SKRIPSI
ANDY AZHARI
NIM 1111046100106
Andy Azhari
NIM. 1111046100106
iv
ABSTRAK
Penelitian ini mencoba menganalisis apakah long term debt to asset ratio, debt
to equity ratio dan manajemen laba secara parsial dan simultan berpengaruh terhadap
pajak penghasilan badan terutang. Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan
penerbit daftar efek syariah yang bergerak pada sektor property dan real estate yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2013-2014. Metode analisis yang digunakan
adalah analisis regresi linier berganda dengan menggunakan software SPSS versi
20.0.
Hasil pengujian secara simultan atau uji F dihasilkan bahwa long term debt to
asset ratio, debt to equity ratio dan manajemen laba secara bersama-sama
berpengaruh terhadap pajak penghasilan badan terutang pada taraf signifikansi 0,001
dengan alpha 5% atau 0,001 < 0,05. Selanjutnya untuk pengujian secara parsial atau
uji t dari ketiga variabel independen ditemukan bahwa hanya variabel Long Term
Debt to Asset Ratio yang berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap variabel
dependen Pajak Penghasilan Badan Terutang pada taraf signifikansi 0,023 dengan
alpha 5% atau (0,023 < 0,05). Sedangkan variabel Debt to Equity Ratio dan variabel
Manajemen Laba secara parsial tidak berpengaruh terhadap pajak penghasilan badan
terutang perusahaan.
Kata Kunci : Long term debt to asset ratio, debt to equity ratio, manajemen laba dan
pajak penghasilan badan terutang
v
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala
rahmat, karunia dan hidayah-Nya yang diberikan kepada penulis sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga tetap
tercurahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW sebagai uswatun
khasanah dalam hidup ini yang telah menuntun umatnya dari alam kegelapan menuju
ke alam yang terang benderang.
Alhamdulillah, penelitian skripsi yang berjudul “Pengaruh Struktur Modal
dan Manajemen Laba terhadap Pajak Penghasilan Badan Terutang (Studi Pada
Perusahaan Penerbit Daftar Efek Syariah Sektor Property dan Real Estate di
Bursa Efek Indonesia Tahun 2013-2014)” telah dapat penulis selesaikan. Penulisan
karya ilmiah dalam bentuk skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
menyelesaikan studi strata satu (S1) guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
Syariah (S.E.Sy) Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah, Jakarta.
Merupakan suatu kehormatan bagi penulis untuk mempersembahkan yang
terbaik kepada almamater, kedua orang tua, seluruh keluarga dan pihak-pihak yang
telah ikut andil dalam penyelesaian skripsi ini. Sebagai bentuk penghargaan, penulis
sampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A selaku Dekan Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak AM. Hasan Ali, M.A dan Bapak Abdurrauf, Lc, M.A, selaku Ketua dan
Sekretaris Program Studi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Erika Amelia S.E,. M.Si, selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan
banyak waktu serta memberikan arahan dengan penuh kesabaran dan
memberikan masukan yang sangat bermanfaat demi terselesaikannya skripsi ini
vi
dengan baik. Terimakasih banyak Bu atas segala ilmu bermanfaat yang telah
diberikan kepada saya, semoga amal kebaikannya dibalas oleh Allah SWT.
4. Segenap dosen dan staf akademik Fakultas Syariah dan Hukum Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta atas ilmu pengetahuan yang sangat
bermanfaat bagi penulis.
5. Orangtua tercinta, Bapak Achmad Ghozali dan Ibu Inah Maryanah atas segala
limpahan kasih sayang, doa beserta dukungan yang tiada pernah henti-hentinya
untuk saya. Terima kasih atas segala perjuangan dan pengorbanan yang telah
dilakukan demi pendidikan saya selama ini. Terimakasih bapak dan ibu, tanpa
kalian skripsi ini bukanlah apa-apa.
6. Kakak saya: “Imran Rosyadi S.Sos., MM” beserta istri “Rusbiantari S.E” dan si
endut “Raffa”. Kakak “Nurfadillah” beserta suami “Suhandi” dan putranya
“Adit”. Beserta adik penulis yang tercantik “Annisa Amalia”. Terimakasih
untuk kehangatan keluarga yang diberikan, dukungan dan segala motivasi yang
diberikan untuk penulis.
7. Sahabat terbaik penulis selama menjalani kuliah di UIN Jakarta, untuk Ahmad
Syaugi “Amechenko” terimakasih untuk sharing atas segala ilmu-ilmunnya
terkait pelajaran, persahabatan dan termasuk juga seputar problematika
percintaan, hehe, dan Rahmad Abdillah “Bos” (teman yang selalu jadi objek
canda tawa), hehe becanda boss. Terima kasih broo untuk persahabatan dan
kebersamaannya. Sukses selalu untuk kita, Amin Ya Allah.
8. Yella Novela Dara Amelia, terima kasih atas segala kebaikan-kebaikan dan
dorongan motivasi yang telah diberikan kepada penulis. Semoga sukses selalu
dalam menggapai cita-citanya.
9. Teman-teman seperjuangan perbankan syariah 2011, terimakasih untuk
kebersamaannya selama ini. Semoga perjuangan kita akan berbuah manis dan
sukses untuk kita semua.
vii
10. Serta seluruh pihak yang telah berjasa namun belum mampu penulis sebutkan
satu persatu. Terimakasih untuk segala bantuannya, semoga kebaikan kalian
dibalas dengan pahala yang berlimpah oleh Allah SWT. Amin..
Andy Azhari
NIM. 1111046100106
viii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...................................................................................................... v
ix
A. Pasar Modal Syariah ............................................................................ 17
3. Saham Syariah................................................................................ 19
E. Pajak Penghasilan................................................................................. 42
x
F. Keterkaitan Antar Variabel dan Hipotesis Penelitian............................51
A. Metode Penelitian................................................................................. 55
xi
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) ............................... 70
A. Kesimpulan .......................................................................................... 90
B. Saran..................................................................................................... 91
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR GAMBAR
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
sektor pajak dilakukan melalui perluasan wajib pajak, perluasan objek pajak,
perubahan tarif pajak dan penegakan hukum dibidang perpajakan. Dengan perluasan
wajib pajak dan objek pajak maka semua pihak: negara dan institusi bisnis maupun
menghadapi sanksi administratif atau sanksi pidana. Ada dua kemungkinan kesalahan
yang terjadi dalam perhitungan dan pembayaran pajak, kemungkinan pertama karena
dari sektor pajak, dan salah satu yang menjadi perhatian khusus adalah di sektor
property dan real estate. Seperti yang diungkapkan oleh Direktur Potensi, Kepatuhan
dan Penerimaan (PKP), mulai tahun 2013 Ditjen Pajak fokus ke sektor properti secara
nasional. Ditjen Pajak akan melakukan pemeriksaan terhadap wajib pajak yang
1
Diaz Priantara, Perpajakan Indonesia, Cetakan 2 (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013), h.iii
1
2
bergerak di sektor properti. Hal tersebut tak lepas dari adanya potential loss
penerimaan pajak menurut hasil penelitian awal Ditjen Pajak. Potential loss tak lepas
dari tidak dilaporkannya transaksi sebenarnya dari proses jual-beli tanah maupun
Ditinjau dari segi ekonomi, pajak merupakan alat pemindahan sumber daya
dari sektor privat (perusahaan) ke sektor publik. Pemindahan sumber daya tersebut
(spending power) sektor privat. Oleh karena itu, agar tidak terjadi gangguan terhadap
secara baik. Bagi negara, pajak adalah salah satu sumber penerimaan penting yang
akan digunakan untuk membiayai pengeluaran negara baik pengeluaran rutin maupun
kepentingan yang terjadi antara pemerintah sebagai pemungut pajak dan perusahaan
selaku pihak pembayar pajak, tidak dapat dipungkiri bahwa indikasi praktik-praktik
guna menghindari pembayaran pajak yang besar memang nyata terjadi dilakukan oleh
meminimalisir beban pajak secara legal yang masih diperbolehkan sesuai dengan
2
Nidia Zuraya, “Penerimaan Pajak Hilang, Ditjen Pajak Awasi WP Sektor Properti”, artikel
diakses pada 22 September 2014 dari www.republika.co.id/berita/ekonomi/keuangan/penerimaan-
pajak-hilang-ditjen-pajak-awasi-wp-sektor-properti.
3
peraturan perpajakan yang berlaku. Salah satu cara yang dapat digunakan adalah
melakukan rekayasa utang untuk mengurangi besaran pajaknya. Salah satu cara yang
digunakan yaitu memperbesar utang sehingga bunga utang besar dan beban pajaknya
menurun..3
harus dibayarkan secara periodik kepada kreditur atau investor obligasi. Peraturan
perpajakan memperlakukan biaya bunga sebagai bagian dari biaya usaha. Oleh karena
itu, semakin besar bunga hutang perusahaan maka pajak yang terutangnya akan
menjadi lebih kecil karena bertambahnya unsur biaya usaha. Sebagaimana dijelaskan
dalam pasal 6 ayat (1) a UU Nomor 17 tahun 2000 yang menyatakan bahwa biaya
bunga dapat menjadi unsur pengurang penghasilan kena pajak. Dalam situasi tertentu,
keadaan inilah yang dapat mendorong adanya penggunaan utang yang semakin besar
3
Ramdhania El Hida, “Dirjen Pajak: Banyak Perusahaan Rekayasa Utang Untuk Kurangi
Pajak”, artikel diakses pada 22 September 2014 dari http://finance.detik.com/dirjen-pajak-banyak-
perusahaan-rekayasa-utang-untuk-kurangi-pajak.
4
Bursa Efek Indonesia (BEI), pada perusahaan yang tergolong sebagai penerbit daftar
efek syariah yang sahamnya masuk dalam kategori Indeks Saham Syariah Indonesia
berbunga dalam komposisi struktur modal akan terbatasi dengan adanya peraturan
penerbitan daftar efek syariah, dimana salah satu poinnya mengatur besaran rasio
total hutang yang berbasis bunga dibandingkan dengan total aset tidak boleh melebihi
dari 45% bagi emiten yang sahamnya dikategorikan sebagai saham syariah.
hal penggunaan hutang berbunga pada emiten syariah di BEI. Imbasnya teknik
penghindaran pajak secara legal (tax avoidance) melalui hutang dengan maksud
memanfaatkan biaya bunga pinjaman sebagai tax deductible akan terbatasi dengan
pengurang pajak, cara lain yang juga kerap ditempuh perusahaan dalam rangka
perusahaan adalah dengan cara melakukan praktik manajemen laba guna merekayasa
angka laba yang dijadikan sebagai dasar pengenaan penghasilan kena pajak.
