manajemen laba
dengan laba akuntansi (akrual) yang diharapkan dapat memitigasi perilaku manajemen
yang opportunis dan mengatasi volatilitas/gejolak laba. Manajemen Akrual dibentuk dari
teori akuntansi positif, teori agency dan teori efisiensi.
Motivasi awal yang dilakukan untuk menganalisa determinan corporate
governance terhadap volatilitas laba dan manajemen akrual, karena sebagian besar
perusahaan di Indonesia belum sepenuhnya mengaplikasikan lindung nilai/hedging
keuangan.
Kedua, Perbedaan peran corporate governance terhadap volatilitas laba pada
perusahaan hedgers dan unhedgers. Volatilitas laba merupakan ukuran laba operasional
yang naik atau turun dengan cepat. Volatilitas laba merupakan derajat penyebaran laba
atau indeks penyebaran distribusi laba perusahaan.
Tujuan perusahaan hedgers melakukan praktik pengelolaan laba berbasis
manajemen akrual adalah; manajemen perusahaan berusaha untuk menambah tingkat
transparansi laba dan efisiensi dalam mengkomunikasikan informasi internal perusahaan.
Pengelolaan laba dilakukan secara efisien, karena strategi yang dapat diimplementasikan
oleh manajer antara lain adalah melakukan pilihan metoda akuntansi serta melakukan
estimasi tertentu sebagai kebijakan akuntansi, khususnya hedging keuangan.
Tujuan perusahaan unhedgers melakukan manajemen laba berbasis manajemen
akrual dalam penelitian ini adalah manajemen perusahaan berusaha untuk
memaksimalkan keuntungan bagi dirinya sendiri yang bersifat opportunistik. Praktik
pengelolaan laba yang bersifat opportunistik inilah yang membuat investor salah dalam
mengambil keputusan investasi.
Ketiga, Peran komite audit independen memitigasi volatilitas laba dimediasi oleh
manajemen akrual sebagai alat monitoring. Pada perusahaan hedgers penggunaan
akuntansi derivatif keuangan untuk tujuan hedging berdampak pada volatilitas laba
sebagai trading karena underlying transaksi mata uang asing yang dihedge. Manajemen
akrual dapat digantikan oleh hedging sebagai hubungan subsitusi, artinya: ‘Peningkatan
penggunaan akuntansi derivatif/hedging keuangan akan menurunkan penggunaaan
manajemen akrual. Perusahaan unhedgers adalah perusahaan belum menerapkan hedging
keuangan untuk memitigasi manajemen akrual dan menurunkan volatilitas laba karena
biaya hedging tinggi dan payung hukum penerapan hedging keuangan yaitu peraturan BI
dan peraturan pemerintah kementerian keuangan masih pada BUMN.

11
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

BAB II
TELAAH PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN MODEL

2.1 Justifikasi Teori


Penelitian ini menggunakan teori akuntansi positif sebagai teori dasar (grand
theorytical), teori agensi sebagai teori pendukung utama (middle range theory) dan teori
relevan (relevant theory). Berikut menggunakan kajian perspektif opportunis dan kontrak
efisiensi sebagai bagian dari teori efisiensi. Agar memudahkan pemahaman, maka
pengembangan model teoritikal dasarnya disajikan sebagai berikut:

2.1.1. Teori Akuntansi Positif (Positif Accounting Theory)


Teori dasar digunakan dalam penelitian ini adalah Positif Accounting Theory
didasarkan pada proposisi bahwa manajer, pemegang saham dan regulator adalah rasional
dan berusaha untuk memaksimumkan utilitasnya, yang secara langsung terkait dengan
kompensasi dan kemakmuran pemilik. Pilihan akuntansi tergantung pada merepresentasi
insentif manajemen untuk memilih metoda akuntansi dengan rencana bonus, kontrak
utang.
Perilaku pengelolaan laba berbasis manajemen akrual dapat dijelaskan melalui
Positive Accounting. Theory (PAT) dan Agency Theory. Tiga hipotesis PAT yang dapat
dijadikan dasar pemahaman tindakan manajemen yang dirumuskan oleh (Watts dan
Zimmerman 1990) mengenai motivasi manajemen melakukan manajemen akrual adalah
sebagai berikut:
1) Hipotesis rencana bonus (bonus plan hypothesis), Manajemen yang diberikan
janji untuk mendapatkan bonus sehubungan dengan performa perusahaan
khususnya terkait dengan laba perusahaan yang diperolehnya akan termotivasi
untuk mengakui laba perusahaan yang seharusnya menjadi bagian di masa
mendatang, diakui menjadi laba perusahaan pada tahun berjalan.
2) Hipotesis perjanjian utang (the debt covenant hypotesis), Dalam melakukan
perjanjian utang, perusahaan diharuskan untuk memenuhi beberapa persyaratan
yang diajukan oleh debitur agar dapat mengajukan pinjaman. Beberapa
persyaratan tersebut adalah persyaratan atas kondisi tertentu mengenai keuangan
perusahaan. Kondisi keuangan perusahaan dapat tercermin dari rasio-rasio
keuangannya..
3) Hipotesis biaya politik (the political cost hypotesis), Hipotesis ini menjelaskan
akibat politis dari pemilihan kebijakan akuntansi yang dilakukan oleh
manajemen.
Positive Accounting Theory (PAT) mengambil sudut pandang bahwa perusahaan
mengorganisasikan diri dengan cara yang paling efisien, sehingga memaksimisasi
prospek perusahaan untuk bisa bertahan hidup.

12
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

Positive Accounting. Theory (PAT) berargumen bahwa kebijakan akuntansi


perusahaan akan dipilih sebagai bagian dari problem yang lebih luas dari pencapaian tata
kelola perusahaan yang efisien. Tata kelola yang efisien tersebut membutuhkan trade off
antara biaya modal dengan cost contracting 1. Biaya modal bisa direduksi dengan
kebijakan akuntansi yang secara penuh memberi informasi kepada pasar, sehingga akan
mengurangi perhatian investor terkait dengan masalah adverse selection 2. Di sisi lain
kebijakan yang secara penuh memberikan informasi ini juga akan mereduksi korelasi
antara performa perusahaan dan usaha manajer, sehingga akan meningkatkan kos
pengendalian moral hazard 3. Total kos ini akan diminimisasi dengan trade off 4 antara
dua kos tersebut.
Kebijakan akuntansi yang tersedia bagi manajer untuk dilakukan diperkenankan
dalam Standar Akuntansi. Namun tidak ada alasan, selain alasan kos mengapa set tersebut
tidak bisa lebih dibatasi oleh kontrak. Pengakuan kemungkinan timbulnya perilaku
oportunistik ini mendasari asumsi penting dari PAT. Positive Accounting. Theory (PAT)
mengasumsikan bahwa manajer adalah orang yang rasional (seperti halnya investor) dan
akan memilih kebijakan akuntansi sesuai dengan tujuan yang bisa dilakukan, yaitu
manajer akan berusaha untuk memaksimisasi expected utility.
Sudut Pandang Oportunistik dan Efisien dalam PAT
Hipotesis Positive Accounting Theory, menggunakan sudut pandang oportunistik.
Pandangan ini mengasumsikan bahwa manajer memilih kebijakan akuntansi untuk
maksimisasi utilitas ekspektasian (expected utility) secara relatif terhadap remunerasi
yang diterima (bonus plan hypothesis), kontrak hutang (debt covenant hypothesis) dan
kos politik. Hipotesis tersebut juga bisa dinyatakan dalam bentuk efisien. Dalam sudut
pandang ini berasumsi bahwa kontrak kompensasi dan sistem pengendalian internal,
termasuk monitoring oleh komite audit independen, membatasi oportunistik manajer dan
memotivasi manajer untuk memilih kebijakan akuntansi yang meminimalisasi kos modal
perusahaan dan kos kontrak, maka apakah observasi atas kebijakan akuntansi yang dipilih
perusahaan dikendalikan secara oportunistik atau efisiensi.
_________________________________
Agency didefinisikan cost contracting1 yaitu, jumlah biaya monitoring, biaya ikatan, dan
kehilangan. Biaya agensi adalah biaya riil atau kumpulan kontrak perusahaan. Adverse selection 2
menggambarkan a). gaya hidup berisiko tinggi untuk mendapatkan asuransi jiwa. b). Sebuah
situasi di mana penjual memiliki informasi bahwa pembeli tidak (atau sebaliknya) tentang
beberapa aspek dari kualitas produk. Moral hazard3 atau perilaku jahat dalam ekonomi adalah
tindakan pelaku ekonomi yang menimbulkan kemudharatan baik untuk diri sendiri maupun orang
lain. Trade off 4 adalah situasi dimana seseorang harus membuat keputusan terhadap dua hal atau
lebih, mengorbankan/kehilangan suatu aspek dengan alasan tertentu untuk memperoleh aspek lain
dengan kualitas yang berbeda sebagai pilihan yang diambil.

13
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

2.1.2. Teori Agensi (Agency Theory)


Teori antara digunakan dalam penelitian ini adalah teori keagenan (Agency
Theory), Secara umum teori keagenan menjelaskan adanya hubungan antara pemegang
saham (principal) dan manajemen (agent). Jensen dan Meckling (1992) membahas
tentang teori keagenan (Agency Theory) dengan hubungan principal dan agent, serta
pemisahan kepemilikan (ownership) dan pengendalian (control) perusahaan. Principal
adalah pemilik perusahaan atau pemegang saham, sedangkan agent adalah manajemen
yang menjalankan operasi perusahaan yang diamanahkan oleh pemilik (principal) untuk
meningkatkan kemakmuran prinsipal melalui peningkatan nilai perusahaan.
Prinsipal menyediakan dana dan sumber daya lainnya guna memenuhi kebutuhan
operasi perusahaan. Sebagai imbalannya agen akan memperoleh gaji, bonus dan berbagai
kompensasi lainnya. Jensen dan Meckling (1999) mendefinisikan hubungan agensi
sebagai berikut. We define an agency relationship as a contract under which one or more
persons (the principals) engage another person (the agent) to perform some service on
their behalf which involves delegating some decision making authority to the agent. If
both parties to the relationship are utility maximizes, there is good reason to beliave that
the agent will not always act in the best interest of the principal.
Teori keagenan (agency theory) mengimplikasikan adanya asimetri informasi
antara manajer sebagai agen dan pemegang saham. Beaver dan Venkatachalam (2003)
dengan pemilihan metode akuntansi sesuai standar/peraturan yang berlaku. Jensen dan
Meckling (1976) menggambarkan hubungan agensi dimana terdapat kontrak yang
menjadi landasan satu pihak (principal/pemilik) mempekerjakan pihak lain (agent) untuk
mengelola perusahaan atas nama perusahaan.
Asumsi masalah Oportunistik. Williamson (1979) menyatakan bahwa seorang
oportunistik2 yang diprediksikan akan berprilaku mementingkan dirinya sendiri,
menyembunyikan kebenaran, dan cendrung melakukan kecurangan. Oleh karena itu
untuk mengatasi hal tersebut diperlukan monitoring terhadap tingkah laku agen dan
pemberian insentif agar agen mau bertindak “baik”. Asumsi Ilmu ekonomi, ditemukan
fenomena agen tidak menyukai risiko, banyak manajer yang risk aversed3 (Lambert
2001). Penelitian tentang teori keagenan menemukan sikap agen yang jujur, netral
ataupun suka dengan risiko maka akan dianggap pengecualian (Jensen 1986), dengan
kebijakan hedging dapat mengurangi volatilitas laba perusahaan.

2.1.3 Teori Efisiensi


Secara umum, arti efisiensi dari unit produksi atau jasa mengacu perbandingan
antara input dan output yang digunakan dalam proses produksi barang atau jasa. Contoh
efisiensi perbankan merupakan salah satu indikator penting dalam nilai kinerja bank.
Ghozali (2014) menyatakan bahwa sebuah bank dengan kinerja efisiensi maksimum

14
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

diperkirakan mampu melaksanakan fungsi intermediasi perbankan secara optimal dan


mampu meningkatkan nilai perusahaan.
Farrell (1957) menyatakan bahwa efisiensi perusahaan terdiri dari dua komponen,
yaitu efisiensi teknis dan efisiensi alokatif. Efisiensi teknis mengekspresikan kemampuan
perusahaan dalam mengoptimalkan penggunaan input yang tersedia, dengan struktur atas
harga dan teknologi produksi. Efisiensi alokatif didefinisikan sebagai kapasitas dari
perusahaan untuk memilih kombinasi input dan output yang meminimalkan biaya atau
memaksimalkan keuntungan. Kombinasi kedua ukuran yang berlaku untuk mengukur
efisiensi ekonomi. Kumbhakar dan Lovell (2003) mengatakan bahwa efisiensi teknis
merupakan salah satu komponen efisiensi ekonomi secara keseluruhan. Namun, dalam
rangka mencapai efisiensi ekonomi perusahaan secara teknis. Teori Efisiensi menyatakan
tingkat efisiensi yang lebih tinggi dari competitor berpotensi untuk (1) memaksimumkan
laba dengan cara menjaga tingkat harga dan ukuran perusahaan (2) memaksimumkan laba
dengan jalan menurunkan harga dengan memperluas ukuran perusahaan (McShane dkk.
2011). Untuk memudahkan pemahaman, maka pengembangan model teoritikal dasarnya
disajikan sebagai berikut:
____________________________________________
Williamson (1979) menyatakan bahwa oportunistik2 adalah sifat suka mengejar
keuntungan sendiri dengan berbagai akal bulus (opportunism is perceived as self-interest
seeking with guile). Maka asumsi model of man dalam teori keagenan dianggap sebagai
seorang oportunistik. Risk aversed3 adalah penjelasan dari seorang investor yang, ketika
dihadapkan dengan dua investasi dengan return yang diharapkan mirip (tapi risiko yang
berbeda), akan lebih suka yang dengan risiko yang lebih rendah (Lambert, 2001).

15
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

Gambar 2.1 Pengembangan Model Teoritikal Dasar:


Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien pada Perusahaan Hedgers dan
Perusahaan Unhedgers

Dasar Teori Yang Digunakan


2.1.1. Teori
Akuntansi
Positif

2.1.2. Teori 2.1.3. Teori


Agensi Efisiensi
Paradigma
Perspektif Pemilihan Perspektif
Opportunistik Kebijakan Kontrak Efisien
Akuntansi

Corporate Governance
Manajemen Volatilitas
- Mekanisme Internal
Akrual Laba
- Mekanisme Eksternal

Konsep Dasar Penelitian


Sumber: Wiliamson (1975); Jensen dan Meckling (1976); Watts dan Zimmerman
(1986); (Scott 2000 ; 2009); (Michael, 2005); (McShane dkk. 2011) dan
(Ghozali (2014) dimodifikasi dalam penelitian ini.

16
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

2.1.4 Risiko (Volatilitas)


Menurut Utomo (2004) definisi risiko adalah peluang terjadinya bencana, kerugian
atau hasil yang buruk. Risiko terkait dengan situasi dimana hasil negatif dapat terjadi dan
besar kecilnya kemungkinan terjadinya hasil tersebut dapat diperkirakan. Dua hal penting
yang terkait dengan risiko adalah risk event dan risk loss. Risk event adalah terjadinya
suatu keadaan yang mengakibatkan adanya potensi kerugian (bad outcome) sementara
risk loss adalah kerugian baik langsung maupun tidak langsung sebagai akibat dari
terjadinya risk event. Dalam ilmu ekonomi pada umumnya dan ilmu investasi pada
khususnya terdapat asumsi bahwa investor adalah makhluk yang rasional. Investor yang
rasional tentunya tidak menyukai ketidakpastian atau risiko (Tandelilin 2010).

2.1.5 Laba Akuntansi (Akrual)


Menurut pengertian akuntansi konvensional dinyatakan bahwa laba akuntansi
adalah perbedaan antara pendapatan yang dapat direalisir yang dihasilkan dari transaksi
dalam suatu periode dengan biaya yang layak dibebankan kepada manajemen dalam
Muqodim (2005 :111) dan (Kamily 2013). (Keroshinta dan Suwardjono 2013)
mendefinisikan laba sebagai pendapatan dikurangi biaya merupakan pendefinisian
secara struktural atau sintaktik karena laba tak didefinisi secara terpisah dari pengertian
pendapatan dan biaya.
Laba akuntansi terdapat berbagai komponen yaitu kombinasi beberapa
komponen pokok seperti laba kotor, laba usaha, laba sebelum pajak dan laba sesudah
pajak (Muqodim 2005:131). Sehingga dalam menentukan besar laba akuntansi investor
dapat melihat dari perhitungan laba setelah pajak. SFAC No. 1. Belkaoui (2000:332)
mengasumsikan bahwa laba akuntansi merupakan ukuran yang baik dari kinerja suatu
perusahaan dan laba akuntansi dapat digunakan untuk meramalkan arus kas masa depan.
Laba akuntansi dengan berbagai interpretasi diharapkan dapat digunakan
(Suwardjono 2005: 456), antara lain sebagai :
1. Indikator efisiensi penggunaan dana yang tertanam dalam perusahaan yang
diwujudkan dalam tingkat kembalian atas investasi (rate of retun on inuested capital).
2. Pengukur prestasi atau kinerja badan usaha dan manajemcn.
3. Dasar penentuan besar pengenaan pajak.
4. Alat pengendalian alokasi sumber daya ekonomik suatu negara.
5. Dasar penentuan dan penilaian kelayakan tarif dalam perusahaan publik.
6. Alat pengendalian terhadap debitor dalam kontrak utang.
7. Dasar kompensasi dan pembagian bonus.
8. Alat motivasi manajemen dalam pengendalian perusahaan.
9. Dasar pembagian dividen.

17
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

Karakteristik dari pengertian laba akuntansi semacam itu mengandung beberapa


keunggulan. Beberapa keunggulan laba akuntansi yang dikemukakan oleh Muqodim
(2005 : 114) adalah:
a. Terbukti teruji sepanjang sejarah bahwa laba akuntansi bermanfaat bagi para
pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
b. Laba akuntansi telah diukur dan dilaporkan secara obyektif dapat diuji kebenaran
didasarkan pada transaksi yang didukung oleh bukti.
c. Berdasarkan prinsip realisasi dalam mengakui pendapatan laba akuntansi
memenuhi dasar konservatisme.
d. Laba akuntansi bermanfaat untuk tujuan pengendalian terutama berkaitan dengan
pertanggungjawaban manajemen.

2.1.6 Risiko Hedging


Damodaran (2007) memberikan perspektif yang menarik tentang risiko Hedging
pada dasarnya setara dengan membeli put option terhadap kejadian tertentu. Tabel berikut
ini menyajikan perbedaan antara risiko hedging dan manajemen risiko.

Tabel 2.1
Perbedaan Risiko Hedging dan Manajemen Risiko
Perbedaan Risiko Hedging Manajemen Risiko
Pandangan Risiko Bahaya Risiko Bahaya Risiko dan
kesempatan
Tujuan Melindungi terhadap sisi Eksploitasi Terbalik
negatifnya
Pendekatan Keuangan, berorientasi Strategi / berorientasi
Produk proses lintas fungsional
Ukuran keberhasilan Mengurangi volatilitas laba, Nilai yang lebih tinggi
arus kas dan nilai wajar
Jenis pilihan yang nyata Masukan Panggilan
Dampak utama pada nilai Tingkat diskonto yang lebih Pengembalian kelebihan
rendah tinggi & berkelanjutan
Situasi yang ideal Perusahaan swasta, Bisnis maju dengan
perusahaan publik dengan potensi signifikan untuk
leverage keuangan tinggi atau kelebihan pengembalian
biaya distress
Sumber: Damodaran (2007).

18
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

Manajemen risiko perusahaan hedgers, akan optimal jika beberapa


ketidaksempurnaan pasar membuat volatilitas tinggi. Lindung nilai, perusahaan dapat
mengurangi biaya kesulitan keuangan (Gadmor 2006) dan (Smith dan Stulz 1985) jumlah
pajak penghasilan badan dibayar. Ross (1997) dan Leland (1998) menunjukkan bahwa
melalui lindung nilai perusahaan dapat mengurangi kemungkinan kesulitan keuangan dan
meningkatkan kapasitas utang dan terkait dengan keuntungan pajak.

2.1.7 Implementasi Risiko (Volatilitas).


Risiko didefinisikan sebagai kemungkinan suatu peristiwa akan terjadi dan
berdampak buruk terhadap pencapaian sasaran perusahaan (COSO’s 2004). Timbulnya
risiko dimulai dari penyusunan strategi dan penentuan capaian sasaran-sasaran kinerja.
Selanjutnya, COSO’s (2004) mendefinisikan Enterprise Risk sebagai : “A process,
effected by an entity’s board of directors, management and other personnel, applied in
strategy setting and across the enterprise, designed to identify potential events that may
affect the entity, and manage risk to be within its risk appetite, to provide reasonable
assurance regarding the achievement of entity objectives”.
Pengelolaan risiko telah dilakukan secara memadai, maka peran sistem
manajemen risiko sangatlah penting. Management system didefinisikan oleh Dubois dkk.
(2010) sebagai the framework of processes and procedures used to ensure that an
organization can fulfill all tasks required to achieve its objectives. Sistem manajemen
risiko dipertimbangkan oleh beberapa peneliti sebagai model dasar untuk mengelola
risiko portofolio yang dihadapi oleh perusahaan (Nocco dan Stulz (2006); (Hoyt dan
Liebenberg 2011) dan (Beasley dkk. 2008).

2.1.8 Manajemen laba Berbasis Akrual


Laba akuntansi (akrual) merupakan indikator yang dapat digunakan untuk
mengukur kinerja operasional perusahaan (Siallagan dan Machfoedz 2006). Menurut
Schipper dan Vincent (2003) dijelaskan bahwa kualitas laba merupakan jumlah yang
dapat dikonsumsi dalam satu periode dengan menjaga kemampuan perusahaan pada awal
dan akhir periode untuk tetap sama, selain itu kualitas laba yang rendah dianggap sebagai
hal yang paling tidak diinginkan oleh para investor karena hal tersebut mengindikasikan
bahwa perusahaan kurang baik dalam mengalokasikan sumber daya yang dimilikinya
(Barragato dan Markelevich (2003); Hoitash dkk. 2007) menjelaskan bahwa para
penguna laporan keuangan khususnya investor amat sangat memperhatikan jumlah laba
yang diperoleh oleh perusahaan sebagai bagian dari pengambilan keputusan untuk
berinvestasi pada perusahaan.

19
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

2.1.8.1 Definisi Manajemen


Pengertian manajemen akrual dalam artian yang luas dikemukakan oleh (Stubben
2010).“Accrual managements occurs when managers use judgement in financial
reporting and in structuring transactions to alter financial reports to either mislead some
stakeholders about the underlying economics performance of the economy, or to
influance contractual outcomes that depend on reported accounting numbers” (yang
artinya manajemen akrual terjadi ketika manajer menggunakan penilaian dalam pelaporan
keuangan dan penataan transaksi untuk mengubah laporan keuangan baik menyesatkan
beberapa stakeholder tentang kinerja ekonomi atau untuk melihat pengaruh hasil kontrak
yang tergantung pada angka akuntansi yang dilaporkan).

Ada tiga faktor penyebab terjadinya praktik manajemen laba (Gumanti 2004),
yaitu:
1. Manajemen Akrual
Manajemen akrual biasanya dikaitkan dengan semua aktivitas yang dapat
mempengaruhi aliran kas dan keuntungan yang secara pribadi merupakan
wewenang dari para manajer. Menurut Djakman (2003) menyatakan bahwa
manajemen laba (earnings management) yang dilakukan melalui manajemen
akrual tidak sama dengan manipulasi laba (earnings manipulation). Manajemen
akrual dilakukan dengan memanfaatkan kelemahan inheren dari kebijakan
akuntansi akrual dan masih berada dalam koridor prinsip akuntansi berterima
umum; sedangkan manipulasi laba merupakan tindak pelanggaran terhadap
prinsip akuntansi berterima umum untuk menghasilkan kinerja keuangan
perusahaan sesuai kepentingan manajer (Schroeder dkk. (2011).
2. Penerapan suatu kebijakan akuntansi yang wajib.
Manajemen laba berkaitan dengan keputusan manajer untuk menerapkan
suatu kebijaksanaan akuntansi yang wajib diterapkan oleh perusahaan, yaitu
antara menerapkannya lebih awal dari waktu yang diterapkan sampai saat
berlakunya kebijaksanaan tersebut.
3. Pembagian akuntansi secara sukarela
Manajemen Akrual berkaitan dengan upaya manajer untuk mengganti
atau mengubah suatu metode akuntansi tertentu diantara sekian banyak metode
yang tersedia dan diakui badan akuntansi.

2.1.9 Discretionary Accrual dan Manajemen Akrual


Discretionary Accrual merupakan model yang digunakan manajemen untuk
melakukan praktik meratakan laba. Motivasi yang lain diantaranya adalah untuk insentif,
regulasi, kontrak dan kandungan informasi; motivasi ini sama dengan motivasi transaksi
derivatif keuangan (Graham dan Rogers 2002); (Allayannis dan Weston 2006). Barton

20
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

(2001) menggunakan persamaan varians laba adalah penjumlahan dari varian arus kas
dan varian akrual serta memperkuat hasil penelitian di atas dengan menunjukkan bahwa
derivatif keuangan dan discretionary accrual memiliki hubungan subsitusi.
Penelitian Healy (1996) menyatakan bahwa diskresione akrual adalah akrual
abnormal. Secara skematik rekonstuksi konsep Laba Akuntansi (Akrual) sebagai tesa
dengan Konsep Manajemen Laba sebagai anti tesa melahirkan konsep baru sebagai
sintesa yaitu Manajemen Akrual dapat digambarkan sebagai State of the Art, berikut:

Gambar 2.2
State of the Art Manajemen Akrual

Teori Akuntansi
Positif
(Wiliamson 1975)
Teori Agensi
Teori Efisiensi
(Jensen dan
(Michael, 2005;
Meckling 1976;
Mc.Shane 2011;
Watts dan
Ghozali 2014)
Zimmerman
1986; Scott 2000 ;
2009)
Laba Akuntansi
Manajemen Laba (Akrual)
(Jones, 1976) (Suwardjono, 2005)
(Decow, 1995) (Muqodim 2005)
(Kothari, 1998) Scott ( Ahmed Belkaoui 2000)
(2014) (Healy dan
Wahlen 1999); (Fields
dkk. 2001); (Herusetya
2011) dan (Pujilestari Manajemen Akrual
dan Herusetya (Artificial Smoothing)
(2013),dll
Sumber : Dikonstruksi untuk penelitian ini

21
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

2.1.10 Corporate Governance (CG)

Windah dan Andono (2013) menjelaskan tentang konsep Corporate Governance


sebagai serangkaian mekanisme yang mengarahkan dan mengendalikan suatu perusahaan
agar operasional perusahaan berjalan sesuai dengan harapan para pemangku kepentingan
(stakeholders). Siallagan dan Machfoedz (2006) mengemukakan bahwa corporate
governance yang efektif dalam jangka panjang dapat meningkatkan kinerja perusahaan
dan menguntungkan para pemegang saham.
Adapun proksi Corporate Governance yang akan diteliti sebagai berikut:
1. Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan saham manajerial dapat membantu penyatuan kepentingan antara
pemegang saham dengan manajer, semakin meningkat proporsi kepemilikan saham
manajerial maka semakin baik kinerja perusahaan. Menurut Morck dkk. (2004);
(McConnell dan Servaes 1995) dan (Kole 1995) menyatakan bahwa terdapat hubungan
non linier antara kepemilikan manajerial (insider ownership) dengan kinerja perusahaan.
Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa untuk mengurangi konflik kepentingan
antara agent dan prinsipal dapat dilakukan dengan meningkatkan kepemilikan manajerial
dalam suatu perusahaan.
2. Kepemilikan Institusional
Potter (1995) menyatakan bahwa laporan keuangan periodik yang diterbitkan
manajemen sebagai sumber informasi bagi investor institusional dalam melakukan
aktivitas monitoring. Shleifer dan Vishny (1989) berpendapat bahwa kepemilikan
institusional yang cukup besar akan mempengaruhi nilai pasar perusahaan dan
mengurangi risiko perusahaan. Semakin besar tingkat kepemilikan saham oleh institusi,
maka semakin efektif mekanisme kontrol terhadap kinerja manajemen. Barclay dkk.
(1993) yang menemukan pengaruh positif signifikan tingkat kepemilikan institusional
dalam jumlah besar terhadap Risiko perusahaan.
3. Komite Audit Independen
Peraturan mengenai komite audit dikeluarkan oleh Bapepam pada Mei 2000,
melalui SE-03/PM/2000. Berdasarkan peraturan ini dijelaskan bahwa komite audit harus
memiliki sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang anggota, seorang diantaranya merupakan
komisaris independen yang sekaligus merangkap sebagai ketua komite audit, sedang
anggota lainnya merupakan pihak ekstern yang independen dimana sekurang-kurangnya
satu diantaranya memiliki kemampuan di bidang akuntansi dan atau keuangan.
Penelitian Klein (2002) memberikan bukti secara empiris bahwa perusahaan yang
membentuk komite audit independen melaporkan laba dengan kandungan akrual
diskresioner yang lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan yang tidak membentuk
komite audit independen. Kandungan discretionary accruals tersebut berkaitan dengan
kualitas laba perusahaan. Asrida (2011) menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki

22
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

komite audit akan memiliki peringkat surat utang yang lebih tinggi daripada perusahaan
yang tidak memiliki komite audit. Rachmawati dan Triatmoko (2007) menemukan hal
yang sebaliknya yaitu Keberadaan komite audit dan komposisi komisaris independen
tidak berpengaruh terhadap discretionary accrual (kualitas laba) dan nilai perusahaan.
4. Kualitas Audit
Menurut Widagdo dkk. (2002) menyatakan bahwa : “Kualitas hasil kerja adalah
jumlah respon yang benar yang diberikan seseorang dalam menyelesaikan sebuah
pekerjaan yang bandingkan dengan standar hasil kerja atau kriteria yang telah ditetapkan
sebelumnya. Sedangkan menurut International Standard ISO 9001:20 yang disadur oleh
Charles A. Mills memberikan pemahaman mengenai pengertian kualitas audit (Feng dkk.
2007), yaitu sebagai berikut; “Audit quality is systematic and independent examination to
determine whether quality activities and related results company with planned
arrangements and whether these arrangements are implemented effectively and are
suitable to achieve objectives.”

2.1.11 Pengertian Hedging


Akuntansi lindung nilai/hedging adalah seperangkat aturan khusus yang didesain
untuk memastikan bahwa keuntungan dan kerugian pada item-item yang dilindung nilai
dan instrumen lindung nilai dicatat dalam periode yang sama, sehingga mencegah muncul
volatilitas laba (earning volatility). Akuntansi derivatif dan aktivitas lindung nilai diatur
dalam IAS 39 (Financial Instrumen: Recognition and Measurement) dan IAS 32
(Financial Insstrument: Disclosure and Presentation) atau SFAS 133 (Accounting for
Derivatif Instrumen and Hedging Activities). Di Indonesia transaksi derivatif dan
aktivitas lindung nilai (hedging) diatur dalam PSAK 50 (revisi 2006) yang merupakan
turunan dari IAS 32 dan PSAK 55 (revisi 2006) yang merupakan turunan dari IAS 39
(Chariri dan Hendro (2010)).
Hedging merupakan istilah yang sangat populer dalam perdagangan berjangka.
Dimana hedging merupakan salah satu fungsi ekonomi dari perdagangan berjangka, yaitu
transfer of risk. Hedging merupakan suatu strategi untuk mengurangi risiko kerugian
yang diakibatkan oleh turun-naiknya harga, hedging adalah merupakan suatu mekanisme
yang dilaksanakan di Bursa berjangka dengan membuka suatu kontrak beli atau jual atas
suatu komoditi yang sama dengan komoditi yang akan diperdagangkan di pasar.
Hedging ini bertujuan untuk memperkecil atau menghilangkan risiko atas kerugian
dan ketidakpastian harga yang mungkin terjadi pada saat transaksi di pasar, dengan
melakukan hedging atas kerugian yang terjadi akan ditutupi oleh keuntungan yang
diperoleh atas transaksi yang dilakukan di Bursa berjangka. Para pelaku hedging ini
biasanya disebut hedger, yang terdiri atas hedger pembeli (hedger long) dan hedger
penjual (hedge short).

