Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk
Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh :
YEYET ROHILAH
NIM: 1113053000086
JAKARTA
2018 M / 1439 H
ABSTRAK
Yeyet Rohilah (1113053000086)
Efektivitas Kebijakan Kementerian Agama RI Terhadap Penyelenggara
Perjalanan Ibadah Umrah (PPIU) dan Perlindungan Jemaah
Beberapa
tahun belakangan pemberitaan tentang penyelenggaraan
ibadah umrah tidak lagi dihiasi dengan kisah indahnya menjalankan syariat,
kekhusyukan beribadah di tanah suci atau keramahan travel penyelenggara,
akan tetapi justru memunculkan fenomena betapa semrawutnya tata niaga
umrah, maraknya penipuan, jemaah yang ditelantarkan oleh penyelenggara
baik di Tanah Air, negara transit maupun di Arab Saudi, fasilitas penginapan
dan konsumsi alakadarnya dan perang tarif antara travel yang sudah sangat
tidak sehat. Dalam situasi seperti ini jemaah adalah pihak yang paling di
rugikan, sehingga harus diketahui sejauh mana efektivitas kebijakan
Kementerian Agama terhadap PPIU dan apa saja bentuk perlindungan yang
diberikan kepada Jemaah ketika melaksanakan ibadah umrah.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui mekanisme
perizinan, pengawasan dan pengendalian Kementerian Agama terhadap PPIU,
mengetahui kewajiban PPIU berdasarkan kebijakan/peraturan yang berlaku,
serta mengetahui bentuk perlindungan dan penyelesaian kasus bagi jemaah
umrah.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan melakukan
penelitian yang menghasilkan data melalui analisis dari berbagai informasi,
hasil observasi, wawancara, dan melalui regulasi-regulasi seperti UU No 13
Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji, PMA No 18 Tahun 2015
tentang Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah, dan PP No 79 Tahun 2012
tentang Pelaksanaan UU No 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah
haji.
Dari hasil penelitian ini, efektivitas mengenai pengaturan tentang
perizinan, pengawasan dan pengendalian PPIU berjalan secara efektif,
sehingga ada beberapa kasus-kasus tentang pelanggaran kebijakan pemerintah
dapat ditangani dengan baik diantaranya 22 kasus diantara sekian kasus yang
sudah ditangani oleh Kementerian Agama. Adapun bentuk perlindungan yang
diberikan kepada jemaah umrah meliputi jaminan kepastian berangkat dan
pulang jemaah umrah, jaminan kesehatan dan keamanan serta jaminan
terselenggaranya ibadah umrah sesuai paket program PPIU.
Kata Kunci: Efektivitas, Kebijakan, PPIU, Perlindungan dan
Jemaah.
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan bermacam-macam kenikmatan yang tak terhitung jumlahnya.
Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada baginda kita Nabi besar
Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari zaman kegelapan
sampai zaman terang benderang seperti saat ini, beserta keluarganya, para
sahabatnya dan kita semua selaku umatnya hingga hari kebangkitan aamiin
ya rabbal ‘aalamiin.
Alhamdulillah atas izin Allah SWT akhirnya penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini yang berjudul “Efektivitas Kebijakan
Kementerian Agama RI Terhadap Penyelenggara Perjalanan Ibadah
Umrah (PPIU) dan Perlindungan Jemaah” Skripsi ini diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar S1 di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Jurusan
Manajemen Dakwah Konsentrasi Manajemen Haji dan Umroh.
Dalam penulisan Skripsi ini, penulis mengucapkan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini, khususnya kepada kedua orangtua penulis,
ayahanda Bapak H. Rohani dan Ibunda Ibu Hj. Suma’ah yang selalu
menasehati dan selalu mendoakan penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Ucapan terima kasih juga penulis
haturkan kepada:
1. Dr. H. Arief Subhan, MA. selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;
2. Dr. Suparto, M. Ed, Ph.d selaku Wadek I, Dr. Hj. Roudhonah, MA
ii
selaku Wadek II dan Dr. Suhaimi, M.Si selaku Wadek III Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta;
3. Drs. Cecep Castrawijaya, MA selaku Ketua Jurusan Manajemen
Dakwah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta;
4. Drs. Sugiharto, MA selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Dakwah
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta;
5. Drs. H. Kartono, Msi Selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang selalu
memberikan masukan-masukan, kritikan dan arahan kepada penulis
sehingga skripsi ini bisa diselesaikan dengan baik.
6. Tim Penguji Ujian Skripsi yang telah membantu penulis dalam
mengarahkan penulisan skripsi menjadi lebih baik lagi.
7. Mustolih Siradj SHI. MH. CLA, selaku Wakil Ketua Umum Dewan
Pimpinan Nasional Asosiasi Pengacara Syariah Indonesia (DPN
APSI), Ketua Komnas Haji dan Umrah sekaligus Dosen Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
8. Ibu Susianah Affandy M.Si dan Bapak Nahroni Affandy yang selalu
memotivasi penulis agar segera menyelesaikan skripsi
9. Seluruh Keluarga tercinta yang memberikan semangat agar penulis
segera menyelesaikan skripsi ini
10. Seluruh teman-teman Tim Kader Kreatif Hebat yang selalu
menemani penulis dalam mengerjakan skripsi.
11. Seluruh sahabat-sahabat KOMFAKDA dan KOPRI PC PMII
Ciputat 2015-2016 yang selalu memotivasi penulis agar segera
menyusun skripsi.
iii
Penulis senantiasa berdo’a semoga amal baik yang telah di berikan
kepada penulis mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari sempurna
namun penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat
bagi yang membacanya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Penulis
iv
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................................. ..8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................................... ..8
D. Metodologi Penelitian .......................................................................9
E. Tinjauan Pustaka ............................................................................. 14
F. Sistematika Penulisan .....................................................................15
v
BAB III GAMBARAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL
PENYELENGGARAAN HAJI DAN UMRAH (DITJEN PHU)
KEMENTRIAN AGAMA RI
A. Sejarah Penyelenggaraan Haji ........................................................ .31
B. Visi
dan Misi Ditjen PHU ............................................................... .35
C. Tugas dan Fungsi ............................................................................ .37
D. Susunan dan Struktur Organisasi .....................................................39
E. Subdirektorat Perizinan, Akreditasi, dan Bina
Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah ....................................... 45
F. Direktorat Penyelenggaraan Haji dan Umrah Dari Masa ke Masa ...47
vi
Standar Pelayanan ................................................................. .64
D. Jenis Kasus dan Solusi dalam Penyelenggaraan Ibadah Umrah .... .71
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... .90
B. Saran ............................................................................................... .92
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ .94
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
ABSTRAK
Yeyet Rohilah (1113053000086)
Efektivitas Kebijakan Kementerian Agama RI Terhadap Penyelenggara Perjalanan
Ibadah Umrah (PPIU) dan Perlindungan Jemaah
Beberapa tahun belakangan pemberitaan tentang penyelenggaraan ibadah umrah tidak
lagi dihiasi dengan kisah indahnya menjalankan syariat, kekhusyukan beribadah di tanah suci
atau keramahan travel penyelenggara, akan tetapi justru memunculkan fenomena betapa
semrawutnya tata niaga umrah, maraknya penyalahgunaan, penipuan, Jemaah yang
ditelantarkan oleh penyelenggara baik di Tanah Air, negara transit maupun di Arab Saudi,
fasilitas penginapan dan konsumsi alakadarnya dan perang tarif antara travel yang sudah
sangat tidak sehat. Dalam situasi seperti ini Jemaah adalah pihak yang paling di rugikan,
sehingga harus diketahui sejauh mana efektivitas kebijakan Kementerian Agama terhadap
PPIU dan apa saja bentuk perlindungan yang diberikan kepada Jemaah ketika melaksanakan
ibadah umrah.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui mekanisme perizinan, pengawasan
dan pengendalian Kementerian Agama terhadap PPIU, mengetahui kewajiban PPIU
berdasarkan kebijakan/peraturan yang berlaku, serta mengetahui bentuk perlindungan dan
penyelesaian kasus bagi Jemaah umrah.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan melakukan penelitian yang
menghasilkan data melalui analisis dari berbagai informasi, hasil observasi, wawancara, dan
melalui regulasi-regulasi seperti UU No 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah
Haji, PMA No 18 Tahun 2015 tentang Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah, dan PP No
79 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan UU No 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah
haji.
