Anda di halaman 1dari 123

ANALISIS PROSEDUR AUDIT INTERNAL TERHADAP

PIUTANG PADA PT GAPURA ANGKASA

Diajukan Oleh
ST. UTAMI PRATIWI PUTRI
4517013126

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Guna Memperoleh Gelar

Sarjana Ekonomi

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BOSOWA

MAKASSAR

2020
Judul
PERNYATAAN KEORISINILAN SKRIPS量

Saya yang bertanda tangan dibawch i血:

Nama : St. Utami Pratiwi Putri

No. Stamblk : 4517013126

Jurusan : Akuntansi

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Judul : Analisis Prosedur Audit血temal Te血adap Piutang Pada

PT Gqura Angkasa

Menyatak狙dengan sebenamya bahwa penulisan skripsi ini berdasarkan

hasil penelitian’Pemikiran, dan pemaparan asli dari saya adalah karya ilmiah saya

Sendiri dan sepa町mg pengetahuan saya di dalam naskah skripsi ini tidak pemah

diqiukan olch orang lain un血k memperoleh gelar akademik di suatu perguman

血ggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pemah di血Iis atau dite血itkan

Oleh orang lain, kecuali secara te血Iis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan

dalamm sunber kutipan daftar pustaka.

Demikian pemyataan ini saya buat dalam keadaan sadar d狐tanPa Paksaan

sama seka虹.

Makassar, 4 Maret 2020

Mahasiswa yang bersangkut紬

直情wi Putri
ANALISIS PROSEDUR AUDIT INTERNAL TERHADAP PIUTANG
PADA PT GAPURA ANGKASA
Oleh:

ST. UTAMI PRATIWI PUTRI

Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Universitas Bosowa

ABSTRAK

ST. UTAMI PRATIWI PUTRI. 2020. Skripsi. Analisis Prosedur Audit Internal
terhadap Piutang pada PT Gapura Angkasa dibimbing oleh Dr. H. A. Arifuddin Mane,
SE., M.Si. dan Ripa Fajarina L., SE., Ak., M.Si., CA.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah proses audit internal atas
piutang yang dilakukan PT Gapura Angkasa telah sesuai dengan kualifikasi audit internal
yang baik.
Objek penelitian ini adalah PT Gapura Angkasa. Metode analisis yang digunakan
dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan menganalisis tahapan audit,
kriteria internal auditor dan prosedur internal audit atas piutang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa auditor internal PT Gapura Angkasa telah
menjalankan tahapan audit umum dan memiliki kriteria internal auditor yang baik dan
sesuai teori. Sedangkan prosedur audit internal atas piutang yang diterapkan secara umum
telah dilaksanakan dengan baik dan sesuai teori namun perlu dikembangkan dengan
melakukan pemeriksaan subsequent collections dan melakukan pembahasan teknik
pemeriksaan dalam evaluasi audit.

Kata Kunci: Prosedur Audit Internal, Piutang

iv
KATA PENGANTAR

Untaian puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas segala

rahmat dan karunia-Nya, dan teriring salam dan shalawat hanya tercurah kepada

Nabi Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

baik dan tepat waktu. Skripsi ini merupakan tugas akhir untuk mencapai gelar

Sarjana Ekonomi (S.E.) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi

Universitas Bosowa Makassar, dengan mengambil judul “Analisis Prosedur Audit

Internal terhadap Piutang pada PT Gapura Angkasa”.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini.

1. Pertama-tama, ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Rektor

Universitas Bosowa, Bapak Prof. Dr. Ir. Saleh Pallu, M.Eng.

2. Bapak Dr. H. A. Arifuddin Mane, SE., M.Si., SH., MH., selaku Dekan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Bosowa sekaligus Dosen

Pembimbing I dalam penelitian ini atas masukan positif dan kritik

membangun yang diberikan hingga penelitian ini dapat terselesaikan

dengan baik.

3. Ibu Dr. Hj. Herminawati Abu Bakar, SE, M.Si., selaku Wakil Dekan I

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Bosowa.

4. Bapak Dr. Firman Menne, SE., M.Si., Ak., CA., selaku Ketua Juruan

Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Bosowa.

5. Ibu Ripa Fajarina L., SE., Ak., M.Si., CA., selaku Dosen Pembimbing II

atas waktu yang telah diluangkan untuk membimbing, memberi motivasi

v
dan memberi bantuan literatur, serta diskusi-diskusi yang dilakukan

dengan penulis.

6. Seluruh Dosen Universitas Bosowa yang telah memberikan ilmu dan

pendidikannya kepada penulis sehingga wawasan penulis bisa bertambah,

serta seluruh Staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Bosowa,

terima kasih atas bantuannya dalam pengurusan Administrasi.

7. Bapak Irman Permadi, SE., M.Si., selaku Senior Manager Admin &

Finance Audit PT Gapura Angkasa dan Bapak Zulfikar, SE., selaku

Manager PT Gapura Angkasa cabang Cengkareng, atas izin penelitian

yang diberikan dan waktu yang diluangkan untuk wawancara dan

observasi di PT Gapura Angkasa.

8. Orang tua, keluarga, Naya, dan Larry Page serta Sergey Brin atas banyak

sekali pencerahan dan motivasi juga tidak jarang desakan untuk

menyelesaikan skripsi ini secepatnya. I love you three million.

Skripsi ini masih jauh dari sempurna, apabila terdapat kesalahan dalam

skripsi ini, sepenuhnya menjadi tanggungjawab peneliti dan bukan para pemberi

bantuan. Kritik dan saran konstruktif yang membangun akan lebih

menyempurnakan skripsi ini. Semoga kebaikan yang telah diberikan oleh semua

pihak mendapatkan pahala di sisi Allah SWT, Aamin ya rabbal alamin.

Makassar, 4 Maret 2020

Penulis

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................................ i


PERNYATAAN KEORISINILAN.................................................................................. ii
ABSTRACT ...................................................................................................................... iii
ABSTRAK ........................................................................................................................ iv
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... v
DAFTAR ISI.................................................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang Masalah...................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................... 3
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................................ 3
1.4. Manfaat Penelitian .............................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................... 5
2.1. Kerangka Teori ................................................................................................... 5
2.1.1. Pengertian Audit ......................................................................................... 5
2.1.2. Prosedur Audit Internal ............................................................................... 6
2.1.3. Kriteria Audit Internal............................................................................... 12
2.1.4. Teknik Pemeriksaan Audit yang Dilakukan Auditor Internal................... 18
2.1.5. Piutang ...................................................................................................... 22
2.1.6. Prosedur Audit Piutang Usaha .................................................................. 26
2.2. Penelitian Terdahulu ......................................................................................... 29
2.3. Kerangka Pikir .................................................................................................. 31
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................................ 32
3.1. Lokasi & Waktu Penelitian ............................................................................... 32
3.2. Jenis dan Sumber Data ...................................................................................... 32
3.3. Metode Pengumpulan Data ............................................................................... 33
3.4. Metode Analisis Data ........................................................................................ 34
3.5. Definisi Operasional ......................................................................................... 37
3.5.1. Prosedur Audit Internal ............................................................................. 37
3.5.2. Kriteria Audit Internal............................................................................... 37
3.5.3. Piutang ...................................................................................................... 37
3.5.4. Prosedur Audit Internal atas Piutang......................................................... 38

vii
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 41
4.1. Gambaran Umum Perusahaan ........................................................................... 41
4.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan ...................................................................... 41
4.1.2. Visi dan Misi PT Gapura Angkasa ........................................................... 43
4.1.3. Organisasi dan Manajemen ....................................................................... 44
4.1.4. Kegiatan Usaha Perusahaan ...................................................................... 49
4.2. Hasil Penetilitan dan Pembahasan .................................................................... 51
4.2.1. Analisis Tahapan Audit Internal ............................................................... 51
4.2.2. Analisis Kriteria Auditor Internal ............................................................. 58
4.2.3. Analisis Prosedur Audit Piutang Usaha .................................................... 63
BAB V PENUTUP........................................................................................................... 71
5.1. Kesimpulan ....................................................................................................... 71
5.2. Saran ................................................................................................................. 72
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 73
LAMPIRAN..................................................................................................................... 75

viii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Penjualan kepada para konsumen dapat dilakukan perusahaan secara tunai

ataupun secara kredit. Perusahaan akan lebih menyukai transaksi penjualan yang

dapat dilakukan secara tunai, karena perusahaan akan segera menerima kas dan

kas tersebut dapat segera digunakan kembali untuk mendapatkan pendapatan

selanjutnya. Konsumen di lain sisi, umumnya lebih menyukai bila perusahaan

dapat melakukan penjualan secara kredit, karena pembayaran dapat ditunda.

Umumnya, penjualan kredit pada kebanyakan perusahaan jauh lebih besar

dibandingkan penjualan tunai, karena penjualan kredit tersebut maka akan timbul

akun piutang.

Semakin besar organisasi perusahaan, persoalan yang dihadapi perusahaan

akan semakin kompleks dikarenakan banyaknya anggota dari perusahaan tersebut.

Pengendalian internal yang efektif dan efisien sangat diperlukan untuk mencapai

tujuan perusahaan. Salah satu tujuan dari audit internal adalah mengatur secara

sistematis serta mengevaluasi pengendalian intern dalam perusahaan. Kurangnya

tanggung jawab dalam perusahaan dan banyaknya penyimpangan-penyimpangan

dalam perusahaan menyebabkan pengendalian intern tidak berjalan sesuai

konsepnya.

Prosedur audit atas piutang menjadi sangat penting dimana tujuannya

adalah mencegah penyimpangan dan penyelewengan yang terjadi dalam segala

aspek yang berkaitan dengan piutang mulai dari pengakuan piutang secara

1
2

akuntansi hingga kelengkapan dokumen pendukungnya sedangkan secara

keseluruhan sistem pengendalian intern menjadi penting dimana tujuannya adalah

untuk mengamankan harta perusahaan, meningkatkan ketelitian dan kebenaran

data akuntansi dan mendorong terlaksananya kebijakan perusahaan yang telah

ditetapkan.

PT Gapura Angkasa merupakan salah satu dari sekian banyak perusahaan

yang menjadi pemain di bidang jasa ground handling. PT Gapura Angkasa

menyediakan jasa penanganan atau pelayanan terhadap para penumpang berikut

bagasi, kargo, pos, dan peralatan pembantu pergerakan pesawat terbang itu sendiri

selama berada di bandar udara, baik untuk keberangkatan (departure) maupun

kedatangan (arrival). PT Gapura Angkasa merupakan salah satu perusahaan

penyedia jasa yang memiliki banyak pelanggan (customer) dan ini menyebabkan

menyebabkan tingginya tingkat penjualan pada PT Gapura Angkasa. Dalam

melakukan penjualan, PT Gapura Angkasa menggunakan sistem penjualan kredit

dengan waktu pembayaran yang telah ditentukan. PT Gapura Angkasa sangat

memerlukan pengawasan yang baik dalam melakukan proses pencatatan piutang,

peran auditor internal sangat dibutuhkan dalam melakukan pengawasan ini,

dimana audit internal diharapkan dapat membantu mendeteksi dan meminimalisir

kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi dan memberikan rekomendasi atas

kelemahan aktivitas tersebut. Salah satu kendala yang terjadi pada PT Gapura

Angkasa adalah keterlambatan dokumen kontrak dengan pengguna jasa yang

disediakan oleh departemen legal. Keterlambatan dokumen ini berujung pada

penerbitan invoice yang tidak sesuai dengan masa penggunaan jasa, sehingga
3

pengakuan piutang juga tidak tercatat sesuai dengan periode akuntansinya.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk meneliti tentang

prosedur audit internal atas piutang yang dilakukan oleh PT Gapura Angkasa.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, masalah yang diteliti dalam

penelitian ini dapat dirumuskan “Apakah audit internal atas piutang yang

dilakukan perusahaan sudah sesuai dengan standar prosedur audit internal yang

baik?”

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan Rumusan Masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui apakah proses audit internal atas piutang yang dilakukan

perusahaan sudah sesuai dengan kualifikasi audit internal yang baik.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pihak-

pihak terkait sebagai berikut:

1. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan mengenai prosedur audit

internal atas piutang.

2. Menambah pengetahuan penulis tentang prosedur audit internal dan

juga sebagai bahan untuk studi perbandingan antara teori yang didapat

diperkuliahan dengan kenyataan yang terjadi di lapangan.

3. Sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak yang ingin melakukan

penelitian selanjutnya.
4

4. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan

dalam melaksanakan audit internal sehingga dapat dijadikan perusahaan

sebagai perbaikan dalam pelaksanaan audit internal atas piutang.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kerangka Teori

2.1.1. Pengertian Audit

Menurut Hery (2016), audit adalah proses yang sistematis untuk

memperoleh dan mengevaluasi secara obyektif bukti yang berhubungan dengan

asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian ekonomi dalam rangka menentukan

tingkat kepatuhan antara asersi dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta

mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak yang berkepentingan.

Mulyadi dan Kanaka Puradiredja (2005) menjelaskan “audit merupakan

suatu proses yang sistematik untuk mendapatkan serta mengevaluasi bukti dengan

objektif mengenai pernyataan terkait kegiatan serta kejadian ekonomi yang

bertujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan tersebut dengan

kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasilnya pada pemakai yang

berkepentingan.

Definisi audit secara umum menurut Mayangsari dan Puspa Wandanarum

(2013:7) adalah suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan menilai

bukti-bukti secara objektif, yang berkaitan dengan asersi-asersi tentang tindakan-

tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian

antara asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan dan

mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

5
6

Sedangkan secara umum menurut Whittington, O. Ray dan Kurt Pann

(2012:4) auditing adalah pemeriksaan laporan keuangan perusahaan oleh

perusahaan akuntan publik yang independen. Audit terdiri dari penyelidikan

catatan akuntansi dan bukti lain yang mendukung laporan keuangan tersebut.

Memperoleh pemahaman tentang pengendalian internal perusahaan dengan

memeriksa dokumen, mengamati aset, membuat bertanya dalam dan di luar

perusahaan, dan melakukan prosedur audit lain, auditor akan mengumpulkan

bukti yang diperlukan untuk menentukan apakah laporan keuangan menyediakan

adil dan cukup melengkapi gambaran posisi keuangan perusahaan dan kegiatan

selama periode yang diaudit.

2.1.2. Prosedur Audit Internal

Definisi prosedur audit menurut Narko (2000:3) adalah adalah suatu

urutan-urutan pekerjaan klerikal yang melibatkan beberapa orang, yang disusun

untuk menjamin adanya perlakuan yang sama terhadap penanganan transaksi

perusahaan yang berulang-ulang.

Hal senada juga disampaikan oleh Mulyadi (2001:5) yang menyatakan

“Prosedur audit merupakan suatu urutan kegiatan klerikal, yang umumnya

melibatkan beberapa orang dalam satu atau lebih departemen, yang dibuat untuk

menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-

ulang.”

Berkaitan dengan pengertian prosedur yang dikemukakan di atas, maka

akan memudahkan untuk memahami apa dan bagaimana dengan prosedur audit
7

yang sebenarnya jika dikaitkan dengan upaya mendapatkan bahan-bahan bukti

yang cukup untuk mendukung pendapat auditor atas kewajaran laporan keuangan.

Soekrisno (2001:105) berpendapat bahwa “Prosedur audit merupakan

langkah-langkah yang dijalankan auditor dalam melaksanakan pemeriksaannya

dan sangat diperlukan oleh asisten agar tidak melakukan penyimpangan dan dapat

bekerja secara efisien dan efektif.”

Kemudian menurut Sunarso (2003:80) bahwa “Prosedur audit adalah

tindakan yang dilakukan oleh audit dan teknik yang digunakan oleh auditor untuk

mendapatkan dan mengevaluasi bukti audit.”

Setiap pemeriksaan sangat dianjurkan untuk melaksanakan proses

pemeriksaan yang memadai, karena dengan proses pemeriksaan yang memadai

diaharapkan internal auditor akan menghasilkan temuan-temuan pemeriksaan

yang berkualitas dan berguna bagu manajemen untuk ditindak lanjuti, sehingga

rekomendasi yang disarankan oleh auditor internal dapat menjadi masukan yang

berharga dan berguna bagi manajemen dalam pengambilan keputusan. Proses

audit internal yang dilaksanakan secara bertahap dan kronologis memungkinkan

bagi auditor internal untuk melakukan audit dengan terarah.

Intinya proses audit internal dapat dikelompokkan dalam fase-fase sebagai

berikut: (1) Perencanaan; (2) Pengujian; (3) Pelaporan; (4) Tindak Lanjut.

Menurut Ratliff (2002:183) proses pemeriksaan intern terdiri dari Sembilan

tahapan yaitu sebagai berikut:

1. Pemilihan auditee (selection of audit)


8

Tahap melakukan seleksi atau pemilihan auditee harus

mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut:

a. Temuan-temuan audit yang lalu

Penyimpangan yang dilaporkan dalam audit sebelumnya memerlukan

perubahan atas tindak lanjut yang dilakukan oleh manajemen,

sehingga pemeriksaan intern akan menaruh perhatiannya dan

memberikan prioritas dalam program kerjanya.

b. Periode audit yang teratur

Internal auditor akan beranggapan bahwa semakin lama suatu aktivitas

tidak diaudit, semakin besar risiko terjadinya penyimpangan. Oleh

karenanya auditor internal akan memberikan prioritas terhadap

aktivitas-aktivitas yang dianggap telah cukup lama tidak diaudit.

c. Permintaan manajemen atau auditee

Beberapa kasus menunjukkan pihak manajemen memerlukan masukan

dari auditor internal untuk meneliti efisiensi dan efektivitas

operasional tertentu.

d. Sensitive area

Auditor internal akan selalu menaruh perhatian yang cukup besar

terhadap bagian-bagian atau aktivitas dari suatu organisasi yang

dianggap sensitive atau rawan terhadap terjadinya penyimpangan-

penyimpangan.

e. Perubahan signifikan dalam operasi, kebijakan, program, sistem dan

pengendalian
9

Auditor internal akan memberikan prioritas terhadap perubahan-

perubahan yang terjadi di dalam suatu organisasi. Proses perubahan

cenderung menimbulkan kompleksitas dan risiko terjadinya

kesalahan. Suatu perubahan biasanya memerlukan penyesuaian-

penyesuaian sebelum operasi baru diintegrasikan dengan baik ke

dalam suatu organisasi, yang menyebabkan meningkatnya resiko

kesalahan terutama pada awal implementasi.

2. Perencanaan Audit (Audit Preparation)

Pada saat persiapan pemeriksaan, aktivitas yang dilakukan oleh auditor

internal meliputi sebagai berikut:

a. Menetapkan tujuan dan ruang lingkup pemeriksaan secara tentative.

b. Menelaah audit file periode sebelumnya.

c. Memilih tim pemeriksa.

d. Pemeriksaan pendahuluan dengan pihak auditee.

e. Mempersiapkan program audit.

f. Mempersiapkan audit report.

g. Mendapatkan persetujuan untuk melaksanakan audit.