5
manajemen laba, yaitu dengan cara memperkecil taxable income dalam rangka
mengungkapkan suatu informasi tertentu jika ada manfaat yang diperolehnya, apabila
tidak ada manfaat yang bisa diperoleh, manajer cenderung akan menyembunyikan
Fenomena manajemen laba yang berkaitan dengan kasus pajak pernah terjadi
di Indonesia yang dilakukan oleh Grup Bakrie, salah satunya adalah Kasus PT.
Kaltim Prima Coal (KPC) yang merupakan salah satu perusahaan tambang batu bara
milik Grup Bakrie selain PT. Bumi Resources Tbk dan PT. Arutmin Indonesia yang
diduga terkait tindak pidana pajak tahun 2007. Dimana KPC diduga (setelah
penyelidikan) oleh Ditjen Pajak memiliki kurang bayar sebesar Rp 1,5 triliun dan
ditemukan adanya indikasi tindak pidana pajak berupa rekayasa penjualan yang
dilakukan oleh KPC pada tahun 2007 untuk meminimalkan pajak. Hal inilah yang
4
William R Scoot, Financial Accounting Theory 2nd Edition. (Scarrborough Ontario:
Prentice Hall Canada Inc, 2000), h.361
5
Sri Sulistyanto, Manajemen Laba - Teori dan Model Empiris (Jakarta: PT. Grasindo, 2008),
h.15
6
dapat menimbulkan praktek manajemen laba yang berhubungan dengan pajak dalam
merekayasa aktifvitas operasional dari sisi pengakuan pendapatan dan beban untuk
sebagai obyek pajak, namun pada umumnya penghasilan yang dinyatakan sebagai
obyek pajak tidak secara spesifik mengatur saat pengakuan pendapatan dan biaya
terkait. Dalam beberapa hal, wajib pajak mempunyai kebebasan di dalam membuat
pendapatan dan biaya, meskipun kebijakan akuntansi yang telah ditetapkan harus
diterapkan secara taat asas atau konsisten dari tahun ke tahun. Berbagai metode
inilah yang dapat membuka peluang bagi manajemen untuk melakukan upaya-upaya
untuk menunda atau mempercepat pengakuan pendapatan dan biaya, sehingga dapat
6
Hidayani, “Pengaruh Beban Pajak Tangguhan Terhadap Manajemen Laba. Earnings
Management (Studi Kasus Pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia)”, (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi, Universitas Pendidikan Indonesia, 2013), h.3
7
William R Scoot, Financial Accounting Theory 2nd Edition. (Scarrborough Ontario:
Prentice Hall Canada Inc, 2000), h.359
8
Lilis Setiawati dan Na’im, “Manajemen Laba” (Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia,
2001), h.159
7
ini penulis bermaksud untuk melakukan penelitian skripsi dengan mengangkat judul
Badan Terutang”. Studi Pada Perusahaan Penerbit Daftar Efek Syariah Sektor
1. Pembatasan Masalah
permasalahan dalam penelitian skripsi ini tidak meluas, maka penulis memfokuskan
dan membatasi penelitian pada: Indikator struktur modal dalam penelitian ini diukur
dengan menggunakan proksi Long Term Debt to Asset Ratio (LDAR) dan Debt to
Equity Ratio (DER). Perhitungan yang digunakan peneliti sebagai proksi manajemen
laba dilakukan dengan pendeteksian melalui model yang dikembangkan oleh Friedlan
(1994). Pajak Penghasilan yang digunakan dalam penelitian ini dilihat dari angka
Pajak Penghasilan Badan Terutang atau pajak kini yang tercantum dalam laporan
sebagai penerbit daftar efek syariah atau saham syariah sektor property dan real
2. Perumusan Masalah
a) Apakah Long Term Debt to Assets Ratio (LDAR) berpengaruh terhadap pajak
badan terutang?
terutang?
d) Apakah Long Term Debt to Assets Ratio (LDAR), Debt to Equity Ratio
1. Tujuan Penelitian
d) Pengaruh simultan Long Term Debt to Assets Ratio (LDAR), Debt to Equity
Ratio (DER) dan manajemen laba terhadap pajak penghasilan badan terutang.
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat bagi berbagai pihak yang
a) Bagi Pemerintah.
b) Bagi Perusahaan.
struktur modal yang efisien dan profitable namun tanpa mengabaikan aspek
c) Bagi Akademisi
d) Bagi Peneliti
perpajakan.
skripsi ini. Adapun studi terdahulu yang menjadi acuan dalam penulisan skripsi ini
adalah:
11
12
13
14
Pajak merupakan salah satu kewajiban perusahaan sebagai wajib pajak yang
khususnya pajak penghasilan dalam hal ini untuk penentuan jumlah besarnya pajak
terhutang ditentukan oleh wajib pajak sendiri. Salah satu cara untuk mencapai
efesiensi perhitungan kewajiban pajak yang dibayar oleh perusahaan adalah dengan
yang dominan menggunakan hutang untuk tujuan mendapatkan biaya bunga sebagai
memanipulasi angka laba yang akan dikenakan sebagai dasar perhitungan laba kena
pajak. Secara singkat kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat disajikan dalam
Gambar 1.1
Kerangka Pemikiran
X3 : Manajemen Laba
F. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN :
Pasar Modal Syariah, Konsep Modal, Struktur Modal, Manajemen Laba dan
Intepretasi hasil Analisis Statistik Deskriptif, Uji Asumsi Klasik dan Uji
BAB V PENUTUP :
TINJAUAN PUSTAKA
panjang, baik dalam bentuk utang maupun modal sendiri yang diterbitkan oleh
(supplier of fund) dengan pengguna dana (user of fund) dengan tujuan investasi
jangka menengah (midle term investment) dan investasi jangka panjang (longe term
investment). Kedua pihak melakukan jual beli modal yang berwujud efek. Pemilik
prinsip-prinsip syariah dapat disebut sebagai pasar modal syariah.2 Pengertian ini
hampir sama dengan yang dikemukakan oleh Heri Sudarsono yang mendifinisikan
1
Muhammad Nasarudin Irsan dan Indra Surya, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia
(Jakarta: Kencana, 2007), h.291
2
Burhanuddin Susanto, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2010), h.131
17
18
berprinsipkan syariah.3
perbedaan antara kegiatan pasar modal syariah dengan pasar modal konvensional.
Secara umum perbedaan tersebut dapat dilihat pada landasan akad-akad yang
digunakan dalam transaksi atau surat berharga yang diterbitkannya. Dalam pasar
Prinsip syariah merupakan kesesuaian dengan sistem syariah yang ada yang
meliputi tidak diperkenankan bertransaksi barang dan jasa yang diharamkan seperti
riba, maysir dan gharar. Oleh karena itu, jika ada perusahaan atau bank umum yang
membuat atau mendistribusikan barang atau jasa yang haram, maka tidak termasuk
3
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah; Deskripsi dan Ilustrasi
(Yogyakarta: Ekonisia, 2004), h.199
4
Burhanuddin Susanto, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah, h.131-132.
5
Ibid., h.131
6
Yani Mulyaningsih, Kriteria Investasi Syariah dalam Konteks Kekinian (Yogyakarta: Kreasi
Wacana, 2008), h.96
19
syariah yang terbebas dari unsur riba, maysir dan gharar (ketidakpastian).
b. Emiten yang mengeluarkan efek syariah baik berupa saham ataupun sukuk
c. Semua efek harus berbasis pada harta atau transaksi riil, bukan mengharapkan
Perputaran modal pada kegiatan pasar modal syariah tidak boleh disalurkan
Semua transaksi yang terjadi di bursa efek harus atas dasar suka sama suka,
tidak ada unsur pemaksaan, tidak ada pihak yang didzalimi atau mendzalimi. Tidak
ada unsur riba, tidak bersifat spekulatif atau judi dan semua transaksi harus
3. Saham Syariah
berbentuk penyertaan modal kepemilikan atau saham dan sukuk. Penyertaan modal
atau saham merupakan salah satu bentuk penanaman modal pada suatu entitas (badan
usaha) yang dilakukan dengan menyetorkan sejumlah dana tertentu dengan tujuan
20
untuk menguasai sebagian hak pemilikan atas perusahaan. Pemegang saham atau
investor mendapatkan hasil melalui pembagian deviden dan capital gain. Perusahaan
Saham adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang
berbentuk Perseroan Terbatas (PT) atau yang biasa disebut emiten. Saham
menyatakan bahwa pemilik sebagian dari perusahaan itu. Dengan demikian kalau
seseorang investor membeli saham, maka ia pun menjadi pemilik atau pemegang
saham perusahaan.8 Regulasi tentang saham diatur dalam pasal 40,41,42 KUHD.
Pemegang saham mempunyai hak untuk menuntut dividen (return) dan hak-hak lain
Suatu saham dapat dikategorikan sebagai saham syariah jika saham tersebut
diterbitkan oleh:10
1) Emiten dan Perusahaan Publik yang secara jelas menyatakan dalam anggaran
7
Muhammad Nafik HR, Bursa Efek dan Investasi Syariah, (Jakarta: Serambi, 2009), h.224
8
Sawidji Widoatmojo, Cara Cepat Memulai Investasi Saham: Panduan Bagi pemula,
(Jakarta: Gramedia, 2004), h.39
9
Abdul Manan, Aspek Hukum dalam Penyelenggaraan Investasi di Pasar Modal Syariah
Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2009), h.93
10
Otoritas Jasa Keuangan, “Pasar Modal Syariah”, artikel diakses pada 4 April 2015 dari
http://www.ojk.go.id/sharia-capital-id
21
sebagai berikut:
I. kegiatan usaha tidak bertentangan dengan prinsip syariah sebagaimana diatur dalam
f. jual beli risiko yang mengandung unsur ketidakpastian (gharar) dan/atau judi
barang atau jasa haram zatnya (haram li-dzatihi), barang atau jasa haram
dan/atau, barang atau jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat;
II. rasio total hutang berbasis bunga dibandingkan total aset tidak lebih dari 45%, dan
22
III. rasio total pendapatan bunga dan total pendapatan tidak halal lainnya
dibandingkan total pendapatan usaha dan total pendapatan lainnya tidak lebih dari
10%.