Dari hasil penelitian ini, efektivitas mengenai pengaturan tentang perizinan,
pengawasan dan pengendalian PPIU berjalan secara efektif, sehingga ada beberapa kasus-
kasus tentang pelanggaran kebijakan pemerintah dapat ditangani dengan baik diantaranya 22
kasus diantara sekian kasus yang sudah ditangani oleh Kementerian Agama. Adapun bentuk
perlindungan yang diberikan kepada Jemaah umrah meliputi jaminan kepastian berangkat dan
pulang Jemaah umrah, jaminan kesehatan dan keamanan serta jaminan terselenggaranya
ibadah umrah sesuai paket program PPIU.
Kata Kunci: Efektivitas, Kebijakan, PPIU, Perlindungan dan Jemaah.
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji dan
syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
bermacam-macam kenikmatan yang tak terhitung jumlahnya. Shalawat dan salam senantiasa
tercurahkan kepada baginda kita Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa umatnya
dari zaman kegelapan sampai zaman terang benderang seperti saat ini, beserta keluarganya,
para sahabatnya dan kita semua selaku umatnya hingga hari kebangkitan aamiin ya rabbal
‘aalamiin.
Alhamdulillah atas izin Allah SWT akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan
Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah (PPIU) dan Perlindungan Jemaah” Skripsi ini
diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar S1 di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Jurusan Manajemen Dakwah
Dalam penulisan Skripsi ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu penulis untuk menyelesaikan skripsi ini, khususnya kepada kedua
orangtua penulis, ayahanda Bapak H. Rohani dan Ibunda Ibu Hj. Suma’ah yang selalu
menasehati dan selalu mendoakan penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
1. Dr. H. Arief Subhan, MA. selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN
2. Dr. Suparto, M. Ed, Ph.d selaku Wadek I, Dr. Hj. Roudhonah, MA selaku Wadek II
dan Dr. Suhaimi, M.Si selaku Wadek III Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN
ii
3. Drs. Cecep Castrawijaya, MA selaku Ketua Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas
masukan-masukan, kritikan dan arahan kepada penulis sehingga skripsi ini bisa
6. Mustolih Siradj SHI. MH. CLA, selaku Wakil Ketua Umum Dewan Pimpinan
Nasional Asosiasi Pengacara Syariah Indonesia (DPN APSI), Ketua Komnas Haji dan
Umrah sekaligus Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
7. Ibu Susianah Affandy M.Si dan Bapak Nahroni Affandy yang selalu memotivasi
8. Kepada keluarga tercinta A Ali, Teh Eni, Teh Imas, A Leli dan adik tersayang Asep
9. Kepada teman-temanku Tim Kader Kreatif Hebat yang selalu menemani penulis
Penulis senantiasa berdo’a semoga amal baik yang telah di berikan kepada penulis
mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa
penulisan skripsi ini jauh dari sempurna namun penulis berharap semoga skripsi ini dapat
Wassalamu’alaikum Wr. W
Penulis
iii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 8
D. Metodologi Penelitian 9
E. Tinjauan Pustaka 13
F. Sistematika Penulisan 14
v
BAB III GAMBARAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL
AGAMA RI
Umrah 41
3. Pengendalian PPIU 50
Umrah 54
vi
1. Kasus Yang Menimpa Jemaah Umrah 63
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 80
B. Saran 82
DAFTAR PUSTAKA 84
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara muslim terbesar di dunia dan
menjadi pengirim jemaah umrah terbesar setelah Mesir dan Pakistan.
Beberapa dekade yang lalu peminat ibadah umrah1 belum seramai
seperti saat ini, jumlah jemaah yang berangkat ke tanah suci setiap
tahunnya hanya berkisar antara 150 ribu - 200 ribu orang per musim.
Di luar perkiraan, dari tahun ke tahun ternyata jumlahnya meningkat
secara signifikan, tahun 2015 mencapai 600 ribuan orang.
Diperkirakan angka tersebut akan terus mengalami peningkatan,
salah satu penyebabnya karena umrah dianggap sebagai alternatif lain
untuk mensiasati penumpukan daftar tunggu antrian haji (waiting list)
yang saat ini telah mencapai puluhan tahun. Umrah yang juga
dianggap sebagai haji kecil (hajj al-ashghar) yang dapat mengobati
kerinduan kaum muslim untuk mengunjungi baitullah (rumah Allah).
Soal antrian ibadah haji, saat ini untuk wilayah Jakarta dan
sekitarnya antrian haji rata-rata sudah mencapai 15 tahun, artinya jika
calon jemaah haji mendaftar hari ini berarti kesempatan untuk
berangkat ke baitullah pada musim haji adalah lima belas tahun
mendatang. Di Kabupaten Banteang Sulawesi Selatan antriannya
sudah mencapai 25 tahun. Di satu sisi pada saat yang sama
Kementerian Agama kini tidak begitu saja mengizinkan kaum
muslimin melaksanakan haji berkali-kali seperti sebelumnya, orang
yang sudah berhaji dapat melaksanakan haji kemudian apabila sudah
1
. Pengertian umrah dalam tulisan ini merujuk pada Pasal 1 angka 16 Undang-Undang No.
13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Haji (UU Haji) yang menyatakan : “Ibadah Umrah adalah
umrah yang dilaksanakan di luar musim haji,”
2
2
Peraturan Menteri Agama (PMA) Nomor 29 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Agama Nomor 14 Tahun 2002 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji Reguler
3
. Ktuipan penelitian ombudsman
3
ْس َر م َِن ْال َه ْديِ ۖ َو ََل َتحْ لِ ُقوا َ ٌّلِل ۚ َفإِنْ أُحْ صِ رْ ُت ْم َف َما اسْ َت ِ َّ ِ َوأَ ِتمُّوا ْال َح َّج َو ْال ُعم َْر َة
ضا أَ ْو ِب ِه أَ ًذى مِنْ َر ْأسِ ِه ً ٌان ِم ْن ُك ْم َم ِر َ ي َم ِحلَّ ُه ۚ َف َمنْ َك ُ ُرءُو َس ُك ْم َح َّت ٰى ٌَ ْبل ُ َغ ْال َه ْد
ص َد َق ٍة أَ ْو ُنسُكٍ ۚ َفإِ َذا أَ ِم ْن ُت ْم َف َمنْ َت َم َّت َع ِب ْال ُعم َْر ِة إِلَى ْال َح ِّج َ َفف ِْد ٌَ ٌة مِنْ صِ ٌَ ٍام أَ ْو
َّام فًِ ْال َح ِّج َو َس ْب َع ٍة إِ َذا َ
ٍ ٌَف َما اسْ َت ٌْ َس َر م َِن ْال َه ْديِ ۚ َف َمنْ لَ ْم ٌَ ِج ْد َفصِ ٌَا ُم َث ََل َث ِة أ
ۚ ك لِ َمنْ لَ ْم ٌَ ُكنْ أَهْ ل ُ ُه َحاضِ ِري ْال َمسْ ِج ِد ْال َح َر ِام ٰ
َ ِك َع َش َرةٌ َكا ِملَ ٌة ۗ َذل
َ َر َجعْ ُت ْم ۗ ت ِْل
ب َ َّ ََّّللا َواعْ لَمُوا أَن
ِ َّللا َشدٌِ ُد ْال ِع َقا َ َّ َوا َّتقُوا
Artinya :
4
. M. Quraish Shihab, Haji dan Umrah, (Tangerang : Lentera Hati, 2012), h. 2017.