3. Survey Pendahuluan (preliminary survey)

Aktivitas yang dilakukan oleh auditor internal pada saat survey

pendahuluan adalah sebagai berikut:

a. Pertemuan pendahuluan.

b. Survey lapangan.

c. Penelaahan dokumen.
10

d. Meminta deskripsi tertulis dari auditee.

e. Melakukan analytical test (jika memungkinkan) mencakup analisis

data-data angka laporan keuangan dan operasi, meliputi perbandingan

hasil aktual dengan anggaran, memperlajari trend, menghitung rasio.

4. Deskripsi Pengendalian Intern, Analisis, dan Evaluasi (internal control

description, analysis and evaluation)

Pada tahap ini, aktivitas yang dilakukan oleh auditor internal adalah

sebagai berikut:

a. Memperoleh deskripsi pengendalian intern.

b. Penelusuran dokumen (walkthrough test).

c. Pengujian terhadap sampel yang dipilih.

d. Evaluasi pengendalian intern.

e. Risk Assessment, yaitu menilai kembali hal-hal atau objek yang akan

diperiksa berdasarkan tingginya risiko. Semakin tinggi risiko, maka

akan dijadikan objek pertama pada saat audit dilaksanakan.

5. Memperluas Pengujian (expanded testing)

Tahap ini dilakukan oleh auditor internal dengan cara sebagai berikut:

a. Melakukan pemeriksaan detail atas kegiatan operasional perusahaan.

b. Melakukan compliance test.

c. Memeriksa apakah pengendalian intern yang diterapkan oleh auditee

cukup memadai.

d. Mengevaluasi efektivitas pengendalian intern.

6. Temuan dan Rekomendasi (finding and recommendation)


11

Temuan dari hasil audit internal yang baik hendaknya lengkap, artinya

berisi hal-hal yang berhubungan dengan kondisi, kriteria, sebab dan akibat.

7. Pelaporan (reporting)

Isi dari laporan audit hendaknya mudah dipahami oleh klien, karena

dengan laporan ini diharapkan manajemen menindaklanjuti rekomendasi yang

disarankan oleh auditor internal. Laporan Hasil Pemeriksaan (LPH) tertulis berisi:

tujuan pemeriksaan, ruang lingkup pemeriksaan, prosedur pemeriksaan, temuan-

temuan dan rekomendasi.

8. Tindak Lanjut (follow up)

Auditor internal mempunyai kewajiban untuk memonitor hal-hal yang

berhubungan dengan tindak lanjut yang dilakukan oleh manajemen. Perlu diingat

bahwa posisi auditor internal adalah memantau tindak lanjut yang dilakukan oleh

manajemen, sedangkan tugas manajemen adalah mengambil tindakan.

Jika auditee (manajemen) tidak melaksanakan saran-saran perbaikan yang

tercantum dalam Laporan Hasil Pemeriksaan, maka auditor internal harus

mendeteksi alasan auditee tidak melaksanakan saran tersebut. Jika auditor internal

memandang persoalan itu sangat penting dan dapat merugikan perusahaan secara

keseluruhan, tidak ada salahnya jika saran tersebut diulangi pada pemeriksaan

berikutnya.

9. Evaluasi (evaluation)

Tahap terakhir dari proses audit internal sebenarnya telah sesuai usai

dengan dikeluarkannya Laporan Hasil Pemeriksaan, disamping itu sebagai auditor

internal yang baik harus mau mengevaluasi apa yang telah dikerjakan. Evaluasi
12

ini dilakukan untuk melihat pendekatan-pendekatan audit (audit approach), teknik

pemeriksaan yang diterapkan (audit techniques) dan sebagainya. Evaluasi ini

bertujuan untuk menilai kerja auditor internal.

2.1.3. Kriteria Audit Internal

Demi tercapainya audit internal yang efektif, maka perlu dipenuhi suatu

kriteria atau standar. Salah satu standar yang digunakan adalah Standards For The

Profesional Practice of Internal Auditing yang dikeluarkan oleh The Institute of

Internal Auditor (2017) yaitu sebagai berikut:

1. Independensi (Independence)

Auditor internal harus independen dan objektif dalam pelaksanaan

kegiatannya, hal ini berarti auditor internal dalam memberikan penilauan tidak

memihak kepada siapapun. Hal ini dapat dicapai apabila audit internal diberikan

status dan kedudukan yang jelas, seperti yang dikemukakan Tugiman (2006:20).

Independensi menyangkut dua aspek, yaitu:

a. Status Organisasi

Unit Audit Internal harus mendapatkan status organisasi yang

memberikan keleluasaan untuk memenuhi atau menyelesaikan tanggung

jawab pemeriksaan yang diberikan. Auditor internal harus mempunyai

dukungan dari manajemen dan dewan direksi, sehingga mereka akan dapat

mendapatkan kerja sama dari pihak yang akan diperiksa dan dapat

menyelesaikan pekerjaannya secara bebas dari berbagai campur tangan

pihak lain.

b. Objektivitas
13

Auditor internal diharuskan melaksanakan pemeriksaan dengan suatu

cara yang objektif, sehingga mereka akan sungguh yakin atas hasil

pekerjaannya dan tidak akan membuat penilaian yang kualitasnya

merupakan hasil kesepakatan atau diragukan. Para internal auditor tidak

boleh ditempatkan dalam situasi dimana mereka merasa tidak dapat untuk

membuat penilaian objektif profesional.

2. Kemampuan Profesional (Profesional Proficiency)

Internal auditor harus memiliki keahlian dan ketelitian profesional dalam

melakukan pemeriksaan. Kemempuan profesional menurut Tugiman (2006:27)

merupakan tanggung jawab bagian audit internal dan setiap auditor internal.

Dalam melaksanakan pemeriksaan, pimpinan internal audit menugaskan beberapa

orang yang secara bersama atau keseluruhan memiliki kemampuan, pengetahuan,

dan berbagai disiplin ilmu yang relevan untuk melaksanakan pemeriksaan secara

tepat dan pantas. Auditor internal harus:

a. Mengetahui standar profesional dalam melakukan pemeriksaan.

b. Memiliki pengetahuan, pengalaman, kecakapan, dan berbagai disiplin

ilmu yang penting dalam pelaksanaan pemeriksaan.

c. Memiliki kemampuan untuk menghadapi orang lain dan

berkomunikasi secara efektif.

d. Meningkatkan kemampuan teknisnya melalui pendidikan yang

berkelanjutan.

e. Melaksanakan ketelitian profesional yang sepantasnya dalam

melakukan pemeriksaan.
14

3. Ruang Lingkup (Scope of Work)

Lingkup pekerjaan internal auditor meliputi pengujian dan evaluasi

terhadap kecukupan dan keefektifan sistem pengendalian internal yang dimiliki

organisasi dan kualitas pelaksanaan tanggung jawab yang diberikan. Tugiman

(2006:41)

4. Pelaksanaan Kegiatan Audit (Performance of Audit Work)

Pelaksanaan kegiatan pemeriksaan dinyatakan oleh Tugiman (2006:53),

meliputi:

a. Perencanaan Pemeriksaan yang harus didokumentasikan dan harus

meliputi:

- Penetapan tujuan pemeriksaan dan lingkup pekerjaan.

- Mendapatkan informasi dasar (background information) tentang

kegiatan yang akan diaudit.

- Penentuan berbagai tenaga kerja yang diperlukan untuk

melaksanakan pemeriksaan.

- Pemberitahuan kepada para pihak yang dipandang perlu.

- Melaksanakan survey secara tepat untuk lebih mengenali kegiatan

yang diperlukan, risiko-risiko, dan pengawasan untuk

mengidentifikasi area yang ditekankan dalam pemeriksaan, serta

untuk memperoleh berbagai ulasan dan sasaran dari pihak yang

akan diperiksa.

- Penulisan program pemeriksaan.


15

- Menentukan bagaimana, kapan dan kepada siapa hasil pemeriksaan

akan disampaikan.

- Memperoleh persetujuan bagi rencana kerja pemeriksaan.

b. Pengujian dan Pengevaluasian Informasi

Internal auditor haruslah mengumpulkan, menganalisis,

menginterpretasi, dan membuktikan kebenaran informasi untuk

mendukung hasil pemeriksaan. Proses pengujian dan pengevaluasian

informasi adalah sebagai berikut:

- Semua informasi yang berhubungan dengan tujuan audit dan ruang

lingkup kerja harus dikumpulkan.

- Informasi haruslah mencukupi, kompeten, relevan dan berguna

untuk membuat dasar yang logis bagi temuan pemeriksaan dan

rekomendasi.

- Prosedur pemeriksaan, termasuk teknik pengujian dan penarikan

contoh yang dipergunakan dan diperluas atau diubah bila keadaan

menghendaki demikian.

- Proses pengumpulan data, analisis, penafsiran dan pembuktian

kebenaran informasi memerlukan pengawasan agar memberikan

kepastian bahwa auditor terus menjaga sikap objektif dan sasaran

pemeriksaan dapat dicapai.

- Dokumen pemeriksaan yang harus dibuat oleh auditor dan ditinjau

atau ditelaah oleh manajemen bagian audit internal adalah kertas

kerja audit. Kertas kerja ini harus mencantumkan berbagai


16

informasi yang diperoleh dan dianalisis yang dibuat serta harus

mendukung dasar temuan pemeriksaan dan rekomendasi yang akan

dilaporkan.

c. Penyampaian Hasil Pemeriksaan

Internal auditor harus menyampaikan hasil pemeriksaan yang

dilaporkannya sebagai berikut:

- Laporan tertulis yang ditandatangani haruslah dikeluarkan setelah

pengujian terhadap pemeriksaan selesai dilakukan. Laporan

sementara dapat dibuat secara tertulis atau lisan dan diserahkan

secara forman atau informal.

- Internal auditor harus terlebih dahulu mendiskusikan berbagai

kesimpulan dan rekomendasi dengan tingkatan manajemen yang

tepat sebelum mengeluarkan laporan akhir.

- Suatu laporan haruslah objektif, jelas, singkat, konstruktif dan tepat

waktu.

- Laporan harus mengemukakan tentang maksud, lingkup, dan hasil

pelaksanaan audit dan jika dperlukan, laporan juga harus memuat

pernyataan tentang pendapat auditor.

- Berbagai rekomendasi bagi berbagai perkembangan yang mungkin

dicapai, pengakuan terhadap kegiatan yang dilaksanakan secara

meluas dan tindakan korektif dapat dituangkan dalam laporan

audit.
17

- Pandangan dari pihak auditee tentang berbagai kesimpulan atau

rekomendasi dapat pula dicantumkan dalam laporan audit.

- Pimpinan audit internal atau staf yang ditunjuk harus mereview dan

menyetujui laporan pemeriksaan akhir, sebelum laporan tersebut

dikeluarkan, dan menentukan kepada siapa laporan tersebut akan

disampaikan.

d. Tindak Lanjut Hasil Audit

Internal auditor harus terus meninjau dan melakukan tindak lanjut

untuk memastikan bahwa terhadap temuan audit yang dilaporkan telah

dilakukan tindakan yang tepat. Internal auditor wajib memastikan suatu

tindakan korektif telah dilakukan dan memberikan berbagai hasil yang

diharapkan, atau manajemen senior atau dewan telah menerima risiko

akibat tidak dilakukannya tindakan korektif atas temuan yang dilaporkan.

5. Manajemen bagian Internal Audit (Management of Internal Audit

Department)

Manajemen bagian audit internal dinyatakan Tugiman (2006;79) sebagai

berikut “Pimpinan audit internal harus mengelola bagian audit internal secara

tepat. Pimpinan unit internal audit bertanggung jawab mengelola bagian audit

internal sehingga:

a. Pekerjaan pemeriksaan memenuhi tujuan umum dan tanggung jawab

yang disetujui oleh manajemen senior dan diterima oleh direksi.

b. Sumber daya audit internal digunakan secara efisien dan efektif.


18

c. Pelaksanaan pekerjaan pemeriksaan dilakukan sesuai dengan standar

profesi.

Pimpinan audit inernal harus:

1. Memiliki pernyataan tentang tujuan, kewenangan dan tanggung jawab

terhadap bagian audit internal.

2. Menetapkan rencana atas pelaksanaan tanggung jawab unit internal

audit.

3. Membuat berbagai kebijakan dan prosedur secara tertulis sebagai

pedoman bagi staf auditor.

4. Menetapkan program untuk menyeleksi serta mengembangkan sumber

daya manusia pada bagian audit internal.

5. Mengkoordinasikan usaha atau kegiatan audit internal dengan audit

eksternal.

6. Menetapkan serta mengembangkan program pengendalian mutu untuk

mengevaluasi kegiatan unit internal audit.

2.1.4. Teknik Pemeriksaan Audit yang Dilakukan Auditor Internal

Auditor internal melakukan pemeriksaan dokumen, transaksi, kondisi dan

proses untuk mendapatkan fakta-fakta dan untuk mencapai kesimpulan. Istilah

pemeriksaan mencakup baik pengukuran maupun evaluasi. Auditor internal

memiliki banyak teknik untuk membantu mereka mencapai tujuannya. Berikut

adalah teknik-teknik tersebut menurut (Sawyer’s, 2005):

1. Mengamati
19

Bagi auditor internal, mengamati berarti melihat, memerhatikan, tidak

melewatkan hal-hal yang dianggap penting. Hal ini berkaitan dengan

diterapkannya pandangan yang berhati-hati dan berpengetahuan pada orang,

fasilitas, proses, dan barang-barang. Hal ini juga berarti pemeriksaan visual yang

memiliki tujuan, memiliki nuansa perbandingan dengan standar dan suatu

pandangan yang evaluatif. Mengamati berbeda dengan menganalisis karena

analisis berarti menetapkan, menyusun dan menginterpretasikan data. Mengamati

di sisi lain berarti melihat dan membuat catatan dan pertimbangan. Pengamatan

ini dapat dilakukan atas catatan dokumen, diagram, bagan dan lain-lain, karena

semua prosedur untuk audit termasuk mengamati sebagian besar berisi

pengukuran, maka observasi yang layak merupakan salah satu teknik audit yang

paling sulit. Auditor mengukur apa yang auditor lihat lalu bandingkan dengan apa

yang ada dalam pikirannya. Bila auditor makin berpengalaman, makin banyak

standar dan pola yang disimpan, makin waspada terhadap penyimpangan yang

terjadi, dan makin banyak observasi yang dilakukan. Mengamati penting untuk

dilakukan dan biasanya diterapkan sebelum teknik-teknik lainnya.

2. Mengajukan Pertanyaan

Mengajukan pertanyaan merupakan teknik yang paling pervasive bagi

auditor internal. Pertanyaan diajukan selama audit dilakukan dan bias secara lisan

maupun tertulis. Pertanyaan lisan adalah yang paling sering digunakan namun

yang paling sulit untuk dikemukakan. Perolehan informasi bias menjadi suatu seni

tersendiri. Mendapatkan fakta tanpa membuat klien marah kadang-kadang

bukanlah tugas yang mudah. Jika klien merasa dicecar atau merasa diperiksa
20

silang, mereka cenderung bertahan dan enggan menyingkap kebenaran. Jika

auditor internal memahami pandangan kebanyakan rekan kerja mereka (klien)

terhadap mereka, yaitu dipandang sebagai ancaman potensial bagi posisi mereka

dan bias mengubah sikap mereka untuk mengurangi ketakutan, peluan untung

mendapatkan informasi yang berguna akan meningkat.

3. Menganalisis

Menganalisis merupakan kegiatan memeriksa secara rinci, artinya

memecah entitas yang kompleks ke dalam bagian-bagian kecil untuk menentukan

karakteristiknya yang sebenarnya. Istilah ini juga berarti melihat lebih dalam

beberapa fungsi, aktivitas, atau kelompok transaksi dan menentukan hubungannya

masing-masing. Analisis dimaksudkan untuk mengetahui kualitas, penyebab,

dampak, motif dan kemungkinan-kemungkinan, sering kali sebagai fasilitator bagi

penelitian selanjutnya atau sebagai dasar pertimbangan.

4. Memverifikasi

Memverifikasi merupakan proses mengonfirmasi kebenaran, akurasi,

keaslian atau validitas sesuatu. Hal ini merupakan sarana tertua yang dimiliki oleh

auditor internal. Cara ini paling sering digunakan untuk mendapatkan kebenaran

fakta atau rincian dalam suatu akun atau subjek yang diaudit. Hal ini

mengimplikasikan upaya yang disengaja untuk menentukan akurasi atau validitas

beberapa laporan atas apa yang diaudit dengan mengujinya, serta membandingkan

dengan fakta yang diketahui dan data yang asli dengan standar yang ada.

Verifikasi mencakup konfirmasi dan perbandingan, yaitu pernyataan dari

seseorang dikonfirmasi melalui pembahasan dengan orang lain, atau suatu


21

dokumen dibandingkan dengan satu atau lebih dokumen lain yang valid. Verfikasi

juga mencakup konfirmasi, yang artinya menghapuskan semua keraguan melalui

validasi independen oleh pihak-pihak yang objektif.

5. Meningvestigasi

Menginvestigasi merupakan istilah yang secara umum diterapkan pada

pelaksanaan Tanya jawab untuk menemukan fakta-fakta yang tersembunyi dan

mencari kebenaran. Hal ini mengimplikasikan penelusuran informasi yang

sistematis yang diharapkan dapat diketahui oleh auditor internal. Cara ini

mencakup namun tidak terbatas pada penyidikan yang menyelidiki lebih dalam

dengan maksud mendeteksi kesalahan. Investigasi berarti berupaya mencari bahan

bukti atas terjadinya kesalahan.

6. Mengevaluasi

Mengevaluasi berarti menuju suatu pertimbangan, yang artinya

menimbang apa yang telah dianalsisi dan menentukan kecukupan efisiensi dan

efektivitasnya. Hal ini merupakan langkah yang berada di antara analisis dan

verifikasi di satu sisi dan opini audit di sisi lain. Hal ini mencerminkan

kesimpulan yang dihasilkan auditor internal berdasarkan fakta-fakta yang telah

dikumpulkan. Evaluasi berkaitan dengan pertimbangan profesional dan

merupakan rangkaian yang berjalan melewati keseluruhan proses audit. Pada

tahap awal pemeriksaan audit, auditor internal harus mengevaluasi suatu risiko

khyusus yaitu risiko menghilangkan suatu aktivitas dari penelaahan mereka

dibandingkan dengan risiko audit. Dalam program audit, auditor harus

mengevaluasi perlunya pengujian rinci sebagai pengganti survey. Auditor harus


22

mengevaluasi ketepatan dan tingkat keyakinan yang dibutuhkan untuk mencapai

keandalan sampel yang mereka yakin dibutuhkan.