23
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

Menurut Yudhistira (2014) prinsip hedging adalah menutupi kerugian posisi aset
awal dengan keuntungan dari posisi instrumen hedging. Sebelum melakukan hedge,
hedger hanya memegang sejumlah aset awal. Setelah melakukan hedging, hedger
memegang sejumlah aset awal dan sejumlah instrumen hedging tertentu. Portofolio yang
terdiri atas aset awal dan instrumen hedging-nya disebut portofolio hedging. Portofolio
hedging ini mempunyai risiko yang lebih rendah dibanding risiko aset awal.
Merrick dkk. (2005) seperti dikutip oleh Kusmanto, hedging atau hedge
didefinisikan sebagai berikut: “A hedge is one or more traders perfomed in order to
protect an existing market exsposure against market movement”. Brailsford dkk. (2001)
seperti dikutip oleh Garcia dkk. (1995) pengertian hedging secara teknis adalah suatu
proses untuk mengambil posisi dalam pasar berjangka yang berlawanan di pasar dalam
jumlah besar dan kontrak yang sama.
Di bawah ini merupakan tabel yang dapat memberikan suatu gambaran kapan akan
melakukan hedging, sebagai berikut:

Tabel 2.2
Gambaran Aktivitas Hedging
VALAS
NO Aktivitas Hedging Apresiasi (FR > SR) Depresiasi (FR < SR)
1Receivables (Inflow) Tidak perlu hedging, Perlu hedging, karena
karena pembayaran pembayaran ekspor
ekspor menggunakan menggunakan mata
mata uang asing, sehingga uang asing, sehingga
apabila mata uangan asing perlu di hedging
terapresiasi maka apabila mata uang
eksportir Indonesia pun asing terdepresiasi
mendapat keuntungan. agar eksportir tidak
mengalami kerugian.
2Payable (Outflow) Perlu hedging, karena Tidak perlu hedging,
Importir melakukan karena depresiasi mata
pembayaran uang asing, akan
menggunakan mata uang menyebabkan Importir
asing, apresiasi mata uang membayar lebih murah
asing akan menyebabkan sehingga importir pun
Importir mengalami akan mendapatkan
mengalami kerugian keuntungan.
karena akan membayar
lebih mahal.
Sumber ; (Egelhoff dkk. 2013).

24
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

2.1.12 Instrumen derivatif yang di Hedging


Instrumen derivatif dapat dikelompokkan menjadi empat yaitu: opsi, forward,
futures, dan swap, dengan bahan dasar instrumen derivatif adalah saham, suku bunga,
obligasi, nilai tukar, komoditas, dan indeks (Sunaryo 2007).
2.1.12.1 Opsi (Option)
Opsi merupakan suatu kontrak derivatif dengan disertai pilihan (hak) untuk
menjual atau membeli sesuatu sesuai dengan yang tertera di kontrak tersebut. Banyak dari
opsi yang diperdagangkan di bursa opsi, tetapi sering kali opsi hanya berupa kesepakatan
pribadi antara perusahaan dan bank (Kulatilaka dan Marcus 1994).
2.1.12.2 Kontrak Future
Kontrak Future adalah pertukaran janji dagang untuk membeli atau menjual suatu
aset di masa depan pada harga yang sudah ditentukan lebih dulu. Misalkan ada seorang
petani gandum, ada kekhawatiran bahwa harga gandum mungkin jatuh sampai titik
terbawah, maka petani tersebut melakukan kontrak future terhadap gandumnya.
2.1.12.3 Kontrak Forward
Kontrak Forward adalah persetujuan untuk membeli atau menjual suatu aset di
masa depan pada harga yang disepakati. Kontrak forward adalah kontrak future yang
disesuaikan dengan kebutuhan. Contoh penerapan kontrak forward pada perusahaan.
Computer Parts Inc., telah memesan chip memori dari pemasoknya di Jepang. Tagihan
sebesar ¥53 juta harus dibayar pada tanggal 27 Juli. Perusahaan dapat mengatur dengan
banknya saat ini untuk membeli forward jumlah yen ini untuk pengiriman 27 Juli pada
harga forward ¥110 per dolar. Karena itu, pada 27 Juli, Computer Parts membayar pihak
bank ¥52 juta/(¥110/$) = $ 481.818 dan menerima ¥53 juta, yang dapat digunakan untuk
membayar pemasok Jepangnya. Dengan melakukan forward untuk menukar $ 481.818
dengan ¥53 juta, biaya dolarnya terkunci.
2.1.12.4 Swap
Swap adalah perjanjian antara dua pihak untuk saling menukar aliran (arus) kas
(cash flow) secara periodik selama periode tertentu pada masa mendatang menurut aturan
yang disepakati. Misalkan, swap antara A dan B. Fixed-for-floating swap mengharuskan
A membayar aliran kas secara periodik berdasarkan suku bunga tetap sebesar 5,5 persen
dari 100 (USD) kepada B, sedangkan B membayar berdasarkan suku bunga mengambang
tertentu kepada A.

2.1.13 Hedging: Sesuai Standar Akuntansi Keuangan


Lindung nilai/hedging berusaha untuk mengurangi risiko perubahan harga yang
merugikan aset dengan mengambil posisi instrumen keuangan derivatif yang saling
hapus. Palea dan Maino (2013) perusahaan dapat menggunakan akuntansi lindung nilai,
yang melibatkan pencatatan aset keuangan dan kewajiban keuangan pada nilai wajarnya.

25
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

Untuk penghitungan pergerakan nilai wajar lindung nilai, perusahaan memiliki dua
pilihan. bisa mengenali gerakan dalam laporan laba rugi dan kerugian diakui selama masa
lindung nilai dan kemudian mentransfer keuntungan bersih atau kerugian kumulatif pada
laporan laba rugi pada saat realisasi, untuk dicocokkan dengan keuntungan atau kerugian
pada aset atau kewajiban. Praktek akuntansi Indonesia tidak menyediakan hedge
accounting selain lindung nilai atas investasi bersih dalam operasi asing.

2.1.14 Hedging Keuangan dan Manajemen Akrual


Barton (2001); (Pincus dan Rajgopal 2002b) dan (Shunko dkk. 2010) telah
menemukan bahwa hedging menampilkan hubungan negatif yang signifikan dengan
akrual diskresioner. Barton (2001) melaporkan bahwa insentif, remunerasi dan
kompensasi, termasuk mempengaruhi manajemen mengurangi kewajiban pajak
penghasilan, biaya regulasi dan biaya utang, menetapkan pengaturan keuangan tertentu,
menghindari pembatasan melanggar utang, dan mengurangi volatilitas laba, biaya dan
informasi agen yang merugikan.
Iatridis (2012) menunjukkan bahwa perusahaan cenderung menggunakan hedging
untuk membatasi volatilitas arus dan menggunakan diskresioner akrual atau dalam kasus
tertentu baik hedging dan diskresioner akrual untuk menangani fluktuasi laba. Pilihan
antara hedging dan manajemen akrual mungkin juga tergantung pada bagaimana hedging
perusahaan, maka memerlukan pengembalian yang lebih tinggi untuk kompensasi atau
menuntut lebih banyak sumber daya, pengalaman sebelumnya dan keahlian (Mian 1996).
Berbeda dengan manajemen akrual, penggunaan lindung nilai akan cenderung
konsisten dengan konsep kualitas laba dan positif terkait dengan nilai perusahaan
(Bartram dkk. 2011). Manajemen laba berbasis akrual menyampaikan informasi pada
arus kas, yang akan meningkatkan kualitas informasi keuangan yang dilaporkan (Liang
2004). Manajemen akrual mendukung alokasi efisiensi risiko dan keseimbangan yang
diperoleh manajer untuk mengurangi biaya pemantauan tindakan manajerial didukung
oleh pemegang saham untuk meningkatkan nilai perusahaan dan prospek masa depan
keuangan (Dye 1988).

2.2 IKHTISAR HASIL PENELITIAN TERDAHULU


Hubungan antar variable eksogen dengan variable endogen dan variable
mediating dapat dijelaskan dengan beberapa hasil penelitian terdahulu, sebagai berikut:
2.2.1 Hubungan Proporsi Kepemilikan, Komite Audit Independen dan Kualitas
Audit dengan Manajemen Akrual.
Corporate governance yang efektif akan mengurangi manajemen akrual, contoh
perusahaan dengan sejumlah besar kepemilikan institusional akan enggan untuk
menerapkan praktik manajemen akrual karena akan terdeteksi lebih cepat (Chung dkk.
2002) dan (Yi dan Kim 2005). Klein (2002) mengurangi kemungkinan penipuan

26
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

akuntansi (Xie dkk. 2003). Pencalonan komite independen dan komite kompensasi
mengurangi kegiatan manajemen akrual (Epps dan Ismail 2009).
Hedgers umumnya cendrung memiliki laba dari operasi dan terdaftar di pasar
saham asing, cenderung untuk diaudit oleh 'Big 5' auditor. Penemuan juga menunjukkan
bahwa hedging dan manajemen akrual menampilkan hubungan subsitusi / terbalik.
Accrual Discretionary tersebut berhubungan negatif dengan kepemilikan institusional.
Studi ini menemukan bahwa lindung nilai negatif berhubungan dengan akrual
diskresioner. Lebih jelasnya state of the art hubungan Struktur Kepemilikan, Komite
Audit Independen dan Kualitas Audit dengan Manajemen Akrual secara empirik
disajikan sebagai berikut:

Tabel 2.4
State of the Art Hubungan Proporsi Kepemilikan, Komite Audit Independen
dan Kualitas Audit terhadap Manajemen Akrual.
No. Tahun Peneliti Hasil Penelitian
1 1995 Warfield et al. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa
semakin tinggi proporsi kepemilikan insider
saham, semakin sedikit perbedaan kepentingan
antara orang dalam dan orang luar dan biaya
agensi rendah dari ekuitas dan menemukan
bahwa kepemilikan manajerial berhubungan
negatif dengan besarnya penyesuaian akuntansi
akrual dan positif terkait dengan kualitas laba.
2. 2003 dan Koh dan Peasnell Menemukan hubungan negatif tetapi tidak
2005 et. al. signifikan antara laba akrual dan ukuran
kepemilikan manajerial. Menunjukkan bahwa
peran direktur luar dalam membatasi
manajemen akrual terhadap kepemilikan
manajerial. Dan menemukan hubungan positif
antara peningkatan laba melalui akrual
diskresioner dan kepemilikan manajerial pada
tingkat yang lebih rendah, tapi hubungan
subsitusi terhadap kepemilikan institusional.
3 2011 George Iatridis Penelitian ini menunjukkan bahwa hedging
dan accrual discresionary menampilkan
hubungan subsitusi/terbalik dan hubungan
negatif kepemilikan institusional terhadap
manajemen akrual, serta efektif dengan
corporate governance.

27
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

No. Tahun Peneliti Hasil Penelitian


Menemukan hubungan negatif antara peran
4. 2007 Chen et. al. direktur independen terhadap manajemen akrual
bagi perusahaan di Taiwan.
5. 2007 Garcia Osma dan Akrual diskresioner, tidak menemukan bukti
Gill-de-Albornoz hubungan antara independensi dewan terhadap
Noguer manajemen akrual atau antara komite audit
independen terhadap manajemen akrual bagi
perusahaan di Spanyol. Direktur kelembagaan
memainkan peran penting dalam menghambat
praktek manajemen akrual.
Sumber: dikembang dalam penelitian ini

2.2.2 Hubungan Corporate Governance dengan Volatilitas Laba


Konsep dasar Enterprise Risk adalah bahwa perusahaan harus mengurangi
eksposur risiko di bagian yang tidak memiliki keunggulan komparatif dan
mengeksploitasi risiko informasi yang memiliki keuntungan, yang berarti bahwa risiko
total mungkin dapat meningkatkan alokasi risiko perusahaan (Stulz 1996). Schrand dan
Unal (1998) mengandaikan bahwa manajer perusahaan harus mengkoordinasikan
kegiatan risiko dengan hedging risiko ekonomi (risiko homogen), seperti investasi di
pasar yang efisien, sekaligus meningkatkan kegiatan usaha dan informasi laba
komparatif (Barney dan Hansen 1994).
Perusahaan dengan dewan independen akan memiliki agency cost (biaya agensi)
yang rendah bahkan mampu melakukan fungsi pengendalian dengan baik (Subramaniam
dkk. 2009), seperti nampak pada gambar 2.4. Konteks Hubungan Corporate Governance
dengan Risiko/Volatilitas Laba, berikut:

Gambar 2.3
Konteks Hubungan Corporate Governance dengan Volatilitas Laba

Corporate governance
- Mekanisme Internal Volatilitas Laba
- Mekanisme Eksternal

Sumber : Cohen et al, (2004); Subramaniam et al. (2009); Yatim (2002); Doyle et.al;
Zoort, et al (2010) dan Sutaryo, et al.(2007).

28
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

Corporate governance melalui kualitas audit berpengaruh positif terhadap risiko


(Yatim 2010). Faktor karakteristik perusahaan diantaranya adalah jumlah anak
perusahaan. Organisasi dengan jumlah anak perusahaan yang banyak berpotensi memiliki
risiko internal maupun eksternal lebih besar. Adapun state of the art hubungan Struktur
Kepemilikan, Komite Audit Independen dan Kualitas Audit dengan volatilitas laba secara
empirik disajikan sebagai berikut:

29
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

Tabel 2.5
State of the Art Hubungan Proporsi Kepemilikan, Komite Audit Independen
dan Kualitas Audit dengan Volatilitas Laba
No. Tahun Peneliti Hasil Penelitian
1. 2004 dan Cohen et al, dalam Perusahaan Auditor Big four cenderung
2009 Subramaniam et al, mendorong mekanisme pengendalian
dan Yatim internal yang lebih tinggi diantara auditee
apabila dibandingkan dengan perusahaan
bukan Big four. Hasil penelitian bahwa
corporate governance melalui kualitas
audit berpengaruh positif terhadap
volatilitas laba.
2. 2009, Subramaniam et al, Faktor komite audit dan dewan
2002 dan dan Zoort, et al dalam independen merupakan mekanisme CG
2010 Sutaryo, et al yang penting untuk mengendalikan
perilaku manajemen dalam akuntabilitas
dan disclosure.
Hadirnya komite audit dan komisari
independen dapat meningkatkan kualitas
pengendalian karena tidak berafiliasi
dengan perusahaan dan merupakan
perwakilan independen dari kepentingan
shareholders.
Penelitian Zoort, et al (2002) dalam
Sutaryo, et al (2010) menunjukkan bahwa
frekuensi rapat yang tinggi berhubungan
negatif dengan masalah pelaporan
keuangan dan peningkatan kualitas audit.
3. 2007 Doyle et.al Auditor eksternal yang berkualitas tinggi
berhubungan dengan kemungkinan
menurunkan masalah pelaporan keuangan
dan pengendalian internal untuk
memitigasi Volatilitas laba.
Sumber: dikembangkan dalam penelitian ini

2.2.3 Pengaruh Manajemen Akrual terhadap Volatilitas Laba


Penelitian yang menguji pengaruh manajemen akrual terhadap risiko/volatilitas
laba dan investasi, hasilnya menunjukkan bahwa manajemen akrual tidak terbukti

30
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

menimbulkan risiko/volatilitas laba (Dul Muid 2005). Hubungan antara penggunaan


manajemen akrual dengan volatilitas laba perusahaan dengan menggunakan sampel
perusahaan-perusahaan di Australia dan hasilnya menunjukkan bahwa hubungan ini tidak
linier (Nguyen dan Faff 2010).
Nguyen dan Faff (2010) menjelaskan akuntansi derivatif keuangan terhadap hubungan
manajemen akrual dengan volatilitas laba diukur dengan volatilitas return saham harian.
Penelitian Baskoro dan Wardhani (2014) menemukan bahwa penelitian yang
menggunakan akrual diskresioner sebagai proxy manajemen akrual menunjukkan
probabilitas yang berada dalam tingkat signifikansi 10% terhadap volatilitas laba. Lebih
jelasnya state of the art hubungan manajemen akrual dengan volatilitas laba secara
empirik disajikan sebagai berikut:

Tabel 2.6
State of the Art Hubungan Manajemen Akrual dengan Volatilitas Laba
No. Tahun Peneliti Hasil Penelitian
1. 2005 Muid dan Catur P Menguji pengaruh manajemen laba akrual terhadap
risiko/volatilitas laba dan investasi, hasilnya
menunjukkan bahwa manajemen akrual tidak
terbukti menimbulkan risiko (volatilitas) laba.

2. 2010 Hoa Nguyen and Hubungan manajemen akrual dengan volatilitas


Robert Faff laba diukur dengan volatilitas return saham harian
dengan menggunakan sampel perusahaan di
Australia. Hasilnya menunjukkan bahwa hubungan
ini tidak linier. Secara khusus, penggunaan
derivatif keuangan berhubungan dengan
pengurangan risiko/volatiliti.

3 2014 Baskoro dan Penelitian yang menggunakan akrual diskresioner


Wardhani sebagai proxy manajemen akrual menunjukkan
probabilitas yang berada dalam tingkat signifikansi
10% terhadap volatilitas laba.
Sumber: Dikembang dalam penelitian ini

31
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

2.2.4 Perbedaan Perusahaan Hedgers dengan Unhedgers terhadap Volatilitas


laba
Penggunaan derivatif keuangan untuk tujuan hedging, bahwa risiko total, risiko
istimewa, dan risiko eksposur berpengaruh terhadap perubahan penurunan suku bunga
perusahaan, dan tidak menemukan bukti signifikan perubahan risiko/volatilitas laba
(Guay 1999). Perbedaan dalam risiko bagi perusahaan yang menggunakan derivatif
keuangan untuk tujuan hedging secara ekonomis dibandingkan dengan perusahaan yang
tidak menggunakan derivative keuangan (Hentschel dan Kothari 2001).
Penelitian Schizer (2000) menemukan bahwa larangan kontrak hedging pada
transaksi eksekutif cukup langka. Pengelolaan hedging umumnya dillakukan
dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, sebagian besar terdapat inovasi di pasar
keuangan yang telah menyebabkan hedging dan diversifikasi instrumen derivatif
keuangan, sehingga tersedia untuk para eksekutif perusahaan (Ofek dan Yermack 2000).
Ada hubungan negatif yang signifikan antara tingkat hedging operasional dan hedging
keuangan untuk menurunkan risiko keuangan (Hankins 2011).
Allayannis dan Weston (2006) memberikan bukti bahwa risiko mata uang asing
dihedging (kira-kira 4%) dari kenaikan nilai pasar. (Graham dan Rogers 2002)
menemukan hedging yang dapat menambahkan 1.1 % secara ekonomis signifikan
terhadap nilai pasar perusahaan (Graham dan Rogers 2002). Besarnya arus kas yang
dihasilkan oleh portofolio lindung nilai untuk menjelaskan perubahan nilai perusahaan
(Guay dan Kothari 2003). Penelitian ini Konsisten dengan menggunakan sampel
perusahaan minyak dan gas dan menemukan dampak hedging yang signifikan atas nilai
pasar (Jin dan Jorion 2007). Strategi hedging atas risiko yang dihedge dan risiko kuantitas
yang tidak dihedge secara non linear setelah dikurangi biaya kontrak keuangan dan
keuntungan dengan nilai perusahaan (Frestad 2009).
Transaksi hedging keuangan dapat mengurangi tingkat kompensasi manajerial
terkait dengan risiko yang di hedge, dan meningkatkan kemampuan dewan direksi untuk
mengukur kinerja manajerial dengan mengurangi ukuran kinerja perusahaan (DeMarzo
dan Duffie 1995); (Smith dan Stulz 1985) dan (Stulz 1984). Manajer memiliki insentif
yang lebih besar untuk hedging dan mengurangi risiko seperti faktor fundamental
perusahaan, terutama di perusahaan-perusahaan dengan pemantauan lebih ketat (Xie dkk.
2003) dan (DeMarzo dan Duffie 1995).
Lindung nilai operasional dalam (Smith dan Stulz 1985) dan (Van Mieghem 2011).
Akuisisi dapat mengurangi potensi volatilitas laba tanpa mempengaruhi eksposur. Jika
perusahaan mengelola total risiko, harus ada bukti trade-off antara derivatif dan
keputusan perusahaan yang mempengaruhi volatilitas laba. Kontribusi manajemen risiko
adalah untuk mengukur perubahan dalam volatilitas laba dan volatilitas arus kas, ada dua
alasan. Pertama, menyatakan bahwa angka laba adalah indikator kelancaran keuangan
(Rountree dkk. 2008). Perusahaan mengelola risiko untuk membatasi potensi volatilitas

32
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

arus kas. Namun, bukti empiris memberikan dukungan langsung untuk hipotesis bahwa
perusahaan mengelola volatilitas agregat, bukan hanya eksposur transaksi tertentu (Smith
dan Stulz 1985); (Froot dan Stein 1998) dan (Van Mieghem 2007). Garfinkel dan
Hankins (2011) menemukan ada perbedaan dan hubungan negatif yang signifikan antara
tingkat hedging operasional dan hedging keuangan untuk menurunkan volatilitas
keuangan.
Derivatif keuangan digunakan untuk menurunkan akuisisi dan memberikan
manfaat lindung nilai operasional. Meskipun hasil ini berlaku untuk manajemen risiko
bank, ada alasan untuk percaya bahwa dapat memperpanjang untuk perusahaan
nonfinansial. Pertama, banyak perusahaan nonfinansial menggunakan derivatif untuk
lindung nilai, dan ada beberapa bukti bahwa lindung nilai dalam perusahaan terkait
dengan keputusan keuangan perusahaan lain (Chowdhry 1995; Graham dan Rogers
2002). Kedua, risiko suku bunga yang dapat dikelola dengan hedging. Perusahaan
memakai metode pergesaran resiko ada kemungkinan dampak peningkatan keuangan
perusahaan yang diakibatkan pergeseran volatilitas laba dan pengaruh signifikan dengan
memakai metode lindung nilai keuangan (Kuersten dan Linde 2011).
Peran derivatif keuangan sebagai instrumen lindung nilai untuk mengurangi
risiko/volatilitas (Nguyen dkk. 2010). Penggunaan derivatif keuangan yang mengarah ke
peningkatan volatilitas laba, tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa, pengguna
derivatif keuangan mengalami tingkat risiko yang tinggi untuk perusahaan unhedgers.
Hal ini mengungkapkan bahwa ada hubungan non linear yang signifikan antara volatilitas
laba dan penggunaan derivatif keuangan. Ketatnya persyaratan yang ditetapkan dalam
PSAK 55 akan menyebabkan manajer perusahaan tidak dapat mengklasifikasikan
instrumen derivatif yang dimilikinya sebagai instrumen lindung nilai, karena tidak dapat
memenuhi kualifikasi yang telah ditetapkan dalam PSAK 55, padahal derivatif tersebut
sebenarnya ditujukan untuk lindung nilai (Oktavia 2011).
Perusahaan tidak dapat menerapkan akuntansi lindung nilai untuk mencatat
transaksi derivatif, sehingga setiap perubahan nilai wajar pada instrumen derivatif diakui
pada laporan laba rugi (Siahaan 2009). Hal ini menyebabkan laba perusahaan
berfluktuasi, karena volatilitas laba perusahaan meningkat. Investor cenderung lebih
menyukai volatilitas laba yang rendah (Fudenberg dan Tirole 1995); (Barton 2001) dan
(Kirschenheiter dan Melumad (2002). Penggunaan lindung nilai keuangan memiliki
dampak yang signifikan terhadap volatilitas laba perusahaan. Empat ratus dua puluh lima
perusahaan sampel di AS mengelola risiko dengan derivatif, dibandingkan dengan
perusahaan yang tidak menggunakan derivatif, pengguna derivatif tidak menunjukkan
pengurangan risiko yang diukur dengan volatilitas return saham yang terkait dengan
penggunaan derivatif (Hentschel dan Kothari 2001).
Guay dan Kothari (2003) berpendapat bahwa kurangnya hubungan antara
penggunaan derivatif dengan volatilitas saham. Jumlah derivatif keuangan diadopsi oleh

33
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

perusahaan relatif kecil dan portofolio derivatif tidak memiliki dampak terhadap
volatilitas saham (Hentschel dan Kothari 2001). Menggunakan sampel perusahaan besar
Australia selama dua tahun, riset ini memberikan kontribusi untuk penggunaan derivatif
keuangan dikaitkan dengan penurunan risiko/volatilitas laba perusahaan diprediksi akan
terkait dengan prilaku lindung nilai. Penggunaan derivatif keuangan tidak menurunkan
risiko perusahaan dengan tingkat penggunaan kurang dari 40%.
Di bawah ini disajikan tabel 2.7: Perbedaan Perusahaan Hedgers dan Unhedgers
terhadap Volatilitas Laba, berikut:

Tabel 2.7
State of the Art Perusahaan Hedgers dan Unhedgers terhadap Volatilitas Laba

No. Tahun Peneliti Hasil Penelitian


1. 1999 Guay Penggunaan derivatif keuangan perusahaan unhedgers dan
perusahaan hedger dengan risiko total, risiko istimewa, dan
risiko eksposur berpengaruh terhadap perubahan penurunan
suku bunga perusahaan, dan tidak menemukan bukti signifikan
pada perubahan volatilitas laba perusahaan.
2. 2001 Hentschel Menemukan perbedaan dalam risiko/volatilitas laba bagi
dan perusahaan yang menggunakan derivatif keuangan secara
Kothari ekonomi kecil dibandingkan dengan perusahaan yang tidak
menggunakan derivative keuangan perusahaan unhedgers.
3 2001 Allayannis Perusahaan unhedgers Memberikan bukti bahwa risiko mata
and uang asing dihedging dikaitkan (kira-kira 4%) dari kenaikan
Weston nilai pasar.
4. 2009 Dennis Strategi hedging keuangan secara linear umumnya efisien
Frestad secara signifikansi mengurangi ekonomi biaya tinggi dan
volatilitas laba perusahaan hedgers dan risiko kuantitas.
Perusahaan unhedgers menghadapi hubungan non linear antara
nilai perusahaan dengan harapan diskon setelah dikurangi biaya
kontrak keuangan dan keuntungan..
5. 2011 Kristine Menemukan ada hubungan negatif yang signifikan antara
Watson tingkat hedging operasional dan hedging keuangan untuk
Hankins menurunkan risiko/volatilitas laba pada perusahaan hedger dan
unhedgers melalui derivatif keuangan digunakan menurunkan
akuisisi dan memberikan manfaat hedging operasional.
Sumber: dikembang dalam penelitian ini

34
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

2.3. MODEL PENELITIAN


Model penelitian ini digambarkan dalam model teoritikal dasar dan model
empirikal untuk menjelaskan hubungan antar variable eksogen dengan endogen
adalah sebagai berikut:

2.3.1. Model Teoretikal Dasar (Grand Theoretical Model)


Model teoritikal dasar digambarkan berdasarkan konsep dasar penelitian dan
hubungan antar variable eksogen dengan variable endogen serta beberapa hasil penelitian
empiris terdahulu adalah sebagai berikut:

2.3.1.1 Pengaruh Corporate Governance terhadap Manajemen Akrual


Pelaksanaan corporate governance merupakan salah satu cara untuk mengurangi
manajemen akrual dan menurunkan volatilitas laba. Kepemilikan saham manajemen,
kepemilikan institusi dan komite audit serta kualitas audit merupakan beberapa cara
bentuk pelaksanaan corporate governance, dapat menyelaraskan dua kelompok yang
berbeda yaitu pemegang saham dan manajer karena dapat mengurangi prilaku
opportunistik manajer perusahaan melalui manajemen akrual dan memitigasi
risiko/volatilitas laba. Penerapan corporate governance terhadap tindakan manajemen
akrual di perusahaan perbankan Indonesia tidak memiliki pengaruh yang signifikan
kecuali pada proksi kepemilikan manajerial (Farida dkk. 2010). Hal ini sesuai dengan
hasil penelitian (Siregar dan Utama 2008) dan (Nuryaman dkk. 2012). Keberadaan
komite audit terbukti tidak dapat membatasi pengelolaan laba yang dilakukan perusahaan,
karena komite audit oleh perusahaan perbankan hanya dilakukan untuk pemenuhan
regulasi saja tapi tidak dimaksudkan untuk menegakkan Corporate Governance (GCG) di
dalam perusahaan.
Agency theory oleh Jensen dan Meckling (1976) memperhatikan konsep Corporate
Governance dan Volatilitas Laba. Teori akuntansi positif merupakan grand theory dan
Agency teory merupakan teori pendukung (middle range teori) yang digunakan untuk
menjelaskan dan memprediksi manajemen akrual dan volatilitas laba. Berdasarkan uraian
sebelumnya, landasan teori yang digunakan adalah didasarkan pada Grand Theory yaitu
teori akuntansi positif (Williams 1989). Jensen dan Meckling (1976) kebebasan
manajemen dalam memilih metode akuntansi, maka dapat terjadi manajemen berbuat
praktik yang tidak sehat, isu manajemen akrual yang menjadi skandal akuntansi
menyebabkan para regulator untuk melindungi para pemilik modal dan pihak yang
berkepentingan, sehingga muncul isu corporate governance, isu tersebut direalisasikan
dalam bentuk hukum dan peraturan, bahwa kesepakatan antara pemilik dan manajemen
untuk mengelola dan mengendalikan harta perusahaan dalam upaya untuk
memaksimalkan kesejahteraan pemilik didasarkan pada teori keagenan (Agency Theory).