5
. Ibid., h. 217-218.
4
(binatang korban atau tidak mampu), maka wajib berpuasa tiga hari
dalam masa haji dan tujuh hari (lagi) apabila kamu telah pulang
kembali. Itulah sepuluh (hari) yang sempurna. Demikian itu
(kewajiban membayar fidyah) bagi orang-orang yang keluarganya
tidak berada (di sekitar) Masjidil Haram (orang-orang yang bukan
penduduk kota Mekah). Dan bertakwalah kepada Allah dan
ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksaan-Nya. (Qs. Al-Baqarah :
196)
Di era modern seperti saat ini umrah telah menjadi bagian dari
life style (gaya hidup) sehingga penyelenggaraan umrah dapat
disejajarkan dengan perjalanan wisata komersial pada umumnya,
terlebih pelaksaan umrah yang berada di Arab Saudi maka umrah
menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari industri wisata global
lintas negara. Hal ini diperkuat dengan menjamurnya paket-paket
perjalanan umrah yang dikemas dengan perjalanan mengunjungi
tujuan wisata ke negara-negara di luar Arab Saudi yang tidak ada
kaitannya sama sekali dengan ritual ibadah umrah itu sendiri, seperti
ke negara Turki, Mesir dan lain sebagainya. Praktik ini lazim disebut
paket umrah plus. Tentu saja umrah plus memiliki bandrol harga
berbeda dengan paket umrah biasa. Namun demikian ciri khas umrah
tidak dapat dilepaskan begitu saja dari karakternya yang memiliki
warna, makna dan urgensi tersendiri. Tingkat urgensi umrah lebih
tinggi dari wisata pada umumnya membuat bisnis ini lebih kebal
terhadap berbagai gejolak yang menimbulkan sentimen negatif.6
Sehingga bisnis umrah akan selalu tumbuh terlebih di negara
Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam.
6
. Haadiy Fatahillah, Umrah Beckpaker, Cara Umrah Seribu Dollar, (Tangerang Selatan :
Ihsan Media, 2015), h. 233.
5
7
https://haji.kemenag.go.id/v2/content/menteri-agama-luncurkan-gerakan-nasional-
lima-pasti-umrah, diakses 29 September 2017
6
8
Mustolih Siradj, Makalah Penelitian Perlindungan Hukum Terhadap Jemaah
Umrah
8
2. Manfaat Penelitian
a. Akademis
Secara akademis penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kajian yang menarik dan menambah khazanah
keilmuan bagi para pembaca khususnya Mahasiswa Jurusan
Manajemen Dakwah, Konsentrasi Manajemen Haji dan
Umrah mengenai perlindungan hukum terhadap jama‟ah
umraSh yang nantinya dapat menjadi tambahan referensi atau
perbandingan pengetahuan ke depannya.
b. Praktisi
Diharapkan dapat menambah pengetahuan baru bagi
para praktisi yang berkecimpung dalam bidang hukum dan
penyelenggara perjalanan ibadah umrah.
c. Masyarakat
Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat
menambah wawasan bagi masyarakat terkait perlindungan
terhadap jemaah umrah, dan apabila masyarakat (Jemaah)
menemukan penyimpangan pada penyelenggara perjalanan
ibadah umrah dalam hal ini adalah PPIU, maka masyarakat
dapat mengetahui bahwa ada payung hukum yang
menangani hal tersebut dan masyarakat dapat mengerti apa
saja yang harus dilakukan ketika mendapati permasalahan-
permasalahan terhadap jemaah umrah.
D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan penulis dalam hal ini adalah metode
kualitatif, dimana menurut Prof. Dr. Sugiyono, penelitian
kualitatif adalah pengumpulan data yang di padu oleh fakta-fakta
10
9
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung, Alfabet, 2010), h.3
10
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2009), h.4.
11
Jalaludin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi Dilengkapi Contoh Analisis
Statistik (Bandung: PT. Rosdakarya, 2002), h. 24
11
4. Sumber Data
Sumber data merupakan sesuatu hal yang sangat penting
untuk digunakan dalam penelitian guna menjelaskan valid atau
tidaknya suatu penelitian tersebut. Dalam hal ini penulis
menggunakan:
a. Data Primer
Data Primer merupakan data yang didapat dari sumber
pertama, dari individu seperti hasil wawancara atau hasil
pengisian kuisioner yang dilakukan peneliti, yakni peneliti
melakukan sendiri observasi dilapangan maupun di
laboratorium.12 pelaksanaannya dapat berupa survei dengan
mewawancarai ketua Komnas haji.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang tersusun dalam bentuk
dokumen-dokumen maupun informasi, dalam penelitian ini
adalah undang-undang, buku-buku, jurnal, makalah, website
dan sumber informasi lainnya yang memiliki relevansi
dengan masalah penelitian sebagai penunjang penelitian.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang penlis lakukan adalah
menggunakan teknik pengumpulan data kualitatif, yaitu berupa
pengumpulan data dalam bentuk kata-kata dan pernyataan. Dalam
pelaksanaannya melalui:
12
Dergibson Siagian dan Sugiarto, Metode Statistik untuk Bisnis dan Ekonomi,
(Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2000), h. 16
12
a. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang
sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti.13 Teknik
observasi pada awalnya dipergunakan dalam penelitian
etnografi, yakni merupakan studi tentang kebudayaan suatu
bangsa dan tujuannnya adalah untuk memahami suatu cara
hidup dari pandangan orang-orang yang terlibat
didalamnya.14
b. Wawancara
Wawancara atau interview adalah percakapan atau
tanya jawab antara dua orang atau lebih untuk
mendapatkan sebuah informasi. Dalam penelitian ini
penulis menggunakan wawancara tidak terstruktur, yakni
wawancara yang tidak tertuju pada satu pedoman
wawancara atau wawancara yang dilakukan bebas dimana
penulis hanya menggunakan garis-garis besar
permasalahan yang akan ditanyakan.15
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah pengambilan data yang diperoleh
melalui dokumen-dokumen seperti berupa data-data,
arsip-arsip dan gambar-gambar ataupun bentuk lainnya.
Dimana dalam kaidah metodologi penelitian, sumber data
13
Husaini Usman dan Purnomo Akbar Setiady, Metodologi Penelitian Sosial,
(Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003), h. 53.
14
Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi, (Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 2003), h. 33.
15
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung:
ALFABETA, 2008), h. 140
13
16
Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi, (Jakarta :
PT. Gramedia Pusaka Utama), 2003, h.29-30.
17
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta:
Bulan Bintang, 2003), Cet ke-9, h. 11.
14
F. Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan, berisi tentang latar belakang,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.
BAB II Landasan Teori, berisi tentang tinjauan teori yang
membahas efektifitas kebijakan, Kementrian Agama RI dan
perlindungan jemaah umrah.
16
BAB II
LANDASAN TEORI
18
Departemen Pendidikan & Kebudayaan, Kamus besar bahasa indonesia (Jakarta:
Balai Pustaka, 1996) cet. Ke-1, h. 284
19
Jhon M. Echols & Hasan Shadily, An-English-IndonesiaDictionary, (Jakarta: PT.