B. Konsep Modal
Modal adalah dana yang digunakan untuk membiayai pengadaan aktiva dan
operasi perusahaan. Modal terdiri dari item-item yang ada disisi kanan suatu neraca,
Menurut Thomas Copeland modal adalah suatu aktiva dengan umur lebih dari
satu tahun yang tidak diperdagangkan dalam kegiatan sehari-hari.12 Dari kedua
pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa modal adalah dana yang digunakan
C. Struktur Modal
11
Lukas Setia Atmaja, Manejemen Keuangan (Yogyakarta: Andi, 2002), h.115
12
Suyadi Prawirosentono, Pengantar Bisnis Modern: Studi Kasus Indonesia dan Analisis
Kualitatif (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), h.365
13
Suad Husnan, Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan (keputusan Jangka Panjang)
(Yogyakarta: BPFE, 2000), h.275
23
Menurut Ahmad Rodoni dan Herni Ali, struktur modal adalah proporsi dalam
menggunakan kombinasi atau paduan sumber yang berasal dari dana jangka panjang
yang terdiri dari dua sumber utama yakni yang berasal dari dalam dan luar
perusahaan.15
panduan sumber yang berasal dari dana jangka panjang yang terdiri dari dua sumber
Weston dan Copeland memberikan suatu konsep tentang faktor leverage sebagai
rasio proksi dari struktur modal. Faktor leverage adalah rasio antara nilai buku
seluruh hutang (debt = D) terhadap total aktiva (total aset = TA) atau nilai total
perusahaan. Bila membahas tentang total aktiva, yang dimaksudkan adalah total nilai
buku dari aktiva perusahaan berdasarkan catatan akuntansi. Nilai total perusahaan
14
Bambang Riyanto, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan (Yogyakarta: BPFE, 2001),
h.296
15
Ahmad Rodoni dan Herni Ali, Manajemen Keuangan, (Jakarta: Mitra Wacana Media,
2010), h.137
16
Weston J Fred and Thomas E Copeland, Manajemen Keuangan, Edisi Kesembilan, Jilid II
(Jakarta: Binarupa Aksara, 1997), h.21
24
Rasio leverage merupakan rasio untuk mengukur seberapa bagus struktur permodalan
Struktur modal suatu perusahaan secara umum terdiri dari dua komponen,
yakni hutang jangka panjang dan modal sendiri, yang diuraikan sebagai berikut:18
Hutang jangka panjang meliputi pinjaman dari bank atau sumber lain yang
melunasi hutang lain, atau membeli mesin dan peralatan) dan penerbitan
surat obligasi ditentukan nilai nominal, bunga per tahun, dan jangka waktu
Modal sendiri atau ekuitas merupakan modal jangka panjang yang diperoleh
tetap berada dalam perusahaan untuk jangka waktu yang tidak terbatas
17
Hadi Wahyono, “Komperasi Kinerja Perusahaan Bank dan Asuransi Studi Empiris di Bursa
Efek Jakarta, Jurnal riset ekonomi dan manajemen, vol. 2 No.2, Mei (2002), h.12
18
Warsono, Manajemen Keuangan (Malang: UMM Press, 2003), h.236
19
Arthur J Keown, Manajemen Keuangan: Prinsip-Prinsip dan Aplikasi (Jakarta: PT. Indeks
Kelompok Gramedia, 2004), h.38
25
sedangkan modal pinjaman memiliki jatuh tempo. Ada 2 (dua) sumber utama
dari modal sendiri yaitu modal saham preferen dan modal saham biasa,
Teori mengenai struktur modal modern bermula pada tahun 1958, ketika
Profesor Franco Modigliani dan Profesor Merton Miller (yang selanjutnya kita sebut
MM), mempublikasikan apa yang disebut sebagai artikel keuangan yang paling
tidak relevan. Tetapi, studi MM didasarkan pada sejumlah asumsi yang tidak realistis,
antara lain:20
d. Para investor dapat meminjam dengan tingkat suku bunga yang sama seperti
asumsi ini terlihat tidak realistis, hasil-hasil MM yang tidak relevan sangat
tidak relevan, MM juga memberikan beberapa petunjuk kepada kita tentang apa
yang diperlukan bagi struktur modal agar menjadi relevan sehingga akan
mempengaruhi nilai suatu perusahaan.21 Hasil kerja MM menandai awal dari riset
atas struktur modal modern, dan riset selanjutnya dipusatkan untuk melemahkan
20
Eugene F Brigham and Joel F Houston, Manajemen Keuangan (Jakarta: Erlangga, 2001),
h.30
21
Ibid., h.31
27
lebih realistis. Riset dalam bidang ini sangat luas, tetapi garis besarnya
1) Efek Pajak
kepada pemegang saham tidak dapat dikurangkan. Perlakuan yang berbeda ini
ini diubah beberapa tahun kemudian oleh Merton Miller (kali ini tanpa
bahwa semua penghasilan dari obligasi pada umumnya adalah bunga, yang
39,6 persen, sementara penghasilan dari saham biasanya sebagian berasal dari
ditangguhkan sampai saham itu terjual dan keuangan terealisasi. Jika saham
itu ditahan sampai si pemilik meninggal, tidak ada pajak keuntungan modal
apapun yang harus dibayar. Jadi, bila ditimbang, pengembalian atas saham
22
Ibid., h.32
28
biasa dikenakan pajak dengan tarif efektif yang lebih rendah daripada
pengembalian atas utang. Karena situasi pajak ini, Miller berpendapat bahwa
tetapi perlakuan pajak yang lebih menguntungkan atas penghasilan dari saham
terjadinya dan biaya-biaya yang akan timbul bila kesulitan keuangan telah
muncul. Perusahaan yang labanya lebih labil, bila semua hal lain sama,
23
Ibid., h.33
29
3) Trade-Off Theory
tinggi.24
4) Teori Pengisyaratan
informasi yang sama mengenai prospek perusahaan seperti yang dimiliki para
yang optimal.25
24
Ibid., h.33
25
Ibid., h.35
26
Mulyadi, Manajemen Keuangan: Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif (Malang:
Banyumedia, 2006), h.274
30
a. Tujuan Perusahaan
pemegang saham, maka struktur modal yang optimal adalah yang dapat
optimal terletak pada leverage rata-rata perusahaan lain dalam satu industri.
dana yang lebih besar daripada laba ditahan yang akan mengurangi dana
pinjaman.
Apabila saham yang ada dalam perusahaan hanya dimiliki oleh sejumlah kecil
e. Batas kredit
f. Ukuran Perusahaan
tersebut.
h. Stabilitas Earnings
Karena biaya modal sendiri (cost of equity) dapat merefleksikan harga saham,
maka turun naiknya harga saham akan menunjukkan harapan bagi equity
j. Biaya utang
Jika biaya utang kd > rentabilitas aktiva re, maka penambahan utang akan
k. Tarif pajak
yang positif.
financiing.
o. Struktur aktiva
kerja.
33
D. Manajemen Laba
informasi dalam laporan keuangan dengan tujuan untuk mengelabui stakeholder yang
ingin mengetahui kinerja dan kondisi perusahaan. Istilah intervensi dipakai sebagai
dasar sebagian pihak untuk menilai manajemen laba sebagai kecurangan. Sementara
pihak lain tetap menganggap aktivitas rekayasa manajerial ini bukan sebagai
standar akuntansi, yaitu masih menggunakan metode dan prosedur akuntansi yang
Menurut Healy and Wahlen, manajemen laba terjadi ketika para manajer
laporan keuangan.28
27
Sri Sulistyanto, Manajemen Laba: Teori dan Model Empiris (Jakarta: Grasindo, 2008), h.6
28
P.M. Healy and J.M. Wahlen, “A Review of The Earnings Management Literature and its
implication for standard setters”, Accounting Horizons Vol. 13 No. 4 (Dec 1999), h.368
34
Secara umum terdapat beberapa hal yang memotivasi individu atau badan
a. Motivasi Bonus.
insentif dan bonus sebagai feedback atau evaluasi atas kinerja manajer dalam
relatif tetap dan rutin. Sementara, bonus yang relatif lebih besar nilainya
hanya akan diberikan ketika kinerja manajer berada di area pencapaian bonus
yang telah ditetapkan oleh pemegang saham. Kinerja manajer salah satunya
diukur dari pencapaian laba usaha. Pengukuran kinerja berdasarkan laba dan
b. Motivasi Utang.
dengan pihak ketiga, dalam hal ini adalah kreditor. Agar kreditor mau
29
Dedhy Sulistiawan, Yeni Januarsi dan Liza Alvia, Creative Accounting–Mengungkap
Manajemen Laba dan Skandal Akuntansi (Jakarta: Salemba Empat, 2011), h.31
35
hasil maksimal, yaitu pinjaman dalam jumlah besar, perilaku kreatif dari
c. Motivasi Pajak.
Tindakan manajemen laba tidak hanya terjadi pada perusahaan go public dan
menginginkan untuk menyajikan laporan laba fiskal yang lebih rendah dari
fiskal yang dilaporkan memang lebih rendah tanpa melanggar aturan dan
Motivasi ini banyak digunakan oleh perusahaan yang akan go public ataupun
saham perdananya ke publik atau lebih dikenal dengan istilah Initial Public
Offering (IPO) untuk memperoleh tambahan modal usaha dari calon investor.
ekspansi usahanya.
36
Motivasi utama yang mendorong hal tersebut adalah untuk memperoleh bonus
f. Motivasi Politis.
Motivasi ini biasanya terjadi pada perusahaan besar yang bidang usahanya
semisal perminyakan, gas, listrik, dan air. Demi menjaga tetap mendapatkan
terlalu baik karena jika sudah baik, kemungkinan besar subsidi tidak lagi
diberikan.
manajemen laba, namun yang sejalan dengan penelitian ini yaitu ditinjau dari
penghematan pajak menjadi motivasi manajemen laba yang paling nyata. Namun
perpajakan tidak mempunyai peran besar dalam keputusan manajemen laba. Intinya
37
Menurut Scott ada empat pola manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan
yaitu:31
1. Taking a bath
bath dilakukan dengan melaporkan rugi yang besar pada periode sekarang.
2. Income Minimization
Income minimization adalah pola manajemen laba yang serupa dengan taking
a bath namun dalam bentuk yang tidak terlalu ekstrim. Income minimization
penghapusan beberapa aset dan intangible asset, beban pemasaran, dan beban
R&D.
3. Income Maximization
laba perusahaan agar bisa mencapai bogey dalam skema bonus. Namun
30
William R. Scott, Financial Accounting Theory (Toronto Ontaria: Pearson, 2012), h.432-435
31
William R. Scott, Financial Accounting Theory, 3rd edition (Prentice Hall: United States of
America, 2003), h.383
38
4. Income Smoothing
akuntansi memberikan peluang bagi manajemen untuk mencatat suatu fakta tertentu
a) Mengubah metode depresiasi aktiva tetap dari metode jumlah angka tahun
(sum of the year digit) ke metode depresiasi garis lurus (straight line)
terputuskan.
pengukuran berbasis akrual dalam mendeteksi ada tidaknya manipulasi. Salah satu
karena cara-cara tersebut kurang mendapat perhatian untuk diketahui pihak luar.