35
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

2.3.1.2 Pengaruh Corporate Governance terhadap Volatilitas Laba


Volatilitas didefinisikan sebagai bentuk ketidakpastian tentang suatu keadaan
yang terjadi pada masa yang akan datang dengan keputusan yang diambil pada berbagai
pertimbangan saat ini. Volatilitas tidak dapat dihindari, tetapi dapat diminimalkan melalui
manajemen akrual dan corporate governance yang efektif. Volatilitas selalu melekat pada
setiap kegiatan operasi perusahaan, besarnya kecilnya risiko/volatilitas yang terjadi akan
mempengaruhi tujuan organisasi. Volatilitas laba yang rendah mengindikasikan bahwa
perusahaan memiliki risiko yang rendah (Fudenberg dan Tirole 1995); (Barton 2001);
(Kirschenheiter dan Melumad 2002; Fudenberg dan Tirole 1995). Hal ini tentunya akan
direspon positif oleh investor. Sebaliknya, laba perusahaan yang tidak stabil atau terlalu
berfluktuasi akan membuat investor beranggapan bahwa investasi yang akan
dilakukannya memiliki risiko, sehingga membuat investor enggan untuk berinvestasi di
dalam perusahaan.
Kirschenheiter and Melumad (2002) berpendapat bahwa kreditur lebih menyukai
laba yang relatif stabil. Volatilitas earnings yang rendah akan memberikan sinyal kepada
kreditur bahwa perusahaan memiliki risiko yang rendah, sehingga biaya bunga yang
harus dibayar oleh perusahaan kepada kreditur pun menjadi lebih rendah. Jika utang dapat
diperoleh dengan biaya yang rendah, maka arus kas bagi pemegang saham (investor) akan
meningkat (Smith dan Stulz 1985); (Trueman dan Titman, 1988); (Barton 2001).
Melindungi perusahaan yang terlibat dalam transaksi valuta asing dari risiko
tersebut dapat dilakukan melalui kontrak lindung nilai, dimana risiko tersebut dapat
dialihkan (Yovita 2011). Untuk mengetahui kegunaan pemakaian instrumen lindung nilai
(hedging) dalam memperkecil volatilitas laba perusahaan, maka penelitian atas pengaruh
hedging terhadap volatilitas laba perusahaan pada perusahaan yang tercatat di Bursa Efek
Indonesia selama tahun 2006–2010. Perusahaan yang menggunakan teknik lindung nilai
cenderung memiliki volatilitas laba yang kecil yang berarti risiko perusahaan kecil.
Aktivitas hedging keuangan disederhanakan dengan mengakui adanya nilai waktu tanpa
biaya pengolahan sehingga dampak dari akuntansi hedge menjadi jelas dalam mekanisme
lindung nilai (Chang dkk. (2010) dan (McKenzie dkk. 2000).
Teori Akuntansi Positif dapat dijelaskan bahwa menggunakan aktivitas hedging
merupakan keputusan manajemen untuk mengurangi volatilitas laba perusahaan, sebagai
teori dasar (Grand Theory). Berdasarkan kajian teoritis dan empiris terdahulu, maka
berikut ini disajikan gambar tentang model teoritikal dasar untuk menjelaskan bagaimana
corporate governance berpengaruh terhadap volatilitas laba dimediasi oleh manajemen
akrual, berikut;

36
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

Gambar 2.5
Model Teoritikal Dasar - Konteks Hubungan Corporate Governance, dengan
Volatilitas Laba dan Manajemen Akrual Antara Perusahaan Hedgers dan
Perusahaan Unhedgers
Manajemen Akrual
(Artificial Smoothing)

Corporate Governance
- Mekanisme Internal Volatilitas Laba
- Mekanisme Eksternal
Sumber : Dikembangkan dalam penelitian ini

2.3.2 Model Penelitian Empirik


Berdasarkan kajian teoritis dan kajian empiris terdahulu menggambarkan kerangka
Penelitian Empirikal dasar, Dampak aktivitas Hedging atas hubungan Corporate
Governanc dengan Volatilitas Laba yang dimediasi oleh Manajemen Akrual. Berdasarkan
analisis dari pernyataan beberapa kajian literatur dan penelitian terdahulu di atas
dinyatakan dalam lima hipotesis dan disusun model penelitian empiris sebagaimana
diilustrasikan dalam gambar berikut:
Gambar 2.6
Model Penelitian Empiris Antara Perusahaan Hedgers dan Perusahaan Unhedgers

Kepemilikan
Manajerial Volatilitas
H1a
(X1) Laba
H2a
(Y)
H1b
Kepemilikan
Institusional
(X2)

H1c H3
Komite Audit
Independen
(X3) H2b

H1d H2c Manajemen


((+)
Akrual
KualitasAudit
(X4)
(Z)
H2d

37
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

Sumber: Dikembangkan untuk penelitian

2.4. PENGEMBANGAN HIPOTESIS


2.4.1 Pengaruh Proporsi Kepemilikan, Komite Audit independen, dan Kualitas Audit
terhadap Volatilitas Laba.

2.4.1.1 Kepemilikan Manajerial


Jensen dan Meckling (1976) menemukan bahwa kepemilikan managerial berhasil
menjadi mekanisme untuk mengurangi masalah keagenan dari manajer dengan menyelaraskan
kepentingan-kepentingan manajer dengan pemegang saham. Penelitian tersebut
menemukan bahwa kepentingan manajer dengan pemegang saham eksternal dapat disatukan
jika kepemilikan saham oleh manajer diperbesar sehingga manajer tidak memanipulasi Iaba.
Dalam kepemilikan saham yang rendah, maka insentif terhadap kemungkinan terjadinya
perilaku oportunistik manajer akan meningkat dan memitigasi risiko/volatilitas laba
Shleifer dan Vishny (1989).
Hasil penelitian Lee (2008) dan Nuringsih (2010) menemukan adanya hubungan
negatif antara kepemilikan saham manajerial dengan risiko/volatilitas. Adanya hubungan
negatif dan tidak signifikan antara kepemilikan manajerial terhadap risiko /volatilitas laba
(Wahidahwati 2002). Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa semakin tinggi
proporsi kepemilikan insider saham, semakin sedikit perbedaan kepentingan antara orang
dalam dan orang luar dan biaya agensi rendah dari ekuitas. Pada tingkat risiko tinggi
manajer cenderung menjadi risk seeker sehingga memilih proyek berisiko tinggi agar
mendapat return yang tinggi. Menghadapi volatilitas laba, manajer bekerja sama dengan
pihak kreditor sehingga terjadi peralihan kekayaan dari kreditor kepada pemegang saham.
Pada tingkat risiko rendah manajer cenderung menjadi risk aversion sehingga tidak
mencari proyek berisiko tinggi. Berdasarkan dari teori agency dan beberapa hasil
penelitian di atas maka dapat diasumsikan bahwa dengan adanya kepemilikan manajemen
akan memberikan implikasi positif pada penurunan volatilitas laba.
Berdasarkan kajian teoritis dan temuan empiris terdahulu oleh Jensen dan
Meckling (1976), Shleifer dan Visny 1989), Chen dan Steiner (1999), Sounder, Strock
dan Lee (2008) dan Nuringsih (2010) dan (Wahidahwati 2002), sehingga pernyataan dari
beberapa kajian literatur dan penelitian terdahulu di atas dinyatakan dalam hipotesis 1a
serta disajikan pada gambar 2.3. Hipotesis yang diuji sebagai berikut:
H1a: Kepemilikan Manajemen berpengaruh negatif terhadap Volatilitas Laba.

2.4.1.2. Kepemilikan Institusional


Fitri dan Mamduh (2003) menyatakan bahwa hubungan antara kepemilikan
manajerial dan kepemilikan institusional adalah negatif. Hubungan ini sesuai dengan

38
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

penelitian. Risiko/volatilitas laba mempunyai hubungan negatif dan signifikan terhadap


kepemilikan institusional. Terdapat hubungan yang negatif dan signifikan antara variabel
kepemilikan institusional terhadap volatilitas laba (Fitri dan Hanafi 2003). Semakin besar
kepemilikan institusional maka semakin kuat kendali yang dilakukan oleh pihak eksternal
terhadap perusahaan, sehingga menyebabkan rendahnya risiko perusahaan/volatilitas
laba. Hasil ini memperkuat asumsi bahwa kepemilikan institusional efektif digunakan
sebagai alat monitoring manajemen.
Kepemilikan institusional secara mayoritas akan mengurangi kemungkinan
perusahaan untuk diakuisisi, sehingga meningkatkan keinginan manajer untuk
memperbesar kepemilikan pada perusahaan. Semakin tinggi kepemilikan institusional
maka akan semakin meningkatkan pengawasan pihak eksternal terhadap perusahaan (Fitri
dan Hanafi 2003). Laporan keuangan periodik yang diterbitkan manajemen sebagai
sumber informasi bagi investor institusional dalam melakukan aktivitas monitoring
(Potter 1995). Kepemilikan institusional yang cukup besar akan mempengaruhi nilai
pasar perusahaan dan mengurangi volatilitas laba perusahaan. Semakin besar tingkat
kepemilikan saham oleh institusi, maka semakin efektif mekanisme kontrol terhadap
kinerja manajemen (Shleifer dan Vishny 1989).
Berdasarkan dari teori agency dan beberapa hasil penelitian di atas maka dapat
diasumsikan bahwa dengan adanya kepemilikan institusional akan memberikan implikasi
positif pada penurunan volatilitas laba. Berdasarkan kajian teoritis, temuan empiris dan
ketidak konsistenan hubungan Kepemilikan Institusional terhadap volatilitas laba (Potter
1995); (Shleifer dan Vishny 1997) dan (Fitri dan Hanafi 2003). Adapun pernyataan dari
beberapa kajian literatur dan penelitian terdahulu di atas dinyatakan dalam hipotesis 1b
serta disajikan pada gambar 2.3. Hipotesis yang diuji sebagai berikut:
H1b : Kepemilikan Institusional berpengaruh negatif terhadap Volatilitas Laba.

2..4.1.3. Komite audit Independen


Otoritas Jasa Keuangan mewajibkan perusahaaan memiliki komisaris independen
dan komite audit independen. Komite audit independen salah satu tugasnya mengawasi
proses pelaporan keuangan perusahaan dan mengadakan pertemuan secara rutin dengan
audit eksternal dan internal untuk memberikan pendapatnya secara profesional mengenai
laporan keuangan perusahaan, proses audit dan pengawasan internal.
Keberadaan komite audit akan mendorong perusahaan untuk menerbitkan laporan
keuangan yang lebih akurat, maka akan menurunkan default risk dan meningkatkan
peringkat surat utang perusahaan. Penggunaan variabel komite audit sebagai struktur
yang sistematis untuk memaksimalkan pengelolaan perusahaan yang baik (good
corporate governance), sehingga dapat meminimumkan masalah keagenan. Salah satu
cara untuk memperkecil biaya pengawasan yang ditanggung oleh pemegang saham
dengan melibatkan pihak ketiga atau komite audit independen dalam pengawasan (Jensen

39
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

1986). Untuk mengurangi monitoring cost dan memperoleh pendanaan, perusahaan akan
menggunakan utang sebagai alternatif pilihan. Langkah manajemen di atas dapat
dijelaskan melalui konsep teori prospek yang menyatakan bahwa seorang cenderung
bersifat risk averse yang menguntungkan dan bersifat risk seeking pada kondisi yang
merugikan (Widanaputra dan Putu 2007).
Keberadaan komite audit independen di perusahaan diharapkan untuk
memaksimalkan pengelolaan perusahaan yang baik (good corporate governance) tidak
hanya dilihat dari sisi pemegang saham tetapi juga kreditor. Perusahaan yang memiliki
komite audit independen berpengaruh negatif terhadap volatilitas laba dan memiliki
peringkat surat utang yang lebih tinggi daripada perusahaan yang tidak memiliki komite
audit (Asrida 2011). Hasil ini juga mendukung bahwa komite audit menjalankan
fungsinya sebagai profesi yang memberikan pendapat kepada komisaris khususnya yang
berkaitan dengan transparansi laporan keuangan, sehingga kehadiran komite audit
independen dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan.
Berdasarkan teori agency dan beberapa hasil penelitian di atas maka dapat
diasumsikan bahwa dengan adanya komite audit independen akan memberikan implikasi
pada penurunan volatilitas laba. Sumber referensi pada beberapa penelitian terdahulu dan
ketidak konsistenan hubungan Komite Audit dengan volatilitas laba, oleh Jensen (1986);
Widanaputra (2007) dan (Rianingsih 2008), sehingga pernyataan dari beberapa kajian
literatur dan penelitian terdahulu di atas dinyatakan dalam hipotesis 1c serta disajikan
pada gambar 2.3. Hipotesis yang diuji sebagai berikut:
H1c : Komite Audit Independen berpengaruh negatif terhadap Volatilitas Laba.

2..4.1.4. Kualitas Audit


Penelitian Abumustafa dan Al-Abduljader (2011) menemukan bahwa Risk Based
Audit dipercaya lebih baik dibandingkan versi tradisionalnya, karena fokus pada
risiko/volatilitas laba diharapkan penyebab dari kemungkinan risiko keuangan dapat di
atasi, ketimbang hanya melihat catatan keuangan. Kualitas audit ini akan menekankan
kepada kualitas informasi keuangan sehingga akan memperbaiki proses pelaporan dan
tentunya merupakan nilai tambah bagi operasi perusahaan, dan meningkatkan mutu
corporate governance dengan kualitas audit untuk memitigasi risiko/volatilitas laba.
Dalam upaya mencapai kinerja yang ditargetkan oleh pemangku kepentingan,
manajemen perusahaan menghadapi risiko-risiko yang berasal dari beragam
ketidakpastian. Keberhasilan manajemen mencapai kinerja ditentukan oleh kemampuan
mengelola risiko perusahaan secara efisien. Keberadaan manajer risiko sebagai organ
manajemen dalam mengelola volatilitas laba perusahaan dengan para pemilik risiko (risk
owners). Pelaporan kepada manajemen atas risiko utama yang dihadapi oleh perusahaan
adalah salah satu langkah yang dapat meningkatkan kualitas audit (Fraser dan Simkins
2009).

40
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

Berdasarkan teori efisiensi dan konsep risiko dan beberapa hasil penelitian di atas
maka dapat diasumsikan bahwa dengan adanya kualitas audit yang tinggi akan
memberikan implikasi pada penurunan risiko/volatilitas laba. Kajian teoritis, temuan
empiris terdahulu yang tidak konsisten antara hubungan kualitas audit dengan volatilitas
laba (Abumustafa dan Al-Abduljader 2011) dan (Fraser dan Simkins 2010:456), sehingga
pernyataan dari beberapa kajian literatur dan penelitian terdahulu di atas dinyatakan
dalam hipotesis 1d serta disajikan pada gambar 2.3. Hipotesis yang diuji sebagai berikut:
H1d : Kualitas Audit berpengaruh negatif terhadap Volatilitas Laba.

2.4.2. Pengaruh Proporsi Kepemilikan, Komite Audit dan Kualitas Audit terhadap
Manajemen Akrual.
Manajemen yang memiliki saham perusahaan memiliki informasi lebih banyak
tentang perusahaan dibanding pemegang saham non-institusi lainnya. dengan memiliki
kesempatan untuk meminimalisir volatilitas labanya dan meningkatkan kinerja saham
perusahaan (Oktafia 2013).
2.4.2.1 Pengaruh aspek Kepemilikan Manajemen terhadap Manajemen Akrual.
Pengaruh struktur kepemilikan perusahaan: kepemilikan manajerial versus non-
manajerial, kepemilikan institusional terhadap individu, dan kepemilikan blockholder.
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa semakin tinggi proporsi kepemilikan insider
saham, semakin sedikit perbedaan kepentingan antara orang dalam dan orang luar serta
biaya agensi rendah dari ekuitas. Ada hubungan negatif tidak signifikan antara
kepemilikan saham manajerial dan manajemen akrual (Koh 2007).
Penelitian Peasnell dkk. (2005) menunjukkan bahwa peran direktur luar dalam
membatasi manajemen akrual. Kepemilikan manajerial dengan discretionary accrual dan
kandungan informasi laba menemukan bukti bahwa kepentingan manajerial berhungan
negatif dengan discretionary acrual (Warfield dkk. 1995). Hal ini berarti kepemilikan
manajerial berhubungan negatif dengan manajemen akrual dimana kepemilikan saham
manajer yang besar dapat mengurangi manajemen akrual. Kepemilikan saham yang besar
di perusahaan, manajer kurang terlibat dalam manajemen akrual. Prediksi hubungan
negatif antara kepemilikan manajerial dan manajemen akrual. Ada hubungan negatif
antara kepemilikan manajemen (insider) dan manajemen akrual untuk 830 IPO di Jepang
selama periode 1989-2000 (Nagata and Hachiya 2007) dan (Nagata 2013).
Berdasarkan positive accounting theory dan beberapa hasil penelitian di atas maka
dapat diasumsikan bahwa dengan adanya kepemilikan manajemen akan memberikan
implikasi pada penurunan prilaku opportunistik pada tindakan manajemen atas informasi
keuangan. Kajian teoritis dan temuan empiris terdahulu yang tidak konsisten antara
hubungan Kepemilikan manajemen dengan manajemen akrual oleh (Oktafia 2013);
Warfield et al. (1995); Koh (2003); Peasnell et al. (2005); (Nagata dan Hachiya 2007) dan

41
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

(Nagata 2013), maka dinyatakan dalam hipotesis 2a dan disajikan pada gambar 2.3.
Hipotesis yang diuji sebagai berikut:
H2a: Kepemilikan Managerial berpengaruh negatif terhadap Manajemen Akrual.

2.4.2.2 Pengaruh aspek Kepemilikan Institusional terhadap Manajemen Akrual.


Perspektif proporsi saham yang dimiliki oleh pemegang saham institusional
terhadap individu. Rajgopal dkk. (1999) menyatakan bahwa kepemilikan saham
institusional memiliki implikasi atas manajemen akrual, pemegang saham institusi besar
memainkan peran pemantauan yang penting dan menemukan hubungan negatif antara
kepemilikan saham institusional dan manajemen akrual. Investor institusional
mengurangi atau menambah insentif untuk mengelola laba jangka pendek (Bushee dan
Noe 2000). Penelitian ini adalah ketika kepemilikan institusional tinggi, manajer
cenderung untuk mengurangi investasi dan penurunan laba.
Jika pengelolaan laba efisien maka kepemilikan institusional yang tinggi akan
meningkatkan pengelolaan laba, tetapi jika pengelolaan laba yang dilakukan perusahaan
bersifat oportunis maka kepemilikan institusional yang tinggi akan mengurangi
manajemen akrual. Koh dan Hsu (2005) melaporkan hubungan negatif pada kepemilikan
institusional yang tinggi dengan manajemen akrual. Pemegang saham akan melakukan
pengawasan terhadap manajemen, bila biaya pengawasan tersebut tinggi maka pemegang
saham akan menggunakan pihak ketiga (debtholders atau bondholders) untuk membantu
melakukan pengawasan (Easterbrook 1984).
Temuan kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap manajemen akrual
(Easterbrook 1984); (Bushee 1998a, 1998b); (Rajgopal et al. 1999) dan (Koh dan Hsu
2005). Temuan tersebut di atas menunjukkan bahwa kepemilikan institusional menjadi
mekanisme yang efektif dalam mengawasi kinerja manajer. Hasil penelitian yang tidak
konsisten di atas antara lain tidak menemukan hubungan konsentrasi kepemilikan
institusional pada manajemen akrual (Demsetz dan Villalonga 2001); (Darmawati 2003)
dan (Ujiyantho dan Pramuka 2007). Konsentrasi kepemilikan institusional tidak
berpengaruh terhadap tingkat laba akuntansi.
Berdasarkan teori positive accounting dan beberapa hasil penelitian di atas maka
dapat diasumsikan bahwa dengan adanya kepemilikan institusional akan memberikan
implikasi pada penurunan prilaku opportunistik dan tindakan manajemen akrual atas
informasi keuangan. Kajian teoritis, temuan empiris terdahulu dan ketidak konsistenan
atas hubungan Kepemilikan Institusional pada manajemen akrual oleh Lang dan
McNichols (1997); (Easterbrook 1984); (Rajgopal et al. 1999); (Koh dan Hsu 2005);
(Bushee and Noe 2000); (Jensen 1993) dan (Ching et al. 2006), maka dinyatakan dalam
hipotesis 2b dan disajikan pada gambar 2.3. Hipotesis yang diuji sebagai berikut:
H2b: Kepemilikan Institusional berpengaruh secara negatif terhadap Manajemen
Akrual.

42
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

2.4.2.3 Pengaruh Komite Audit Independen terhadap Manajemen Akrual.


Komite audit mempunyai peran penting dan strategis dalam memelihara
kredibilitas penyusunan laporan keuangan seperti menjaga sistem pengawasan
perusahaan yang memadai serta pelaksanaan corporate governance. Komite audit
berperan penting dalam menjamin terlaksananya corporate governance yang baik.
Beberapa peneliti menemukan bahwa keberadaaan komite audit independen berpengaruh
signifikan terhadap manajemen akrual (Bedard dkk. 2004); (Daryatno 2004); (Veronica
dkk. 2005) dan Siallagan dan Machfoedz (2006).
Hal ini memberi bukti bahwa keberadaan komite audit dapat meningkatkan
efektifitas kinerja perusahaan. Penelitian Rachmawati dan Triatmoko (2007) tidak
menemukan adanya pengaruh keberadaan komite audit independen terhadap manajemen
akrual. Komite audit dapat mengurangi perilaku manajemen akrual (Ching dkk. 2006).
Menurut Klein (2002) dalam penelitiannya membuktikan bahwa besarnya
discretionary accrual lebih tinggi untuk perusahaan yang memiliki komite audit yang
terdiri dari komisaris independen dibanding perusahaan yang mempunyai komite audit
yang independen. Perusahaan memanipulasi laba lebih besar kemungkinannya apabila
memiliki dewan komisaris yang didominasi oleh manajemen dan memiliki Chief Executive
Officer (CEO) yang merangkap menjadi chairman of board (Dechow dkk. 1996).
Jika fungsi independensi direksi cendrung lemah, maka ada kecendrungan terjadinya moral
hazard yang dilakukan oleh para direktur perusahaan melalui pemilikan perkiraan-perkiraan
akrual yang berdampak pada manajemen akrual dan konsisten dengan hasil penelitian
komite audit dan komisaris independen berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
manajemen akrual (Wedari 2004)..
Berdasarkan teori positive accounting dan beberapa hasil penelitian di atas maka
dapat diasumsikan bahwa dengan adanya komite audit independen akan memberikan
implikasi positif pada penurunan prilaku opportunistik dan tindakan manajemen akrual
atas informasi keuangan. Kajian teoritis, temuan empiris terdahulu antara komite audit
independen dengan manajemen akrual yang tidak konsisten oleh (Wedari 2004); (Klein
2002a); (Dechow et al 1996) dan (Ching dkk. 2006), maka dinyatakan dalam hipotesis 2c
dan disajikan pada gambar 2.3. Hipotesis yang diuji sebagai berikut:
H2c: Keberadaan komite audit Independen berpengaruh negatif terhadap
manajemen Akrual.

2.4.2.4 Pengaruh Kualitas Audit terhadap Manajemen Akrual.


Penelitian yang menunjukkan bahwa sebuah perusahaan audit besar dapat
meningkatkan kredibilitas laporan keuangan perusahaan. Teoh dan Wong (1993)
berargumen bahwa kualitas audit berhubungan dalam melakukan menajemen akrual dan
mengurangi risiko (volatilitas) laba. Kualitas audit berhubungan negatif dengan

43
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

manajemen akrual. menunjukkan bahwa kualitas Audit dapat mengurangi manajemen


akrual (Lin dan Hwang 2010).
Praktik Corporate Governance akan membatasi pengelolaan laba yang opportunis.
Semakin tinggi kualitas audit, kemungkinan manajemen akrual yang dilakukan dan
cendrung mengurangi risiko/volatilitas laba. Ada hubungan negatif yang signifikan antara
kualitas audit dan akrual diskresioner (Lin dan Hwang 2010; Ching dkk. 2006), serta
tidak menemukan hubungan negatif dan signifikan antara kualitas audit dengan
manajemen akrual pada perusahaan yang terdaftar di bursa Hongkong dan Inggris
(Peasnell dkk. 2005) .
Perusahaan audit besar diharapkan lebih independen dan memberikan mutu audit
yang tinggi (Becker 1998). Perusahaan audit besar memiliki reputasi tinggi dan terkena
risiko litigasi yang lebih tinggi, oleh karena itu, perusahaan-perusahaan lebih cenderung
untuk melindungi diri dan kepentingan pemegang saham dengan mencegah perilaku para
manajer. Manajer akan cenderung untuk mengelola laba jika laporan keuangan diaudit
oleh auditor berkualitas tinggi.
Berdasarkan teori akuntansi positif dan beberapa hasil penelitian di atas maka
dapat diasumsikan bahwa dengan adanya kualitas audit yang tinggi akan memberikan
implikasi pada penurunan prilaku opportunistik dan tindakan manajemen akrual atas
informasi keuangan. kajian teoritis, temuan empiris terdahulu yang tidak konsisten antara
Kualitas Audit pada manajemen akrual oleh (Teoh dan Wong 1993); (Lin dan Hwang
2010); (Becker 1998); (Ching dkk. 2006) dan (Lin dan Hwang 2010). Maka dinyatakan
dalam hipotesis 2d dan disajikan pada gambar 2.3. Hipotesis yang diuji sebagai berikut:
H2d : Kualitas Audit berpengaruh negatif terhadap Manajemen Akrual.

2.4.3. Pengaruh Manajemen Akrual terhadap Volatilitas laba


Akrual diskresioner menunjukkan bahwa perusahaan dalam tahun pengamatan
dimana manajer perusahaan melakukan akrual diskresioner dan menghasilkan volatilitas
laba yang relatif rendah dibandingkan periode estimasi volatilitas (Hunt dkk. 2000).
Ebrahim (2007) mendefinisikan manajemen akrual sebagai sebuah kebijakan akuntansi
yang diarahkan sesuai dengan keinginan manajemen. Volatilitas laba seringkali
disinonimkan dengan ketidakpastian, karena volatilitas mengacu pada adanya variasi nilai
antara yang diperkirakan dengan nilai-nilai observasi.
Menurut Fudenberg dan Tirole (1995) dan Jayaraman (2008) volatilitas laba yang
timbul karena dapat menyebabkan investor mencabut investasinya. Adanya kemungkinan
perusahaan tidak membagikan dividen akibat volatilitas laba atau tidak mampu
membayarkan barang yang dibeli atau membayar pokok pinjaman yang diberikan kepada
perusahaan membuat pihak-pihak eksternal seperti investor, kreditur maupun supplier
menghindari perusahaan dengan fluktuasi/volatilitas laba yang tinggi. Penelitian Ziliak

44
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

dkk. (2011) yang menyatakan bahwa adanya kenaikan volatilitas laba dapat menurunkan
penawaran hutang terhadap perusahaan oleh kreditur.
Penelitian Dul Muid (2005) menguji pengaruh manajemen akrual terhadap
volatilitas laba dan investasi, hasilnya menunjukkan bahwa manajemen akrual tidak
terbukti menimbulkan risiko/volatilitas laba. Manajemen Akrual dapat dicapai dengan
cara seperti akrual untuk meningkatkan laba yang di write-off dalam satu periode dan
untuk meringankan biaya selama beberapa periode, mempercepat atau menunda
pengakuan pendapatan atau beban untuk menggeser pendapatan dari satu periode ke
periode lain dan selektif mengelompokkan pendapatan dan beban sebagai bagian dari
laporan laba rugi komprehensif untuk mempengaruhi akun yang berulang (lihat Fields
dkk. (2001).
Teori Akuntansi Positif mengatasi volatilitas laba perusahaan, dimana manajemen
bertindak secara optimal dan mendukung kepentingan investor (Lambert 2001). Adapun
teori agency, perilaku manajemen akrual akan meningkatkan biaya agensi karena manajer
menjaga kepentingannya dengan menerbitkan laporan keuangan yang tidak menunjukkan
gambaran ekonomi perusahaan secara akurat, sehingga stakeholders tidak dapat membuat
keputusan investasi yang optimal. Motivasi penggunaan manajemen akrual sebagai
subsitusi penggunaan derivatif keuangan berdampak pada menurunnya volatilitas laba.
Berdasarkan teori akuntansi positif menjelaskan bahwa manajer bertindak
oportunistik untuk mempengaruhi reputasi dan pengaturan kinerja keuangan perusahaan
yang terbukti rendah dari yang diharapkan atau tidak sejalan dengan perkiraan analis
(Peasnell dkk. 2000). Kajian teoritis dan temuan empiris terdahulu yang tidak konsisten
antara hubungan Manajemen Akrual terhadap Volatilitas Laba oleh Ziliak dkk. (2011);
(Scott. W. 1997; Ebrahim, 2001), (Healy, 1985); (Lambert 2001); (Fudenberg dan Tirole
1995); (Fields dkk. 2001); (Jayaraman 2008); (Peasnell dkk. 2000); (Hunt dkk. 2000);
(Dul Muid 2005), maka dinyatakan dalam hipotesis 3 dan disajikan pada gambar 2.3.
Hipotesis yang diuji berikut:
H3 : Manajemen Akrual berpengaruh negatif terhadap Volatilitas Laba.

2.4.4. Perbedaan Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Komite Audit,


dan Kualitas Audit Terhadap Volatilitas Laba Pada Perusahaan Hedgers dan
Unhedgers.
Model hipotesis menguji perbedaan hubungan antara manajemen akrual dengan
perusahaan hedgers dan perusahaan unhedgers. Keputusan perusahaan untuk
menggunakan manajemen akrual dan lindung nilai tergantung pada Corporate
Governance, dan karakteristik keuangan perusahaan (Barton 2001). Xie dkk. (2003)
menyatakan bahwa keberadaan Corporate Governance yang efektif, seperti adanya
kepemilikan institusional, komite audit, akan mengurangi manajemen akrual.

