Anda di halaman 1dari 159

PENGARUH AUDIT INTERNAL TERHADAP PENCEGAHAN DAN

PENDETEKSIAN FRAUD (KECURANGAN)


(SUATU STUDI PADA GABUNGAN KOPERASI PEGAWAI REPUBLIK
INDONESIA (GKPRI) Jawa Barat)

SKRIPSI
Untuk memenuhi salah satu syarat sidang skripsi
guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi


OLEH :
RATNA AMALIA
094020042


PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PASUNDAN
2013
PENGARUH AUDIT INTERNAL TERHADAP PENCEGAHAN DAN
PENDETEKSIAN FRAUD (KECURANGAN)
(Suatu Studi pada Gabungan Koperasi Pegawai Republik Indonesia
(GKPRI) Jawa Barat)

SKRIPSI
Untuk memenuhi salah satu syarat sidang skripsi
guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan Bandung

Menyetujui
Bandung, Juni 2013

Pembimbing,


Prof. Dr. Hj. Ida Suraida, SE.,MSi.,Ak.



Dekan, Ketua Program Studi,


Dr. H. R. Abdul Maqin, SE., MP Dr. H. Sasa S. Suratman,SE., MSc

Ilmu itu lebih baik dari pada harta. Ilmu akan menjaga engkau dan
engkau menjaga harta. Ilmu itu penghukum (hakim ) sedangkan harta
terhukum. Kalaw harta itu akan berkurang apabila dibelanjakan, tetapi
ilmu akan bertambah apabila dibelanjakan.
_Sayidina Ali bin Abi Thalib_


Katakanlah : Tiap-tiap orang berbuat
menurut cara bertindaknya masing-masing.
Maka Tuhan-Mu lebih mengetahui siapa
yang lebih benar jalannya .
(Al-Quran : 17/84)


Teruntuk :
Yang tercinta Bapa, Mama
Serta Kakak-kakakku Adikku dan Noeno

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa : `
1. Karya tulis saya, skripsi ini, adalah asli dan belum pernah diajukan untuk
mendapatkan gelar akademik sarjana, baik di Universitas Pasundan
maupun di perguruan tinggi lainnya.
2. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri, tanpa
bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing.
3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atu pendapat yang telah ditulis
atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas
dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama
pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan kemudian apabila di
kemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam
pernyataan ini maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa
pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya tulis ini, serta sanksi
lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi ini.



Bandung, Juni 2013
Yang membuat pernyataan



Ratna Amalia
NRP. 094020042



ABSTRAK

Skripsi ini berjudul Pengaruh Audit Internal terhadap Pencegahan dan
Pendeteksian Fraud. Dalam rangka memaksimalkan nilai tambah koperasi bagi
pihak yang berkepentingan (stakeholders), maka GKPRI Jawa Barat
mengimplementasikan Audit Internal yaitu dengan memaksimalkan fungsi
pengawas yang berfungsi melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan
dan pengelolaan koperasi yang dilakukan oleh pengurus. Dimana tugas dari Audit
Internal (Pengawas) adalah melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan
kebijakan dan pengelolaan koperasi yang dilakukan oleh Pengurus. Pelaksanaan
Audit Internal selain dilakukan oleh pengawas yang merupakan perangkat
organisasi koperasi dan hasil pemeriksaannya dilaporkan pada rapat anggota juga
dilakukan oleh ka.ur terhadap pegawai yang ada dibawahnya dan melaporkan
hasilnya kepada pengurus.
Tujuan Penulis melakukan penelitian ini antara lain, untuk mengetahui
Audit Internal di GKPRI Jawa Barat, untuk mengetahui pencegahan fraud di
GKPRI Jawa Barat, untuk mengetahui pendeteksian fraud di GKPRI Jawa Barat
dan Untuk mengetahui pengaruh Audit Internal terhadap pencegahan dan
pendeteksian fraud di GKPRI Jawa Barat.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi empiris,
yaitu penelitian terhadap fakta empiris yang diperoleh berdasarkan observasi dan
pengalaman. Sedangkan Hipotesis yang digunakan adalah hipotesis deskriptif dan
asosiatif, tujuannya untuk melihat hubungan antara Audit Internal dalam
mencegah dan mendeteksi fraud secara nyata. Sedangkan teknik yang digunakan
dalam pengumpulan datanya yaitu penelitian lapangan (melakukan wawancara
langsung terhadap bagian yang berhubungan dengan objek penelitian, kuesioner).
Berdasarkan hasil perhitungan program SPSS diperoleh nilai

untuk
X terhadap Y1 sebesar 9,229 dan untuk X terhadap Y2 sebesar 3,923. Dengan
menggunakan angka signifikansi atau Sig ( = 5%), dan N = 14 maka diperoleh


sebesar 2,178. Ketentuan mengatakan jika

, maka Ha
diterima dan Ho ditolak. Artinya hipotesis yang menyatakan Audit Internal
berpengaruh terhadap pencegahan dan pendeteksian fraud diterima.








KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita dan memberikan kekuatan hati
dalam setiap pembelajaran. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada
Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan kita selaku umatnya.
Setelah melalui pembelajaran dan segala perjuangan, atas hidayah dan kebesaran-
Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagaimana mestinya
dengan segala kekurangan dan kelebihannya.
Skripsi ini memuat hasil penelitian yang dilakukan penulis di Gabungan
Koperasi Pegawai Republik Indonesia (GKPRI) Jawa Barat. Penelitian ini dipilih
dengan judul Peranan Audit Internal dalam Mencegah dan Mendeteksi Fraud.
Penulis memilih judul ini mengingat pentingnya peranan Audit Internal yang
dilakukan di GKPRI Jawa Barat, demi mendukung kelancaran proses
Pengendalian intern.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak
kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan yang disebabkan oleh keterbatasan
kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki. Hal ini juga dapat terwujud
berkat bimbingan, bantuan, pengarahan, petunjuk, serta doa dari berbagai pihak
yang begitu berharga bagi penulis sampai akhirnya penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang
mendalam kepada kedua orang tua tercinta, Bapak Engkun Nurjamin dan Ibu Nia
Kurniasih serta kakak-kakakku dan adikku tersayang yang senantiasa telah
memberikan seluruh kasih sayang, perhatian, dan dukungannya baik moral
maupun material sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Pada kesempatan ini juga penulis ingin mengucapkan terima kasih serta
penghargaan yang setinggi-tingginya khususnya kepada Prof. Dr. Hj. Ida Suraida,
SE.,MSi.,AK selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga
serta pikirannya untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Selain itu penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada yang
terhormat :
1. Prof. Dr. H. M. Didi Turmudzi., MSi, Rektor Universitas Pasundan.
2. Dr. H. R. Abdul Maqin, SE., MP, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Pasundan.
3. Dr. H. Sasa S. Suratman, SE., MSc, Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Pasundan.
4. Bapak Pengurus GKPRI Jawa Barat yang telah mengijinkan penulis
melaksanakan penelitian di unit-unit usaha GKPRI Jawa Barat.
5. Bpk. Engkun Nurjamin, Kepala Urusan Pembukuan GKPRI Jawa Barat yang
telah membimbing penulis selama melaksanakan penelitian di GKPRI Jawa
Barat.

6. Sahabat-sahabatku Lilir Sundayani, Priska Wijayanti Agustiani, Elis Maesaroh
dan Fitri Kania yang selalu memberi dukungan, motivasi, dan kecerian kepada
Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Teman-teman seperjuangan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas
Pasundan.
Penulis berharap informasi yang terdapat dalam laporan ini bermanfaat.
Namun, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang dapat mendorong
penulis untuk lebih menyempurnakan laporan ini maupun karya-karya
selanjutnya.
Wassalammualiaikum wr.wb.


Bandung, Juni 2013
Penulis

Ratna Amalia








DAFTAR ISI

ABSTRAK .................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................ v
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... x
DAFTAR TABEL......................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian ......................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ................................................................. 7
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ................................................ 8
1.3.1 Maksud Penelitian ........................................................ 8
1.3.2 Tujuan Penelitian ......................................................... 8
1.4 Kegunaan Penelitian ................................................................ 8
1.4.1 Kegunaan Praktis ......................................................... 8
1.4.2 Kegunaan Teoritis ........................................................ 9
1.5 Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Pustaka ......................................................................... 10
2.1.1 Audit ............................................................................. 10
2.1.1.1 Definisi Audit ................................................ 10

2.1.1.2 Jenis-jenis Audit ............................................ 11
2.1.1.3 Tujuan Audit .................................................. 13
2.1.2 Audit Internal ............................................................... 15
2.1.2.1 Definisi Audit Internal ................................... 15
2.1.2.2 Tujuan Audit Internal ..................................... 16
2.1.2.3 Peranan Audit Internal ................................... 17
2.1.2.4 Kompetensi Audit Internal .............................. 20
2.1.2.5 Standar Profesional Audit Internal ................. 24
2.1.3 Mencegah dan Mendeteksi Fraud ................................ 29
2.1.3.1 Definisi Fraud ................................................. 29
2.1.3.2 Kondisi Penyebab Fraud ............................... 31
2.1.3.3 Faktor-faktor Pendorong Terjadinya Fraud .. 32
2.1.3.4 Pencegahan Fraud ......................................... 34
2.1.3.5 Tujuan Pencegahan Fraud ............................. 34
2.1.3.6 Metode Pencegahan Fraud ............................ 38
2.1.3.7 Pendeteksian Fraud ....................................... 40
2.1.3.8 Audit Berbasis Risiko (Risk-Based Audit) untuk
Deteksi Fraud ................................................. 41
2.1.3.9 Pengembangan Jaringan Informan (Audit
Intelegence) untuk Deteksi Fraud .................. 44
2.1.3.10 Komunikasi Informal Audit dengan Pihak
Internal ........................................................... 44

2.1.3.11 Media Audit untuk Menerima Masukan atau
Pengaduan ...................................................... 46
2.1.4 Peranan Audit Internal dalam Mencegah dan Mendeteksi
Fraud ............................................................................ 47
2.2 Kerangka Pemikiran ................................................................ 50
2.3 Hipotesis .................................................................................. 53

BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian yang Digunakan ......................................... 54
3.2 Definisi Variabel dan Operasionalisasi Variabel ..................... 55
3.2.1 Definisi Variabel dan Pengukurannya ......................... 55
3.2.2 Operasionalisasi Variabel ............................................ 57
3.3 Populasi dan Teknik Sampling ................................................ 63
3.3.1 Populasi Penelitian dan Ukuran Sampel ...................... 63
3.3.2 Teknik Sampling .......................................................... 63
3.4 Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 65
3.5 Metode Analisis Data ............................................................... 66
3.5.1 Model Penelitian .......................................................... 66
3.6 Analisa Data ............................................................................. 67
3.6.1 Pengujian Validitas ...................................................... 70
3.6.2 Pengujian Reliabilitas .................................................. 71
3.7 Rancangan Analisis dan Uji Hipotesis ..................................... 71
3.7.1 Penetapan Hipotesis Nol (Ho) dan Hipotesis Alternatif
(Ha) .............................................................................. 71

3.7.2 Pemilihan Tes Statistik dan Penghitungan Nilai Tes
Statistik ......................................................................... 72
3.7.3 Taraf Signifikansi ......................................................... 74
3.7.4 Penetapan Kriteria Pengujian Hipotesis ....................... 75

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ........................................................................ 76
4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan ...................................... 76
4.1.1.1 Definisi Koperasi ............................................ 76
4.1.1.2 Landasan, Asas, dan Tujuan Koperasi ........... 77
4.1.1.3 Prinsip Koperasi ............................................. 78
4.1.1.4 Sejarah Singkat GKPRI Jawa Barat ............... 78
4.1.1.4 Visi dan Misi GKPRI Jawa Barat .................. 80
4.1.1.4 Aktivitas Usaha GKPRI Jawa Barat ............... 81
4.1.1.4 Struktur Organisasi dan Uraian Tugas GKPRI Jawa
Barat .............................................................. 82
4.1.2 Uji Validitas dan Reliabilitas Data ............................... 86
4.1.3 Pelaksanaan Audit Internal dalam Mencegah dan Mendeteksi
Fraud di GKPRI Jawa Barat ........................................ 89
4.2 Pembahasan ............................................................................. 111
4.2.1 Analisis Audit Internal ................................................. 111
4.2.2 Analisis Mencegah dan Mendeteksi Fraud ................. 114
4.2.3 Analisis Peran Audit Internal dalam Mencgah dan
Mendeteksi Fraud ......................................................... 116

4.2.4 Pengujian Hipotesis ...................................................... 119

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan .............................................................................. 121
5.2 Saran ........................................................................................ 126

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN


DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Model Penelitian ....................................................................... 66





















DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Rekomendasi .............................................................................. 46
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian .......................................... 57
Tabel 3.2 Interpretasi Nilai Koefisien Korelasi .......................................... 73
Tabel 4.1 Hasil Penghitungan Penyajian Validitas Variabel X Audit
Internal ........................................................................................ 86
Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Penyajian Validitas Variabel Y Mencegah dan
Mendeteksi Fraud (Kecurangan) Akuntansi ............................... 87
Tabel 4.3 Uji Relibilitas Variabel X Audit Internal..................................... 88
Tabel 4.4 Tabel 4.4 Uji Reliabilitas Variabel Y Mencegah dan Mendeteksi
Fraud Akuntansi ......................................................................... 89
Tabel 4.5 Skor Jawaban Responden tentang Subvariabel Independensi..... 91
Tabel 4.6 Skor Jawaban Responden tentang Subvariabel Kemampuan
Profesional ................................................................................... 93
Tabel 4.7 Skor Jawaban Responden tentang Subvariabel Lingkup Pekerjaan
..................................................................................................... 95
Tabel 4.8 Skor Jawaban Responden tentang Subvariabel Pelaksanaan Kegiatan
Pemeriksaan ................................................................................ 98
Tabel 4.9 Skor Jawaban Responden tentangSubvariabel Penetapan Kebijakan
Anti Fraud ................................................................................... 100
Tabel 4.10 Skor Jawaban Responden tentang Subvariabel Prosedur Pencegahan
Baku ............................................................................................ 101

Tabel 4.11 Skor Jawaban Responden tentang Subvariabel Prosedur Mendeteksi
Fraud secara Otomatis dalam Sistem.......................................... 103
Tabel 4.12 Skor Jawaban Responden tentang Subvariabel Organisasi ......... 104
Tabel 4.13 Skor Jawaban Responden tentang Subvariabel Teknik Pengendalian
..................................................................................................... 105
Tabel 4.14 Skor Jawaban Responden tentang Subvariabel Kepekaan Terhadap
Fraud ........................................................................................... 107
Tabel 4.15 Skor Jawaban Responden tentang Subvariabel Audit Berbasis
Resiko ......................................................................................... 109
Tabel 4.16 Rata-rata (mean) Variabel X ....................................................... 111
Tabel 4.17 Rata-rata (Mean) Variabel Y........................................................ 114
Tabel 4. 18 Korelasi Rank Spearman ............................................................ 117
Tabel 4.19 Uji t ............................................................................................. 118
Tabel 4.20 Koefisien Determinasi ................................................................. 119











DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Tugas Pembimbing
Lampiran 2 Kartu Bimbingan Skripsi
Lampiran 3 Surat Permohonan Survey
Lampiran 4 Surat Keterangan Survey
Lampiran 5 Surat Permohonan Pengisian Kuesioner
Lampiran 6 Kuesioner
Lampiran 7 Struktur Organisasi Koperasi
Lampiran 8 Tabulasi Data Kuesioner Variabel X
Lampiran 9 Tabulasi Data Kuesioner Variabel Y
Lampiran 10 Hasil Output SPSS
Lampiran 11 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi
Lampiran 12 Lembar Persetujuan Perbaikan (Revisi) Skripsi
Lampiran 13 Daftar Perbaikan Skripsi
Lampiran 14 Catatan Perbaikan Skripsi
Lampiran 15 Biodata








BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian
Seiring dengan kemajuan perekonomian di negeri kita, dewasa ini
berkembang pula koperasi-koperasi dengan berbagai status kepemilikan, Badan
Usaha Milik Swasta (BUMS), Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan
Usaha Milik Daerah (BUMD). Dengan semakin berkembangnya skala usaha
koperasi-koperasi tersebut maka permasalahan yang dihadapi oleh koperasi-
koperasi tersebut akan menjadi kompleks.
Koperasi seperti layaknya suatu badan usaha, merupakan salah satu tempat
yang dapat memberikan kesempatan kerja dan pendapatan bagi sebagian
masyarakat Indonesia yang berusaha dalam bidang yang sesuai dengan usaha
yang dijalankan oleh koperasi tersebut. Koperasi sebagai salah satu sarana
peningkatan usaha masyarakat Indonesia dituntut untuk memaksimalkan usahanya
guna kemajuan dan kelangsungan hidup koperasi, dan juga berkembang sejalan
dengan perkembangan perekonomian dewasa ini.
Koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan ekonomi nasional
dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berlandaskan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Dalam kegiatannya itu koperasi tidak dapat melepaskan diri dari
kepentingan anggotanya. Kepercayaan yang diberikan oleh anggota kepada

koperasi dapat dipertahankan dan dapat dilihat dari keadaan koperasi setiap
waktu, sehingga kemajuan dan kemunduran koperasi akan mempengaruhi
stabilitas dan keadaan anggotanya. Dengan latar belakang tersebut, GKPRI Jawa
Barat dalam kegiatannya bertujuan pula mencari laba yang ditujukan untuk
peningkatan modal usaha koperasi yang diarahkan untuk mensejahterakan
anggotanya.
Untuk mencapai tujuan tersebut, pihak manajemen harus mengelola
usahanya dengan baik dan disamping itu perlu memperhatikan hal-hal yang
berkaitan dengan kemajuan koperasi yang didukung kemajuan ilmu pengetahuan,
teknologi, politik dan budaya yang dapat membuat dunia bisnis melaju dengan
cepat dan merupakan suatu hal yang positif apabila dibarengi dengan adanya
tanggung jawab koperasi terhadap apapun yang dilakukan. Karena pada dasarnya
kemajuan tersebut mengakibatkan makin maju dan kompleksnya aktivitas
koperasi yang mengarah pada keinginan koperasi untuk mendapatkan kemudahan-
kemudahan dalam menjalankan operasionalnya. Kemudahan-kemudahan itu
didapat karena selama ini koperasi dianggap sebagai lembaga yang dapat
memberikan keuntungan bagi masyarakat antara lain; membuka lapangan
pekerjaan dan menyediakan kebutuhan masyarakat.
Bisnis yang baik selalu mempunyai misi tertentu yang luhur dan tidak
sekedar mencari keuntungan. Akan tetapi harus dapat meningkatkan standar hidup
masyarakat dan membuat hidup manusia lebih manusiawi melalui pemenuhan
kebutuhan secara baik. Bisnis yang hanya mencari keuntungan telah

menyebabkan perilaku yang menghalalkan segala cara demi mencari keuntungan
yang sebesar-besarnya tanpa mengindahkan norma.
Sekarang ini Perusahaan banyak dihadapkan pada permasalahan
banyaknya fraud. Tidak menutup kemungkinan koperasi juga dapat dihadapkan
pada permasalahan yang sama. Fraud dapat dilakukan baik oleh pegawai maupun
manajemen demi mendapatkan keuntungan bagi mereka. Data dari Penyidik
Mabes Polri dan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) di
Indonesia.
Kasus fraud semakin marak terjadi di Indonesia akhir-akhir ini. Kasus
fraud terjadi di berbagai Perusahaan baik itu bersekala kecil maupun Perusahaan
berskala besar. Salah satu fraud yang berhasil diungkap dalah kasus korupsi yang
dilakukan oleh Ketua Koperasi Harapan Kecamatan Mancak, Jiji Abdul Aziz, Jiji
yang juga guru ini didakwa melakukan korupsi dana kegiatan pemilikan rumah
sejahtera sehat (KPRSH) mikro bersubsidi dari Kementerian Perumahan Rakyat
(Kemenpera) tahun 2008 sebesar Rp 797 juta. Koperasi Harapan telah menerima
bantuan dana KPRSH bersubsidi dari Kemenpera sebesar Rp 797 juta. Bantuan itu
diperuntukkan bagi 119 orang sesuai nama-nama pemohon yang diajukan dan
disetujui pihak Kemenpera. Namun dalam realisasinya Koperasi Harapan hanya
menyalurkan dana yang diberikan kepada 119 warga itu sebesar Rp 595 juta.
Selain itu, pihak koperasi juga telah memberikan fee atau komisi sebesar 25
persen atau Rp 199 juta kepada saksi Ahmad Rozi (terdakwa dalam kasus korupsi
serupa) yang menjadi perantara koperasi ke Kemenpera bersama Didi Ubaidilah
(DPO). Dalam kenyataannya pemberian fee itu tidak ada dalam persetujuan

Kemenpera. Perbuatan terdakwa telah merugikan keuangan negara. Berdasarkan
audit yang dilakukan, perbuatan terdakwa telah merugikan keuangan negara
sebesar Rp 797 juta (http://poskota.co.id/berita-terkini/2012/01/05/korupsi-ketua-
koperasi-diadili-di-pn-serang). Kasus yang sama terjadi juga pada dua pengurus
Koperasi Karyawan PT. Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo) periode 2008-
2011, Novian Prihantono dan Subarkah. Keduanya diduga kuat melakukan
korupsi dalam pengelolaan keuangan koperasi selama tahun 2008-2011 dengan
nilai sekitar Rp 6 miliar rupiah (http://harianjayapos.com/detail-3467-uang-
koperasi-karyawanptaskrindo-dikorup-kasusnya-diusut-di-polda-metro-jaya.html).
Munculnya, banyak kasus korupsi di Indonesia yang seolah tiada ujungnya
adalah karena rusaknya sistem ketatanegaraan kita. Sudah banyak peristiwa terjadi
di saat banyak orang baik masuk parlemen yang rusak ini tiba-tiba menjadi jahat
dan berani melakukan tindakan penyelewengan karena banyaknya godaan.
Godaan dari kekuasaan itu sendiri dan yang paling parah adalah godaan dari
sistem yang rusak ini.
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melansir kerugian negara akibat
korupsi mencapai 39,3 triliun rupiah sepanjang tahun 2004-2011. Sedangkan
Sindonews.com Indonesia Corruption Watch (ICW) mencatat, kerugian negara
akibat kasus korupsi pada semester pertama tahun 2012 mencapai Rp1,22 triliun
dari 285 kasus dengan total pelaku 597 orang. Tindak pidana korupsi di Tanah Air
masih tergolong sangat tinggi jika mengacu pada skor Corruption Perception
Index yang dilansir oleh Transparancy International Indonesia. Dengan rentang
skor 1 hingga 10, di mana skor 1 menunjukkan negara dengan korupsi yang

sangat tinggi dan skor 10 negara yang dinilai bersih dari korupsi. RI berada pada
skor 3 di tahun 2011.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya oleh Nur
Asiah (2012) dengan judul Pengaruh Penerapan Whistleblowing System Terhadap
Pencegahan Fraud. Variabel yang diteliti penerapan whistleblowing system
sebagai variabel independennya, sedangkan variabel dependennya pencegahan
fraud. Penelitiannya dilaksanakan pada PT INTI Persero. Hipotesis dalam
penelitian ini menyatakan bahwa variabel-variabel independen seperti
independensi, kemampuan profesional, lingkup pekerjaan, dan pelaksanaan
kegiatan pemeriksaan berperan positif dalam pencegahan dan pendeteksian fraud
akuntansi. Populasi penelitian yang digunakan adalah 12 orang karyawan divisi
Satuan Pengawas Intern PT INTI Persero. Teknik pengambilan sampel dilakukan
secara purposive sampling atau dengan berdasarkan pada kriteria-kriteria tertentu
dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang sesuai dengan kriteria yang telah
ditentukan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nur Asiah (2012) yaitu peranan
whistleblowing system berpengaruh terhadap pencegahan fraud.
Adapun perbedaan yang dilakukan penulis atas penelitian ini yaitu
penelitian dilaksanakan pada Gabungan Koperasi Pegawai Republik Indonesia
(GKPRI) Jawa Barat, data yang digunakan pada tahun 2011 berbeda dengan
penelitian terdahulu menggunakan data pada tahun 2012 penelitian dilaksanakan
pada PT INTI Persero. Adapun perbedaan variabel dimana Nur Asiah
menggunakan variabel independennya whistleblowing system sedangkan penulis
menggunakan variabel indenpendennya Audit Internal karena penulis ingin

mengetahui apakah dengan adanya peranan Audit Internal, fraud bisa dicegah
dan dideteksi. Sesuai dengan Pusdiklatwas BPKP (2008:36) yang mengatakan
bahwa Audit Internal memiliki peranan dalam pencegahan dan pendeteksian
kecurangan.
Istilah fraud dalam lingkungan bisnis memiliki arti yang lebih khusus,
yaitu kebohongan yang disengaja, ketidakbenaran dalam melaporkan aktiva
Perusahaan, atau manipulasi data keuangan bagi keuntungan pihak yang
melakukan manipulasi tersebut. Dalam literatur akuntansi fraud juga biasa
dikenal dengan kejahatan berkerah putih, penggelapan uang, dan bertentangan
dengan peraturan. Fraud menunjukkan pada penyajian fakta yang bersifat
material yang secara salah yang dilakukan oleh satu pihak ke pihak lain dengan
tujuan untuk membohongi dan mempengaruhi pihak lain untuk bergantung pada
fakta tersebut.
Koperasi di Indonesia disamping kesejahteraan anggota yang menjadi
tujuannya juga sangat mempedulikan kesejahteraan para karyawannya mengingat
sudah banyaknya kecurangan-kecurangan yang dapat dilakukan oleh pegawai
maupun manajemen. Akuntansi yang merupakan bagian dari dunia usaha ikut
memberikan kontribusi dalam merespon kepedulian koperasi terhadap
kesejahteraan pegawainya demi tercapainya dunia bisnis yang lebih baik.
Fraud terhadap koperasi memiliki sikap yang sama dengan Badan Usaha
lain. Oleh karenanya koperasi membutuhkan peran Audit Internal terhadap
pencegahan dan pendeteksian fraud yang mungkin dapat dilakukan oleh pegawai
maupun manajemen. Menurut Amin Widjaja Tunggal (2012:65) Audit Internal

memainkan peranan penting dalam memantau aktivitas untuk memastikan bahwa
program dan pengendalian anti kecurangan telah berjalan efektif. Aktivitas Audit
Internal dapat mencegah sekaligus mendeteksi kecurangan. Mengingat kasus
fraud adalah kejadian yang luar biasa, penanganan tindak kecurangan merupakan
pengalaman yang langka, dan hanya dimiliki oleh segelintir auditor. Auditor yang
dipilih pun biasanya adalah mereka yang sedikit bernyali (berani dan tegas),
disamping tergolong cerdas dan berpengalaman. Tindak kecurangan bukanlah
kasus sembarangan dan bukan pula kejadian yang kebetulan. Hanya Audit
Internal yang dijalankan dengan penuh kewaspadaan yang mampu menangkal
permainan mereka diam-diam merongrong Perusahaan. Berdasarkan uraian
tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian skripsi dengan judul :
Pengaruh Audit Internal terhadap Pencegahan dan Pendeteksian Fraud
(Suatu Studi pada Gabungan Koperasi Pegawai Republik Indonesia
(GKPRI) Jawa Barat)

1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, penulis menyadari bahwa
akan banyak masalah yang akan timbul pada saat melaksanakan pembahasan
masalah yang akan diteliti. Untuk itu penulis membatasi pembahasan pada ruang
lingkup masalah yang ada sangkut pautnya dengan fraud.
Agar masalah yang akan dibahas memperoleh suatu kejelasan dan
pembahasannya lebih terarah, maka penulis berusaha untuk mengidentifikasikan
masalahnya sebagai berikut:


1. Bagaimana Audit Internal di GKPRI Jawa Barat.
2. Bagaimana pencegahan fraud di GKPRI Jawa Barat
3. Bagaimana pendeteksian fraud di GKPRI Jawa Barat.
4. Bagaimana pengaruh Audit Internal terhadap pencegahan dan
pendeteksian fraud di GKPRI Jawa Barat.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1 Maksud Penelitian
Sehubungan dengan latar belakang dan identifikasi masalah diatas,
penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana Audit Internal dapat
membantu mencegah dan mendeteksi terjadinya fraud.