2.1.5. Piutang

1. Definisi Piutang

Piutang usaha (account receivable) merupakan akun aktiva yang timbul

akibat adanya penjualan secara kredit agar dapat lebih banyak menjual produk

barang dan jasa. Piutang meliputi berbagai jenis klaim dalam bentuk uang

terhadap entitas lainnya, termasuk individu, perusahaan atau organisasi lainnya.

Pada kegiatan perusahaan yang normal, piutang biasanya akan dilunasi dalam

jangka waktu kurang dari satu tahun sehingga digolongkan dalam aktiva lancar.

Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan no. 1 (IAI:2007) suatu

aktiva diklasifikasikan sebagai aktiva lancar, jika aktiva tersebut :

a. Diestimasi akan direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau digunakan

dalam jangka waktu siklus operasi normal perusahaan.

b. Dimiliki untuk diperdagangkan atau untuk tujuan jangka pendek dan

diharapkan akan direalisasikan dalam jangka waktu 12 (dua belas)

bulan dari tanggal neraca atau

c. Berupa kas atau setara kas yang penggunaannya tidak dibatasi.

Setiawan (2010:199) menyatakan piutang usaha adalah “segala bentuk

tagihan atau klaim perusahaan kepada pihak lain yang pelunasannya dapat

dilakukan dalam bentuk uang, barang, maupun jasa”. Menurut IFRS

(International Financial Reporting Standart) IAS 1 (Revised 2009) Precentation

of Financial Statement Account Receivable is amount owed to the company for


23

services performed or products sold but not yet paid for. Kieso, dkk (2002:256)

secara terpisah mendefinisikan piutang sebagai “Claims held against costumers

and other for money, goods, or services.”

Berdasarkan ketiga pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa piutang

adalah klaim atas uang, barang, atau jasa kepada pelanggan atau pihak-pihak

lainnya. Piutang usaha biasanya adalah kategori yang paling signifikan dari

piutang dan merupakan hasil dari aktivitas normal perusahaan atau entitas, yaitu

penjualan barang atau jasa secara kredit kepada pelanggan. Piutang usaha

diperkuat dengan janji pembayaran yang tertulis secara formal dan

diklasifikasikan sebagai wesel tagih (notes receivable). Piutang usaha umumnya

merupakan jumlah yang material di neraca bila dibandingkan dengan piutang non

usaha.

Prinsip-prinsip akuntansi piutang usaha menurut Pernyataan Standar

Akuntansi Keuangan no. 16 (IAI:2007) adalah :

a. Piutang usaha disajikan dalam neraca sebesar netto, yaitu piutang

usaha dikurangi penyisihan kerugian piutang,

b. Metode penyisihan kerugian piutang usaha harus dijelaskan

secukupnya,

c. Piutang usaha disajikan terpisah dengan piutang lain-lain,

d. Piutang usaha bersaldo kredit disajikan sebagai kewajiban lancar

dalam akun uang muka penjualan,

e. Piutang usaha yang dijadikan jaminan harus dijelaskan.


24

Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) no. 43

(IAI:2007) tentang akuntansi anjak piutang dijelaskan bahwa pengungkapan

piutang yang memadai harus dicantumkan dalam catatan atas laporan keuangan

mengenai hal-hal sebagai berikut :

a. Piutang usaha diakui sebagai kewajiban anjak piutang sebesar nilai

piutang yang dialihkan. Selisih nilai piutang yang dialihkan dengan

dana yang diterima ditambah retensi diakui sebagai beban bunga

selama periode angsur piutang.

b. Kewajiban angsur piutang disajikan dalam neraca sebesar nilai

piutang yang dialihkan dikurangi retensi dan beban bunga yang belum

disusutkan.

2. Penilaian Piutang Usaha

Kieso, dkk (2002:260) menyatakan semua piutang dinilai dalam jumlah

yang mewakili nilai sekarang dari perkiraan penerimaan kas di masa datang.

Karena berjangka pendek, piutang usaha umumnya ditagih dalam jangka waktu

30 hari hingga 90 hari, untuk piutang jangka pendek yang dikenakan bunga,

bunganya akan relatif lebih kecil dari jumlah piutangnya. Penilaian piutang usaha

atas nilai sekarang yang didiskontokan, diganti sebagai piutang usaha yang

dilaporkan sebagai nilai realisasi bersih (net realizable value), yaitu nilai kas yang

diharapkan. Karenanya, piutang usaha harus dicatat sebagai jumlah bersih dari

estimasi piutang tak tertagih dan potongan dagang. Tujuannya adalah untuk

melaporkan piutang sejumlah klaim dari pelanggan yang benar-benar

diperkirakandapat diterima secara tunai.


25

Menurut Warren, dkk (2005:327), terdapat dua metode akuntansi untuk

mencatat piutang yang diperkirakan tidak akan tertagih, yaitu:

a. Metode penyisihan akuntansi (allowance method)

Perusahaan besar biasanya menggunakan metode penyisihan untuk

mengestimasi besarnya piutang tak tertagih. Metode ini mencatat

beban atas dasar estimasi dalam periode akuntansi dimana penjualan

kredit dilakukan, untuk mendapat penandingan yang tepat atas beban

atau pendapatan serta untuk mendapatkan nilai tercatat yang tepat

untuk piutang usaha.

b. Metode penghapusan langsung (direct writemethod)

Metode ini biasanya digunakan pada perusahaan-perusahaan kecil,

perusahaan-perusahaan yang tidak dapat menafsirkan piutang tertagih

dengan tepat atau perusahaan yang lebih banyak melakukan transaksi

penjualan tunai maka jumlah piutang tak tertagih biasanya kecil.

Dalam metode ini beban piutang tak tertagih tidak dicatat sampai

piutang tersebut diputuskan tidak akan tertagih lagi sehingga akun

penyisihan dan ayat jurnal penyesuaian tidak diperlukan pada akhir

periode.

3. Akuntansi Piutang Usaha

Transaksi yang memengaruhi piutang usaha merupakan bagian dari siklus

pendapatan. Siklus tersebut adalah transaksi penjualan kredit barang dan jasa

kepada pelanggan, transaksi retur penjualan, transaksi penerimaan kas dari


26

debitur, dan transaksi penghapusan piutang. Transaksi-transaksi tersebut dicatat

ke dalam jurnal sebagai berikut:

a. Transaksi penjualan kredit atas barang dan jasa kepada pelanggan.

Jurnal untuk mencatat transaksi ini adalah :

Piutang usaha xxx

Penjualan xxx

b. Transaksi retur penjualan. Jurnal untuk mencatat transaksi ini adalah:

Retur penjualan xxx

Piutang usaha xxx

c. Transaksi penerimaan kas dari debitur. Jurnal untuk mencatat

transaksi ini adalah :

Kas xxx

Piutang usaha xxx

Pendapatan bunga xxx

d. Transaksi penghapusan piutang. Jurnal untuk mencatat transaksi ini

adalah :

Cadangan kerugian piutang xxx

Piutang usaha xxx

2.1.6. Prosedur Audit Piutang Usaha

Sukrisno Agoes (2004:125) menyatakan prosedur audit adalah “prosedur

yang dilaksanakan oleh auditor dan asisten dalam pemeriksaaan dan diperlukan

agar tidak melakukan penyimpangan serta dapat bekerja secara efisien dan

efektif.” Prosedur audit dilaksanakan untuk mendapatkan bahan bukti (audit


27

evidence) yang cukup yang dapat mendukung pendapat auditor atas kewajaran

laporan keuangan.

Menurut Sukrisno Agoes (2004:176) prosedur audit piutang usaha yang

baik sebaiknya dilaksanakan sebagai berikut:

1. Mempelajari dan mengevaluasi pengendalian internal (internal

control) atas piutang dan transaksi penjualan, piutang serta

penerimaan.

2. Membuat kertas kerja utama (top schedule) dan pendukung

(supporting schedule) piutang usaha per tanggal neraca.

3. Meminta daftar umur piutang (aging schedule) dari piutang usaha per

tanggal neraca yang menunjukkan nama pelanggan (customer), saldo

piutang, umur piutang dan jika bisa memuat subsequent collections-

nya.

4. Melakukan pemeriksaan mathematical accuracy dan mengecek

individual balance ke subledger serta totalnya ke general ledger.

5. Melakukan Test check umur piutang dari

beberapa customer ke subledger piutang usaha dan sales invoice.

6. Mengirimkan konfirmasi piutang:

a. Menentukan dan menuliskan dasar pemilihan pelanggan yang akan

dikirim surat konfirmasi.

b. Menentukan apakah konfirmasi akan dilakukan secara positif atau

negatif.
28

c. Mencantumkan nomor konfirmasi baik di surat konfirmasi maupun

di schedule piutang.

d. Menginformasikan jawaban konfirmasi yang berbeda kepada klien

untuk mencari perbedaannya.

e. Membuat ringkasan (summary) dari hasil konfirmasi.

7. Melakukan pemeriksaan subsequent collections dengan memeriksa

buku kas dan buku bank dalam periode setelah tanggal neraca hingga

tanggal penyelesaian pemeriksaan lapangan (audit field work).

Perhatikan bahwa yang dicatat sebagai subsequent

collections hanyalah yang berhubungan dengan penjualan periode

yang diperiksa.

8. Memeriksa wesel tagih (notes receivable) yang didiskontokan untuk

mengetahui kemungkinan adanya contingent liability.

9. Memeriksa dasar penentuan allowance for bad debts dan mngecek

apakah jumlah yang disediakan oleh klien sudah cukup, dalam artian

tidak terlalu besar dan terlalu kecil.

10. Melakukan test sales cut-off dengan cara memeriksa sales

invoice, credit note dan lain-lain, setidaknya 2 (dua) minggu sebelum

dan sesudah tanggal neraca. Memeriksa barang-barang yang dijual

melalui invoice sebelum tanggal neraca, apakah sudah dikirim per

tanggal neraca. Jika belum, cari tahu alasannya. Memeriksa apakah

ada faktur penjualan dari tahun pemeriksaan, yang dibatalkan pada

periode berikutnya.
29

11. Melakukan pemeriksaan terhadap notulen rapat, surat-surat perjanjian,

jawaban konfirmasi bank, dan correspondence file untuk mengetahui

piutang yang dijadikan sebagai jaminan.

12. Memeriksa penyajian piutang di neraca, apakah sudah dilakukan

sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di

Indonesia/SAK.

13. Membuat kesimpulan mengenai kewajaran saldo piutang yang

diperiksa.

2.2. Penelitian Terdahulu

Puspawardhani (2016) telah melakukan penelitian tentang analisis

prosedur audit internal pada PT Bank Perkreditan Rakyat. Teknik pengumpulan

data pada penelitiannya relevan dengan menggunakan penelitian lapangan dimana

memberi suati uraian deskriptif mengenai realitas yang terjadi dalam masyarakat.

Hasilnya adalah prosedur audit internal telah dilaksanakan dengan baik karena

auditor telah diposisikan secara independen dan melakukan penilaian ketaatan

karyawan bagian bersangkutan yang diaudit berdasarkan standar operasional

prosedur dan melakukan pengecekan berkas-berkas terkait. Persamaan dengan

penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang prosedur audit internal.

Perbedaannya, pada penelitian yang relevan lebih menitikberatkan pada bagian

kredit bermasalah pada sektor perbankan sedangkan pada penelitian ini lebih pada

bagian piutang pada sektor perusahaan jasa.

Sulaeman (2012) telah melakukan penelitian tentang prosedur

pengendalian intern piutang usaha pada Astra Credit Companies Cabang


30

Makassar. Hasil penelitiannya adalah prosedur pengendalian intern terhadap

piutang berjalan cukup efektif, dimana manajemen perusahaan sudah menerapkan

konsep dasar dan prinsip-prinsip pengendalian intern, namun di sisi lain terdapat

beberapa prosedur yang belum mencerminkan konsep pengendalian intern.

Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang piutang

usaha. Perbedaannya, pada penelitian yang relevan prosedur yang diteliti adalah

pengendalian intern secara menyeluruh sedangkan penelitian ini hanya berfokus

pada prosedur audit internal.

Selfiana (2017) telah melakukan penelitian tentang analisis penerapan

prosedur audit kas pada PT Semen Tonasa di Pangkep. Hasil penelitiannya adalah

fungsi internal audit penerimaan kas khususnya di bidang pengadaan dan

pengeluaran persediaan semen yang cukup efektif. Hal ini berdasarkan wawancara

dan hasil responden daftar kuisioner, terlihat sekitar 75% yang memberikan

jawaban positif dan 25 % yang menjawab negatif. Persamaan dengan penelitian

ini adalah sama-sama meneliti tentang analisis prosedur audit. Perbedaannya

adalah pada penelitian yang relevan obyeknya adalah kas sedangkan penelitian ini

memilih piutang sebagai objek penelitian.


31

2.3. Kerangka Pikir

PT Gapura Angkasa

Apakah audit internal atas piutang yang dilakukan


perusahaan sudah sesuai dengan standar prosedur audit
internal yang baik?

Metode Analisis:
Deskriptif Kualitatif

Kesimpulan

Rekomendasi

Gambar 2.1. Kerangka Pikir


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi & Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada PT Gapura Angkasa yang beralamat di Ruko

Soho Magnolia, Jl. Atang Sanjaya No. 26, Blok I, Blok J. Kecamatan Benda,

Rawa Bokor, Tangerang yang ditentukan pada objek penelitian, sedangkan waktu

penelitian dan penyusunan laporan diperkirakan selama satu bulan.

Des Januari Februari Maret


No. Kegiatan
IV I II III IV I II III IV I
Penyampaian kepada
1
Dosen Pembimbing
2 Persiapan
Usulan Penelitian dan
3
Konsultasi
4 Seminar Usulan Penelitian
Pengumpulan /
5
Melengkapi Data
Penulisan BAB II dan
6
Konsultasi
Penulisan BAB III dan
7
Konsultai
8 Ujian Proposal Penelitian
9 Penelitian
Penulisan BAB IV dan
10
BAB V
11 Ujian Hasil
Tabel 3. 1 Jadwal Penelitian

3.2. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

Jenis Data yang digunakandalam penulisan penelitian ini adalah:

32
33

a. Data Kuantitatif yaitu data yang diperoleh dari PT Gapura Angkasa

dalam bentuk angka-angka, yaitu laporan atas penjualan dan piutang.

b. Data Kualitatif yaitu data yang diperoleh dari PT Gapura Angkasa

dalam bentuk informasi baik secara lisan maupun tulisan, yang

berperan sebagai data pendukung dalam pembahasan ini, yaitu sejarah

perusahaan, standar operation procedure dan job description.

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung yang

memerlukan pengolahan lebih lanjut dan dikembangkan dengan

pemahaman sendiri oleh penulis.

b. Data Sekunder, yaitu data yang sudah diolah yang bersumber dari PT

Gapura Angkasa yang diteliti, misalnya sejarah singkat PT Gapura

Angkasa, struktur organisasi, dan informasi yang berhubungan dengan

prosedur audit internal terhadap piutang.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Tahap pengumpulan data dalam penetlitian ini adalah dengan melakukan

studi kasus untuk mendapatkan data primer dengan mengadakan peninjauan

secara langsung ke lokasi perusahaan dengan cara interview (wawancara) secara

langsung dengan pihak terkait dan mendokumentasikan dokumen terkait lalu

mengolah data tersebut sebagai data primer.

1. Wawancara
34

Wawancara adalah metode yang digunakan peneliti melalui bercakap-

cakal dan berhadapan muka dengan orang yang dapat memberikan

keterangan pada peneliti (Mardalis, 2004), dalam hal ini penulis

mewawancarai satu orang kepala bagian keuangan dan satu orang auditor

internal. Wawancara dalam penelitian ini membahas topik yang

berhubungan dengan informasi mengenai prosedur audit internal dalam

meminimalisir kesalahan-kesalahan dan mengidentifikasi masalah terkait

piutang serta upaya-upaya yang dilakukan dalam menghadapi masalah

yang terjadi.

2. Dokumentasi

Metode dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data-data

documenter. Data documenter ini berupa sejara berdirinya perusahaan, visi

dan misi perusahaan, produk perusahaan dan job description.

3.4. Metode Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pengembangan deskripsi dimana penulis mengembangkan kerangka kerja

deskriptif yang digunakan untuk memberikan penjelasan atau keterangan-

keterangan secara menyeluruh mengenai prosedur audit internal dan upaya-upaya

yang dapat dilakukan untuk meminimalisir terjadinya kesalahan pengakuan atau

pencatatan piutang.

Teknik analisis data digunakan untuk mengetahui bagaimana prosedur

auditor internal dalam meminimalisir kesalahan dan risiko, apakah sudah


35

dilaksanakan dengan baik dan sudah mengikuti prosedur audit yang ditetapkan

perusahaan. Analisis data dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

1. Merangkum dan mengumpulkan data melalui penilaian atas hasil

wawancara dan dokumentasi yang didapat dari kepala bagian

keuangan dan auditor internal. Pedoman wawancara yang digunakan

dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara yang diajukan

kepada bagian audit internal yang dikutip dari penelitian terdahulu

oleh Purwadhinata (2016) dan dilakukan penyesuaian. Proses

pengumpulan data dilakukan dengan mengajukan pertanyaan sesuai

dengan pedoman wawancara dan diskusi bersama auditor internal PT

Gapura Angkasa.

2. Menganalisis dan mendeskripsikan data-data yang telah diperoleh dari

hasil wawancara dan dokumentasi yang berkaitan dengan prosedur

auditor internal dalam meminimalisir masalah yang berkaitan dengan

piutang pada PT Gapura Angkasa.

a. Langkah pertama adalah melakukan analisis dengan

mendeskripsikan tahapan audit internal yang dilakukan seperti

pemilihan auditee, perencanaan audit, survey pendahuluan,

deskripsi pengendalian intern, analisis dan evaluasi, perluasan

pengujian, temuan dan rekomendasi, pelaporan hasil audit, tindak

lanjut, dan evaluasi audit.


36

b. Langkah kedua adalah melakukan analisis kriteria audit internal

yang baik yaitu terkait independensi, kemampuan profesional,

ruang lingkup audit, dan manajemen internal audit.

c. Langkah ketiga adalah melakukan analisis mengnai prosedur audit

internal atas piutang usaha yang terbagi menjadi beberapa langkah

sesuai dengan teori dari Soekrisno Agoes (2014).

3. Penarikan kesimpulan pada penelitian ini berdasarkan hasil analisis

data dan membandingkan antara teori yang mendasari dengan keadaan

sesungguhnya di PT Gapura Angkasa dalam bentuk lembar analisis

atau kertas kerja. Teori yang digunakan sebagai pembanding adalah:

a. Tahapan audit internal yang dilakukan seperti pemilihan auditee,

perencanaan audit, survey pendahuluan, deskripsi pengendalian

intern, analisis dan evaluasi, perluasan pengujian, temuan dan

rekomendasi, pelaporan hasil audit, tindak lanjut, dan evaluasi

audit.

b. Kriteria audit internal yang baik yaitu terkait independensi,

kemampuan profesional, ruang lingkup audit, dan manajemen

internal audit.

c. Prosedur audit internal atas piutang usaha yang terbagi menjadi

beberapa langkah sesuai dengan teori dari Soekrisno Agoes (2014).