45
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

Penelitian Tangjitprom (2013) manajemen akrual biasanya mengacu pada upaya


manajer perusahaan dalam memanipulasi laba. Secara umum, manajemen akrual ini
dianggap negatif karena mungkin berasal dari oportunisme manajerial. Kebijaksanaan
manajemen akrual untuk mengambil alih keuntungan pribadi, misalnya, untuk
mendapatkan manfaat lebih dari kompensasi Kuang (2008); (Healy dan Palepu 1990);
(Baker dkk. 2009); (Bergstresser dan Philippon 2006). Penelitian Magrath dan Weld
(2002) dalam Tangjitprom (2013) telah mengusulkan gagasan bahwa manajer dapat
menggunakan manajemen akrual untuk mengurangi volatilitas laba. Ini dapat bermanfaat
bagi nilai perusahaan, karena dapat membantu untuk mengurangi risiko yang dirasakan
oleh investor. Konsisten dengan interpretasi informasi, komponen volatilitas yang tidak
terkait dengan governance dan berhubungan dengan efisiensi investasi perusahaan
(Ferreira dan Laux 2007). Ada perbedaan mekanisme tata kelola perusahaan dan tingkat
manajemen laba (Cornett dkk. 2009). Wang dkk. (2011) telah menunjukkan bukti bahwa
tingkat manajemen laba berkurang setelah pelaksanaan Sarbanes-Oxley Act. (Hazarika
dkk. 2012) menunjukkan bukti bahwa jumlah turnovers CEO berhubungan positif dengan
tingkat manajemen laba. Ini berarti peran dewan direksi dalam mencegah manajemen
laba agresif sebelum ada konsekuensi eksternal (Tangjitprom 2013).
Berdasarkan teori risiko, bahwa lindung nilai optimal dillakukan jika beberapa
ketidaksempurnaan pasar yang membuat volatilitas laba tinggi. Melalui lindung nilai,
perusahaan dapat mengurangi biaya kesulitan keuangan (Nance dkk. 1993) dan (Smith
dan Stulz 1985). Ross (1997) dan (Leland 2007) menunjukkan bahwa melalui lindung
nilai, perusahaan dapat mengurangi kemungkinan kesulitan keuangan dan meningkatkan
kapasitas utang serta menghindari pajak terkait. Ketika pendanaan eksternal lebih tinggi,
hedging juga dapat memastikan bahwa perusahaan memiliki cukup arus kas untuk
membiayai investasi (Froot 1993); (Myers dan Majluf 1984) dan (Guay dan Kothari
(2003).
Penelitian Hentschel dan Kothari (2001) menemukan ada perbedaan dalam
volatilitas laba bagi perusahaan yang menggunakan derivatif keuangan perusahaan
(hedgers) dibandingkan dengan perusahaan yang tidak menggunakan derivative keuangan
perusahaan (unhedgers). Penelitian (Frestad 2009) derivatif keuangan secara linear
umumnya efisien secara signifikansi mengurangi ekonomi biaya tinggi dan memitigasi
volatilitas laba perusahaan hedger (Frestad 2009).
Berdasarkan kajian teoritis dan temuan empiris terdahulu atas perbedaan
perusahaan hedgers dan unhedgers atas hubungan kepemilikan manajemen, kepemilikan
institusional, komite audit independen dan kualitas audit dimediasi oleh manajemen
akrual oleh (Barton 2001); (Xie et al, 2003); (Ross 1997); (Leland 1998); (Froot et al
1993); (Myers dan Majluf 1984); (Hentschel dan Kothari 2001), dan (Allayannis and
Weston 2001), maka dinyatakan dalam hipotesis 5 (lima) serta disajikan pada gambar 2.5.
berikut : Hipotesis yang diuji sebagai berikut:

46
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

H4a: Ada perbedaan pengaruh Kepemilkan Manajemen terhadap Volatilitas Laba antara
perusahaan hedgers dan unhedgers
H4b: Ada perbedaan pengaruh Kepemilkan Institusional terhadap Volatilitas Laba antara
perusahaan hedgers dan unhedgers
H4c: Ada perbedaan pengaruh Komite Audit Independen dengan Volatilitas Laba antara
perusahaan hedgers dan unhedgers
H4d: Ada perbedaan pengaruh Kualitas Audit dengan Volatilitas Laba antara perusahaan
hedgers dan unhedgers

2.4.5 Manajemen Akrual Memediasi Hubungan Kepemilikan


Manajerial, Kepemilikan Institusional, Komite Audit, dan Kualitas Audit terhadap
Volatilitas Laba antara perusahaan hedgers dan unhedgers
Penerapan manajemen risiko perusahaan tidak terlepas dari praktik CG secara
keseluruhan di perusahaan. CG diharapkan dapat mereduksi praktik manajemen akrual
dan risiko/volatilitas laba perusahaan (earnings volatility of the firm) secara
berkesinambungan melalui pola pertumbuhan yang sehat dalam jangka panjang.
Manajemen akrual efektif melalui penerapan risiko perusahaan terpadu sehingga memliki
kapasitas yang cukup dalam mengantisipasi volatilitas laba, karena kegagalan perusahaan
dalam memanfaatkan kesempatan yang ada (good things do not happen) maupun risiko
kegagalan perusahaan dalam menghindarkan peristiwa risiko yang berdampak buruk (bad
things that happen) terhadap pencapaian tujuan perusahaan.
Ada hubungan negatif antar manajemen akrual dengan imbal hasil disekitar tanggal
pengumuman karena investor institusional mempunyai akses atas inforrrnasi yang tepat
waktu dan relevan dan mengetahui keberadaan manajemen akrual dan investor individual
(Balsam dkk. 2002). Accrual diskresioner berhubungan negatif dengan kepemilikan
institusional. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa ada perbedaan feedback dari
kepemilikan institusional yang dapat mengurangi manajemen akrual perusahaan (Jiang
dan Anandarajan 2009). Semakin baik corporate governance yang dimiliki suatu
perusahaan maka diharapkan semakin baik kinerja perusahan. Efektivitas corporate
governance akan meningkatkan hubungan antara manajer dengan Stakeholder. Fungsi
komite audit secara efektif, kontrol terhadap perusahaan akan semakin baik sehingga
diharapkan mengurangi agency problems. Firdaus (2008) menyatakan bahwa keberadaan
komite audit berpengaruh negatif terhadap manajemen akrual. Pendapat tersebut
memberikan bukti bahwa keberadaan komite audit dapat meningkatkan efektivitas kinerja
perusahaan dan mereduksi praktik manajemen akrual.
Berdasarkan teori risiko/volatilitas menyatakan bahwa prilaku opportunistik atas
tindakan manajemen akrual merupakan eksposure yang dapat menyebabkan

47
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

volatilitas laba. Kepemilikan manajemen dan kepemilikan institusional, komite audit


independen dan kualitas audit dapat memitigasi dan menurunkan prilaku opportunistik
manajemen atas informasi keuangan. Berdasarkan kajian teoritis dan temuan empiris
terdahulu oleh Balsam et al (2002); (Jiang dan Anandarajan 2009) dan (Firdaus 2008),
maka dikembangkan hipotesis 2e dan disajikan pada gambar 2.3. berikut: Hipotesis yang
diuji sebagai berikut:

H5a : Manajemen Akrual memediasi hubungan kepemilikan


Manajemen dengan Volatilitas laba antara perusahaan hedgers dan unhedgers
H5b : Manajemen Akrual memediasi hubungan kepemilikan
institusional dengan Volatilitas laba antara perusahaan hedgers dan unhedgers
H5c : Manajemen Akrual memediasi hubungan komite audit
independen dengan Volatilitas laba antara perusahaan hedgers dan unhedgers
H5d : Manajemen Akrual memediasi hubungan kualitas audit dengan
volatilitas laba antara perusahaan hedgers dan unhedgers.

48
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Desain penelitian yang digunakan pada bab ini untuk menguji model teoritis dan
empiris. Sistematika dalam bab ini mencakup desain penelitian, jenis dan sumber data,
populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, definisi operasional dan pengukuran
variable penelitian, dan teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini. Berikut
penjelasan setiap sub bab dalam bab ini. Penelitian ini berdasarkan tingkat eksplanasi,
karena penelitian ini dilakukan untuk menguji hipotesis dengan model kausalitas dengan
dua (2) model yaitu model pertama terdiri atas empat (4) variable exogen dan dua (2)
variable endogen. Model kedua, empat (4) variable exogen dan satu (1) variable endogen.
Variable endogen penelitian model pertama adalah Volatilitas Laba dan variable
eksogennya adalah Kepemilikan Manajemen, Kepemilikan Institusional, Komite Audit
Independen dan Kualitas Audit. Model statistik pertama yang diajukan dalam penelitian
ini dirumuskan dalam persamaan jalur II, berikut :
Ŋ1 = β0 + β1 ζ1+ β2 ζ2+ β3 ζ3 + β4 ζ4 + ζ1 (1)

Model kedua penelitian ini adalah 2 (dua) variable endogen yaitu; Manajemen
Akrual dan Volatilitas Laba serta empat (4) variable exogen yaitu; Kepemilikan
Manajerial, Kepemilikan Institusional, Komite Audit Independen, dan Kualitas Audit
dan model ketiga penelitian ini adalah satu (1) variable enxogen yaitu; Manajemen
Akrual serta satu (1) variable endogen yaitu; Volatilitas Laba. Model statistik kedua dan
ketiga yang diajukan dalam penelitian ini dirumuskan dalam persamaan jalur II, berikut :
Ŋ1 = β0 + β1 ζ1 + β2 ζ2 + β3 ζ3 + β4 ζ4 + M ζ5 + ζ2 (2)
Ŋ2 = β0 + β1 ζ1 + β2ζ2 (3)

Notasi :
Ŋ1 = Volatilitas laba
Ŋ2/ ζ5 = Manajemen Akrual
ζ1 = Kepemilikan Manajemen,
ζ2 = Kepemilikan Institusionalt
ζ3 = Komite Audit Independen
ζ4 = Kualitas Audit

3.2 Jenis dan Sumber Data


Penelitian ini menggunakan data sekunder. Data sekunder adalah data yang
dikumpulkan oleh peneliti dengan bantuan pihak lain. Data yang digunakan dalam

49
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

penelitian ini bersumber dari laporan keuangan tahunan auditan yang diperoleh dari
beberapa publikasi dari Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM) BEI, dan Indonesian
Capital Market Directory (ICMD) yang tersedia di Program Doktor Ilmu Ekonomi
bidang Akuntansi Universitas Diponegoro, dan Akses ke http://idx.go.id.
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi, yaitu data
dikumpulkan dari sumbernya dan kemudian didokumentasikan sebagai pendukung
penelitian. Data yang terkumpul selanjutnya dilakukan screening agar dapat digunakan
dalam penelitian. Data sekunder yang terdiri dari data Corporate Governance,
Manajemen Akrual, Volatilitas Laba dan Aktivitas hedging keuangan diperoleh dengan
membaca laporan keuangan, laporan tahunan dan laporan jenis lain yang diterbitkan
perusahaan baik lewat Pusat Referensi Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Indonesian Capital
Market Directory, Indonesia Stock Exchange (IDX) serta lewat media lainnya.

3.3 Populasi dan Sampel


Populasi penelitian meliputi seluruh perusahaan yang go public di Bursa Efek
Indonesia dari tahun 2008 sampai dengan Juni 2012. Perusahaan tersebut sahamnya aktif
diperdagangkan dan menerbitkan laporan tahunan, laporan keuangan, dan jenis lainnya.
Jumlah sampel sebesar jumlah sampel yang memenuhi kriteria.
Teknik sampling menggunakan purposive sampling dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Identifikasi perusahaan keuangan dan non keuangan yang go publik di Bursa
Efek Indonesia periode tahun 2008- 2012.
b. Perusahaan sampel mempunyai kepemilikan saham oleh manajemen,
kepemilikan institusional, Komite Audit Independen, Kualitas Audit dan
aktivitas hedging keuangan.
c. Laporan keuangan auditan dapat diakses melalui website Bursa Efek Indonesia
untuk tahun buku 2008 – 2012. Laporan auditan adalah laporan keuangan
disertai dengan opini akuntan publik.
Sampel yang dipergunakan yang memenuhi kriteria di atas, dengan proses
pemilihan sampel berikut:

50
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

TABEL 3.1
Tahapan Pengambilan Sampel Penelitian

Langkah Perusahaan Perusahaan Total


NO Pengambilan Sampel Hedgers Unhedgers Perusahaan
(Tahun) (Tahun)
Juni Juni
2008 2009 2010 2011 2012 2008 2009 2010 2011 2012
1 Total Perusahaan yg
listing di BEI 9 10 13 16 5 384 387 389 412 441 2.066
berdasarkan ICMD
2 Dokumen laporan
keuangan tidak (1) (2) (2) (2) - (249) (231) (150) (202) (422) (1254)
lengkap
3 Total perusahaan
yang dianggap 8 8 11 14 5 136 158 241 212 19 812
memiliki kelengkapan
dokumen

4 Jumlah perusahaan
yang dinyatakan tidak (2) (2)
menerapkan CG

5 Total Sampel
digunakan dalam 45 765 810
penelitian ini
Sumber: Indonesian Capital Market Directory, yang diolah kembali (2014)

Proses pemilihan sampel penelitian yang pertama adalah melakukan survey awal
untuk memeriksa ketersediaan data. Langkah yang dilakukan adalah;
1. Memeriksa jumlah perusahaan go publik yang listing dari tahun 2008 sampai
Juni tahun 2012 terutama yang menyajikan laporan keuangan.
2. Perusahaan yang diteliti meliputi perusahaan keuangan maupun non-
keuangan. Perusahaan tersebut melaksanakan Aktivitas hedging keuangan,
manajemen akrual dan mengungkapkan penerapan Corporate Governance
dalam laporan tahunan.
3. Mencari data perusahaan dengan kepemilikan manajemen dan kepemilikan
institusional; komite audit independen dan kualitas audit untuk perusahaan
hedge dan unhedgers. Hasil pencarian data total sebanyak 812 perusahaan
memiliki kelengkapan dokumen; Jumlah data sementara yang memenuhi
kriteria sebanyak 810 data. Data perusahaan yang melaksanakan aktivitas
hedging keuangan sebanyak 45 dan manajemen akrual sebanyak 765
perusahaan;

51
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

3.4 Definisi Operasional Aktivitas hedging keuangan pada Perusahaan


Hedgers.
Aktivitas hedging keuangan pada penelitian ini tidak termasuk dalam variable
utama karena hanya digunakan pada uji beda multi group atau multi sampel pada
perusahaan hedgers atau perusahaan yang melakukan lindung nilai atas nilai wajar aset,
lindung nilai atas arus kas, dan lindung nilai atas investasi neto pada operasi luar negeri
dalam bentuk derivatif dan hutang valuta asing sesuai dengan praktik akuntansi Indonesia
PSAK 55 tentang hedging. Perusahaan unhedgers merupakan perusahaan yang tidak
melakukan hedging keuangan.
Aktivitas hedging keuangan dioperasionalkan sebagai sinkronisasi kebijakan
hedging dengan derivatif valuta asing dan hutang valuta asing (Allayannis & Weston
2001); (Keloharju & & Niskanen 2001); (Nandy 2003); (Aabo 2006); (Clark & Judge
2008); (Klimczak 2008); (Otero dkk. 2008); (Schiozer & Saito 2009); (Gonzales 2010)
dan (Paranita 2014), mencerminkan motivasi untuk menggunakan lindung nilai serta
efek menguntungkan dari lindung nilai pada laporan keuangan, adapun pengukuran
aktivitas hedging (HED) keuangan, berikut;
Aktivitas HEDGE = Hedge Ratio x Foreign Debt Ratio = (Nilai Derivatif Valuta
Asing/Total Aset) x (Hutang Valuta Asing/Nilai Derivatif Valuta Asing) = Hutang
Valuta Asing/Total Aset (Paranita, 2014). Hedge rasio, yaitu membandingkan nilai
kontrak berjangka dibeli atau dijual dengan nilai komoditas kas yang dihedge
(Phung 2014)

3.5 Variabel Penelitian dan Operasionalisasi Variabel


3.5.1 Variabel Exogen
Variabel exogen dalam penelitian ini adalah Corporate Governance diproksi dalam
kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, komite audit independen dan kualitas
audit dan dioperasionalkan sebagai berikut :
Operasionalisasi variabel disajikan pada tabel 3.2 sebagai berikut:

52
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

Tabel 3.2
Operasionalisasi Variabel
Variabel Definisi Operasional Pengukuran Justifikasi
Variabel Kepemilikan Manajerial adalah proporsi Persentase saham yang dimiliki oleh (Morck et al.,1988;
Eksogen kepemilkan saham pihak manajemen yang Direktur dan komisaris Perusahaan pada Griffith, 1999,
Kepemilikan secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan. akhir tahun dibagi dengan jumlah saham Bhagat dan Black,
Manajerial (X1) yang telah diterbitkan oleh perusahaan pada 2002;
akhir tahun. Florackis dan
Ozkan, ).

Kepemilikan Kepemilikan Institusional adalah persentase Prosentasi saham yang dimiliki institusi Chaganti dan Da
Institusional kepemilikan saham oleh institusi yang dibagi dengan jumlah saham yang beredar mampour,
(X2) sophisticated atau lembaga keuangan. pada akhir tahun. Skala Ratio. 1991; Charfeddine
dan Elmarzougui,
2010; Chung dan
Zhang, 2011).

Komite Audit Independen adalah anggota Komite Audit Independen, formula yang (Muth dan
Komite Audit komite audit yang terdiri dari anggota digunakan: Donaldson 1998)
Independen independen yang diangkat oleh Dewan Jumlah anggota independen/jumlah anggota dan (Setia-Atmaja
(X3) Komisaris yang tidak menjalankan tugas-tugas atau dkk. 2011)
eksekutif dan tidak ada kaitannya dengan Proporsi komite audit yang berasal dari luar
kepemilikan perusahaan. Komite Audit terdiri perusahaan (Outsider).
dari sekurang-kurangnya satu orang anggota
komisaris independen.

Kualitas Audit Tingkat akrual yang rendah diasosiaskan dengan Kualitas audit yang diproksikan dengan (Myers et al., 2003;
(X4) tingginya tingkat konservatisme yang dimiliki akrual lancar, yang dirimuskan sbb; Manry et al., 2008;
seorang auditor sehingga dipandang dapat Akrual Lancar = (ΔAL – ΔKAS) – (ΔLL - dan Giri, 2010), dan
meningkatkan kualitas audit. ΔLJP) Rustiarini (2010)
Keterangan:
ΔAL= Perubahan aset
lancar
Δkas=Perubahan kas dan ekuivalen kas
ΔLL=Perubahan
ΔLJP=Perubahan liabilitas lancar
dalam utang wesel jangka
pendek dan utang jangka panjang
yang akan jatuh tempo.

Variabel Sebuah ukuran risiko berdasarkan deviasi Deviasi standar (σi) dari Jumlah laba Chen R.Carl Steiner
Endogen standar dari Laba Operasional. operasi dikurang rerata Laba Operasi T. dan Whyte
Volatilitas Laba perusahaan dibagi (1999).
(Y2) n-1. Carpenter, M.A dan
Menggunakan proksi volatilitas laba Sanders (2002).
perusahaan. Titman dan Wessels
(1988); Badhuri
(2002) dan Nurinsih
(2010).

Variabel Discretionary accrual adalah pengukuran akrual Discretionary accrual modified Jones & Dechow et al.
Mediating abnormal (laba atau beban yang bebas, tidak Model Dechow Dechev (DD) DACt = (1995), Jiraporn
Manajemen diatur) dan merupakan pilihan kebijakan (TACt/At-1) - NDAt (2004), dan Thesima
Akrual (Y1) manajemen.dalam pemilihan metode akuntansi. dan Shuto (2008)
Sumber : data olah tahun (2014) dan dimodifikasi.

53
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

3.5.2 Variabel Endogen


Variabel endogen (dependent variabel) dalam penelitian ini adalah volatilitas laba.
Volatilitas laba adalah dioperasionalkan sebagai:
Volatilitas laba merupakan ukuran laba operasional yang naik atau turun dengan
cepat dan derajat penyebaran laba atau indeks penyebaran distribusi laba perusahaan.
Pengukuran risiko keuangan menggunakan proksi volatilitas laba perusahaan (Nuringsih
2010), dengan formula berikut :

σi = √(∑X - Xrata2) / (n-1)


Notasi :

σi = Standar Deviasi
∑X = Jumlah Laba Operasi
Xrata2 = Rata-rata laba operasi
n-1 = Jumlah Laba Operasi lima tahun kurang satu

3.5.3 Variabel Intervening (Mediating Variabel)


Variabel mediating dalam penelitian ini adalah Manajemen Akrual. Manajemen
laba akuntansi (akrual) dioperasionalkan sebagai;
Manajeman Akrual adalah “Suatu usaha yang dilakukan oleh pegawai perusahaan
untuk mempengaruhi laporan jangka pendek” secara umum dilakukan dengan
memanipulasi laporan keuangan dengan menggunakan teknik serta metode akuntansi
tertentu terkait dengan laba perusahaan (Schroeder dkk. 2011).
Variabel ini diproksi dengan discretionary accrual. Discretionary accrual adalah
akrual yang bebas dan memberikan kebebasan manajemen untuk memilih sebuah metode
atau kebijakan akuntansi yang dapat berpengaruh terhadap laba tanpa mempengaruhi
opini auditor terhadap laporan keuangan. Variabel ini diukur dengan accrual modified
Jones (Jones 1991) sebagamana digunakan juga oleh beberapa peneliti berikutnya oleh
(Dechow dkk. 1995) dan (Davidson dkk. 2004).
Model ini digunakan sebagai variable manajemen akrual dalam penelitian ini
sering digunakan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Adapun discretionary accrual dapat
diturunkan dari beberapa persamaan berikut:

TACCi,t = Net income - Cash flow from operation ....................................... (1)


(TA = NIjt – CFOpjt).

54
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

Notasi:

TA = Total Akrual pada perusahaan j pada akhir tahun t.


NI = Net Income before extra ordinary items (Laba bersih sebelum
pos luar biasa) perusahaan j dalam periode t.
CFOp = Cash flow from Operation (Aliran kas bersih dari operasi).

Penelitian Dechow dkk. (1995) mempresentasikan versi modifikasi dari model


Jones dan menyimpulkan bahwa versi modifikasi adalah yang terbaik dalam akrual
diskresioner. Model dimodifikasi menyesuaikan total pendapatan, perubahan piutang.
Beberapa penelitian terbaru memodifikasi model Jones. Penelitian ini menggunakan
model Jones modified Dechow sebagai proxy akrual diskresioner sebagai berikut: Total
accruals diestimasi dengan persamaan berikut:

TACCi,t= β1ӿ [ 1 ]+β2 ӿ[(ΔREVi,t – ΔRECi,t)]+β3ӿ[PPEi,t]+Ԑi,t ……..…...(2)


TAi,t -1 TAi,t TAi,t -1 TAi,t -1

Semua variabel dibagi dengan total aset tertinggal untuk menghindari bias skala
potensi dan masalah heteroskedastisitas.

Notasi:

TACCi,t = Total accrual pada perusahaan i pada akhir tahun t


TAi,t-1 = Jumlah Aktiva perusahaan j pada akhir tahun i-1
A = Konstanta
β1β2β3 = Parameter variabel penelitian / koefisien regresi
ΔREVi,t = Perubahan pendapatan perusahaan i dari periode t-1 ke t
ΔRECi,t = Perubahan piutang dagang perusahaan i dari periode i,t-1 ke t
ΔTAi,t = Jumlah aktiva tetap perusahaan i pada periode t
PPEi,t = Jumlah aktiva tetap perusahaan i pada akhir periode t
Ԑi,t = Error perusahaan i pada periode t

Discretionary accrual diukur dengan residual dari persamaan total akrual di atas.

3.6 Metode Analisis Data


Untuk penelitian ini menggunakan alat analisis Struktur Equation Modeling SEM-
PLS dengan Program WarpPLS 4.0. adalah Variance atau component based Struktur
Equation Modeling (WarpPLS) digunakan untuk menguji hipotesis. Alat analisis ini

55
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

dipilih karena ada beberapa kelebihan yaitu didesain untuk dapat menyelesaikan
persoalan seperti jumlah sampel yang kecil, data tidak terdistribusi normal secara
multivariate, adanya missing value, dan adanya problem multikolonieritas antar variabel
eksogen (Latan dan Ghozali 2012).
Menurut Ghozali dan Latan (2014) menyatakan bahwa tahapan model analisis
menggunakan SEM-PLS dengan WarpPLS 4.0 setidaknya harus melewati lima proses
tahapan yaitu sebagai berikut :
1. Konseptualisasi model
Tahap ini peneliti harus mendefinisikan secara konseptual konstruk yang diteliti
dan menentukan dimensionalitasnya. Indikator penelitian ini pembentuk
konstruk laten berbentuk formative. Konstruk dengan indikator formative
mengasumsikan bahwa setiap indikatornya mendefinisikan atau menjelaskan
karakteristik domain konstruknya.
2. Menentukan metode analisis algorithm
Metode analisis analisis algorithm yang digunakan untuk estimasi model.
Dalam WarpPLS 4.0 ada empat pilihan metode analisis algorithm yaitu
WarpPLS Regression, WarpPLS Regression, PLS Regression dan Robust Path
Analysis. Setelah menentukan metode analisis algorithm yang digunakan,
kemudian menentukan berapa jumlah sampel yang harus dipenuhi. Penelitian
ini analisis algorithm yang digunakan adalah PLS Regression dengan number of
data resamples yang digunakan sebesar 810.
3. Menentukan metode resampling
Dalam penelitian ini metode resampling yang digunakan adalah
jackknifing. Metode resampling jackknifing memiliki kelebihan yaitu
jackknifing memiliki parameter yang lebih stabil dalam estimasi dengan analisis
yang menyesatkan. Köck dan Paramythis (2011) metode Jackknifing juga
dianggap merupakan alat analisis yang lebih baik daripada bootstrapping untuk
mengatasi masalah yang terkait dengan kehadiran outlier karena kesalahan
dalam pengumpulan data.
4. Pengembangan Diagram Alur (Path Diagram).
Atas dasar model teoritik maka sebuah diagram alur dapat dikembangkan pada
gambar 3.1 sebagai berikut:

56
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

GAMBAR 3.1
Path Analysis – Model Specification
ζ2

Kepemilikan
Manajemen
(X1) Volatilitas
Laba (Ŋ)

Kepemilikan
Institusional
(X2)

Manajemen
Komite Audit Akrual
(X3) (M)

Kualitas Audit
(X4) ζ1

Sumber : data olah tahun (2014)

Konstruk-konstruk yang dibangun dalam gambar 3.1. dapat dibedakan dalam dua
kelompok kontruk yaitu konstruk exogen dan kontruk endogen yang diuraikan berikut ini:
1. Konstruk Exogen (Exogenous Construct). Konstruk exogen dikenal sebagai
source variable atau independent variable yang tidak diprediksi oleh variable
lain dalam model. Dalam gambar di atas terdapat 4 (empat) konstruk eksogen
yaitu Kepemilikan Manajerial (Managerial Ownership), Kepemilikan
Institusional (Institusional Ownership), Komite Audit Independen dan Kualitas
Audit.
2. Konstruk Endogen (Endogen Construct). Konstruk Endogen adalah faktor-
faktor yang diprediksi oleh satu atau beberapa konstruk. Konstruk Endogen
dapat diprediksi satu atau beberapa konstruk endogen lainnya, tetapi konstruk
eksogen hanya dapat berhubungan kausal dengan konstruk endogen.

57
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

Gambar 3.1. Konstruk endogen dalam kode tersebut adalah, Volatilitas Laba
dan Manajemen Akrual. Adapun konversi diagram alur ke dalam persamaan,
berikut:
a. Konversi diagram alur ke dalam persamaan.
Persamaan jalur yang dibangun sebagai berikut:
Persamaan Struktur 1 :
Ŋ1 = β0 + β1 ζ1+ β2 ζ2+ β3 ζ3 + β4 ζ4 + ζ1 (1)
Persamaan Struktur II :
Ŋ1 = β0 + β1 ζ1 + β2 ζ2 + β3 ζ3 + β4 ζ4 + M ζ5 + ζ2 (2)
Persamaan Struktur III
Ŋ2 = β0 + β1 ζ5 + ζ2
(3)
Notasi :

Ŋ1 = Volatilitas laba
ζ1 = Kepemilikan Manajemen,
ζ2 = Kepemilikan Institusionalt
ζ3 = Komite Audit Independen
ζ4 = Kualitas Audit
Ŋ2/ζ5 = Manajemen Akrual

5. Evaluasi Model.
SEM berbasis variance menggunakan WarpPLS 4.0 dapat dilakukan dengan
menilai hasil pengukuran model (measurement model). Untuk variabel laten
dengan indikator formative melihat nilai signifikansi t statistiknya atau p-
value. Evaluasi model dalam penelitian ini dilakukan untuk beberapa
pengujian, sebagai berikut :

5.1. Uji Beda Perusahaan Hedge dan Unhedgers Terhadap Hubungan


Corporate Governance Dan Volatilitas Laba.
Uji beda pengaruh Corporate Governance terhadap volatilitas laba
dibedakan untuk perusahaan hedge dengan perusahaan unhedge, dimana
perusahaan hedge adalah tipe industri dengan kelompok 1 (satu) dan
perusahaan unhedge adalah tipe industri dengan kelompok 2 (dua). Penelitian
ini menggunakan analisis multiple group atau multi sampel dengan program
SEM-WarpPLS 4.0, dimana langkah-langkah sama dengan yang sudah
disebutkan sebelumnya. Nilai t statistic dapat dihitung dengan menggunakan
formula (Ghozali dan Latan 2012), berikut :

58
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

t = Pathsampel1 – Pathsampel2
Ѵse²sampel1 + se²samapel2

Notasi:

Pathsampel1 : Koefisien jalur untuk kelompok 1 perusahaan hedgers


Pathsampel2 : Koefisien jalur untuk kelompok 2 perusahaan unhedgers
se²sampel 1 : nilai standar error koefisien kelompok 1 (hedgers)
se²samapel 2 : nilai standar error koefisien kelompok 2 (unhedgers)

5.2. Model Mediasi Manajemen Akrual Atas Hubungan Antara


Kepemilikan Manajemen, Kepemilikan institusional, Komite audit
independen dan Kualitas Audit terhadap Volatilitas Laba.
Pengaruh Kepemilikan Manajemen, Kepemilikan institusional, Komite
audit Independen dan Kualitas Audit terhadap volatilitas laba adalah tidak
lansung (indirect effect) melalui manajemen akrual sebagai pemediasi
(mediating/intervening variabel). Model ini sesuai dengan Agency theory yang
menyatakan Corporate Governance berpengaruh negatif terhadap Manajemen
Akrual dan Volatilitas Laba.
Terdapat tiga tahapan model untuk efek mediasi (Baron dan Kenny 1986) dan
(Köck dan Paramythis 2011), yaitu :
a. Model Pertama, menguji pengaruh variabel eksogen Kepemilikan
Manajemen, Kepemilikan institusional, Komite audit Independen dan
Kualitas Audit terhadap variabel endogen yaitu Volatilitas Laba (Y)
dimana harus signifikan pada P < 0.05.
b. Model Kedua, Menguji pengaruh variabel eksogen terhadap variabel
mediasi manajemen akrual (M) dan harus signifikan pada P < 0.05.
c. Model Ketiga, Menguji secara serentak pengaruh variabel eksogen
Kepemilikan Manajemen, Kepemilikan institusional, Komite audit
Independen dan Kualitas Audit dan dimediasi oleh manajemen akrual (M)
terhadap variabel endogen volatilitas laba (Y).