1.3.2 Tujuan Penelitian
Dari perumusan masalah yang telah penulis uraikan sebelumnya, maka
tujuan penelitian adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Audit Internal di GKPRI Jawa Barat.
2. Untuk mengetahui, pencegahan dan pendeteksian fraud di GKPRI
Jawa Barat.
3. Untuk mengetahui pengaruh Audit Internal terhadap pencegahan dan
pendeteksian fraud di GKPRI Jawa Barat.









1.4 Kegunaan Penelitian
1.4.1 Kegunaan Praktis
Kegunaan praktis merupakan penjelasan kepada pihak-pihak mana saja
yang kiranya hasil penelitian penulis dapat memberikan manfaat. Adapun
kegunaan praktis dari penelitian ini adalah:
1. Bagi Penulis, penelitian ini berguna untuk menyusun skripsi yang
merupakan salah satu syarat untuk menempuh ujian sarjana pada
Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan Bandung.
2. Bagi Perusahaan (koperasi), penelitian ini dapat menambah informasi
bagi manajemen tentang pentingnya pengaruh Audit Internal terhadap
pencegahan dan pendeteksian fraud untuk dijadikan bahan masukan
dalam penyusunan kebijakan perencanaan dan pengendaliaan operasi
yang lebih efektif.
3. Bagi Pihak Lain
Yaitu sebagai sumbangan yang diharapkan akan memperkaya ilmu
pengetahuan dan dalam rangka pengembangan disiplin ilmu akuntansi,
serta memberikan referensi khususnya untuk mengkaji topik-topik
yang berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam penelitian yang
dilakukan penulis.

1.4.2 Kegunaan Teoritis
Diharapkan dapat memberikan pengembangan ilmu dalam bidang studi
yang membahas mengenai pemeriksaan keuangan khususnya mengenai topik
pengaruh Audit Internal terhadap pencegahan dan pendeteksian fraud. Dan

semoga penelitian ini dapat dijadikan masukan sebagai sumber data untuk
penelitian selanjutnya.
1.5 Tempat dan Waktu Penelitian
Untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan dalam menyusun
skripsi ini, Penulis melakukan penelitian di GKPRI Jawa Barat , yang berlokasi
di Jalan Lengkong Besar No. 4 Bandung. Adapun waktu penelitian dimulai
awal Bulan Februari 2013 sampai dengan bulan April 2013.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN
HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Audit
2.1.1.1 Definisi Audit
Setiap Perusahaan didirikan dengan tujuan utama untuk memperoleh laba
disamping beberapa tujuan lainnya. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka semua
tahap kegiatan yang akan dilaksanakan harus direncanakan, dianalisa dan diteliti
secara seksama terlebih dahulu oleh mereka yang bertanggung jawab.
Dengan makin luas dan rumitnya masalah-masalah yang ada pada
Perusahaan, maka ruang lingkup dan luasnya tugas yang dipikul oleh manajemen
semakin bertambah besar. Oleh karena itu manajemen memerlukan alat bantu
yang dapat digunakan untuk mengendalikan kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakannya. Salah satu alat bantu dalam melaksanakan fungsi utama
manajemen, fungsi pengawasan dan pengendalian adalah aktivitas audit.
Alvin A. Arens (2008:3) mendefinisikan pengertian audit sebagai berikut:
Auditing adalah pengumpulan dan evaluasi bukti tentang informasi
untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara
informasi itu dan kriteria yang telah ditetapkan. Auditing harus
dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen.
Untuk melakukan audit harus tersedia informasi dalam bentuk yang dapat
diverifikasi dan beberapa standar (kriteria) yang digunakan auditor untuk
mengevaluasi informasi tersebut dan memiliki banyak bentuk. Para auditor secara

rutin melakukan audit atas informasi yang dapat diukur termasuk laporan
keuangan Perusahaan dan SPT pajak penghasilan federal perorangan. Auditor
juga mengaudit informasi yang lebih subjektif seperti efektifitas sistem komputer
dan efisiensi operasi manufaktur.

2.1.1.2 Jenis-jenis Audit
Beberapa jenis audit dilakukan untuk memastikan bahwa proses operasi
didalam Perusahaan telah berjalan sesuai dengan peraturan dan kebijakan yang
berlaku serta pengelolaan terhadap sumber daya dalam proses tersebut berjalan
secara efektif dan efisien.
Menurut IBK Bayangkara (2011:2-3) terdapat beberapa jenis-jenis audit,
yaitu:
1. Pada audit kepatuhan (compliance audit), auditor berusaha mendapatkan
dan mengevaluasi informasi untuk menentukan apakah pengelolaan
keuangan, operasi, atau aktivitas yang lain dari suatu entitas telah sesuai
dengan kriteria, kebijakan, atau regulasi yang mendasarinya.
2. Dalam Audit Internal (Audit Internaling), auditor melakukan penilaian
secara independen terhadap berbagai aktivitas dalam memberikan jasanya
kepada Perusahaan. Secara lengkap Institute of Audit Internalor (IIA)
mendefinisikan Audit Internaling sebagai:
an independent appraisal activity established within an organization
to examine and evaluate its activities as a service to the organization.
The object of Audit Internaling is to assist members in the
organization in the effective discharge of their duties.
Dari definisi diatas sudah jelas bahwa kegiatan penilai independen yang
dibentuk dalam organisasi untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan

sebagai pelayanan kepada organisasi. Tujuan dari Audit Internal adalah
untuk membantu anggota dalam organisasi dalam melaksanakan tugasnya
dengan efektif ".
3. Audit operasional (operation auditing) memfokuskan penilaiannya pada
efisiensi dan efektivitas operasi suatu entitas. Lebih lanjut AICPA
mendefinisikan operational auditing sebagai:
a systematic review of an organization activities...in relation to specified
objective. The purpose of the engagement may be: (a) to assess
performance, (b) to identify opportunities for improvement, and (c) to
develop recommendation for improvement or further action.

Dari definisi diatas sudah jelas bahwa review sistematis dari suatu
kegiatan organisasi dalam kaitannya dengan tujuan tertentu. Tujuan dari
keterlibatan mungkin: (a) untuk menilai kinerja, (b) untuk
mengidentifikasi peluang untuk perbaikan, dan (c) untuk mengembangkan
rekomendasi untuk perbaikan atau tindakan lebih lanjut.
4. Audit keuangan (financial audit) merupakan audit yang paling tua dan
paling populer. Audit ini dilaksanakan dengan melakukan pengkajian dan
penilaian terhadap sistem pelaporan akuntansi dan keuangan. Dilihat dari
ketersediaan prosedur dan teknik audit, audit ini memiliki prosedur dan
teknik yang paling lengkap dan baku. Di samping pelaksanaan auditnya
telah dipimpin dengan norma audit yang standar, karena dikeluarkan oleh
asosiasi profesi dibidangnya, juga objek yang diaudit telah dipimpin
dengan suatu prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum (general
accepted accounting principle-GAAP). Audit operasional menekankan
penilaian terhadap prosedur operasi dalam meningkatkan efisiensi. Audit

ini merupakan perluasan dari Audit Internal, sehingga dalam audit ini
penilaian terhadap pencapaian tujuan pengendalian internal juga menjadi
tujuan audit yang sangat penting.
Dari berbagai jenis audit yang dilakukan kecuali audit keuangan,
keseluruhan audit memiliki tujuan yang (hampir) sama yaitu menilai bagaimana
manajemen mengoperasikan Perusahaan, mengelola sumber daya yang dimiliki,
meningkatkan efisiensi proses dalam mencapai tujuan Perusahaan secara taat asas.

2.1.1.3 Tujuan Audit
Audit manajemen bertujuan untuk mengidentifikasi kegiatan, program dan
aktivitas yang masih memerlukan perbaikan, sehingga dengan rekomendasi yang
diberikan nantinya dapat dicapai perbaikan atas pengelolaan berbagai program
dan aktivitas pada Perusahaan tersebut. Berkaitan dengan tujuan ini titik berat
audit diarahkan terutama pada berbagai objek audit yang diperkirakan dapat
diperbaiki di masa yang akan datang, di samping juga mencegah kemungkinan
terjadinya berbagai kerugian. IBK. Bayangkara (2011:4) menyatakan bahwa
tujuan audit diantaranya, yaitu:
1. Audit Laporan Keuangan, bertujuan menentukan apakah laporan
keuangan auditee telah disusun sesuai dengan prinsip-prinsip
akuntansi yang berlaku umum.
2. Audit Kepatuhan, bertujuan menentukan tingkat kepatuhan suatu
entitas terhadap hukum, peraturan, kebijakan, rencana, dan prosedur.
3. Audit Internal, bertujuan:
a. Menilai keandalan laporan keuangan.

b. Menentukan tingkat kepatuhan suatu entitas terhadap hukum,
peraturan, kebijakan, rencana dan prosedur.
c. Menilai pengendalian internal organisasi.
d. Menilai efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya.
e. Program peninjauan terhadap konsistensi hasil dengan tujuan
organisasi.
4. Audit Operasional (Manajemen), bertujuan menilai efesiensi dan
efektivitas penggunaan sumber daya.
Ruang lingkup audit meliputi seluruh aspek kegiatan manajemen. Ruang
lingkup ini dapat berupa seluruh kegiatan atau dapat juga hanya mencakup bagian
tertentu dari program/aktivitas yang dilakukan. Periode audit juga bervariasi, bisa
untuk jangka waktu satu minggu, beberapa bulan, satu tahun, bahkan untuk
beberapa tahun, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

2.1.2 Audit Internal
2.1.2.1 Definisi Audit Internal
Audit Internal mempunyai peranan yang sangat penting dalam mencapai
tujuan Perusahaan yang telah ditentukan. Perlunya konsep Audit Internal
dikarenakan bertambah luasnya ruang lingkup Perusahaan.
Semakin besar suatu Perusahaan maka semakin luas pula rentang
pengendalian yang dipikul pimpinan, sehingga manajemen harus menciptakan
suatu pengendalian intern yang efektif untuk mencapai suatu pengelolaan yang
optimal dengan mempertimbangkan manfaat dan biayanya. Audit Internal yang
dilakukan dalam suatu Perusahaan merupakan kegiatan penilaian dan verifikasi

atas prosedur-prosedur, data yang tercatat berdasarkan atas kebijakan dan rencana
Perusahaan, sebagai slah satu fungsi dalam upaya mengawasi aktivitasnya.
Aktivitas Audit Internal menjadi pendukung utama untuk tercapainya
tujuan pengendalian internal. Ketika melaksanakan kegiatannya, Audit Internal
harus bersifat objektif dan kedudukannya dalam Perusahaan adalah independen.
Valery G. Kumat (2011:35) mendefinisikan Audit Internal adalah sebagai
berikut:
Audit Internal adalah agen yang paling pas untuk mewujudkan
Internal Control, Risk Management dan Good Corporate Governance
yang pastinya akan memberi Nilai Tambah bagi Sumber Daya dan
Perusahaan.

Sedangkan menurut Amin Widjaja Tunggal (2012:136) Audit Internal
yaitu:
Audit Internaling is an independent, objective assurance and
consulting activity designed to add value and improve an
organizations operations. It helps an organization accomplish its
objectives by bringing a systematic, disciplined approach to evaluate
and improve the effectiveness of risk management, control, and
governance processes.

Dari definisi diatas sudah jelas bahwa Audit Internal merupakan jaminan,
independen, obyektif dan aktivitas konsultasi yang dirancang untuk menambah
nilai dan meningkatkan operasi organisasi. Ini membantu organisasi mencapai
tujuannya dengan membawa pendekatan yang sistematis dan disiplin untuk
mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas proses manajemen risiko,
pengendalian, dan proses governance.





2.1.2.2 Tujuan Audit Internal
Menurut Hery (2010:39) tujuan dari Audit Internal adalah :
Audit Internal secara umum memiliki tujuan untuk membantu
segenap anggota manajemen dalam menyelesaikan tanggung jawab
mereka secara efektif, dengan memberi mereka analisis, penilaian,
saran dan komentar yang objektif mengenai kegiatan atau hal-hal
yang diperiksa.

Untuk mencapai keseluruhan tujuan tersebut, maka auditor harus
melakukan beberapa aktivitas sebagai berikut :
1. Memeriksa dan menilai baik buruknya pengendalian atas akuntansi
keuangan dan operasi lainnya.
2. Memeriksa sampai sejauhmana hubungan para pelaksana terhadap
kebijakan, rencana dan prosedur yang telah ditetapkan.
3. Memeriksa sampai sejauhmana aktiva Perusahaan dipertanggung
jawabkan dan dijaga dari berbagai macam bentuk kerugian.
4. Memeriksa kecermatan pembukuan dan data lainnya yang dihasilkan oleh
Perusahaan.
5. Menilai prestasi kerja para pejabat/pelaksana dalam menyelesaikan
tanggung jawab yang telah ditugaskan.
Adapun aktivitas dari Audit Internal yang disebutkan di atas digolongkan
kedalam dua macam, diantaranya :





a. Financial Auditing
Kegiatan ini antara lain mencakup pengecekan atas kecermatan dan
kebenaran segala data keuangan, mencegah terjadinya kesalahan atau
fraud dan menjaga kekayaan Perusahaan.
b. Operational Auditing
Kegiatan pemeriksaan ini lebih ditujukan pada operasional untuk dapat
memberikan rekomendasi yang berupa perbaikan dalam cara kerja,
sistem pengendalian dan sebagainya.

2.1.2.3 Peranan Audit Internal
Mengingat pentingnya peran pengawasan terhadap tindak fraud, maka
Audit Internal menjadi satu-satunya unit kerja yang paling tepat melakoninya.
Karena itu, peran Audit Internal yang selama ini selalu berkaitan dengan urusan
physical control harus sudah bergeser dari sekedar terkesan sebagai provoost
Perusahaan menjadi unit yang mampu berperan dalam pencegahan sekaligus
pendeteksian fraud.
Menurut Pusdiklatwas BPKP (2008:43) peran yang ideal bagi Audit Internal
yaitu sebagai berikut:
1. Peran Audit Internal dalam pencegahan Fraud
2. Peran Audit Internal dalam pendeteksian Fraud
Audit Internal dituntut untuk waspada terhadap setiap hal yang menunjukkan
adanya kemungkinan terjadinya fraud, yang mencakup:
a. Identifikasi titik-titik kritis terhadap kemungkinan terjadinya fraud.

b. Penilaian terhadap sistem pengendalian yang ada, dimulai sejak
lingkungan pengendalian hingga pemantauan terhadap penerapan sistem
pengendalian.
Seandainya terjadi fraud, Audit Internal bertanggung jawab untuk
membantu manajemen mencegah fraud dengan melakukan pengujian dan
evaluasi keandalan dan efektivitas dari pengendalian, seiring dengan potensi
risiko terjadinya fraud dalam berbagai segmen. Tidak hanya manajemen
puncak, Audit Internal juga harus mendapat sumber daya yang memadai
dalam rangka memenuhi misinya untuk mencegah fraud.
Tanggung jawab Audit Internal dalam rangka mendeteksi kecurangan,
selama penugasan audit termasuk:
a. Memiliki pengetahuan yang memadai tentang kecurangan, dalam
rangka mengidentifikasi indikasi-indikasi yang mungkin terjadi dan
dilakukan oleh anggota organisasi.
b. Memiliki sensitivitas yang berkaitan dengan kemungkinan adanya
kesempatan terjadinya kecurangan.
c. Melakukan evaluasi terhadap indikator-indikator yang mungkin
dapat memberikan peluang terjadinya kecurangan dan menentukan
apakah perlu diadakan investigasi lanjutan.
d. Menentukan prediksi awal terjadinya suatu kecurangan.
e. Melakukan penilaian kembali terhadap pelaksanaan pengendalian di
lingkungan dimana terjadinya tindak kecurangan dan selanjutnya
menentukan upaya untuk memperkuat pengendalian didalammya.

2.1.2.4 Kompetensi Audit Internal
Melihat banyak beban yang harus dipikul oleh tim Audit Internal, maka
dapat diidentifikasi kebutuhan yang sesuai akan kompetensi dasar (basic
competency) yang sama bagi para auditor. Menurut Valery G. Kumaat (2011: 25-
27) dijelaskan kompetensi Audit Internal mulai dari head of department hingga
para pelaksana sebagaimana penulis uraikan berikut ini.
1. Soft Competency Audit Internal : Menentukan Sosok Audit yang
Ideal
Kepribadian atau karaktek positif yang kuat sekarang ini diakui sebagai
penentu keberhasilan seseorang dalam meniti karier, lebih dari bekal pengetahuan
dan keterampilan yang dimiliki. Sosok Audit Internal yang ideal harus memiliki
keunikan tersendiri, yaitu perpaduan karakter yang jarang dijumpai pada
posisi/profesi lain. Karena harus independen dalam mengidentifikasi,
menganalisis, menetapkan akar masalah hingga mengeluarkan rekomendasi
solusi, integritas menjadi hal yang tidak dapat ditawar. Secara kasat mata orang-
orang seperti ini umumnya dijumpai dengan kemiripan ciri dalam hal:
a. Sangat berminat dengan topik-topik menyangkut religiositas, spiritualitas,
humanitas, filsafat, atau tertarik berdiskusi tentang masalah keadilan
(fairness).
b. Memiliki prinsip hidup (way of life) dan pendirian teguh, yaitu hasil
bentukan dari pengalaman hidup yang lebih banyak gejolak ketimbang
kisah sukses.

c. Menampilkan gaya hidup yang cenderung sederhana (low profile) dengan
tingkat persistensi dan disiplin diri yang relatif tinggi serta konsisten yang
sudah teruji oleh waktu.
Selanjutnya, karena sifat pekerjaan auditor yang harus selalu berinteraksi
dengan berbagai tipe manusia, bahkan mempengaruhi orang lain, auditor mau
tidak mau juga harus memiliki aura kepemimpinan yang memadai. Valery G.
Kumaat (2011:26) berpendapat bahwa pemimpin bisa berasal dari bakat (borned
to be a leader) maupun hasil pembentukan (leader by learning experience).
Secara umum orang-orang ini terlihat dari ciri-ciri:
a. Minat yang tinggi atau pengalaman yang konsisten, mulai dari masa
sekolah/kuliah hingga meniti karier, terlibat dalam aktivitas
organisasi.
b. Relatif dewasa (matured) dibanding rekan sebayanya, serta memiliki
kepercayaan diri (self confidance) dan kemandirian (self-driven) yang
relatif tinggi.
c. Memiliki kemampuan interpersonal relation, empathy, dan teamwork
yang baik, yang juga ditopang oleh lingustic intelligence yang baik,
khususnya fasih secara moral (terlihat saat berdiskusi atau ketika
tampil sebagai public speaker).
2. Hard Competency Audit Internal : Menentukan Bobot Auditor
Meskipun Soft Competency memegang peranan penting, auditor juga
dituntut memiliki tingkat berpikir, pengetahuan, dan keterampilan (Hard

Competency) di atas rata-rata, tepatnya sebuah kombinasi kompetensi yang terdiri
dari Analytical Thinking, Multi-Dimensional Knowledge, dan Advisory Skill.
Dalam menjalankan perannya, auditor tidak hanya dituntut mengenal
setiap business process (sistem kerja) yang sedang berjalan maupun yang lazim
berlaku, tetapi juga harus mampu:
a. Mengidentifikasi setiap critical point di dalamnya, serta setiap
kemungkinan logis dari praktek yang tidak memadai pada titik-titik
tersebut.
b. Menganalisis perubahan, penyimpangan, bahkan potential risk yang
ada.
c. Membuktikan root cause yang sebenarnya dan mengukur besarnya
negative impact situasi yang sudah/mungkin terjadi.
Tuntutan berpikir analitis ini tidak dapat dihindarkan mengingat Audit
Internal harus berada di garis depan dalam mengembangkan risk management
Perusahaan.
Auditor juga dituntut memiliki kapasitas Intellectual Knowledge yang
memadai agar dapat inline dengan wawasan berpikir dan pengetahuan yang
dimiliki para auditee. Pengetahuan yang dikuasai setidaknya harus mampu:
a. Menunjang value added bagi bisnis maupun fungsi audit.
b. Mengikuti perkembangan dunia bisnis dan bidang pengawasan dari
waktu ke waktu (contextual).
Karena itu, auditor tidak boleh hanya berbekal pengetahuan dasar auditing
saja (accounting financial management, statistic, dan sebagainya), apalagi sekedar

mengandalkan hasil studi/pelatihan formal (yang terkadang tidak link & match
dengan dinamika kebutuhan bisnis), tetapi juga bersedia menjelajah secara self
learning setiap informasi di luar serta pengalaman di dalam institusi bisnis, baik
yang bersifat technical maupun managerial, terkait seluruh bidang yang ditekuni
para auditee (IT, supply-chain,strategy management, marketing, dan sebagainya).
Secara umum ada 3 tingkatan yang diharapkan auditee dari diri auditor:
a. Memiliki kecakapan teknis yang baik, paling tidak sepadan dengan
yang dimiliki oleh auditee, khususnya dalam urusan
administrasi/pengendalian pekerjaan atau dalam menjalankan proses
sebuah sistem. Auditor harus dapat menunjukkan metode yang lebih
efektif/efisien ketimbang yang dijalankan oleh auditee.
b. Memiliki kecakapan supervisory yang tidak hanya terkait dengan
penguasaan instrumen pengawasan (standar dan peraturan kerja,
sistem reward & punishment, dan sebagainya), tetapi juga pemahaman
terhadap prinsip-prinsip interpersonal skill dan leadership yang baik.
c. Memiliki kecakapan komunikasi yang handal, tidak hanya dalam hal
meyakinkan auditee tentang urgensi persoalan atau potential risk
beserta dampaknya, tetapi juga dapat menunjukkan alasan mengapa
saran/rekomendasi yang diberikan benar-benar applicable, bahkan
sebagai best practice bagi auditee.