Gramedia Utama, 1996), cet. Ke-23, h. 207
20
Tony Bush & Marianne Coleman, Manajemen Strategi Kepemimpinan
Pendidikan, (Yogyakarta: IRCiSoD, 2008), h. 162
18
21
James A.F. Stoner & Alfonsius Sirait, Manajemen, (Jakarta, Penerbit Erlangga,
1994) cet. Ke-5, h.14
22
Ibid
23
Jalaludin Rahmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,
2004), h. 219
19
b. Pengukuran Efektivitas
FX. Suwarto berpendapat untuk mengukur sejauh
mana tingkat keefektifan, terdapat tiga pendekatan dalam hal
pengukuran keefektifan, yaitu:
1) Pendekatan Tujuan, adalah yang menekankan pada
pentingnya pencapaian tujuan sebagai kriteria
penilaian keefektifan.
2) Pendekatan Teori Sistem, yaitu pendekatan yang
menekankan pentingnya adaptasi tuntutan ekstern
saling tergantung.
3) Pendekatan Teori Multipel Konstituensi Organisasi,
dapat dikatakan efektif bila dapat terpenuhi tuntutan
dari konstitusi yang terdapat dalam lingkungan
organisasi, yaitu konstituensi yang terdapat dalam
24
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, (Bandung PT. Remaja
Rosda Karya 2014), Cet ke 18, h. 82
20
25
FX. Suwarto, Perilaku Organisasi, (Yogyakarta: Universitas Atma Jaya
Yogyakarta, 1999) , h. 5-8
26
Yodhia Antariksa, Mengukur Efektifitas Trainning, artikel diakses tanggal 12
Desember 2017, dari www.slideshare.net.
21
2. Kebijakan
a. Pengertian Kebijakan
Kebijakan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar
dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan dalam
mencapai tujuan atau sasaran. Secara etimologis, menurut
Dunn menjelaskan bahwa istilah kebijakan (Policy) berasal
dari bahasa Yunani, Sansakerta dan Latin. Dalam bahasa
Yunani dan kebijakan disebut dengan polis yang berarti
“negara-kota” dan sansakerta disebut dengan pur yang
berarti “kota” serta dalam bahasa Latin disebut dengan
politia yang berarti negara.27
Beberapa ilmuan menjelaskan berbagai macam mengenai
kebijakan diantaranya, Carl Friedrich dalam Indiahono
menyatakan bahwa kebijakan merupakan suatu arah tindakan
yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah
dalam suatu lingkungan tertentu yang memberikan
hambatan-hambatan dan kesempatan-kesempatan terhadapa
kebijakan ang diusulkan untuk menggunakan dan mengatasi
dalam rangka mencapai suatu tujuan, atau merealisasikan
suatu sasaran atau suatu maksud tertentu.28 Sementara itu
Jones mendefinisikan kebijakan yaitu perilaku yang tetap
dan berulang dalam hubungan dan usaha yang ada didalam
dan melalui pemerintah untuk memecahkan masalah uum.
27
William N Dunn, Pengantar Analisis Kebijaan Publik, (Yogyakarta, Gadjah
Mada University Press, 2000), h. 51-52
28
Dwiyanto Indiahono, Kebijakan Publik Berbasis Dynamic Policy Analisys,
(Yogyakarta Gava Media, 2009), h. 18
22
29
Said Zainal Abidin, Kebijakan Publik, (Jakarta: Penerbit Pancur Siwah, 2004),
h. 25
30
Ibid 30-31
31
Islamy, Prinsip-prinsip Perumusan Kebijakan Negara, ( Jakarta: Bumi Aksara,
1997), h. 67
23
32
Edi Suharto, Analisis Kebijakan Publik. Panduan Praktis Mengkaji Masalah dan
Kebijakan Sosial, (Bandung: Alfabeta, 2008), h. 11.
24
b. Konsep Kebijakan
Menurut Aderson dan Winarno konsep kebijakan memiliki
beberapa implikasi, yakni:
1) Titik perhatian dalam kebijakan publik berorientasi
pada maksud atau tujuan dan bukan pada prilaku
yang serampangan. Kebijakan publik secara luas
dalam sistem politik modern bukan suatu yang terjadi
begitu saja melainkan direncanakan oleh aktor yang
terlibat dalam sistem politik.
2) Kebijakan merupakan arah atau pola tindakan yang
dilakukan oleh pejabat-pejabat pemerintah dan bukan
merupakan keputusan-keputusan tersendiri. Suatu
kebijakan mencakup tidak hanya keputusan untuk
menetapkan undang-undang mengenai suatu hal
33
Amri Marzali, Antropologi dan Kebijakan Publik, ( Jakarta: Kencana Prenada
Media Group 2012), hal. 20
34
Charles O. Jones, Pengantar Kebijakan Publik, (Jakarta: Rajawali Press), hal 166
25
3. Kementerian Agama RI
Kementerian Agama Republik Indonesia (disingkat Kemenag
RI, dahulu Departemen Agama Republik Indonesia, disingkat
Depag RI) adalah kementerian dalam Pemerintah Indonesia yang
membidangi urusan agama. Kementerian Agama dipimpin oleh
seorang Menteri Agama (Menag). Dibawah Menteri Agama
terdapat beberapa pejabat eselon I yang membantu tugas-tugas
Menteri sesuai bidangnya masing-masing diantaranya pejabat
eselon I tersebut adalah Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah
yang bertanggung jawab secara tekhnis tentang perencanaan
kebijakan dan pelaksanaan penyelenggaraan haji dan umrah baik
35
Budi Winarno, Kebijakan Publik:Teori dan Proses, (Yogyakarta: Media
Pressindo, 2007), h. 20-21
27
36
PMA No 10 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama
37
Pasal 1-3 Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 18 Tahun 2015
Tentang Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah
28
38
https://kbbsi.web.id/perlindungan, diakses 6 Oktober 2017, pukul 19.00 WIB
39
Satijipto Rahardjo, Ilmu Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, h. 55
30
2. Jemaah
Jemaah adalah kata yang berasal dari bahasa Arab yang
artinya “kompak” atau “bersama-sama”, ungkapan shalat
berjama‟ah berarti shalat yang dikerjakan secara bersama-sama
dibawah pimpinan seorang imam. Jemaah juga berarti
sekelompok manusia yang terikat oleh sikap, pendirian,
keyakinan, dan tugas serta tujuan yang sama. Islam menganjurkan
ummat islam menggalang kekompakan dan kebersamaan, yaitu
suatu masyarakat yang terdiri dari pribadi-pribadi muslim, yang
berpegang pada norma-norma islam, menegakan prinsip
“ta‟awun” (tolong-menolong) dan (kerja sama) untuk tegaknya
kekuatan bersama demi tercapainya tujuan yang sama.40
Jemaah yang dimaksud dalam skripsi ini adalah Jemaah Umrah,
adapun Jemaah Umrah adalah setiap orang yang beragama Islam
dan telah mendaftarkan diri untuk menunaikan Ibadah Umrah
sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.41
Dari penjelasan yang telah disebutkan di atas penulis dapat
menyimpulkan bahwa perlindungan Jemaah Umrah adalah
perbuatan memberikan pengayoman kepada sekelompok orang
yang dirugikan orang lain baik secara pikiran maupun fisik untuk
memperoleh dan menikmati hak-haknya selama dalam
perjalanan, selama di Arab Saudi dan ketika kembali ke Tanah
Air.
40
Harun Nasution, Ensiklopedi Islam Indonesia, (Jakarta, Djembatan, 1992),
hlm.486-487
41
Pasal 1 ayat 4 PMA No 18 tahun 2015, Tentang Penyelenggaraan Perjalanan
Ibadah Umrah
31
BAB III
42
Zakaria Anshar, Profil Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah,
(jakarta: Direktorat Penyelenggaraan Haji dan Umrah, 2008), hal. 5
32
43
Ibid
44
Ibid
33
45
Zakaria Anshar, Profile Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah,
(Jakarta: Direktorat Penyelenggaraan Haji dan Umrah, 2008) hal. 6
34
46
ibid
35
47
Zakaria Anshar, Profile Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah,
(Jakarta: Direktorat Penyelenggaraan Haji dan Umrah, 2008) hal. 6
48
Kementerian Agama Republik Indonesia, Ditjen PenyelenggaraHaji dan Umrah,
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Tahun 2010-2014
36
49
Pasal 273 Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No 42 Tahun 2016
Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama
50
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 10 Tahun 2010 Tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama RI, h. 56s
38
1. Tugas
Ditjen PHU mempunyai tugas merumuskan serta
melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang
penyelenggaraan haji dan umrah.