Pada pengujian tahap terakhir diharapkan pengaruh variabel eksogen Kepemilikan


Manajemen, Kepemilikan institusional, Komite audit Independen dan Kualitas Audit
terhadap variabel endogen yaitu volatilitas laba (Y) koefisiennnya menurun menjadi nol,
sedangkan pengaruh variabel mediasi (M) terhadap variabel endogen yaitu volatilitas laba
(Y) harus signifikan pada P < 0.05. Hal ini dikatakan terjadi mediasi sempurna (perfect

59
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

mediation). Sedangkan apabila pengaruh X terhadap Y menurun tidak sama dengan nol
dengan memasukkan variabel M, maka dikatakan terjadi mediasi parsial (partial
mediation). Cara lain untuk mengetahui besarnya variance indirect effect kita dapat
menghitungnya dengan menggunakan rumus Variance Accounted For (VAF). Nilai VAF
berkisar antara 0 sampai 1. Semakin tinggi VAF menunjukkan bahwa pengaruh efect
mediasi yang sempurna. VAF dapat dihitung dengan menggunakan formula (Ghozali dan
Latan 2012), berikut :

VAF = a x b X 100 %
axb+c

Notasi :

VAF = Variance Accounted For


a = Hubungan Variabel eksogen dengan Variabel mediating.
b = Hubungan Variabel mediating dengan Variabel endogen.
c = Hubungan lansung Variabel eksogen dengan Variabel endogen

60
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

BAB IV
ANALISA DATA

4.1 Data dan Sampel


Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive
sampling, yaitu teknik sampling dengan menggunakan pertimbangan dan batasan tertentu
sehingga sampel yang dipilih relevan dengan tujuan penelitian, dimana peneliti
menetapkan kriteria pemilihan sampel yang akan diteliti adalah perusahaan-perusahaan
tersebut telah melakukan aktivitas hedging keuangan dan menunjukkan bahwa
kompensasi manajer adalah penentu keputusan perusahaan hedgers dan unhedgers.
Adapun Perhitungan sampel diperoleh sebanyak 45 perusahaan hedgers dan 765
perusahaan unhedgers, dimana perhitungannya disajikan dalam tabel berikut ini :

TABEL 4.1
Tahapan Pengambilan Sampel Penelitian
No Pengambilan Sampel Perusahaan Perusahaan Total
Hedge Unhedgers Perusahaan
1 Jumlah perusahaan yang
terdaftar di BEI tahun 2008 – 53 894 947
Juni 2012
2 Data Perusahaan tidak
lengkap (8) (129) (137)
3 Total Sampel perusahaan 45 765 810
Sumber: Indonesian Capital Market Directory, yang diolah kembali (2014)

4.2 Statistik Deskriptif


Statistik deskriptif digunakan untuk menjelaskan karakteristik variabel penelitian.
Oleh sebab itu penjelasan mengenai statistik deskriptif variabel penelitian ini sebagai
berikut :

61
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

Tabel 4.2
Descriptive Statistics
MAK KM KINST KAI KUA Vol Lab
MAK 1.000 -0.005 -0.036 -0.043 0.012 -0.020
KM -0.005 1.000 -0.127 0.018 0.021 -0.054
KINST -0.036 -0.127 1.000 -0.040 0.042 0.008
KAI -0.043 0.018 -0.040 1.000 0.020 -0.103
KUA 0.012 0.021 0.042 0.020 1.000 -0.006
Vol Lab -0.020 -0.054 0.008 -0.103 -0.006 1.000

(Mean) 20.930 0.027 0.481 0.621 0.435 6.431.990


(SD) 4138.73 0.076 0.282 0.110 3.357 2.855.280
(Min) -9829.00 0.000 0.000 0.200 0.667 851.035
(Max) 9141.00 0.700 1.000 0.667 78.490 3.829.704
(Median 20.930 0.000 0.546 0.667 0.324 5.046.178
(Mode) 20.930 0.000 0.000 0.667 -0.330 2.344.965
Sumber : data diolah digunakan dalam penelitian ini

Keterangan :

MAK : Manajemen Akrual


KM : Kepemilikan Manajemen
KINST : Kepemilikan Institusional
KUA : Kualitas Audit
VL : Volatilitas Laba

Tabel 4.2 Statistik deskriptif tentang variabel penelitian menggambarkan bahwa


variabel manajemen akrual memiliki rata-rata sebesar 20.930 dibulatkan menjadi 21
artinya rata-rata perusahaan yang melakukan manajemen akrual adalah 21 kali selama
periode tahun 2008 - Juni 2012 dari total 810 perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa
gambaran prilaku oportunistik manajemen atas tindakan manajemen akrual selama
periode tersebut. Pada tabel 4.2, rata-rata skor kepemilikan manajemen adalah sebesar
0.027, artinya kepemilikan manajemen perusahaan memitigasi manajemen akrual yang
berdampak pada line man effect sebesar 2,7% melalui internal monitoring manajemen
sehingga dapat memitigasi volatilitas laba. Nilai Maksimum kepemilikan manajemen
perusahaan sampel adalah 0.70 atau 70% dan kepemilikan institusional adalah satu (1)

62
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

artinya Investor institusi masing-masing memiliki 1 lembar saham yang beredar dan
minimum nihil atas jumlah kepemilikan manajemen dan kepemilikan istitusional.
Tabel 4.2. juga menjelaskan mengenai rata-rata kepemilikan institusional
perusahaan sampel adalah 0.481 atau 48,1 %, artinya kepemilikan institusional optimal
memitigasi manajemen akrual dan mereduksi volatilitas laba karena jumlah saham
institusional relatif tinggi sebagai eksternal monitoring atas prilaku opportunistik
manajemen pada masing-masing perusahaan sampel. Berdasarkan tabel 4.2. rata-rata skor
komite audit Independen 0.621 berarti bahwa perusahaan sampel memiliki rata-rata
komite audit independen 1 orang pada setiap perusahaan sampel dan sebagai alat
eksternal monitoring prilaku opportunistik manajemen untuk memitigasi manajemen
akrual dan volatilitas laba. Sedangkan kualitas audit memiliki rata-rata sebesar 0.435 atau
43,5% lebih baik untuk memitigasi manajemen akrual dan mereduksi volatilitas laba.
Rata-rata dari volatilitas laba dalam penelitian ini diproksikan dengan standar
deviasi dari laba operasional menunjukkan nilai sebesar 6.431990 hal ini berarti bahwa
terjadi keefektifan dalam mengontrol laba operasional oleh manajer relatif rendah pada
perusahaan sampel.

4.3 Pengujian Hipotesis


Pengujian hipotesis ini dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
penelitian yang diajukan. Dalam pengujian hipotesis ini menggunakan alat analisis
Structural Equation Modeling (SEM) dengan program WarpPLS 4.00, berikut ini
disajikan pengujian hipotesis dari tiap-tiap model penelitian.

4.3.1 Pengujian Full Model dengan Single Mediator.


Untuk dapat menjawab hipotesis penelitian maka harus dilakukan pembuatan SEM
Model yang menggambarkan hubungan kausalitas dengan single mediasi antar variabel.
Maka setelah melakukan run-test diperoleh SEM model sebagai berikut:

63
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

Gambar 4.1.
Full Model dengan Single-Mediator

Sumber : Data diolah digunakan dalam penelitian ini

Gambar 4.1 di atas, menunjukkan hubungan kausalitas antar variabel, dimana


Kepemilikan manajemen, Kepemilikan institusional, komite audit independen dan

64
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

kualitas audit merupakan variabel independen dan volatilitas laba adalah variabel
dependen dimediasi oleh manajemen akrual.

4.3.1.1 Pengaruh Corporate Governance Terhadap Volatilitas Laba (Pengujian


Hipotesis Satu).
Hasil Pengujian Path coefficients dan P value untuk melihat besarnya koefisien dan
tingkat signifikansi hubungan Kepemilikan manajemen, kepemilikan institusional, komite
audit independen dan kualitas audit terhadap Risiko volatilitas laba adalah sebagai berikut
:
Tabel 4.3.
Hasil Path coefficients dan P Value
Direct Effect
Path Koefisien P-Value
KM V.LABA -0.06 0.02**
KINST V.LABA -0.07 0.01**
KAI V.LABA -0.11 P<01***
KUA V.LABA -0.03 0.16
MAK V.LABA -0.06 0.04**
Sumber : data diolah digunakan dalam disertasi ini

Keterangan :

KM : Kepemilikan Manajemen
KINST : Kepemilikan Institusional
KAI : Komite Audit Independen
KUA : Kualitas Audit
*Signifikan pada Level 10%
**Signifikan pada level 5%
*** Signifikan 1%

Dari hasil olah data untuk pengujian hipotesis (H1a – H1d) di tabel 4.3
menunjukkan bahwa pada persamaan model variabel Kepemilikan Manajemen
berpengaruh secara signifikan dan negatif sebesar -0,06 terhadap Volatilitas laba yang P-
Valuenya sebesar 0,02 (P<0,05). Oleh karena itu pengujian terhadap persamaan model
pertama menghasilkan kesimpulan yang konsisten dan signifikan dengan hipotesis satu
(H1a diterima) yaitu Kepemilikan Manajemen berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap volatilitas laba, dimana kepemilikan manajemen perusahaan sebesar 0.02 atau 2
%, dapat menurunkan volatilitas laba karena karakteristik perusahaan sampel masih rata-

65
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

rata perusahaan keluarga dan mempunyai hubungan istimewa yang berdampak pada line
man effect melalui internal monitoring yang dominan.
Variabel Kepemilikan Institusional berpengaruh secara negatif sebesar -0.07 dan
signifikan terhadap volatilitas laba yang P-valuenya sebesar 0,01 (<0,05). Oleh karena itu
pengujian terhadap persamaan model dua menghasilkan kesimpulan yang konsisten dan
signifikan dengan hipotesis satu (H1b diterima) yaitu Kepemilikan institusional
berpengaruh negatif sebesar -0.071 terhadap volatilitas laba, karena kepemilikan institusi
sebesar 0,01 atau 1 % maka semakin kecil kendali yang dilakukan oleh pihak eksternal,
yang menyebabkan menurunnya volatilitas laba perusahaan. Hasil ini memperkuat asumsi
bahwa kepemilikan institusional sangat efektif digunakan sebagai alat monitoring
manajemen.
Untuk variabel Komite audit independen berpengaruh secara positif sebesar -0,11
dan signifikan terhadap volatilitas laba yang P- valuenya sebesar (P < 01), karena hasil
ini juga mendukung bahwa komite audit menjalankan fungsinya sebagai profesi yang
memberikan pendapat kepada komisaris dan dewan direksi khususnya yang berkaitan
dengan pengendalian internal yang efektif, berjalannya sistem informasi akuntansi yang
memadai, opini auditor independen dan transparansi laporan keuangan, sehingga
menunjukkan kehadiran komite audit independen dapat memberikan laporan keuangan
yang transparan, akuntabilitas, dan berkualitas dalam mengurangi volatilitas laba
perusahaan. Oleh karena itu pengujian terhadap persamaan model tiga menghasilkan
kesimpulan konsisten dan signifikan dengan hipotesis satu (H1c diterima) yaitu Komite
audit independen berpengaruh negatif terhadap volatilitas laba, bahwa keberadaan komite
audit independen merupakan jaminan untuk meningkatkan kinerja perusahaan akan
semakin baik, sehingga pasar menganggap keberadaan komite audit independen
merupakan faktor yang mereka pertimbangkan dalam melakukan investasi.
Hal ini mengindikasikan bahwa keberadaan komite audit dapat memperkuat
hubungan terhadap volatilitas laba. Sedangkan variabel Kualitas audit berpengaruh secara
negatif sebesar -0.03 dan tidak signifikan terhadap volatilitas laba yang P- valuenya
sebesar 0,16 (P> 0,10). Dan pengujian terhadap persamaan model empat menghasilkan
kesimpulan tidak konsisten dengan hipotesis satu (H1d ditolak) yaitu Kualitas audit
berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap volatilitas laba, karena kualitas audit
menekankan kepada kualitas informasi keuangan sehingga akan memperbaiki proses
pelaporan keuangan dan merupakan nilai tambah bagi operasi perusahaan, tetapi tidak
dapat mengurangi fluktuasi/volatilitas laba. Fluktuas/volatilitas laba perusahaan cendrung
dipengarungi oleh faktor makro ekonomi, seperti inflasi, mekanisme pasar dan kebijakan
pemerintah.
Pengukuran kualitas audit yang memadai, terletak pada perilaku Akuntan Publik
dalam melaksanakan Audit. Pada Kantor Akuntan Publik kriteria yang ditetapkan sebagai
audit yang berkualitas dan memadai adalah kepatuhan dan sikap profesional auditor untuk

66
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

mengikuti aturan yang telah ditetapkan beserta program audit yang ditentukan melalui
program audit.

4.3.1.2 Pengaruh Corporate Governance Terhadap Manajemen Akrual (Pengujian


Hipotesis Dua).
Hasil Pengujian Path coefficients dan P value untuk melihat besarnya koefisien dan
tingkat signifikansi atas hubungan Kepemilikan manajemen, kepemilikan institusional,
komite audit independen dan kualitas audit terhadap Manajemen akrual sebagai berikut :
Tabel 4.4
Hasil Path coefficients dan P Value
Direct Effect
Path Koefisien P-Value
KM MAK -0.04 0.11
KINST MAK -0.05 0.05**
KAI MAK -0.07 0.01**
KUA MAK 0.02 0.23
Sumber : data diolah digunakan dalam disertasi ini

Keterangan :

KM : Kepemilikan Manajemen
KINST : Kepemilikan Institusional
KAI : Komite Audit Independen
KUA : Kualitas Audit
**Signifikan pada level 5%

Dari hasil olah data untuk pengujian hipotesis dua (H2a – H2d) di tabel 4.4
menunjukkan bahwa pada persamaan model dua menunjukkkan bahwa variabel
Kepemilikan Manajemen berpengaruh secara negatif sebesar -0,04 dan tidak signifikan
terhadap Manajemen Akrual yang P- valuenya sebesar 0,11 (P> 0,05), karena
kepemilikan manajemen perusahaan sebesar 0,027 atau 2,7%, tidak dapat memitigasi
manajemen akrual dimana karakteristik perusahaan sampel rata-rata masih mempunyai
hubungan istimewa yang kurang berdampak pada line man effect melalui internal
monitoring atas pelaporan keuangan, jadi manajemen perusahaan masih cendrung
melakukan rekayasa laba untuk rencana kenaikan bonus dan menghindari pajak.
Pengujian terhadap persamaan model pertama menghasilkan kesimpulan yang
tidak konsisten dan signifikan dengan hipotesis dua (H2a ditolak) yaitu Kepemilikan
Manajemen berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Manajemen akrual.

67
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

Variabel Kepemilikan Institusional berpengaruh secara negatif sebesar -0,05 dan


signifikan terhadap Manajemen Akrual yang P- valuenya sebesar 0,05 (P< 0,10). Oleh
karena itu pengujian terhadap persamaan model dua menghasilkan kesimpulan yang
konsisten dengan hipotesis dua (H2b diterima) yaitu Kepemilikan institusional
berpengaruh signifikan dan negatif terhadap Manajemen Akrual, karena rata-rata
kepemilikan institusi sebesar 48 % atau 0,48 adalah semakin besar kendali yang
dilakukan oleh pihak eksternal terhadap perusahaan dan memitigasi manajemen akrual.
Hasil ini memperkuat asumsi bahwa kepemilikan institusional efektif digunakan sebagai
alat monitoring manajemen akrual.
Untuk variabel Komite audit independen berpengaruh secara negatif sebesar -0,07
dan signifikan terhadap Manajemen Akrual yang P- valuenya sebesar 0,01 (P<0.05). Oleh
karena itu pengujian terhadap persamaan model tiga menghasilkan kesimpulan yang
konsisten dan signifikan, karena keberadaan komite audit independen rata-rata sebanyak
dua orang merupakan jaminan bahwa kinerja perusahaan akan semakin baik, sehingga
pasar menganggap keberadaan komite audit independen merupakan faktor yang mereka
pertimbangkan dalam memitigasi manajemen akrual. Hal ini mengindikasikan bahwa
keberadaan komite audit dapat memperkuat hubungan dengan manajemen akrual. Dan
hipotesis dua (H2c diterima) yaitu Komite audit independen berpengaruh negatif
terhadap Manajemen Akrual.
Sedangkan variabel Kualitas audit berpengaruh positif sebesar 0.02 dan tidak
signifikan terhadap Manajemen Akrual yang P- valuenya sebesar 0,23 (P> 0,05). Oleh
karena itu pengujian terhadap persamaan model empat menghasilkan kesimpulan tidak
konsisten dengan hipotesis dua (H2d ditolak) yaitu Kualitas audit berpengaruh positif
dan tidak signifikan terhadap Manajemen Akrual, karena kualitas audit akan menekankan
kepada kualitas informasi keuangan sehingga akan memperbaiki proses pelaporan
keuangan dan tentunya tidak memitigasi perilaku opportunistik manajemen untuk
melakukan manajemen akrual dan kualitas audit bukan jaminan manajemen dalam
memitigasi manajemen akrual, karena manajemen akrual dapat dimitigasi melalui aspek
monitoring/ pengawasan oleh institusi dan komite audit independen.

4.3.1.3 Pengaruh Manajemen Akrual Terhadap Volatilitas Laba (Pengujian


Hipotesis tiga).
Sedangkan hasil Pengujian Path coefficients dan P value untuk melihat besarnya
koefisien dan tingkat signifikansi pada hubungan manajemen akrual terhadap volatilitas
laba adalah berikut:

68
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

Tabel 4.5
Hasil Path coefficients dan P Value
Direct Effect
Path Koefisien P-Value
MAK V.LABA -0.06 0.04**
Sumber : data diolah digunakan dalam penelitian ini

Dari hasil pengujian hipotesis tiga (H3) di tabel 4.7 menunjukkan bahwa variabel
Manajemen akrual berpengaruh signifikan terhadap volatilitas laba secara negatif sebesar
-0,06 yang P- valuenya sebesar 0,04 (P< 0,05). Oleh karena itu pengujian terhadap
persamaan hipotesis tiga menghasilkan kesimpulan yang konsisten (H3 diterima) yaitu
Manajemen akrual berpengaruh signifikan dan negatif terhadap Volatilitas laba, karena
manajemen akrual merupakan prilaku opportunistik manajemen dalam merekayasa laba
dan kebijakan manajemen untuk memitigasi volatilitas laba. Adapun R Square pada tabel
4.8 berikut :

4.3.1.4 Nilai R-Squared


Tabel 4.6
R-Squared Coefficients
Dependen dan Mediating R – Square
Variabel
Volatilitas Laba 0.02
Manajemen Akrual 0.01
Sumber : data diolah digunakan dalam penelitian ini

Hasil output R-Squared seperti dapat dilihat pada tabel 4.8 di atas dapat dilihat
bersarnya R-Squared 0.01 yang memiliki arti bahwa pengaruh variabel Kepemilikan
Manajemen, Kepemilikan Institusional, Komite audit Independen dan kualitas audit
terhadap volatilitas Laba sebesar 2 % dan sisanya 98 % dipengaruhi oleh variabel diluar
model penelitian ini. Sedangkan nilai R-Squared Manajemen Akrual sebesar 0.01 yang
memiliki arti bahwa pengaruh variabel corporate governance terhadap Manajemen
Akrual adalah sebesar 1% dan sisanya 99% dipengaruhi oleh variabel dari luar model
penelitian ini.

4.3.1.5 Perbedaan Pengaruh Corporate Governance Terhadap Volatilitas Laba


Antara Perusahaan Hedgers dan Unhedgers (Pengujian Hipotesis empat).
Sedangkan hasil Pengujian Path coefficients dan P value untuk melihat besarnya
koefisien dan tingkat signifikansi pada Uji beda multigroup atas hubungan corporate

69
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

governance dengan volatilitas laba dan manajemen akrual dijelaskan pada perbedaan
pengujian perusahaan hedgers dan unhedgers, berikut;

4.3.1.5.1 Pengujian Perbedaan Perusahaan hedgers


Pengujian hipotesis empat (H4) adalah menguji ada perbedaan pengaruh
kepemilikan manajemen, kepemilikan institusional, komite audit independen dan kualitas
audit terhadap Volatilitas Laba ketika dimediasi oleh Manajemen Akrual. Untuk
menjawab hipotesis keempat maka dilakukan pengujian pada perusahaan hedgers dan
perusahaan unhedgers, menggunakan analisa multi group dengan WarpPLS 4.0 untuk
mengetahui nilai Path coefficient dan P value sehingga besarnya koefisien dan tingkat
signifikansi. Hasil pengujian adalah berikut;
Gambar 4.2.
Model Hubungan CG terhadap VL dan Manajemen Akrual
Perusahaan hedgers

Sumber : Data diolah digunakan dalam penelitian ini

70
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

Gambar 4.2. di atas, menunjukkan perbedaan pengaruh perusahaan hedgers antar


variabel, dimana Kepemilikan manajemen, Kepemilikan institusional, komite audit
independen dan kualitas audit merupakan variabel independen dan volatilitas laba adalah
variabel dependen, yang dimediasi oleh manajemen akrual.
Hasil pengujian Path coefficient dan P-value untuk melihat besarnya koefisien dan
tingkat signifikansi adalah sebagai berikut :
Tabel 4.7
Hasil Path coefficient dan P value Perusahaan hedgers
Hubungan antara
NO Variabel Koefisien P-Value SE
1MAK V.LABA 0.18 0.04 0.096
1
1KM V.LABA -0.51 0.01*** 0.096
2
1KINST V.LABA 0.08 0.21 0.096
3
1KAI V.LABA -0.41 0.01*** 0.096
4
1KUA V.LABA 0.06 0,28 0.096
5
1KM MAK -0.27 0.01*** 0.096
6
2KINST MAK -0.34 0.01*** 0.096
7
2KAI MAK 0.11 0.14 0.096
8
2KUA MAK -0.29 0.01*** 0.096
9
Sumber : data diolah digunakan dalam penelitian ini

Keterangan :

MAK : Management Accrual


KM : Kepemilikan Manajemen
KINST : Kepemilikan Institusional
KAI : Komite Audit Independen
KUA : Kualitas Audit
***Signifikan pada level 1%

71
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

Hasil pengujian pengaruh manajemen akrual terhadap volatilitas laba pada tabel
4.7 dapat dilihat bahwa koefisien jalur sebesar 0.18, p value sebesar 0,04 (p > 0,05) dan
standar error koefisien jalur sebesar 0,096. Berdasarkan hasil pengujian pengaruh
Kepemilikan Manajemen terhadap volatilitas laba pada tabel 4.7 dapat dilihat koefisien
jalur sebesar -0.51, p value sebesar 0.01 (p< 0,05) dan standar error koefisien jalur
sebesar 0,096, dan pengujian pengaruh kepemilikan institusi terhadap volatilitas laba
koefisien jalurnya sebesar 0.08, p valuenya sebesar 0.21 (p<0.10) dan standar erornya
koefisien jalur sebesar 0,096, Komite audit independen terhadap volatilitas laba pada
tabel 4.7 dapat dilihat bahwa koefisien jalur sebesar -0.41, p value sebesar 0.01 (p< 0,05)
dan standar error koefisien jalur sebesar 0,096, sedangkan pengujian pengaruh Kualitas
audit terhadap volatilitas laba pada tabel 4.7 dapat dilihat bahwa koefisien jalur sebesar
0.06, p value sebesar 0.28 (p > 0.05) dan standar error koefisien jalur sebesar 0,096.
Manajemen akrual tidak berpengaruh signifikan dan positif terhadap Volatilitas
laba dan Kepemilikan manajemen berpengaruh signifikan dan negatif, Kepemilikan
institusional tidak berpengaruh signifikan dan positif, Komite audit independen
berpengaruh signifikan dan negatif, Kualitas audit tidak berpengaruh signifikan dan
positif terhadap volatilitas laba. Sedangkan variable kepemilikan manajemen,
institusional dan kualitas audit berpengaruh signifikan dan negatif terhadap manajemen
akrual dan variable komite audit independen tidak berpengaruh signifikan dan positif
terhadap manajemen akrual.

4.3.1.5.2 Pengujian Perbedaan Perusahaan Unhedgers


Untuk menjawab hipotesis penelitian maka harus dilakukan model yang
menggambarkan hubungan kausalitas antar variabel eksogen yaitu kepemilikan
manajemen, kepemilikan institusional, komite audit independen dan kualitas, sedangkan
variabel endogen yaitu Volatilitas laba. Maka setelah melakukan run test diperoleh model
hubungan CG terhadap volatilitas laba Perusahaan Unhedgers sebagai berikut :

72
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

Gambar 4.3
Model Hubungan CG terhadap VL dan Manajemen Akrual Perusahaan
unhedgers

Sumber : Data diolah digunakan dalam penelitian ini

Gambar 4.3 di atas, merupakan variabel menunjukkan hubungan kausalitas antar


variabel, dimana CG merupakan variabel independen dan volatilitas laba adalah variabel
dependen. Untuk menjawab hipotesis penelitian empat (H4), maka harus dilakukan
pembuatan Tabel hasil Path coefficient dan P value Perusahaan Unhedge yang
menggambarkan hubungan kausalitas antar variabel eksogen yaitu CG dan variabel
endogen yaitu Volatilitas laba. Maka setelah melakukan run test diperoleh perhitungan
pada tabel 4.6 sebagai berikut :

73
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

Tabel 4.8
Hasil Path coefficient dan P value Perusahaan unhedgers
Hubungan antar
NO variabel Koefisien P-Value SE
1 MAK V.LABA -0.08 0.01*** 0.033
2 KM V.LABA -0.06 0.04** 0.033
3 KINST V.LABA 0.12 0.01 0.033
4 KAI V.LABA -0.03 0.14 0.033
5 KUA V.LABA -0.03 0.16 0.033
6 KM MAK -0.04 0.09* 0.033
7 KINST MAK -0.05 0.07* 0.033
8 KAI MAK -0.09 0.01*** 0.033
9 KUA MAK 0.02 0.26 0.033
Sumber : data diolah digunakan dalam penelitian ini

Keterangan

MAK : Management Accrual


KM : Kepemilikan Manajemen
KINST : Kepemilikan Institusional
KAI : Komite Audit Independen
KUA : Kualitas Audit
*Signifikan pada level 10%
**Signifikan pada level 5%
***Signifikan pada level 1%

Berdasarkan hasil pengujian pengaruh Kepemilikan Manajemen terhadap


Volatilitas laba pada tabel 4.8 dapat dilihat bahwa koefisien jalur sebesar -0,06, p value
sebesar 0,04 (p< 0,05) dan standar error koefisien jalur sebesar 0,033 adalah signifikan
dan negatif. Berdasarkan hasil pengujian pengaruh kepemilikan institusional koefisien
jalur sebesar 0,12, p value sebesar 0,01 (p< 0,01) dan standar error koefisien jalur sebesar
0,033 adalah tidak signifikan. Pengaruh Komite audit independen terhadap volatilitas laba
dapat dilihat bahwa koefisien jalur sebesar -0,03, p value sebesar 0,14 (p> 0,05) dan
standar error koefisien jalur sebesar 0,033, adalah tidak signifikan dan negatif dan
pengujian pengaruh Kualitas audit terhadap volatilitas laba pada tabel 4.8 dapat dilihat
bahwa koefisien jalur sebesar -0,03, p value sebesar 0,16 (p> 0,05) dan standar error
koefisien jalur sebesar 0,033 adalah tidak signifikan dan negatif terhadap volatilitas laba.

74
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

Kepemilikan Manajemen berpengaruh signifikan dan negatif terhadap Volatilitas


laba, Kepemilikan institusional berpengaruh signifikan dan positif terhadap Volatilitas
laba, komite audit independen berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap
volatilitas laba dan Kualitas audit tidak berpengaruh signifikan dan negatif terhadap
Volatilitas laba. Dan variable manajemen akrual berpengaruh negatif dengan nilai
koefisien -0,08 dan signifikan dengan nilai p valuenya 0,01 terhadap volatilitas laba.
Variable kepemilikan manajemen, kepemilikan institusional dan Komite audit
independen berpengaruh signifikan dan negatif terhadap manajemen akrual serta variable
kualitas audit tidak berpengaruh signifikan dan positif terhadap Manajemen akrual.

4.3.1.6. Pengujian Perbedaan Pengaruh Corporate Governance Antara Perusahaan


hedgers dan Unhedgers dengan Multigroup.
Untuk menguji apakah ada perbedaan dampak Aktivitas hedging keuangan dan
peran Corporate Governance terhadap Volatilitas laba perusahaan hedge dan Unhedge,
maka dapat dihitung nilai t statistik sebagai berikut :

t = Pathsampel1 – Pathsampel2
Ѵse²sampel1 + se²samapel2

Dimana:
Pathsampel1 : Koefisien jalur untuk kelompok 1 perusahaan Hedge
Pathsampel2 : Koefisien jalur untuk kelompok 2 perusahaan Unhedge
se²sampel 1 : nilai standar error koefisien kelompok 1 (Hedge)
se²samapel2 : nilai standar error koefisien kelompok 2 (Unhedge)

Selanjutnya hasil pengujian Path Coefficients dan P value untuk melihat besarnya
koefisien dan tingkat signifikan adalah sebagai berikut :

75
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

Tabel 4.9
Uji Beda Antara Perusahaan hedgers dan unhedgers dengan Multigroup
Hubungan antara Perusahaan Perusahaan
No Keterangan Variabel HEDGERS UNHEDGERS Hasil
(Pathsampel1) (Pathsampel2)
1. Path Coefisien MAK V.Laba 0.18 -0.08 Ada beda

2 KM V.Laba -0.51 -0.06 Ada beda

3 KINST V.Laba 0.08 0.12 Ada beda


3
4 KAI V.Laba -0.41 -0.03 Ada beda
4
5
5 KUA V.Laba 0.06 -0.03 Ada beda

6 KM MAK -0.27 -0.04 Ada beda


6
7 KINST MAK -0.34 -0.05 Ada beda
7
8 KAI MAK 0.11 -0.09 Ada beda
8
9 KUA MAK -0.29 0.02 Ada beda
9
1
Standar Error MAK V.Laba 0.096 0.033 _
10
1 KM V.Laba 0.096 0.033 _
11
1 KINST V.Laba 0.096 0.033 _
12
1 KAI V.Laba 0.096 0.033 _
13
1 KUA V.Laba 0.096 0.033 _
14
1 KM MAK 0.096 0.033 _
15
1 KINST MAK 0.096 0.033 _
16
1 KAI MAK 0.096 0.033 _
17
Sumber : Data diolah digunakan dalam penelitian ini

76
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

Adapun hasil uji beda pengaruh antar variabel kelompok perusahaan hedgers dan
unhedge dapat dijelaskan pada tabel 4.9 di atas adalah berikut :
1. Hubungan Variabel Manajemen akrual terhadap volatilitas laba

= t Pathsampel1 – Pathsampel2
Ѵse²sampel1 + se²samapel2

(0.18) – (-0.08) 0.26 0.26


= ------------------------ = -------------------- = -------- = 26
Ѵ(0.096)² + (0.033)² Ѵ (0.009)+(0.001) 0.01

t.statistik = 26 > t. Tabel 1.96 (alpha 5%) menunjukkan kedua jalur ber beda
secara signifikan antara variabel MAK dan Volatilitas Laba pada perusahaan hedgers dan
unhedgers.

2. Hubungan Variabel Kepemilikan Manajemen terhadap Volatilitas laba

(-0.51) – (-0.06) -0.45 - 0.45


= -------------------------- = ------------------- = ---------- = -45
Ѵ(0.096) ² +( 0.033)² Ѵ(0.009+ 0.001) 0.01

t.statistik = -45 < - 1.96 t.Tabel (alpha 5%) menunjukkan kedua jalur berbeda
secara signifikan antara variabel KM dengan V.Laba pada perusahaan hedgers dan
Unhedgers.

3. Hubungan Variabel Kepemilikan Institusional terhadap Volatilitas laba

(0.08) - (0.12) -0.04 -0.04


= ---------------------- = -------------------- = ----------- = -4
Ѵ(0.096)²+(0.033)² Ѵ(0.009)+(0.001) 0.01

t.statistik = -4 < -1.96 t.Tabel (alpha 5%) menunjukkan kedua jalur berbeda
secara signifikan antara variabel KINST dengan V.Laba pada perusahaan hedgers dan
unhedgers.

77
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

4. Hubungan Variabel Komite Audit Independen terhadap volatilitas Laba

(-0.41) - (-0.03) -0.38 -0.38


= -------------------------- = ---------------------- = -------- = -38
Ѵ(0.096)² + (0.033)² Ѵ(0.009)+(0.001) 0.01

t.statistik = -38 < -1.96 t. Tabel (alpha 5%) menunjukkan kedua jalur berbeda
secara signifikan antara variabel KAI dengan V.laba pada perusahaan hedgers dan
Unhedgers.

5. Hubungan Kualitas Audit terhadap volatilitas Laba

(0.06) - (-0.03) 0.09 0.09


= ----------------------- = ------------------- = --------- = 9
Ѵ(0.096)² + (0.033)² Ѵ(0.009)+(0.001) 0.01

t.statistik = 9 > 1.96 t. Tabel (alpha 5%) menunjukkan kedua jalur berbeda secara
signifikan antara variabel KUA dengan V.laba pada perusahaan hedgers dan Unhedgers.

6. Hubungan Variabel Kepemilikan Manajemen terhadap Manajemen akrual

(-0.27) - (-0.04) -0.23 -0.23


= ---------------------- = --------------------- = -------- = -23
Ѵ(0.096)² +(0.040)² Ѵ(0.009)+(0.001) 0.01

t.statistik = -23 < -1.96 t.Tabel (alpha 5%) menunjukkan kedua jalur berbeda secara
signifikan antara variabel KM dengan MAK pada perusahaan hedgers dan Unhedgers.