2.1.2.5 Standar Profesional Audit Internal
Menurut Hery (2010:73) standar profesional Audit Internal terbagi atas
empat macam diantaranya yaitu :

1. Independensi
2. Kemampuan Profesional
3. Lingkup Pekerjaan
4. Pelaksanaan Kegiatan Pemeriksaan
Adapun penjelasan dari keempat standar profesional Audit Internal
tersebut adalah :
1. Independensi
a. Mandiri dan Objektif
Audit Internal harus mandiri dan terpisah dari berbagai kegiatan yang
diperiksa. Auditor inernal dianggap mandiri apabila dapat
melaksanakan pekerjaannya secara bebas dan objektif. Kemandirian
Audit Internal sangat penting treutama dalam memberikan penilaian
yang tidak memihak (netral). Hal ini hanya dapat diperoleh melalui
status organisasi dan sikap objektif dari para audit interrnal. Status
organisasi Audit Internal harus dapat memberikan keleluasaan bagi
Audit Internal dalam menyelesaikan tanggung jawab pemeriksaan
secara maksimal.
2. Kemampuan Profesional
a. Pengetahuan dan kemampuan
Kemampuan profesional wajib dimiliki oleh Audit Internal. Dalam
setiap pemeriksaan, pimpinan Audit Internal haruslah menugaskan
orang-orang yang secara bersama-sama atau keseluruhan memiliki
pengetahuan dan kemampuan dari berbagai disiplin ilmu, seperti
akuntansi, ekonomi, keuangan, statistik, pemrosesan data elektronik,

perpajakan, dan hukum yang memang diperlukan unutk melaksanakan
pemeriksaan secara tepat dan pantas.
b. Pengawasan
Pimpinan Audit Internal bertanggung jawab dalam melakukan
pengawasan terhadap segala aktivitas pemeriksaan yang dilakukan
oleh para stafnya. Pengawasan yang dilakukan sifatnya berkelanjutan,
yang dimulai dengan perencanaan, yang dimulai dengan perencanaan
dan diakhiri dengan penyimpulan hasil pemeriksaan yang dilakukan.
Pengawasan yang dimaksud mencakup :
Memberikan instruksi kepada para staf Audit Internal pada awal
pemeriksaan dan menyetujui program-program pemeriksaan.
Melihat apakah program pemeriksaan yang telah disetujui
dilaksanakan, kecuali bila terdapat penyimpangan yang dibenarkan
atau disalahkan.
Menentukan apakah kertas kerja pemeriksaan telah cukup untuk
mendukung temuan pemeriksaan, kesimpulan-kesimpulan, dan
laporan hasil pemeriksaan.
Meyakinkan apakah laporan pemeriksaan tersebut akurat, objektif,
jelas, ringkas, konstruktif dan tepat waktu.
Menentukan apakah tujuan pemeriksaan telah dicapai.



c. Ketelitian Profesional
Audit Internal harus dapat bekerja secara teliti dalam melaksanakan
pemeriksaan. Audit Internal harus mewaspadai berbagai kemungkinan
terjadinya pelanggaran yang dilakukan dengan sengaja, kesalahan,
kelalaian, ketidakefektifan, pemborosan (ketidakefesienan), dan
konflik kepentingan.
3. Lingkup Pekerjaan
a. Keandalan informasi
Audit Internal haruslah menguji sistem informasi tersebut, dan
menentukan apakah berbagai catatan, laporan finansial dan laporan
operasional perusahaan mengandung informasi yang akurat, dapat
dibuktikan kebenarannya, tepat waktu, lengkap, dan berguna.
b. Kesesuaian dengan kebijakan, rencana, prosedur, dan ketentuan
perundang-undangan
Manajemen bertanggung jawab untuk menetapkan sistem, yang dibuat
dengan tujuan memastikan pemenuhan berbagai persyaratan, seperti
kebijakan, rencana, prosedur, dan peraturan perundang-undangan.
Audit Internal bertanggung jawab untuk menentukan apakah sistem
tersebut telah cukup efektif dan apakah berbagai kegiatan yang
diperiksa telah sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan.
c. Perlindungan aktiva
Audit Internal harus meninjau berbagai alat atau cara yang digunakan
untuk melindungi aktiva perusahaan terhadap berbagai jenis kerugian,

seperti kerugian yang diakibatkan oleh pencurian, dan kegiatan yang
ilegal. Pada saat memverifikasi keberadaan suatu aktiva, Audit Internal
harus menggunakan prosedur pemeriksaan yang sesuai dan tepat.
d. Penggunaan sumber daya
Audit Internal harus dapat memastikan keekonomisan dan keefesienan
penggunaan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan. Audit
Internal bertanggung jawab untuk :
Telah menetapkan suatu standar operasional untuk mengukur
keekonomisan dan efesiensi
Standar operasional tersebut telah dipahami dan dipenuhi
Berbagai penyimpangan dari standar operasional telah
diidentifikasi, dianalisis, dan diberitahukan kepada berbagai pihak
yang bertanggung jawab untuk melakukan tindakan perbaikan.
Tindakan perbaikan telah dilakukan
e. Pencapaian tujuan
Audit Internal harus dapat memberikan kepatian bahwa semua
pemeriksaan yang dilakukan sudah mengarah kepada pencapaian
tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan oleh perusahan.
4. Pelaksanaan kegiatan pemeriksaan
a. Perencanaan kegiatan pemeriksaan
Audit Internal harus terlebih dahulu melakukan perencanaan
pemeriksaan dengan meliputi :
Penetapan tujuan pemeriksaan dan lingkup pekerjaan

Memperoleh informasi dasar tentang objek yang akan diperiksa
Penentuan tenaga yang diperlukan untuk melaksanakan
pemeriksaan
Pemberitahuan kepada para pihak yang dipandang perlu
Melakukan survei secara tepat untuk lebih mengenali bidang atau
area yang akan diperiksa
Penetapan program pemeriksaan
Menentukan bagaimana, kapan dan kepada siapa hasil pemeriksaan
disampaikan
Memperoleh persetujuan atas rencana kerja pemeriksaan
b. Pengujian dan pengevaluasian
Audit Internal harus melakukan pengujian dan pengevaluasian
terhadap semua informasi yang ada guna memastikan ketepatan dari
informasi tersebut yang nantinya akan digunakan untuk pemeriksaan.
c. Pelaporan hasil pemeriksaan
Audit Internal harus melaporkan hasil pemeriksaan yang dilakukannya.
Laporan yang dibuat haruslah objektif, jelas, singkat, konstruktif dan
tepat waktu. Objektif adalah laporan yang faktual, tidak berpihak, dan
terbebas dari distorsi. Laporan yang jelas adalah laporan yang mudah
dimengerti dan logis. Laporan yang singkat adalah laporan yang
diringkas langsung membicarakan pokok permasalahan dan
menghindari berbagai perincian yang tidak diperlukan. Laporan yang
konstruktif adalah laporan yang berdasarkan isi dan sifatnya akan

membantu pihak yang diperiksa dan organisasi serta menghasilkan
berbagai perbaikan yang diperlukan. Laporan yanng tepat waktu
adalah laporan yang pemberitaanya tidak ditunda dan mempercepat
kemungkinan pelaksanaan berbagai tindakan yang koreksi dan efektif.
Audit Internal juga harus langsung melaporkan hasil pemeriksaannya
kepada pimpinan dan karyawan lain apabila membutuhkan.
d. Tindak lanjut pemeriksaan
Audit Internal harus secara terus menerus meninjau dan melakukan
tindak lanjut untuk memastikan apakah suatu tindakan perbaikan telah
dilakukan dan memberikan berbagai hasil yang diharapkan. Tindak
lanjut Audit Internal didefinisikan sebagai suatu proses untuk
menentukan kecukupan, keefektifan, dan ketepatan waktu dari
berbagai tindakan yang dilakukan oleh menejemen terhadap berbagai
temuan pemeriksaan yang dilaporkan.
2.1.3 Pencegahan dan Pendeteksian Fraud
2.1.3.1 Definisi Fraud
Pada kenyataannya fraud hampir terdapat di setiap lini pada organisasi,
mulai dari jajaran manajemen sampai kepada jajaran pelaksana bahkan bisa
sampai ke pesuruh (office boy). Fraud dapat dilakukan oleh siapa saja, bahkan
oleh seorang pegawai yang tampaknya jujur sekalipun.
Tindak fraud adalah manusia dengan berbagai alasan dari dalam dirinya
untuk melakukan tindakan tercela (Valery G. Kumaat, 2011:135).

Adapun pengertian fraud menurut Pusdiklatwas BPKP (2008:11) adalah
sebagai berikut:
Dalam istilah sehari-hari, fraud dimaknai sebagai ketidakjujuran.
Dalam terminologi awam fraud lebih ditekankan pada aktivitas
penyimpangan perilaku yang berkaitan dengan konsekuensi hukum,
seperti penggelapan, pencurian dengan tipu muslihat, fraud pelaporan
keuangan, korupsi, kolusi, nepotisme, penyuapan, penyalahgunaan
wewenang, dan lain-lain.

Sedangkan Amin Widjaja Tunggal (2012:169) mengartikan fraud adalah
sebagai berikut:
Fraud is an advantage gained by unfair or wrong ful means, an
infraction of the rules of fair trade; a false representation of fact made
knowingly; without belief in its truth, recklessly, not caring whether it
is true or false.

Pada dasarnya fraud merupakan tindakan yang melanggar hukum dan bisa
merugikan berbagai pihak. Fraud merupakan suatu hal yang sangat sulit
diberantas, bahkan korupsi di Indonesia sudah dilakukan secara sistematis
sehingga perlu penanganan yang sistematis. Akan tetapi kita harus optimis bahwa
bisa dicegah atau paling sedikitnya bisa dikurangi dengan menerapkan
pengendalian anti fraud.
Dari beberapa uraian diatas dapat diketahui bahwa fraud berarti bahwa
suatu item tidak dimasukkan sehingga menyebabkan informasi tidak benar,
apabila suatu kesalahan adalah disengaja maka kesalahan tersebut merupakan
fraud (fraudulent). Fraud auditing hendaknya disebut dengan istilah Audit atas
fraud , yang dapat didefinisikan sebagai audit khusus yang dimaksudkan untuk
mendeteksi dan mencegah terjadinya penyimpangan atau fraud atas transaksi
keuangan. Fraud auditing termasuk dalam audit khusus yang berbeda dengan

audit umum terutama dalam hal tujuan yaitu fraud auditing mempunyai tujuan
yang lebih sempit (khusus) dan cenderung untuk mengungkap suatu fraud yang
diduga terjadi dalam pengelolaan asset/aktiva.

2.1.3.2 Kondisi Penyebab Fraud
Amin Widjaja Tunggal (2012:10) menyatakan bahwa terdapat beberapa
kondisi penyebab fraud, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Insentif atau tekanan. Manajemen atau pegawai lain merasakan
insentif atau tekanan untuk melakukan fraud .
b. Kesempatan. Situasi yang membuka kesempatan bagi manajemen atau
pegawai untuk melakukan fraud .
c. Sikap atau rasionalisasi. Ada sikap, karakter, atau serangkaian nilai-
nilai etis yang membolehkan manajemen atau pegawai untuk
melakukan tindakan yang tidak jujur, atau mereka berada dalam
lingkungan yang cukup menekan yang membuat mereka
merasionalisasi tindakan yang tidak jujur.
Dari pernyataan diatas, jelas bahwa kondisi penyebab fraud itu
diantaranya disebabkan oleh adanya intensif/tekanan, kesempatan, dan juga sikap
atau rasionalisasi. Insentif yang umum bagi Perusahaan untuk memanipulasi
laporan keuangan adalah menurunnya prospek keuangan Perusahaan.
Kesempatan meskipun laporan keuangan semua Perusahaan mungkin saja
menjadi sasaran manipulasi, risiko bagi Perusahaan yang berkecimpung dalam

industri yang melibatkan pertimbangan dan estimasi yang signifikan jauh lebih
besar.
Sikap/rasionalisasi sikap manajemen puncak terhadap pelaporan keuangan
merupakan faktor risiko yang sangat penting dalam menilai kemungkinan laporan
keuangan yang curang.

2.1.3.3 Faktor-faktor Pendorong Terjadinya Fraud
Fraud umumnya terjadi karena adanya tekanan untuk melakukan
penyelewengan dan dorongan untuk memanfaatkan kesempatan yang ada dan
adanya pembenaran (diterima secara umum) terhadap tindakan tersebut. Faktor
pendorong fraud boleh diartikan sebagai pola pemanfaatan kesempatan/peluang
untuk mengambil keuntungan melalui cara-cara yang merugikan.
Valery G Kumaat (2011:139) menyatakan pendapatnya tentang faktor
pendorong terjadinya fraud adalah sebagai berikut:
1. Desain pengendalian internalnya kurang tepat, sehingga meninggalkan
celah risiko.
2. Praktek yang menyimpang dari desain atau kelaziman (common
business sense) yang berlaku.
3. Pemantauan (pengendalian) yang tidak konsisten terhadap
implementasi business process.
4. Evaluasi yang tidak berjalan terhadap business process yang berlaku.
Simanjuntak (2008:4) dalam Nur Asiah (2012) menyatakan terdapat empat
faktor pendorong seseorang untuk melakukan fraud, yang disebut juga dengan
teori GONE, yaitu:

1. Greed (keserakahan).
2. Opportunity (kesempatan).
3. Need (kebutuhan).
4. Exposure (pengungkapan).
Greed dan need termasuk dalam faktor individu yang merupakan hal
bersifat sangat personal dan diluar kendali Perusahaan sehingga sulit sekali dapat
dihilangkan oleh ketentuan perundang-undangan. Dengan adanya alasan
kebutuhan ditambah dengan motivasi yang mendorongnya, maka sikap serakah
seseorang akan cenderung melanggar ketentuan dan aturan.
Opportunity dan Exposure disebut sebagai faktor genetik karena
merupakan faktor yang masih di dalam kendali Perusahaan sebagai korban
perbuatan fraud. Pada umumnya terdapatnya kesempatan akan mendorong
seseorang untuk berbuat fraud kerena pelaku cenderung berpikir bahwa kapan
lagi ada kesempatan jika tidak sekarang. Sementara exposure berkaitan dengan
proses pembelajaran berbuat curang karena menganggap sanksi terhadap pelaku
fraud tergolong ringan sehingga para karyawan Perusahaan tidak merasa takut
apabila melakukan fraud.
Pada umumnya faktor pendorong seseorang melakukan tindakan fraud
adalah tekanan, baik itu tekanan finansial maupun non finansial yang didukung
dengan adanya kesempatan karena Perusahaan tidak menindak tegas pelaku fraud
sehingga tidak membuat efek jera bagi para pelaku fraud.





2.1.3.4 Pencegahan Fraud
Kasus fraud yang semakin marak terjadi membuat kerugian yang cukup
besar bagi Perusahaan. Apabila fraud tidak bisa dideteksi dan dihentikan, maka
akan berakibat fatal bagi Perusahaan. Untuk itu, manajemen Perusahaan harus
mengambil tindakan yang tepat untuk mendeteksi dan mencegah terjadinya fraud.
Pencegahan fraud Pusdiklatwas BPKP (2008:37) merupakan upaya
terintegrasi yang dapat menekan terjadinya faktor penyebab fraud (fraud triangle)
yaitu:
1. Memperkecil peluang terjadinya kesempatan untuk berbuat
kecurangan.
2. Menurunkan tekanan kepada pegawai agar ia mampu
memenuhi kebutuhannya.
3. Mengeliminasi alasan untuk membuat pembenaran atau
rasionalisasi atas tindakan fraud yang dilakukan.
Dengan adanya upaya pencegahan yang diterapkan oleh Perusahaan dapat
memperkecil peluang terjadinya fraud karena setiap tindakan fraud dapat
terdeteksi cepat dan diantisipasi dengan baik oleh Perusahaan. Setiap karyawan
tidak merasa tertekan lagi dan melakukan pembenaran terhadap tindakan fraud
yang dapat merugikan banyak pihak.

2.1.3.5 Tujuan Pencegahan Fraud
Adanya penerapan Good Corporate Governance membuat sejumlah
Perusahaan mengeluarkan kebijakan terkait dengan upaya pencegahan fraud.
Salah satu cara tersebut adalah dengan memberikan kesempatan kepada Audit
Internal untuk mendeteksi dan mencegah fraud yang mungkin terjadi dalam

lingkungan organisasi. Apabila teknik pencegahan fraud berjalan baik dan efektif
akan membuat citra positif bagi Perusahaan karena meningkatnya kepercayaan
publik.
Menurut Pusdiklatwas BPKP (2008:38) pencegahan fraud yang efektif
memiliki lima tujuan yaitu:
1. Preventation, yaitu mencegah terjadinya fraud secara nyata pada
semua lini organisasi.
2. Deterence, yaitu menangkal pelaku potensial bahkan tindakan
untuk yang bersifat coba-coba.
3. Discruption, yaitu mempersulit gerak langkah pelaku fraud sejauh
mungkin.
4. Identification, yaitu mengidentifikasi kegiatan beresiko tinggi dan
kelemahan pengendalian.
5. Civil action prosecution, yaitu melakukan tuntutan dan penjatuhan
sanksi yang setimpal atas perbuatan fraud kepada pelakunya.

Fraud merupakan suatu masalah di dalam Perusahaan dan harus dicegah
sedini mungkin, Amin Widjaja Tunggal (2012:59) mengemukakan bahwa
terdapat beberapa tata kelola untuk mencegah fraud diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. Budaya Jujur dan Etika yang Tinggi
Riset menunjukkan bahwa cara yang paling efektif untuk mencegah dan
menghalangi fraud adalah mengimplementasikan program serta pengendalian anti
fraud , yang di dasarkan pada nilai-nilai inti yang dianut Perusahaan. Nilai-nilai
semacam itu menciptakan lingkungan yang mendukung perilaku dan ekspektasi
yang dapat diterima, bahwa pegawai dapat menggunakan nilai itu untuk
mengarahkan tindakan mereka. Nilai-nilai itu membantu menciptakan budaya
jujur dan etika yang menjadi dasar bagi tanggung jawab pekerjaan para karyawan.
Menciptakan budaya jujur dan etika yang tinggi mencakup enam unsur.

a. Menetapkan Tone at the Top
Manajemen dan dewan direksi bertanggung jawab untuk menetapkan
Tone at the Top terhadap perilaku etis dalam Perusahaan. Kejujuran dan
integritas manajemen akan memperkuat kejujuran serta integritas
karyawan di seluruh organisasi. Tone at the Top yang dilandasi kejujuran
dan integritas akan menjadi dasar bagi kode etik perilaku yang lebih
terinci, yang dapat dikembangkan untuk memberikan pedoman yang lebih
khusus mengenai perilaku yang diperbolehkan dan dilarang.
b. Menciptakan Lingkungan Kerja yang Positif
Dari riset yang dilakukan terlihat bahwa pelanggaran lebih jarang
terjadi bila karyawan mempunyai perasaan positif tentang atasan mereka
ketimbang bila mereka merasa diperalat, diancam, atau diabaikan. Tempat
kerja yang positif dapat mendongkrak semangat karyawan, yang dapat
mengurangi kemungkinan karyawan melakukan fraud terhadap
Perusahaan.
c. Mempekerjakan dan Mempromosikan Pegawai yang Tepat
Agar berhasil mencegah fraud , Perusahaan yang dikelola dengan baik
mengimplementasikan kebijakan penyaringan yang efektif untuk
mengurangi kemungkinan mempekerjakan dan mempromosikan orang-
orang yang tingkat kejujurannya rendah, terutama yang akan menduduki
jabatan yang bertanggung jawab atau penting. Kebijakan semacam itu
mungkin mencakup pengecekan latar belakang orang-orang yang
dipertimbangkan akan dipekerjakan atau dipromosikan menduduki jabatan

yang bertanggung jawab atau penting. Pengecekan latar belakang
memverifikasi pendidikan, riwayat pekerjaan, serta referensi pribadi calon
karyawan, termasuk referensi tentang karakter dan integritas. Setelah
seorang pegawai diangkat, evaluasi yang berkelanjutan atas kepatuhan
pegawai itu pada nilai-nilai dan kode perilaku Perusahaan juga akan
mengurangi kemungkinan fraud .
d. Pelatihan
Semua pegawai baru harus dilatih tentang ekspektasi Perusahaan
menyangkut perilaku etis pegawai. Pegawai harus diberi tahu tentang
tugasnya untuk menyampaikan fraud aktual atau yang dicurigai serta cara
yang tepat untuk, menyampaikannya. Selain itu, pelatihan kewaspadaan
terhadap fraud juga harus disesuaikan dengan tanggung jawab pekerjaan
khusus pegawai itu, misalnya, pelatihan yang berbeda untuk agen
pembelian dan penjualan.
e. Konfirmasi
Sebagian Perusahaan mengharuskan pegawainya untuk secara
periodik mengkonfirmasikan tanggung jawabnya mematuhi kode perilaku.
Pegawai diminta untuk menyatakan bahwa mereka memahami ekspektasi
Perusahaan serta sudah mematuhi kode perilaku, dan mereka tidak
mengetahui adanya pelanggaran. Konfirmasi tersebut akan membantu
mengokohkan kebijakan kode perilaku dan juga membantu menghalangi
pegawai melakukan fraud atau pelanggaran etika lainnya.



2. Tanggung jawab Manajemen untuk Mengevaluasi Pencegahan Fraud
Fraud tidak mungkin terjadi tanpa adanya kesempatan untuk
melakukannya dan menyembunyikan perbuatan itu. Manajemen bertanggung
jawab untuk mengidentifikasi dan mencegah fraud, mengambil langkah-langkah
yang teridentifikasi untuk mencegah fraud, serta memantau pengendalian internal
yang mencegah dan mengidentifikasi fraud .
3. Pengawasan Oleh Komite Audit
Komite audit mengemban tanggung jawab utama mengawasi pelaporan
keuangan serta proses pengendalian internal organisasi. Dalam memenuhi
tanggung jawab ini komite audit memperhitungkan potensi diabaikannya
pengendalian internal oleh manajemen serta mengawasi proses pencegahan fraud
oleh manajemen, dan program serta pengendalian anti fraud. Komite audit juga
membantu menciptakan tone at the top yang efektif tentang pentingnya
kejujuran dan perilaku etis dengan mendukung toleransi nol manajemen terhadap
fraud.

2.1.3.6 Metode Pencegahan Fraud
Pusdiklatwas BPKP (2008:38) menyatakan beberapa metode pencegahan
yang lazim ditetapkan oleh manajemen mencakup beberapa langkah berikut:
1. Penetapan kebijakan anti fraud.
2. Prosedur pencegahan baku.
3. Organisasi.
4. Teknik pengendalian.
5. Kepekaan terhadap fraud .


Kebijakan unit organisasi harus memuat a high ethical tone dan harus
dapat menciptakan lingkungan kerja yang kondusif untuk mencegah tindakan-
tindakan fraud dan kejahatan ekonomi lainnya. Seluruh jajaran manajemen dan
karyawan harus mempunyai komitmen yang sama untuk menjalankannya
sehingga kebijaksanaan yang ada akan dilaksanakan dengan baik.
Pada dasarnya komitmen manajemen dan kebijakan suatu
instansi/organisasi merupakan kunci utama dalam mencegah dan mendeteksi
fraud. Namun demikian, harus pula dilengkapi dengan prosedur penanganan
pencegahan secara tertulis dan ditetapkan secara baku sebagai media pendukung.
Adanya audit commitee yang independen menjadi nilai plus karena unit
Audit Internal mempunyai tanggung jawab untuk melakukan evaluasi secara
berkala atas aktivitas organisasi secara berkesinambungan. Bagian ini juga
berfungsi untuk menganalisis pengendal;ian intern dan tetap waspada terhadap
fraud saat melaksanakan audit.
Sistem yang dirancang dan dilaksanakan secara kurang baik akan menjadi
sumber atau peluang terjadinya fraud, yang pada gilirannya menimbulkan
kerugian financial bagi organisasi sehingga diperlukan teknik-teknik pengendalian
dan audit yang efektif untuk mengurangi kemungkinan terjadinya fraud. Kerugian
dan fraud dapat dicegah pula apabila organisasi atau instansi mempunyai staf
yang berpengalaman sehingga mereka peka terhadap sinyal-sinyal fraud.

2.1.3.7 Pendeteksian Fraud
Pada dasarnya tindak fraud dapat dibongkar oleh audit karena adanya
indikasi awal serta perencanaan yang baik untuk menyingkap segala sesuatu

mengenai tindak fraud yang mungkin terjadi, tim audit harus memiliki intuisi
yang tajam melihat berbagai aspek internal Perusahaan yang riskan (rawan) terjadi
fraud. Namun, di sini audit tidak mungkin bekerja hanya berdasarkan
kaidah/metode audit yang baku. Selain menerapkan berbasis risiko, audit juga
perlu mengembangkan aktivitas jaringan mata-mata. Dan yang terakhir ini
tidak mungkin dijalankan sendiri oleh para Audit Internal, yang identitasnya
mudah diketahui di tengah Perusahaan. Karena itu, diperlukan upaya terintegrasi
untuk membangun kedekatan emosional dengan orang-orang tertentu yang
nantinya diharapkan bisa berpihak pada tim audit.
Valery G Kumaat (2011:156) menyatakan bahwa:
Mendeteksi fraud adalah upaya untuk mendapatkan indikasi awal
yang cukup mengenai tindak fraud, sekaligus mempersempit ruang
gerak para pelaku fraud (yaitu ketika pelaku menyadari prakteknya
telah diketahui, maka sudah terlambat untuk berkelit).

Sedangkan menurut PUSDIKLATWAS BPKP (2008:45) pendeteksian
fraud oleh internal auditor merupakan:
Pendeteksian fraud oleh internal auditor merupakan
pengidentifikasian indikator-indikator fraud yang mengarahkan perlu
tidaknya dilakukan pengujian.

Dari beberapa definisi di atas sudah jelas bahwa pendeteksian fraud
merupakan suatu deteksi awal yang harus dilakukan agar tindak fraud dapat
dicegah untuk tidak dilakukan, dan untuk mengetahui perlu tidaknya dilakukan
pengujian.
Upaya pendeteksian ini bisa berlangsung dalam waktu relatif cepat, tetapi
terkadang harus membutuhkan kesabaran hingga berbulan-bulan. Menurut Valery

G Kumaat (2011:156) menyimpulkan bahwa cepat atau lambatnya pendeteksian
bergantung pada:
1. Faktor di pihak pelaku, yaitu kemampuannya menyiasati sistem atau
menutup celah dari praktek fraud nya, sehingga menentukan tingkat
kerumitan suatu tindak fraud.
2. Faktor yang ditentukan oleh kapasitas auditor sendiri, yaitu
kemampuannya mengembangkan audit berbasis resiko (risk based
audit) dan membangun Jaringan Informan (Audit Intelligence) dengan
tetap bersikap hati-hati.