37

3.5. Definisi Operasional

3.5.1. Prosedur Audit Internal

Prosedur audit merupakan suatu urutan kegiatan klerikal yang biasanya

melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, dan dibuat untuk

menjamin penanganan transaksi perusahaan secara seragam yang terjadi secara

berulang-ulang.

Prosedur audit internal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

prosedur atau cara-cara kerja sistematis yang dilakukan oleh auditor internal

dalam melaksanakan audit regular atau pun audit khusus terhadap piutang.

3.5.2. Kriteria Audit Internal

Kriteria audit internal yang baik yaitu terkait independensi, kemampuan

profesional, ruang lingkup audit, dan manajemen internal audit.

3.5.3. Piutang

Piutang usaha (account receivable) merupakan akun aktiva yang timbul

akibat adanya penjualan secara kredit agar dapat lebih banyak menjual produk

barang dan jasa. Piutang meliputi berbagai jenis klaim dalam bentuk uang

terhadap entitas lainnya, termasuk individu, perusahaan atau organisasi lainnya.

Pada kegiatan perusahaan yang normal, piutang biasanya akan dilunasi dalam

jangka waktu kurang dari satu tahun sehingga digolongkan dalam aktiva lancar.

Piutang yang dimaksud dalam penelitian ini adalah segala hal terkait

piutang usaha termasuk proses pengakuan dan pencatatan piutang serta dokumen

pendukungnya, faktur penagihan piutang, piutang macet dan lain sebagainya.


38

3.5.4. Prosedur Audit Internal atas Piutang

Menurut Sukrisno Agoes (2004:176) prosedur audit piutang usaha yang

baik sebaiknya dilaksanakan sebagai berikut:

1. Mempelajari dan mengevaluasi pengendalian internal (internal

control) atas piutang dan transaksi penjualan, piutang serta

penerimaan.

2. Membuat kertas kerja utama (top schedule) dan pendukung

(supporting schedule) piutang usaha per tanggal neraca.

3. Meminta daftar umur piutang (aging schedule) dari piutang usaha per

tanggal neraca yang menunjukkan nama pelanggan (customer), saldo

piutang, umur piutang dan jika bisa memuat subsequent collections-

nya.

4. Melakukan pemeriksaan mathematical accuracy dan mengecek

individual balance ke subledger serta totalnya ke general ledger.

5. Melakukan Test check umur piutang dari

beberapa customer ke subledger piutang usaha dan sales invoice.

6. Mengirimkan konfirmasi piutang:

a. Menentukan dan menuliskan dasar pemilihan pelanggan yang akan

dikirim surat konfirmasi.

b. Menentukan apakah konfirmasi akan dilakukan secara positif atau

negatif.

c. Mencantumkan nomor konfirmasi baik di surat konfirmasi maupun

di schedule piutang.
39

d. Menginformasikan jawaban konfirmasi yang berbeda kepada klien

untuk mencari perbedaannya.

e. Membuat ringkasan (summary) dari hasil konfirmasi.

7. Melakukan pemeriksaan subsequent collections dengan memeriksa

buku kas dan buku bank dalam periode setelah tanggal neraca hingga

tanggal penyelesaian pemeriksaan lapangan (audit field work).

Perhatikan bahwa yang dicatat sebagai subsequent

collections hanyalah yang berhubungan dengan penjualan periode

yang diperiksa.

8. Memeriksa wesel tagih (notes receivable) yang didiskontokan untuk

mengetahui kemungkinan adanya contingent liability.

9. Memeriksa dasar penentuan allowance for bad debts dan mngecek

apakah jumlah yang disediakan oleh klien sudah cukup, dalam artian

tidak terlalu besar dan terlalu kecil.

10. Melakukan test sales cut-off dengan cara memeriksa sales

invoice, credit note dan lain-lain, setidaknya 2 (dua) minggu sebelum

dan sesudah tanggal neraca. Memeriksa barang-barang yang dijual

melalui invoice sebelum tanggal neraca, apakah sudah dikirim per

tanggal neraca. Jika belum, cari tahu alasannya. Memeriksa apakah

ada faktur penjualan dari tahun pemeriksaan, yang dibatalkan pada

periode berikutnya.
40

11. Melakukan pemeriksaan terhadap notulen rapat, surat-surat perjanjian,

jawaban konfirmasi bank, dan correspondence file untuk mengetahui

piutang yang dijadikan sebagai jaminan.

12. Memeriksa penyajian piutang di neraca, apakah sudah dilakukan

sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di

Indonesia/SAK.

13. Membuat kesimpulan mengenai kewajaran saldo piutang yang

diperiksa.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Perusahaan

4.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan

PT Garuda Indonesia selaku airlines mulanya melaksanakan kegiatan

Ground Handling untuk keperluan perusahaan sendiri, mengingat kebutuhan akan

pelayanan yang profesional dan tuntutan hasil kerja yang optimal dengan tanpa

mengabaikan faktor kehandalan (reliability), keselamatan (safety), ketepatan

waktu (punctuality) dan kepuasan pelanggan (costumer satisfaction), maka PT

Garuda Indonesia mempertimbangkan untuk menyerahkan kegiatan

pelaksanaan ground handling untuk semua pesawat yang dimilikinya dan bisa

berkonsentrasi pada operasional pesawat saja. Dari sinilah asal mula dibentuknya

PT Gapura Angkasa.

PT Gapura Angkasa adalah merupakan Perusahaan Perseroan Terbatas

yang didirikan oleh tiga perusahaan BUMN yang sudah ada, yaitu :

1. PT Garuda Indonesia selaku airline terbesar di Indonesia.

2. PT Angkasa Pura I, selaku pengelola seluruh bandar udara di

Indonesia Timur.

3. PT Angkasa Pura II, selaku pengelola seluruh bandar udara di

Indonesia Barat.

PT Angkasa Pura I dan PT Angkasa Pura II (sebagai pemegang otoritas di

hampir seluruh bandara di Indonesia) memutuskan untuk mendirikan PT Gapura

Angkasa pada tanggal 26 Januari 1998 dan bersamaan dengan ulang tahun ke-49

41
42

PT Garuda Indonesia, komisaris dari ketiga perusahaan Negara. PT Gapura

Angkasa dihadirkan sebagai perusahaan pelayanan darat yang melayani

penerbangan domestik dan internasional di pelabuhan udara. PT Gapura Angkasa

belajar dari pengalaman secara terus menerus dan menjaga kualitas pelayanan

kepada pelanggan. PT Gapura Angkasa memiliki tanggung jawab dan kewajiban

untuk menjadi pelengkap dan untuk bekerja sama dalam melayani operasional

penerbangan di Indonesia dan untuk memberikan kecakapan dan ketepatan

pelayanan yang hanya dapat diraih dengan mengembangkan sistem manajemen,

peralatan yang layak dipakai dan memiliki motivasi tinggi merupakan kunci dari

perjalanan perusahaan.

PT Garuda Indonesia mulanya melaksanakan kegiatan secara keseluruhan

mulai dari tiket, pelayanan penumpang, pelayanan pesawat serta penanganan

kargo. Namun setelah dirasakan perlunya ada profesionalisme dalam

pelayanan ground handling maka PT Angkasa Pura I dan PT Angkasa Pura II

memutuskan mendirikan perusahaan baru. PT Garuda Indonesia menempatkan

beberapa tim kerja untuk berkarir di PT Gapura Angkasa merupakan salah satu

cara untuk menjaga kepercayaan publik bahwa PT Gapura Angkasa dipegang oleh

tim yang profesional dibidangnya.

Sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan No: SR-

04/MK/016/1996 dan akte pendirian nomor 32 tanggal 26 Januari 1998, bukti

bahwa kerja sama antara PT Garuda Indonesia dengan PT Angkasa Pura I dan PT

Angkasa Pura II melahirkan perusahaan baru yakni PT Gapura Angkasa. PT

Gapura Angkasa didirikan dengan harapan mampu menciptakan sinergi kuat


43

hingga tercapainya kinerja perusahaan yang sehat, profesionalisme yang pada

akhirnya mampu mengembangkan misi perusahaan untuk menjadi

perusahaan ground handling yang terbaik di Asia.

PT Gapura Angkasa memiliki standar khusus untuk pelayanan dan

penanganan ground handling yang ditetapkan oleh IATA diantaranya:

1. Perwakilan dan akomodasi,

2. Load control dan Depertemen Komunikasi,

3. Unit Load Device (ULD) Control,

4. Penumpang dan Bagasi,

5. Kargo dan pos,

6. Ramp Handling,

7. Pelayanan Pesawat,

8. Pelayanan Bahan bakar,

9. Perawatan pesawat,

10. Flight Operation and Crew Administration,

11. Transportasi darat,

12. Pelayanan Katering,

13. Pengawasaan dan admistrasi,

14. Keamanan.

4.1.2. Visi dan Misi PT Gapura Angkasa

1. Visi PT Gapura Angkasa adalah “Menjadi penyedia jasa ground handling

dan jasa terkait lainnya di bandar udara dengan kualitas layanan kelas

dunia” (To Provide World Class Airport Services)


44

2. Misi PT Gapura Angkasa adalah ikut meningkatkan kelancaran dan usaha

penunjang kegiatan penerbangan di kawasan bandar udara seperti:

a. Pelayanan jasa yang handal dan berkemampuan tinggi dengan

memperhatikan aspek keselamatan, kehandalan, tepat waktu dan

kepuasan pelanggan.

b. Keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan.

c. Mewujudkan sumber daya manusia yang berjiwa dirgantara,

profesional dan mampu mengikuti perkembangan teknologi dan moda

transportasi udara.

d. Mendorong partisipasi BUMN, swasta dan koperasi sebagai

penunjang kegiatan penerbangan di bandar udara.

4.1.3. Organisasi dan Manajemen

1. Struktur Organisasi

Untuk menggambarkan secara lebih detail mengenai fungsi, bidang,

pekerjaan, serta tingkatan-tingkatannya, maka suatu perusahaan memerlukan

stuktur organisasi. PT Gapura Angkasa dalam menjalankan perusahaannya juga

memiliki struktur organisasi yang dijadikan sebagai acuan untuk memberikan

gambaran tentang tugas dan wewenang tiap-tiap bagiannya. PT Gapura Angkasa

menggunakan struktur organisasi garis, yaitu bekerja langsung dibawah perintah

pimpinan. Penerapan organisasi seperti ini mengakibatkan tiap-tiap bagian pada

PT Gapura Angkasa akan lebih mudah dan jelas dalam melihat tugas dan

wewenang, serta tanggung jawab masing-masing.


45

Dalam hal ini dapat memungkinkan terjadinya komunikasi yang baik

sehingga segala pekerjaan dapat berjalan dengan lancar dan lebih mudah dalam

koordinasi, memberikan pengarahan, pengawasan dan masing-masing bagian

hanya bertanggung jawab pada atasannya. Struktur organisasi PT Gapura Angkasa

terdapat pada Lampiran 1.

2. Job Description

a. Direktur Utama

Direktur utama perusahaan memiliki tugas utama sebagai koordinator,

komunikator, pengambil keputusan, pemimpin, pengelola dan eksekutor dalam

menjalankan dan memimpin perusahaan. Secara umum, direktur utama memiliki

tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:

1) Memutuskan, menentukan, serta mengesahkan peraturan dan

kebijakan tertinggi perusahaan,

2) Bertanggung jawab dalam memimpin dan menjalankan perusahaan,

3) Bertanggung jawab atas kerugian dan keuntungan yang dihadapi

perusahaan,

4) Merencanakan serta mengembangkan sumber-sumber pendapatan dan

pembelanjaan kekayaan perusahaan,

5) Bertindak sebagai perwakilan perusahaan dalam hubungannya dengan

dunia luar perusahaan,

6) Menetapkan strategi yang stategis untuk mencapai visi dan misi

perusahaan,
46

7) Mengkoordinasikan dan mengawasi semua kegiatan di perusahaan,

mulai bidang administrasi, kepegawaian hingga pengadaan barang,

serta

8) Mengangkat dan memberhentikan karyawan perusahaan.

b. Internal Audit

Sebagai organ perusahaan yang fungsinya membantu serta bertanggung

jawab langsung kepada Direksi, Internal Auditor memiliki tugas dan tanggung

jawab untuk:

1) Membantu Direksi dalam melakukan pengawasan atas pelaksanaan

tugas serta pemeriksaan intern Perusahaan yang meliputi kegiatan

pengevaluasian, pengendalian dan pengawasan manajemen di seluruh

unit kerja (kantor pusat & cabang) serta memberikan saran-saran

perbaikan sesuai dengan rencana dan program kerja pemeriksaan serta

kebijakan yang telah ditetapkan oleh Direksi;

2) Merencanakan dan melaksanakan Program Kerja Pemeriksaan

Tahunan (PKPT) di seluruh unit kerja (kantor pusat & cabang);

3) Merencanakan dan melaksanakan audit/pemeriksaan kualitas di

seluruh jajaran unit produksi dan pelaksanaan proses produksi serta

kualitas produk yang dihasilkan;

4) Sebagai counterpart dalam pemeriksaan eksternal dan badan atau

lembaga audit dari pihak lain;

5) Membuat Laporan Hasil Pemeriksaan/Pengawasan secara berkala baik

triwulan maupun tahunan.


47

c. General Manager

General manager memiliki tugas-tugas sebagai berikut:

1) Menjalankan kebijakan umum dan teknik perusahaan terkait kargo,

bagasi, pos, pelayanan terhadap pesawat udara, fasilitas dan medium

operate, keamanan dan juga administrasi umum dan keuangan

dalam tingkat cabang.

2) Mengobservasi, mengontrol, mengevaluasi pelaksanaan konstruksi.

3) Mengembangankan administrasi konstruktif di segala aspek area

cabang.

4) Menyusun perencanaan kerja konstruksi di lapangan dari bagasi,

kargo, pos, pelayanan pesawat udara, fasilitas dan medium operate,

keamanan, dan juga administrasi keuangan dan umum di level bawah.

5) Mengkoordinasikan pendelegasian perusahaan.

6) Melakukan koordinasi dengan institusi di dalam dan di luar lingkungan

PT Gapura Angkasa demi kelancaran kerja.

7) Meningkatkan saran dan pertimbangan kepada dewan direktur

tentang pelaksanaan tugas bawahan.

8) Melakukan tugas-tugas lain yang diberikan oleh dewan direktur.

d. Internal Service Manager

Internal Service Manager memiliki tugas-tugas sebagai berikut:

1) Melaksanakan kebijakan umum dan teknis yang berhubungan dengan

bagian umum dan administrasi.

2) Menyusun rencana kerja di bagian umum dan administrasi.


48

3) Mengeluarkan administrasi konstruksi semua elemen di lingkungan

administrasi dan umum.

4) Mengobservasi, mengontrol, dan mengevaluasi pelaksanaan

konstruksi di bagian umum dan administrasi.

5) Mengurus korespondensi, penerimaan, pajak retribusi,

distribusi, managing office.

6) Mengeluarkan bahan-bahan untuk perawatan dan cadangan.

7) Mengatur transportasi di darat.

8) Mengatur pertemuan-pertemuan dan acara-acara.

e. Operation Manager

Operation Manager melakukan tugas-tugas sebagai berikut:

1) Menerapkan kebijakan teknik dan humas dalam hubungan

dengan perwakilan, akomodasi, load control, depco, ULD

control, ramp handling, flight operation, transport darat, pengawasan

adminstrasi, keselamatan kerja.

2) Mengatur rencana kerja dalam operasional meliputi, perwakilan,

akomodasi, load control, depco, ULD control, ramp handling, Front

Office, transport darat, pengawasan dan administrasi, keselamatan

kerja.

f. Technic Manager

Technic Manager memiliki tugas-tugas sebagai berikut:


49

1) Menerapkan kebijakan teknis dan humas dalam hal pelayanan pesawat

meliputi pelayanan bahan bakar dan oli, perawatan pesawatan dan

kualitas kontrol.

2) Mengatur rencana kerja dalam pelayanan pesawat meliputi bahan

bakar, perawatan, dan kualitas kontrol.

3) Membuat konstruksi administrasi untuk semua elemen di lingkungan

kerja.

4) Mengamati, mengontrol, dan mengevaluasi pelayanan pesawat, bahan

bakar dan oli, dan perawatan pesawat.

5) Memberikan saran dan pertimbangan kepada pimpinan dalam hal

mengadakan fasilitas untuk mendukung kinerja pelayanan yang bagus.

g. Finance Manager

Finance Manager memiliki tugas-tugas sebagai berikut:

1) Mengatur rencana keuangan di kantor cabang,

2) Mengobservasi, mengontrol, dan mengevaluasi pelaksanaan

konstruksi dalam hal keuangan.

3) Berkoordinasi dengan lembaga di dalam dan di luar lingkungan PT

Gapura Angkasa.

4) Mengaktualisasi kebijakan teknis dan humas dalam hubungan dengan

keuangan.

4.1.4. Kegiatan Usaha Perusahaan

PT Gapura Angkasa sebagai perusahaan yang bergerak di bidang usaha

penunjang kegiatan di bandara merupakan perusahaan jasa layanan Ground


50

Handling yang meliputi jasa pelayanan menyeluruh pre-flight sampai post-

flight bagi pelanggan yaitu perusahaan penerbangan baik domestik maupun

internasional bagi para penumpang.

Pelayanan yang diberikan kepada customer (airport) oleh PT Gapura

Angkasa secara garis besar dibagi tiga yaitu:

1. Passenger and baggage handling

Mencakup pelayanan pre-flight sampai post-flight. Dalam

melaksanakan tugas sehari-hari, unit ini terbagi dalam beberapa bagian

yaitu:

a. Check-in counter adalah tempat pelaporan penumpang dan

bagasinya,

b. Boarding gate adalah ruang tempat tunggu penumpang yang akan

naik ke pesawat,

c. Lost and found adalah tempat pelaporan penumpang atas kerusakan

pada bagasinya, kehilangan bagasinya, dan sebagainya.

2. Operation, terdiri dari unit-unit:

a. Departemen control adalah unit kerja di jajaran apron PT Gapura

Angkasa yang bertugas memonitor dan mengkoordinasi

pelaksanaan seluruh operasional penerbangan yang ditangani oleh

PT Gapura Angkasa di bandara.

b. Load control merupakan salah satu unit kerja di jajaran apron PT

Gapura Angkasa yang bertanggungjawab untuk mempersiapkan,

mengontrol dan membuat dokumen muatan pesawat.


51

c. Load master adalah staf yang bertanggungjawab untuk menaikkan

dan menurunkan muatan dari dan menuju compartment pesawat,

d. Ramp handling, adalah unit kerja di jajaran apron PT Gapura

Angkasa yang bertanggungjawab sebagai koordinator

pelaksanaan handling pesawat di apron.