7. Hubungan Variabel Kepemilikan Institusional terhadap Manajemen akrual

(-0.34) - (-0.05) -0.29 -0.29


= -------------------------- = --------------------- = -------- = -29
Ѵ(0.096)²+ (0.033)² Ѵ(0.009)+(0.001) 0.01

78
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

t.statistik = -29 < -1.96 t.Tabel (alpha 5%) menunjukkan kedua jalur berbeda
secara signifikan antara variabel KINST dengan MAK pada perusahaan hedgers dan
Unhedgers.

8. Hubungan Variabel Komite audit independen terhadap Manajemen akrual

(0.11) - (-0.09) 0.2 0.2


= ---------------------- = ---------------------- = --------- = 20
Ѵ(0.096)²+(0.033)² Ѵ(0.009)+(0.001) 0.01

t.statistik = 20 > t.tabel 1.96 (alpha 5%) menunjukkan kedua jalur berbeda secara
signifikan antara variabel KAI dengan MAK pada perusahaan hedgers dan Unhedgers.

9. Hubungan Variabel Kualitas audit terhadap Manajemen akrual

(-0.29) - (0.02) -0.31 -0.31


= --------------------- = -------------------- = -------- = -31
Ѵ(0.096)²+(0.033)² Ѵ(0.009)+(0.001) 0.01

t.statistik = -31< -1.96 t.Tabel (alpha 5%) menunjukkan kedua jalur berbeda secara
signifikan antara variabel KINST dengan MAK pada perusahaan hedgers dan Unhedgers.

4.3.1.7 Manajemen Akrual sebagai Pemediasi Hubungan Antara Corporate


Governance dengan Volatilitas Laba Pada Perusahaan Hedgers dan
UnHedgers (Pengujian Hipotesis Lima).
Untuk mengetahui signifikansi indirect and total effect akan muncul besarnya
variance indirect effect yang dapat dihitung dengan menggunakan rumus Variance
Accounted For (VAF) dan pengujian Effect size yang dapat dikelompokkan menjadi 3
kategori yaitu lemah (0.02), medium (0.15) dan besar di atas (0.35) (kock,2013; Hair,
2013). Untuk melihat besarnya Effect size dan tingkat signifikansi atas hubungan
Kepemilikan manajemen, kepemilikan institusional, komite audit independen dan kualitas
audit terhadap Volatilitas laba dimediasi oleh Manajemen akrual sebagai berikut :

79
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

Tabel 4.10
Hasil Indirect and Total Effect Perusahaan Hedgers dan Unhedgers
Indirect effects for paths with 2 segments
-------------------------------------------------
MAK KM KINST KAI KUA V.LABA
MAK
KM
KINST
KAI
KUA
V.LABA 0.002 0.003 0.004 -0.001

P values of indirect effects for paths with 2 segments


---------------------------------------------------------------
MAK KM KINST KAI KUA V.LABA
MAK
KM
KINST
KAI
KUA
V.LABA 0.459 0.447 0.426 0.476
Effect sizes for path coefficients
**************************
MAK KM KINST KAI KUA V.LABA
MAK 0.002 0.003 0.005 0.001
KM
KINST
KAI
KUA
V.LABA 0.003 0.004 0.005 0.012 0.001
Sumber : data diolah digunakan dalam penelitian ini

Keterangan :

KM : Kepemilikan Manajemen
KINST : Kepemilikan Institusional
KAI : Komite Audit Independen
KUA : Kualitas Audit
V.LABA : Volatilitas Laba

80
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

Selanjutnya untuk mengetahui besarnya variance indirect effect kita dapat


menghitungnya dengan menggunakan rumus Variance Accounted For (VAF). Nilai VAF
berkisar antara 0 sampai 1. Semakin tinggi VAF menunjukkan bahwa pengaruh efect
mediasi yang sempurna. VAF dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Ghozali dan
Latan 2014), berikut :
VAF = a x b X 100 %
axb+c

1. Untuk variabel Kepemilikan Manajemen nilai VAF, berikut :

= 0.004 X 0.002 X 100% = 0.0027


0.004X 0.002 + (0.003)

Jadi besarnya pengaruh indirect effect untuk model di atas adalah sebesar 0.27 %
atau hubungan kepemilikan manajemen terhadap volatilitas laba tidak dimediasi oleh
manajemen akrual karena nilai VAF adalah nihil masih berkisar antara 0 - 1, dan tidak
signifikan pada P Value nya 0.459 > 0.05, berarti tidak ada mediasi (no mediation)
manajemen akrual antara hubungan kepemilikan manajemen dengan volatilitas laba.

2. Variabel KINST nilai VAF = 0.005 X 0.003 X 100% = 0.003


0.005 X 0.003+(0.003)

Jadi besar pengaruh indirect effect untuk hubungan variabel KINST dengan
Volatilitas Laba adalah sebesar 0.30 %, yang berarti mediasi tidak didukung (no
mediation) yang VAF nya sebesar 0.005 yang berkisar antara 0 – 1 dan tidak signifikan
0.447> 0,05.

3. Variabel KAI nila VAF = 0.012 X 0.005 X 100% = 0,0196


0.012 X 0.005+(0.003)

Besarnya pengaruh indirect effect atas hubungan variabel Komite Audit


Independen terhadap Volatilitas Laba adalah sebesar 1.96 %, yang berarti ada mediasi
parsial atau partial mediation yang VAF nya sebesar 0.0196 (0.02) yang berkisar antara 0
– 1.

4. Variabel KUA nila VAF = 0.001 X 0.001 X 100% = 0,00033


0.001 X 0.001+(0.003)

81
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

Besarnya pengaruh indirect effect atas hubungan variabel Kualitas Audit dengan
Volatilitas Laba adalah sebesar 0.033 %, yang berarti mediasi tidak didukung yang VAF
nya sebesar 0.00033 (0.000).
Adapun tabel di bawah ini merupakan hasil perhitungan VAF, sebagai berikut:

Tabel 4.11
Variance Accounted For (VAF) Inderect Effect
Indirect Effect
Relationship P-Value VAF Hasil
KM MAK V.Laba 0.459 0.50 %. No Mediation
KINST MAK V.laba 0.447 0.27 % No Mediation
KAI MAK V.laba 0.426 1.96 % Partial
Mediation
KUA MAK V.laba 0.476 0.033 % No Mediation
CG MAK V.Laba 0.274 0.735 % No Mediation
Sumber : Data diolah dalam penelitian ini (2014)

Keterangan:

KM : Kepemilikan Manajemen
KINST : Kepemilikan Institusional`
KAI : Komite Audit Independen
KUA : Kualitas Audit

Adapun hasil pengujian hipotesis penelitian dapat dirangkum pada tabel 4.12
model penelitian empiris adalah sebagai berikut :
Tabel 4.12
Rangkuman Hasil Pengujian hipotesis
No HUBUNGAN Hipotesis P.Value & VAF Hasil
1 KM terhadap VL H1a 0.022** Diterima
2 KINST terhadap VL H1b 0.011** Diterima
3 KAI terhadap VL H1c 0.001*** Diterima
4 KUA terhadap VL H1d 0.161 Ditolak
5 KM terhadap MAK H2a 0.105 Ditolak
6 KINST terhadap MAK H2b 0.051* Diterima
7 KAI terhadap MAK H2c 0 .011** Diterima
8 KUA terhadap MAK H2d 0.229 Ditolak

82
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

No HUBUNGAN Hipotesis P.Value & VAF Hasil


9 MAK terhadap VL H3 0.036** Diterima
10 KM terhadap VL H4a t.statistik = -45 < - Ada beda
1.96 (alpha 5%)
11 KINST terhadap VL H4b t.statistik = -4 < - Ada beda
1.96 (alpha 5%)
12 KAI terhadap Risiko VL H4c t.statistik = -38 < Ada beda
-1.96 (alpha 5%)
13 KUA terhadap VL H4d t.statistik = 9 > Ada beda
1.96 (alpha 5%)
14 Hubungan KM dengan VL H5a 0.50 %. Mediasi
dimediasi oleh Manajemen tidak
Akrual didukung
15 Hubungan KINST dengan VL H5b 0.27 % Mediasi
dimediasi oleh Manajemen Tidak
Akrual didukung
16 Hubungan KAI dengan Risiko VL H5c 1.96 % Mediasi
dimediasi oleh Manajemen Parsial
Akrual
17 Hubungan KUA dengan V.Laba H5d 0.033 % Mediasi
dimediasi oleh Manajemen tidak
Akrual didukung
Sumber : Data diolah digunakan dalam penelitian ini

Keterangan:

MAK : Manajemen Akrual


KM : Kepemilikan Manajemen
KINST : Kepemilikan Institusional
KAI : Komite Audit Independen
KUA : Kualitas Audit
*Effect Mediation 0.13 & 0.53
*Signifikan pada level 10%
**Signifikan pada level 5%
***Signifikan pada level 1%

83
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

BAB V
PEMBAHASAN DAN TEMUAN PENELITIAN

Pada bab ini akan disajikan pembahasan konseptual yang berhubungan dengan
pokok kajian penelitian. Pembahasan dilakukan berdasarkan pendekatan-pendekatan baik
teoritis maupun hasil temuan empiris dan asumsi-asumsi dasar yang dapat dijadikan
pertimbangan pengambilan kesimpulan dalam penelitian ini. Pembahasan hasil penelitian
ini sekaligus memberikan penjelasan terhadap temuan-temuan atas pertanyaan penelitian
yang diajukan pada bab sebelumnya.

5.1 Pengujian Pengaruh Kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, komite


audit independen dan kualitas audit terhadap Volatilitas Laba
Pengujian hipotesis pertama (H1a – H1d) di tabel 4.3 menunjukkan bahwa pada
persamaan model menunjukkan bahwa variabel Kepemilikan Manajemen berpengaruh
signifikan dan negatif sebesar -0,06 terhadap volatilitas laba yang P-valuenya sebesar
0,02 (P < 0,05). Oleh karena itu pengujian terhadap persamaan model pertama
menghasilkan kesimpulan yang konsisten dengan hipotesis satu (H1a diterima), karena
fungsi internal monitoring atas kepemilikan manajemen secara efektif dapat menurunkan
risiko/volatilitas laba dan hipotesis ini menjelaskan bahwa manajer adalah rasional dan
berusaha untuk memaksimumkan utilitasnya, terkait dengan kompensasi dan
kemakmuran pemilik dan pemilihan kebijakan akuntansi yang dilakukan oleh manajemen
sesuai teori akuntansi positif dan mengurangi konflik kepentingan antara manajemen
yang oportunistik dengan pemilik seperti yang digambarkan pada teori agensi untuk
mengurangi risiko/volatilitas laba.
Kepemilikan Institusional berpengaruh secara negatif sebesar -0,07 dan signifikan
terhadap volatilitas laba yang P- valuenya sebesar 0,01 (P< 0,05). Oleh karena itu
pengujian terhadap persamaan model dua menghasilkan kesimpulan yang konsisten
dengan hipotesis satu (H1b diterima) yaitu Kepemilikan institusional berpengaruh
negatif terhadap volatilitas laba. Karena kepemilikan saham institusional berfungsi
sebagai eksternal monitoring secara efektif dapat menurunkan risiko/volatilitas laba dan
mengurangi konflik kepentingan antara perilaku manajemen yang oportunistik dengan
pemilik seperti yang dijelaskan pada teori agensi dan secara rasional tidak hanya
memakmurkan kepentingan pemilik dari pemilihan kebijakan akuntansi yang sesuai
dengan teori akuntansi positif.
Komite audit independen berpengaruh secara negatif sebesar -0,11 dan signifikan
terhadap volatilitas laba yang P-valuenya sebesar 0,01 (P< 0,05). Oleh karena itu
pengujian terhadap persamaan model tiga menghasilkan kesimpulan yang konsisten
dengan hipotesis satu (H1c diterima) yaitu Komite audit independen berpengaruh negatif

84
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

terhadap volatilitas laba, karena keberadaan komite audit independen dapat berfungsi
sebagai eksternal monitoring menurunkan risiko/volatilittas laba. Berdasarkan teori
agensi yang meminimalkan konflik kepentingan antara manajemen yang oportunistik
dengan pemilik dan merupakan jaminan untuk meningkatkan kinerja perusahaan,
sehingga pasar menganggap keberadaan komite audit independen merupakan faktor yang
mereka pertimbangkan untuk melakukan investasi pada perusahaan hedgers dan
unhedger.
Kualitas audit berpengaruh secara negatif sebesar -0.03 dan tidak signifikan
terhadap volatilitas laba yang P- valuenya sebesar 0,16 (P> 0,05). Dan pengujian
terhadap persamaan model empat menghasilkan kesimpulan tidak konsisten dengan
hipotesis satu (H1d ditolak) yaitu Kualitas audit berpengaruh negatif dan tidak signifikan
terhadap volatilitas laba, karena kualitas audit menekankan kepada kualitas informasi
keuangan sehingga akan memperbaiki informasi keuangan dan merupakan nilai tambah
bagi operasi perusahaan, tetapi tidak dapat mengurangi risiko/volatilitas laba pada
perusahaan hedgers dan unhedgers karena risiko/volatilitas laba cendrung dipengarungi
oleh faktor makro ekonomi, seperti inflasi, mekanisme pasar dan kebijakan pemerintah.
Penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Teoh dan Wong (1993) bahwa
kualitas audit berhubungan negatif terhadap menajemen akrual dan mengurangi
risiko/volatilitas laba. Praktik Corporate Governance yang diproksi dengan kualitas audit
diyakini akan membatasi pengelolaan laba yang opportunis. Semakin tinggi kualitas
audit, semakin besar kemungkinan perusahaan mengurangi risiko (volatilitas) laba.
Berdasarkan teori efisiensi dan konsep risiko dan hasil penelitian di atas maka dapat
diasumsikan bahwa dengan adanya kualitas audit yang tinggi belum memberikan
implikasi pada penurunan risiko/volatilitas laba dan informasi keuangan yang efisien.
Hasil penelitian ini juga dapat dijelaskan dengan menggunakan teori agensi dan
risiko. Konsep risiko menjelaskan bahwa dengan adanya corporate governance yang
diproksi dengan kualitas audit akan memberikan dampak untuk mengurangi volatilitas
laba. Teori agensi dalam corporate governance akan menghasilkan fungsi pengawasan
(monitoring) internal terhadap kinerja manajerial sehingga perusahaan akan mencegah
manajer untuk melakukan tindakan menurunkan volatilitas laba.
Berdasarkan konsep volatilitas dan beberapa hasil penelitian di atas maka dapat
diasumsikan bahwa dengan adanya kualitas audit yang tinggi belum memberikan
implikasi pada penurunan risiko/volatilitas laba. Konsep risiko menjelaskan bahwa
dengan adanya corporate governance yang diproksi dengan kualitas audit yang tinggi
akan mengurangi volatilitas laba, sehinga masih terjadi kontradiksi antara kualitas audit
yang tinggi dan bukan merupakan jaminan menurunkan risiko/volatilitas laba.

85
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

5.2 Pengujian Pengaruh Kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, komite


audit independen dan kualitas audit terhadap Manajemen akrual
Hipotesis dua (H2a-H2d) dalam penelitian ini adalah ingin membuktikan
pengujian hipotesis dua (H2a – H2d)) di tabel 4.4 menunjukkan bahwa pada persamaan
model dua menunjukkkan bahwa variabel Kepemilikan Manajemen berpengaruh secara
negatif sebesar -0,04 dan tidak signifikan terhadap Manajemen Akrual yang P- valuenya
sebesar 0,11 (P> 0,10). Oleh karena itu pengujian terhadap persamaan model pertama
menghasilkan kesimpulan yang tidak konsisten dengan hipotesis dua (H2a ditolak),
karena kepemilikan manajemen sebesar 2.8 % pada total perusahaan hedgers dan
unhedgers yang p valuenya sebesar 0.11 (p > 0,10) bukan sebagai internal monitoring.
Pada perusahaan unhedgers signifikan negatif menurunkan manajemen akrual yang p
valuenya 0.09 (p < 0.10) dan kepemilikan manajemen pada perusahaan hedgers sebesar
0.7 %, karena masing–masing perusahaan tersebut kepemilikan saham manajemen relatif
kecil untuk memitigasi perilaku manajemen yang opportunistik yang p valuenya (P<
0,01) dan signifikan negatif dengan koefisien (-0,27), sehingga kedua tipe kebijakan
perusahaan hedgers dan unhedegers belum optimal dalam mencegah manajer melakukan
tindakan manajemen akrual, karena fungsi pengawasan (monitoring) terletak pada
kepemilikan saham mayoritas.
Hasil penelitian Claessens et al. (2000), menyatakan bahwa di Indonesia sebagian
besar kepemilikan saham perusahaan dimiliki oleh keluarga, seperti PT Mahaka Group
Tbk, PT. Bakrie Tbk, dan lain-lain. Menurut Hu dan Izamida (2008), kepemilikan saham
mayoritas oleh manajemen memiliki kepemilikan dalam jumlah yang signifikan akan
menyebabkan manajerial entrenchment effect, dimana jumlah kepemilikan saham
manajemen yang signifikan akan mempertahankan posisi mereka dalam perusahaan dan
belum menginginkan adanya pengawasan dari pihak lain, dan cendrung melibatkan
stakeholder dalam konsep monitoring.
Penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Nagata dan Hachiya (2006)
melaporkan hubungan negatif antara kepemilikan manajemen (insider) dan manajemen
akrual untuk 830 IPO di Jepang selama periode 1989-2000. Penelitian ini konsisten
dengan penelitian Koh (2003) meneliti sampel dari perusahaan Australia selama periode
1993-1997 dan menemukan hubungan negatif tetapi tidak signifikan antara kepemilikan
saham manajerial dan manajemen akrual. Peasnell et al. (2005) menunjukkan bahwa
peran direktur dengan kepemilikan manajerial yang rendah dalam membatasi manajemen
akrual.
Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan teori keagenan bahwa insentif untuk
mengelola laba di perusahaan dengan kepemilikan saham manajerial lebih rendah.
Watfield at al (1995) menguji kepemilikan manajerial dengan discretionary accrual dan
kandungan informasi laba menemukan bukti bahwa kepentingan manajerial berhungan
negatif dengan discretionary acrual.

86
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

Kepemilikan Institusional berpengaruh secara negatif terhadap manajemen akrual.


Oleh karena itu pengujian terhadap persamaan model dua menghasilkan kesimpulan yang
konsisten dengan hipotesis dua (H2b diterima) yaitu Kepemilikan institusional
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Manajemen Akrual, karena kepemilikan
institusional pada perusahaan sampel berfungsi sebagai eksternal monitoring yang efektif
oleh pihak eksternal terhadap manajemen akrual untuk memitigasi perilaku oportunistik
manajemen.
Persamaan model dua menghasilkan kesimpulan yang konsisten dengan hipotesis
dua (H2c diterima) yaitu Komite audit independen berpengaruh negatif terhadap
Manajemen Akrual. Karena fungsi komite audit independen dapat menurunkan prilaku
oportunistik dalam manajemen akrual dan menggunakan tori agensi untuk memitigasi
konflik kepentingan antara manajemen dan pemilik perusahaan.
Kualitas audit berpengaruh positif sebesar 0.02 dan tidak signifikan terhadap
Manajemen Akrual. Oleh karena itu pengujian terhadap persamaan model empat
menghasilkan kesimpulan tidak konsisten dengan hipotesis dua (H2d ditolak) yaitu
Kualitas audit independen berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Manajemen
Akrual untuk total perusahaan hedgers dan unhedgers. Pada perusahaan hedgers, kualitas
audit signifikan dan negatif yang koefisiennya -0.29 memitigasi manajemen akrual dan p
valuenya (P< .01) sebagai alat monitoring internal dan perusahaan unhedgers tidak
signifikan yang p valuenya ( P= 0.26) dan koefisiennya 0.02 tidak menurunkan
manajemen akrual dan bukan merupakan alat monitoring eksternal.
Penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Koh (2003) yang menemukan
hubungan negatif yang signifikan antara kualitas audit dan akrual diskresioner, dan
konsisten dengan penelitian Ching et al. (2006) dan Peasnell et al. (2005) tidak
menemukan hubungan negatif dan signifikan antara kualitas audit dengan manajemen
akrual pada perusahaan yang terdaftar di bursa Hongkong dan Inggris, karena
menggunakan jasa audit yang berkualitas merupakan salah satu upaya perusahaan untuk
mengurangi perilaku manajemen perusahaan yang memaksimalkan kepentingan
pribadinya.
Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan hasil penelitian mengenai praktik
Corporate governance diproksi dengan kualitas audit memiliki hubungan yang signifikan
terhadap manajemen akrual (Watfield et al 1995, Gabrielsen et al 1997, Wedari 2004)
dan sesuai dengan teori akuntansi positif, karena pemilik, manajemen dan regulator hanya
memakmurkan kepentingannya yang berarti tidak menurunkan perilaku manajemen
akrual pada perusahaan unhedgers, karena perusahaan unhedgers kuaalitas audit masih
menekankan pada proses informasi keuangan yang oportunis, sedangkan pada perusahaan
hedgers dapat menurunkan perilaku manajemen akrual dan membuat informasi keuangan
yang efisien.

87
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

Audit berkualitas belum memiliki tingkat kepercayaan masyarakat yang tinggi


pada perusahaan unhedgers. Bukti ini menunjukkan bahwa kualitas audit yang lebih
rendah berhubungan dengan fleksibilitas akuntansi yang lebih tinggi. Dengan adanya
kualitas audit yang baik, maka akan tercipta suatu pengendalian seperti preventive
control, detective control dan reporting control pada perusahaan hedgers.

5.3 Pengujian Pengaruh Manajemen akrual terhadap Volatilitas laba


Hasil pengujian hipotesis tiga (H3) di tabel 4.5 menunjukkan bahwa variabel
Manajemen akrual berpengaruh negatif sebesar -0,06 dan signifikan terhadap volatilitas
laba yang P- valuenya sebesar 0,04 (P< 0,05). Oleh karena itu pengujian terhadap
persamaan model ketiga menghasilkan kesimpulan yang konsisten dengan hipotesis tiga
(H3 diterima) yaitu Manajemen akrual berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
Volatilitas laba.
Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan Muid dan Catur P (2005) menguji
pengaruh manajemen akrual terhadap volatilitas laba dan investasi, hasilnya
menunjukkan bahwa manajemen akrual tidak terbukti menimbulkan risiko (volatilitas)
laba. Dan penelitian Fields, Lys, & Vincent, 2001) menyatakan bahwa manajemen akrual
dapat dicapai dengan cara laba yang di write-off dalam satu periode dan untuk
meringankan biaya selama beberapa periode, mempercepat atau menunda pengakuan
pendapatan atau beban untuk menggeser pendapatan dari satu periode ke periode lain.
Adapun teori agency dalam manajemen akrual akan meningkatkan biaya agensi,
karena manajer menjaga kepentingannya dengan menerbitkan laporan keuangan yang
tidak menunjukkan gambaran ekonomi perusahaan secara akurat, sehingga stakeholders
tidak dapat membuat keputusan investasi yang optimal. Motivasi penggunaan manajemen
akrual sebagai subsitusi penggunaan derivatif keuangan berdampak pada menurunnya
volatilitas laba. Jika perusahaan menggunakan manajemen akrual dan derivatif keuangan
untuk tujuan lindung nilai eksposur, diharapkan bahwa penggunaan tersebut akan
mengakibatkan penurunan volatilitas laba.

5.4. Perbedaan peran corporate governance terhadap volatilitas laba pada


perusahaan hedgers dan unhedgers
Pengujian dampak Aktivitas hedging keuangan terhadap Volatilitas laba yang
dibedakan berdasarkan tipe operasi keuangan perusahaan hedgers. Dalam penelitian ini
tipe perusahaan dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu perusahaan hedgers dan
unhedgers. Penelitian ini sejalan dengan Scott (2009) menemukan bahwa tujuan
perusahaan untuk melakukan praktik pengelolaan laba adalah; manajemen perusahaan
berusaha untuk menambah tingkat transparansi laba dalam mengkomunikasikan
informasi internal perusahaan, dalam hal pengelolaan laba dilakukan secara efisien pada
perusahaan hedgers, karena trategi yang dapat diimplementasikan oleh manajer dalam

88
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

manajemen laba berbasis manajemen akrual antara lain adalah melakukan pilihan metoda
akuntansi serta melakukan estimasi tertentu sebagai kebijakan akuntansi, khususnya
discretionary accruals.
Pada perusahaan hedgers; Kepemilikan manajemen merupakan mekanisme internal
monitoring memitigasi perilaku opportunistik sebagai hubungan subsitusi dengan
aktivitas hedging keuangan, yang artinya aktivitas hedging keuangan dilakukan dapat
menurunkan perilaku opportunis melalui manajemen akrual dan gejolak/volatilitas laba
dan kualitas audit sebagai mekanisme internal memitigasi perilaku opportunis melalui
manajemen akrual.
Kepemilikan institusi merupakan mekanisme eksternal monitoring memitigasi
perilaku opportunistik sebagai hubungan subsitusi dengan aktivitas hedging keuangan,
yang artinya aktivitas hedging keuangan dilakukan dapat menurunkan perilaku
opportunis melalui manajemen akrual dan Komite audit independen memitigasi
gejolak/volatilitas laba karena fungsi komite audit sebagai full power sebagai mekanisme
eksternal monitoring.
Perusahaan dengan kategori hedgers menunjukkan pengaruh negatif kepemilikan
manajemen dan komite audit independen terhadap penurunan volatilitas laba dan
menunjukkan pengaruh negatif kepemilikan manajemen, komite audit independen dan
kualitas audit terhadap manajemen akrual, hal ini dapat dijelaskan bahwa perusahaan
yang masuk dalam kategori hedgers melaksanakan Aktivitas hedging sebagai suatu
aktivitas trading yang harus dilaksanakan untuk meningkatkan kontrak efisiensi dalam
menurunkan perilaku oportunistik dan manajemen akrual sebagai bentuk subsitusi untuk
mengurangi volatilitas laba.
Tujuan perusahaan unhedgers melakukan manajemen laba berbasis manajemen
akrual dalam penelitian ini adalah manajemen perusahaan berusaha untuk
memaksimalkan keuntungan bagi dirinya sendiri, dalam hal ini pengelolaan laba bersifat
oportunistik.. Praktik pengelolaan laba yang bersifat oportunistik inilah yang membuat
investor salah dalam mengambil keputusan investasi. Pengelolaan laba oportunistik, tidak
lepas dari sebuah konsep teori keagenan (agency theory) yaitu ketika semua pihak
memiliki dorongan untuk mendahulukan kepentingannya sehingga timbul adanya konflik
antara prinsipal dengan agen.
Pada perusahaan unhedgers; Kepemilikan manajemen dan komite audit
independen merupakan mekanisme internal monitoring memitigasi perilaku opportunistik
sebagai aktivitas spekulatif. Untuk mereduksi prilaku opportunistik. Bentuk
komplementer dalam mengurangi volatilitas laba yang artinya aktivitas hedging keuangan
dilakukan dapat menurunkan perilaku opportunistik melalui manajemen akrual dan
kepemilikan manajemen dapat memitigasi gejolak/volatilitas laba.
Kepemilikan institusi merupakan mekanisme eksternal monitoring memitigasi
perilaku opportunistik sebagai hubungan subsitusi dengan aktivitas hedging keuangan,

89
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

yang artinya aktivitas hedging keuangan dilakukan dapat menurunkan perilaku


opportunistik melalui manajemen akrual. Sedangkan kualitas audit tidak dapat memitigasi
perilaku opportunistik dan menurunkan gejolak/volatilitas laba, karena kualitas audit
hanya menekankan pada kualitas informasi keuangan dan gejolak/volatilitas laba
dipengaruhi oleh faktor makro ekonomi seperti; inflasi, mekanisme pasar dan pajak.
Berdasarkan hasil pengujian pada table 4.9 dapat dilihat Hubungan corporate
governance dengan volatilitas laba dan manajemen akrual sebagai berikut:
Hubungan Variabel Kepemilikan Manajemen terhadap Volatilitas laba,
menunjukkan kedua jalur berbeda secara signifikan antara variabel kepemilikan
manajemen dengan volatilitas laba pada perusahaan hedgers dan unhedgers, karena rerata
perusahaan unhedgers mempunyai kepemilikan saham manajemen sebesar 2.8 % dan
kepemilikan saham manajemen perusahaan hedgers 0.7 % relatif berbeda.
Hubungan Variabel Kepemilikan Institusional terhadap Volatilitas laba,
menunjukkan kedua jalur berbeda secara signifikan antara variabel KINST dengan
volatilitas laba pada perusahaan hedgers dan unhedger,. karena rerata perusahaan
unhedgers mempunyai kepemilikan saham institusi sebesar 48.1 % dan kepemilikan
saham institusi perusahaan hedgers 47,1 % relatif berbeda.
Hubungan Variabel Komite Audit Independen terhadap volatilitas Laba,
menunjukkan kedua jalur berbeda antara variabel KAI dengan Volatilitas laba pada
perusahaan hedgers mempunyai rerata 0.556 dibulatkan menjadi 1 orang komite audit
independen dan perusahaan unhedgers mempunyai rerata 0.625 dibulatkan menjadi 1
orang komite audit pada masing-masing perusahaan, yang berfungsi untuk monitoring
atas gejolak/volatilitas laba.
Hubungan Kualitas Audit terhadap volatilitas laba, menunjukkan kedua jalur
berbeda secara signifikan antara variabel KUA dengan volatilitas laba pada perusahaan
hedgrs dan unhedgers, karena transaksi-transaksi akrual pada perusahaan hedgers sebesar
27.2 % dan perusahaan unhedgers sebesar 44.4 % dari total transaksi pada perusahaan
hedgers dan perusahaan unhedgers.
Hasil pengujian di atas dapat disimpulkan bahwa pengaruh Kepemilikan
manajemen, Kepemilikan Institusional, Komite audit independen, dan kualitas audit
terhadap volatilitas laba memberikan hasil yang berbeda dan pengaruh Kepemilikan
manajemen, kepemilkan institusi, kualitas audit terhadap manajemen akrual memberikan
hasil yang berbeda antara perusahaan dengan kategori hedgers dengan perusahaan dengan
kategori unhedgers. Tujuan akuntansi lindung nilai, hanya asset, liabilitas, komitmen
pasti, atau prakiraan transaksi yang kemungkinan besar terjadi yang melibatkan pihak
eksternal dari entitas pelapor yang dapat ditetapkan sebagai item yang dilindung nilai.
Oleh karena itu, akuntansi lindung nilai dapat ditetapkan pada transaksi antar entitas
dalam kelompok usaha yang sama hanya dalam laporan keuangan tersendiri sebagai

90
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

informasi tambahan dalam laporan keuangan konsoslidasi dari entitas dan tidak dalam
laporan keuangan konsolidasian dari kelompok usaha tersebut.
Hal tersebut dapat dijelaskan dengan menggunakan teori agency (agency theory)
yang menegaskan bahwa manajemen perusahaan terus berupaya untuk meningkatkan laba
dan memakmurkan pemilik melalui manajemen akrual, sehingga Aktivitas hedging
keuangan digunakan untuk mereduksi ‘conflict of interest dan volatilitas laba. Hasil
pengujian selanjutnya adalah untuk melihat apakah ada perbedaan dampak aktivitas
hedging keuangan terhadap volatilitas laba dan manajemen akrual pada perusahaan
hedgers, yaitu menggunakan pair-wise test, dimana subsample dianggap sebagai variabel
moderator. Hasil menunjukkan bahwa nilai t statistic lebih tinggi dari nilai t table,
sehingga hipotesis keempat (H4) diterima, yaitu bahwa ada perbedaan aktivitas hedging
keuangan atas hubungan CG terhadap volatilitas laba dan manajemen akrual pada
perusahaan hedgers dan unhedgers.
Perusahaan yang melakukan aktivitas hedging keuangan di indonesia pada jenis
industri pelayaran, perbankan, konstruksi, perminyakan dan perhotelan seperti PT Arpeni
Pratama Ocean Line Tbk, PT Bank BumiPutera Indonesia Tbk, PT Berlian Laju Tanker
Tbk, PT Pelayaran Tempuran, Tbk, PT Perusahaan Gas Negara, PT Petrosa, PT. Plaza
Indonesia dan PT United Tractor, dengan motif spekulasi bukan untuk tujuan hedging
atau lindung nilai keuangan untuk mengurangi manajemen akrual dan volatilitas laba
karena payung hukum perusahaan yang menerapkan hedging belum sepenuhnya
diterapkan pada perusahaan publik masih sebatas di BUMN melalui peraturan BI dan
keputusan menteri keuangan untuk melindungi risiko keuangan dan biaya hedging sangat
tinggi, jadi sepenuhnya bukan merupakan suatu keharusan.
Motivasi utama perusahaan hedgers adalah menjaga keutuhan modal. Di
kelompok spekulan, ada yang bertujuan memperoleh keuntungan dari pergerakan harga di
pasar. Seperti para pengusaha dan investor dalam aset riil. Tidak ada jaminan modal awal
tetap utuh, karena selalu ada kemungkinan rugi atau unsur spekulasi dari investasi saham
dan kepemilikan manajemen dan komite audit sebagai mekanisme internal monitoring
untuk mengatasi gejolak/volatilitas laba dan kepemilikan institusional dan kualitas audit
sebagai mekanisme eksternal monitoring untuk mengatasi perilaku opportunis
manajemen akrual. Sedangkan pada perusahaan unhedgers sebagai spekulatif atas
aktivitas hedging keuangan untuk melindungi volatilitas laba dengan kepemilikan
manajemen dan komite audit sebagai internal monitoring serta komite audit independen
sebagai mekanisme eksternal monitoring dalam mengatasi prilaku opportunis manajemen
akrual.
Kelompok spekulan saham dapat dibagi dua, yaitu yang takut risiko dan risk
taker. Yang dimaksud spekulan adalah investor saham bernyali seperti perusahaan
hedgers, yaitu melakukan diversifikasi dengan mengoleksi belasan saham berkapitalisasi

91
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

besar dan masuk LQ 45. Semakin kecil risiko dan return investasi merupakan perusahaan
hedgers. Semakin tinggi risiko dan return merupakan spekulan risk taker.