Total Accrual dalam perhitungan laba terdiri atas nondiscetionary dan discretionary
adalah total accruals, dimana total accruals tersebut terdiri dari komponen non
33
Freidlan J. M. 1994. Accounting Choice of Issuers of Initial Public Offerings. Contempo-
rary Accounting Research 11 (1) (1994): 1-31.
34
Veronica dan Bachtiar, Y. S. Good Corporate Governance Information Asymetry and
Earnings Management. (Simposium Nasional Akuntansi VII. Denpasar, 2004)
35
Tatang Ari Gumanti. Earnings Management: Suatu Telaah Pustaka, Jurnal Akuntansi dan
Keuangan. 2 (2) (2000): 104-115
41
Model pengukuran atas discretionary accruals pada penelitian ini dijelaskan dengan
TA = NOI - CFO
Keterangan :
TA = Total Accruals
persamaan :
akan ditemukan dua jenis discretionary accruals, yaitu discretionary accruals negatif
42
E. Pajak Penghasilan
pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak atau dapat
pula dikenakan pajak untuk penghasilan dalam bagian tahun pajak, apabila kewajiban
2008 Tanggal 23 September 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 4893, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3985) yang
31 Desember 1983 Tentang PPh, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983
36
Saiful, “Hubungan manajemen laba (earnings management) dengan kinerja operasi dan
return saham di sekitar IPO”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia 7 (3, 2004). h.316-332.
37
Erly Suandy, Perpajakan, edisi kedua, cetakan kedua (Jakarta: Salemba Empat, 2010),
h.81
38
Diaz Priantara, Perpajakan Indonesia, Edisi kedua (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013),
h.171
43
Secara umum pengertian subjek adalah siapa yang dikenakan pajak. Menurut
penghasilan, yang menjadi subjek pajak penghasilan adalah orang pribadi, warisan
yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak, badan dan
bentuk usaha tetap (BUT). Penjelasan dari masing-masing subjek pajak penghasilan
a. Orang pribadi
Kedudukan orang pribadi sebagai subjek pajak dapat bertempat tinggal atau
b. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak
Dalam hal ini, warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan merupakan
subjek pajak pengganti menggantikan mereka yang berhak yaitu ahli waris.
yang berasal dari warisan tersebut tetap dapat dilaksanakan, demikian juga dengan
39
Endah Nilam Rahmadani, “Analisis Pengaruh Struktur Modal Terhadap Pajak Penghasilan
Badan Terutang,” (Skripsi.Fakultas Ekonomi dan Bisnis: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2010),
h.15-18
44
c. Badan
Pengertian Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan
kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang
meliputi, Perseroan Terbatas (PT), Perseroan Komanditer (CV), Badan Usaha Milik
Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, persekutuan, firma,
kongsi, koperasi, yayasan, lembaga, dana pensiun, bentuk usaha tetap dan bentuk
badan lainnya.
Yang dimaksud dengan BUT adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh
orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia
tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua
belas) bulan, atau badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di
berupa:
2) Cabang perusahaan
3) Kantor perwakilan
4) Gedung kantor
5) Pabrik
6) Bengkel
45
10) Orang atau badan yang bertindak selaku agen yang kedudukannya tidak bebas
11) Agen atau pegawai dari perusahaan asuransi yang tidak didirikan dan tidak
risiko di Indonesia.
PPh terdiri dari subjek pajak dalam negeri dan subjek pajak luar negeri. Kedua jenis
Yang dimaksud subjek pajak dalam negeri adalah subjek pajak yang secara
fisik memang berada atau bertempat tinggal atau berkedudukan di Indonesia. Hal ini
1) Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau orang pribadi yang
berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan.
berhak.
46
berada di Indonesia namun tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12
bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di
Indonesia.
berada di Indonesia namun tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12
bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di
bukan dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha
tetap di Indonesia.
Dalam peraturan perpajakan yang dimaksud dengan objek pajak yaitu sesuatu
yang dapa dikenakan pajak. Objek PPh adalah penghasilan. Pengertian penghasilan
diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari
47
luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan
wajib pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun.40
diterima oleh wajib pajak dapat dikategorikan atas empat sumber, yaitu:
Berdasarkan empat kategori di atas, sesuai dengan pasal 4 ayat (1) Undang-
undang PPh telah diberikan uraian mengenai objek PPh antara lain:
a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima
c. Laba usaha.
40
Ibid., h.19
48
badan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh
bersangkutan
pengembalian hutang.
g. Dividen dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari
perusahaan asuransi kepada pemegang polis dan pembagian sisa hasil usaha
koperasi.
h. Royalti.
n. Premi asuransi.
o. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri
dari wajib pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas, sepanjang
bebas anggotanya.
dikenakan pajak.
Sesuai dengan UU No. 36 Tahun 2008, tarif PPh untuk WP Badan terdiri dari
3 (tiga) tarif, yaitu tarif sesuai Pasal 17 ayat (2a) UU PPh, tarif sesuai Pasal 17 ayat
Besarnya tarif PPh adalah 25% (dua puluh lima persen) dan sudah
diberlakukan sejak Tahun Pajak 2010. Tarif PPh ini adalah tarif umum yang berlaku
41
Ferry Aditama dan Anna Purwaningsh, “Pengaruh Perencanaan Pajak Terhadap
Manajemen Laba Pada Perusahaan Non Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia” (Jurnal,
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta), h.7-8
50
bagi semua WP Badan, khususnya WP Badan yang tidak memenuhi syarat Pasal 17
pengurangan tarif sebesar 5% (lima persen) dari tarif normal atau dengan kata lain
mulai Tahun Pajak 2010, tarif untuk WP Badan yang sudah go public adalah 20%
(dua puluh persen). WP Badan yang berhak mendapat penurunan atau pengurangan
tarif PPh ini adalah WP Badan yang sudah go public dengan kriteria sebagai berikut:
2) Jumlah saham yang dilempar ke publik minimal 40% (empat puluh persen)
dari keseluruhan saham yang disetor dan saham tersebut dimiliki oleh
minimal 300 pihak (pemegang saham) baik orang pribadi ataupun badan.
Kondisi yang disebutkan pada kedua poin terakhir tersebut harus dipenuhi
dalam jangka waktu paling singkat 6 (enam) bulan dalam jangka waktu 1 (satu) tahun
pajak. Jika salah satu dari ketiga kriteria tersebut di atas tidak terpenuhi, maka WP
Badan tersebut harus menggunakan tarif PPh yang ditetapkan dalam Pasal 17 ayat
Besarnya tarif PPh menurut pasal ini adalah 50% (lima puluh persen) dari tarif
umum yang disebutkan pada Pasal 17 ayat (1) huruf b atau Pasal 17 ayat (2b) UU
PPh. Dengan kata lain, ada diskon tarif PPh sehingga tarif yang dikenakan kepada
WP Badan yang memenuhi syarat hanya sebesar 14% (untuk tahun pajak 2009) atau
jumlah peredaran brutonya dalam satu Tahun Pajak tidak lebih dari Rp 50 milyar.
Cara penghitungannya dapat dilihat pada memori penjelasan Pasal 31E UU PPh.
Menurut penegasan dalam poin 2.c. Surat Edaran (SE) Dirjen Pajak Nomor
adalah penghasilan yang berasal dari kegiatan usaha, baik yang berasal dari Indonesia
1. Long Term Debt to Asset Ratio terhadap Pajak Penghasilan Badan Terutang
Long Term Debt to Asset Ratio adalah rasio yang mengukur seberapa besar
jumlah aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang jangka panjang. Aktiva didanai
dari dua sumber, yaitu dari investor dan kreditor. Penggunaan hutang oleh
memperlakukan biaya bunga sebagai bagian dari biaya usaha. Oleh karena itu,
semakin besar bunga hutang perusahaan maka pajak yang terutangnya akan
dijelaskan dalam pasal 6 ayat (1) a UU Nomor 17 tahun 2000 yang menyatakan
bahwa biaya bunga dapat menjadi unsur pengurang penghasilan kena pajak.
tentang pengaruh Long Term Debt to Asset Ratio terhadap Pajak Penghasilan
Badan Terutang, menunjukkan semakin besar rasio Long Term Debt to Asset
Berdasarkan keterkaitan antar variabel Long Term Debt to Asset Ratio terhadap
Pajak Penghasilan Badan Terutang maka hipotesis yang akan diajukan yaitu:
Ha1 : Long Term Debt to Asset Ratio berpengaruh signifikan terhadap Pajak
Debt to Equity Ratio adalah perbandingan rasio total hutang dengan ekuitas yang
dapat dikurangkan sebagai biaya (Tax deductible) sesuai Pasal 6 ayat (1) huruf a
dikurangkan sebagai biaya (Non-Tax deductible) sesuai Pasal 9 ayat (1) huruf a
UU Nomor 17 tahun 2000. Pendanaan yang dominan berasal dari hutang akan
menimbulkan biaya berupa bunga hutang yang tinggi, yang tentunya hal ini akan
dilakukan oleh Endah Nilam Rahmadani (2010) tentang pengaruh Debt to Equity
penelitian yang dilakukan oleh Yulianti tentang pengaruh Debt to Equity Ratio
Pajak Penghasilan Badan Terutang, yang berarti semakin besar Debt to Equity
Badan Terutang.
motivasi bagi manajer untuk melakukan manajemen laba, yaitu dengan cara
Terutang.
42
Sri Sulistyanto, Manajemen Laba - Teori dan Model Empiris (Jakarta: PT. Grasindo, 2008),
h.15
43
William R Scoot, Financial Accounting Theory 2nd Edition. (Scarrborough Ontario:
Prentice Hall Canada Inc, 2000), h.361
44
Ibid., h.359
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
verifikatif.1
struktur modal, manajemen laba dan pajak penghasilan badan terutang pada
perusahaan yang bergerak di sektor property dan real estate yang tergolong sebagai
emiten yang mengeluarkan Daftar Efek Syariah (DES) periode pelaporan keuangan
pertanyaan dalam rumusan masalah, yaitu bagaimana pengaruh struktur modal (Long
Term Debt to Assets Ratio & Debt to Equity Ratio) dan manajemen laba secara
perusahaan yang tergolong emiten syariah sektor properti dan real estate periode
2013-2014 berturut-turut.