2. Fungsi
Sedangkan dalam melaksanakan tugas, Ditjen PHU memiliki
fungsi sebagai berikut:
a. Perumusan kebijakan di bidang penyelenggaraan haji dan
umrah.
b. Pelaksanaan kebijakan dibidang penyelenggaraan haji dan
umrah.
c. Penyusunan norma, standar, prosedur, kriteria di bidang
penyelenggaraan haji dan umrah.
d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi
penyelenggaraan haji dan umrah.
e. Pelaksanaan administrasi Ditjen PHU.
51
Pasal 274 PMA No 42 Tahun 2016
52
Pasal 275 PMA No 42 Tahun 2016
39
53
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No 42 Tahun 2016 Tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama
40
Tabel 3.1
Struktur Organisasi Ditjen PHU
Direktorat
Jenderal
Penyelenggaraan
Haji dan Umrah
Sekretariat Direktorat
Jenderal
Penyelenggaraan Haji
dan Umrah
55
Pasal 356 Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 42 Tahun 2016,
tentang organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama
56
Pasal 357 Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 42 Tahun 2016,
tentang organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama
47
Tabel 3.2
Ma‟ruf
Urusan Haji
Urusan Haji
Urusan Haji
Penyelenggaraan Haji
BAB IV
57
Dewi Gustikarini, Kepala Seksi Perizinan Penyelenggara Perjalanan Ibadah
Umrah, Wawancara Pribadi , pada 20 Maret 2018 Pukul 12.30-12.45 WIB. Ditjen PHU
Kemenag RI
50
58
. Akreditasi PPIU diatur dalam Pasal 24 PMA Nomor 18 Tahun 2015 tentang
Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah.
52
59
Dewi Gustikarini, Kepala Seksi Perizinan Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah,
Wawancara Pribadi , pada 20 Maret 2018 Pukul 12.30-12.45 WIB.
53
2. Pengawasan PPIU
PPIU harus diawasi agar menjalankan aturan yang ditetapkan
oleh Kementerian Agama. Pengawasan dilakukan untuk
membangun kesadaran dan budaya professional, membangun
sistem dan prosedur serta penanganan pelanggaran.60
Pengawasan PPIU di atur dalam pasal 20 PMA No 18 tahun
2015 yang berbunyi sebagai berikut:
a. Pengawasan dilakukan oleh Direktur Jenderal atas nama
Menteri.
b. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi
pengawasan terhadap rencana perjalanan, kegiatan
operasional pelayanan jemaah, ketaatan dan/atau penertiban
terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Dalam hal diperlukan, pengawasan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), dapat bekerjasama dengan Inspektorat
Jenderal, instansi pemerintah/lembaga terkait.
d. Kantor Urusan Haji pada Konsulat Jenderal Republik
Indonesia Jeddah dapat memfasilitasi pelaksanaan
pengawasan terhadap pelayanan jemaah di Arab Saudi.61
Mekanisme Pengawasan PPIU dilakukan terhadap jemaah
yang akan berangkat dan pulang melalui sistem online
Kementerian Agama yaitu SIMPU (Sistem Informasi Manajemen
Pelaporan Umrah), sehingga jemaah yang akan berangkat dapat
dimonitor waktu keberangkatan, pesawat, hotel, dan lain-lain
60
Denny Fathurahman, Kepala Seksi Pemantauan dan Pengawasan Ibadah Umrah,
Wawancara Pribadi, pada 20 Maret 2018, (Pukul 13.00-13.30)
61
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2015 Tentang
Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah
54
62
Denny Fathurahman, Kepala Seksi Pemantauan dan Pengawasan Ibadah Umrah,
Wawancara Pribadi, pada 20 Maret 2018, (Pukul 13.00-13.30)
63
Tree Agung Nugroho, Kepala Seksi Identifikasi dan Penanganan Masalah Ibadah
Umrah, Wawancara Pribadi, Pada Kamis, 25 Januari 2018 (13.30-14.00)
55
64
Denny Fathurahman, Kepala Seksi Pemantauan dan Pengawasan Ibadah Umrah,
Wawancara Pribadi, pada 20 Maret 2018, (Pukul 13.00-13.30)
65
Mahmud M. Hanafi, Manajemen, (Yogyakarta: UPP AMP YPKN,1997). Hal. 202
66
Pasal 21 Ayat 1-2 PMA No 18 Tahun 2015 Tentang Penyelenggara Perjalanan Ibadah
Umrah
67
Denny Fathurahman, Kepala Seksi Pemantauan dan Pengawasan Ibadah Umrah,
Wawancara Pribadi, pada 20 Maret 2018, (Pukul 13.00-13.30)
57
68
Dewi Gustikarini, Kepala Seksi Perizinan Penyelenggara Perjalanan Ibadah
Umrah, Wawancara Pribadi , pada 20 Maret 2018 Pukul 12.30-12.45 WIB.
58
69
Ibid
59
70
Maringin Masry Simbolon, dasar-dasar Administrasi dan Manajemen, (Jakarta:
Ghalia Indonesia, 2004), h.62
71
Denny Fathurahman, Kepala Seksi Pemantauan dan Pengawasan Ibadah Umrah,
Wawancara Pribadi, pada 20 Maret 2018, (Pukul 13.00-13.30)
14
Mahmud M. Hanafi, Manajemen, (Yogyakarta: UPP AMP YPKN,1997). Hal.
202
60
73
Pasal 21 Ayat 1-2 PMA No 18 Tahun 2015 Tentang Penyelenggara Perjalanan
Ibadah Umrah
74
Denny Fathurahman, Kepala Seksi Pemantauan dan Pengawasan Ibadah Umrah,
Wawancara Pribadi, pada 20 Maret 2018, (Pukul 13.00-13.30)
61
75
Pasal 9 PMA Nomor 18 tahun 2015 tentang tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah
Umrah.
62
76
Pasal 10 huruf a Peraturan Menteri Agama no 18 tahun 2015 tentang Penyelenggaraan
Perjalanan Ibadah Umrah
77
Pasal 11 PMA no 18 tahun 2015 tentang penyelenggaraan Perjalanan Ibadah umrah.
78
Pasal 45 ayat 1 huruf b UU No 13 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji
63
79
Kementrian Agama RI, Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Ibadah Haji, Himpunan
Peraturan Perundang-undangan Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji, 2011, hal 93
80
. Lihat Pasal 58 PP Nomor 79 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan UU Nomor 13 tahun
2008 tentang penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah dan pasal 10 -17 PMA Nomor 18
tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah.
64
81
. Vaksinasi meningitis menjadi tanggungjawab pribadi dari jemaah. PPIU dapat
memfasilitasi penyelenggaraan vaksinasi kepada para jemaah. Lihat pasal 15 angka (2) dan
(3) PMA Nomor 18 tahun 2015 tentang tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah.
82
. Pasal 19 PMA Nomor 18 tahun 2015 tentang tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah
Umrah.
65
83
Surat Edaran Ditjen PHU Kemenag RI kepada Kepala Kanwil Kemenag Provinsi
seluruh Indonesia tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah
Umrah, Nomor DJ.VII/HJ.09/731/2015, 11 Februari 2015
67
84
Husein Umar, Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen, Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2005, h.38-39.