5.5 Pengujian Pengaruh corporate governance terhadap volatilitas laba ketika


dimediasi oleh Manajemen akrual antara Perusahaan Hedgers dan Unhedgers.
Hasil Pengujian Effect size dapat dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu lemah
(0.02), medium (0.15) dan besar (0.35) (kock,2013; Hair, 2013). Untuk melihat besarnya
Effect size dan tingkat signifikansi atas hubungan Kepemilikan manajemen, kepemilikan
institusional, komite audit independen dan kualitas audit terhadap volatilitas laba
dimediasi oleh Manajemen akrual
Untuk pengujian hipotesis H5 yaitu; manajemen akrual memediasi hubungan
Kepemilikan manajemen, Kepemilikan institusional, Komite Audit independen dan
Kualitas Audit. Hasil estimasi menunjukkan bahwa indirect and total effect pada
perusahaan hedgers dan unhedgers pengaruh Kepemilikan manajemen terhadap
volatilitas laba tidak dimediasi oleh manajemen akrual adalah 0,005; kepemilikan
institusional terhadap volatilitas laba tidak dimediasi oleh manajemen akrual sebesar
0.003; hubungan komite audit independen dengan volatilitas laba merupakan mediasi
parsial (lemah) oleh manajemen akrual adalah 0.019 (0.02) dan hubungan kualitas audit
dengan volatilitas laba tidak dimediasi oleh manajemen akrual karena Variance
Accounted Factor sebesar 0,033. Hasil ini tergolong mediasi tidak didukung dimana
kepemilikan manajemen dan institusional dan kualitas audit tidak ada mediasi untuk
menurunkan volatilitas laba karena kepemilikan manajemen dan institusional dapat secara
langsung memitigasi volatilitas laba dan kualitas audit terbukti langsung dan tidak
langung tidak memitigasi volatilitas laba.
Kualitas audit di Indonesia dapat dijadikan dasar untuk meningkatkan kualitas
informasi keuangan yang relevan dan reliabel dan memitigasi perilaku manajemen akrual
yang digunakan sebagai pengambilan keputusan investasi oleh investor dan calon
investor, pemberian kredit oleh kreditor, penetapan harga barang dan jasa oleh produsen
pada perusahaan hedgers, sedangkan perusahaan unhedgers belum dapat memitigasi
perilaku manajemen akrual dan masih menekankan pada efisien informasi keuangan dan
kualitas informasi keuangan.
Komite audit independen dimediasi secara parsial manajemen akrual terhadap
volatilitas laba. Karena komite audit independen punya peran penting dari perspektif
praktis sebagai alat monitoring eksternal dalam memitigasi volatilitas laba dan kontrak
efisien antara manajemen dan stakeholders lainnya untuk menurunkan perilaku
oportunistik manajemen, yang berarti masih ada pemediasi lain selain komite audit
independen untuk meningkatkan kontrak efisien dan menurunkan volatilitas laba.
Pada perusahaan Hedgers; Pengaruh kepemilikan manajemen (P. 0.24 > 0.05),
kepemilikan institusi (P. 0.19 > 0.05), komite audit independen (P.0.39 > 0.05) dan

92
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

kualitas audit (P. 0.23 > 0.05) terhadap volatilitas laba tidak dimediasi oleh manajemen
akrual karena corporate governance secara lansung yang diproksi oleh kepemilikan
manajemen dan komite audit independen menurunkan volatilitas laba dan kepemilikan
manajemen, kepemilikan institusi dan kualitas audit secara lansung mengurangi perilaku
oportunistik manajemen akrual.
Pada perusahaan Unhedgers; Pengaruh kepemilikan manajemen yang (P. 0.44 >
0.05), kepemilikan institusi (P. 0.43 > 0.05), komite audit independen (P.0.38 > 0.05) dan
kualitas audit (P. 0.47 > 0.05) terhadap volatilitas laba tidak dimediasi oleh manajemen
akrual karena corporate governance secara lansung yang diproksi oleh kepemilikan
manajemen menurunkan volatilitas laba dan kepemilikan manajemen, kepemilikan
institusi dan komite audit secara lansung mengurangi perilaku oportunistik dalam
manajemen akrual.

93
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

BAB VI
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN

6.1 SIMPULAN
Berdasarkan pengujian dan pembahasan yang disajikan di bab-bab sebelumnya,
dapat disimpulkan beberapa temuan yang terkait dengan hipotesis penelitian,
antara lain:
1. Kepemilikan manajemen berpengaruh negatif terhadap volatilitas laba, artinya
semakin besar kepemilikan manajemen memberikan pengaruh penurunan volatilitas
laba. Sebaliknya semakin kecil kepemilikan manajemen, maka memberikan pengaruh
menaikkan volatilitas laba. Hasil penelitian ini searah dengan perspektif kontrak
efisiensi (Teori Efisiensi) yang menyatakan bahwa perusahaan yang melakukan
kontrak yang efisien dapat menjadikan kualitas laba yang tercermin dalam kualitas
informasi keuangan yang relevan dan reliable dan kualitas laba dapat digunakan
sebagai alat pengukuran kinerja yang efisien dan (Teori Agensi) yang menyatakan
bawah konflik antara manajemen dengan pemilik dapat dimitigasi dengan mekanisme
internal monitoring dengan kepemilikan manajemen.
2. Kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap volatilitas laba. Artinya
Semakin besar kepemilikan institusional maka semakin kuat kendali yang dilakukan
oleh pihak eksternal terhadap perusahaan, sehingga menyebabkan rendahnya
volatilitas laba perusahaan. Hasil ini memperkuat asumsi bahwa kepemilikan
institusional efektif digunakan sebagai alat monitoring manajemen dan meningkatkan
kepercayaan investor institusi dalam berinvestasi.
3. Komite audit independen berpengaruh negatif terhadap volatilitas laba. Artinya,
dengan melaksanakan fungsi dan tanggung jawab yang diembannya, diharapkan
komite audit independen dapat berperan untuk mengurangi perilaku oportunistik
(accrual manipulasi) yang dilakukan oleh para manajer dan mereduksi volatilitas
laba. Dengan demikian, kualitas corporate governance melalui komite audit
independen sebagai mekanisme internal menurunkan volatilitas laba.
4. Kualitas audit berpengaruh positif terhadap volatilitas laba, artinya kualitas audit
yang cenderung mendorong kualitas mekanisme pengendalian internal karena
tingginya transaksi akrual tidak berfungsi menurunkan volatilitas laba. Kualitas audit
yang digambarkan pada perusahaan sampel tidak memitigasi volatilitas laba atas
operasi perusahaan karena volatilitas laba cendrung dipengaruhi oleh makro ekonomi,
mekanisme pasar dan kebijakan pemerintah dalam bidang perpajakan. Hasil
pengujian ini menjawab pertanyaan penelitian yang pertama.

94
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

5. Kepemilikan manajerial berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap manajemen


akrual. Artinya kepemilkan manajemen tidak menurunkan manajemen akrual, Hasil
penelitian ini konsisten dengan prediksi (Teori Agensi) bahwa insentif untuk
mengelola laba dengan kepemilikan saham manajerial lebih rendah dan belum dapat
digunakan sebagai mekanisme internal monitoring atas perilaku oportunistik
manajemen.
6. Kepemilikan institusional berpengaruh signifikan dan negatif terhadap manajemen
akrual. Artinya bahwa semakin besar kepemilikan institusional (outsider ownership)
dapat menurunkan manajemen akrual dan peran kepemilikan institusional memitigasi
manajemen akrual dan berfungsi sebagai mekanisme eksternal monitoring.
7. Komite audit independen berpengaruh signifikan dan negatif terhadap manajemen
akrual. Artinya komite audit independen dapat memitigasi perilaku opportunistik
manajemen. Komite audit independen memainkan peran penting dalam menghambat
praktek manajemen akrual perusahaan.
8. Kualitas audit tidak berpengaruh signifikan dan positif terhadap manajemen akrual.
Artinya Kualitas audit pada penelitian ini belum dapat digunakan sebagai sumber
informasi keuangan untuk menurunkan perilaku manajemen akrual dan berfungsi
sebagai alat untuk meningkatkan kualitas informasi keuangan.
9. Manajemen akrual berpengaruh terhadap volatilitas laba. Artinya hal ini
menunjukkan bahwa semakin tinggi perilaku oportunistik manajemen akrual akan
dapat mereduksi volatilitas laba. Hasil pengujian ini menjawab pertanyaan penelitian
yang ketiga.
10. Perbedaan antara perusahaan hedgers dan unhedgers terhadap hubungan corporate
governance terhadap volatilitas laba. Hasil pengujian di atas dapat disimpulkan
bahwa fungsi hedging keuangan dalam menurunkan volatilitas laba memberikan hasil
yang berbeda antara perusahaan dengan kategori hedgers dan kategori unhedgers,
sebagai berikut:
a. Perusahaan dengan kategori Hedgers; Kepemilikan manajemen merupakan
mekanisme internal monitoring memitigasi perilaku opportunis melalui manajemen
akrual dan menurunkan risiko/volatilitas laba, sedangkan kualitas audit sebagai
mekanisme internal memitigasi perilaku opportunis melalui manajemen akrual.
Kepemilikan Institusional merupakan mekanisme eksternal monitoring memitigasi
perilaku opportunistik melalui manajemen akrual dan komite audit independen
sebagai mekanisme eksternal berfungsi menurunkan risiko/volatilitas laba.
b. Perusahaan dengan kategori unhedgers; Kepemilikan manajemen merupakan
mekanisme internal monitoring memitigasi perilaku opportunis melalui manajemen
akrual dan risiko/volatilitas laba. Kepemilikan Institusional dan komite audit
independen merupakan mekanisme eksternal monitoring memitigasi perilaku

95
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

opportunistik melalui manajemen akrual. Hasil pengujian ini menjawab pertanyaan


penelitian yang keempat.
11. Manajemen akrual memediasi hubungan corporate governance yang diproksi Komite
audit independen dengan volatilitas laba. Hal ini menunjukkan bahwa dengan komite
audit independen yang efektif dan kontrak yang efisien dengan pihak eksternal dapat
menurunkan risiko/volatilitas laba. Hasil pengujian ini menjawab pertanyaan
penelitian kelima.
12. Beberapa catatan penting dari temuan penelitian ini adalah:
a. Perusahaan hedgers;
Hubungan antara kepemilikan manajemen, kepemilikan institusional, komite
audit independen dan kualitas audit terhadap Volatilitas laba tidak dimediasi oleh
manajemen akrual, karena kepemilikan manajemen dan komite audit independen
dapat menurunkan risiko/volatilitas laba, sedangakan kepemilikan institusi dan
kualitas audit sebagai mekanisme monitoring memitigasi perilaku oportunistik
manajemen.
b. Perusahaan unhedgers;
Hubungan antara kepemilikan manajemen, kepemilikan institusional, komite
audit independen dan kualitas audit terhadap Volatilitas laba tidak dimediasi oleh
manajemen akrual karena kepemilikan manajemen secara lansung menurunkan
volatilitas laba sebagai mekanisme internal sedangkan kepemilikan manajemen
dan kepemilikan institusi sebagai mekanisme internal dan eksternal memitigasi
perilaku oportunistik manajemen.

6.2 IMPLIKASI TEORITIS


Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan pada bab-bab terdahulu, maka
hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi implikasi teroritis sebagai berikut :
a. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepemilikan manajemen, kepemilikan
institusional dan komite audit independen pada perusahaan hedgers memberikan
pengaruh pada penurunan volatilitas laba, hal ini sesuai dengan teori akuntansi
positif yang menyatakan bahwa manajer harus mengembangkan hubungan dengan
outsider dengan para investor. Perusahaan unhedgers, hanya kepemilikan
manajemen berfungsi sebagai alat monitoring yang efisien dalam mengatasi
gejolak/volatilitas laba.
b. Perusahaan hedgers, variabel kepemilikan manajemen serta komite audit independen
memiliki peran sebagai alat monitoring perusahaan di mata pemangku kepentingan
dan sebagai mekanisme monitoring perilaku oportunistik manajer sehingga dapat
mengurangi manajemen akrual.

96
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

c. Perusahaan unhedgers, variabel kepemilikan manajemen, Kepemilikan institusi dan


komite audit independen memiliki peran sebagai alat monitoring perusahaan di mata
pemangku kepentingan dan sebagai mekanisme monitoring perilaku oportunistik
manajer sehingga dapat mengurangi manajemen akrual.
d. Hal ini dapat dijadikan dasar untuk memberikan tambahan pada teori agensi (agency
theory) karena adanya perbedaan kepentingan antara principal dan agent. Adanya
teori akuntansi positif dan teori agensi ini yang menjadi dasar dalam mengatur
hubungan dalam bentuk kontrak efisien antara agen dan principal sehingga tidak
terjadi pemaksimalan kepentingan pada salah satu pihak dan dapat mengendalikan
risiko/volatilitas laba perusahaan.
Hasil penelitian ini dapat membuktikan bahwa perbedaan kepentingan
yang harus diatur tidak hanya dengan shareholder namun bagaimana memasukkan
kepentingan stakeholder dalam strategi perusahaan. Inti dari teori akuntansi positif
dan teori agensi adalah bagaimana mengatasi perbedaan kepentingan antara agen dan
principal, dimana tidak lagi terjadi pemaksimalan masing-masing pihak.

6.3 IMPLIKASI KEBIJAKAN


Hasil penelitian ini diharapkan memberi kontribusi kepada pihak manajemen
perusahaan, investor maupun calon investor dan juga pihak pemerintah. Implikasi ini
sangat penting karena untuk dapat mengatasi polemik antara kalangan pelaku usaha dan
pemerintah tentang perlunya mandatory dan payung hukum tentang aktivitas hedging
keuangan pada perusahaan unhedgers dan corporate governance, karena corporate
governance, sudah menjadi isu global dan mendapat perhatian luas dari kalangan pelaku
bisnis dan dunia usaha.
Pasar modal Indonesia semakin berkembang dan tetap menjadi daya tarik bagi
para investor baik investor lokal maupun investor internasional sehingga dapat
meningkatkan iklim investasi di Indonesia.

6.3.1 Implikasi Kebijakan bagi Perusahaan


Implikasi bagi perusahaan hedgers, variable kepemilikan institusional menurunkan
perilaku opportunistik manajemen akrual dan tidak menurunkan risiko/volatilitas laba,
karena kepemilikan institusi masih fokus sebagai alat monitoring perilaku opprtunistik
manajemen akrual. Komite audit independen dapat mengatasi risiko/volatilitas laba dan
meningkatkan kontrak efisien serta tidak memitigasi perilaku opportunistik manajemen
karena komite audit independen belum berfungsi secara efisien menurunkan manajemen
akrual. Kualitas audit dapat memitigasi perilaku opportunistik manajemen akrual tidak
menurunkan risiko/volatilitas laba perusahaan, karena manajemen masih fokus pada
persistensi peningkatan kinerja keuangan untuk tujuan kemamkmuran pemilik dan

97
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

kesejahteraan manajemen, seperti; bonus yang tinggi, penghindaran pajak dan biaya
politik.
Implikasi bagi Perusahaan unhedgers, kepemilikan institusi dan komite audit
independen dapat memitigasi perilaku opportunistik manajemen dan tidak mengatasi
risiko/volatilitas laba, karena kepemilikan institusional dan komite audit independen
berfungsi sebagai alat monitoring perilaku manajemen akrual dan kontrak efisien.
Variabel kualitas audit tidak mengatasi risiko/volatilitas laba dan tidak memitigasi
perilaku opportunistik manajemen, karena belum berfungsi sebagai alat monitoring.
Perusahaan perlu merumuskan strategi dalam pelaksanaan aktivitas hedging dan
corporate governance sesuai dengan karakteristik perusahaan dan lingkungan bisnis yang
dihadapi oleh perusahaan.

6.3.2 Implikasi Kebijakan bagi Investor


Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Aktivitas hedging dan corporate
governance mereduksi manajemen akrual yang menurunkan risiko/volatilitas laba..
Perusahaan melaksanakan hedging keuangan merupakan alat monitoring untuk
mengurangi prilaku opportunistik maanajemen akrual dan meningkatkan kontrak yang
efisien serta mereduksi risiko/volatilitas laba perusahaan dan sebagai sarana dalam
meraih keuntungan (profit centre). Hal ini dapat dijadikan acuan bagi investor untuk
mempertimbangkan perusahaan yang melaksanakan aktivitas hedging dan corporate
governance yang diproksi dalam kepemilikan manajemen dan komite audit independen
sebagai bagian yang diperhitungkan dalam pengambilan keputusan investasi, karena
perusahaan yang menerapkan hedging berarti memitigasi volatilitas laba perusahaan.

6.3.3 Implikasi Kebijakan bagi Pemerintah


Implementasi hasil kebijakan adalah berkenaan dengan besaran biaya yang harus
dikeluarkan oleh perusahaan, misalkan BUMN enggan melakukan hedging karena
khawatir dinilai merugikan negara. Oleh karena itu, kementerian BUMN menerbitkan
Peraturan Menteri BUMN Nomor PER-09/MBU/2013 tentang transaksi Lindung Nilai
yang dilansir 23 September 2013. PBI Nomor 15/8/PBI/2013, payung hukum bagi
BUMN untuk melakukan heging telah mencukupi.
Implikasi kebijakan bagi pihak perusahaan adalah bahwa perusahaan perlu
melaksanakan aktivitas hedging keuangan sebagai salah satu strategi perusahaan, karena
dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aktivitas hedging dan corporate governance
dapat menjadi mekanisme monitoring yang dapat mereduksi manjemen akrual yang pada
akhirnya dapat menurunkan volatilitas laba perusahaan. Sehingga dengan temuan ini
diharapkan perusahaan dapat merubah paradigma bahwa aktivitas hedging keuangan
hanya merupakan beban yang dapat mengurangi laba perusahaan, akan tetapi sebagai alat
monitoring untuk mengurangi prilaku opportunistik dan sarana kontrak efisien untuk

98
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

mengendalikan risiko/volatilitas laba.


Perusahaan dapat menggunakan acuan pelaksanaan hedging keuangan misalnya
dengan menerapkan lindung nilai sesuai dengan PSAK 55 dan FAS 39 yang wajib, yaitu
yang mengatur mengenai pelaksanaan aktivitas hedging dan akuntansi derivatif
keuangan. Dengan menggunakan acuan tersebut maka perusahaan memiliki standardisasi
kelayakan pewrusahaan hedgers, sehingga pelaksanaan aktivitas hedging dapat menjadi
keunggulan kompetitif perusahaan yang dapat memberikan implikasi positif pada
penurunan risiko/volatilitas laba perusahaan.

6.4 KETERBATASAN PENELITIAN


Penelitian ini belum mampu secara lengkap memberikan jawaban atas
permasalahan-permasalahan yang muncul berkaitan dengan fenomena yang terjadi
berkaitan dengan determinan volatilitas laba dimediasi oleh manajemen akrual pada
perusahaan hedgers dan unhedgers di Indonesia. Oleh karena itu penelitian ini masih
memiliki keterbatasan-keterbatasan yang dapat dijadikan sebagai peluang bagi kajian
penelitian selanjutnya.
Keterbatasan penelitian ini antara lain adalah data penelitian yaitu pada jumlah
sampel yang menggunakan perusahaan hedgers belum teridentifikasi sesuai dengan
karakteristik perusahaan keuangan dan non keuangan dari periode pengamatan 2008 -
2012, hanya sekitar kurang lebih 5 % perusahaan yang go publik yang melaksanakan
aktivitas hedging di Indonesia.
Keterbatasan berikutnya adalah pada proksi pengukur variabel yaitu yang hanya
menggunakan satu proksi pengukuran. Contohnya pada variabel manajemen akrual dalam
penelitian ini menggunakan proksi model jones (1991) dan modifikasi Decow (1995).
Pengukuran variable volatilitas laba menggunakan standar deviasi dari laba operasional.
Beberapa pengukuran lain seperti volatilitas saham harian dan lain-lain. Variabel kualitas
audit menggunakan akrual lancar dan beberapa pengukuran lainnya seperti; earning
surprise benchmark, spesialisasi industri dan karakteristik kualitas audit lainnya, seperti
fairness dan informativeness Sehingga dengan banyaknya proksi pengukuran perlu
dilakukan robust test untuk melihat konsistensi hasil penelitian apabila variabel
menggunakan proksi yang lain.
Keterbatasan lain adalah dalam penelitian ini memiliki nilai koefisien determinasi
yang masih cukup rendah untuk tiap pengujian hipotesis yaitu berada pada kisaran
dibawah 10%. Ini menggambarkan variabel exogen memberikan pengaruh yang rendah
terhadap variabel endogen. Oleh karena itu perlu dicari variasi model empiris penelitian
yang menggunakan proksi lain sehingga dapat memberikan hasil analisis penelitian yang
lebih akurat.

99
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

6.5 AGENDA PENELITIAN MENDATANG


Karena banyaknya keterbatasan dalam penelitian ini maka untuk mengatasinya
agenda penelitian mendatang (future research) diperlukan perbaikan dalam beberapa hal,
yaitu :
a. Perlu dilakukan pengujian dengan menggunakan beberapa proksi dalam model untuk
mengukur suatu variable utama, sehingga hasil dari pengujian hipotesis menjadi
akurat dan robust.
b. Periode penelitian yang lebih diperpanjang sehingga dapat memberikan gambaran
kondisi perusahaan, dimana semakin panjang periode penelitian dapat dilihat apakah
terjadi perubahan hasil hipotesis karena periode tertentu.
c. Aktivitas hedging keuangan yang dapat menjadi penelitian ini ditemukan hasil
bahwa aktivitas hedging diasumsikan merupakan komplementer pada perusahaan
unhedgers dan subsitusi bagi perusahaan hedgers. Aktivitas hedging sebagai
mekanisme monitoring, dimungkinkan pada penelitian mendatang aktivitas hedging
keuangan dan hedging operasional digunakan sebagai variabel exogen dan
moderator yang dapat mereduksi manajemen akrual dan menurunkan volatilitas laba,
sehingga dengan memposisikan keduanya sebagai variabel exogen dan moderator
akan diperoleh hasil yang mana pengekang perilaku oportunistik manager dan
kontrak efisien untuk menurunkan risiko/volatilitas laba.
d. Pengukuran variabel kualitas audit pada penelitian ini dengan akrual lancar dan
diharapkan pada penelitian mendatang menggunakan pengukuran lain, seperti; big6
dan non big6, earning surprise benchmark, spesialisasi industri dan karakteristik
kualitas audit lainnya, seperti fairness dan informativeness untuk mereduksi prilaku
opportunistik manajemen dan meningkatkan kontrak efisien.
e. Diharapkan pada penelitian mendatang memakai variable pemediasi dan selain
manajemen akrual, seperti; Kualitas laba akuntansi, regulasi hedging keuangan dan
operasional untuk mengatasi risiko/volatilitas laba.

100
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

101
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

DAFTAR PUSTAKA

Abumustafa, N. I., dan S. T. Al-Abduljader. 2011. Investigating the implications of


derivative securities in emerging stock markets: The Islamic perspective. Journal
of Derivatives & Hedge Funds 17 (2):115-121.

Allayannis, G., dan J. P. Weston. 2006. Earnings volatility, cashflow volatility, and rm
value. University of Virginia and Rice University working paper.

Amir, E., Y. Guan, dan D. Oswald. 2010. The effect of pension accounting on corporate
pension asset allocation. Review of accounting studies 15 (2):345-366.

Asrida, P. D. 2011. Pengaruh Keberadaan Komite Audit pada Hubungan Positif Risiko
Perusahaan dengan Konservatisma Akuntansi.

Baker, T. A., D. L. Collins, dan A. L. Reitenga. 2009. Incentives and Opportunities to


Manage Earnings around Option Grants*. Contemporary Accounting Research
26 (3):649-672.

Balsam, S., E. Bartov, dan C. Marquardt. 2002. Accruals management, investor


sophistication, and equity valuation: Evidence from 10–Q filings. Journal of
Accounting Research 40 (4):987-1012.

Barclay, M. J., C. G. Holderness, dan J. Pontiff. 1993. Private benefits from block
ownership and discounts on closed-end funds. Journal of Financial Economics
33 (3):263-291.

Barney, J. B., dan M. H. Hansen. 1994. Trustworthiness as a source of competitive


advantage. Strategic Management Journal 15 (S1):175-190.

Barnhart, S. W., dan S. Rosenstein. 1998. Board Composition, Managerial Ownership


and Firm Performance: An Empirical Analysis, 33 FIN. REV. I.

Baron, R. M., dan D. A. Kenny. 1986. The moderator–mediator variable distinction in


social psychological research: Conceptual, strategic, and statistical
considerations. Journal of personality and social psychology 51 (6):1173.

102
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

Barragato, C., dan A. Markelevich. 2003. Earnings Quality Following Corporate


Acquisitions. Paper read at American Accounting Association 2004 Mid Atlantic
Region Annual Meeting.

Barth, M. E., W. R. Landsman, dan M. H. Lang. 2008. International accounting standards


and accounting quality. Journal of Accounting Research 46 (3):467-498.

Barton, J. 2001. Does the use of financial derivatives affect earnings management
decisions? The Accounting Review 76 (1):1-26.

Bartram, S. M., G. W. Brown, dan J. Conrad. 2011. The effects of derivatives on firm risk
and value. Journal of Financial and Quantitative Analysis 46 (04):967-999.

Bartram, S. M., S. J. Taylor, dan Y.-H. Wang. 2007. The Euro and European financial
market dependence. Journal of banking & Finance 31 (5):1461-1481.

Baskoro, M. P., dan R. Wardhani. 2014. Analisis Pengaruh Volatilitas Laba Dan
Manajemen Laba Riil Dan Akrual Terhadap Kebijakan Investasi.

Beasley, M., D. Pagach, dan R. Warr. 2008. Information conveyed in hiring


announcements of senior executives overseeing enterprise-wide risk management
processes. Journal of Accounting, Auditing & Finance 23 (3):311-332.

Beaver, W., dan M. Venkatachalam. 2003. Differential pricing of components of bank


loan fair values. Journal of Accounting, Auditing & Finance 18 (1):41-68.

Becker, C. L. D., Mark L Jiambalvo, James Subramanyam, KR. 1998. The effect of audit
quality on earnings management. INTERNATIONAL REVIEWS OF
IMMUNOLOGY 16:1-24.

Bedard, J., S. M. Chtourou, dan L. Courteau. 2004. The effect of audit committee
expertise, independence, and activity on aggressive earnings management.
Auditing: A Journal of Practice & Theory 23 (2):13-35.

Bergstresser, D., dan T. Philippon. 2006. CEO incentives and earnings management.
Journal of Financial Economics 80 (3):511-529.

103
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

Black, H. R., W. J. Elliott, G. Grandits, P. Grambsch, T. Lucente, W. B. White, J. D.


Neaton, R. H. Grimm Jr, L. Hansson, dan Y. Lacourcière. 2003. Principal results
of the controlled onset verapamil investigation of cardiovascular end points
(CONVINCE) trial. Jama 289 (16):2073-2082.

Boediono, G. S. 2005. Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate Governance


dan Dampak Manajemen Laba dengan Menggunakan Analisis Jalur. Simposium
Nasional Akuntansi VIII:172-189.

Brailsford, T., K. Corrigan, dan R. Heaney. 2001. A comparison of measures of hedging


effectiveness: a case study using the Australian All Ordinaries Share Price Index
Futures contract. Journal of Multinational Financial Management 11 (4):465-
481.

Bushee, B. J. 1998. The influence of institutional investors on myopic R&D investment


behavior. Accounting Review:305-333.

Bushee, B. J., dan C. F. Noe. 2000. Corporate disclosure practices, institutional investors,
and stock return volatility. Journal of Accounting Research:171-202.

Campbell, T. S., dan W. A. Kracaw. 1991. Intermediation and the market for interest rate
swaps. Journal of Financial Intermediation 1 (4):362-384.

Chang, C.-Y., J.-Y. Lai, dan I.-Y. Chuang. 2010. Futures hedging effectiveness under the
segmentation of bear/bull energy markets. Energy Economics 32 (2):442-449.

Chariri, A., dan S. K. S. Hendro. 2010. Menguji Kualitas Standar Akuntansi Hasil Adopsi
IFRS: Studi Empiris pada PSAK No. 55 (Revisi 2006). Simposium Nasional
Akuntansi.

Ching, K. M., M. Firth, dan O. M. Rui. 2006. Earnings management, corporate


governance and the market performance of seasoned equity offerings in Hong
Kong. Journal of Contemporary Accounting & Economics 2 (1):73-98.

Chowdhry, B. 1995. Corporate hedging of exchange risk when foreign currency cash
flow is uncertain. Management Science 41 (6):1083-1090.

Chung, R., M. Firth, dan J.-B. Kim. 2002. Institutional monitoring and opportunistic
earnings management. Journal of corporate finance 8 (1):29-48.