1
Mohammad Nazir, Metode Penelitian, Cetakan Kelima (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1999),
h.105
55
56
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan penerbit saham syariah pada
sektor property dan real estate yang termasuk dalam Indeks Saham Syariah Indonesia
(ISSI) di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2013-2014. Sampel penelitian
tak acak dengan prosedur judgment / purposive sampling. Kriteria penentuan sampel
1. Perusahaan penerbit Daftar Efek Syariah pada sektor property dan real estate
syariah.
data yang dibutuhkan penulis selama periode penelitian tahun 2013-2014 dan
Tabel 3.1
Keterangan Jumlah
Pelanggaran Kriteria 1
Pelanggaran Kriteria 2
Tabel 3.2
Daftar Sampel Perusahaan Penerbit Daftar Efek Syariah Sektor Properti dan
Real Estate Tahun 2013-2014
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak
langsung melalui media perantara yang dicatat oleh pihak lain. Data sekunder
umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam data
diteliti melalui buku, artikel, jurnal, laporan penelitian, tesis, internet dan
Dalam penelitian ini terdapat satu variabel dependen (Y) dan dua variabel
independen (X) yang akan diuji dengan menggunakan teknik regresi linier berganda.
2
Nur Indriantoro dan Babang Suparno, Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan
Manajemen, Edisi Pertama (Yogyakarta: Lembaga Penerbit BPFE, 2002), h. 147.
60
merupakan variabel dependen. Pajak Penghasilan (PPh) Badan Terutang adalah pajak
yang dikenakan terhadap laba yang dihasilkan atau diperoleh perusahaan dalam satu
tahun pajak. Dengan kata lain, PPh Badan Terutang adalah laba fiskal yang sudah
direkonsiliasikan fiskal dikali dengan tarif PPh Badan Terutang. Dalam laporan
keuangan PPh Badan terutang sering disebut dengan beban pajak kini (Current Tax
Expense).
Merupakan rasio hutang jangka panjang dengan aset yaitu bahwa pendanaan
3
Agnes Sawir, Analisis Kinerja dan Perencanaan Keuangan Perusahaan (Jakarta: PT
Gramedia Pustaka, 2003), h.10
61
c. Manajemen Laba = X3
perbedaan antara total accruals pada periode yang diuji yang distandarisasi
dengan penjualan pada periode yang diuji dan total accruals pada periode
laba bersih operasi (net operating income) dengan aliran kas dari aktivitas
4
Friedlan, J.M “Accounting Choices of Issuer of Initial Public Offering”. Contemporary
Accounting Research, 11 (1, 1994)
62
TA = NOI - CFO
Keterangan :
TA = Total Accruals
persamaan :
Keterangan :
yaitu dengan penerapan Statistical Product and Services Solutions (SPSS) for
windows 22.0. setelah data-data yang diperlukan dalam penelitian ini terkumpul,
langkah selanjutnya yaitu melakukan analisis data yang terdiri dari metode statistik
deskriptif, uji asumsi klasik dan uji hipotesis. Adapun penjelasan mengenai metode
1. Statistik Deskriptif
dilihat dari nilai rata-rata, standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum,
mendeskripsikan data menjadi sebuah informasi yang lebih jelas dan mudah
5
Saiful, “Hubungan manajemen laba (earnings management) dengan kinerja operasi dan return
saham di sekitar IPO”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia 7 (3, 2004). h.316-332.
64
a. Uji Normalitas
atau tidak. Seperti diketahui bahwa uji t dan uji F mengasumsikan bahwa
nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar maka
uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Ada dua cara
perbedaan yang signifikan dengan data normal baku sehingga data yang
6
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Edisi 5 (Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2011), h.19
7
Ibid., h.160.
65
b. Uji Multikolinearitas
Pada model regresi yang baik seharusnya antar variabel independen tidak
tolerance value dan variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini
8
Ibid., h. 165.
9
Ibid., h. 105.
66
independen lainnya. Jika nilai tolerance > 0,10 dan VIF < 10 maka tidak
terjadi multikolinearitas.
c. Uji Heteroskedastisitas
tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara nilai prediksi variabel
tidak terdapat pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di
d. Uji Autokorelasi
bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Model regresi yang baik
10
Ibid., h.139
67
adalah yang bebas dari autokorelasi.11 Jika dalam model regresi terjadi
autokorelasi yang kuat maka dapat menyebabkan dua variabel yang tidak
1. Bila nilai D-W terletak antara batas atas atau upper bound (du) dan
autokorelasi.
2. Bila nilai D-W lebih rendah daripada batas bawah atau lower bound
positif.
3. Bila nilai D-W lebih besar dari (4-dl) maka koefisien autokorelasi <
4. Bila nilai D-W terletak antara batas atas (du) dan batas bawah (dl)
atau D-W terletak antara (4-du) dan (4-dl), maka hasilnya tidak
dapat disimpulkan.
11
Ibid., h.110
12
Ibid., h.111
68
masalah autokorelasi, penulis juga menggunakan uji Run test. Run test
menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang tinggi atau tidak.
random atau tidak. Uji run test akan memberikan kesimpulan yang lebih
pasti jika terjadi masalah pada Durbin-Watson Test ketika nilai d terletak
Sebuah penelitan dikatakan bebas masalah autokorelasi jika hasil run test
menunjukkan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) > 0.05, yang berarti bahwa data
13
M Nashihun Ulwan, “Mendeteksi Autokorelasi dengan Run Test”, artikel diakses pada 23
Juni 2015 dari http://www.portal-statistik.com/2014/05/mendeteksi-autokorelasi-dengan-run-test.html.
69
dengan skala pengukuran interval atau rasio dalam suatu persamaan linear.15
Struktur Permodalan yang diproksikan dengan Debt to Equity Ratio & Debt to
Asset Ratio dan Manajemen Laba yang dihitung melalui pendekatan model
Y = a + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + e
Dimana :
a = Konstanta
X3 = Manajemen Laba
e = error
14
Singgih Santosa, Statistik Parametrik Konsep dan Aplikasi dengan SPSS, (Jakarta: PT. Elex
Media Komputindo, 2010), h.163.
15
Nur Indriantoro dan Bambang Sopumo, Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan
Manajemen, Edisi Pertama (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 2002), h. 211.
70
4. Uji Hipotesis
Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur
dari goodness of fitnya. Secara statistik, setidaknya ini dapat diukur dari nilai
atau pengaruh variabel independen long term debt to asset ratio, debt to
variabel dependen. Untuk itu perlu dilakukan uji F atau ANOVA yang
16
Duwi Priyatno. Belajar Cepat Olah Data Statistik dengan SPSS, (Yogyakarta: Andi, 2010),
h.66
17
Imam Ghozali, Aplikasi Multivariate dengan Program SPSS, (Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro, 2009), h.127
71
dependen.
18
Ibid., h.129
BAB IV
Output data hasil pengelolaan statistik dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 4.1
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Pajak_Penghasilan 64 1027246575 560048091102 104238067364 116518602352
LDAR 64 1,9 50,1 19,312 11,6113
DER 64 18,0 224,2 85,772 46,5179
Manajemen_Laba 64 -1,98 3,42 ,1902 ,93798
Valid N (listwise) 64
Sumber : Output SPSS, 2015
rata dan standar deviasi dari masing-masing variabel penelitian sebagai berikut :
Berdasarkan tabel 4.1 di atas, dari 32 sampel perusahaan penerbit daftar efek
syariah yang bergerak pada sektor property dan real estate pada tahun 2013-
yang dimiliki oleh PT Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk pada tahun 2013 dan
oleh PT Lippo Karawaci Tbk pada tahun 2014. Nilai standar deviasi sebesar
72
73
Berdasarkan tabel 4.1 di atas, dari 32 sampel perusahaan penerbit daftar efek
syariah yang bergerak pada sektor property dan real estate pada tahun 2013-
2014, Long Term Debt to Asset Ratio (LDAR) perusahaan yang terkecil
adalah 1,9% yang dimiliki oleh PT Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk pada
tahun 2013 dan nilai Long Term Debt to Asset Ratio (LDAR) yang terbesar
rata-rata Long Term Debt to Asset Ratio (LDAR) adalah 19,312% dan standar
Berdasarkan tabel 4.1 di atas, dari 32 sampel perusahaan penerbit daftar efek
syariah yang bergerak pada sektor property dan real estate pada tahun 2013-
2014, Debt to Equity Ratio (DER) perusahaan yang terkecil adalah 18,0%
yang dimiliki oleh PT Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk pada tahun 2014 dan
nilai Debt to Equity Ratio (DER) yang terbesar adalah 224,2% yang dimiliki
Debt to Equity Ratio (DER) adalah 85,772% dan standar deviasi sebesar
46,5179%.
74
Berdasarkan tabel 4.1 di atas, dari 32 sampel perusahaan penerbit daftar efek
syariah yang bergerak pada sektor property dan real estate pada tahun 2013-
income decreasing atau menurunkan laba pada tahun 2013 dan untuk nilai
0,93798.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
terikat dan variabel bebas keduanya memiliki distribusi normal atau tidak.
Model regresi yang baik memiliki distribusi yang normal atau mendekati
kurva memiliki kemiringan yang cenderung imbang, pada sisi kiri maupun
Gambar 4.1
normal p-plot, penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik.
Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal dan ploating data
akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data normal maka
76
diagonalnya.
Gambar 4.2
Smirnov. Pada Tabel 4.2 dibawah ini diperoleh Asymp-sig (2-tailed) > taraf
77
nyata (α) atau 0,078 > 0,05. hal ini berarti data residual berasal dari distribusi
normal.
Tabel 4.2
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Apabila terjadi korelasi
antar variabel bebas, maka terdapat masalah multikolinieritas pada model regresi
tersebut.
Model regresi yang baik seharusnya tidak memiliki korelasi antar variabel
multikolinieritas jika VIF tidak lebih dari 10 (VIF<10) dan nilai Tolerance tidak
78
kurang dari 0,1. Dalam penelitian ini hasil uji multikolinieritas dapat dilihat pada
Tabel 4.3
Hasil Uji Multikolinieritas
Berdasarkan tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa nilai VIF ketiga variabel,
LDAR, DER dan Manajemen Laba tidak lebih dari angka 10 (VIF < 10), masing-
masing yaitu: 1,682, 1,687 dan 1,016. Nilai Tolerance masing-masing sebesar 0,595,
0,593 dan 0.958 yang menunjukkan lebih dari 0.1 (Tolerance > 0.1). Maka dapat
disimpulkan bahwa model regresi dalam penelitian ini bebas dari masalah
terjadi ketidaksamaan varians dan residual atau pengamatan ke pengamatan yang lain.
Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka
dengan melihat adata tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara nilai
adalah adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y
sesungguhnya). Dasar analisis dari uji heteroskedastisitas melalui grafik plot adalah
sebagai berikut :
1. Jika pola tertentu, seperti titik - titik yang ada membentuk pola tertentu yang
2. Jika tidak ada pola yang jelas, setra titik - titik menyebar di atas dan di bawah
Gambar 4.3
Hasil Uji Heteroskedastisitas
secara acak dan tidak membentuk suatu pola baik di atas maupun di bawah angka 0
sumbu Y. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model regresi dalam penelitian
Hasil uji autokorelasi Durbin Waston menunjukkan angka 2,367, yang dapat
dibandingkan dengan jumlah sampel (n) = 64 dan variabel bebas (k) = 3 pada tingkat
signifikansi 5% maka diperoleh batas bawah (dl) sebesar 1,498, batas atas (du)
Watson terletak antara (4 – du) dan (4 – dl) atau (2,305 < 2,367 < 2,501), menurut
kaidah statistik tentang uji autokorelasi, maka hasilnya tidak dapat disimpulkan / no
decision.
Tabel 4.4
Runs Test
Unstandardized
Residual
Test Valuea -21896536765,33918
Cases < Test Value 32
Cases >= Test Value 32
Total Cases 64
Number of Runs 31
Z -,504
Asymp. Sig. (2-
,614
tailed)
a. Median
81
Seperti yang terlihat pada tabel 4.4, hasil uji autokorelasi melalui run test
menunjukkan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0.614 > 0.05. Dimana kaidah yang
berlaku adalah penelitian dikatakan bebas dari masalah autokorelasi ketika nilai
Asymp. Sig. (2-tailed) > 0.05, yang berarti bahwa data yang dipergunkan cukup
random sehingga tidak terdapat masalah autokorelasi pada data yang diuji
SPSS, koefisien determinasi terletak pada Model Summaryb dengan melihat Adjusted
dalam penelitian.
Tabel 4.5
Model Summaryb
Mode R R Square Adjusted R Std. Error of Durbin-
l Square the Estimate Watson
1 ,488a ,238 ,200 1,042E+11 2,367
a. Predictors: (Constant), Manajemen_Laba, LDAR, DER
b. Dependent Variable: Pajak_Penghasilan
Sumber: Output SPSS yang diolah, 2015.
sebesar 0,200 atau sebesar 20%. Hal ini menunjukkan bahwa kontribusi variabel
82
independen LongTerm Debt to Asset Ratio, Debt to Equity Ratio dan Manajemen
Laba terhadap variabel dependen Pajak Penghasilan Badan Terutang sebesar 20%,
sedangkan sisanya sebesar 80% dipengaruhi oleh faktor lain seperti kepatuhan,
ketaatan dan pemahaman wajib pajak terhadap undang-undang pajak yang berlaku,
Debt to Asset Ratio (LDAR), Debt to Equity Ratio (DER) dan Manajemen Laba
Tabel 4.6
ANOVAa
Model Sum of Df Mean Square F Sig.
Squares
Regression 2,033E+23 3 6,778E+22 6,237 ,001b
1 Residual 6,520E+23 60 1,087E+22
Total 8,553E+23 63
a. Dependent Variable: Pajak_Penghasilan
b. Predictors: (Constant), Manajemen_Laba, LDAR, DER
Sumber: Output SPSS yang diolah, 2015
Berdasarkan tabel 4.6 hipotesis (Uji F) didapat nilai signifikansi model regresi
secara simultan sebesar 0,001. Nilai ini lebih kecil dari significance level 0,05 (5%),
yaitu 0,001 < 0,05. Selain itu dapat juga dilihat dari hasil perbandingan antara f-
83
hitung dan f-tabel yang menunjukkan nilai f-hitung sebesar 6,237, sedangkan f-tabel
sebesar 2,76. Dari hasil tersebut terlihat bahwa f-hitung > f-tabel yaitu 6,237 > 2,76,
maka dapat disimpulkan bahwa secara simultan variabel independen LongTerm Debt
to Asset Ratio (LDAR), Debt to Equity Ratio (DER) dan Manajemen Laba
Penghasilan (PPh) Badan Terutang. Dengan kata lain, jika penggunaan komponen
hutang dalam struktur permodalan yang tertuang dalam rasio LDAR dan DER dapat
dikelola dengan baik dan secara efisien, maka hal tersebut dapat meningkatkan laba
perusahaan yang secara tidak langsung juga akan berakibat pada peningkatan pajak
laba untuk tujuan meminimalkan pajak perusahaan, pada akhirnya dari motif
manajemen laba melalui income increasing yang ditempuh perusahaan ini akan
meningkatkan laba dan tentu akan berdampak pada kenaikan laba kena pajak yang
Debt to Equity Ratio dan Manajemen Laba terhadap variabel dependen Pajak
Tabel 4.7
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized T Sig.
Coefficients
B Std. Error Beta
Uji t statistik ini digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi,
dependen. Uji t dilakukan untuk mengetahui mana di antara tiga variabel independen
yang berpengaruh terhadap pajak penghasilan badan terutang. Uji t dilakukan dengan
sisi), dengan derajat kebebasan (df) = n-k-1 yaitu 64-3-1 = 60 (n adalah jumlah
sampel dan k adalah jumlah variabel indpenden). Dari pengujian 2 sisi (signifikansi =
0,025), maka diperoleh t-tabel sebesar 2,052. Sehingga hasil pengujian dapat
Berdasarkan tabel 4.7 hasil uji parsial (t-test) di atas, diperoleh nilai
signifikansi variabel LongTerm Debt to Assets Ratio (LDAR) sebesar 0,023 <
0,05 (taraf signifikansi). Selain itu juga dapat dilihat dari hasil perbandingan
antara t-hitung dan t-tabel yang menunjukan nilai t-hitung sebesar 2,336,
sedangkan t-tabel sebesar 2,000. Dari hasil tersebut terlihat bahwa t-hitung >
t-tabel yaitu 2,336 > 2,000, maka dapat disimpulkan bahwa Ha1 diterima,
atau searah terhadap pajak penghasilan badan terutang yang berarti bahwa
jangka panjang dalam membiayai aktivanya, maka hal ini akan berimplikasi
hubungan yang negatif terhadap PPh badan terutang. Namun, hampir serupa
terhadap total aktiva atau Debt to Asset Ratio (DAR) sebagai proksi struktur
86
terutang.
aktiva yang dilakukan secara tepat, cermat dan efisien dengan memperhatikan
usaha, justru hal ini merupakan sesuatu yang dapat mendatangkan keuntungan
dan pada akhirnya akan terjadi peningkatan laba yang otomatis juga akan
contoh yang baik dari perusahaan yang menggunakan hutang secara bijak.
Kroger mempunyai beban hutang yang besar, tetapi aktiva yang dibeli melalui
yang hingga saat ini masih diterapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK),
tentang kriteria dan penerbitan daftar efek syariah yang mengatur besaran
1
Eugene Brigham F dan Houston F, Manajemen Keuangan. Buku dua, (Jakarta: Erlangga,
2001), h.4
87
pajak. Hal ini terjadi karena pada emiten syariah, unsur biaya bunga yang
non syariah yang masih dominan menggunakan hutang dengan sistem ribawi.
Terutang.
Berdasarkan tabel 4.7 hasil uji parsial (t-test) di atas, diperoleh nilai
signifikansi variabel Debt to Equity Ratio (DER) sebesar 0,198 > 0,05 (taraf
signifikansi). Selain itu dilihat dari hasil perbandingan antara t-hitung dan t-
tabel yang menunjukan nilai t-hitung sebesar 1,303, sedangkan t-tabel sebesar
2,000. Dari hasil tersebut terlihat bahwa t-hitung < t-tabel yaitu 1,303 <
(2007), Endah Nilam Rahmadani (2010) dan Hujati (2011) yang menyatakan
Berdasarkan tabel 4.7 hasil uji parsial (t-test) pada model regresi,
diperoleh nilai signifikansi variabel manajemen laba sebesar 0,660 > 0,05
(taraf signifikansi). Selain itu dilihat dari hasil perbandingan antara t-hitung
88
dan t-tabel yang menunjukan nilai t-hitung sebesar -0,442, sedangkan t-tabel
sebesar 2,000. Dari hasil tersebut terlihat bahwa t-hitung < t-tabel yaitu -
0,442 < 2,000, maka dapat disimpulkan bahwa H3 ditolak, artinya secara
Untuk hasil penelitian lain yang terkait tema yaitu seputar manajemen
laba dan pajak, Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
dengan manajemen laba. Namun, berbeda dengan hasil penelitian Lindira dan
Berdasarkan tabel 4.6 di atas juga dapat diperoleh model persamaan analisis
yaitu LDAR, DER dan Manajemen Laba dianggap konstan (bernilai 0), maka
sebesar Rp -1.715.685.464,0.
89
PENUTUP
A. Kesimpulan
sebagai berikut:
a. Berdasarkan hasil uji t (parsial) pada model regresi, dapat disimpulkan bahwa
Ha1 diterima, secara parsial variabel Long Term Debt to Assets Ratio (LDAR)
b. Berdasarkan hasil uji t (parsial) pada model regresi, dapat disimpulkan bahwa
c. Berdasarkan hasil uji t (parsial) pada model regresi, dapat disimpulkan bahwa
bahwa secara simultan variabel independen Long Term Debt to Asset Ratio
90
91
Terutang.
B. Saran
1. Bagi Perusahaan:
rasio hutang bisa berarti buruk pada situasi ekonomi sulit dan suku bunga
tinggi, dimana perusahaan yang memiliki rasio hutang yang tinggi dapat
mengalami masalah keuangan, namun selama ekonomi baik dan suku bunga
Nilai rasio yang tinggi menunjukkan peningkatan dari resiko pada kreditor
pembayaran bunga yang tinggi pula, yang pada akhirnya akan mengurangi
dalam komposisi struktur modal dapat disikapi dengan bijak agar tidak hanya
untuk motif pajak misalnya. Tetapi, penggunaan hutang juga harus didasarkan
92
kebijakan hutang dalam struktur modal yang harus disikapi secara cermat,
berlaku dan tentunya tetap menjalankan prinsip etika bisnis yang bermoral.
Agar tidak terjadi konflik kepentingan antara pemerintah dan sektor privat
dalam hal penggunaan struktur modal dan hutang oleh perusahaan dalam
oktober 1984 tentang besaran rasio DER untuk keperluan pajak penghasilan,
dapat memperbaiki dalam hal jumlah variabel dan kriteria sampel, pemilihan
94
95
Wahyono, Hadi. “Komperasi Kinerja Perusahaan Bank dan Asuransi Studi Empiris di
Bursa Efek Jakarta”, Jurnal riset ekonomi dan manajemen, vol. 2 No.2, Mei
2002.
Warsono. Manajemen Keuangan. Malang: UMM Press, 2003.
Widoatmojo, Sawidji. Cara Cepat Memulai Investasi Saham: Panduan Bagi pemula.
Jakarta: Gramedia, 2004.