2.1.3.8 Audit Berbasis Risiko (Risk-Based Audit) untuk Deteksi Fraud
Menurut Valery G Kumaat (2011:157) menyatakan bahwa audit berbasis
risiko dalam konteks mendeteksi tindak fraud adalah:
Rangkaian aktivitas pengawasan yang terencana, terpadu, dan
berkesinambungan dalam rangka memetakan, mengamati,
memverifikasi, dan menganalisis semua titik-titik kritis risiko (critical
risk points) yang berpotensi menimbulkan tindak fraud.

Pemetaan (Mapping) di sini bertujuan untuk mengidentifikasi titik-titik
kritis risiko terjadinya tindak fraud. Peta risiko dapat dibuat langsung melalui
kriteria keuangan, masukan (khususnya keluhan) dari berbagai pihak, hingga
riwayat kasus yang pernah terjadi.
Pengamatan (Observing) bertujuan untuk memperdalam semua titik
risiko berdasarkan situasi aktual di lapangan. Hal itu termasuk mewawancarai
pihak-pihak terkait guna mengetahui berbagai kendala/masalah aktual serta
kebutuhan/ekspektasi para pelaksana dilapangan. Namun, rencana pengamatan

oleh auditor sering kali berbenturan dengan sikap yang kurang welcome di
lapangan. Resistensi yang dijumpai memang bisa jadi mengindikasikan adanya
praktek fraud pada objek yang diamati. Namun, terlalu dini untuk mengambil
kesimpulan. Jika terjadi resistensi, membangun jaringan informan (Audit
Intellegence) merupakan hal yang sangat penting.
Verifikasi Transaksi dan Analisis Data (Verifying & Analyzing)
bertujuan untuk mempertegas kesimpulan bahwa tindak fraud mungkin ada atau
rawan terjadi. Hasil verifikasi dan analisis ini akan menyempurnakan hasil
pemetaan + pengamatan untuk menyimpulkan adanya bahaya terkait ada
tidaknya tindak fraud.
Menurut Valery G Kumaat (2011: 157) menyatakan bahwa setidaknya ada
3 objek yang bisa menjadi materi uji awal untuk menggambarkan berbagai titik
krisis risisko (critical risk point), yaitu:
1. Transparansi Sistem.
2. Konsentrasi Aset dan Biaya.
3. Integritas SDM dan Kesinambungan
Sistem kerja yang tidak transparan (terbuka) merupakan peluang emas
bagi pelaku fraud. Pelaku fraud banyak bermain pada lingkup sistem (unit
kerja) yang dianggap basah yang dapat menghasilkan keuntungan pribadi baik
langsung maupun tidak langsung, seperti:
a. Pembelian barang atau jasa.
b. Pengeluaran uang (kas & bank) dan biaya rutin.
c. Pengeluaran berbasis proyek/event.

d. Penagihan kewajiban dari pelanggan, khususnya yang kurang lancar
(bermasalah atau bad debt).
e. Pengeluaran aset fisik (inventory atau aktiva tetap).
Valery G Kumaat (2011:159) berpendapat bahwa konsentrasi Aset/Biaya
yang besar ini dapat dijabarkan dalam beberapa pengertian berikut:
1. Jumlah fisik aset yang relatif banyak, sehingga memberi kemudahan
untuk melakukan pengutilan tanpa segera dapat diketahui.
2. Alokasi anggaran biaya yang relatif besar, sehingga terbuka peluang
untuk melakukan manipulasi (mark-up) biaya.
3. Nilai barang yang relatif tinggi, yang bila berhasil memiliki dan
menjualnya di bawah harga pasar tetap bisa memberi keuntungan
yang fantastik.
Integritas SDM dan Kesinambungan ini adalah bagian yang mungkin
mudah dinilai, tetapi bisa juga menjadi faktor yang luput dari perkiraan ketika kita
harus mengukur potensi risiko terjadinya tindak fraud. Yang jelas dalam suatu
kasus fraud, apapun alasan rasional yang dikemukakan para pelaku, dapat kita
katakan bahwa mereka punya masalah integritas pribadi.

2.1.3.9 Pengembangan Jaringan Informan (Audit Intellegence) untuk Deteksi
Fraud
Pada hakikatnya, audit intellegence bukanlah aktivitas spionase yang
dilakukan di internal korporasi, tetapi dapat didefinisikan sebagai berikut:
Menurut Valery G Kumaat (2011:161) menyatakan bahwa yang disebut
dengan audit intellegence adalah:

Strategi atau upaya berkesinambungan membangun sebuah
jaringan informasi aktual bagi tim audit dalam rangka menunjang
aktivitas audit berbasis risiko (risk-based audit), khususnya untuk
mengantisipasi risiko yang berdampak negatif terhadap organisasi
serta untuk melakukan cegah-tangkal atas praktek tindak fraud .
Selain itu Valery G Kumaat (2011:161) berpendapat bahwa aktivitas
spionase memang bisa dianggap sebagai bagian dari audit intellegence. Namun,
hal itu dapat mengundang perdebatan di kalangan internal, khususnya dari aspek
etika organisasi dan tujuan strategis (yaitu mendorong Good Corporate
Governance di tengah Perusahaan). Spionase tidak mendapat hambatan bila
dilakukan dengan sasaran pihak eksternal yang memiliki kepentingan langsung
dengan Perusahaan (stakeholders seperti para suppliers dan customers), di mana
metoda dan hasilnya tetap dirahasiakan, tidak dikemukakan dalam konfirmasi
maupun laporan resmi Audit Internal.

2.1.3.10 Komunikasi Informal Audit dengan Pihak Internal
Komunikasi dalam suasana formal merupakan bagian yang tidak
terpisahkan bagi korps audit, baik secara verbal maupun tertulis. Hal itu karena
auditor harus menyampaikan masalah demi masalah (audit findings) plus
rekomendasi audit dengan penuh kesungguhan, agar dapat ditangkap urgensi dan
implikasinya. Formalitas sangat ampuh untuk menunjukkan kewibawaan auditor
yang dapat menunjang respect & trust semua pihak terhadap independensi korps
ini.
Namun, suasana yang selalu formal dapat juga menciptakan jarak yang
tidak kondusif bagi keterbukaan informasi dari para auditee. Itulah sebabnya perlu

dikembangkan korps Audit Internal yang lebih terbuka dan lentur agar bisa tampil
dalam suasana formal atau informal sesuai waktu dan tempat yang tepat.
Dalam konteks membangun jaringan informasi yang, tentu saja, bersifat
rahasia, komunikasi intensif perlu dikembangkan dengan orang-orang tertentu
pada berbagai unit kerja yang dianggap berpotensi menyimpan masalah. Untuk itu
perlu dibangun seperangkat kriteria di kedua belah pihak, yaitu para
komunikator di tim audit dan orang-orang yang dianggap layak untuk didekati.
Kriteria umum yang perlu dimiliki oleh kedua belah pihak tentu saja sama-sama
harus menaruh respect & trust satu sma lain. Berikut ini rekomendasi menurut
Valery G Kumaat (2011:162) menyatakan bahwa:














Tabel 2.1
Rekomendasi

Komunikator di Pihak Tim Audit Orang-orang Internal yang Diincar
1. Auditor yang cukup teruji
loyalitasnya terhadap korps audit,
khususnya dalam menjaga
informasi yang bersifat rahasia atau
sensitif diketahui kalangan umum.
1. Orang yang memiliki integritas dan
chemistry yang sama dengan tim
audit dalam menegakkan kebenaran
dan keadilan serta teruji mampu
menjaga rahasia serta loyal
terhadap Perusahaan.
2. Auditor yang memiliki
Interpersonal Skills yang baik,
dapat diterima baik secara
horizontal maupun dari kalangan
umum Perusahaan. Lebih baik lagi
dapat berinteraksi dengan
kalangan atas Perusahaan.
2. Orang yang tidak dikategorikan
trouble maker di unit kerjanya.
Memiliki reputasi yang baik di mata
atasan maupun rekan-rekan di internal
unit kerja.
3. Auditor yang terdidik untuk
mendalami berbagai critical
control/risk point pada bidang-
bidang yang memerlukan jaringan
informan.
3. Orang yang berada di posisi yang
memiliki akses memadai terhadap
informasi penting di unit kerjanya.

2.1.3.11 Media Audit untuk Menerima Masukan/Pengaduan
Strategi Audit Centre ini merupakan pelapis/pelengkap dari
pengembangan komunikasi informal. Jika komunikasi informal menjangkau
kalangan yang sangat terbatas, penyediaan media pengaduan akan memberikan
akses yang lebih terbuka, namun tetap harus menjaga kerahasiaan identitas para
narasumber beserta materi yang disampaikan.
Pada era telematika yang kian canggih sekarang ini, tidak sulit
menyediakan berbagai pilihan media. Mulai dari PO Box, Contact No (Call

Centre), Email Address, hingga Website/Blog khusus. Tinggal bagaimana
menangani semua media pengaduan yang meliputi 3 aspek berikut ini:
1. Menginformasikan keberadaan semua media tersebut kepada berbagai
stakeholder (karyawan, klien, pemasok hingga pelanggan) dengan
risiko para pemain juga mengetahuinya.
2. Mendorong keberanian pihak-pihak yang memiliki informasi untuk
memanfaatkan media ini dengan kompensasi berupa jaminan
kerahasiaan identitas para narasumber, atau jaminan bebas dari
tuduhan ikut terlibat (bila saksi sempat menjadi bagian dari tim
mafia yang diadukan).
3. Mengangani setiap informasi penting yang masuk secara cepat,
memberi tanggapan kepada narasumber (bila perlu memberi
penghargaan khusus), hingga meneruskan informasi kepada tim audit
(yang selanjutnya akan melakukan investigasi).
Untuk itu dibutuhkan orang-orang yang khusus in-change sebagai Audit
Support, di mana aktivitas utamanya adalah menangani hal-hal di atas.

2.1.4 Pengaruh Audit Internal terhadap pencegahan dan pendeteksian
fraud
Audit Internal mempunyai peranan yang sangat penting dalam mencapai
tujuan perusahaan yang telah ditentukan. Audit Internal memainkan peran yang
penting dalam memantau aktivitas untuk memastikan bahwa program dan
pengendalian anti fraud telah berjalan efektif. Aktivitas Audit Internal dapat

mencegah sekaligus mendeteksi fraud. Audit Internal akan membantu mencegah
fraud dengan memeriksa dan mengevaluasi pengendalian internal yang
mengurangi risiko fraud. Mereka akan membantu mendeteksi fraud dengan
melaksanakan prosedur audit yang dapat mengungkapkan pelaporan keuangan
yang curang serta penyalahgunaan aset.
Auditor Internal adalah bertanggung jawab pada manajemen perusahaan.
Tinjauannya adalah audit terhadap setiap berbagai prosedur-prosedur dan metode
operasi suatu organisasi untuk menilai efisiensi dan efektivitas kegiatan. Pada
akhir kegiatan biasanya diajukan saran-saran rekomendasi manajemen untuk
meningkatkan kualitas operasi perusahaan. Pada dasarnya layanan yang diberikan
oleh para auditor di setiap cabang audit tersebut adalah sama, yang
membedakannya adalah tanggung jawab dan tingkat kebebasan yang berbeda.
Dari definisi tersebut, kita mengetahui pengertian audit dalam arti luas, namun
lebih menekankan pada auditor yang dilakukan oleh Audit Internal.
Fraud adalah perbuatan tidak jujur yang menimbulkan potensi kerugian
ataupun kerugian nyata terhadap perusahaan atau karyawan perusahaan atau
orang lain, tetapi tidak terbatas pada pencurian uang, pencurian barang, penipuan,
pemalsuan. Juga termasuk dalam perbuatan ini adalah pemalsuan, penyembunyian
atau penghancuran dokumen/laporan, atau menggunakan dokumen palsu untuk
keperluan bisnis, atau membocorkan informasi Perusahaan kepada pihak di luar
Perusahaan.

Ada banyak cara yang digunakan untuk mencegah dan mendeteksi
terjadinya fraud. Fraud dapat dicegah dan dideteksi dengan adanya pengendalian
intern yang efektif dan efisien.
Menurut Amin Widjaja Tunggal (2012:59) terdapat tiga unsur untuk
mencegah dan mendeteksi fraud, yaitu :
1. Budaya jujur dan etika yang tinggi.
2. Tanggung jawab manajemen untuk mengevaluasi risiko fraud.
3. Pengawasan oleh komite audit.
Jadi berdasarkan tiga unsur diatas dapat dilihat bahwa banyak alternatif
yang dapat dilakukan untuk mencegah fraud yaitu dengan adanya Audit Internal
sebagai perantara dalam pencegahan fraud. Untuk itu peneliti ingin mencari tahu
seberapa besar pengaruh Audit Internal terhadap pencegahan dan pendeteksian
fraud.
Fraud telah banyak terungkap dengan adanya Audit Internal. Dalam hal
ini yang bertindak sebagai Audit Internal adalah auditor dan semua yang
berkepentingan dengan eksistensi organisasi/perusahaan. Dengan adanya peranan
Audit Internal di perusahaan, maka akan muncul persepsi yang kuat bahwa fraud
dapat dicegah dan dideteksi.

2.2 Kerangka Pemikiran
Salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas adalah dengan
meningkatkan efisien kerja. Untuk mencapai efisien kerja ini, salah satu alat
pengukurnya adalah mencegah dan mendeteksi fraud. Dimana untuk mencegah
dan mendeteksi fraud ini diantaranya perlu peran seorang Audit Internal.

Menurut Valery G. Kumat (2011:35) mendefinisikan Audit Internal adalah
sebagai berikut:
Audit Internal adalah agen yang paling pas untuk mewujudkan
Internal Control, Risk Management dan Good Corporate Governance
yang pastinya akan memberi Nilai Tambah bagi Sumber Daya dan
Perusahaan.

Berdasarkan pengertian di atas diketahui bahwa audit intern merupakan
suatu fungsi penilaian yang bebas dalam suatu organisasi guna menelaah atau
mempelajari dan menilai kegiatan-kegiatan Perusahaan untuk memberikan saran
kepada manajemen.
Menurut Amin Widjaja Tunggal (2012:65) Audit Internal memainkan
peranan penting dalam memantau aktivitas untuk memastikan bahwa program dan
pengendalian anti fraud telah berjalan efektif. Aktivitas Audit Internal dapat
mencegah sekaligus mendeteksi fraud.
Sedangkan menurut Pusdiklatwas BPKP (2008:36) Audit Internal
memiliki peranan dalam :
a. Pencegahan Fraud (Fraud Prevention),
b. Pendeteksian Fraud (Fraud Detection), dan
Pengertian Fraud berarti bahwa suatu item tidak dimasukkan sehingga
menyebabkan informasi tidak benar, apabila suatu kesalahan adalah disengaja
maka kesalahan tersebut merupakan fraud (fraud ulent). Adapun pengertian fraud
menurut Amin Widjaja Tunggal (2012 : 2) adalah sebagai berikut:
Fraud, sebagaimana yang umumnya dimengerti dewasa ini, berarti
ketidakjujuran dalam bentuk suatu penipuan yang disengaja atau
suatu kesalahan penyajian yang dikehendaki atas suatu fakta yang
material.


Penelitian yang dilakukan penulis mengenai pengaruh Audit Internal
terhadap pencegahan dan pendeteksian fraud ini menyebutkan bahwa Audit
Internal berfungsi membantu manajemen dalam pencegahan, pendeteksian fraud
yang terjadi di suatu organisasi. Tindakan fraud dapat dicegah dengan cara
menciptakan budaya kejujuran, sikap keterbukaan dan meminimalisasi
kesempatan untuk melakukan tindakan fraud. Penelitian terkait dengan Audit
Internal telah banyak dilakukan pada Perusahaan Publik atau Sektor Pemerintahan
akan tetapi penelitian yang dilakukan di koperasi masih relatif jarang, dimana
karakter yang berbeda dari organisasi tersebut memungkinkan adanya symptom
yang khas yang harus dikenali oleh auditor. Berdasarkan uraian diatas maka
penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan symptom fraud yang berpotensi
terjadi di lingkungan koperasi serta pengaruh Audit Internal terhadap pencegahan
dan pendeteksian terjadinya fraud .
Pada umumnya perusahaan memiliki bagian yang bertugas melaksanakan
audit laporan keuangan dan operasi manajemen yang tertuang dalam Peraturan
Pemerintah. Kondisi serupa juga terjadi pada perusahaan swasta, walaupun tidak
ada aturan khusus akan tetapi cukup banyak perusahaan yang menyadari akan
kebutuhan adanya Audit Internal, sehingga mereka sudah memiliki bagian atau
departemen Audit Internal. Audit Internal memiliki peran dalam upaya
mendeteksi dan mencegah terjadinya fraud .
Kasus fraud yang semakin marak terjadi membuat kerugian yang cukup
besar bagi perusahaan. Apabila fraud tidak bisa dideteksi dan dihentikan, maka

akan berakibat fatal bagi perusahaan. Untuk itu manajemen perusahaan harus
mengambil tindakan yang tepat untuk mendeteksi dan mencegah terjadinya fraud.
Pencegahan fraud menurut Pusdiklatwas BPKP (2008:37) merupakan
upaya terintegrasi yang dapat menekan terjadinya faktor penyebab fraud (fraud
triangle) yaitu:
1. Memperkecil peluang terjadinya kesempatan untuk berbuat
kecurangan.
2. Menurunkan tekanan kepada pegawai agar ia mampu
memenuhi kebutuhannya.
3. Mengeliminasi alasan untuk membuat pembenaran atau
rasionalisasi atas tindakan fraud yang dilakukan.

Dengan adanya upaya pencegahan yang diterapkan oleh perusahaan dapat
memperkecil peluang terjadinya karena setiap tindakan fraud dapat terdeteksi
cepat dan diantisipasi dengan baik oleh perusahaan. Setiap karyawan tidak merasa
tertekan lagi dan melakukan pembenaran terhadap tindakan fraud yang dapat
merugikan banyak pihak.
Menurut Valery G Kumaat (2011:156) mendeteksi fraud (fraud detection)
adalah upaya untuk mendapatkan indikasi awal yang cukup mengenai tindak
fraud, sekaligus mempersempit ruang gerak para pelaku fraud (yaitu ketika
pelaku menyadari prakteknya telah diketahui, maka sudah terlambat untuk
berkelit). Maka dengan adanya Audit Internal di dalam perusahaan tindak fraud
dapat dicegah dan dideteksi karena setiap gerak-gerik karyawan terawasi dan
terbatasi untuk melakukan tindakan fraud .



2.3 Hipotesis
Berdasarkan landasan teori dan kerangka konseptual yang telah disusun,
maka peneliti mengemukakan hipotesis penelitian sebagai berikut:
Jika Audit Internal menjalankan perannya sebagai internal control dengan baik
maka akan berpengaruh dalam mencegah dan mendeteksi praktek fraud.



BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian yang Digunakan
Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.
Sugiyono (2012:2) menyatakan bahwa:
Metode Penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk
mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan,
dikembangkan, dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga
pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan,
dan mengantisipasi masalah.

Metode penelitian yang dipakai penulis dalam penelitian ini adalah metode
studi empiris, yaitu penelitian terhadap fakta empiris yang diperoleh berdasarkan
observasi dan pengalaman. Menurut Sugiyono (2012:2) mengemukakan bahwa
penelitian studi empiris adalah cara-cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh
indera manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara
yang digunakan.
Hipotesis yang digunakan adalah hipotesis deskriptif dan asosiatif, karena
ada variabel-variabel yang akan ditelaah hubungannya serta tujuannya untuk
kemudian disajikan gambaran secara terstruktur, faktual, dan akurat mengenai
fakta-fakta sertra hubungan antar variabel yang diteliti.



Sugiyono (2012:97) menyatakan bahwa:
Hipotesis deskriptif merupakan jawaban sementara terhadap
masalah deskriptif, yaitu berkenaan dengan variabel mandiri, baik
satu variabel atau lebih.
Dalam penelitian ini, hipotesis deskriptif akan digunakan untuk
mengidentifikasi/menjelaskan tentang pengaruh Audit Internal terhadap
pencegahan dan pendeteksian fraud.
Sedangkan yang dimaksud hipotesis asosiatif menurut Sugiyono
(2012:100) adalah hipotesis asosiatif adalah jawaban sementara terhadap
rumusan masalah asosiatif, yaitu yang menanyakan hubungan antara dua variabel
atau lebih. Hipotesis ini tertuju pada pemecahan masalah yang ada pada masa
sekarang, dengan tujuan untuk dapat menggambarkan, menjelaskan serta
menganalisis keadaan yang ada pada perusahaan.

3.2 Definisi Variabel dan Operasionalisasi Variabel
3.2.1 Definisi Variabel dan Pengukurannya
Dalam sebuah penelitian terdapat beberapa variabel yang harus ditetapkan
dengan jelas sebelum mulai pengumpulan data. Sugiyono (2009:31)
menyatakan bahwa:
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari
orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi
tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.

Sesuai dengan judul penelitian, yaitu Pengaruh Audit Internal terhadap
pencegahan dan pendeteksian fraud, variabel penelitian terdiri dari:




1. Variabel Bebas (Independent Variable)
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas

adalah Audit Internal
(X). Skala pengukuran menggunakan skala ordinal. Adapun definisi lain tentang
Audit Internal menurut Alvin A. Arens (2008:482) yaitu:
Audit Internal adalah aktivitas konsultasi dan assurance yang
objektif dan independen yang dirancang untuk menambah nilai dan
memperbaiki operasi organisasi. Hal tersebut membantu organisasi
untuk mencapai tujuan mereka dengan melakukan pendekatan yang
sistematis dan berdisiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan
efektivitas dan manajemen risiko, pengendalian, dan proses
pengaturan.

2. Variabel Terikat (Dependent Variable)
Dalam penelitian ini pencegahan fraud (Y1) dan pendeteksian fraud (Y2)
merupakan variabel terikat. Menurut Amin Widjaja Tunggal (2012 : 2) fraud
adalah sebagai berikut:
Kecurangan, sebagaimana yang umumnya dimengerti dewasa ini,
berarti ketidakjujuran dalam bentuk suatu penipuan yang disengaja
atau suatu kesalahan penyajian yang dikehendaki atas suatu fakta
yang material.

Menurut Pusdiklatwas BPKP (2008:37) mencegah fraud merupakan
upaya terintegrasi yang dapat menekan terjadinya faktor penyebab fraud (fraud
triangle) yaitu:
1. Memperkecil peluang terjadinya kesempatan untuk membuat
kecurangan.
2. Menurunkan tekanan kepada pegawai agar ia mampu
memenuhi kebutuhannya.
3. Mengeliminasi alasan untuk membuat pembenaran atau
rasionalisasi atas tindakan kecurangan yang dilakukan.

Menurut Valery G. Kumaat (2011:156) mendeteksi kecurangan (Fraud
Detection) adalah sebagai berikut:
Mendeteksi kecurangan adalah upaya untuk mendapatkan indikasi
awal yang cukup mengenai tindak kecurangan, sekaligus
mempersempit ruang gerak para pelaku kecurangan (yaitu ketika
pelaku menyadari prakteknya telah diketahui, maka sudah terlambat
untuk berkelit).

3.2.2 Operasionalisasi Variabel
Berdasarkan judul penelitian yang dikemukakan yaitu Pengaruh Audit
Internal terhadap Pencegahan dan Pendeteksian Fraud, maka terdapat 3
variabel yang akan diuji dalam penelitian ini yaitu:
1. Audit Internal (X) sebagai variabel independen.
2. Pencegahan dan pendeteksian fraud (Y1) sebagai variabel dependen.
3. Pendeteksian fraud (Y2) sebagai variabel dependen.
Variabel-variabel tersebut dikembangkan ke dalam beberapa subvariabel
dan indikator-indikator variabel yang akan menjadi bahan penyusunan instrumen
kuisioner. Untuk lebih jelasnya disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel Penelitian

Variabel Konsep Dimensi Indikator Skala Instrumen
Variabel bebas
(X)
Peranan Audit
Internal

Sumber : Hery
(2010:73)
Audit
Internal adalah
suatu fungsi
penilaian yang
dikembangkan
secara bebas
dalam
1.Independensi



2.Kemampuan
Profesional.

Mandiri

Objektif

Pengetahuan
dan kemampuan

Ordinal






Angket/
kuesioner






organisasi
untuk menguji
dan
mengevaluasi
kegiatan-
kegiatan
sebagai wujud
pelayanan
terhadap
organisasi
Perusahaan.







3.Lingkup
Pekerjaan.




















4.Pelaksanaan
Kegiatan
Pemeriksaan.
Pengawasan


Ketelitian
profesional

Keandalan
Informasi

Kesesuaian
dengan
kebijakan,
rencana,
prosedur, dan
ketentuan
perundang-
undangan.

Perlindungan
aktiva

Penggunaan
sumber daya

Pencapaian
tujuan


Perencanaan
kegiatan
pemeriksaan

Pengujian dan
pengevaluasian

Pelaporan hasil
pemeriksaan

Tindak lanjut
pemeriksaan
































































Variabel
terikat (Y1)
Pencegahan
Fraud

Sumber :
Pusdiklatwas
BPKP
(2008:3)





































Pencegahan
fraud
merupakan
upaya
terintegrasi
yang dapat
menekan
terjadinya
faktor
penyebab
fraud .



