85
Pasal 45 ayat 1 huruf b UU No 13 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji
68
86
Tree Agung Nugroho, Kepala Seksi Identifikasi dan Penanganan Masalah Ibadah
Umrah, Wawancara Pribadi, Pada Kamis, 25 Januari 2018 (13.30-14.00)
87
pasal 10 huruf d Peraturan Menteri Agama no 18 tahun 2015 tentang Penyelenggaraan
Perjalanan Ibadah Umrah
88
Pasal 13 Peraturan Menteri Agama No 18 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan
Perjalanan Ibadah Umrah
69
89
Pasal 15 PMA No 18 Tahun 2015 Tentang Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah
90
Pasal 10 huruf e Peraturan Menteri Agama No 18 Tahun 2015 Tentang
Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah
91
Pasal 16 Peraturan Menteri Agama No 18 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan
Perjalanan Ibadah Umrah
70
92
Pasal 45 ayat 1 huruf (c) UU No 13 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji
93
Tree Agung Nugroho, Kepala Seksi Identifikasi dan Penanganan Masalah Ibadah
Umrah, wawancara Pribadi, Tanggal 25 Januari 2018, Pukul 13.30 – 14.00 WIB.
71
94
Ibid
72
umrah dari travel SBL senilai dua puluh satu juta lima ratus ribu
rupiah (Rp.21.500.000) dan djanjikan ganti rugi senilai tujuh
belas juta rupiah (Rp. 17.000.000) namun sampai hari ini baru
mendapat ganti kerugian senilai delapan juta rupiah
(Rp.8000.000).95
2. Jenis Kasus (Pelanggaran) Penyelenggara Umrah
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa
Kementerian Agama sudah menangani kasus dalam ibadah umrah
mulai dari gagal berangkat, tidak keluarnya visa, sampai tidak ada
tiket kepulangan. Adapun jenis kasus (pelanggaran) yang
dilakukan oleh Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah (PPIU)
antara lain:
1. PT Mediterania Travel, kasus penelantaran jemaah pada
tahun 2015;
2. PT Mustaqbal Lima, kasus penelantaran jemaah pada
tahun 2015;
3. PT Kopindo Wisata, kasus penelantaran Jemaah pada
tahun 2015;
4. PT Diva Sakinah, kasus penipuan dan penggelapan uang
jemaah pada tahun 2016 ;
5. PT Hikmah Sakti Perdana, kasus penipuan dan
penggelapan uang Jemaah pada tahun 2016;
6. PT Timur Sarana Tour & Travel (Tisa Tour), kasus gagal
memberangkatkan Jemaah pada tahun 2016;
7. PT First Anugrah Karya Wisata (First Travel), kasus
penipuan umrah pada tahun 2017;
95
Apipudin, Korban Gagal Berangkat Travel SBL, Wawancara Pribadi, 28 April 2018,
pukul 16.00-16.30 WIB
73
96
https://kemenag.go.id/berita/read/507435/sejak-2015--kemenag-beri-sanksi-26-travel-
umrah, diakses pada Kamis, 3 Mei 2018, Pukul 15.00 WIB
97
http://www.harnas.co/2018/03/28/paket-umrah-murah-diantisipasi, diakses pada
Selasa, 01 Mei 2018, Pukul 15:14 WIB
74
98
. Lihat Pasal 58 PP Nomor 79 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan UU Nomor 13 Tahun 2008
tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Haji dan pasal 10 -17 PMA Nomor 18 tahun 2015 tentang
tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah.
75
99
. Pasal 6 ayat 1 UU Haji
100
Lihat Pasal 68 ayat 1 UU Haji.
101
.Pembekuan dilakukan apabila terjadi pengulangan atas pelanggaran yang telah
diberikan peringatan tertulis. Lihat pasal 68 ayat 2 UU Haji.
102
. Pencabutan izin dilakukan apabila PPIU melakukan kesalahan berupa gagal
berangkat ke Arab Saudi, melanggar masa berlaku visa, terancam keamanan dan
keselamatannya.
76
103
. Janus Sidabalok, Op. Cit., h. 58.
77
104
. Yusuf Shofie, Penyelesaian Sengketa Konsumen Menurut Undang-Undang
Perlindungan Konsumen, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003) h. 27.
105
. Pasal 63 ayat (2) UU Haji.
106
. Pasal 64 ayat (2) UU Haji
78
107
Tree Agung Nugroho, Kepala Seksi Identifikasi dan Penanganan Masalah Ibadah
Umrah, wawancara Pribadi, Tanggal 25 Januari 2018, Pukul 13.30 – 14.00 WIB.
108
. Komnas Haji: Harta Pelaku Penipuan Umrah Harus Dirampas, tersedia di
http://hajiumrahnews.com/2016/05/20/komnas-haji-harta-pelaku-penipu-umrah-harus-dirampas-
agar-jera/, diakses 20 Mei 2016.
80
109
.Pengusaha Taksi Ini Tipu 437 Jemaah Umrah Senilai Rp 5,8 M, tersedia di
http://news.detik.com/berita/3214360/pengusaha-taksi-ini-tipu-437-jemaah-umrah-senilai-rp-58-m,
diakses 23 November 2017.
110
Mustolih Siradj, Makalah Peneleitian Perlindungan Hukum Terhadap Jema’ah
Umroh
81
111
Pasal 3 PMA no 18 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah
112
Tree Agung Nugroho, Kepala Seksi Identifikasi dan Penanganan Masalah Ibadah
Umrah, wawancara Pribadi, Tanggal 25 Januari 2018, Pukul 13.30 – 14.00 WIB.
82
113
Pasal 58 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2012 Tentang
Pelaksanaan Undang-undang No 13 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji
114
Pasal 59 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2012 Tentang
Pelaksanaan Undang-undang No 13 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji
115
Pasal 60 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2012 Tentang
Pelaksanaan Undang-undang No 13 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji
116
Pasal 61 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2012 Tentang
Pelaksanaan Undang-undang No 13 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji
83
117
ketentuan Pemerintah Kerajaan Arab Saudi, adapun perlindungan
Jemaah dan Petugas umrah menjadi tanggung jawab PPIU dengan
memberikan asuransi jiwa, kesehatan, dan kecelakaan yang mana
besaran pertanggungannya diatur dalam Peraturan Menteri.118
Pelayanan administrasi dan dokumen umrah wajib dilakukan PPIU
dalam bentuk:
a. Melakukan pengurusan dokumen perjalanan umrah dan visa
bagi Jemaah umrah
b. Melaporkan keberangkatan Jemaah umrah kepada Menteri
c. Melaporkan kedatangan dan kepulangan Jemaah umrah dari
dan ke Arab Saudi kepada Kepala Kantor Misi Haji Indonesia
di Arab Saudi
d. Melaporkan pelaksanaan Penyelenggaraan Ibadah Umrah
kepada Menteri.119
PPIU apabila tidak memberikan pelayanan sesuai dengan apa
yang uraikan di atas, maka Kementerian Agama memberikan sanksi
administratif berupa peringatan tertulis, adapun apabila PPIU
melakukan pengulangan terhadap pelanggaran maka Kementeraian
Agama akan memberikan sanksi aministratif berupa pembekuan izin
penyelenggaraan paling lama 2 (dua) tahun.