Sumber Website:
Ulwan, M. Nasihun. “Mendeteksi Autokorelasi dengan Run Test”. Artikel diakses
pada 23 Juni 2015 dari http://www.portal-statistik.com/2014/05/mendeteksi-
autokorelasi-dengan-run-test.html.
Zuraya, Nidia. “Penerimaan Pajak Hilang, Ditjen Pajak Awasi WP Sektor Properti”.
Artikel diakses pada 22 September 2014 dari
www.republika.co.id/berita/ekonomi/keuangan/penerimaan-pajak-hilang-
ditjen-pajak-awasi-wp-sektor-properti.
Otoritas Jasa Keuangan. “Pasar Modal Syariah”. Artikel diakses pada 4 April 2015
dari http://www.ojk.go.id/sharia-capital-id.
El Hida, Ramdhania. “Dirjen Pajak: Banyak Perusahaan Rekayasa Utang Untuk
Kurangi Pajak”. Artikel diakses pada 22 September 2014 dari
http://finance.detik.com/dirjen-pajak-banyak-perusahaan-rekayasa-utang-
untuk-kurangi-pajak.
Lampiran Data-Data Penelitian
No Kode Perusahaan Long Term Debt Total Asset Total Debt Total Ekuitas LDAR DER
1 APLN 7.258.586.782.000 19.679.908.990.000 12.467.225.599.000 7.212.683.391.000 36,9 172,9
2 ASRI 5.377.642.758.000 14.428.082.567.000 9.096.297.873.000 5.331.784.694.000 37,3 170,6
3 BAPA 30.930.030.754 175.635.233.972 83.135.962.299 92.499.271.673 17,6 89,9
4 BEST 408.908.558.909 3.360.272.281.414 883.452.694.685 2.476.819.586.729 12,2 35,7
5 BIPP 83.076.439.473 561.406.598.837 126.968.794.620 434.437.804.217 14,8 29,2
6 BKDP 179.682.876.411 845.487.178.846 254.836.207.890 590.650.970.956 21,3 43,1
7 BKSL 2.251.608.547.924 10.665.713.361.698 3.785.870.536.508 6.879.842.825.190 21,1 55,0
8 BSDE 4.720.743.994.363 22.572.159.491.478 9.156.861.204.571 13.415.298.286.907 20,9 68,3
9 COWL 441.808.556.557 1.944.913.754.306 762.326.960.130 1.182.586.794.176 22,7 64,5
10 CTRA 3.220.154.139.164 20.114.871.381.857 10.349.358.292.156 9.765.513.089.701 16,0 106,0
11 CTRP 1.744.533.993.433 7.653.881.472.162 3.081.045.626.268 4.572.835.845.894 22,8 67,4
12 CTRS 448.165.265.849 5.770.169.834.673 3.274.505.037.052 2.495.664.797.621 7,8 131,2
13 DART 1.337.022.888.000 4.768.449.638.000 1.841.771.878.000 2.926.677.760.000 28,0 62,9
14 DILD 1.740.666.192.738 7.526.470.401.005 3.430.425.895.884 4.096.044.505.121 23,1 83,7
15 DUTI 511.313.717.462 7.473.596.509.696 1.428.544.530.018 6.045.051.979.678 6,8 23,6
16 ELTY 740.478.732.018 12.301.124.419.066 5.135.730.903.278 7.165.393.515.788 6,0 71,7
17 EMDE 91.473.455.591 938.536.950.089 380.595.770.404 557.941.179.685 9,7 68,2
18 FMII 68.185.121.296 429.979.371.877 146.581.586.357 283.397.785.520 15,9 51,7
19 GMTD 415.211.801.414 1.307.846.871.186 904.423.011.764 403.423.859.422 31,7 224,2
20 JPRT 415.631.086.000 6.163.177.866.000 3.479.530.351.000 2.683.647.515.000 6,7 129,7
21 KIJA 2.316.508.748.894 8.255.167.231.158 4.069.135.357.955 4.186.031.873.203 28,1 97,2
22 LAMI 17.280.675.000 612.074.767.000 253.450.327.000 358.624.440.000 2,8 70,7
23 LPCK 81.317.498.245 3.854.166.345.345 2.035.080.266.357 1.819.086.078.988 2,1 111,9
24 LPKR 12.281.225.413.069 31.300.362.430.266 17.122.789.125.041 14.177.573.305.225 39,2 120,8
25 MDLN 2.530.189.628.445 9.647.813.079.565 4.972.112.587.194 4.675.700.492.371 26,2 106,3
26 MTLA 422.763.128.000 2.834.484.171.000 1.069.728.862.000 1.764.755.309.000 14,9 60,6
27 NIRO 646.594.947.705 2.955.009.137.912 1.104.718.377.867 1.850.290.760.045 21,9 59,7
28 PWON 2.345.869.289.000 9.298.245.408.000 5.195.736.526.000 4.102.508.882.000 25,2 126,6
29 RBMS 2.988.078.964 158.997.539.543 31.163.379.030 127.834.160.513 1,9 24,4
30 RODA 457.786.683.660 2.750.856.730.771 1.029.740.133.555 1.721.116.597.216 16,6 59,8
31 SCBD 782.814.701.000 5.550.429.288.000 1.255.256.029.000 4.295.173.259.000 14,1 29,2
32 SMRA 3.963.506.937.000 13.659.136.820.000 9.001.470.153.000 4.657.666.667.000 29,0 193,3
Data Rasio LDAR & DER Tahun 2014
No Kode Perusahaan Long Term Debt Total Asset Total Debt Total Ekuitas LDAR DER
1 APLN 9.264.304.640.000 23.686.158.211.000 15.223.273.846.000 8.462.884.365.000 39,1 179,9
2 ASRI 7.750.062.788.000 16.924.366.954.000 10.553.173.020.000 6.371.193.934.000 45,8 165,6
3 BAPA 32.118.392.483 176.171.620.663 76.625.843.194 99.545.777.469 18,2 77,0
4 BEST 251.243.973.116 3.652.993.439.542 803.492.240.778 2.849.501.198.764 6,9 28,2
5 BIPP 98.179.527.813 617.584.221.361 164.803.358.823 452.780.862.538 15,9 36,4
6 BKDP 83.682.665.838 829.193.043.343 231.347.145.941 597.845.897.402 10,1 38,7
7 BKSL 1.258.591.288.679 9.796.065.262.250 3.585.237.676.023 6.210.827.586.227 12,8 57,7
8 BSDE 4.331.968.409.729 28.134.725.397.393 9.661.295.391.976 18.473.430.005.417 15,4 52,3
9 COWL 1.843.840.563.863 3.682.393.492.170 2.334.406.888.063 1.347.986.604.107 50,1 173,2
10 CTRA 4.086.625.795.160 23.283.477.620.916 11.862.106.848.918 11.421.370.771.998 17,6 103,9
11 CTRP 2.338.111.955.706 8.861.322.202.870 3.973.692.159.579 4.887.630.043.291 26,4 81,3
12 CTRS 436.423.576.371 6.121.211.474.227 3.102.694.012.136 3.018.517.462.091 7,1 102,8
13 DART 1.387.919.969.000 5.114.273.658.000 1.867.445.219.000 3.246.828.439.000 27,1 57,5
14 DILD 2.733.483.167.468 9.004.884.010.541 4.534.717.461.562 4.470.166.548.979 30,4 101,4
15 DUTI 821.773.734.561 8.024.311.044.118 1.775.893.448.385 6.248.417.595.733 10,2 28,4
16 ELTY 1.747.927.206.935 14.506.123.496.863 6.892.121.547.959 7.614.001.948.904 12,0 90,5
17 EMDE 183.913.152.674 1.179.018.690.672 576.053.997.101 602.964.693.571 15,6 95,5
18 FMII 48.594.868.020 459.446.166.175 173.624.705.738 285.821.460.437 10,6 60,7
19 GMTD 347.024.724.202 1.524.317.216.546 857.970.061.541 666.347.155.005 22,8 128,8
20 JPRT 435.090.129.000 6.684.262.908.000 3.482.331.602.000 3.201.931.306.000 6,5 108,8
21 KIJA 2.821.362.362.105 8.505.270.447.485 3.843.434.033.668 4.661.836.413.817 33,2 82,4
22 LAMI 18.831.022.000 631.395.724.000 234.382.204.000 397.013.520.000 3,0 59,0
23 LPCK 108.329.891.288 4.309.824.234.265 1.638.364.646.380 2.671.459.587.885 2,5 61,3
24 LPKR 14.389.379.227.138 37.761.220.693.695 20.114.771.650.490 17.646.449.043.205 38,1 114,0
25 MDLN 3.408.432.891.141 10.446.907.695.182 5.115.802.013.637 5.331.105.681.545 32,6 96,0
26 MTLA 461.505.883.000 3.250.717.743.000 1.213.581.467.000 2.037.136.276.000 14,2 59,6
27 NIRO 578.798.557.659 3.037.200.775.668 1.296.939.347.778 1.740.261.427.890 19,1 74,5
28 PWON 4.574.524.360.000 16.770.742.538.000 8.487.671.758.000 8.283.070.780.000 27,3 102,5
29 RBMS 3.045.215.141 155.939.885.534 23.772.179.228 132.167.706.306 2,0 18,0
30 RODA 224.644.513.871 3.067.688.575.340 963.427.430.240 2.104.261.145.100 7,3 45,8
31 SCBD 1.087.840.689.000 5.569.183.172.000 1.621.222.893.000 3.947.960.279.000 19,5 41,1
32 SMRA 5.394.244.925.000 15.379.478.994.000 9.386.842.550.000 5.992.636.444.000 35,1 156,6
Data Perhitungan Manajemen Laba Tahun 2012
NO KODE PERUSAHAAN NET INCOME CFO TAC = NI - CFO SALES TAC / SALES
1 APLN 841.290.753.000 1.212.098.318.000 (370.807.565.000) 4.689.429.510.000 -0,08
2 ASRI 1.216.091.539.000 2.030.764.133.000 (814.672.594.000) 2.446.413.889.000 -0,33
3 BAPA 4.488.128.775 3.036.496.328 1.451.632.447 25.179.996.061 0,06
4 BEST 470.357.197.085 590.455.734.781 (120.098.537.696) 965.113.274.649 -0,12
5 BIPP (15.132.023.671) 3.185.409.667 (18.317.433.338) 30.129.322.906 -0,61
6 BKDP (58.396.173.479) (33.889.529.354) (24.506.644.125) 13.399.164.622 -1,83
7 BKSL 220.926.021.026 437.469.854.535 (216.543.833.509) 622.705.425.776 -0,35
8 BSDE 1.478.858.784.945 222.677.916.607 1.256.180.868.338 3.727.811.859.978 0,34
9 COWL 69.675.152.924 87.968.447.755 (18.293.294.831) 311.479.199.666 -0,06