1.Penetapan
kebijakan anti
fraud













2.Prosedur
pencegahan
baku





a.Pengendalian
intern
Perusahaan






b.Prosedur
mendeteksi
fraud secara
otomatis dalam
sistem








Menetapkan
kebijakan anti
fraud

Adanya
komitmen
antara
manajemen dan
para karyawan
Perusahaan
untuk
melaksanakan
kegiatan anti
fraud


Terdapat
prosedur
penanganan
pencegahan
fraud secara
tertulis dan
baku

Pengendalian
intern

Pemisahan
fungsi yang
menciptakan
kondisi saling
cek antar fungsi

Menerapkan
prosedur
mendeteksi
fraud

Prosedur yang
diterapkan
dalam sistem
untuk
melaporkan
Fraud































































































































































































3.Organisasi













4.Teknik
pengendalian

















5.Kepekaan
terhadap fraud







Memperoses
dan menindak
pelaku fraud

Unit Audit
Internal
Perusahaan
mempunyai
tanggung jawab
untuk
melakukan
evaluasi berkala
atas aktivitas
organisasi
secara
berkesinambung
an

Terdapat
pembagian
tugas yang jelas
sehingga tidak
ada satu orang
pun yang
menguasai
seluruh aspek
dari suatu
transaksi

Pengawasan

Kontrol
memadai untuk
media
pendukung
operasional

Memiliki staf
berpengalaman,
khususnya staf
yang peka
terhadap sinyal-
sinyal fraud
















































































































Pendeteksian
Fraud (Y2)

Sumber :
Valery G
Kumaat
(2011:157)




































Pendeteksian
kecurangan
adalah upaya
untuk
mendapatkan
indikasi awal
yang cukup
mengenai
tindak
kecurangan,
sekaligus
mempersempit
ruang gerak
para pelaku
kecurangan.






























1.Audit
Berbasis
Risiko



























Melakukan
interview
mendalam pada
saat menyeleksi
calon karyawan

Mewajibkan
cuti tahunan
bagi para
karyawannya

Melakukan
rotasi pegawai
secara periodik


Pemetaan
(Mapping)
disini bertujuan
untuk
mengidentifikas
i titik-titik kritis
risiko terjadinya
tindak
kecurangan.

Pengamatan
(Observing)
bertujuan untuk
memperdalam
semua titik-titik
risiko
berdasarkan
situasi aktual
dilapangan.
Verifikasi
Transaksi dan
Analisis Data
(Verifying &
Analyzing)
bertujuan untuk
mempertegas
kesimpulan
bahwa tindak
kecurangan


































































































2.Jaringan
Informan
(Audit
Intelligence)
























mungkin ada
atau rawan
terjadi.


Komunikasi
Informal Audit
dengan Pihak
Internal dimana
komunikasi
dalam suasana
formal
merupakan
bagian yang
tidak
terpisahkan bagi
korp audit, baik
secara verbal
maupun tertulis.

Media Audit
untuk Menerima
Masukan/Penga
duan dimana
Strategi Audit
Centre ini
merupakan
pelengkap dari
pengembangan
informasi
informal.


















































































3.3 Populasi dan Teknik Sampling
3.3.1 Populasi Penelitian dan Ukuran Sampel
Populai merupakan sekumpulan objek yang ditentukan melalui suatu
kriteria tertentu dan yang dapat dikategorikan ke dalam objek tersebut bisa
termasuk orang, file, atau dokumen yang dapat dipandang sebagai objek
penelitian.
Sugiyono dalam buku Metode Penelitian Bisnis (2012:389)
mengungkapkan pengertian tentang populasi yaitu populasi diartikan sebagai
wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya.
Dalam penelitian ini, populasi sasaran yang penulis teliti adalah objek
yang berhubungan dengan Audit Internal. Maka yang menjadi populasi dalam
penelitian ini adalah 15 orang staf/pegawai GKPRI Jawa Barat.

3.3.2 Teknik Sampling
Menurut Sugiyono (2012:116) teknik sampling adalah merupakan teknik
pengambilan sampel. Sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh karakteristik tersebut. Pengambilan sampel
menggunakan sampel acak sederhana yaitu metode pemilihan sampel yang
memberikan kesempatan yang sama tak terbatas pada setiap elemen populasi
untuk dipilih sebagai sampel. Dengan mempertimbangkan data dan waktu yang
tersedia, maka penulis menetapkan tingkat kesalahan sebesar 5%. Semakin besar

tingkat kesalahan yang diberikan maka semakin kecil sampel yang diperlukan.
Dalam menentukan ukuran sampel, maka digunakan rumus Slovin, yaitu:


Dimana :
= Ukuran Sampel
= Ukuran Populasi yaitu 15 orang
e = Nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan (persen kelonggaran
ketidaktelitian karena kesalahan penarikan sampel). Dalam hal ini peneliti
menggunakan tingkat kesalahan 5%. Nilai tersebut umum digunakan dalam
penelitian sebelumnya.
Maka:


14
Berdasarkan rumus tersebut dapat dihitung jumlah sampel dari populasi berjumlah
15 orang dengan taraf kesalahan 5%, maka sampel 14 orang.





3.4 Teknik Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer.
Pengertian data primer menurut sugiyono (2012:193) adalah: Sumber data yang
langsung memberikan data kepada pengumpul data.
Data yang digunakan sebagai dasar dalam penelitian ini sebagai dasar
untuk menguji hipotesis adalah data yang diperoleh langsung dari subyek yang
diteliti.
Metode pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis dalam
memperoleh data-data untuk bahan penelitian adalah dengan metode penelitian
lapangan. Penelitian lapangan adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan mengadakan peninjauan langsung pada perusahaan. Penelitian lapangan
bertujuan untuk memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan dengan
melakukan pengamatan langsung atas aktivitas yang dilaksanakan oleh objek
penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan melalui data primer. Adapun cara
yang digunakan sebagai berikut:
Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data melalui tanya jawab
langsung dengan pihak Perusahaan.
Kuesioner
Kuesioner dilakukan dengan mengajukan daftar pertanyaan yang
bertujuan untuk mengetahui variabel-variabel yang penulis teliti dengan
disebarkan ke bagian-bagian yang sesuai dengan objek penelitian.




3.5 Metode Analisis Data
3.5.1 Model Penelitian
Model penelitian merupakan abstraksi dari fenomena-fenomena yang
sedang diteliti. Sesuai dengan judul yang diambil, maka model penelitian
digambarkan sebagai berikut :






Gambar 3.1 Model Penelitian

3.6 Analisis Data
Analisis data merupakan proses penyederhanaan data ke dalam bentuk
yang lebih mudah di baca, dipahami dan diinterpretasikan. Data yang akan
dianalisis merupakan data hasil pendekatan survey dari penelitian lapangan.
Adapun data yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Menganalisis Audit Internal di GKPRI Jawa Barat.
2. Menganalisis bagaimana pencegahan fraud di GKPRI Jawa Barat.
3. Menganalisis bagaimana pendeteksian fraud di GKPRI Jawa Barat.
Peranan Audit Internal
Hery (2010:73)
Pencegahan Fraud
Pusdiklatwas BPKP (2008:38)

Pendeteksian Fraud
Valery G. Kumaat (2011:157)



4. Menganalisis pengaruh Audit Internal terhadap pencegahan dan
pendeteksian fraud di GKPRI Jawa Barat.
Selanjutnya berdasarkan indikator-indikator dari masing-masing variabel
(variabel X dan variabel Y), maka dibuatlah daftar pertanyaan (kuesioner).
Kuesioner tersebut diperuntukkan bagi para responden di koperasi. Data yang
dihimpun dari hasil kuesioner tersebut kemudian dibandingkan dengan landasan
teori yang relevan atau yang dituangkan kedalam indikator-indikator penelitian.
Setiap item dari kuesioner memiliki 4 (lima) jawaban dengan masing-
masing nilai yang berbeda. Metode skala pengukuran yang digunakan penulis
dalam penelitian ini adalah skala likert. Skala likert digunakan dalam mengukur
sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena
sosial.
Dalam penelitian ini skor untuk setiap jawaban dari pertanyaan yang
diajukan kepada responden mengacu pada pertanyaan Sugiyono (2012:133) yaitu:
Dengan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan
menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan
sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat
berupa pernyataan atau pertanyaan.

Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu dapat diberi skor,
misalnya:
1. Setuju/selalu/sangat positif diberi skor 4
2. Setuju/sering/positif diberi skor 3
3. Ragu-ragu/kadang-kadang/netral diberi skor 2
4. Sangat tidak setuju/tidak pernah/diberi skor 1

Untuk menilai variabel X dan Y, maka analisis yang digunakan
berdasarkan rata-rata (mean) dari masing-masing variabel. Nilai rata-rata (mean)
ini didapat dengan menjumlahkan data keseluruhan dalam setiap variabel
kemudian dibagi dengan jumlah responden.
Menurut Sugiyono (2012:49) rumus rata-rata (mean) yang dapat
digunakan adalah sebagai berikut:


Dimana :
Me = Mean (Rata-rata)
= Epsilon (Jumlah)
Xi = Nilai X ke i sampai ke n
n = Jumlah individu
Setelah mendapat rata-rata (mean) dari masing-masing variabel, kemudian
dibandingkan dengan kriteria yang penulis tentukan berdasarkan nilai yang
terendah dan nilai yang tertinggi dari hasil kuesioner.
Untuk variabel X terdapat sebanyak 14 pertanyaan:
Nilai terendah didapat dari 14 pertanyaan dikalikan dengan nilai terendah
satu. Dimana skor terendah 14=(14x1). Dan nilai tertinggi didapat dari 14
pertanyaan dikalikan dengan nilai tertinggi lima. Dimana skor tertinggi
70=(14x5), lalu diperoleh kelas intervalnya sebesar 11,4=((70-14+1)/5). Angka
11,4 dibulatkan menjadi 11.



Atas dasar nilai terendah dan nilai tertinggi tersebut, maka kriteria untuk
menilai implementasi Audit Internal (variabel X) penulis tentukan sebagai berikut:
1. Nilai 14-24 untuk kriteria Tidak Baik
2. Nilai 25-35 untuk kriteria Kurang Baik
3. Nilai 36-46 untuk kriteria Cukup baik
4. Nilai 47-57 untuk kriteria Baik
5. Nilai 58-69 untuk kriteria Sangat Baik
Sedangkan untuk variabel Y1 terdapat sebanyak 16 pertanyaan:
Nilai terendah didapat dari 16 pertanyaan dikalikan dengan nilai terendah
satu. Dimana skor terendah 16=(16x1). Dan nilai tertinggi didapat dari 16
pertanyaan dikalikan dengan nilai tertinggi lima. Dimana skor tertinggi
80=(16x5), lalu diperoleh kelas intervalnya sebesar 13=((80-16+1)/5).
Atas dasar nilai terendah dan nilai tertinggi tersebut, maka kriteria untuk
menilai implementasi pencegahan dan pendeteksian fraud (variabel Y1) penulis
tentukan sebagai berikut:
1. Nilai 16-28 untuk kriteria Tidak Memadai
2. Nilai 29-41 untuk kriteria Kurang Memadai
3. Nilai 42-54 untuk kriteria Cukup Memadai
4. Nilai 55-67 untuk kriteria Memadai
5. Nilai 68-81 untuk kriteria Sangat Memadai
Sedangkan untuk variabel Y2 terdapat sebanyak 5 pertanyaan:
Nilai terendah didapat dari 5 pertanyaan dikalikan dengan nilai terendah
satu. Dimana skor terendah 5=(5x1). Dan nilai tertinggi didapat dari 5 pertanyaan

dikalikan dengan nilai tertinggi lima. Dimana skor tertinggi 25=(5x5), lalu
diperoleh kelas intervalnya sebesar 4,2=((25-5+1)/5). Angka 4,2 dibulatkan
menjadi 4.
Atas dasar nilai terendah dan nilai tertinggi tersebut, maka kriteria untuk
menilai implementasi pencegahan dan pendeteksian fraud (variabel Y2) penulis
tentukan sebagai berikut:
1. Nilai 5-8 untuk kriteria Tidak Memadai
2. Nilai 9-12 untuk kriteria Kurang Memadai
3. Nilai 13-16 untuk kriteria Cukup Memadai
4. Nilai 17-20 untuk kriteria Memadai
5. Nilai 21-25 untuk kriteria Sangat Memadai

3.6.1 Pengujian Validitas
Validitas menjelaskan sejauh mana suatu alat ukur mengukur apa yang
ingin diukur. Apabila validitas suatu alat ukur semakin tinggi maka semakin
tinggi pula ketepatannya atau akurat. Dalam penelitian ini pengujian dilakukan
dengan menggunakan program SPSS for Windows version 20.0 (statistic program
for social science).
Sugiyono (2012:172) menyatakan bahwa:
Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur
apa yang seharusnya diukur.
Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan analisis item, yaitu
mengkorelasikan setiap skor tiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah
dari tiap butir skor. Jika ada item yang tidak memenuhi syarat, maka item tersebut

tidak akan diteliti lebih lanjut. Menurut Sugiyono syarat yang harus dipenuhi
memiliki kriteria sebagai berikut:
Jika r = 0.30 atau diatas 0.30, maka item-item pertanyaan dari
kuesioner adalah valid.
Jika r 0.30 atau dibawah 0.30, maka item-item pertanyaan dari
kuesioner adalah tidak valid.

3.6.2 Pengujian Reliabilitas
Sedangkan reliabilitas menunjukkan sejauh mana suatu hasil pengukuran
terhadap aspek yang sama pada alat ukur yang sama. Reliabilitas kuesioner
menunjukka pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya
untuk digunakan sebagai alat ukur menunjukkan ketepatan, kemantapan suatu alat
ukur yang baik, dalam hal ini kuesioner haruslah berisi pertanyaan-pertanyaan
yang jelas sehingga hasilnya memang benar-benar sesuai dengan kenyataan.
Metode yang digunakan dalam pengujian alat ukur pada penelitian ini
adalah metode alpha Cronbach Alpha (a) yang terdapat dalam SPSS for Windows
version 20.0 (statistic program for social science). Jika Cronbach Alpha lebih
besar dari 0.6 maka alat uji tersebut dikatakan reliabel. Harga koefisien berkisar
antara 0 sampai dengan 1, semakin mendekati 1 maka semakin besar keandalan
alat ukur tersebut dan menunjukkan konsistensi yang tinggi.





3.7 Rancangan Analisis dan Uji Hipotesis
3.7.1 Penetapan Hipotesis Nol (Ho) dan Hipotesis Alternatif (Ha)
Penetapan Hipotesis Nol (Ho) dan Hipotesis Alternatif (Ha) digunakan
untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh positif antara variabel independen
dengan variabel dependen. Hipotesis Nol (Ho) adalah hipotesis yang menyatakan
bahwa tidak terdapatnya pengaruh variabel X terhadap variabel Y dan dalam hal
ini diinformasikan untuk ditolak.
Hipotesis penelitian yang diajukan adalah Hipotesis Alternatif (Ha),
sedangkan untuk keperluan analitis statistiknya secara berpasangan antara
Hipotesis Nol (Ho) dan Hipotesis Alternatif (Ha) adalah sebagai berikut:
Ho = 0 Audit Internal tidak berpengaruh terhadap pencegahan dan
pendeteksian fraud.
Ha 0 Audit Internal berpengaruh terhadap pencegahan dan
pendeteksian fraud.

3.7.2 Pemilihan Tes Statistik dan Penghitungan Nilai Test Statistik
1. Analisis Korelasi
Koefisien korelasi digunakan untuk mengetahui kuat atau tidaknya
hubungan antara variabel dan yang digunakan adalah korelasi bivariat, yakni
statistik yang dapat digunakan untuk menerangkan keeratan hubungan antar
variabel. Terdapat bermacam-macam teknik Statistik Korelasi yang dapat
digunakan untuk menguji hipotesis asosiatif. Pada penelitian ini teknik statistik
korelasi yang digunakan adalah statistik nonparametris yaitu dengan Korelasi
Rank Spearman.

Dalam korelasi Rank Spearman jenis data yang dikorelasikan adalah
data ordinal. Menurut Sugiyono (2012:357) koefisien korelasi Rank Spearman
dinyatakan dengan rumus manual sebagai berikut:

]
Dimana:

= Koefisien korelasi Rank Spearman

= Selisih setiap pasangan Rank


n = Jumlah responden yang diteliti
Kemudian untuk mengetahui nilai dari hubungan yang didapat, dapat
dilihat berdasarkan tabel interpretasi nilai koefisien korelasi sebagai berikut:
Tabel 3.2
Interpretasi Nilai Koefisien Korelasi

No Koefisien Korelasi Interpretasi
1 0,00 - 0,199 Sangat Rendah
2 0,20 - 0,399 Rendah
3 0,40 - 0,599 Sedang
4 0,60 - 0,799 Kuat
5 0,80 - 1,000 Sangat Kuat
Sumber : Sugiyono (2012:250)

Penulis menggunakan alat statistik koefisien korelasi Rank Spearman yang
terdapat pada program SPSS for Windows version 20.0 (Statistic Program
for Social Science).





2. Uji t
Untuk menguji signifikansi suatu koefisien korelasi, maka dapat
menggunakan statistik uji t dengan rumus sebagai berikut:


Sugiyono, 2012 : 366
Keterangan:
t : Nilai uji t
r : Koefisien Korelasi
n : Jumlah sampel
3. Koefisien Determinasi
Untuk melihat seberapa besar persentase pengaruh variabel X (Audit
Internal) terhadap variabel Y (pencegahan dan pendeteksian fraud), digunakan
koefisien determinasi (Kd) yang merupakan kuadrat koefisien korelasi yang
biasanya dinyatakan dalam persentase (%) dengan rumus:



Dimana:
Kd = Koefisien Determinasi

Koefisien Korelasi

3.7.3 Taraf Signifikansi
Sebelum pengujian dilakukan, maka terlebih dahulu harus menentukan
taraf signifikansi atau taraf nyata. Hal ini dilakukan untuk membuat suatu rencana
pengujian agar dapat diketahui batas-batas untuk menunjukkan pilihan antara Ho




dan Ha. Taraf signifikansi yang digunakan dalam penelitian ini adalah = 5%
(0,05). Angka ini dipilih karena dapat mewakili hubungan antara variabel yang
diteliti dan merupakan tingkat signifikansi yang sering digunakan dalam bidang
penelitian ilmu-ilmu sosial.

3.7.4 Penetapan Kriteria Pengujian Hipotesis
Untuk membuktikan apakan peranan Audit Internal memberikan pengaruh
yang signifikan dalam pencegahan dan pendeteksian fraud, maka dilakukan
pengujian dengan hipotesis statistik sebagai berikut:
Ho = 0 Audit Internal tidak berpengaruh terhadap pencegahan dan
pendeteksian fraud.
Ha 0 Audit Internal berpengaruh terhadap pencegahan dan
pendeteksian fraud.
Untuk menguji apakah variabel-variabel korelasi signifikan atau tidak,
maka terlebih dahulu harus dicari nilai

dengan = 5%, dan derajat
kebebasan (dk) = n-2.

tidak terdapat pengaruh Audit Internal terhadap


pencegahan dan pendeteksian fraud. Jika Ho diterima maka Ha ditolak.

: terdapat Pengaruh Audit Internal terhadap pencegahan


dan pendeteksian fraud. Jika Ho ditolak maka Ha diterima.


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Gambaran Umum Perusahaan
4.1.1.1 Definisi Koperasi
Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 Bab 1 Pasal 1 tentang
perkoperasian, yang menjelaskan bahwa:
Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang
atau badan hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya
berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi
rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.
Sedangkan menurut Undang-Undang No. 17 tahun 2012 Bab 1 Pasal 1
tentang perkoperasian, yang menjelaskan bahwa:
Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang
perseorangan atau badan hukum Koperasi, dengan pemisahan
kekayaan para anggotanya sebagai modal untuk menjalankan usaha,
yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama di bidang ekonomi,
sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip Koperasi.

Sebagaimana telah dijelaskan dari pengertian di atas, jelas bahwa Koperasi
adalah kumpulan orang-orang bukan kumpulan modal. Hal ini berarti bahwa
Koperasi harus benar-benar memberikan pelayanan guna tercapainya
kesejahteraan para anggota khususnya dan masyarakat pada umumnya, bukan
untuk mencari keuntungan semata-mata.
Koperasi adalah milik para anggota sendiri dan pada dasarnya harus diatur
sesuai dengan keinginan para anggotanya, dimana hak tertinggi di dalam Koperasi
terletak pada rapat anggota. Koperasi sebagai lembaga ekonomi rakyat yang

berperan melayani kepentingan ekonomi anggota membutuhkan unit-unit usaha
yang dapat memberikan keuntungan dan dapat memenuhi kebutuhan para anggota
dan masyarakat.
4.1.1.2 Landasan, Asas, dan Tujuan Koperasi
Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 pasal 2 tentang
perkoperasian, Koperasi berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
serta berdasar atas asas kekeluargaan. Sedangkan Menurut Undang-Undang No.
25 Tahun 1992 pasal 3 tentang perkoperasian, Koperasi bertujuan memajukan
kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut
membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan
masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945.
4.1.1.3 Fungsi dan peran Koperasi
Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 pasal 4 tentang
perkoperasian, dijelaskan mengenai fungsi dan peran Koperasi adalah sebagai
berikut:
a. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi
anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk
meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.
b. Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan
manusia dan masyarakat.
c. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan
perekonomian nasional dengan Koperasi sebagai sokogurunya.

d. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional
yang merupakan usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan
demokrasi ekonomi.

4.1.1.4 Prinsip Koperasi
Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 pasal 5 tentang
perkoperasian, dijelaskan mengenai prinsip Koperasi adalah sebagai berikut:
(1) Koperasi melaksanakan prinsip Koperasi sebagai berikut:
a. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka.
b. Pengelolaan dilakukan secara demokratis.
c. Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan
besarnya jasa usaha masing-masing anggota.
d. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal.
e. Kemandirian.
(2) Dalam mengembangkan Koperasi, maka Koperasi melaksanakan pula
prinsip Koperasi sebagai berikut:
a. Pendidikan perkoperasian.
b. Kerja sama antar koperasi.

4.1.1.5 Sejarah Singkat GKPRI Jawa Barat
Berawal dari inisiatif beberapa orang untuk meringankan beban hidup
para pegawai negeri dalam menghadapi tekanan ekonomi di jaman yang serba
labil dan tidak pasti saat itu, maka didrikanlah Koperasi Kesejahteraan Pegawai
(KKP) pada tanggal 6 Maret 1945. Karena bentuknya sebagai koperasi primer,

KKP ini banyak menemui hambatan dalam beberapa hal yang cukup mendasar.
Hal ini meyakinkan pengurus KKP bahwa harus dicari bentuk koperasi lain
dengan cara pembentukan yang lain pula. Maka setelah melalui proses pemikiran
yang matang, KKP dibubarkan dan sebagai gantinya berdiri Pusat Koperasi
Pegawai Negeri Jawa Barat (PKPN Jawa Barat) yang merupakan koperasi
sekunder, pada tanggal 1 Juli 1945 yang diresmikan pada tanggal 12 Juli 1954.
PKPN Jawa Barat yang baru berdiri saat itu belum memiliki kelengkapan
organisasi yang cukup dan hanya memiliki modal yang sangat terbatas. Namun
dengan dukungan dan bantuan dari Pemerintah Daerah, Pemerintah Pusat, dan
pihak-pihak lain, maka secara bertahap PKPN Jawa Barat bisa mulai melengkapi
kebutuhannya sebagai organisasi dan bisa merealisasikan usaha pertamanya.
Aktivitas usaha yang dilakukan oleh PKPN Jawa Barat awalnya hanya menjual
gula pasir. Kemudian berkembang dengan menjual kain batik dan usaha tekstil.
Selain itu, jumlah anggota yang bergabung juga semakin berkembang. Tercatat
pada tanggal 1 Januari 1955 PKPN Jawa Barat memiliki anggota sebanyak 17
koperasi primer (6 diantaranya sudah berbadan hukum).
Dengan seiring berjalannya waktu, maka terasa adanya suatu kebutuhan
akan suatu Badan Koperasi yang mengurus kepentingan bersama dari seluruh
PKPN di Indonesia, dengan harapan keberadaan Badan Koperasi tersebut suatu
saat dianggap pantas dan mampu mengoper suatu kepentingan dan keaktifan
bersama dalam bidang yang wajar untuk diatur dan diurus pusat. Maka pada
Kongres 1958 pada tanggal 19 sampai 22 November 1958 di Bandung, dibentuk

suatu Badan Koperasi yang wilayah kerjanya meliputi seluruh PKPN di
Indonesia.
Berdasarkan pengertian yang lebih dari pada ide koperasi dan
mendekatkan orang-orang yang berkecimpung dalam Gerakan dalam Gerakan
Koperasi pada Tahun 1992 menjadi Gabungan Koperasi Pegawai Negeri Jawa
Barat, setelah itu pada Tahun 1995 berubah lagi menjadi GKPRI sampai sekarang.