104
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

Cornett, M. M., J. J. McNutt, dan H. Tehranian. 2009. Corporate governance and


earnings management at large US bank holding companies. Journal of corporate
finance 15 (4):412-430.

COSO’s, E. 2004. Enterprise Risk Management.

Damodaran, A. 2007. Strategic risk taking: a framework for risk management: Pearson
Prentice Hall.

Darmawati, D. 2003. Corporate Governance dan Manajemen Laba: Suatu Studi Empiris.
Jurnal Bisnis dan Akuntansi 5 (1):47-68.

Daryatno, A. 2004. Pengaruh Corporate Governance pada Nilai Perusahaan dengan


Manajemen Laba sebagai Variabel Intervening. Simposium Nasional Akuntansi
VII Denpasar Bali:2-3.

Davidson, W. N., P. Jiraporn, Y. S. Kim, dan C. Nemec. 2004. Earnings management


following duality-creating successions: Ethnostatistics, impression management,
and agency theory. Academy of Management journal 47 (2):267-275.

DeAngelo, L. E. 1986. Accounting numbers as market valuation substitutes: A study of


management buyouts of public stockholders. Accounting Review:400-420.

Dechow, P. M., A. P. Hutton, J. H. Kim, dan R. G. Sloan. 2011. Detecting Earnings


Management: A New Approach.

Dechow, P. M., R. G. Sloan, dan A. P. Sweeney. 1995. Detecting earnings management.


Accounting Review:193-225.

———. 1996. Causes and consequences of earnings manipulation: An analysis of firms


subject to enforcement actions by the sec*. Contemporary Accounting Research
13 (1):1-36.

DeMarzo, P. M., dan D. Duffie. 1995. Corporate incentives for hedging and hedge
accounting. Review of Financial Studies 8 (3):743-771.

Demsetz, H., dan B. Villalonga. 2001. Ownership structure and corporate performance.
Journal of corporate finance 7 (3):209-233.

105
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

Djakman, C. D. 2003. Manajemen Laba dan Pengaruh Kebijakan Multi Papan Bursa Efek
Jakarta. Makalah disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi VI di
Surabaya:16-17.

Dubois, É., P. Heymans, N. Mayer, dan R. Matulevičius. 2010. A systematic approach to


define the domain of information system security risk management. In Intentional
Perspectives on Information Systems Engineering: Springer, 289-306.

Dul Muid, D. M. N., Catur. 2005. Pengaruh Manajemen Laba terhadap Reaksi Pasar dan
Risiko Investasi Pada perusahaan Publik di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Akuntansi
dan Auditing (JAA) 1 (Nomor 1):139-161.

Dye, R. A. 1988. Earnings management in an overlapping generations model. Journal of


Accounting Research:195-235.

Easterbrook, F. H. 1984. Two agency-cost explanations of dividends. The American


Economic Review:650-659.

Ebrahim, A. 2007. Earnings management and board activity: an additional evidence.


Review of Accounting and Finance 6 (1):42-58.

Egelhoff, W. G., J. Wolf, dan M. Adzic. 2013. Designing Matrix Structures to Fit MNC
Strategy. Global Strategy Journal 3 (3):205-226.

Epps, R. W., dan T. H. Ismail. 2009. Board of directors' governance challenges and
earnings management. Journal of Accounting & Organizational Change 5
(3):390-416.

Farber, D. B. 2005. Restoring trust after fraud: Does corporate governance matter? The
Accounting Review 80 (2):539-561.

Farida, Y. N., Y. Prasetyo, dan E. Herwiyanti. 2010. Pengaruh Penerapan Corporate


Governance terhadap Timbulnya Earnings Management dalam Menilai Kinerja
Keuangan pada Perusahaan Perbankan di Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi
12 (2):69-80.

Farrell, M. J. 1957. The measurement of productive efficiency. Journal of the Royal


Statistical Society. Series A (General):253-290.

106
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

Feng, M., M. Terziovski, dan D. Samson. 2007. Relationship of ISO 9001: 2000 quality
system certification with operational and business performance: A survey in
Australia and New Zealand-based manufacturing and service companies. Journal
of Manufacturing Technology Management 19 (1):22-37.

Ferreira, M. A., dan P. A. Laux. 2007. Corporate governance, idiosyncratic risk, and
information flow. The Journal Of Finance 62 (2):951-989.

Fields, T. D., T. Z. Lys, dan L. Vincent. 2001. Empirical research on accounting choice.
Journal of accounting and economics 31 (1):255-307.

Firdaus, Y. 2008. Mekanisme corporate governance untuk mengantisipasi terjadinya


manajemen laba, Widya Mandala Catholic University Surabaya.

Fischer, M., dan K. Rosenzweig. 1995. Attitudes of students and accounting practitioners
concerning the ethical acceptability of earnings management. Journal of Business
Ethics 14 (6):433-444.

Fitri, I., dan M. M. Hanafi. 2003. Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institutional,


Risiko, Kebijakan Hutang dan Kebijakan Dividen: Analisis Persamaan Simultan.
Simposium Nasional Akuntansi VI.

Fraser, J., dan B. Simkins. 2009. Enterprise risk management: Today's leading research
and best practices for tomorrow's executives. Vol. 3: John Wiley & Sons.

Frestad, D. 2009. Why most firms choose linear hedging strategies. Journal of Financial
Research 32 (2):157-167.

Froot, K. A. 1993. Currency hedging over long horizons: National Bureau of Economic
Research.

Froot, K. A., dan J. C. Stein. 1998. Risk management, capital budgeting, and capital
structure policy for financial institutions: an integrated approach. Journal of
Financial Economics 47 (1):55-82.

Fudenberg, D., dan J. Tirole. 1995. A theory of income and dividend smoothing based on
incumbency rents. Journal of Political economy:75-93.

107
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

Gadmor, S. M. 2006. Hedging with derivatives in the oil industry, Simon Fraser
University.

Garcia, P., J.-S. Roh, dan R. M. Leuthold. 1995. Simultaneously determined, time-
varying hedge ratios in the soybean complex. Applied Economics 27 (12):1127-
1134.

Garfinkel, J. A., dan K. W. Hankins. 2011. The role of risk management in mergers and
merger waves. Journal of Financial Economics 101 (3):515-532.

Ghozali, I. 2014. An Efficiency Determinant of Banking Industry in Indonesia. Research


Journal of Finance and Accounting 5 (3):18-26.

Ghozali, I., dan H. Latan. 2012. Partial Least Square Konsep, Teknik, Dan Aplikasi
Menggunakan Program SmartPLS 2.0 M3. Badan Penerbit UNDIP, Semarang.

Glaum, M., dan A. Klöcker. 2011. Hedge accounting and its influence on financial
hedging: when the tail wags the dog. Accounting and Business Research 41
(5):459-489.

Graham, J. R., dan D. A. Rogers. 2002. Do firms hedge in response to tax incentives? The
Journal Of Finance 57 (2):815-839.

Guay, W., dan S. P. Kothari. 2003. How much do firms hedge with derivatives? Journal
of Financial Economics 70 (3):423-461.

Guay, W. R. 1999. The impact of derivatives on firm risk: An empirical examination of


new derivative users. Journal of accounting and economics 26 (1):319-351.

Gumanti, T. A. 2004. Earnings Management: Suatu Telaah Pustaka. Jurnal Akuntansi


Dan Keuangan 2 (2):pp. 104-115.

Hankins, K. W. 2011. How do financial firms manage risk? Unraveling the interaction of
financial and operational hedging. Management Science 57 (12):2197-2212.

Hardianto, E. B. 2013. Pengaruh Risiko Manipulasi Laba, Risiko Corporate Governance


Dan Risiko Auditor Tenure Terhadap Perencanaan Audit (Studi Empiris Pada
Akuntan Publik Di Kap Se-Jawa Timur).

108
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

Hazarika, S., J. M. Karpoff, dan R. Nahata. 2012. Internal corporate governance, CEO
turnover, and earnings management. Journal of Financial Economics 104 (1):44-
69.

Healy, P. 1996. Discussion of a market-based evaluation of discretionary accrual models.


Journal of Accounting Research:107-115.

Healy, P. M., dan K. G. Palepu. 1990. Effectiveness of accounting-based dividend


covenants. Journal of accounting and economics 12 (1):97-123.

Healy, P. M., dan J. M. Wahlen. 1999. A review of the earnings management literature
and its implications for standard setting. Accounting Horizons 13 (4):365-383.

Hentschel, L., dan S. P. Kothari. 2001. Are corporations reducing or taking risks with
derivatives? Journal of Financial and Quantitative Analysis 36 (01):93-118.

Herawati, Y. 2002. Perbandingan penerapan PSAK No. 39 dan peraturan perpajakan


untuk aktiva yang dibiayai secara build, operate and transfer (BOT), Petra
Christian University.

Herusetya, A. 2011. Efektifitas Pelaksanaan Corporate Governance dan Audit Eksternal


Auditor dengan Spesialisasi Industri dalam Menghambat Manajemen Laba.
Jurnal Akuntansi & Auditing Indonesia 13 (2).

Hoitash, R., A. Markelevich, dan C. A. Barragato. 2007. Auditor fees and audit quality.
Managerial Auditing Journal 22 (8):761-786.

Hoyt, R. E., dan A. P. Liebenberg. 2011. The value of enterprise risk management.
Journal of Risk and Insurance 78 (4):795-822.

Hunt, A., S. Moyer, dan T. Shevlin. 2000. Earnings volatility, earnings management, and
equity value. Unpublished working paper. University of Washington.

IAI. 2012. Standar Akuntansi Keuangan: Per 1 Juni 2012.

Iatridis, G. 2012. Hedging and earnings management in the light of IFRS implementation:
Evidence from the UK stock market. The British Accounting Review 44 (1):21-
35.

109
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

Indriyani, E. 2015. Analisis Penerapan PSAK 50/55/60 (Revisi 2011) Atas Cadangan
Kerugian Penurunan Nilai Piutang Pada Perusahaan Perbankan Milik Negara
Tahun 2012-2013. Jurnal Ilmiah Universitas Bakrie 3 (02).

Intrisano, C. 2012. How Firm Can Hedge from Currency Risk. China-USA Business
Review 11 (9):1295-1306.

Ismal, R. 2006. Indonesian bond market: redemption in August–December 2005. Bulletin


of Economy, Monetary and Banking 9.

Jayaraman, S. 2008. Earnings volatility, cash flow volatility, and informed trading.
Journal of Accounting Research 46 (4):809-851.

Jensen, M. C. 1986. Agency cost of free cash flow, corporate finance, and takeovers.
Corporate Finance, and Takeovers. American Economic Review 76 (2).

Jensen, M. C. 2005. Agency Costs Of Overvalued Equity. In Center For Publ Ic


Leadership. Amerika Serikat.

Jensen, M. C., dan W. H. Meckling. 1976. Theory Of The Firm: Managerial Behavior,
Agency Costs And Ownership Structure. Journal of Financial Economics 3
(4):305-360.

Jensen, M. C., dan W. H. Meckling. 1992. Specific and general knowledge and
organizational structure.

———. 1999. Freedom, Capitalism and Human Behavior Chapter 4: Capitalism.


Harvard Business School NOM Unit Working Paper (1999).

Jiang, W., dan A. Anandarajan. 2009. Shareholder rights, corporate governance and
earnings quality: The influence of institutional investors. Managerial Auditing
Journal 24 (8):767-791.

Jin, Y., dan P. Jorion. 2007. Does hedging increase firm value? Evidence from the gold
mining industry. In Working Paper, California State University-Northridge and
University of California-Irvine.

Jones, J. J. 1991. Earnings management during import relief investigations. Journal of


Accounting Research:193-228.

110
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

Kamily, M. H. 2013. Dampak Laba Akuntansi Terhadap Pembagian Dividen Kas Pada
Perusahaan Perkebunan Yang Telah Go Public Di Bursa Efek Indonesia.

Keroshinta, R., dan P. Suwardjono. 2013. Pengaruh Penilaian Kinerja Keuangan


Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Likuiditas Saham Sebagai Variabel
Pemoderasi, Universitas Gadjah Mada.

Kirschenheiter, M., dan N. D. Melumad. 2002. Can “Big Bath” and Earnings Smoothing
Co‐exist as Equilibrium Financial Reporting Strategies? Journal of Accounting
Research 40 (3):761-796.

Klein, A. 2002. Audit committee, board of director characteristics, and earnings


management. Journal of accounting and economics 33 (3):375-400.

Köck, M., dan A. Paramythis. 2011. Activity sequence modelling and dynamic clustering
for personalized e-learning. User Modeling and User-Adapted Interaction 21 (1-
2):51-97.

Koh, P.-S. 2007. Institutional investor type, earnings management and benchmark
beaters. Journal of Accounting and Public Policy 26 (3):267-299.

Koh, P.-S., dan G. C. Hsu. 2005. Does the presence of institutional investors influence
accruals management? Evidence from Australia. Corporate Governance: An
International Review 13 (6):809-823.

Kole, S. R. 1995. Measuring managerial equity ownership: a comparison of sources of


ownership data. Journal of corporate finance 1 (3):413-435.

Kuang, Y. F. 2008. Performance‐vested Stock Options and Earnings Management*.


Journal of Business Finance & Accounting 35 (9‐10):1049-1078.

Kuersten, W., dan R. Linde. 2011. Corporate hedging versus risk-shifting in financially
constrained firms: The time-horizon matters! Journal of corporate finance 17
(3):502-525.

Kulatilaka, N., dan A. J. Marcus. 1994. Valuing employee stock options. Financial
Analysts Journal 50 (6):46-56.

111
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

Kumbhakar, S. C., dan C. K. Lovell. 2003. Stochastic frontier analysis: Cambridge


University Press.

Lambert, R. A. 2001. Contracting theory and accounting. Journal of accounting and


economics 32 (1):3-87.

Lang, M. H., dan M. F. McNichols. 1997. Institutional trading and corporate earnings and
returns.

Latan, H., dan I. Ghozali. 2012. Partial Least Square Konsep, Metode dan Aplikasi
Menggunakan Program WarpPLS 2.0. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Semarang.

Lee, S. W. 2008. Ownership structure, regulation, and bank risk-taking: evidence from
Korean banking industry. Investment Management and Financial Innovations
5:70-74.

Leland, H. E. 1998. Agency Costs, Risk Management, and Capital Structure (Digest
Summary). Journal of finance 53 (4):1213-1243.

———. 2007. Comments on “Hedging errors with Leland's option model in the presence
of transactions costs”. Finance Research Letters 4 (3):200-202.

Liang, P. J. 2004. Equilibrium earnings management, incentive contracts, and accounting


standards*. Contemporary Accounting Research 21 (3):685-718.

Lin, J. W., dan M. I. Hwang. 2010. Audit quality, corporate governance, and earnings
management: A meta‐analysis. International Journal of Auditing 14 (1):57-77.

Ludigdo, U. 2006. Strukturasi Praktik Etika di Kantor Akuntan Publik: Sebuah Studi
Interpretif. SNA IX Padang:23-28.

Lupitasari, D. M., Marsono. 2013. Pengaruh Diversifikasi Operasional Dan Diversifikasi


Geografis Terhadap Manajemen Laba (Studi Pada Perusahaan Pertambangan Dan
Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2011), Fakultas
Ekonomika dan Bisnis.

112
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

Lynch, A. L., U. S. Murthy, dan T. J. Engle. 2009. Fraud Brainstorming Using Computer-
Mediated Communication: The Effects Of Brainstorming Technique And
Facilitation The Accounting Review 84 (4):1209-1232.

Magrath, L., dan L. G. Weld. 2002. Abusive earnings management and early warning
signs. CPA JOURNAL 72 (8):50-54.

Manry, D. L., T. J. Mock, dan J. L. Turner. 2008. Does increased audit partner tenure
reduce audit quality? Journal of Accounting, Auditing & Finance 23 (4):553-572.

McConnell, J. J., dan H. Servaes. 1995. Equity ownership and the two faces of debt.
Journal of Financial Economics 39 (1):131-157.

McKenzie, M. D., T. J. Brailsford, dan R. W. Faff. 2000. New insights into the impact of
the introduction of futures trading on stock price volatility: CFA Institute.

McShane, M. K., A. Nair, dan E. Rustambekov. 2011. Does enterprise risk management
increase firm value? Journal of Accounting, Auditing & Finance 26 (4):641-658.

Merrick, J. J., N. Y. Naik, dan P. K. Yadav. 2005. Strategic trading behavior and price
distortion in a manipulated market: anatomy of a squeeze. Journal of Financial
Economics 77 (1):171-218.

Mian, S. L. 1996. Evidence on corporate hedging policy. Journal of Financial and


Quantitative Analysis 31 (3).

Midiastuty, P. P., dan M. u. Machfoedz. 2003. Analisis Hubungan Mekanisme Corporate


Governance dan Indikasi Manajemen Laba: Simposium Nasional Akuntansi
(SNA) VI, Surabaya.

Morck, R., D. Wolfenzon, dan B. Yeung. 2004. Corporate governance, economic


entrenchment and growth: National Bureau of Economic Research.

Muid, D., dan C. Nanang. 2005. Pengaruh Manajemen Laba terhadap Reaksi Pasar dan
Risiko Investasi Pada perusahaan Publik di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Akuntansi
dan Auditing (JAA) 1 (Nomor 1):139-161.

113
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

Mulyaningsih, M. 2013. Analisis Mekanisme Corporate Governance Dan Manajemen


Laba Pada Perusahaan Go Publik Yang Terdaftar Pada Jakarta Islamic Index,
Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Muth, M. M., dan L. Donaldson. 1998. Stewardship theory and board structure: A
contingency approach. Corporate governance 6 (1):5-28.

Myers, J. N., L. A. Myers, dan T. C. Omer. 2003. Exploring the term of the auditor-client
relationship and the quality of earnings: A case for mandatory auditor rotation?
The Accounting Review 78 (3):779-799.

Myers, S. C., dan N. S. Majluf. 1984. Corporate financing and investment decisions when
firms have information that investors do not have. Journal of Financial
Economics 13 (2):187-221.

Nagata, K. 2013. Does earnings management lead to favorable IPO price formation or
further underpricing? Evidence from Japan. Journal of Multinational Financial
Management 23 (4):301-313.

Nance, D. R., C. W. Smith Jr, dan C. W. Smithson. 1993. On the determinants of


corporate hedging. Journal of finance:267-284.

Nguyen, H., dan R. Faff. 2010. Are firms hedging or speculating? The relationship
between financial derivatives and firm risk. Applied Financial Economics 20
(10):827-843.

Nguyen, H., R. Faff, dan A. Hodgson. 2010. Corporate usage of financial derivatives,
information asymmetry, and insider trading. Journal of futures markets 30 (1):25-
47.

Nguyena, H., dan R. Faff. 2010. Are Firms Hedging Or Speculating? The Relationship
Between Financial Derivatives And Firm Risk. Applied Financial Economics
20:827–843.

Ningsaptiti, R. H., Tahrir. 2010. Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Mekanisme
Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba (Studi Empiris Pada
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bei Tahun 2006-2008), Perpustakaan
FE UNDIP.

114
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

Nocco, B. W., dan R. M. Stulz. 2006. Enterprise risk management: theory and practice.
Journal of Applied Corporate Finance 18 (4):8-20.

Novita, D. I., P. Boolchand, M. Malki, dan M. Micoulaut. 2009. Elastic flexibility, fast-
ion conduction, boson and floppy modes in AgPO3–AgI glasses. Journal of
Physics: Condensed Matter 21 (20):205106.

Nuringsih, K. 2010. Pengaruh Profitabilitas, Kebijakan Hutang dan Kepemilikan


Institusional Terhadap Kepemilikan Manajerial dan Pengaruhnya Terhadap
Risiko. Jurnal Bisnis dan Akuntansi 12 (1):17-28.

Nuryaman, N., R. Rusmin, dan J. N. Ginting. 2012. Pengaruh Struktur Kepemilikan dan
Kualitas Audit terhadap Manajemen Laba. Jurnal Akuntansi FE Untar 14 (2).

Ofek, E., dan D. Yermack. 2000. Taking stock: Equity‐based compensation and the
evolution of managerial ownership. The Journal Of Finance 55 (3):1367-1384.

Oktafia, Y. 2013. Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba. EL-
MUHASABA.

Oktavia, O. 2011. Peralataan Laba dan Kaitannya dengan Nilai Perusahaan. Akuntansi
Krida Wacana 11 (2).

Osma, B. G., dan B. G. d. A. Noguer. 2007. The effect of the board composition and its
monitoring committees on earnings management: Evidence from Spain.
Corporate Governance: An International Review 15 (6):1413-1428.

Palea, V., dan R. Maino. 2013. Private equity fair value measurement: a critical
perspective on IFRS 13. Australian Accounting Review 23 (3):264-278.

Peasnell, K. V., P. Pope, dan S. Young. 2000. Accrual management to meet earnings
targets: UK evidence pre-and post-Cadbury. The British Accounting Review 32
(4):415-445.

Peasnell, K. V., P. F. Pope, dan S. Young. 2005. Board monitoring and earnings
management: do outside directors influence abnormal accruals? Journal of
Business Finance & Accounting 32 (7‐8):1311-1346.

115
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

Phung, A. 2014. Behavioral Finance: Key Concepts—Mental Accounting. Investopedia.


com, available at www. investopedia.
com/university/behavioral_finance/behavioral5. asp.

Pillania, R. K., dan M. Aluchna. 2009. Does good corporate governance matter? Best
practice in Poland. Management Research News 32 (2):185-198.

Pincus, M., dan S. Rajgopal. 2002a. The Interaction Between Accrual Management And
Hedging: Evidence From Oil And Gas Firms. The Accounting Review 77
(1):127–160.

———. 2002b. The interaction between accrual management and hedging: Evidence
from oil and gas firms. The Accounting Review 77 (1):127-160.

Piot, C., dan R. Janin. 2007. External auditors, audit committees and earnings
management in France. European accounting review 16 (2):429-454.

Pollet, J. M., dan M. Wilson. 2010. Average correlation and stock market returns. Journal
of Financial Economics 96 (3):364-380.

Potter, J. 1995. The Role of the Institutional Shareholders’ Committee. Corporate


Governance & Corporate Control:283.

Pujilestari, R., dan A. Herusetya. 2013. Pengaruh Kualitas Audit Terhadap Manajemen
Laba Transaksi Real-Pengakuan Pendapatan Strategis. Jurnal Akuntansi Dan
Keuangan 15 (2):75-85.

Rachmawati, A., dan H. Triatmoko. 2007. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi


kualitas laba dan nilai perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi X:1-26.

Rajgopal, S., M. Venkatachalam, dan J. J. Jiambalvo. 1999. Is institutional ownership


associated with earnings management and the extent to which stock prices reflect
future earnings? Available at SSRN 163433.

Ross, S. A. 1997. Hedging long run commitments: Exercises in incomplete market


pricing. ECONOMIC NOTES-SIENA-:385-420.

Rountree, B., J. P. Weston, dan G. Allayannis. 2008. Do investors value smooth


performance? Journal of Financial Economics 90 (3):237-251.

116
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

Rustiarini. 2013. Komite Audit Dan Kualitas Audit : Kajian Berdasarkan Karakteristik,
Kompetensi Aktivitas Komite Audit: Research Internal Universitas Mahasaraswati
Denpasar.

Sabbaghi, O. 2011. Asymmetric volatility and trading volume: The G5 evidence. Global
Finance Journal 22 (2):169-181.

Schipper, K., dan L. Vincent. 2003. Earnings quality. Accounting Horizons 17:97.

Schizer, D. M. 2000. Executives and hedging: The fragile legal foundation of incentive
compatibility. Columbia Law Review:440-504.

Schrand, C., dan H. Unal. 1998. Hedging and coordinated risk management: Evidence
from thrift conversions. The Journal Of Finance 53 (3):979-1013.

Schroeder, R. G., M. W. Clark, dan J. M. Cathey. 2011. Financial accounting theory and
analysis: text and cases: John Wiley and Sons.

Scott, W. R. 2009. Financial Accounting Theory. 5th ed: Prentice Hall, NJ.

Scott, W. R. 2014. Financial accounting theory: Pearson Education Canada.

Setia-Atmaja, L., J. Haman, dan G. Tanewski. 2011. The role of board independence in
mitigating agency problem II in Australian family firms. The British Accounting
Review 43 (3):230-246.

Shleifer, A., dan R. W. Vishny. 1989. Management entrenchment: The case of manager-
specific investments. Journal of Financial Economics 25 (1):123-139.

———. 1997. A survey of corporate governance. The Journal Of Finance 52 (2):737-


783.

Shunko, M., L. Debo, L. Nan, dan N. Secomandi. 2010. Optimal Managerial


Compensation and Financial Hedging in Commodity Procurement.

Siahaan, H. 2009. Manajemen Risiko pada Perusahaan dan Birokrasi.

Siallagan, H., dan M. u. Machfoedz. 2006. Mekanisme Corporate Governance, Kualitas


Laba dan Nilai Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi IX 60.

117
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

Sinaga, D. M., dan I. Ghozali. 2012. Analisis Pengaruh Audit Tenure, Ukuran KAP dan
Ukuran Perusahaan Klien terhadap Kualitas Audit, Fakultas Ekonomika dan
Bisnis.

Siregar, S. V., dan S. Utama. 2008. Type of earnings management and the effect of
ownership structure, firm size, and corporate-governance practices: Evidence
from Indonesia. The International Journal of Accounting 43 (1):1-27.

Smith, C. W., dan R. M. Stulz. 1985. The determinants of firms' hedging policies.
Journal of Financial and Quantitative Analysis 20 (04):391-405.

Smith, P. A., dan M. J. Kohlbeck. 2008. Accounting For Derivatives And Hedging
Activities: Comparison Of Cash Flow Versus Fair Value Hedge Accounting.
Issues In Accounting Education 23 (1):103–117.

Stanley, J., F. Todd De Zoort, dan G. Taylor. 2009. The association between insider
trading surrounding going concern audit opinions and future bankruptcy.
Managerial Auditing Journal 24 (3):290-312.

Stubben, S. R. 2010. Discretionary revenues as a measure of earnings management. The


Accounting Review 85 (2):695-717.

Stulz, R. M. 1984. Optimal hedging policies. Journal of Financial and Quantitative


Analysis 19 (02):127-140.

———. 1996. Rethinking risk management. Journal of Applied Corporate Finance 9


(3):8-25.

Subramaniam, N., L. McManus, dan J. Zhang. 2009. Corporate governance, firm


characteristics and risk management committee formation in Australian
companies. Managerial Auditing Journal 24 (4):316-339.

Sulistyanto, S. 2008. Manajemen Laba “Teori dan Empiris: PT Gramedia, Widiasarana


Indonesia, Jakarta.

Sumarna, A. 2003. Sarjana Akuntansi dan Potensi yang Perlu Digali. Media
Akuntansi:17.

Sunaryo, T. 2007. Manajemen Risiko Finansial: Penerbit Salemba.

118
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

Tandelilin, E. 2010. Portofolio dan Investasi: Teori dan Aplikasi.

Tangjitprom, N. 2013. The role of corporate governance in reducing the negative effect of
earnings management. International Journal of Economics and Finance 5 (3).

Teoh, S. H., dan T. Wong. 1993. Perceived auditor quality and the earnings response
coefficient. Accounting Review:346-366.

Ujiyantho, M. A., dan B. A. Pramuka. 2007. Mekanisme Corporate Governance,


Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan. Simposium Nasional Akuntansi X:26-
28.

Utomo, L. L. 2004. Instrumen Derivatif: Pengenalan Dalam Strategi Manajemen Risiko


Perusahaan. Jurnal Akuntansi Dan Keuangan 2 (1):pp. 53-68.

Van Mieghem, J. A. 2007. Risk mitigation in newsvendor networks: Resource


diversification, flexibility, sharing, and hedging. Management Science 53
(8):1269-1288.

———. 2011. Risk Management and Operational Hedging: An Overview. Chap 1:1-35.

Veronica, S., Y. S. Bachtiar, dan K. adalah stafpengajar di Departemen Akuntansi. 2005.


The Role of Corporate Governance in Preventing Misstated Financial Statement.
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia 2 (1):159-173.

Wahidahwati, W. 2002. Pengaruh Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan Institusional


pada Kebijakan Hutang Perusahaan: Sebuah Perspektif Theory Agency. The
Indonesian Journal of Accounting Research 5 (1).

Wang, J.-L., H.-J. Sheu, H. Chung, dan 王若蓮. 2011. Corporate governance reform and
earnings management. Investment Management and Financial Innovations 8 (4).

Warfield, T. D., J. J. Wild, dan K. L. Wild. 1995. Managerial ownership, accounting


choices, and informativeness of earnings. Journal of accounting and economics
20 (1):61-91.

Watts, R. L., dan J. L. Zimmerman. 1986. Positive accounting theory.

119
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

———. 1990. Positive accounting theory: a ten year perspective. Accounting


Review:131-156.

Wedari, L. K. 2004. Analisis pengaruh proporsi Dewan Komisaris dan keberadaan


Komite Audit terhadap aktivitas manajemen laba pada perusahaan publik di
Indonesia, Universitas Gadjah Mada.

Widagdo, R., S. Lesmana, dan S. A. Irwandi. 2002. Analisis Pengaruh atribut-atribut


kualitas Audit terhadap kepuasan Klien. Dalam Simposium Nasional Akuntansi 5.

Widanaputra, A., dan G. Putu. 2007. Pengaruh Konflik Antara Pemegang Saham dan
Manajemen Mengenai Kebijakan Dividen Terhadap Konservatisma Akuntansi.
Disertasi Program Doktor Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Gajah
Mada, Yogyakarta.

Williams, P. F. 1989. The logic of positive accounting research. Accounting,


Organizations and Society 14 (5):455-468.

Williamson, O. E. 1979. Transaction-cost economics: the governance of contractual


relations. Journal of law and economics:233-261.

Windah, G. C., dan F. A. Andono. 2013. Pengaruh Penerapan Corporate Governance


Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Hasil Survei The Indonesian Institute
Perception Governance (IICG) Periode 2008-2011. CALYPTRA: Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Universitas Surabaya 2 (1).

Xie, B., W. N. Davidson, dan P. J. DaDalt. 2003. Earnings management and corporate
governance: the role of the board and the audit committee. Journal of corporate
finance 9 (3):295-316.

Yatim, P. 2010. Board structures and the establishment of a risk management committee
by Malaysian listed firms. Journal of Management & Governance 14 (1):17-36.

Yi, C. H., dan J.-B. B. Kim. 2005. Ownership structure, business group affiliation, listing
status, and earnings management: Evidence from Korea. Business Group
Affiliation, Listing Status, and Earnings Management: Evidence from Korea
(January 2005).

120
DETERMINAN MANAJEMEN AKRUAL DAN VOLATILITAS LABA PADA PERUSAHAAN
HEDGERS & UNHEDGERS (Perspektif Opportunistik dan Kontrak Efisien)
Syahril Djaddang

Yovita, F. M. U., Dwi Cahyo. 2011. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli
Daerah, Dan Dana Alokasi Umum Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja
Modal (Studi Empiris Pada Pemerintah Provinsi Se Indonesia Periode 2008–
2010), Universitas Diponegoro.

Yudhistira, T. 2014. Optimal Hedge Ratio Dan Efektivitas Hedging: Aplikasi Pada
Turkdex-Bist 30 Index Futures Contract Dan Turkdex-Bist 100 Index Futures
Contract. Jurnal Manajemen:1-13.

Ziliak, J. P., B. Hardy, dan C. Bollinger. 2011. Earnings volatility in America: Evidence
from matched CPS. Labour Economics 18 (6):742-754.

121

Anda mungkin juga menyukai