3. Kargo, PT Gapura Angkasa melaksanakan pelayanan pengiriman

kargo yang dimulai dari proses penerimaan, storage dan

pemberangkatan kargo (Outgoing dan Incoming Cargo).

4.2. Hasil Penetilitan dan Pembahasan

4.2.1. Analisis Tahapan Audit Internal

Pelaksanaan audit internal yang baik salah satunya dapat dilihat dari

tahapan atau fase-fase yang ditetapkan dalam pelaksanaanya. PT Gapura Angkasa

dalam menjalankan audit internalnya melakukan tahapan sebagai berikut:

1. Pemilihan Auditee

Auditor internal menetapkan auditee berdasarkan beberapa kondisi

yaitu:

a. Hasil review atas temuan audit tahun lalu, jika terdapat temuan atas

audit periode sebelumnya atau tahun sebelumnya, auditor internal

akan lebih berfokus kepada perbaikan atas temuan tersebut.

b. Periode audit yang dilaksanakan secara berkala yaitu setiap tahun,

c. Permintaaan manajemen melalui Program Kerja Pemeriksaan

Tahunan (PKPT),

d. Materialitas beban/pendapatan dari unit kerja tertentu, dan


52

e. Review atas manual terhadap perubahan sistem operasi yang

dilakukan di unit kerja.

Proses penentuan auditee ini telah sesuai dengan teori yaitu dengan

mempertimbangkan berbagai faktor dan dilakukan secara berkala sehingga

pengendalian internal terlaksana secara terus-menerus.

2. Perencanaan Audit

Setelah menetapkan auditee, Bapak Irman menjelaskan bahwa auditor

internal selanjutnya melakukan perencanaan audit yang dituangkan dalam

Audit Program yang memuat informasi dan dilakukan dalam kondisi

sebagai berikut:

a. Ruang lingkup pemeriksaan,

b. Jangka waktu pemeriksaan,

c. Jumlah auditor,

d. Jumlah penyelia (Ketua Tim Audit),

e. Daftar permintaan data dan dokumen terkait dengan ruang lingkup

pemeriksaan,

f. Setelah pelaksanaan audit selesai dibuatkan daftar temuan yang

dibahas dalam closing meeting dengan pihak auditee,

g. Mempersiapkan audit report untuk kepentingan manajemen, dan

h. Mendapatkan persetujuan audit dari Direktur Utama.

Perencanaan audit ini telah sesuai dengan teori perencanaan audit

yang baik.

3. Survey Pendahuluan
53

Setelah melakukan perenceanaan audit, selanjutnya Auditor Internal

PT Gapura Angkasa melaksanaan survey pendahuluan sebelum

melaksanakan audit dengan prosedur sebagai berikut:

a. Pertemuan pendahuluan dengan melaksanakan entry meeting,

b. Survey lapangan meliputi kegiatan dokumentasi dan observasi,

c. Penelahaan dokumen yang dilaksanakan dengan metode vouching,

konfirmasi dan wawancara jika dibutuhkan/diperlukan,

d. Meminta surat pernyataan tertulis dati auditee jika dibutuhkan

mengenai hal-hal yang berkaitan dengan lingkup audit,

e. Menganalisa data yang diperoleh sesuai dengan ketentuan yang

berlaku.

Survey pendahuluan yang dilaksanakan Auditor Internal PT Gapura

Angkasa telah sesuai dengan teori survey pendahuluan yang baik.

4. Deskripsi Pengendalian Intern, Analisis, dan Evaluasi

Pada tahap ini, prosedur yang dilakukan oleh Auditor Internal PT

Gapura Angkasa adalah sebagai berikut:

a. Meminta ketentuan atau peraturan yang berlaku yang mendukung

pengendalian internal dalam proses bisnis perusahaan,

b. Menelusuri dokumen, apakah sudah lengkap sesuai dengan

peraturan yang berlaku,

c. Memilih sampel yang diambil berdasarkan tingkat

signifikan/materialitas dan kejadian berulang secara periodik dan


54

dilakukan pengujian atas sampel yang telah dipilih dengan metode

vouching,

d. Menguji apakah peraturan telah diterapkan dan sesuai dengan

kondisi terkini,

e. Objek audit dilakukan berdasarkan tingginya resiko terjadinya

penyimpangan yang bersifat material. Identifikasi dan evaluasi

resiko (Lampiran 2) dilakukan oleh setiap unit setiap 3 bulan sekali

dengan melampirkan data pendukungnya sehingga Auditor Internal

dapat menilai dan menetapkan objek audit lebih awal.

Proses deskripsi pengendalian intern, analisis dan evaluasi yang

dilaksanakan oleh PT Gapura Angkasa telah sesuai dengan teori deskripsi

yang cukup dan memadai untuk mendukung keberlangsungan proses audit.

5. Perluasan Pengujian

Perluasan pengujian yang dilakukan oleh Auditor Internal PT Gapura

Angkasa dilakukan dengan baik sesuai dengan teori dimana setiap auditor

internal harus melaksanakan pemeriksaan secara detail atas proses bisnis

perusahaan, menguji keabsahan dokumen sesuai dengan peraturan yang

berlaku, menguji kehandalan pengendalian internal yang diterapkan, dan

mengevaluasi dan menguji efektifitas pengendalian internal yang

diterapkan sehingga tidak menghambat kegiatan operasional perusahaan.

6. Temuan dan Rekomendasi


55

Setelah melakukan pemeriksaan, Auditor Internal PT Gapura Angkasa

akan menyampaikan temuan dan rekomendasi dari auditor internal yang

telah disusun dalam laporan audit dengan rincian sebagai berikut:

a. Temuan,

b. Kondisi,

c. Kriteria,

d. Sebab,

e. Akibat,

f. Rekomendasi,

g. Tanggapan auditee.

Temuan dan rekomendasi dari auditor internal PT Gapura Angkasa

disampaikan secara lengkap yang memuat kondisi, kriteria, sebab dan

akibat, serta rekomendasi auditor lalu dilengkapi dengan tanggapan

auditee atas temuan tersebut.

7. Pelaporan

Setelah mengkonfirmasi daftar temuan dengan auditee, Head of

Auditor Internal berkewajiban untuk menyampaikan Laporan Hasil

Pemeriksaan (LHP) yang dibuat secara singkat dan mudah dimengerti oleh

pembaca dalam hal ini Direktur Utama sehingga maksud dan tujuan audit

sesuai dengan kondisi dan fakta yang sesungguhnya dan rekomendasi yang

diberikan oleh auditor dapat dijadikan pertimbangan oleh Board of

Director (BoD).
56

Head of Internal Auditor melaporkan kepada Direktur Utama terhadap

hal-hal sebagai berikut:

a. Evaluasi menyangkut kecukupan dan efektivitas serta proses

organisasi dalam melakukan pengawasan terhadap kegiatan-

kegiatan yang dilakukan termasuk mengelola risiko yang

ditetapkan.

b. Masalah-masalah penting terkait proses pengendalian dari kegiatan

perusahaan dan anak perusahaan, termasuk perbaikan potensial

terhadap proses dan informasi terkait masalah tersebut harus

diwujudkan dalam rekomendasi pemecahan masalah.

c. Laporan pelaksanaan pemeriksaan dan pengawasan terhadap status

dan rencana pemeriksaan tahunan serta ketersediaan sumber daya.

d. Hasil koordinasi dengan unit terkait.

Prinsip pelaporan ini telah sesuai dengan teori yang mengharuskan

laporan audit disampaikan secara lengkap, jelas dan mudah dimengerti.

8. Tindak Lanjut

Setelah pelaksanaan audit berakhir, auditee harus menindaklanjuti

dengan jangka waktu tertentu yang dituangkan dalam Berita Acara Tindak

Lanjut dan dimonitor pelaksanaannya oleh auditor. Proses ini telah sesuai

dengan teori tindak lanjut audit.

9. Evaluasi

PT Gapura Angkasa mengadakan briefing dan debriefing untuk

mengevaluasi pelaksanaan audit terutama yang bersifat approaching


57

kepada auditee untuk memudahkan pendalaman informasi dan dokumen

dari auditee. Proses evaluasi yang dilakukan oleh Auditor Internal

dilakukan dalam Rapat Unit Internal Auditor yang dilaksanakan paling

tidak sekali dalam setahun. Proses ini hanya diterapkan sebagian oleh unit

internal auditor PT Gapura Angkasa, dimana dalam proses wawancara,

narasumber tidak menyampaikan adanya diskusi/evaluasi mengenai teknik

pemeriksaan yang diterapkan untuk pengembangan auditor internal.

PT Gapura Angkasa telah menjalankan tahapan audit internal dengan baik.

Tahapan audit internal yang dimulai dengan proses penentuan auditee yang

mempertimbangkan berbagai faktor dan dilakukan secara berkala, auditor internal

selanjutnya melakukan perencanaan audit yang dituangkan dalam Audit Program,

selanjutnya Auditor Internal PT Gapura Angkasa melaksanaan survey

pendahuluan sebelum melaksanakan audit. Proses deskripsi pengendalian intern,

analisis dan evaluasi yang dilaksanakan oleh PT Gapura Angkasa menghasilkan

deskripsi yang cukup dan memadai untuk mendukung keberlangsungan proses

audit, dan jika dibutuhkan auditor internal akan melakukan perluasan pengujian.

Selanjutnya, temuan dan rekomendasi dari auditor internal PT Gapura Angkasa

disampaikan secara lengkap, lalu dilaporkan secara singkat dan jelas sehingga

mudah dimengerti oleh BoD, lalu auditee akan menindaklanjuti rekomendasi

auditor dan dimonitor oleh Auditor Internal, untuk pengembangan unit auditor

internal perusahaan melakukan evaluasi namun belum membahas tentang

pendekatan dan teknik audit untuk bahan pertimbangan pemeriksaan selanjutnya.


58

4.2.2. Analisis Kriteria Auditor Internal

Auditor Internal yang baik memenuhi beberapa kriteria atau standar

sebagai mana disebutkan dalam teori oleh Standards For The Profesional

Practice of Internal Auditing. PT Gapura Angkasa dalam menjalankan usahanya

juga memiliki standar tertentu untuk auditor internal yaitu sebagai berikut:

1. Independensi

PT Gapura Angkasa menempatkan auditor internal dalam sebuah

status organisasi dibawah Direktur Utama dan berfungsi sebagai

perpanjangan tangan dari Direktur Utama sehingga diberikan keleluasaan

atau kewenangan untuk memenuhi dan menyelesaikan tanggung jawab

pemeriksaan yang diberikan. Hal ini tertuang dalam Audit Charter PT

Gapura Angkasa, pada bagian struktur dan kedudukan dijelaskan bahwa:

a. Unit Internal Auditor dipimpin oleh seorang Head of Internal Auditor

yang berstatus pegawai tetap PT Gapura Angkasa.

b. Head of Internal Auditor diangkat dan diberhentikan oleh Direktur

Utama setelah mendapat persetujuan dari Dewan Komisaris.

c. Head of Internal Auditor bertanggung jawab dan melaporkan hasil

kegiatannya kepada Direktur Utama.

d. Auditor yang duduk dalam Unit Internal Auditor bertanggung jawab

dan melapor kepada Head of Internal Auditor.

Berdasarkan keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa secara

struktur dan kedudukan, Internal Auditor PT Gapura Angkasa ditempatkan

pada posisi yang terpisah dari unit usaha lain dan bersinergi secara
59

langsung dibawah Direktur Utama sehingga memberikan keleluasaan

untuk memenuhi atau menyelesaikan tanggung jawab pemeriksaan yang

diberikan.

Auditor internal ditempatkan pada suatu posisi yang objektif, sehingga

tidak memiliki kecenderungan pada pihak tertentu dalam menjalankan

pemeriksaan. Auditor internal dalam membuat penilaian atau menentukan

temuan dilakukan secara objektif profesional.

2. Kemampuan Profesional

Kemampuan profesional Internal Auditor PT Gapura Angkasa telah

sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh Standards For The Profesional

Practice of Internal Auditing karena PT Gapura Angkasa menentukan

kualifikasi/persyaratan tertentu bagi tim auditor internal yaitu:

a. Memiliki integritas, perilaku/sikap yang baik, profesional,

independen, jujur dan objektif dalam pelaksanaan tugasnya.

b. Memiliki pengetahuan serta pengalaman terkait teknis audit dan

disiplin ilmu lain yang relevan dengan bidang tugasnya. Auditor

Internal terdiri dari berbagai disiplin ilmu seperti accounting,

manajemen, teknik, hukum dan IT. Tim auditor internal direkrut dari

berbagai unit kerja baik dari cabang maupun pusat sehingga telah

memahami proses bisnis dan kegiatan operasional yang dilakukan dan

juga melakukan upgrade/update pengetahuan dan kecakapan melalui

pelatihan unit kerja lainnya menyesuaikan dengan kondisi perusahaan,


60

contohnya mengikuti program SAP, Amtiss, Budget, HRD, Tax,

Legal, dll.

c. Memiliki pengetahuan tentang perundang-undangan dan peraturan

terkait lainnya. Setiap auditor internal wajib mengetahui standar

profesional dalam melakukan pemeriksaan melalui pelatihan/diklat

Auditor Internal.

d. Memiliki kecakapan untuk berinteraksi dan berkomunikasi baik lisan

maupun tertulis secara efektif. Auditor Internal berdasarkan

pengetahuan, kecakapan dan pengalamannya memiliki kemampuan

untuk berkomunikasi secara efektif dan mampu memperoleh data

untuk pemeriksaan dari auditee.

e. Wajib mematuhi Standar Profesional Audit Intern yang dibuat oleh

Forum Komunikasi Satuan Pengawasan Intern (FK-SPI) perusahaan

dan/atau Konsorsium Organisasi Profesi Audit Intern atau

International Profesional Practices Framework of Internal

Auditoring.

f. Wajib mematuhi kode etik Audit Internal.

g. Wajib menjaga kerahasiaan informasi dan/atau data perusahaan terkait

dengan pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Internal Auditor

kecuali diwajibkan berdasarkan peraturan perundang-undangan atau

penetapan/putusan pengadilan. Data yang diberikan auditee diolah

oleh auditor untuk menjadi laporan untuk membantu dalam


61

pengambilan keputusan Board of Directors sehingga dibutuhkan

ketelitian profesional.

h. Memahami prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik (Good

Coorporate Governance) dan manajemen risiko.

i. Bersedia meningkatkan pengetahuan, keahlian dan kemampuan

profesionalnya secara berkelanjutan. Pendidikan yang diikuti oleh

auditor internal memiliki program pendidikan yang berkelanjutan

untuk meningkatkan kemampuan auditor melalui Diklat Mandatory

sebagai berikut:

- Dasar-dasar audit,

- Operasional Audit,

- Psikologi Audit,

- Komunikasi Audit,

- Audit Kecurangan,

- Pengelolaan Tugas-Tugas Audit,

- Penulisan Laporan Hasil Audit, serta

- Sertifikasi Auditor Internal (PIA).

j. Larangan Perangkapan Tugas dan Jabatan bagi Auditor dan Pelaksana

yang duduk atau bekerja pada Unit Internal Auditor dari pelaksanaan

kegiatan operasional perusahaan maupun anak perusahaannya.

3. Ruang Lingkup Audit

Untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, Head of Internal

Auditor harus memformulasikan lingkup pekerjaan Unit Internal Audit dan


62

diajukan kepada Direktur Utama untuk disetujui setelah dikonsultasikan

dengan Dewan Komisaris/Komiter Audit. Lingkup pekerjaan dari Unit

Internal Auditor sebagai berikut:

a. Pemeriksaan, evaluasi dan review atas pengelolaan keuangan dan

kinerja operasional perusahaan.

b. Pemeriksaan implementasi tata kelola perusahaan, manajemen risiko,

sistem pengendalian internal dan pengelolaan sumber daya

perusahaan.

c. Menindaklanjuti laporan atau pengaduan dari karyawan dan pihak

ketiga lainnya atas dugaan penyimpangan dalam pengelolaan

perusahaan.

d. Evaluasi kebijakan manajemen risiko dan implementasi yang telah

disiapkan oleh Manajemen.

e. Pemeriksaan dan tugas-tugas khusus.

f. Ketaatan terhadap hukup dan regulasi.

Unit Internal Auditor dapat melakukan kegiatan-kegiatan selain

kegiatan pemeriksaan seperti kegiatan konsultasi, kegiatan yang terkait

dengan product safety, kegiatan operasional perusahaan maupun proyek,

keikutsertaan dalam penugasan emergency, dan lain sebagainya selama

tidak menimbulkan konflik kepentingan dan atau mengganggu kegiatan

utama Unit Internal Auditor. Ruang lingkup pekerjaan Internal Auditor PT

Gapura Angkasa yang tersebut diatas telah sesuai dengan kriteria yang

ditetapkan.
63

Auditor Internal melakukan pengujian dan evaluasi terhadap

kecukupan dan keefektifan sistem pengendalian internal yang dimiliki

organisasi dan kualitas pelaksanaan tanggung jawab yang diberikan dan

disampaikan dalam bentuk daftar temuan beserta rekomendasi yang

disampaikan kepada BoD untuk membantu dalam pengambilan keputusan.

4. Manajemen Internal Audit

Terdapat tahapan-tahapan yang dilaksanakan dalam pengelolaan unit

internal audit yang dipastikan oleh Head of Internal Audit yaitu sebagai

berikut:

a. Sebelum melakukan audit, auditor membuat audit program yang

merupakan rencana/langkah-langkah pemeriksaan yang

ditandatangani oleh Direktur Utama,

b. Dalam audit selalu ditentukan jangka waktu dan SDM yang

melakukan audit sehingga berjalan secara efektif dan efisien,

c. Pelaksanaan pekerjaan dilakukan sesuai standar profesi dalam audit

charter.

4.2.3. Analisis Prosedur Audit Piutang Usaha

Analisis prosedur audit internal terhadap piutang usaha yang dilakukan

oleh PT Gapura Angkasa adalah sebagai berikut:

1. Auditor internal melakukan monitoring kontrak pekerjaan untuk

transaksi yang berkaitan dengan pelayanan kepada customer yang

bersifat kredit sehingga timbul piutang, apakah telah sesuai dengan

klausul-klausul yang diperjanjikan dalam kontrak pekerjaan sehingga


64

tidak terjadi over service maupun under service terhadap customer

seperti yang dijelaskan oleh Bapak Irman Permadi selaku Senior

Manager Admin & Financial Audit.

“Biasanya kita mulai dengan melakukan monitoring kontrak kerjanya


dulu, untuk ngecek apakah semua klausul-klausul dalam kontraknya
sudah dijalankan atau tidak, dari sini kita bisa lihat apakah ada yang
under service atau over service karena itu akan berpengaruh ke proses
penagihan piutangnya.”

Pada proses ini PT Gapura Angkasa telah melakukan sesuai dengan

teori dimana tahap awal audit piutang usaha dimulai dengan

mempelajari dan mengevaluasi internal control atas piutang dan

transaksi penjualan yang menyebabkan terjadinya piutang dan

penerimaannya. Kartu kontrol dokumen terlampir.