4.1.1.6 Visi dan Misi GKPRI Jawa Barat
Visi GKPRI Jawa Barat adalah terwujudnya GKPRI Jawa Barat sebagai
wahana pendukung pembangunan perekonomian masyarakat Jawa Barat,
khususnya para anggota koperasi, serta terwujudnya hubungan hirarkhis antara
lembaga dan jiwa kewira-koperasian, melalui azas kebersamaan dan
kekeluargaan.
Berdasarkan rumusan visi GKPRI Jawa Barat, maka misi GKPRI Jawa
Barat terdiri dari 3 butir, yaitu sebagai berikut:
1. Berperan aktif dalam mendukung peningkatan kesejahteraan anggota
melalui optimalisasi potensi dan sumber daya yang tersedia.
2. Berupaya meningkatkan kesejahteraan anggota dan keluarganya, sehingga
mampu mendukung profesionalisme dan peningkatan kualitas pelayanan
pegawai Republik Indonesia kepada masyarakat.
3. Berupaya meningkatkan kemampuan dan kinerja Koperasi Pegawai
Republik Indonesia, baik langsung maupun melalui kerjasama dengan
lembaga lain secara hirarkhis.


4.1.1.7 Aktivitas Usaha GKPRI Jawa Barat
Aktivitas usaha GKPRI Jawa Barat meliputi:
a. Unit Simpan Pinjam (USP)
b. SPBU
c. Kantor Pusat: Kerjasama dan penyertaan.
Unit Simpan Pinjam (USP) merupakan unit tersendiri yang melayani
aktivitas simpan pinjam dari dan untuk anggota koperasi. Tujuan utama dari
USP ini adalah sebagai fasilitator dalam penyediaan pinjaman anggota.Wisma
merupakan unit usaha yang menyediakan jasa penginapan bagi anggota
koperasi maupun non anggota koperasi. SPBU merupakan unit penjualan
Bahan Bakar Minyak (BBM) yang berlokasi di Jalan Peta no 105. Kantor
Pusat selain tempat bernaung (base) bagi unit-unit tersebut diatas juga
melakukan efektivitas bisnis yang merupakan kerjasama dengan pihak lain
sehingga memiliki penghasilan di luar penghasilan yang diperoleh dari unit-
unit yang berada dibawah naungannya, yaitu USP, Unit Wisma, dan Unit
SPBU.

4.1.1.8 Struktur Organisasi dan Uraian Tugas GKPRI Jawa Barat
Struktur organisasi merupakan gambaran organisasi Perusahaan dalam
bentuk bagan yang menunjukkan susunan dari bagian-bagian dan departemen-
departemen, serta posisi karyawan dalam suatu Perusahaan. Dengan adanya
struktur organisasi, garis-garis wewenang dan tanggungjawab dapat ditunjukkan
dengan jelas di antara pelaksananya. Hal tersebut ditunjang dengan adanya uraian
tugas yang detail dan jelas di antara pelaksananya.

Uraian tugas dan tanggungjawab masing-masing fungsi berdasarkan
struktur organisasi GKPRI Jawa Barat adalah sebagai berikut:
Rapat Anggota
Uraian tugas:
a. Sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dalam koperasi.
b. Menetapkan anggaran Dasar koperasi.
c. Menetapkan kebijaksanaan umum di bidang organisasi, manajemen, dan
usaha koperasi.
d. Menetapkan pemilihan, pengangkatan, pemberhentian Pengurus dan
Pengawas.
e. Menetapkan rencana kerja, rencana anggaran pendapatan dan belanja
koperasi, serta pengesahan laporan keuangan.
f. Menetapkan pengesahan pertanggungjawaban Pengurus dalam
pelaksanaan tugasnya.
g. Menetapkan pembagian sisa hasil usaha.
h. Menetapkan penggabungan, peleburan, pendirian, dan pembubaran
koperasi.
Pengurus
Uraian tugas:
a. Mengelola koperasi dan kegiatan usahanya.
b. Mengajukan rancangan rencana kerja serta anggaran pendapatan dan
belanja koperasi.
c. Menyelenggarakan Rapat Anggota.

d. Mengajukan laporan keuangan dan pertanggungjawaban pelaksanaan
tugas.
e. Menyelenggarakan pembukuan keuangan dan inventaris koperasi secara
tertib.
f. Memelihara buku daftar anggota dan pengurus.
g. Memberikan bimbingan di bidang organisasi dan usaha.
h. Membantu atau mengambil bagian secara aktif dalam usaha/perjuangan
untuk mengusahakan pengakuan atas sesuatu kepada pihak berwenang.
i. Menyempurnakan organisasi serta menjalankan kebijaksanaan demi
kemajuan Gabungan dan para anggotanya.
j. Memberikan pelayanan sebaik-baiknya.
k. Memberikan bimbingan dan pembinaan dalam pelaksanaan keputusan
Rapat Anggota/Rapat Anggota Tahunan.
l. Menyampaikan peringatan kepada anggota yang melalaikan tugas dan
kewajibannya yang telah ditetapkan dan menentukan sanksi-sanksi
terhadapnya.
m. Memberikan garis-garis pokok kebijaksanaan/ketentuan-ketentuan untuk
dijadikan pedoman para anggota.
n. Menghadiri rapat/pertemuan yang diselenggarakan oleh anggota.
o. Menentukan kebijaksanaan dalam menyelesaikan sesuatu perselisihan
yang terjadi diantara para anggota.



Pengawas
Uraian tugas:
Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan dan pengelolaan koperasi
yang dilakukan oleh pengurus.
Ka.ur Keuangan
Uraian tugas:
a. Membantu tugas pengurus dalam hal pengelolaan keuangan keuangan.
b. Sebagai koordinator dari kepala urusan penerimaan dan pengeluaran uang.
Ka.ur Tata Usaha Inventaris/Rt Rumah tangga
Uraian tugas:
Membantu tugas pengurus dalam melaksanakan teknis operasional di bidang tata
usaha yang meliputi urusan sekretariat, urusan inventaris dan rumah tangga.
Ka.ur pembukuan
Uraian tugas:
Membantu tugas pengurus dalam melaksanakan teknis operasional dalam
penyelenggaraan pembukuan koperasi dan unit-unit usahanya.
Kepala Unit Simpan Pinjam
Membantu tugas pengurus dalam melaksanakan teknis operasional di bidang
Usaha Simpan Pinjam.
Kepala Unit SPBU
Kepala unit SPBU mengelola kegiatan usaha SPBU.
Semua kepala-kepala tersebut bertanggung jawab kepada pengurus.


4.1.2 Uji Validitas dan Reliabilitas Data
Uji validitas menjelaskan sejauh mana suatu alat ukur itu mengukur apa
yang ingin diukur. Dalam pengujian validitas, instrumen penelitian yang
digunakan berupa kuesioner sebanyak 33 pertanyaan. Sebelum melakukan uji
validitas, data yang diperoleh ditabulasi terlebih dahulu. Proses perhitungan skor
kuesioner hasil tabulasi dapat dilihat di lampiran.
Setelah data hasil jawaban dari responden ditabulasi, selanjutnya diolah
dengan menggunakan bantuan program SPSS for Windows version 20.0 sehingga
diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.1
Hasil Penghitungan Penyajian Validitas Variabel X
Audit Internal

Pertanyaan Korelasi
Nilai
Batas Keputusan
P1 0.560 0.3 Valid
P2 0.836 0.3 Valid
P3 0.696 0.3 Valid
P4 0.857 0.3 Valid
P5 0.725 0.3 Valid
P6 0.639 0.3 Valid
P7 0.700 0.3 Valid
P8 0.424 0.3 Valid
P9 0.588 0.3 Valid
P10 0.487 0.3 Valid
P11 0.913 0.3 Valid
P12 0.037 0.3 Tidak Valid
P13 0.546 0.3 Valid
P14 0.456 0.3 Valid
Sumber: Hasil pengolahan data penelitian



Dilihat dari tabel 4.1 di atas, hasil pengujian validitas item kuesioner
menunjukkan bahwa 13 item pertanyaan dalam setiap variabel memiliki nilai
korelasi di atas 0.3 sebagai nilai batas suatu item kuesioner penelitian dikatakan
dapat digunakan (dapat diterima). Sehingga dapat dikatakan bahwa item kuesioner
variabel Audit Internal valid dan dapat digunakan untuk mengukur variabel yang
diteliti. Untuk lebih jelasnya mengenai hasil olah data untuk uji validitas dapat
dilihat pada lampiran.
Sedangkan validitas untuk variabel Y1 dan Y2 (pencegahan dan
pendeteksian fraud) adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2
Hasil Perhitungan Penyajian Validitas Variabel Y1
Pencegahan Fraud
Sumber: Hasil pengolahan data penelitian


Pertanyaan Korelasi Nilai Batas Keputusan
P1 -0,551 0.3 Tidak Valid
P2 -0,016 0.3 Tidak Valid
P3 0,008 0.3 Tidak Valid
P4 0,548 0.3 Valid
P5 0,838 0.3 Valid
P6 0,696 0.3 Valid
P7 0,829 0.3 Valid
P8 0,852 0.3 Valid
P9 0,896 0.3 Valid
P10 0,977 0.3 Valid
P11 0,972 0.3 Valid
P12 0,967 0.3 Valid
P13 0,966 0.3 Valid
P14 0,990 0.3 Valid
P15 0,968 0.3 Valid
P16 0,972 0.3 Valid

Dari tabel 4.2 di atas, hasil pengujian validitas item kuesioner pencegahan
fraud menunjukkan sebanyak 13 item pertanyaan memiliki nilai korelasi di atas
0.3 sehingga dapat dikatakan bahwa item kuesioner variabel pencegahan fraud
valid dan dapat digunakan untuk mengukur variabel yang diteliti.
Tabel 4.3
Hasil Perhitungan Penyajian Validitas Variabel Y2
Pendeteksian Fraud

Pertanyaa
n
Korelasi Nilai Batas Keputusan
P1 0,980 0.3 Valid
P2 0,973 0.3 Valid
P3 0,988 0.3 Valid
P4 0,990 0.3 Valid
P5 0,986 0.3 Valid
Sumber: Hasil pengolahan data penelitian

Dari tabel 4.3 di atas, hasil pengujian validitas item kuesioner
pendeteksian fraud menunjukkan sebanyak 5 item pertanyaan memiliki nilai
korelasi di atas 0.3 sehingga dapat dikatakan bahwa item kuesioner variabel
pendeteksian fraud valid dan dapat digunakan untuk mengukur variabel yang
diteliti.
Dari hasil perhitungan diketahui untuk variabel X terdapat 1 item
pertanyaan yang tidak valid dan untuk variabel Y1 terdapat 3 item pertanyaan
sehingga totalnya 4 item pertanyaan yang tidak akan diolah lebih lanjut. Setelah
diketahui validitas dari data, maka selanjutnya menentukan reliabilitas instrumen.
Uji Reliabilitas digunakan untuk mengukur tingkat kekonsistenan
tanggapan responden terhadap item pertanyaan kuesioner berdasarkan
pemahaman responden terhadap pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner yang

diajukan. Uji reliabilitas dilakukan dengan metode Cronbachs Alpha. Diperoleh
hasil pengujian variabel X dan variabel Y sebagai berikut.
Tabel 4.4
Uji Reliabilitas Variabel X
Audit Internal

Variabel yang diukur Cronbach's Alpha Standarized alpha Keterangan
Variabel X 0,896 0,6 Reliabel
Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan pada hasil penghitungan dengan menggunakan program SPSS
for Windows version 20.0 di atas, pada kolom Cronbach's Alpha terdapat nilai
0,896 dan angka tersebut melebihi 0,6 artinya bahwa 13 pertanyaan yang terdapat
pada variabel X yaitu Audit Internal memiliki tingkat reliabilitas sebesar 0,896
maka dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa pertanyaan pada variabel
X adalah reliabel karena koefisien korelasinya lebih besar daripada nilai kritisnya
yaitu 0,6.
Tabel 4.5
Uji Reliabilitas Variabel Y1
Pencegahan Fraud

Variabel yang diukur Cronbach's Alpha Standarized alpha Keterangan
Variabel Y1 0,970 0,6 Reliabel
Sumber: Data primer yang diolah
Dari tabel 4.4 di atas, dapat dilihat nilai Cronbach's Alpha sebesar
0,970dan angka tersebut melebihi 0,6 artinya bahwa 13 pertanyaan yang terdapat
pada variabel Y1 yaitu pencegahan fraud memiliki tingkat reliabilitas sebesar
0,970 maka dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa pertanyaan pada

variabel Y1 adalah reliabel karena koefisien korelasinya lebih besar dari pada nilai
kritisnya yaitu 0,6.
Tabel 4.6
Uji Reliabilitas Variabel Y2
Pendeteksian Fraud

Variabel yang diukur Cronbach's Alpha Standarized alpha Keterangan
Variabel Y2 0,993 0,6 Reliabel
Sumber: Data primer yang diolah
Dari tabel 4.4 di atas, dapat dilihat nilai Cronbach's Alpha sebesar 0,993
dan angka tersebut melebihi 0,6 artinya bahwa 5 pertanyaan yang terdapat pada
variabel Y2 yaitu pendeteksian fraud memiliki tingkat reliabilitas sebesar 0,993
maka dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa pertanyaan pada variabel
Y2 adalah reliabel karena koefisien korelasinya lebih besar dari pada nilai
kritisnya yaitu 0,6.

4.1.3 Pelaksanaan Audit Internal terhadap Pencegahan dan Pendeteksian
Fraud di GKPRI Jawa Barat
Dalam rangka memaksimalkan nilai tambah koperasi bagi pihak yang
berkepentingan (stakeholders), maka GKPRI Jawa Barat mengimplementasikan
Audit Internal yaitu dengan memaksimalkan fungsi pengawas yang berfungsi
melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan dan pengelolaan koperasi
yang dilakukan oleh pengurus. Dimana tugas dari Audit Internal (Pengawas)
adalah melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan dan pengelolaan
koperasi yang dilakukan oleh Pengurus. Pelaksanaan Audit Internal selain
dilakukan oleh pengawas yang merupakan perangkat organisasi koperasi dan hasil

pemeriksaannya dilaporkan pada rapat anggota juga dilakukan oleh ka.ur terhadap
pegawai yang ada dibawahnya dan melaporkan hasilnya kepada pengurus.
Langkah-langkah yang di tempuh oleh Audit Internal dalam pencegahan
dan pendeteksian fraud :
1. Memeriksa prosedur dari transaksi baik penerimaan maupun pengeluaran.
2. Memeriksa bukti-bukti penerimaan dan pengeluaran.
3. Memeriksa pembukuan.
4. Pengecekan kebijakan pembatasan besarnya uang di kas unit-unit usaha
(di kas maksimal Rp.500.00,00 apabila diatas jam 10.00). Jadi semua
penerimaan harus disetorkan ke bank.
5. Pengecekan obyek dengan unsur lain yang berkaitan dengan obyek
tersebut, misalnya :
Wisma : Untuk penerimaan wisma dapat dilihat dari seprai yang
terpakai.
SPBU : Untuk penebusan BBM dapat dilihat dari PPh 22 yang
dibayarkan (setiap 8 ton 78261).
USP : Karena kegiatan ini khusus pelayanan terhadap anggota
setiap 3 bulan diadakan konfirmasi mengenai : setoran, simpanan,
cicilan pinjaman dan jasa yang diberikan (semua kewajiban adalah
merupakan index pembagian SHU).
Hasil jawaban responden tentang Audit Internal (Variabel X ) adalah
sebagai berikut :


1. Independensi
Untuk mengetahui hasil jawaban responden mengenai independensi,
penulis akan menyajikan jawaban kuesioner dalam tabel di bawah ini.
Tabel 4.7
Skor Jawaban Responden tentang
Subvariabel Independensi


No
Pertanyaan
Frekuensi jawaban
berdasarkan
peringkat jawaban


Total

Persentase
Responden (%)


Total
(%)
4 3 2 1 4 3 2 1
1 11 3 - - 14 79 21 0 0 100
2 11 2 1 - 14 79 14 7 0 100
Total 22 5 1 - 28 79 17 4 0 100
Sumber: Hasil pengelolaan kuesioner

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa responden sebesar 79% menjawab
Sangat positif tentang independensi, responden sebesar 17% menjawab
Positif tentang independensi, responden 4% menjawab Cukup Positif tentang
independensi dan responden 0% menjawab Kurang Positif tentang
independensi. Hal ini didukung dengan pemenuhan indikator-indikator pertanyaan
yaitu:
Apakah Audit Internal (pengawas) diberikan tanggung jawab yang luas
untuk menjamin jangkauan audit di lingkungan unit-unit usaha GKPRI
Jawa Barat : 79% responden menjawab selalu melakukan jangkauan yang
luas untuk audit di lingkungan unit-unit usaha GKPRI Jawa Barat, dan
sisanya 21% responden menjawab sering melakukan jangkauan yang luas
untuk audit di lingkungan unit-unit usaha GKPRI Jawa Barat.

Apakah Audit Internal (pengawas) GKPRI Jawa Barat sudah bersikap
objektif dalam setiap pekerjaan auditnya : 79% responden menjawab
selalu bersikap objektif dalam setiap pekerjaan auditnya, 17% responden
menjawab sering bersikap objektif dalam setiap pekerjaan auditnya, dan
sisanya 4% responden menjawab kadang-kadang bersikap objektif dalam
setiap pekerjaan auditnya.
2. Kemampuan Profesional
Untuk mengetahui hasil jawaban responden mengenai kemampuan
profesional, penulis akan menyajikan jawaban kuesioner dalam tabel di bawah
ini.
Tabel 4.8
Skor Jawaban Responden tentang
Subvariabel Kemampuan Profesional


No
Pertanyaan
Frekuensi jawaban
berdasarkan
peringkat jawaban


Total

Persentase
Responden (%)


Total
(%)
4 3 2 1 4 3 2 1
3 9 4 1 - 14 64 29 7 0 100
4 9 4 1 - 14 64 29 7 0 100
5 10 4 - - 14 71 29 0 0 100
Total 28 12 2 - 42 67 28 5 0 100
Sumber: Hasil pengelolaan kuesioner

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa responden sebesar 67% menjawab
Sangat positif tentang kemampuan profesional, responden sebesar 28%
menjawab Positif, responden 5% menjawab Cukup Positif dan responden 0%
menjawab Kurang Positif tentang kemampuan profesional. Hal ini didukung
dengan pemenuhan indikator-indikator pertanyaan yaitu:

Apakah Audit Internal (pengawas) GKPRI Jawa Barat sudah menerapkan
pengetahuan dan kemampuan yang dimilikinya dalam setiap pemeriksaan
yang dilakukan: 64% responden menjawab selalu melaksanakan tanggung
jawab auditnya sesuai dengan sesuai dengan SPI yang ditetapkan, 29%
responden menjawab sering melaksanakan tanggung jawab auditnya
sesuai dengan SPI yang ditetapkan, dan sisanya 7 % responden menjawab
kadang-kadang melaksanakan tanggung jawab auditnya sesuai dengan SPI
yang ditetapkan.
Apakah Audit Internal (pengawas) GKPRI Jawa Barat melakukan
pengawasan kepada semua satuan unit kerja yang dimilikinya : 64%
responden menjawab selalu melakukan pengawasan kepada semua satuan
unit kerja yang dimilikinya, 29% responden menjawab sering melakukan
pengawasan kepada semua satuan unit kerja yang dimilikinya, dan sisanya
7% responden menjawab kadang-kadang melakukan pengawasan kepada
semua satuan unit kerja yang dimilikinya.
Apakah Audit Internal (pengawas) GKPRI Jawa Barat sudah menerapkan
ketelitian profesional di dalam melaksanakan tanggung jawab auditnya :
71% responden menjawab selalu menerapkan ketelitian profesional di
dalam melaksanakan tanggung jawab auditnya, dan sisanya 29%
responden menjawab sering menerapkan ketelitian profesional di dalam
melaksanakan tanggung jawab auditnya.



3. Lingkup Pekerjaan
Untuk mengetahui hasil jawaban responden mengenai lingkup pekerjaan,
penulis akan menyajikan jawaban kuesioner dalam tabel di bawah ini.
Tabel 4.9
Skor Jawaban Responden tentang
Subvariabel Lingkup Pekerjaan


No
Pertanyaan
Frekuensi jawaban
berdasarkan
peringkat jawaban


Total

Persentase
Responden (%)


Total
(%)
4 3 2 1 4 3 2 1
6 5 6 2 1 14 36 43 14 7 100
7 12 2 - - 14 86 14 0 0 100
8 9 5 - - 14 64 36 0 0 100
9 5 8 1 - 14 36 57 7 0 100
10 7 7 - - 14 50 50 0 0 100
Total 38 28 3 1 70 54 40 5 1 100
Sumber: Hasil pengelolaan kuesioner

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa responden sebesar 54% menjawab
Sangat positif tentang lingkup pekerjaan, responden sebesar 40% menjawab
Positif, responden 5% menjawab Cukup Positif dan responden 1% menjawab
Kurang Positif tentang lingkup pekerjaan. Hal ini didukung dengan pemenuhan
indikator-indikator pertanyaan yaitu:
Apakah Audit Internal (pengawas) GKPRI Jawa Barat sudah
melaksanakan pemeriksaan keandalan informasi keuangan unit-unit usaha
di GKPRI Jawa Barat dalam pelaksanaan auditnya : 43% responden
menjawab selalu melaksanakan pemeriksaan keandalan informasi
keuangan unit-unit usaha di GKPRI Jawa Barat dalam pelaksanaan
auditnya, 36% responden menjawab sering melaksanakan pemeriksaan

keandalan informasi keuangan unit-unit usaha di GKPRI Jawa Barat
dalam pelaksanaan auditnya, 14% responden menjawab kadang-kadang
melaksanakan pemeriksaan keandalan informasi keuangan unit-unit usaha
di GKPRI Jawa Barat dalam pelaksanaan auditnya, dan sisanya 7%
responden menjawab tidak pernah melaksanakan pemeriksaan keandalan
informasi keuangan unit-unit usaha di GKPRI Jawa Barat dalam
pelaksanaan auditnya.
Apakah Audit Internal (pengawas) GKPRI Jawa Barat dalam
melaksanakan tanggung jawabnya sudah menggunakan sistem yang sesuai
dengan kebijakan, rencana, prosedur, hukum dan peraturan yang berlaku :
86% responden menjawab selalu menggunakan sistem yang sesuai dengan
kebijakan, rencana, prosedur, hukum dan peraturan yang berlaku dalam
melaksanakan tanggung jawabnya, dan sisanya 14% responden menjawab
sering menggunakan sistem yang sesuai dengan kebijakan, rencana,
prosedur, hukum dan peraturan yang berlaku dalam melaksanakan
tanggung jawabnya
Apakah Audit Internal (pengawas) GKPRI Jawa Barat sudah ikut berperan
aktif dalam upaya meningkatkan sumber daya yang efektif dan efisien :
64% responden menjawab selalu ikut berperan aktif dalam upaya
meningkatkan sumber daya yang efektif dan efisien, dan sisanya 36%
responden menjawab sering ikut berperan aktif dalam upaya meningkatkan
sumber daya yang efektif dan efisien.

Apakah Audit Internal (pengawas) GKPRI Jawa Barat sudah
melaksanakan tanggung jawab nya untuk memeriksa dan melindungi harta
GKPRI Jawa Barat : 36% responden menjawab selalu melaksanakan
tanggung jawab nya untuk memeriksa dan melindungi harta GKPRI Jawa
Barat, 57% responden menjawab sering melaksanakan tanggung jawab
nya untuk memeriksa dan melindungi harta GKPRI Jawa Barat, dan
sisanya 7% responden menjawab kadang-kadang melaksanakan tanggung
jawab nya untuk memeriksa dan melindungi harta GKPRI Jawa Barat.
Apakah Audit Internal (pengawas) GKPRI Jawa Barat sudah ikut berperan
aktif dalam pencapaian tujuan GKPRI Jawa Barat : 50% responden
menjawab selalu ikut berperan aktif dalam pencapaian tujuan GKPRI Jawa
Barat, dan sisanya 50% responden ikut berperan aktif dalam pencapaian
tujuan GKPRI Jawa Barat.
4. Pelaksanaan Kegiatan Pemeriksaan
Untuk mengetahui hasil jawaban responden mengenai pelaksanaan
kegiatan pemeriksaan, penulis akan menyajikan jawaban kuesioner dalam
tabel di bawah ini.













Tabel 4.10
Skor Jawaban Responden tentang
Subvariabel Pelaksanaan Kegiatan Pemeriksaan


No
Pertanyaan
Frekuensi jawaban
berdasarkan
peringkat jawaban


Total

Persentase
Responden (%)


Total
(%)
4 3 2 1 4 3 2 1
11 11 3 - - 14 79 21 0 0 100
12 9 5 - - 14 64 36 0 0 100
13 8 6 - - 14 57 43 0 0 100
14 9 5 - - 14 64 36 0 0 100
Total 37 19 - - 56 66 34 0 0 100
Sumber: Hasil pengelolaan kuesioner

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa responden sebesar 66% menjawab
Sangat positif tentang pelaksanaan kegiatan pemeriksaan, responden sebesar
34% menjawab Positif, responden 0% menjawab Cukup Positif dan
responden 0% menjawab Kurang Positif tentang pelaksanaan kegiatan
pemeriksaan. Hal ini didukung dengan pemenuhan indikator-indikator pertanyaan
yaitu:
Apakah setiap kegiatan Audit Internal (pengawas) pemeriksaan internal
direncanakan terlebih dahulu : 79% responden menjawab selalu
direncanakan terlebih dahulu, dan sisanya 21% responden menjawab
sering direncanakan terlebih dahulu.
Apakah Audit Internal (pengawas) GKPRI Jawa Barat sudah melakukan
pengujian terhadap obyeknya : 64% responden menjawab selalu
melakukan pengujian terhadap obyeknya, dan sisanya 36% responden
menjawab sering melakukan pengujian terhadap obyeknya.