117
Pasal 62 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2012 Tentang
Pelaksanaan Undang-undang No 13 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji
118
Pasal 63 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2012 Tentang
Pelaksanaan Undang-undang No 13 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji
119
Pasal 64 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2012 Tentang
Pelaksanaan Undang-undang No 13 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji
84
Travel Jemaah
Lima Jemaah
Perpanjangan
Dikarenakan Kasus
120
Pasal 65 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2012 Tentang
Pelaksanaan Undang-undang No 13 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji
121
Pasal 65 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2012 Tentang
Pelaksanaan Undang-undang No 13 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji
85
Penelantaran Dan
Masa Berlakunya
(Pencabutan)
Penggelapan uang
Jemaah
Jemaah
Karya Wisata
(First Travel)
Perjalanan Wisata
Al-Utsmaniyah
Tours (Hanin
Tours)
86
Tourindo memberangkatkan
Jemaah
10 PT. Solusi Balad Gagal Pencabutan Izin 2018
Jemaah
Jemaah
Akreditasi
Akreditasi
Akreditasi
16 PT. Gema Arofah Dinyatakan tidak Tidak diperpanjang 2015
Akreditasi
Akreditasi
Akreditasi
Akreditasi Dan
Pengawasan
Sumber: www.kemenag.go.id122
122
https://kemenag.go.id/berita/read/507435/sejak-2015--kemenag-beri-sanksi-26-travel-
umrah, diakses pada Kamis, 3 Mei 2018, Pukul 15.00 WIB
123
Pasal 43 UU no 13 tahun 2008 Tentang penyelenggaraan Ibadah Haji
89
124
Bab 2 Pasal 4 PMA No 18 Tahun 2015 tentang Psenyelenggara Perjalanan Ibadah
Umrah
90
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis dari hasil penelitian dan pembahasan dalam
skripsi ini maka penulis menyimpulkan sebagai berikut:
1. Efektivitas dan mekanisme perizinan, pengawasan dan
pengendalian Kementerian Agama terhadap PPIU meliputi:
a. Mekanisme perizinan Penyelenggara Perjalanan Ibadah
Umrah (PPIU) merupakan proses pengajuan PPIU yang
diajukan ke PTSP (Pelayanan Terpadu Satu Pintu)
Kementerian Agama yang ditangani oleh petugas PTSP yang
nantinya akan di proses sekitar satu sampai dua bulan sampai
keluar izin sebagai PPIU dengan persyaratan yang telah
ditentukan oleh Kementrian Agama. Mekanisme perizinan
PPIU secara garis besar berjalan dengan efektif apabila proses
pengajuannya berjalan dengan sesuai seperti sudah memiliki
izin sebagai Biro Perjalanan Wisata (BPW), memiliki TDUP
(Tanda Daftar Usaha Pariwisata), mempunyai Surat Izin
Usaha Pariwisata (SIUP), dan sudah memiliki pajak sehingga
telah terseleksi di awal sebelum mengajukan perizinan
sebagai PPIU ke Kementerian Agama.
b. Mekanisme Pengawasan PPIU ketika operasional
penyelenggaraan ibadah umrah meliputi rencana perjalanan
dari mulai pemberangkatan dari Tanah Air ke Arab Saudi
sampai kembali ke Tanah Air, pelayanan ketika di Arab Saudi
yang meliputi transportasi, akomodasi, konsumsi serta
91
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Said Zainal, Kebijakan Publik, Penerbit Pancur Siwah, Jakarta 2004
Anshar, Zakaria, Profile Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan
Umrah, Jakarta: Direktorat Penyelenggaraan Haji dan Umrah,
2008
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek,
Jakarta: Bulan Bintang, 2003
Bush, Tony & Marianne Coleman, Manajemen Strategi Kepemimpinan
Pendidikan, Yogyakarta: IRCiSoD, 2008
Dunn, William N, Pengantar Analisis Kebijaan Publik, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta 2000
Echols, Jhon M. & Hasan Shadily, An-English-IndonesiaDictionary, Jakarta:
PT. Gramedia Utama, 1996
Fatahillah, Haadiy. Umrah Beckpaker, Cara Umrah Seribu Dollar,
Tangerang Selatan : Ihsan Media, 2015.
Sumber Lain
Apipudin S.Sos, Korban Gagal Berangkat Travel SBL, Wawancara Pribadi,
28 April 2018, pukul 16.00-16.30 WIB
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:
Balai Pustaka, 1988
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Bulan Bintang, 2002
H. Denny Fathurahman, Kepala Seksi Pemantauan dan Pengawasan Ibadah
Umrah, Wawancara Pribadi, pada 20 Maret 2018, (Pukul 13.00-
13.30)
97
Internet
https://haji.kemenag.go.id/v2/content/menteri-agama-luncurkan-gerakan-
nasional-lima-pasti-umrah, diakses 29 September 2017
www.slideshare.net, Yodhia Antariksa, Mengukur Efektifitas Trainning,
artikel diakses tanggal 12 Desember 2017
LAMPIRAN – LAMPIRAN
WAWANCARA TAHAP PERTAMA
Umrah
Biro Perjalanan Wisata dulu (BPW) selama dua tahun, setelah ia sudah BPW dua
bagian perizinan atau nanti bisa dilihat di PMA No 18 tahun 2015 tentang
Pelaksanaan Penyelenggara Ibadah Umrah seperti itu, nanti bisa dilihat disitu syarat-
syaratnya apa saja, saya ulang ya tadi PMA (Peraturan Menteri Agama) Republik
Indonesia No 18 Tahun 2015 tentang Perjalanan Ibadah Umrah, itu nanti ada
kesesuaian data dengan semacam kunjungan setelah dinyatakan sesuai nanti Kanwil
membuat rekomendasi. Dari rekomendasi itu nanti pihak BPW mengajukan lagi
permohonan kepada Kementerian Agama dalam hal ini ada pelayanan dari PTSP di
bawah nanti di proses oleh PTSP setelah lengkap dokumennya diterima, nanti dikirim
ke bagian perizinan umrah diproses sampai jadi izinya, secara garis besarnya seperti
2015 ada di pasal 20 itu yang mengatur tentang pengawasan dan pegendalian PPIU,
ya disitu berbunyi bahwa pengawasan dilakukan oleh Direktur Jenderal atas nama
undangan. Nah di pengawasan ini kita juga bisa melibatkan pihak lain dalam hal ini
Inspektorat kita atau pihak Kepolisian seperti itu. Nah itu kan untuk yang kalau
terjadinya di Indonesia, kalau terjadinya di Arab Saudi kita punya namanya Kantor
Urusan Haji (KUH) merekalah yang membantu kita kalau itu terjadi di Arab Saudi.
Program, ya PPIU nya sendiri karena kan umrah ini diselenggarakan oleh swasta,
umrah?
Baik, sebetulanya kalau pendaftaran itu kan ada di ranah PPIU ya, Cuma yang kita
ketahui bahwa mereka itu mendapatkan jemaah mereka membayar sesuai dengan
paket layanannya nanti disana diproses, proses tiketnya, proses LA nya, LA itu land
arrangement jadi kebutuhan ia di Saudi itu kita sebut LA (land arrangement) dari
mulai mobil penjemputan, hotel, sampai makan sampai pendamping muthawif segala
Itu diatur di PMA nya lagi, jadi PPIU itu punya kewajiban sebagai Penyelenggara
Perjalanan Ibadah Umrah untuk memberikan manasik kepada jemaahnya, disini ada
umrah, perlindungan jemaah umrah dan petugas umrah dan administrasi dan
7. Mengenai bentuk perlindungan dan penyelesaian kasus jemaah umrah, apa sih pak
Kalau ditanya kepastian ini kan berbeda dengan haji ya kalau haji itu kan uangnya ada
di kita manajemennya ada di kita, jadi namanya kegagalan itu lebih sedikit lah ya,
tapi kalau di umrah ini memang ada semacam kemungkinan jemaah itu gagal
berangkat. Nah terkait dengan jemaah gagal berangkat itu kita disini punya sanksi
nya, sanksi itu adalah sanksi administrasi, dari mulai peringatan, pembekuan sampai
pencabutan. Jadi kalau ada PPIU yang melanggar ya kita lihat pelanggarannya
dimana, kalau memang sudah berat ya kita cabut seperti itu, terus sampai hari ini kan
kita punya namanya lima pasti umrah, itu adalah sebetulnya keinginan kita memberi
edukasi kepada masyarakat ketika memilih travel umrah ya harus lebih smart,
maksudnya jemaah ini harus lebih yang berhati-hati untuk memilih, tidak langsung
berfikir ini murah berangkat, terus ini karena pak kiayi saya berangkat saya mau
berangkat, selidiki dulu siapa penyelenggaranya amanah atau tidak, nah terkait
kepastian sih itu saja, kita hanya mengedukasi masyarakat terus kita punya sanksi
Kembali lagi alhamdulillah aturannya ini sudah lengkap, jadi kita mewajibkan kepada
PPIU untuk memberikan asuransi kepada jemaah. PPIU wajib memberikan asuransi
kesehatan, penyediaan obat-obatan dan pengurus bagi jemaah umrah yang sakit
selama perjalanan dan di Arab Saudi” terkait asuransi ada tercantum di pasal 16
dalam pasal 10 huruf e wajib dilakuan oleh PPIU meliputi asuransi jiwa, kesehatan
9. Kalau untuk jaminan terselenggaranya ibadah umrah sesuai program paket, itu
bagaimana pak?