2. Auditor internal memeriksa top schedule dan supporting schedule

piutang yang terdapat dalam subledger akun neraca dengan rincian

keterangan sebagai berikut:

- Nama akun,

- Kode akun,

- Deskripsi akun,

- Tujuan pemeriksaan,

- Prosedur peneribitan piutang,

- Periode pelayanan,

- Besaran nominal,

- Customer,

- Aging/umur piutang, dan

- Kertas kerja pendukung audit.


65

Proses ini telah sesuai dengan teori untuk membuat top schedule dan

supporting schedule piutang pertanggal neraca.

3. Auditor internal memeriksa dan meminta data aging piutang yang

memuat informasi sebagai berikut:

- Nama customer,

- Periode pelayanan,

- Periode penagihan,

- Nominal,

- Umur Piutang,

- Kategori (Lancar/Tidak Lancar/Macet)

Prosedur audit piutang yang ke-3 telah diterapkan sebagian oleh PT

Gapura Angkasa namun pemeriksaan subsequent collections

dilakukan tidak bersamaan dengan aging piutang melainkan dilakukan

dalam proses terpisah. Data aging piutang terlampir.

4. Auditor Internal melakukan cross check daftar piutang yang diberikan

oleh unit treasury untuk memeriksa apakah telah sesuai dengan

subledger dalam neraca. Pada proses ini, teori audit internal piutang

telah sesuai.

5. Auditor Internal melakukan cross check konfirmasi kepada customer

(yang dikirim oleh Auditee) apakah telah sesuai dengan daftar piutang

yang diberikan kepada customer. Proses ini telah menerapkan

sebagian teori dimana auditor internal melakukan test check umur


66

piutang dari beberapa customer ke subledger piutang, namun tidak

melakukan pemeriksaan ke sales invoice.

6. Auditor Internal melakukan cross check terhadap konfirmasi piutang

yang telah dikirimkan oleh Auditee kepada customer dan dituangkan

dalam daftar temuan dengan kategori dan kondisi sebagai beirkut:

- Kategori customer (Lancar/Tidak Lancar/Macet),

- Konfirmasi positif dan negatif dilaksnakan oleh perusahaan sesuai

dengan kebutuhannya,

- Laporan Hasil Pemeriksaan mencantumkan nomor dan surat

konfirmasi piutang,

- Jika terdapat perbedaan saldo dari jawaban konfirmasi piutang,

harus dikonfirmasikan kembali kepada auditee,

- Ikhtisar konfirmasi dituangkan dalam Kertas Kerja Audit.

Bapak Irman juga menambahkan penjelasan tentang konfirmasi

piutang bahwa:

“Iya, kita jarang mengirimkan konfirmasi piutang dengan customer yang


lancar. Konfirmasi piutang dikirimkan untuk customer coll-3 ke atas saja,
lebih dari 60 hari sesuai peraturan yang berlaku. Tapi, umumnya selalu
ada komunikasi antara unit dan customer, jadi kita lihat juga hasil
komunikasinya seperti apa.”

Proses ini telah diterapkan sebagian sesuai dengan teori yaitu

mengirimkan konfirmasi piutang kepada beberapa customer, namun

auditor internal tidak menuliskan dasar pemilihan pelanggan karena

dasar pemilihan pelanggan telah ditetapkan sesuai dengan peraturan

perusahaan, yaitu hanya piutang tidak lancar dan macet saja yang

dikirimkan konfirmasi piutang.


67

7. Auditor Internal melakukan cross check sampling buku kas dan buku

bank atas periode tertentu untuk collecting/pelunasan piutang sesuai

tanggal neraca. Proses ini tidak sesuai dengan teori karena perusahaan

tidak melakukan pemeriksaan subsequent collections, karena yang

diperiksa hanya transaksi sampai dengan tanggal neraca.

8. Prosedur ke-8 menurut teori adalah dengan memeriksa apakah ada

wesel tagih (notes receivable) yang didiskontokan untuk mengetahui

kemungkinan adanya contingent liability, namun sesuai dengan

penjelasan Bapak Irman yaitu:

“Nggak ada, mbak. Gapura nggak mengatur itu didalam peraturan


perusahaan, nggak diterapkan. Pertimbangannya karena ini risikonya
tinggi, menjaminkan piutang itu jarang sekali kasusnya untuk di-acc oleh
Bank. Prosesnya juga sangat lama dan panjang karena harus ada
penilaian dulu dari Bank, jadi Gapura sejauh ini belum ada prosedur
menjaminkan piutang ke Bank.”

PT Gapura Angkasa dalam manual treasury/peraturan dan ketentuan

perusahaan tidak terdapat klausul atas wesel tagih yang didiskontokan,

maka prosedur ini tidak dapat diterapkan oleh PT Gapura Angkasa

karena tidak sesuai dengan peraturan perusahaan.

9. Auditor Internal memeriksa besaran allowance for bad debts

berdasarkan ketentuan dari PSAK. Proses ini sudah sesuai dengan

teori dimana auditor internal harus memeriksa dasar penentuan

allowance for bad debts yang disajikan oleh auditee.

10. Auditor Internal harus meyakini bahwa dalam cut-off penjualan kredit

sesuai tanggal neraca, yang harus dibukukan terlebih dahulu dalam

accrued revenue sebelum diterbitkan invoice sesuai periode


68

pelayanan. Prosedur ini hanya menerapkan sebagian dari teori dimana

seharusnya auditor internal juga memeriksa transaksi minimal 2 (dua)

minggu setelah tanggal neraca, namun auditor internal hanya

memeriksa transaksi per tanggal neraca.

11. Prosedur audit internal atas piutang yang selanjutnya adalah

memeriksa notulen rapat, surat-surat perjanjian, jawaban konfirmasi

bank, dan correspondence file untuk mengetahui apakah ada piutang

yang dijadikan sebagai jaminan, namun sesuai dengan point nomor 8

yaitu tidak ada piutang yang dijadikan sebagai jaminan oleh PT

Gapura Angkasa, maka prosedur ini tidak bisa diterapkan oleh PT

Gapura Angkasa.

12. Auditor Internal harus meyakini bahwa dalam penyajian laporan

piutang telah sesuai dengan peraturan perusahaan dan PSAK.

Prosedur ini telah sesuai dengan prosedur audit piutang dari teori yaitu

auditor harus memeriksa apakah penyajian piutang di neraca

dilakukan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di

Indonesia.

13. Auditor Internal melakukan pemeriksaan atas saldo wajar piutang

yang didasarkan pada:

- Apakah terdapat kejadian tertentu diluar proses bisnis perusahaan

seperti event kenegaraan, contoh: Konferensi Asia Afrika, Asean

Games, dll.
69

- Apakah terdapat salah saji dalam neraca, biasanya terjadi karena

kesalahan entry kurs,

- Apakah didalam umur piutang terdapat piutang berumur lebih dari

1 tahun,

- Apakah terdapat kontrak pekerjaan untuk pelayanan/penjualan

kredit,

- Apakah terdapat pelayanan pesawat tidak berjadwal yang dilayani

dengan kredit tanpa kontrak pekerjaan dengan domisili di luar

Indonesia,

- Apakah terdapat pelayanan kepada personal (non-corporate) yang

besaran nilainya material.

Prosedur ini telah sesuai dengan teori prosedur audit internal terhadap

piutang dengan dasar penentuan kewajaran berdasarkan peraturan

perusahaan seperti yang tersebut diatas.

PT Gapura Angkasa telah melakukan prosedur audit internal terhadap

piutang yang cukup baik yaitu dimulai dengan mempelajari internal control atas

piutang dan transaksi yang mendasarinya, lalu membuat top schedule dan

supporting schedule piutang per tanggal neraca, meminta aging schedule piutang

per tanggal neraca, melakukan cross check aging piutang ke customer, memeriksa

konfirmasi piutang, memeriksa dasar penentuan allowance for bad debts,

memeriksa sales cut-off, memeriksa penyajian piutang di neraca, dan menarik

kesimpulan mengenai kewajaran saldo piutang yang diperiksa. Sedangkan untuk


70

pemeriksaan subsequent collections dan pemeriksaan piutang yang dijaminkan

tidak bisa diterapkan karena peraturan perusahaan.

Secara keseluruhan, PT Gapura Angkasa telah menjalankan 9 dari 13

tahap pemeriksaan sesuai dengan teori. Sedangkan, 2 tahapan hanya diterapkan

sebagian terkait pemeriksaan subsequent collections dan 2 tahapan pemeriksaan

tidak bisa dilaksanakan karena bertentangan dengan peraturan perusahaan terkait

piutang yang didiskontokan.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data serta membandingkan antara teori yang

mendasari dengan keadaan sesungguhnya di PT Gapura Angkasa, penulis

menyimpulkan bahwa prosedur audit internal terhadap piutang telah dilaksanakan

dengan baik. Beberapa poin penting yang mendasari pengambilan kesimpulan

adalah:

1. PT Gapura Angkasa telah menjalankan tahapan audit internal dengan

baik dimana seluruh tahapan telah dilaksanakan sesuai dengan teori

pada proses evaluasi auditor internal belum membahas tentang teknik

audit untuk bahan pertimbangan pemeriksaan selanjutnya.

2. PT Gapura Angkasa telah memenuhi seluruh kriteria audit internal

yang baik yaitu independen, memiliki kemampuan profesional,

memiliki ruang lingkup audit yang jelas dan memiliki manajemen

internal audit yang baik untuk menjamin terlaksananya pemeriksaan

dengan baik dan berkelanjutan.

3. PT Gapura Angkasa telah melakukan prosedur audit internal terhadap

piutang yang cukup baik karena 9 dari 13 tahap telah dilaksanakan

sesuai dengan teori. Sedangkan, 2 tahapan hanya diterapkan sebagian

terkait pemeriksaan subsequent collections dan 2 tahapan pemeriksaan

71
72

tidak bisa dilaksanakan karena bertentangan dengan peraturan

perusahaan terkait piutang yang didiskontokan.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, penulis dengan segala kerendahan hati ingin

memberikan beberapa saran untuk pengembangan prosedur audit internal atas

piutang pada PT Gapura Angkasa:

1. PT Gapura Angkasa diharapkan dapat terus menjalankan proses audit

yang telah sesuai dengan teori untuk menghasilkan audit report yang

lebih baik dan dapat diandalkan sebagai acuan manajemen untuk

mengambil keputusan tepat bagi kemajuan perusahaan.

2. Head of Internal Auditor diharapkan dapat menambahkan agenda

dalam rapat kerja unit auditor internal untuk mengevaluasi teknik

pemeriksaan dan pendekatan yang dilakukan oleh auditor kepada unit

terkait agar menghasilkan laporan hasil pemeriksaan yang lebih baik

lagi.

3. Auditor Internal diharapkan dapat melaksanakan pemeriksaan terhadap

subsequent collections agar dapat menghasilkan audit report yang

lebih detail mengenai transaksi setelah tanggal neraca hingga audit

lapangan selesai dilaksanakan.


73

DAFTAR PUSTAKA

Albrecht, W. Steve, Chad O. Albrecht, Conan C. Albrecht, dan Mark F


Zimbelman. 2009. Fraud Examination, Third Edition. OH: South-
Western, Cengage Learning.

Albrecht, W Steve, Chad O Albrecht, Conan C. Albrecht, dan Mark F Zimbelman.


2012. Fraud Examination, Fourth Edition. OH: South-Western,
Cengage Learning.

Agoes, Sukrisno. 2014. Auditing Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh


Akuntan Publik. Edisi ke 4. Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.

Fuad, Haris. 2015. Pengaruh Pengalaman, Otonomi, Profesionalisme,


Ambiguitas Peran, dan Motivasi terhadap Kinerja Auditor. Skripsi.
Surakarta: Universitas Muhamadiyah Surakarta.

Hery. 2016. Auditing dan Asurans. PT Grasindo, Jakarta.

IAPI. 2013. Standar Audit (SA 220)/Institut Akuntan Publik Indonesia.


Jakarta: Salemba Empat.

IIA (The Institute of Internal Auditors). 2017. International Standards for the
Professional Practice of Internal Auditing. Diakses pada 12 Februari
2020. https://na.theiia.org/standards-guidance/Pages/Standards-and-
Guidance-IPPF.aspx

Ikatan Akuntan Indonesia. 2007. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta:


Salemba Empat.

Karyono. 2013. Forensic Fraud. Yogyakarta: ANDI.

Kieso, Donald E., Jerry J. Weygandt, dan Terry D. Warfield, 2002. Akuntansi
Intermediete, Terjemahan Emil Salim, Jilid 1, Edisi Kesepuluh,
Penerbit Erlangga, Jakarta.

Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal. 2004. Standar Profesi Audit


Internal. Yogyakarta: Yayasan Pendidikan Internal Audit.

Mayangsari, Sekar dan Puspa Wandanarum.2013. Auditing Pendekatan Sektor


Publik dan Privat. Jakarta: Penerbit Media Bangsa.
74

McLeod, Jr., Raymond; Schell, George P. 2011. Sistem Informasi Managemen


(Terjemahan). Jakarta: Salemba Empat.

Mulyadi dan Kanaka Puradiredja. 2005. Auditing, Edisi keenam. Jakarta :


Salemba Empat.

Mulyadi. 2001. Sistem Akuntansi. Edisi Ketiga, Cetakan Ketiga, Penerbit :


Bagian Salemba Empat, Yogyakarta.

Narko. 2000. Sistem Akuntansi. Penerbit : Yayasan Pustaka Nusatama, Jakarta.

Pusdiklatwas BPKP. 2008. Etika dalam Fraud. Jakarta: BPKP.

Puspawardhani, Akuntia. 2016. Analisis Prosedur Auditor Internal dalam


Penyelesaian Kredit Bermasalah pada PT BPR Chandra Muktiartha
Yogyakarta. Skripsi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Ratliff, Richard L., and Wallace, Wanda A., 1996, Internal Auditing Principles
and Techniques, 2nd Edition, Florida: The Institute Of Internal Auditors.

Sawyer’s. 2005. Internal Auditing. Salemba Empat, Jakarta.

Setiawan, Iwan. 2010. Akuntansi Keuangan Menengah (Intermediate


acounting), Buku Satu, Bandung :Refika Aditama.

Selfiana. 2017. Analisis Penerapan Prosedur Audit Kas pada PT Semen


Tonasa di Pangkep. Jurnal. Universitas Bosowa, Makassar.

Soekrisno, Agoes. 2004. Auditing (Pemeriksaan Akuntan). jilid satu, Lembaga


Penerbit : Liberty, Yogyakarta.

Sulaeman. 2012. Analisis Prosedur Penegndalian Intern Piutang Usaha pada


Astra Credit Companies Cabang Makassar. Skripsi. Universitas
Hasanuddin, Makassar.

Sunarso. 2003. Auditing. Penerbit Pena Persada, Jakarta.

Warren, Carls, M James Reeve & Philips E Fess. 2005. Accounting. Salemba
Empat; Jakarta.

Whittington, O. Ray dan Kurt Pann 2012. Principle of Auditing and Other
Assurance Service, 18 th Edition, Mc-Graw- Hill, New York, NY.

Wolfe, David T., dan Hermanson, Dana R. 2004. The Fraud Diamond:
Considering the Four Elements of Fraud. CPA Journal, Dec 2004, Vol.
74, Issue 12.
75

LAMPIRAN
Struktur Organisasi
Organizational Structure

VP INTERNAL AUDITOR

SM ADMIN & FINANCIAL


AUDITOR

SM COMMERCIAL &
OPERATION AUDITOR DIREKTUR OPERASI, TEKNIK & KOMERSIAL
(DIRECTOR OF OPERATION, ENGINEERING, &
COMMERCIAL)

CORPORATE SECRETARY

SM GENERAL AFFAIR
VP GROUND HANDLING &
VP WAREHOUSE VP MAIN. & ENG.
ANCILLARY COMMERCIAL VP OPERATION SERVICES
& LOGISTIC SERVICES
SERVICES
SM LEGAL

SM GROUND HANDLING
SM W/H & LOGISTIC SM LANDSIDE SERVICES SM MAINTENANCE
DESIGN & COMMERCIAL
VP CORP PLAN & IT
SUPPORT
SM ANCILLARY DESIGN &
SM ADM & FINANCE SM AIRSIDE SERVICES SM ENGINEERING
COMMERCIAL

SM STRATEGIC PLANNING SM CUSTOMER &


BUSINESS RELATION

SM IT SUPPORT

VP SAFETY, SECURITY &


QUALITY ASSURANCE

HEAD OF INSPECTOR
SM QUALITY &
/ INSPECTOR SAFETY,
STANDARDIZATION
SERVICES & QUALITY

SM AVIATION SAFETY &


HEAD OF HSE
SECURITY

58
PT Gapura Angkasa
Laporan Tahunan 2018 Annual Report

Flashback Performance 2018


Kilas Kinerja 2018
Management Report
Laporan Manajemen
Company Profile
Profil Perusahaan
DIREKTUR UTAMA
(PRESIDENT & CEO)
BOARD OF DIRECTORS

Overview on Business Supports


Tinjauan Pendukung Bisnis
DIREKTUR KEUANGAN & MANAJEMEN RISIKO DIREKTUR SDM & PENDUKUNG BISNIS
(DIRECTOR OF FINANCIAL & RISK (DIRECTOR OF HUMAN CAPITAL & BUSINESS
MANAGEMENT) SUPPORT)

Management Discussion and Analysis


Analisis dan Pembahasan Manajemen
VP FINANCIAL ANALYSIS &
VP ACCOUNTING VP TREASURY VP PROCUREMENT VP HUMAN CAPITAL
RISK MANAGEMENT

SM FINANCIAL ANALYSIS & SM HC PLANNING &


SM ACCOUNTING SM CASH MANAGEMENT SM PURCHASING
MGT REPORT DEVELOPMENT

SM HC ADMIN,
SM ASSET ADM &
SM BUDGETING SM ACCOUNT RECEIVABLE SM COMPLIANCE COMPENSATION &
TAX MGT
BENEFIT

SM RISK & SM CORP. CULTURE


& INTERNAL

Good Corporate Governance


Tata Kelola Perusahaan
INSURANCE MGT
COMMUNICATION

SM OUTSOURCING
MANAGEMENT

SM TRAINING
Corporate Social Responsibility
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Audited Financial Report
Laporan Keuangan Audited

59
MANAJEMEN RESIKO

M-DF-01

Form 3.1.3a Identifikasi Resiko

Sebab Resiko
No Kategori Resiko Nama Resiko Dampak
External Internal
1 Operasi .............................................. .............................................. .............................................. ..............................................

2 Keuangan .............................................. .............................................. .............................................. ..............................................

3 Pemasaran .............................................. .............................................. .............................................. ..............................................

4 .................... .............................................. .............................................. .............................................. ..............................................