Audit Internal (pengawas) GKPRI Jawa Barat melaporkan hasil
pemeriksaannya kepada Rapat Anggota dan pengurus: 57% responden
menjawab selalu melaporkan hasil pemeriksaannya kepada Rapat anggota
dan pengurus GKPRI Jawa Barat, dan sisanya 43% responden menjawab
sering melaporkan hasil pemeriksaannya kepada Rapat Anggota dan
pengurus GKPRI Jawa Barat.
Apakah Pengurus GKPRI Jawa Barat menindak lanjuti laporan hasil
temuan Audit Internal : 64% responden menjawab selalu menindak lanjuti
laporan hasil temuan Audit Internal, dan sisanya 36% responden
menjawab sering menindak lanjuti laporan hasil temuan Audit Internal.
Hasil jawaban responden tentang pencegahan fraud (Variabel Y1) adalah
sebagai berikut :
1. Penetapan Kebijakan Anti Fraud
Untuk mengetahui hasil jawaban responden mengenai penetapan
kebijakan anti fraud, penulis akan menyajikan jawaban kuesioner dalam tabel
di bawah ini.
Tabel 4.11
Skor Jawaban Responden tentang
Subvariabel Penetapan Kebijakan Anti Fraud


No
Pertanyaan
Frekuensi jawaban
berdasarkan
peringkat jawaban


Total

Persentase
Responden (%)


Total
(%)
4 3 2 1 4 3 2 1
1 2 8 4 - 14 14 57 29 0 100
2 1 4 5 4 14 7 29 35 29 100
Total 3 12 9 4 29 11 42 32 15 100
Sumber: Hasil pengelolaan kuesioner


Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa responden sebesar 11% menjawab
Sangat positif tentang penetapan kebijakan anti fraud , responden sebesar 42%
menjawab Positif, responden 32% menjawab Cukup Positif dan responden
15% menjawab Kurang Positif tentang penetapan kebijakan anti fraud. Hal ini
didukung dengan pemenuhan indikator-indikator pertanyaan yaitu:
Apakah Pengurus GKPRI Jawa Barat menetapkan kebijakan anti fraud :
14% responden menjawab selalu menetapkan kebijakan anti fraud 57%
responden menjawab sering menetapkan kebijakan anti fraud dan 29%
responden menjawab kadang-kadang menetapkan kebijakan anti fraud.
Apakah staf/pegawai unit-unit usaha GKPRI Jawa Barat sudah
melaksanakan kebijakan anti fraud: 7% responden menjawab selalu
melaksanakan kebijakan anti fraud 29% responden menjawab sering
melaksanakan kebijakan anti fraud 35% responden menjawab kadang-
kadang melaksanakan kebijakan anti fraud dan sisanya 29% responden
menjawab tidak pernah melaksanakan kebijakan anti fraud.
2. Prosedur Pencegahan Baku
Untuk mengetahui hasil jawaban responden mengenai prosedur
pencegahan baku, penulis akan menyajikan jawaban kuesioner dalam tabel di
bawah ini.





Tabel 4.12
Skor Jawaban Responden tentang
Subvariabel Prosedur Pencegahan Baku


No
Pertanyaan
Frekuensi jawaban
berdasarkan
peringkat jawaban


Total

Persentase
Responden (%)


Total
(%)
4 3 2 1 4 3 2 1
3 1 13 - - 14 7 93 0 0 100
4 1 9 4 - 14 7 64 29 0 100
5 2 22 4 - 28 7 79 14 0 100
Total 4 44 8 - 56 7 79 14 0 100
Sumber: Hasil pengelolaan kuesioner

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa responden sebesar 7% menjawab
Sangat positif tentang prosedur pencegahan baku, responden sebesar 79%
menjawab Positif, responden 14% menjawab Cukup Positif dan responden
0% menjawab Kurang Positif tentang prosedur pencegahan baku. Hal ini
didukung dengan pemenuhan indikator-indikator pertanyaan yaitu:
Apakah GKPRI Jawa Barat sudah menetapkan prosedur penanganan
pencegahan fraud secara tertulis dan baku : 7% responden menjawab
selalu menetapkan prosedur penanganan pencegahan fraud secara tertulis
dan sisanya 93% responden menjawab sering menetapkan prosedur
penanganan pencegahan fraud secara tertulis.
Apakah GKPRI Jawa Barat sudah menerapkan pengendalian intern yang
memadai untuk pencapaian tujuan GKPRI Jawa Barat : 7% responden
menjawab selalu menerapkan pengendalian intern yang memadai untuk
pencapaian tujuan GKPRI Jawa Barat 64% responden menjawab sering
menerapkan pengendalian intern yang memadai untuk pencapaian tujuan

GKPRI Jawa Barat, dan sisanya 29% responden menjawab kadang-kadang
menerapkan pengendalian intern yang memadai untuk pencapaian tujuan
GKPRI Jawa Barat.
Apakah pengurus GKPRI Jawa Barat sudah melaksanakan pemisahan
fungsi yang menciptakan kondisi saling cek antar satuan unit kerja : 7%
responden menjawab selalu melaksanakan pemisahan fungsi yang
menciptakan kondisi saling cek antar satuan unit kerja 79% responden
menjawab melaksanakan pemisahan fungsi yang menciptakan kondisi
saling cek antar satuan unit kerja, dan sisanya 14% responden menjawab
melaksanakan pemisahan fungsi yang menciptakan kondisi saling cek
antar satuan unit kerja.
3. Prosedur Mendeteksi Fraud secara Otomatis dalam Sistem
Untuk mengetahui hasil jawaban responden mengenai prosedur
mendeteksi fraud secara otomatis dalam sistem, penulis akan menyajikan
jawaban kuesioner dalam tabel di bawah ini.
Tabel 4.13
Skor Jawaban Responden tentang
Subvariabel Prosedur Mendeteksi Fraud secara Otomatis dalam Sistem

No
Pertanyaan
Frekuensi jawaban
berdasarkan
peringkat jawaban


Total

Persentase
Responden (%)


Total
(%)
4 3 2 1 4 3 2 1
6 5 6 3 - 14 35 44 21 0 100
7 6 5 3 - 14 44 36 21 0 100
8 7 3 4 - 14 50 21 29 0 100
Total 18 14 10 - 42 43 33 24 0 100
Sumber: Hasil pengelolaan kuesioner


Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa responden sebesar 43% menjawab
Sangat positif tentang prosedur mendeteksi fraud secara Otomatis dalam
Sistem, responden sebesar 33% menjawab Positif, responden 24% menjawab
Cukup Positif dan responden 0% menjawab Kurang Positif tentang prosedur
mendeteksi fraud secara Otomatis dalam Sistem. Hal ini didukung dengan
pemenuhan indikator-indikator pertanyaan yaitu:
Apakah staf/pegawai GKPRI Jawa Barat sudah menerapkan prosedur
mendeteksi fraud secara memadai dalam sistem : 35% responden
menjawab selalu menerapkan prosedur mendeteksi fraud secara memadai
dalam sistem 44% responden menjawab sering menerapkan prosedur
mendeteksi fraud secara memadai dalam sistem, dan sisanya 21%
responden menjawab kadang-kadang menerapkan prosedur mendeteksi
fraud secara memadai dalam sistem.
Apakah GKPRI Jawa Barat sudah menerapkan prosedur yang memadai
untuk melaporkan fraud : 44% responden menjawab selalu menerapkan
prosedur yang memadai untuk melaporkan fraud, 36% responden
menjawab sering menerapkan prosedur yang memadai untuk melaporkan
fraud, dan sisanya 21% responden menjawab kadang-kadang menerapkan
prosedur yang memadai untuk melaporkan fraud.
Apakah pengurus GKPRI Jawa Barat sudah memproses dan menindak
pelaku fraud : 50% responden menjawab selalu memproses dan menindak
pelaku fraud, 21% responden menjawab sering memproses dan menindak

pelaku fraud, dan 29% lagi menjawab kadang-kadang memproses dan
menindak pelaku fraud.
4. Organisasi
Untuk mengetahui hasil jawaban responden mengenai organisasi, penulis
akan menyajikan jawaban kuesioner dalam tabel di bawah ini.
Tabel 4.14
Skor Jawaban Responden tentang
Subvariabel Organisasi


No
Pertanyaan
Frekuensi jawaban
berdasarkan
peringkat jawaban


Total

Persentase
Responden (%)


Total
(%)
4 3 2 1 4 3 2 1
9 5 6 2 1 14 35 44 14 7 100
Total 5 6 2 1 14 36 43 14 7 100
Sumber: Hasil pengelolaan kuesioner

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa responden sebesar 36% menjawab
Sangat positif tentang organisasi, responden sebesar 43% menjawab Positif,
responden 14% menjawab Cukup Positif dan responden 7% menjawab Kurang
Positif tentang organisasi. Hal ini didukung dengan pemenuhan indikator-
indikator pertanyaan yaitu:
Apakah Audit Internal (pengawas) GKPRI Jawa Barat sudah
melaksanakan tanggung jawab untuk melakukan evalusi berkala dan
aktivitas organisasi secara berkesinambungan di GKPRI Jawa Barat : 35%
responden menjawab selalu melaksanakan tanggung jawab untuk
melakukan evalusi berkala dan aktivitas organisasi secara
berkesinambungan, 44% responden menjawab sering melaksanakan

tanggung jawab untuk melakukan evalusi berkala dan aktivitas organisasi
secara berkesinambungan, 14% responden menjawab kadang-kadang
melaksanakan tanggung jawab untuk melakukan evalusi berkala dan
aktivitas organisasi secara berkesinambungan dan sisanya 7% responden
menjawab tidak pernah melaksanakan tanggung jawab untuk melakukan
evalusi berkala dan aktivitas organisasi secara berkesinambungan.
5. Teknik Pengendalian
Untuk mengetahui hasil jawaban responden mengenai teknik
pengendalian, penulis akan menyajikan jawaban kuesioner dalam tabel di
bawah ini.
Tabel 4.15
Skor Jawaban Responden tentang
Subvariabel Teknik Pengendalian

No
Pertanyaan
Frekuensi jawaban
berdasarkan
peringkat jawaban


Total

Persentase
Responden (%)


Total
(%)
4 3 2 1 4 3 2 1
10 12 2 - - 14 86 14 0 0 100
11 9 5 - - 14 65 35 0 0 100
12 5 8 1 - 14 35 58 7 0 100
Total 26 15 1 - 42 62 36 2 0 100
Sumber: Hasil pengelolaan kuesioner

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa responden sebesar 62% menjawab
Sangat positif tentang teknik pengendalian, responden sebesar 36% menjawab
Positif, responden 2% menjawab Cukup Positif dan responden 0% menjawab
Kurang Positif tentang teknik pengendalian. Hal ini didukung dengan
pemenuhan indikator-indikator pertanyaan yaitu:

Apakah pengurus GKPRI Jawa Barat sudah melaksanakan pembagian
tugas yang jelas sehingga tidak ada satu orang pun yang menguasai
seluruh aspek dari suatu transaksi : 86% responden menjawab selalu
melaksanakan pembagian tugas yang jelas sehingga tidak ada satu orang
pun yang menguasai seluruh aspek dari suatu transaksi dan sisanya 14%
responden menjawab sering melaksanakan pembagian tugas yang jelas
sehingga tidak ada satu orang pun yang menguasai seluruh aspek dari
suatu transaksi.
Apakah Audit Internal (pengawas) sudah melakukan pengawasan yang
ketat terhadap semua aspek yang memungkinkan untuk terjadinya fraud :
65% responden menjawab selalu melakukan pengawasan yang ketat
terhadap semua aspek yang memungkinkan untuk terjadinya fraud dan
35% lagi menjawab sering melakukan pengawasan yang ketat terhadap
semua aspek yang memungkinkan untuk terjadinya fraud.
Apakah Audit Internal (pengawas)GKPRI Jawa Barat sudah
melaksanakan kontrol yang memadai terhadap media pendukung
operasional : 35% responden menjawab selalu melaksanakan kontrol yang
memadai terhadap media pendukung operasional, 58% responden
menjawab sering melaksanakan kontrol yang memadai terhadap media
pendukung operasional dan 7% lagi menjawab kadang-kadang
melaksanakan kontrol yang memadai terhadap media pendukung
operasional.


6. Kepekaan Terhadap Fraud
Untuk mengetahui hasil jawaban responden mengenai kepekaan terhadap
fraud , penulis akan menyajikan jawaban kuesioner dalam tabel di bawah ini.
Tabel 4.16
Skor Jawaban Responden tentang
Subvariabel Kepekaan Terhadap Fraud

No
Pertanyaan
Frekuensi jawaban
berdasarkan
peringkat jawaban


Total

Persentase
Responden (%)


Total
(%)
4 3 2 1 4 3 2 1
13 7 7 - - 14 50 50 0 0 100
14 11 3 - - 14 79 21 0 0 100
15 9 5 - - 14 64 36 0 0 100
16 8 6 - - 14 57 43 0 0 100
Total 35 21 - - 56 63 37 0 0 100
Sumber: Hasil pengelolaan kuesioner

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa responden sebesar 63% menjawab
Sangat positif tentang kepekaan terhadap fraud, responden sebesar 37%
menjawab Positif, responden 0% menjawab Cukup Positif dan 0% menjawab
Kurang Positif tentang kepekaan terhadap fraud. Hal ini didukung dengan
pemenuhan indikator-indikator pertanyaan yaitu:
Apakah pengurus GKPRI Jawa Barat melakukan pengrekrutan staf
berpengalaman, khususnya staf yang peka terhadap sinyal-sinyal fraud :
50% responden menjawab selalu melakukan pengrekrutan staf
berpengalaman, khususnya staf yang peka terhadap sinyal-sinyal fraud,
dan 50% lagi menjawab sering melakukan pengrekrutan staf
berpengalaman, khususnya staf yang peka terhadap sinyal-sinyal fraud.

Apakah pengurus GKPRI Jawa Barat sudah melakukan interview
mendalam pada saat menyeleksi calon karyawan : 79% responden
menjawab selalu melakukan interview mendalam pada saat menyeleksi
calon karyawan, dan 21% lagi menjawab sering melakukan interview
mendalam pada saat menyeleksi calon karyawan.
Apakah pengurus GKPRI Jawa Barat sudah melakukan rotasi pegawai :
64% responden menjawab selalu melakukan rotasi pegawai dan sisanya
36% responden menjawab sering melakukan rotasi pegawai.
Apakah pengurus GKPRI Jawa Barat sudah memberikan cuti tahunan bagi
para karyawannya : 57% responden menjawab selalu memberikan cuti
tahunan bagi para karyawannya dan 43% lagi menjawab sering
memberikan cuti tahunan bagi para karyawannya.
Hasil jawaban responden tentang pendeteksian fraud (Variabel Y2) adalah
sebagai berikut :
1. Audit Berbasis Resiko
Untuk mengetahui hasil jawaban responden mengenai audit berbasis
resiko, penulis akan menyajikan jawaban kuesioner dalam tabel di bawah ini.







Tabel 4.17
Skor Jawaban Responden tentang
Subvariabel Audit Berbasis Resiko

No
Pertanyaan
Frekuensi jawaban
berdasarkan
peringkat jawaban


Total

Persentase
Responden (%)


Total
(%)
4 3 2 1 4 3 2 1
1 6 5 3 - 14 44 35 21 0 100
2 7 3 4 - 14 50 21 29 0 100
3 4 4 5 1 14 29 29 35 7 100
Total 17 12 12 1 42 40 29 29 2 100
Sumber: Hasil pengelolaan kuesioner

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa responden sebesar 40% menjawab
Sangat positif tentang audit berbasis resiko, responden sebesar 29% menjawab
Positif, responden 29% menjawab Cukup Positif dan responden 2%
menjawab Kurang Positif tentang audit berbasis resiko. Hal ini didukung
dengan pemenuhan indikator-indikator pertanyaan yaitu:
Apakah GKPRI Jawa Barat sudah melakukan identifikasi risiko terjadinya
tindak kecurangan : 44% responden menjawab selalu sudah melakukan
identifikasi risiko terjadinya tindak kecurangan, 35% responden menjawab
sering sudah melakukan identifikasi risiko terjadinya tindak kecurangan,
dan sisanya 21% responden menjawab kadang-kadang sudah melakukan
identifikasi risiko terjadinya tindak fraud.
Apakah Audit Internal (pengawas) GKPRI Jawa Barat sudah melakukan
pengawasan terhadap risiko yang terjadi di lapangan : 7% responden
menjawab selalu melakukan pengawasan terhadap risiko yang terjadi di
lapangan, 3% responden menjawab sering melakukan pengawasan

terhadap risiko yang terjadi di lapangan dan 4% lagi menjawab kadang-
kadang melakukan pengawasan terhadap risiko yang terjadi di lapangan.
Apakah Audit Internal (pengawas) GKPRI Jawa Barat sudah melakukan
verifikasi transaksi dan analisis data untuk mengetahui kemungkinan
terjadinya kecurangan : 29%bresponden menjawab selalu melakukan
verifikasi transaksi dan analisis data untuk mengetahui kemungkinan
terjadinya kecurangan, 29% responden menjawab sering melakukan
verifikasi transaksi dan analisis data untuk mengetahui kemungkinan
terjadinya kecurangan, 35% lagi menjawab kadang-kadang melakukan
verifikasi transaksi dan analisis data untuk mengetahui kemungkinan
terjadinya kecurangan, dan sisanya 7% responden menjawab tidak pernah
melakukan verifikasi transaksi dan analisis data untuk mengetahui
kemungkinan terjadinya kecurangan.
Tabel 4.18
Skor Jawaban Responden tentang
Subvariabel Jaringan Informan (Audit Intelligence)

No
Pertanyaan
Frekuensi jawaban
berdasarkan
peringkat jawaban


Total

Persentase
Responden (%)


Total
(%)
4 3 2 1 4 3 2 1
4 4 6 4 - 14 28 44 28 0 100
5 2 8 4 - 14 14 58 28 0 100
Total 6 14 8 - 28 21 50 29 100
Sumber: Hasil pengelolaan kuesioner
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa responden sebesar 21% menjawab
Sangat positif tentang audit berbasis resiko, responden sebesar 50% menjawab
Positif, responden 29% menjawab Cukup Positif dan responden 0%

menjawab Kurang Positif tentang audit berbasis resiko. Hal ini didukung
dengan pemenuhan indikator-indikator pertanyaan yaitu:
Apakah pengurus GKPRI Jawa Barat sudah melakukan komunikasi
informal audit dengan pihak internal : 28% responden menjawab selalu
melakukan komunikasi informal audit dengan pihak internal, 44%
responden kadang-kadang menjawab sering melakukan komunikasi
informal audit dengan pihak internal dan sisanya 28% lagi menjawab
kadang-kadang melakukan komunikasi informal audit dengan pihak
internal.
Apakah pengurus GKPRI Jawa Barat sudah membuka media audit untuk
menerima masukan atau pengaduan tindak kecurangan : 14% responden
menjawab selalu membuka media audit untuk menerima masukan atau
pengaduan tindak kecurangan, 58% responden menjawab sering membuka
media audit untuk menerima masukan atau pengaduan tindak kecurangan
dan 28% lagi menjawab kadang-kadang membuka media audit untuk
menerima masukan atau pengaduan tindak kecurangan.

4.2 Pembahasan
4.2.1 Analisis Audit Internal
Untuk menganalisis sejauh mana Audit Internal, maka cara yang dilakukan
penulis adalah dengan menggunakan nilai rata-rata (Mean) dari skor perhitungan
variabel X masing-masing responden yang kemudian dibandingkan dengan kriteria
yang telah penulis tetapkan pada bab III.

Adapun hasil rata-rata (mean) untuk variabel X menurut perhitungan SPSS
for Windows version 20.0 adalah sebagai berikut :
Tabel 4.19
Rata-rata (mean) Variabel X
Descriptive Statistics
Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan perhitungan SPSS for Windows version 20.0 dapat diketahui
bahwa nilai rata-rata dari variabel X adalah sebesar 46,71. Apabila nilai tersebut
dibandingkan dengan kriteria yang telah penulis tetapkan pada BAB III, maka nilai
rata-rata variabel X tersebut termasuk kriteria Baik yaitu antara 47-57. Hal ini
didukung oleh indikator Audit Internal yaitu :
1. Apakah Audit Internal (pengawas) diberikan tanggung jawab yang luas
untuk menjamin jangkauan audit di lingkungan unit-unit usaha GKPRI
Jawa Barat.
2. Audit Internal (pengawas) GKPRI Jawa Barat bersikap objektif dalam
setiap pekerjaan auditnya.
3. Apakah Audit Internal (pengawas) GKPRI Jawa Barat sudah menerapkan
pengetahuan dan kemampuan yang dimilikinya dalam setiap pemeriksaan
yangdilakukan.

Mean Std. Deviation N
Audit_Internal 46,71 4,906 14


4. Audit Internal (pengawas) GKPRI Jawa Barat melakukan pengawasan
kepada semua satuan unit kerja yang dimilikinya.
5. Audit Internal (pengawas) GKPRI Jawa Barat menerapkan ketelitian
profesional di dalam melaksanakan tanggung jawab auditnya.
6. Audit Internal (pengawas) GKPRI Jawa Barat melaksanakan
pemeriksaan keandalan informasi keuangan unit-unit usaha di GKPRI
Jawa Barat dalam pelaksanaan auditnya.
7. Audit Internal (pengawas) GKPRI Jawa Barat dalam melaksanakan
tanggung jawabnya menggunakan sistem yang sesuai dengan kebijakan,
rencana, prosedur, hukum dan peraturan yang berlaku.
8. Audit Internal (pengawas) GKPRI Jawa Barat ikut berperan aktif dalam
upaya meningkatkan sumber daya yang efektif dan efisien.
9. Audit Internal (pengawas) GKPRI Jawa Barat melaksanakan tanggung
jawab nya untuk memeriksa dan melindungi harta GKPRI Jawa Barat.
10. Audit Internal (pengawas) GKPRI Jawa Barat ikut berperan aktif dalam
pencapaian tujuan GKPRI Jawa Barat.
11. Setiap kegiatan Audit Internal (pengawas) pemeriksaan internal
direncanakan terlebih dahulu.
12. Audit Internal (pengawas) GKPRI Jawa Barat melaporkan hasil
pemeriksaannya kepada Rapat Anggota dan pengurus.
13. Pengurus GKPRI Jawa Barat menindak lanjuti laporan hasil temuan Audit
Internal.



4.2.2 Analisis Pencegahan dan Pendeteksian Fraud
Untuk menganalisis sejauh mana pelaksanaan pencegahan dan
pendeteksian fraud pada GKPRI Jawa Barat, maka cara yang dilakukan penulis
adalah dengan menggunakan nilai rata-rata (Mean) dari skor perhitungan variabel
Y1, Y2 masing-masing responden yang kemudian dibandingkan dengan kriteria
yang telah penulis tetapkan pada BAB III.
Adapun hasil rata-rata (mean) untuk variabel Y1 menurut perhitungan SPSS
for Windows version 20.0 adalah sebagai berikut :
Tabel 4.20
Rata-rata (Mean) Variabel Y1

Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N

Pencegahan fraud 43,71 3,950 14
Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan perhitungan SPSS for Windows version 20.0 dapat diketahui
bahwa nilai rata-rata dari variabel Y1 adalah sebesar 43,71. Apabila nilai tersebut
dibandingkan dengan kriteria yang telah penulis tetapkan pada BAB III, maka nilai
rata-rata variabel Y1 tersebut termasuk kriteri Cukup Memadai yaitu antara 42-54.
Hal ini didukung oleh indikator pencegahan fraud yaitu :
1. Pengurus GKPRI Jawa Barat menetapkan kebijakan anti fraud.
2. Staf/pegawai unit-unit usaha GKPRI Jawa Barat melaksanakan kebijakan
anti fraud.

3. GKPRI Jawa Barat menetapkan prosedur penanganan pencegahan fraud
secara tertulis dan baku.
4. GKPRI Jawa Barat menerapkan pengendalian intern yang memadai untuk
pencapaian tujuan GKPRI Jawa Barat.
5. Pengurus GKPRI Jawa Barat melaksanakan pemisahan fungsi yang
menciptakan kondisi saling cek antar satuan unit kerja.
6. Staf/pegawai GKPRI Jawa Barat menerapkan prosedur mendeteksi fraud
secara memadai dalam sistem.
7. GKPRI Jawa Barat menerapkan prosedur yang memadai untuk
melaporkan fraud.
8. Pengurus GKPRI Jawa Barat memproses dan menindak pelaku fraud .
9. Audit Internal (pengawas) GKPRI Jawa Barat melaksanakan tanggung
jawab untuk melakukan evalusi berkala dan aktivitas organisasi secara
berkesinambungan di GKPRI Jawa Barat.
10. Pengurus GKPRI Jawa Barat melaksanakan pembagian tugas yang jelas
sehingga tidak ada satu orang pun yang menguasai seluruh aspek dari
suatu transaksi.
11. Audit Internal (pengawas) GKPRI Jawa Barat melakukan pengawasan
yang ketat terhadap semua aspek yang memungkinkan untuk terjadinya
fraud.
12. Audit Internal (pengawas)GKPRI Jawa Barat melaksanakan kontrol yang
memadai terhadap media pendukung operasional.