10 CTRA 849.382.875.816 1.728.003.003.225 (878.620.127.409) 3.322.669.123.181 -0,26
11 CTRP 319.151.767.553 476.534.148.682 (157.382.381.129) 826.474.506.998 -0,19
12 CTRS 273.913.555.964 632.112.158.786 (358.198.602.822) 1.048.459.429.865 -0,34
13 DART 180.828.252.000 90.161.315.000 90.666.937.000 845.718.621.000 0,11
14 DILD 200.435.726.378 176.531.408.127 23.904.318.251 1.262.035.941.211 0,02
15 DUTI 613.327.842.111 613.665.489.784 (337.647.673) 1.569.176.913.981 0,00
16 ELTY (1.102.086.243.270) 817.470.902.679 (1.919.557.145.949) 2.926.314.200.813 -0,66
17 EMDE 4.172.791.951 (9.972.867.682) 14.145.659.633 109.022.049.506 0,13
18 FMII 969.288.096 27.153.751.005 (26.184.462.909) 37.314.237.000 -0,70
19 GMTD 64.373.090.893 255.948.620.894 (191.575.530.001) 239.910.571.770 -0,80
20 JPRT 427.924.997.000 283.290.266.000 144.634.731.000 1.101.821.376.000 0,13
21 KIJA 380.022.434.090 654.678.104.035 (274.655.669.945) 1.400.611.694.161 -0,20
22 LAMI 42.110.956.000 21.483.746.000 20.627.210.000 132.245.488.000 0,16
23 LPCK 407.021.908.297 432.537.904.830 (25.515.996.533) 1.013.069.147.506 -0,03
24 LPKR 1.322.847.018.938 1.288.793.481.006 34.053.537.932 6.160.214.023.204 0,01
25 MDLN 346.990.418.362 132.340.141.358 214.650.277.004 1.057.768.000.026 0,20
26 MTLA 203.895.228.000 39.612.962.000 164.282.266.000 678.729.373.000 0,24
27 NIRO 25.191.704.174 (4.991.059.013) 30.182.763.187 94.275.918.437 0,32
28 PWON 766.495.905.000 1.367.992.038.000 (601.496.133.000) 2.165.396.882.000 -0,28
29 RBMS 1.922.865.325 2.243.225.151 (320.359.826) 41.729.192.546 -0,01
30 RODA 70.799.940.574 483.253.773.996 (412.453.833.422) 210.413.594.731 -1,96
31 SCBD 69.466.498.000 262.729.854.000 (193.263.356.000) 684.916.111.000 -0,28
32 SMRA 792.085.965.000 1.309.508.416.000 (517.422.451.000) 3.463.163.272.000 -0,15
Data Perhitungan Manajemen Laba Tahun 2013
NO KODE PERUSAHAAN NET INCOME CFO TAC = NI - CFO SALES TAC / SALES
1 APLN 930.240.497.000 1.489.047.912.000 (558.807.415.000) 4.901.191.373.000 -0,11
2 ASRI 889.576.596.000 2.337.050.459.000 (1.447.473.863.000) 3.684.239.761.000 -0,39
3 BAPA 5.025.737.151 (7.971.607.459) 12.997.344.610 40.154.840.297 0,32
4 BEST 744.813.729.973 755.074.683.512 (10.260.953.539) 1.333.134.194.769 -0,01
5 BIPP 109.387.233.278 716.068.562 108.671.164.716 57.595.616.624 1,89
6 BKDP (59.138.577.166) (18.524.660.423) (40.613.916.743) 11.385.096.413 -3,57
7 BKSL 605.095.613.999 (2.457.384.696) 607.552.998.695 961.988.029.182 0,63
8 BSDE 2.905.648.505.498 548.881.192.619 2.356.767.312.879 5.741.264.172.193 0,41
9 COWL 48.711.921.383 11.558.703.530 37.153.217.853 330.837.427.396 0,11
10 CTRA 1.413.388.450.323 2.742.630.542.979 (1.329.242.092.656) 5.077.062.064.784 -0,26
11 CTRP 442.124.140.880 510.404.743.107 (68.280.602.227) 1.447.736.761.478 -0,05
12 CTRS 412.809.066.465 605.248.008.607 (192.438.942.142) 1.261.563.139.632 -0,15
13 DART 180.800.291.000 (85.544.196.000) 266.344.487.000 829.383.362.000 0,32
14 DILD 329.608.541.861 245.691.834.305 83.916.707.556 1.510.005.415.515 0,06
15 DUTI 756.858.436.790 257.459.202.436 499.399.234.354 1.604.535.230.345 0,31
16 ELTY (212.236.227.150) 282.075.455.970 (494.311.683.120) 3.200.099.599.309 -0,15
17 EMDE 34.002.476.382 75.194.293.493 (41.191.817.111) 225.134.645.500 -0,18
18 FMII (7.958.072.266) 6.236.342.338 (14.194.414.604) 50.720.539.334 -0,28
19 GMTD 91.845.276.661 (462.940.933.984) 554.786.210.645 301.085.455.287 1,84
20 JPRT 546.269.619.000 352.184.687.000 194.084.932.000 1.315.680.488.000 0,15
21 KIJA 104.477.632.614 945.214.157.370 (840.736.524.756) 2.739.598.333.777 -0,31
22 LAMI 54.340.019.000 42.155.041.000 12.184.978.000 123.722.737.000 0,10
23 LPCK 590.616.930.141 13.631.600.894 576.985.329.247 1.327.909.165.616 0,43
24 LPKR 1.592.491.214.696 (2.078.824.228.757) 3.671.315.443.453 6.666.214.436.739 0,55
25 MDLN 2.451.686.470.278 (306.894.356.330) 2.758.580.826.608 1.843.944.981.934 1,50
26 MTLA 240.967.649.000 22.389.465.000 218.578.184.000 854.973.964.000 0,26
27 NIRO 7.206.354.968 206.688.043.383 (199.481.688.415) 263.489.864.662 -0,76
28 PWON 1.136.547.541.000 2.103.061.995.000 (966.514.454.000) 3.029.797.151.000 -0,32
29 RBMS (13.984.028.601) 26.784.809.641 (40.768.838.242) 20.544.931.500 -1,98
30 RODA 376.806.804.889 23.475.274.756 353.331.530.133 640.032.612.090 0,55
31 SCBD 1.754.524.211.000 1.406.940.821.000 347.583.390.000 2.730.844.761.000 0,13
32 SMRA 1.095.888.248.000 (716.648.000) 1.096.604.896.000 4.093.789.495.000 0,27
Data Perhitungan Manajemen Laba Tahun 2014
NO KODE PERUSAHAAN NET INCOME CFO TAC = NI - CFO SALES TAC / SALES
1 APLN 983.875.368.000 621.187.784.000 362.687.584.000 5.296.565.860.000 0,07
2 ASRI 1.176.955.123.000 653.035.948.000 523.919.175.000 3.630.914.079.000 0,14
3 BAPA 7.046.505.797 (7.138.086.935) 14.184.592.732 45.435.885.620 0,31
4 BEST 391.352.903.299 488.838.984.808 (97.486.081.509) 839.637.332.535 -0,12
5 BIPP 19.658.721.859 21.272.069.665 (1.613.347.806) 98.672.667.613 -0,02
6 BKDP 7.194.926.446 22.728.101.064 (15.533.174.618) 107.391.372.309 -0,14
7 BKSL 40.727.292.707 38.327.257.924 2.400.034.783 712.472.394.627 0,00
8 BSDE 3.996.463.893.465 126.342.552.051 3.870.121.341.414 5.571.872.356.240 0,69
9 COWL 165.397.041.451 54.207.738.387 111.189.303.064 566.385.701.354 0,20
10 CTRA 1.794.142.840.271 1.989.104.868.881 (194.962.028.610) 6.344.235.902.316 -0,03
11 CTRP 398.603.030.590 547.958.158.582 (149.355.127.992) 1.662.474.689.613 -0,09
12 CTRS 583.796.318.489 37.221.013.448 546.575.305.041 1.713.275.574.259 0,32
13 DART 408.108.626.000 51.009.384.000 357.099.242.000 1.287.984.466.000 0,28
14 DILD 432.417.358.803 737.126.509.346 (304.709.150.543) 1.833.470.463.312 -0,17
15 DUTI 701.641.438.319 269.660.839.437 431.980.598.882 1.543.419.395.688 0,28
16 ELTY 423.151.432.586 138.091.393.268 285.060.039.318 1.579.947.206.733 0,18
17 EMDE 45.023.513.886 83.983.094.030 (38.959.580.144) 311.279.776.496 -0,13
18 FMII 2.423.674.916 7.041.553.503 (4.617.878.587) 44.485.466.213 -0,10
19 GMTD 120.000.195.583 40.065.235.627 79.934.959.956 316.638.970.381 0,25
20 JPRT 714.531.063.000 113.990.308.000 600.540.755.000 1.936.340.442.000 0,31
21 KIJA 394.055.213.379 290.997.155.681 103.058.057.698 2.799.065.226.163 0,04
22 LAMI 38.389.080.000 31.392.034.000 6.997.046.000 130.470.990.000 0,05
23 LPCK 844.123.258.897 (35.472.067.553) 879.595.326.450 1.792.376.641.870 0,49
24 LPKR 3.135.215.910.627 731.470.095.313 2.403.745.815.314 11.655.041.747.007 0,21
25 MDLN 711.211.597.935 146.827.172.833 564.384.425.102 2.839.771.320.340 0,20
26 MTLA 309.217.292.000 8.965.918.000 300.251.374.000 1.117.732.408.000 0,27
27 NIRO (108.501.147.457) 63.457.416.294 (171.958.563.751) 245.385.905.043 -0,70
28 PWON 2.599.141.016.000 1.994.263.395.000 604.877.621.000 3.872.272.942.000 0,16
29 RBMS 3.001.250.377 330.780.603 2.670.469.774 49.251.127.287 0,05
30 RODA 517.557.620.084 (185.660.481.980) 703.218.102.064 685.034.406.501 1,03
31 SCBD 131.543.016.000 54.727.230.000 76.815.786.000 963.242.156.000 0,08
32 SMRA 1.387.516.904.000 (1.475.017.061.000) 2.862.533.965.000 5.333.593.142.000 0,54
Nilai Discretionary Accrual Tahun 2013-2014
Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
Uji Normalitas
Uji Multikolinieritas
a
Coefficients
Tolerance VIF
(Constant)
Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Std. Error of the
Square Estimate
a
1 ,488 ,238 ,200 1,042E+11
a
Coefficients
Total 8,553E+23 63