Keterangan :

 Kategori resiko : resiko yang bersifat umum, seperti : operasi, pemasaran, keuangan, SDM, dsb.
 Nama resiko : merupakan penjelasan dari kategori resiko atau detail, seperti : operasi – clash handling meningkat.
 Sebeb resiko : tuliskan penyebab resiko baik yang diakibatkan oleh external maupun internal
 Dampak : tuliskan dampak apa saya yang kemungkinan akan timbul

Form diatas merupakan laporan identifikasi resiko dari unit kerja kantor pusat dan cabang yang dilaporkan setiap 3 bulan sekali, untuk setiap laporan yang
disampaikan diharuskan melampirkan data dukung untuk setiap kategori resiko.

Manual Halaman 29
18 Desember / Rev. : 00
MANAJEMEN RESIKO

M-DF-01

Form 3.1.4 Form Risk Register Unit FRM Kantor Pusat

RISK MONITORING
RISK IDENTIFICATION RISK ASSESSMENT RISK TREATMENT
& REVIEW
Date Residual Risk Analysis Progress and Compliance
Risk ID Raised by Risk Category Event Cause Consequence Action Plan Risk Owner Resolve by Method Status
Raised Reporting
Likelihood Consequence Risk Rating
No Masukkan Nama orang Mengidentifikasi kategori Menangkap event potensial Jelaskan penyebab Jelaskan dampak dari Jelaskan dampak Menilai dampak Menilai risiko Jelaskan perlakuan Jelaskan tindakan yang direncanakan untuk menangani risiko Menetapkan Masukkan Daftar metode untuk rencana Menelusuri dan melaporkan Memperbaharui
tanggal yang risiko yang relevan dengan detail yang cukup untuk potensial peristiwa yang resiko yang ada utama kejadian yang masuk akal berdasarkan yang akan Pemilik tanggal dimana tindakan pemantauan dan kemajuan tindakan rencana, dan status
ketika resiko menemukan dipahami secara terpisah terjadi risiko dari kejadian risiko kemungkinan dan diterapkan untuk Rencana tindakan yang review poin mencatat setiap kasus
pertamakali risiko yang terjadi konsekuensi risiko akan ketidakpatuhan, pelanggaran
muncul dilaksanakan

Manual Halaman 31
18 Desember / Rev. : 00
MANAJEMEN RESIKO

M-DF-01

3.1.5 Risk Evaluate

Evaluasi Risiko melibatkan mempertimbangkan tingkat risiko keseluruhan risiko ini. Hal ini memungkinkan
penentuan apakah tindakan perlakuan resiko lebih lanjut diperlukan untuk membawa risiko dalam tingkat
yang dapat diterima.

Flowchart 3.1.5 Evaluasi Resiko

Assessment Criteria − Likelihood

10
9
8
7
6
IMPACT

5
4
3
2
1
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

PROBABILITY
RISK CLASSIFICATION
LOW MEDIUM HIGH CRITICAL
RISK RISK RISK RISK

GENERAL ASSUMPTION
PROBABILITY MEASUREMENT

POINT CRITERIA PARAMETER


1-2 LOW CERTAINLY WILL NEVER HAPPEN
3-4 UNLIKELY UNLIKELY TO HAPPEN
5-6 MODERATE 50% HAPPEN 50% NOT HAPPEN
7-8 LIKELY LIKELY TO HAPPEN
9 - 10 HIGH CERTAINLY HAPPEN

Manual Halaman 32
18 Desember / Rev. : 00
MANAJEMEN RESIKO

M-DF-01

GENERAL ASSUMPTION
SEVERITY MEASUREMENT

POINT CRITERIA PARAMETER


1-2 INSIGNIFICANT WORK STILL CAN BE DONE
3-4 MINOR LOWER SPECIFICATION
5-6 MEDIUM REDUCING AREA OF WORK
7-8 MAJOR STAGING PROCUREMENT
9 - 10 CATASTROPHIC WORK MUST BE STOPPED

10
9
8
7
6 TRANSFE AVOID
IMPACT

5 R
RETAIN CONTRO
4 L
3
2
1
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

PROBABILITY
RISK MITIGATION

RETAIN TRANSFE CONTRO RETAIN


R L

Manual Halaman 33
18 Desember / Rev. : 00
PT. GAPURA ANGKASA KANTOR CABANG SOEKARNO-HATTA
DAFTAR MUTASI PIUTANG
PER 31 DESEMBER 2019
31/12/2019
INVOICE
UMUR
NO CAB. KEL. CUSTOMER GRAND TOTAL
PERIODE NOMOR TGL. INV. TGL. SPF VALUTA PIUTANG
a b c d e f g h i t u

1 CGK MGA GA JAN '19 CGK/0219/000249/GA 22-Feb-19 27-Feb-19 IDR 76,663,930 304
2 CGK MGA GA JAN '19 CGK/0219/000250/GA 22-Feb-19 27-Feb-19 IDR 29,028,090 304
3 CGK MGA GA AGST '18 CGK/0319/000323/GA 08-Mar-19 08-Mar-19 IDR 44,020,620 293
4 CGK MGA GA 15-21 FEB '19 CGK/0319/000349/GA 04-Mar-19 08-Mar-19 IDR 58,296,998 293
5 CGK MGA GA 22-28 FEB '19 CGK/0319/000390/GA 13-Mar-19 18-Mar-19 IDR 55,742,462 283
6 CGK MGA GA 10 JULI - 08 AGST '18 CGK/0419/000468/GA 01-Apr-19 02-Apr-19 IDR 4,687,200 269
7 CGK MGA GA FEB '19 CGK/0419/000470/GA 01-Apr-19 02-Apr-19 IDR 24,562,230 269
8 CGK MGA GA 15-21 MAR '19 CGK/0419/000505/GA 02-Apr-19 09-Apr-19 IDR 59,290,065 262
9 CGK MGA GA 15-21 MEI '19 CGK/0619/000805/GA 10-Jun-19 12-Jun-19 IDR 2,899,065,425 199
10 CGK MGA GA 22-30 JUNI '19 CGK/0719/001022/GA 15-Jul-19 16-Jul-19 IDR 4,305,286,633 165
11 CGK MGA GA 22-30 JUNI '19 CGK/0719/001023/GA 15-Jul-19 16-Jul-19 IDR 99,930,110 165
12 CGK MGA GA 22-30 JUNI '19 CGK/0719/001024/GA 15-Jul-19 16-Jul-19 IDR 57,552,161 165
13 CGK MGA GA MEI '19 CGK/0719/001025/GA 15-Jul-19 22-Jul-19 IDR 52,555,440 159
14 CGK MGA GA MEI '19 CGK/0719/001026/GA 15-Jul-19 22-Jul-19 IDR 7,416,360 159
15 CGK MGA GA 01-07 JULI '19 CGK/0719/001083/GA 22-Jul-19 26-Jul-19 IDR 63,817,631 155
16 CGK MGA GA 08-14 JULI '19 CGK/0719/001090/GA 24-Jul-19 26-Jul-19 IDR 51,842,027 155
17 CGK MGA GA 01-07 SEPT '19 CGK/0919/001420/GA 17-Sep-19 20-Sep-19 IDR 86,297,208 101
18 CGK MGA GA 01-07 SEPT '19 CGK/0919/001421/GA 17-Sep-19 20-Sep-19 IDR 42,679,022 101
19 CGK MGA GA 08-14 SEPT '19 CGK/0919/001426/GA 20-Sep-19 25-Sep-19 IDR 99,516,183 96
20 CGK MGA GA 08-14 SEPT '19 CGK/0919/001427/GA 20-Sep-19 25-Sep-19 IDR 44,590,023 96
21 CGK MGA GA Oct-17 CGK/0319/000275/GA GSS INTL 01-Mar-19 01-Mar-19 IDR 83,657,700 300
22 CGK MGA GA 15-31 DES '18 CGK/0319/000239/GA IPL 01-Mar-19 08-Mar-19 IDR 16,374,820 293
23 CGK MGA GA 07-10 FEB '19 CGK/0319/000310/GA IPL 01-Mar-19 08-Mar-19 IDR 9,432,990 293
24 CGK MGA GA May-18 CGK/0319/000315/GA 13-Mar-19 13-Mar-19 IDR 31,501,061 288
25 CGK MGA GA Jun-18 CGK/0319/000316/GA 13-Mar-19 13-Mar-19 IDR 39,833,652 288
26 CGK MGA GA Jul-18 CGK/0319/000325/GA 13-Mar-19 13-Mar-19 IDR 49,551,928 288
27 CGK MGA GA Aug-18 CGK/0319/000326/GA 13-Mar-19 13-Mar-19 IDR 33,020,701 288
28 CGK MGA GA Sep-18 CGK/0319/000327/GA 13-Mar-19 13-Mar-19 IDR 34,589,079 288
29 CGK MGA GA Oct-18 CGK/0319/000328/GA 13-Mar-19 13-Mar-19 IDR 39,324,716 288
30 CGK MGA GA Nov-18 CGK/0319/000329/GA 13-Mar-19 13-Mar-19 IDR 35,094,963 288
31 CGK MGA GA Dec-18 CGK/0319/000330/GA 13-Mar-19 13-Mar-19 IDR 31,231,083 288
32 CGK MGA GA Jan-19 CGK/0319/000352/GA 08-Mar-19 12-Mar-19 IDR 15,190,000 289
33 CGK MGA GA Feb-19 CGK/0419/000469/GA 04-Apr-19 18-Apr-19 IDR 38,704,120 253
34 CGK MGA GA Apr-19 CGK/0719/000980/GA GSS INTL 18-Jul-19 18-Jul-19 IDR 184,742,250 163
35 CGK MGA GA Apr-19 CGK/0719/000979/GA GSS DOM 18-Jul-19 18-Jul-19 IDR 603,474,200 163
36 CGK MGA GA May-19 CGK/0719/000982/GA GSS INTL 18-Jul-19 18-Jul-19 IDR 108,488,450 163
37 CGK MGA GA May-19 CGK/0719/000981/GA GSS DOM 18-Jul-19 18-Jul-19 IDR 346,951,850 163
38 CGK MGA GA Jun-18 CGK/0719/000984/GA APB CREW DEPAR 18-Jul-19 18-Jul-19 IDR 181,717,970 163
39 CGK MGA GA Jun-18 CGK/0719/000983/GA APB CREW ARRV 18-Jul-19 18-Jul-19 IDR 156,411,430 163
40 CGK MGA GA AGST-SEPT '18 CGK/0819/001170/GA IRREG 07-Agu-19 07-Agu-19 IDR 11,153,850 144
41 CGK MGA GA DOUBLE BAYAR REFF INVOICE 00218 (28,719,000)

TOTAL PIUTANG GA 10,184,567,628

1 CGK MGA GA 01 MEI - 31 AGST '18 CGK/MK180989/GA/EBT 07-Sep-18 07-Sep-18 IDR 641,145,284 474
2 CGK MGA GA 01 SEPT - 31 DES '18 CGK/MK190036/GA/EBT 08-Jan-19 08-Jan-19 IDR 641,892,289 353
3 CGK MGA GA 01 JAN - 30 APR '19 CGK/0519/000650/GA 14-Mei-19 14-Mei-19 IDR 741,540,275 227
4 CGK MGA GA 01 MEI - 31 AGST '19 CGK/0919/001230/GA EBT 05-Sep-19 05-Sep-19 IDR 1,189,726,022 116

TOTAL PIUTANG GA EBT 3,214,303,871

1 CGK MPL CI Mar-18 CGK/MK180431/QG/ER 2-May-18 7-May-18 IDR 548,565,573 594


2 CGK MPL CI Nov-17 CGK/MK180829/QG/BAG 6-Aug-18 6-Aug-18 IDR 805,091 505
3 CGK MPL CI Sep-18 CGK/0319/000343/QG 15-Mar-19 15-Mar-19 IDR 202,147 286
4 CGK MPL CI 01-07 JAN '19 CGK/0319/000367/QG 6-Mar-19 20-Mar-19 IDR 892,467,780 281
5 CGK MPL CI 15-21 JAN '19 CGK/0319/000369/QG 6-Mar-19 20-Mar-19 IDR 684,646,121 281
6 CGK MPL CI NOV '18, JAN-FEB '19 CGK/0419/000467/QG 5-Apr-19 5-Apr-19 IDR 2,168,486 266
7 CGK MPL CI Mar-19 CGK/0619/000815/QG 12-Jun-19 12-Jun-19 IDR 1,709,061 199
8 CGK MPL CI Mei-19 CGK/0719/000993/QG/EBT, SECIT 1-Jul-19 9-Jul-19 IDR 52,367,031 172
9 CGK MPL CI Apr-19 CGK/0719/000972/QG BAG 10-Jul-19 10-Jul-19 IDR 900,473 171
10 CGK MPL CI Jun-19 CGK/0719/001044/QG PNH 15-Jul-19 23-Jul-19 IDR 20,972,001 158
11 CGK MPL CI Jun-19 CGK/0719/001042/QG KUL 15-Jul-19 23-Jul-19 IDR 89,130,999 158
12 CGK MPL CI Jun-19 CGK/0719/001037/QG PEN 15-Jul-19 23-Jul-19 IDR 183,505,000 158
13 CGK MPL CI Mei-19 CGK/0819/001033/QG 20-Aug-19 27-Aug-19 IDR 23,308,560 124
14 CGK MPL CI MEI, JUNI '19 CGK/0919/001242/QG BAG 9-Sep-19 9-Sep-19 IDR 3,365,153 112
15 CGK MPL CI Jul-19 CGK/0919/001330/QG PEN 2-Sep-19 16-Sep-19 IDR 186,126,500 105
16 CGK MPL CI Jul-19 CGK/0919/001332/QG PNH 2-Sep-19 16-Sep-19 IDR 73,402,000 105
17 CGK MPL CI Jul-19 CGK/0919/001335/QG ATT PEN 2-Sep-19 16-Sep-19 IDR 14,420,700 105
18 CGK MPL CI Jul-19 CGK/0919/001337/QG LST,WST PEN 2-Sep-19 16-Sep-19 IDR 3,760,064 105
19 CGK MPL CI Jul-19 CGK/0919/001339/QG ATT KUL 2-Sep-19 16-Sep-19 IDR 6,409,200 105
20 CGK MPL CI Jul-19 CGK/0919/001338/QG APB KUL 2-Sep-19 16-Sep-19 IDR 3,418,240 105
21 CGK MPL CI Jul-19 CGK/0919/001341/QG APB PNH 2-Sep-19 16-Sep-19 IDR 1,281,840 105
22 CGK MPL CI Jul-19 CGK/0919/001342/QG ATT PNH 2-Sep-19 16-Sep-19 IDR 4,806,900 105
23 CGK MPL CI Jul-19 CGK/0919/001333/QG LST WST PEN 2-Sep-19 16-Sep-19 IDR 6,638,863 105
24 CGK MPL CI Jul-19 CGK/0919/001340/QG LST WST PNH 2-Sep-19 16-Sep-19 IDR 998,767 105
25 CGK MPL CI Jul-19 CGK/0919/001331/QG PNH 2-Sep-19 16-Sep-19 IDR 94,374,000 105
26 CGK MPL CI Jul-19 CGK/0919/001334/QG APB PEN 2-Sep-19 16-Sep-19 IDR 3,418,240 105

TOTAL PIUTANG QG 2,903,168,790

1 CGK MPA KA Jan - Des '05 PA00/5/06/151 Mei-06 Mei-06 IDR 7,680,750 4,911
2 CGK MPA KA Jul-15 CGK/MI150550/KE/BAG Sep-15 Sep-15 IDR 1,207,310 1,551
3 CGK MPA KA Agu-15 CGK/MI150627/KE/BAG Okt-15 Okt-15 IDR 812,500 1,522
4 CGK MPA KA Des-17 CGK/MK180923/KE/VIP 14-Agu-18 14-Agu-18 IDR 25,761,000 497
5 CGK MPA KA Jan-18 CGK/MI180958/KE/BAG 15-Agu-18 24-Agu-18 IDR 1,351,455 487
6 CGK MPA KA Mar-18 CGK/MI180960/KE/BAG 15-Agu-18 24-Agu-18 IDR 451,605 487
7 CGK MPA KA Okt-18 CGK/MI181528/KE/BAG 12-Des-18 19-Des-18 IDR 1,170,068 372
8 CGK MPA KA 08 NOV '18 CGK/0219/000212/KE 13-Feb-19 13-Feb-19 IDR 548,460 318
9 CGK MPA KA Jan-19 CGK/0819/001179/KE 09-Agu-19 09-Agu-19 IDR 1,163,400 142

PIUTANG KEPADA KE 40,146,548

1 CGK MPA RB - PA00/03/07/81 Jun-07 Jan-07 IDR 786,500 4,670


2 CGK MPA RB - RB06/3/08/35 Des-07 Des-07 IDR 1,898,715 4,320

PIUTANG KEPADA BI 2,685,215

1 CGK MPA TA May-19 CGK/0919/001199/TR/GSS 09-Sep 09-Sep IDR 1,455,000 112


2 CGK MPA TA Jun-19 CGK/0919/001231/TR BAG 09-Sep 09-Sep IDR 1,892,100 112
3 CGK MPA TA Jul-19 CGK/0919/001253/TR SOG 13-Sep 13-Sep IDR 22,603,581 108

PIUTANG KEPADA TR 25,950,681

1 CGK NON-MP APT 01 APR '17 CGK/MI170302/AP/ER 03-Apr-17 10-Apr-17 IDR 1,545,480 981
2 CGK NON-MP APT 20 DES '18 - 19 MAR '19 CGK/0719/001122 SPRINTER 30-Jul-19 30-Jul-19 IDR 291,933,180 150
3 CGK NON-MP APT 20 MAR - 19 JUNI '19 CGK/0719/001123 SPRINTER 30-Jul-19 30-Jul-19 IDR 309,251,250 150
4 CGK NON-MP APT 20 DES'18 - 19 JAN '19 CGK/0719/001124 APB 30-Jul-19 30-Jul-19 IDR 317,528,098 150
5 CGK NON-MP APT 20 JAN - 19 FEB '19 CGK/0719/001125 APB 30-Jul-19 30-Jul-19 IDR 397,172,803 150
6 CGK NON-MP APT 20 FEB - 19 MAR '19 CGK/0719/001126 APB 30-Jul-19 30-Jul-19 IDR 332,658,490 150
7 CGK NON-MP APT 20 MAR - 19 APR '19 CGK/0719/001127 APB 30-Jul-19 30-Jul-19 IDR 405,998,865 150
8 CGK NON-MP APT 20 APR - 19 MEI '19 CGK/0719/001128 APB 30-Jul-19 30-Jul-19 IDR 349,049,749 150
9 CGK NON-MP APT 20 MEI - 19 JUNI '19 CGK/0719/001129 APB 30-Jul-19 30-Jul-19 IDR 356,825,089 150
10 CGK NON-MP APT 01 JUNI '19 CGK/0819/001195 16-Agu-19 16-Agu-19 IDR 20,015,554 135
11 CGK NON-MP APT 15 JULI '19 CGK/0819/001196 16-Agu-19 16-Agu-19 IDR 15,760,072 135