13. Pengurus GKPRI Jawa Barat melakukan pengrekrutan staf
berpengalaman, khususnya staf yang peka terhadap sinyal-sinyal fraud.
14. Pengurus GKPRI Jawa Barat melakukan interview mendalam pada saat
menyeleksi calon karyawan.
15. Pengurus GKPRI Jawa Barat melakukan rotasi pegawai.
16. Pengurus GKPRI Jawa Barat memberikan cuti tahunan bagi para
karyawannya.
Adapun hasil rata-rata (mean) untuk variabel Y2 menurut perhitungan SPSS
for Windows version 20.0 adalah sebagai berikut :
Tabel 4.21
Rata-rata (Mean) Variabel Y2

Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N

Pendeteksian Fraud 12,21 2,486 14
Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan perhitungan SPSS for Windows version 20.0 dapat diketahui
bahwa nilai rata-rata dari variabel Y2 adalah sebesar 12,21. Apabila nilai tersebut
dibandingkan dengan kriteria yang telah penulis tetapkan pada BAB III, maka
nilai rata-rata variabel Y2 tersebut termasuk kriteri Cukup Memadai yaitu antara
13-16. Hal ini didukung oleh indikator pendeteksian fraud yaitu :
1. GKPRI Jawa Barat melakukan identifikasi risiko terjadinya tindak fraud.
2. Audit Internal (pengawas) GKPRI Jawa Barat melakukan pengawasan
terhadap risiko yang terjadi di lapangan.

3. Audit Internal (pengawas) GKPRI Jawa Barat melakukan verifikasi
transaksi dan analisis data untuk mengetahui kemungkinan terjadinya
fraud.
4. Pengurus GKPRI Jawa Barat melakukan komunikasi informal audit
dengan pihak internal.
5. Pengurus GKPRI Jawa Barat membuka media audit untuk menerima
masukan atau pengaduan tindak fraud.
4.2.3 Analisis Pengaruh Peranan Audit Internal terhadap Pencegahan dan
Pendeteksian Fraud
Untuk mengetahui kuat atau tidaknya hubungan antar variabel, maka pada
penelitian ini teknik statistik korelasi yang digunakan adalah statistik
nonparametris yaitu dengan korelasi Rank Spearman.
Hasil perhitungan dengan menggunakan alat bantu program SPSS for
Windows version 20.0 (Statistic Program for Social Science) dapat dilihat sebagai
berikut :
1. Korelasi Rank Spearman
Berdasarkan hasil pengolahan data SPSS, didapat nilai korelasi antara
Pengaruh Peranan Audit Internal terhadap Pencegahan Fraud sebagaimana
ditunjukkan dalam tabel di bawah ini :





Tabel 4. 22
Korelasi Rank Spearman
Audit Internal terhadap Pencegahan Fraud

Correlations
Audit_Intern
al
Pencegahan
fraud
Audit_Internal
Pearson
Correlation
1 ,936
**

Sig. (2-tailed)

,000
N 14 14
Pencegahan
fraud
Pearson
Correlation
,936
**
1
Sig. (2-tailed) ,000

N 14 14
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Hasil korelasi Rank Spearman, dengan menggunakan program SPSS sebesar
0,936 untuk variabel X terhadap Y1. Angka inilah yang akan penulis gunakan
dalam perhitungan selanjutnya. Nilai tersebut berada di antara 0,80 - 1,000 yang
dapat dilihat pada tabel 3.2 pada BAB III, yang menyatakan jika hasil perhitungan
koefisien berada pada 0,80 - 1,000 maka dapat dikatakan terdapat hubungan yang
sangat kuat antara Audit Internal dengan pencegahan fraud. Korelasi positif
menunjukkan hubungan antara Audit Internal dengan pencegahan fraud.







Tabel 4. 23
Korelasi Rank Spearman
Audit Internal terhadap Pendeteksian Fraud

Correlations
Audit_Intern
al
Pendeteksian
Fraud
Audit_Internal
Pearson
Correlation
1 ,750
**

Sig. (2-tailed)

,002
N 14 14
Pendeteksian
Fraud
Pearson
Correlation
,750
**
1
Sig. (2-tailed) ,002

N 14 14
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Hasil korelasi Rank Spearman, dengan menggunakan program SPSS sebesar
0,750 untuk variabel X terhadap Y2. Angka inilah yang akan penulis gunakan
dalam perhitungan selanjutnya. Nilai tersebut berada di antara 0,60 - 0,799 yang
dapat dilihat pada tabel 3.2 pada BAB III, yang menyatakan jika hasil perhitungan
koefisien berada pada 0,60 - 0,799 maka dapat dikatakan terdapat hubungan yang
kuat antara Audit Internal dengan pendeteksian fraud. Korelasi positif
menunjukkan hubungan antara Audit Internal dengan pendeteksian fraud.
2. Uji t
Adapun hasil uji t menurut perhitungan SPSS for Windows version 20.0
adalah sebagai berikut :




Tabel 4.24
Uji t
Audit Internal terhadap Pencegahan Fraud

Coefficients
a

Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 8,497 3,835

2,216 ,047
Audit_Intern
al
,754 ,082 ,936 9,229 ,000
a. Dependent Variable: Pencegahan fraud

Nilai constant a menunjukkan nilai rata-rata jika Audit Internal tidak
melaksanakan perannya dalam pencegahan fraud. Berdasarkan hasil perhitungan
program SPSS di atas dapat diketahui bahwa nilai

adalah sebesar 9,229.


Dengan = 5%, df = 12, maka di dapat

sebesar 2,178. Dikarenakan nilai

, (9,2292,178) maka Ho ditolak Ha diterima. Dengan demikian


dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh Audit Internal terhadap pencegahan
fraud.
Tabel 4.25
Uji t
Audit Internal terhadap Pendeteksian Fraud

Coefficients
a

Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) -5,533 4,547

-1,217 ,247
Audit_Intern
al
,380 ,097 ,750 3,923 ,002
a. Dependent Variable: Pendeteksian Fraud


Nilai constant a menunjukkan nilai rata-rata jika Audit Internal tidak
melaksanakan perannya dalam pendeteksian fraud. Berdasarkan hasil perhitungan
program SPSS di atas dapat diketahui bahwa nilai

adalah sebesar 3,923.


Dengan = 5%, df = 12, maka di dapat

sebesar 2,178. Dikarenakan nilai

, (3,9232,178) maka Ho ditolak Ha diterima. Dengan demikian


dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh Audit Internal terhadap pendeteksian
fraud.
3. Koefisien Determinasi
Untuk menghitung besarnya pengaruh Audit Internal terhadap pencegahan
dan pendeteksian fraud rumus yang digunakan adalah dengan koefisien
determinasi. Adapun hasil koefisien determinasi menurut perhitungan SPSS
for Windows version 20.0 adalah sebagai berikut :
Tabel 4.26
Koefisien Determinasi
Audit Internal terhadap Pencegahan Fraud

Model Summary
Mode
l
R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 ,936
a
,877 ,866 1,445
a. Predictors: (Constant), Audit_Internal

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pengaruh Audit Internal terhadap
pencegahan fraud adalah 87,7% dan sisanya sebesar 12,3% dipengaruhi oleh
faktor lain yang tidak diteliti oleh penulis. Faktor tersebut antara lain adanya
Sumber Daya Manusia yang terbatas dan adanya tugas rangkap staf/pegawai.




Tabel 4.27
Koefisien Determinasi
Audit Internal terhadap Pendeteksian Fraud

Model Summary
Mode
l
R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 ,750
a
,562 ,525 1,713
a. Predictors: (Constant), Audit_Internal

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pengaruh Audit Internal terhadap
pendeteksian fraud adalah 56,2% dan sisanya sebesar 43,8% dipengaruhi oleh
faktor lain yang tidak diteliti oleh penulis. Faktor tersebut antara lain adanya
Sumber Daya Manusia yang terbatas dan adanya tugas rangkap staf/pegawai.

4.2.4 Pengujian Hipotesis
Hipotesis penelitian yang diajukan adalah hipotesis alternatif (Ha), dan
hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut :
Ho = 0, Audit Internal tidak berpengaruh terhadap pencegahan dan
pendeteksian fraud.
Ha = 0, Audit Internal berpengaruh terhadap pencegahan dan pendeteksian
fraud.
Berdasarkan hasil perhitungan program SPSS diperoleh nilai

untuk
X terhadap Y1 sebesar 9,229 dan untuk X terhadap Y2 sebesar 3,923. Dengan
menggunakan angka signifikansi atau Sig ( = 5%), dan N = 14 maka diperoleh


sebesar 2,178. Ketentuan mengatakan jika

, maka Ha
diterima dan Ho ditolak. Artinya hipotesis yang menyatakan Audit Internal
berpengaruh terhadap pencegahan dan pendeteksian fraud diterima.

Dengan demikian, hipotesis penelitian jika Audit Internal GKPRI Jawa
Barat diterapkan secara baik maka akan berpengaruh terhadap pencegahan dan
pendeteksian fraud dapat diterima. Hal ini sesuai dengan teori hubungan yang
sebelumnya telah dikemukakan Pusdiklatwas BPKP (2008:36-37) adalah sebagai
berikut :
Untuk pencegahan dan pendeteksian fraud ada beberapa tanggung jawab
yang harus dilaksanakan oleh manajemen mencakup :
1. Pengembangan lingkungan pengendalian, yang dimulai dari kesadaran
tentang perlunya pengendalian.
2. Penetapan tujuan dan sasaran organisasi yang realistis.
3. Menetapkan aturan perilaku bagi semua pegawai didokumentasikan dan
diimplementasikan dengan baik.
4. Kebijakan-kebijakan otorisasi yang tepat untuk setiap transaksi yang
terus diwujudkan dan dipelihara.
5. Kebijakan, praktik, prosedur, pelaporan dan mekanisme lainnya untuk
memonitor aktivitas dan menjaga asset khususnya yang memiliki tingkat
risiko tinggi dan bernilai mahal.
6. Mekanisme komunikasi informasi yang dapat dipercaya serta
berkesinambungan, antara seluruh karyawan dengan pihak manajemen
atau pimpinan instansi.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Pengaruh Peranan
Audit Internal terhadap pencegahan dan pendeteksian fraud yang diterapkan di
GKPRI Jawa Barat, penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Audit Internal di GKPRI Jawa Barat sudah baik. Hal ini didukung dengan:
Audit Internal (pengawas) diberikan tanggung jawab yang luas
untuk menjamin jangkauan audit di lingkungan unit-unit usaha
GKPRI Jawa Barat. Dengan diberikan tanggung jawab yang luas
maka Audit Internal (pengawas) telah bersikap mandiri dalam
menjalankan tanggung jawabnya terhadap pencegahan dan
pendeteksian fraud.
Audit Internal (pengawas) GKPRI Jawa Barat bersikap objektif
dalam setiap pekerjaan auditnya. Hal ini memudahkan untuk
mendeteksi tindak fraud yang terjadi.
Audit Internal (pengawas) GKPRI Jawa Barat sudah menerapkan
pengetahuan dan kemampuan yang dimilikinya dalam setiap
pemeriksaan yang dilakukan. Hal ini diperlukan untuk
melaksanakan pemeriksaan secara cepat dan pantas.
Audit Internal (pengawas) GKPRI Jawa Barat menerapkan
ketelitian profesional di dalam melaksanakan tanggung jawab

auditnya. Hal ini menjadikan informasi yang di dapat benar-benar
nyata keadaannya, tanpa harus ada rekayasa apapun.
Audit Internal (pengawas) GKPRI Jawa Barat ikut berperan aktif
dalam pencapaian tujuan GKPRI Jawa Barat. Hal ini akan
mempermudah koperasi didalam pencapaian tujuan karena segala
sesuatu yang menyebabkan terhambatnya tujuan koperasi akan
terungkap oleh Audit Internal (pengawas), yang kemudian akan
ditindak lanjuti.
Setiap kegiatan pemeriksaan internal direncanakan terlebih dahulu.
Dengan diadakan perencanaan terlebih dahulu akan
mempermudah, mempercepat Audit Internal (pengawas) di dalam
menjalankan tanggung jawabnya untuk mencegah dan mendeteksi
fraud.
2. Pencegahan fraud di GKPRI Jawa Barat sudah cukup memadai. Hal ini
ditandai dengan :
Terdapat komitmen yang kuat antara pengurus, pegawai untuk
melaksanakan kebijakan anti fraud sehingga pencegahan fraud di
unit-unit usaha GKPRI Jawa Barat berjalan efektif.
Audit Internal (pengawas) GKPRI Jawa Barat sudah melaksanakan
tanggung jawab untuk melakukan evalusi berkala dan aktivitas
organisasi secara berkesinambungan di GKPRI Jawa Barat. Hal ini
memudahkan Audit Internal (pengawas) dalam melakukan
pengawasan agar tidak terjadi fraud.

GKPRI Jawa Barat memiliki staf berpengalaman, khususnya staf
yang peka terhadap sinyal-sinyal fraud. Hal ini dapat mencegah
fraud secara dini sebelum menimbulkan kerugian yang lebih besar
bagi koperasi.
Pengurus GKPRI Jawa Barat sudah memberikan cuti tahunan bagi
para karyawannya. Karyawan akan beristirahat dengan adanya cuti
yang diberikan sehingga tidak akan merasa jenuh dengan rutinitas
pekerjaan dan termotivasi untuk melakukan fraud.
3. Pendeteksian fraud di GKPRI Jawa Barat sudah cukup memadai. Hal ini
ditandai dengan :
Pengurus GKPRI Jawa Barat sudah membuka media audit (kotak
saran) untuk menerima masukan atau pengaduan tindak fraud. Hal
ini memudahkan Audit Internal (pengawas) untuk mengumpulkan
informasi terkait adanya tindak fraud.
Audit Internal (pengawas) sudah melakukan pengawasan terhadap
risiko yang terjadi di lapangan. Hal ini memudahkan Audit Internal
(pengawas) dalam melakukan pendeteksian kemungkinan
terjadinya tindak fraud.
4. Hasil penghitungan menunjukkan bahwa semakin baik Audit Internal
menjalankan perannya sebagai internal control akan membuat pencegahan
dan pendeteksian fraud semakin efektif. Audit Internal memiliki pengaruh
terhadap pencegahan dan pendeteksian fraud yaitu dibuktikan dengan

, maka Ha diterima dan Ho ditolak. Besarnya pengaruh



Audit Internal terhadap pencegahan fraud adalah 87,7% dan sisanya
sebesar 12,3% sedangkan besarnya pengaruh Audit Internal terhadap
pendeteksian fraud adalah 56,2% dan sisanya sebesar 43,8% dipengaruhi
oleh faktor lain yang tidak diteliti oleh penulis. Faktor tersebut antara lain
Sumber Daya Manusia yang terbatas dan adanya tugas rangkap yang
dilakukan staf/pegawai.
5.2 Saran
Pada bagian akhir ini, penulis bermaksud mengajukan beberapa saran yang
berkaitan dengan pembahasan yang telah dilakukan sebelumnya. Saran-
saran tersebut antara lain :
Bagi GKPRI Jawa Barat
Beberapa saran yang dapat dilakukan untuk mencegah dan mendeteksi
fraud diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Dalam penerimaan pegawai seleksi pegawai secara ketat dengan cara
menguji dari kemampuan, kejujuran, latar belakang, dan lain
sebagainya. Lebih baik lagi bekerjasama dengan perguruan tinggi
yang handal.
2. Tingkatkan kompetensi (ilmu pengetahuan, skill dll) pegawai dalam
melakukan pelatihan dan pendidikan. Hal ini akan membuat
pencegahan dan pendeteksian fraud semakin efektif.
3. Tingkatkan kesejahteraan agar para pegawai tidak merasa
dimanfaatkan tenaga dan keterampilannya saja, hal ini bisa
menghindari tindakan fraud yang mungkin dilakukan pegawai.

4. Manfaatkan mesjid yang dimiliki dengan diadakannya pembinaan
rohani agar lebih memperdalam pengetahuan agama para pegawai,
sehinga menjauhkan mereka dari tindakan untuk melakukan fraud .
5. Pelihara iklim keterbukaan dalam Koperasi. Hal ini akan menciptakan
suasana kerja yang positif karena semua keluhan dan harapan dari
para pegawai dapat dikelola dengan baik.

Bagi peneliti selanjutnya
Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna
untuk dijadikan landasan kesimpulan secara general terhadap peranan
Audit Internal. Untuk itu berkaitan dengan penelitian ini diharapkan bagi
peneliti selanjutnya jika ingin mengambil topik yang sama dengan penulis
agar dapat memperluas cakupan penelitian dengan menambahkan sampel
penelitian yang lebih banyak lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Arens, Alvin A.2008. Auditing dan Jasa Assurance. Edisi Keduabelas. Jakarta:
Erlangga.
Asiah, Nur. 2012. Pengaruh Penerapan Whistleblowing System terhadap
Pencegahan Fraud. Tidak dipublikasikan.
Badan Pengawas Keuangan Dan Pembangunan. 2008. Fraud Auditing. Edisi
kelima. Bogor: Pusdiklatwas BPKP.
Bayangkara, IBK. 2011. Audit Manajemen. Edisi keenam. Jakarta: Salemba
empat.
Hery. 2010. Potret Audit Internal. Bandung: Alfabeta.
http://poskota.co.id/berita-terkini/2012/01/05/korupsi-ketua-koperasi-diadili-di-
pn-serang.
http://harianjayapos.com/detail-3467-uang-koperasi-karyawan-ptaskrindo-
dikorup-kasusnya-diusut-di-polda-metro-jaya.html.

Kumaat, Valery G. 2011. Internal Audit. Jakarta: Erlangga.
Santoso, Singgih. Panduan Lengkap SPSS Versi 20. Cetakan kedua. Jakarta:
Gramedia.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan keenam belas. Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono. 2012. Statistika untuk Penelitian. Cetakan kedua puluh. Bandung:
Alfabeta.
Tunggal, Amin Widjaja. 2012. The fraud Audit Mencegah dan Mendeteksi
Kecurangan Akuntansi. Jakarta: Harvarindo.
Undang-Undang No. 25 Tentang Perkoperasian Tahun 1992.
Undang-Undang No. 17 Tentang Perkoperasian Tahun 2012.



LAMPIRAN

Jawaban Kuesioner Variabel X
Audit Internal











Subyek X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 Skor Total
1 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 52
2 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 3 4 52
3 4 4 4 3 4 1 4 3 3 4 4 3 4 3 48
4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 54
5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 56
6 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 54
7 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 4 3 4 44
8 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 3 4 4 53
9 4 4 3 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 53
10 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 53
11 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 53
12 4 4 3 4 4 3 4 3 3 3 4 4 4 4 51
13 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 40
14 3 2 2 3 3 2 4 4 3 3 3 4 3 3 42
Total 53 52 50 50 52 43 54 51 46 49 53 51 50 51 705
Mean 3,8 3,7 3,6 3,6 3,7 3,1 3,9 3,6 3,3 3,5 3,8 3,6 3,6 3,6 50,4

Jawaban Kuesioner Variabel Y1
Pencegahan Fraud


subjek

10

11

12

13

14

15

16 Skor Total
1 3 3 3 3 3 3 2 2 4 4 4 3 4 4 4 3 52

2 3 4 3 3 3 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 3 56

3 2 2 3 2 3 2 4 4 1 4 3 3 4 4 3 4 48

4 2 2 3 2 3 2 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 52

5 3 2 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 59

6 2 2 3 2 3 2 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 53

7 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2 3 3 4 3 49

8 4 3 3 3 4 3 3 3 3 4 4 3 4 4 3 4 55

9 3 1 3 3 3 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 54

10 4 1 3 3 3 3 3 2 4 4 4 3 4 4 4 4 53

11 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 56

12 3 1 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 51

13 2 2 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 43

14 3 1 3 2 2 3 2 2 2 4 4 3 3 3 4 3 44

Total 40 30 43 39 42 44 45 45 43 54 51 46 49 53 51 50 725

Mean 2,9 2,1 3,1 2,8 3 3,1 3,2 3,2 3,1 3,9 3,6 3,3 3,5 3,8 3,6 3,6 51,8


Jawaban Kuesioner Variabel Y2
Pendeteksian Fraud
























Subyek 1 2 3 4 5 Skor Total
1 2 2 3 3 3 10
2 4 4 4 4 3 16
3 4 4 2 2 2 12
4 4 4 2 2 2 12
5 4 4 4 4 3 16
6 4 4 2 2 2 12
7 3 3 2 3 3 11
8 3 3 4 4 4 14
9 3 4 3 3 3 13
10 3 2 4 4 4 13
11 4 4 3 3 3 14
12 3 3 3 3 3 12
13 2 2 2 3 2 9
14 2 2 1 2 3 7
Total 45 45 39 42 40 171
Mean 3,2 3,2 2,8 3 2,9 12,2

Reliability

Scale: All Variables



Case Processing Summary
N %
Cases
Valid 14 100,0
Excluded
a
0 ,0
Total 14 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.


Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
,881 14


Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
,947 16


Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
,993 5









Validitas Variabel X
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's Alpha
if Item Deleted
Pertanyaan 1 96,93 92,225 ,560 ,744
Pertanyaan 2 97,00 87,077 ,836 ,727
Pertanyaan 3 97,14 88,132 ,696 ,732
Pertanyaan 4 97,14 86,286 ,857 ,724
Pertanyaan 5 97,00 90,308 ,725 ,738
Pertanyaan 6 97,64 85,324 ,639 ,726
Pertanyaan 7 96,86 91,978 ,700 ,743
Pertanyaan 8 97,07 92,687 ,424 ,747
Pertanyaan 9 97,43 89,802 ,588 ,738
Pertanyaan 10 97,21 91,874 ,487 ,744
Pertanyaan 11 96,93 89,456 ,913 ,734
Pertanyaan 12 97,07 96,379 ,037 ,759
Pertanyaan 13 97,14 91,363 ,546 ,742
Pertanyaan 14 97,07 92,379 ,456 ,746
Pertanyaan 15 50,36 24,247 1,000 ,881


Validitas Variabel Y2

Item-Total Statistics
Scale
Mean if
Item
Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Pertanyaan 1 16,27 296,781 ,980 ,992
Pertanyaan 2 16,20 288,314 ,973 ,992
Pertanyaan 3 16,53 274,124 ,988 ,989
Pertanyaan 4 16,27 268,638 ,990 ,989
Pertanyaan 5 16,33 260,238 ,986 ,991








Validitas Variabel Y1


Item-Total Statistics
Scale
Mean if
Item
Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Pertanyaan 1 54,67 511,095 -,551 ,957
Pertanyaan 2 55,27 491,638 -,016 ,953
Pertanyaan 3 54,33 491,667 ,008 ,952
Pertanyaan 4 54,53 476,124 ,548 ,948
Pertanyaan 5 54,27 468,210 ,838 ,946
Pertanyaan 6 54,07 459,495 ,696 ,946
Pertanyaan 7 53,93 446,638 ,829 ,943
Pertanyaan 8 53,87 435,981 ,852 ,942
Pertanyaan 9 53,93 423,495 ,896 ,940
Pertanyaan 10 53,13 423,838 ,977 ,939
Pertanyaan 11 53,27 410,781 ,972 ,938
Pertanyaan 12 53,53 396,838 ,967 ,937
Pertanyaan 13 53,27 390,067 ,966 ,937
Pertanyaan 14 52,93 381,495 ,990 ,937
Pertanyaan 15 53,00 372,000 ,968 ,938
Pertanyaan 16 53,00 361,286 ,972 ,939












Reliability Variabel X


Reliability Variabel Y1






Reliability Variabel Y2

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
,993 5













Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
Audit_Internal 46,71 4,906 14
Pencegahan fraud 43,71 3,950 14
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
,896 13
Correlations
Audit_Internal Pencegahan
fraud
Audit_Internal
Pearson Correlation 1 ,936
**

Sig. (2-tailed)

,000
N 14 14
Pencegahan fraud
Pearson Correlation ,936
**
1
Sig. (2-tailed) ,000

N 14 14
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
,970 13
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
Audit_Internal 46,71 4,906 14
Pendeteksian Fraud 12,21 2,486 14
Correlations
Audit_Internal Pendeteksian
Fraud
Audit_Internal
Pearson Correlation 1 ,750
**

Sig. (2-tailed)

,002
N 14 14
Pendeteksian Fraud
Pearson Correlation ,750
**
1
Sig. (2-tailed) ,002

N 14 14
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).



Variables Entered/Removed
a

Model Variables
Entered
Variables
Removed
Method
1 Audit_Internal
b
. Enter
a. Dependent Variable: Pendeteksian Fraud
b. All requested variables entered.


Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,750
a
,562 ,525 1,713
a. Predictors: (Constant), Audit_Internal


ANOVA
a

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1
Regression 45,155 1 45,155 15,393 ,002
b

Residual 35,202 12 2,934

Total 80,357 13

a. Dependent Variable: Pendeteksian Fraud
b. Predictors: (Constant), Audit_Internal


Coefficients
a

Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) -5,533 4,547

-1,217 ,247
Audit_Internal ,380 ,097 ,750 3,923 ,002
a. Dependent Variable: Pendeteksian Fraud







Variables Entered/Removed
a

Model Variables
Entered
Variables
Removed
Method
1 Audit_Internal
b
. Enter
a. Dependent Variable: Pencegahan fraud
b. All requested variables entered.


Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,936
a
,877 ,866 1,445
a. Predictors: (Constant), Audit_Internal


ANOVA
a

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1
Regression 177,808 1 177,808 85,182 ,000
b

Residual 25,049 12 2,087

Total 202,857 13

a. Dependent Variable: Pencegahan fraud
b. Predictors: (Constant), Audit_Internal


Coefficients
a

Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 8,497 3,835

2,216 ,047
Audit_Internal ,754 ,082 ,936 9,229 ,000
a. Dependent Variable: Pencegahan fraud

Anda mungkin juga menyukai