Kita disini juga mengatur bahwa setiap PPIU mewajibkan untuk membuat semacam
kesepakatan dengan jemaahnya, jadi ketika ia mendapatkan jemaah itu harus ada
kontrak kesepakatan di tanda tangani oleh kedua belah pihak hotelnya apa,
pesawatnya apa, makanya itu harus detail disitu. Itu yang kita wajibkan kepada PPIU.
pengawasan, nanti sejauh mana ketaatan PPIU dalam rangka ini yang tercantum di
pasal-pasal ini. Di bandara jadi nanti ada tim yang dari sini berangkat, disana
berapa, berapa lama disana, nama pesawatnya apa, nah itu juga kadang-kadang kita
bisa mendeteksi dini terjadinya pelanggaran-pelanggaran atau minimal ternyata pas
berangkat jemaahnya hanya mengetahui tiket berangkatnya saja pulangnya tidak ada,
itu kita cari tahu memastikan bahwa tiket pulangnya sudah ada.
ada PPIU yang melanggar kita merujuk ke pasal 25 ini. Izin PPIU yang melanggar
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 68 sampai dengan 70 itu ada sanksinya,
mulai siapa pelapornya nanti kita lakukan identifikasi masalahnya apa, setelah kita
identifikasi masalahnya kita konstruksikan seperti apa, nanti kita panggil kalau itu
berizin, kalau tidak berizin kami tidak punya kewenangan. Ketika berizin kita panggil,
kita mediasi kalau memang dimungkinkan diselesaikan oleh Kementerian Agama kita
selesaikan, tapi kalau ada kemungkinan tidak bisa di selesaikan oleh Kementerian
Agama ya kita arahkan kepada Kepolisian. Ya kan sudah ada aturan-aturannya, kita
11. Apa saja kasus yang pernah ditangani yang menimpa Jemaah umrah?
Kalau jumlahnya saya harus melihat, tapi yang jelas rata-rata memang dari versi kami
adalah mulai gagal berangkat, penelantaran, seperti itu yang ranahnya kami. Tapi
kalau dari sisi pidana itu pihak kepolisian meminta kepada kita untuk menjadi saksi
ahli lah ya seperti itu, itu dari versi Kementerian Agama itu tindak pidananya adalah
penipuan, penipuan dan penggelapan seperti itu. Jadi laporan umrah ini kan bisa kalau
terkait dengan yang ranahnya Kementerian Agama memang kita selesaikan nah kalau
ranahnya pidana nanti polisi yang menangani, jadi jemaahnya melapor kepada pihak
kepolisian.
12. Bagaimana penyelesaian kasus terhadap Jemaah umrah?
bukti-bukti kita pelajari bukti-buktinya, kita panggil pihak-pihak terkait dalam hal ini
kalau memang berizin itu kita bisa panggil yang penyelenggaranya. Tapi ketika tidak
berizin, kami menyarankan ia lapor kepada kepolisian kalau tidak menutup
kemungkinan banyak ternyata masalahnya itu jemaah mendaftar kepada yang tidak
berizin.
13. Bagaimana cara melakukan koordinasi dalam penyelesaian kasus jemaah umrah?
Kita disini kalau ada masalah umrah itu diperaturannya bisa melibatkan pihak-pihak
terkait. Pihak-pihak terkaitnya ini kalau di internal kita ini ada Itjen (Inspektorat
Jenderal) terus nanti kalau diluarnya bisa dengan Kementerian Perhubungan, dengan
Kementerian Luar Negeri, dengan Kementerian Imigrasi itu pihak-pihak yang kita
minta. Maksudnya ketika ada permasalahan kita bisa bekerjasama dengan Inspektorat
Jenderal kita terus melibatkan Kementerian Luar Negeri karena TKP nya di Luar
Negeri, terus bisa melibatkan Kementerian Perhubungan dalam hal ini Ditjen
mereka, kalau terkait dengan Jemaah over stay tidak pulang sesuai visi yang berlaku
14. Apa bentuk sanksi administrasi dan hukum dalam kasus ibadah umrah?
Ya itu diatur dalam PMA 18 tahun 2015 tentang penyelenggaraan ibadah umrah, itu
sanksinya ada di undang-undang ada. Sanksi administrasi ya, kita menerapkan sanksi
efektif?
Kalau ditanya efektif atau tidak ya kita berusaha seperti itu, dan pasti yakin
masyarakat masih menilai belum efektif. Tapi kami disini berusaha lah untuk
mewujudkan itu karena bicara efektif parameternya banyak sekali begitu kan. Kalau
dari versi kami dengan kekuatan yang kita punya, SDM, politik anggaran yang sudah
ada saat ini yah menurut kami sudah efektif. Tapi kalau dari versi masyarakat ya
16. Apa saja kendala yang dialami dalam penyelesaian kasus Jemaah umrah?
Kendala yang ditangani pastinya pertama peraturannya harus lebih diperketat lagi ya,
karena dilapangannya itu umrah bergerak cepat aturannya belum seimbang dengan
peraturannya.
Narasumber
Ibadah Umrah
Narasumber
11. Apa saja kendala yang dihadapi dalam melakukan pengawasan dan pengendalian
terhadap PPIU?
Anggaran yang sangat minim, karena kami harus mengawasi 1000 PPIU setiap hari
dengan keterbatasan sumber daya, dan untuk menjangkau ke pelosok dibutuhkan
anggaran sekitar 5 M, sehingga pengawasan kanwilpun berperan sampai ke pelosok.
Pengendalian belum maksimal, regulasi sedang kita revisi menjadi lebih baik.
12. Ketika melakukan pengawasan, biasanya kasus apa saja yang ditemukan yang menimpa
Jemaah umrah pak?
Gagal berangkat karena visa tidak keluar, tidak punya tiket untuk pulang.
Narasumber
5. Sarannya apa untuk Kemenag,, karena Apip kan salah satu korban dari pelanggaran PPIU?
Yang mau di sarankan sudah terealisasikan sebetulnya di sistem SIPATUH Kemenag yang
sekarang. Sarannya jalankan peraturan yang sudah dibuat, jadi sekarang itu Kemenag sedang
gencar-gencarnya, sedang ketat-ketatnya memantau travel-travel yang tak berizin khususnya
supaya tidak ada lagi penipuan seperti sebelumnya. Mulai sekarang kan sedang di berlakukan
moratorium atau pembekuan perizinan penyelenggara umrah hingga akhir tahun 2018 begitu
kabarnya.
Narasumber
Apipudin, S.Sos