PIUTANG KEPADA AP II 2,797,738,630

1 CGK MPL TE Sep-16 CGK/MK160761/NX/ER Okt-16 Okt-16 IDR 69,785,712 1,154


2 CGK MPL TE Okt-16 CGK/MK160853/NX/ER Nov-16 Nov-16 IDR 53,946,000 1,127
3 CGK MPL TE Okt-16 CGK/MK160852/NX/REG Nov-16 Nov-16 IDR 81,553,644 1,127
4 CGK MPL TE Nov-16 CGK/MK160948/NX/REG Des-16 Des-16 IDR 71,030,593 1,091
5 CGK MPL TE Nov-16 CGK/MK160949/NX/ER Des-16 Des-16 IDR 51,893,136 1,091
6 CGK MPL TE Des-16 CGK/MK161063/NX/REG Jan-17 Jan-17 IDR 77,607,500 1,058
7 CGK MPL TE Des-16 CGK/MK161064/NX/ER Jan-17 Jan-17 IDR 61,842,528 1,058
8 CGK MPL TE Jan-17 CGK/MK170197/NX/REG Mar-17 Mar-17 IDR 73,661,356 1,005
9 CGK MPL TE Jan-17 CGK/MK170085/NX/.ER Jan-17 Jan-17 IDR 78,825,312 1,058
10 CGK MPL TE Feb-17 CGK/MK170187/NX/REG Mar-17 Mar-17 IDR 40,776,822 1,007
11 CGK MPL TE Feb-17 CGK/MK170188/NX/.ER Mar-17 Mar-17 IDR 59,311,440 1,007
12 CGK MPL TE 01-13 MAR '17 CGK/MK170397/NX/REG Mei-17 Mei-17 IDR 19,730,720 944
13 CGK MPL TE 21-30 APR '17 CGK/MK170605/NX/REG Jul-17 Jul-17 IDR 28,052,453 877
14 CGK MPL TE 01-03 MEI '17 CGK/MK170398/NX/REG Jul-17 Jul-17 IDR 8,772,389 877
15 CGK MPL TE 01-30 JUNI '17 CGK/MK170591/NX/REG Agu-17 Agu-17 IDR 4,613,643 864
16 CGK MPL TE 01-13 MAR '17 CGK/MK170723/NX/ER Agu-17 Agu-17 IDR 25,345,872 846

PIUTANG KEPADA TZA/NX 806,749,120

1 CGK MPL SJ Mei-19 CGK/0919/001048/SJ 19-Sep-19 23-Sep-19 IDR 1,958,902,002 98


2 CGK MPL SJ Jun-19 CGK/0919/001113/SJ 19-Sep-19 23-Sep-19 IDR 2,556,670,036 98
3 CGK MPL SJ Jul-19 CGK/0919/001209/SJ 19-Sep-19 23-Sep-19 IDR 2,504,163,384 98
4 CGK MPL SJ Jun-19 CGK/0919/001271/SJ LST,WST 24-Sep-19 27-Sep-19 IDR 1,418,131,638 94
5 CGK MPL SJ Jul-19 CGK/0919/001274/SJ GPU, AC CAR 24-Sep-19 27-Sep-19 IDR 573,336,425 94
6 CGK MPL SJ Agu-19 CGK/0919/001385/SJ GPU, AC CAR 24-Sep-19 27-Sep-19 IDR 663,542,906 94
(1)
PIUTANG KEPADA SJ 9,674,746,390

1 CGK MPL NA Jun-19 CGK/0719/001004/IN 05-Jul-19 19-Jul-19 IDR 5,562,270 162


2 CGK MPL NA May-19 CGK/0919/001201/IN 19-Sep-19 23-Sep-19 IDR 437,218,849 98
3 CGK MPL NA Jun-19 CGK/0919/001202/IN 19-Sep-19 23-Sep-19 IDR 585,651,114 98
4 CGK MPL NA Jul-19 CGK/0919/001384/IN 19-Sep-19 23-Sep-19 IDR 634,118,792 98
5 CGK MPL NA Jun-19 CGK/0919/001344/IN LST WST 02-Sep-19 23-Sep-19 IDR 418,777,128 98
6 CGK MPL NA Jul-19 CGK/0919/001345/IN GPU 02-Sep-19 23-Sep-19 IDR 3,337,362 98
(1)
PIUTANG KEPADA IN 2,084,665,514

1 CGK MPL KAV Mar-17 CGK/MK170316/KP/REG Apr-17 Apr-17 IDR 56,109,885 978
2 CGK MPL KAV Apr-17 CGK/MK170400/KP/ER Mei-17 Mei-17 IDR 6,914,592 944
3 CGK MPL KAV Apr-17 CGK/MK170399/KP/REG Mei-17 Mei-17 IDR 53,394,891 944
4 CGK MPL KAV Mei-17 CGK/MK170526/KP/ER Jun-17 Jun-17 IDR 1,851,741 915
5 CGK MPL KAV Mei-17 CGK/MK170525/KP/REG Jun-17 Jun-17 IDR 56,109,885 915
6 CGK MPL KAV Jun-17 CGK/MK170590/KP/ER Jul-17 Jul-17 IDR 2,033,703 887
7 CGK MPL KAV Jun-17 CGK/MK170589/KP/REG Jul-17 Jul-17 IDR 52,708,783 887
8 CGK MPL KAV Jul-17 CGK/MK170701/KP/ER Agu-17 Agu-17 IDR 2,836,482 855
9 CGK MPL KAV Jul-17 CGK/MK170700/KP/REG Agu-17 Agu-17 IDR 56,109,885 855
10 CGK MPL KAV Agu-17 CGK/MK170808/KP/REG Sep-17 Sep-17 IDR 39,819,918 816
11 CGK MPL KAV Agu-17 CGK/MK170809/KP/ER Sep-17 Sep-17 IDR 2,568,889 822

PIUTANG KEPADA KP 330,458,655

1 CGK NON-MP JAE 2013 INV/011/XII/13 Des-13 Des-13 IDR 77,845,900 2,167
2 CGK NON-MP JAE Apr-18 CGK/MK180531/JAE/ER 14-Mei-18 22-Mei-18 IDR 30,071,903 579
3 CGK NON-MP JAE Nov-18 CGK/MK181465/JAE/ER 03-Des-18 05-Des-18 IDR 37,216,368 386
4 CGK NON-MP JAE Jan-19 CGK/MK190174/JAE/ER 01-Feb-19 07-Feb-19 IDR 6,290,222 324
5 CGK NON-MP JAE Aug-19 CGK/0919/001313 02-Sep-19 05-Sep-19 IDR 4,120,200 116

PIUTANG KEPADA JAES 155,544,594

1 CGK NON-MP ACS Jul-19 CGK/0819/001191 26-Agu-19 26-Agu-19 IDR 665,577,000 125
2 CGK NON-MP ACS Agu-19 CGK/0919/001429 25-Sep-19 25-Sep-19 IDR 642,870,000 96

PIUTANG KEPADA ACS 1,308,447,000

1 CGK MPL J-GSH Nov '04 CGK01AM02-000016-JTY'05 Jan-05 Jan-05 IDR 330,012,875 5,382
2 CGK MPL J-GSH Dec '04 CGK01AM02-000017-JTY'05 Jan-05 Jan-05 IDR 211,894,250 5,381
3 CGK MPL J-GSH Jan '05 CGK01AM02-000004-JTY'05 Mar-05 Mar-05 IDR 137,410,625 5,320
4 CGK MPL J-GSH Feb '05 CGK01AM02-000005-JTY'05 Mar-05 Mar-05 IDR 170,167,500 5,319
5 CGK MPL J-GSH Feb '05 CGK01AM02-000006-JTY'05 Mar-05 Mar-05 IDR 6,750,000 5,319
6 CGK MPL J-GSH Mar-Apr'05 CGK01AM02-000008-JTY'05 Mei-05 Mei-05 IDR 162,824,500 5,268
7 CGK MPL J-GSH Mey-Jun'05 CGK01AM02-000012-JTY'05 Jul-05 Jul-05 IDR 63,683,252 5,199

PIUTANG KEPADA JTY 1,082,743,002

1 CGK NON MP CUI 16 SEPT - 15 OKT '15 CGK/SB160021/ANZ/LNG Jan-16 Jan-16 IDR 30,000,000 1,430
2 CGK NON MP CUI 16 AGST - 15 SEPT '15 CGK/SB160020/ANZ/LNG Jan-16 Jan-16 IDR 30,000,000 1,430
3 CGK NON MP CUI Des-15 CGK/SB160022/ANZ/LNG Jan-16 Jan-16 IDR 30,000,000 1,430
4 CGK NON MP CUI Jan-16 CGK/SB160023/ANZ/LNG Jan-16 Jan-16 IDR 30,000,000 1,430
5 CGK NON MP CUI Feb-16 CGK/SB160101/ANZ/LNG Feb-17 Feb-17 IDR 30,000,000 1,036
6 CGK NON MP CUI Mar-16 CGK/SB160166/ANZ/LNG Mar-16 Mar-16 IDR 30,000,000 1,367

PIUTANG KEPADA ANZ 179,999,998

1 CGK NON MP RS Agu-18 CGK/MK181492/RH/VIP 17-Des 17-Des IDR 32,261,133 374


2 CGK NON MP RS Nov-17 CGK/MK190050/RH/VIP 07-Jan 07-Jan IDR 10,884,000 354
3 CGK NON MP RS Nov-18 CGK/MK190040/RH/VIP 07-Jan 07-Jan IDR 53,066,673 354
4 CGK NON MP RS Jun-19 CGK/0819/001150 07-Agu 07-Agu IDR 41,374,363 144

PIUTANG KEPADA RH 137,586,170

1 CGK NON MP PM SEPT-DES '18 CGK/0619/000893 24-Jun 24-Jun IDR 4,909,091 187
2 CGK NON MP PM JAN-MAR '19 CGK/0619/000894 24-Jun 24-Jun IDR 2,817,818 187

PIUTANG KEPADA PANCA 7,726,910

1 CGK MPA EA 21 JULI '18 CGK/MK181125/ET/OTH 11-Okt-18 11-Okt-18 IDR 3,500,000 440
2 CGK MPA EA JULI-OKT '18 CGK/MK181403/ET/GSS 03-Des-18 03-Des-18 IDR 31,649,750 388
3 CGK MPA EA NOV-DES '18 CGK/0319/000449/ET 25-Mar-19 25-Mar-19 IDR 63,463,500 276
4 CGK MPA EA 19-21 APR '19 CGK/0619/000865/ET 19-Jun-19 24-Jun-19 IDR 19,866,697 187
5 CGK MPA EA JAN-MAR '19 CGK/0719/001073/ET/GSS 29-Jul-19 29-Jul-19 IDR 28,050,300 152
6 CGK MPA EA Jul-19 CGK/0819/001108/ET 01-Agu-19 07-Agu-19 IDR 184,376,661 144
7 CGK MPA EA Agu-19 CGK/0919/001311/ET 02-Sep-19 11-Sep-19 IDR 160,374,207 110
8 CGK MPA EA Mei-19 CGK/0919/001233/ET/GSS 09-Sep-19 09-Sep-19 IDR 3,888,000 112
9 CGK MPA EA MEI-JUNI '19 CGK/0919/001410/ET/LOUNGE 17-Sep-19 17-Sep-19 IDR 29,727,000 104

PIUTANG KEPADA ET 524,896,115


1 CGK MPA UZ 05 Mei ' 19 CGK/0719/000980/HY 16-Jul-19 16-Jul-19 IDR 555,000 165
2 CGK MPA UZ 30 APR '19 CGK/0719/000978/HY 16-Jul-19 16-Jul-19 IDR 1,892,883 165
3 CGK MPA UZ 24 mei '19 CGK/0819/001172/HY 08-Agu-19 08-Agu-19 IDR 3,330,000 143

PIUTANG KEPADA HY 5,777,883

1 CGK MPL AM Des-17 CGK/MK180081/MV/REG 16-Jan-18 27-Jan-18 IDR 37,731,960 694


2 CGK MPL AM Des-17 CGK/MK180082/MV/ER 16-Jan-18 27-Jan-18 IDR 31,580,010 694
3 CGK MPL AM Jan-18 CGK/MK180209/MV/REG 14-Feb-18 20-Feb-18 IDR 67,378,500 671
4 CGK MPL AM Jan-18 CGK/MK180210/MV/ER 14-Feb-18 20-Feb-18 IDR 29,060,640 671
5 CGK MPL AM Feb-18 CGK/MK180293/MV/REG 12-Mar-18 14-Mar-18 IDR 56,597,940 647
6 CGK MPL AM Feb-18 CGK/MK180294/MV/ER 12-Mar-18 19-Mar-18 IDR 35,446,950 642
7 CGK MPL AM Mar-18 CGK/MK180385/MV/REG 10-Apr-18 16-Apr-18 IDR 76,811,490 615
8 CGK MPL AM Mar-18 CGK/MK180386/MV/ER 10-Apr-18 16-Apr-18 IDR 53,844,210 615
9 CGK MPL AM Apr-18 CGK/MK180538/MV/REG 17-Mei-18 22-Mei-18 IDR 48,512,520 579
10 CGK MPL AM Apr-18 CGK/MK180539/MV/ER 17-Mei-18 22-Mei-18 IDR 21,678,300 579

PIUTANG KEPADA MV 458,642,520

TOTAL PIUTANG IDR 35,926,545,231

Dibuatkan oleh, Disetujui Oleh,


AR Officer Manager Keuangan

Heni Nurbaeni Zulfikar


彊擢


D乙で種⇒細dd<臼竃細田案言つ王室箪事案乙〇〇〇台皿で曽n亀田Se鐘d


●"●置 高 さ ’護 ∽ ¥
勺S<曽DNくく笛皿きくD案d<亀でd

館 長 雷‡ ぎ〇 年 靖∴拒阜掴一弾 三三三三三譲二 評 昌豊
S易S賀易くN<讐七輪。萎国書

●●〇〇〇 ▼〇〇〇〇 . 彊
’昌 葛 へ の 寸 い

●書 8 巨漢 三㌔…∴=言 辞轟 ●義士 竜 寸l′) こ雪 「さ さ 1く 白 墨 翠 室 呂


一宮蓋竜三吾重で罵身重軍

七 露
.細

ヽ 漢書

二三三三≡ .百 十〇 昌 雪 〇〇〇〇 ° も ∽ 葺
e

竜馬七〇七
○○
も 山 虫 を

旺∴雷電‡∴母 語三吉三三≡ 講書 垂 e 曇昌 〇〇°" さ び

定 ,占 d 七 〇 q十 〇寄
¥幸二

ヽ ヽ

三三三三三三三三言三 三言言≡三 1i〃〇〇〇 轟


馬 」⊃ o ・ち ① 馬

>ヽ 葺 ●尋 も くわ 竜 .望 鵡 着 ミ⊇ ヽ● ●ヽ 重 き 重 白 鍵・ i雪 粛 1さ〇〇°" 富国 亀で ∽ 喜望 響く eO 員 曇昌 幸・ゴ ●〇〇〇 時 害鳥 〇〇 竜 、〇〇〇〇 葦 も “さ 竃 ●〇°○○ も

喜電重彊 三三三三三三三三三三

馬 七∴〇・も くD 占
冒王国

羅 曜羅雷 ●●i○1 掴
ー占 〇 〇七 〇 馬

詰理 詰轟 三三三言 ●〇〇〇〇l●〇〇〇i 竃 .。串 .重さ 襲


馬 。占 〇 〇〇∴∴∴① 由
ヽ ヽ

言霊三 轟轟 蔦’ ̄ 薫 麦 も 重 き 十°) 焉書 軸繭量 据置,--・


。占 〇 七

三三三∴…∴ 三三三三三三三三三三三 〇 善 書 .姦冨肝言 合 轟 も 占

馬 。〇 〇 ・も
■ ■漢 しo

① 重量 ll 霊講

竃 竜 馬 も くの ぶ ●雷 電 .蜜 ●喜 “罵 言.雪 奮 善書

ぜ 由
、〇一、土、

雪雲 靖 措 容 轟

i 重 富"1 ・昌 雪 盲 畠 竜 ●ぎ ゼ 善 書 」⊃ 蛍 雪 忘 ●〇〇〇°- e 焉 〇〇〇〇 も eO 急 吉 富 嘗 二軍 罵 言 ●〃○○ 駕 重 く喪 主 昌 ○○讐 巷 eO 鼻 官 営 ●〇°■ 葦 烏 〇〇〇1 箪 eO 鼻 富 ●●●■ 善 言 嘗 害 毒 雷 電 ヽl〇〇〇〇 寓 ◆l“" ●●○○1 嘗 雷 鳥 尋 善 書 〇一。1 くD 昌 苫 ○○.● 等 を 葦 豊 富 罵 くわ 首 邑 上4 重 き ノーヽ 怠 尊 く主 ) 重 富 も 駕 >ヽ 邑 昏 q) ∽ 烏 ( 竃 .空 電

」雷
¥→土、、

岳雪空董


●○○I eさ さ 藷 ゝ

愛 妻 託 宣書 き1 轟 幽 ●邑 竃喜 鼠 ●室竜 三… ∴ ̄ 細 島 Oさ さ 1く 〇〇〇〇 掃 .董 登 雪 国 ●● 喜喜

卓 壱 葛 剛

●〇〇 〇〇 睾 二三子譲二二 重 ‡ 善 言 ●〇〇〇 〇°〇° 高 富 評 講 評


-高富〇〇盲細-弓さく庵富e}半鐘 .録

七 蜜
l

三三三三三∴ 三塁三三三三三塁三三三 ’毒
馬 。占 ○

馬 -占 〇 ・も ①
l

畢尋 三三 三三 .望 l
〇 〇〇

〃占
、へしへ、、

冨 講書害毒 蔓葦 轟 輔 弼 魯

講書●○董l む

講 壇 ●".○ 串 講

J 占
国産重き

出講

・●一
Z

壬 くさ 七 〇

詰輔暗黒轟き
高 士 o

講評

呈.董 欝


◆○○ 粛 事 務 ∽ ヽ ¥

館 長 弱 暮 三三三三三

轟 〈薄
亀の
自愛日頃寓言誉雷でさく毒pOS〇十〇.C

eの

.箪 患
亡∴∴○○
e
○○


●○ ○ 8 細 富里 ’邑 〇〇〇1
‡嘗
毒 舌
○○ (D ①

毒霊零墨
〇〇〇〇 N
雪国星

¥ ヽ

.雪 ぎ 尋持主∴∴∴掌

寸葛
」⊃ ,」を

謹∴主∴彊 三三言三三三 ’己 =,i●i=


串葺 き 三三≡幸三三 宮

竜 (D 喜 ∽ 雷 邑 章二 壁 書 葺 も ’盲 ∽ 曾 毒 害 雪 景 ∽ 肯 くき .掌 善 意 〇°-1 〇°車 〇 °

・叢 書 雲 (定 雪 ぎ .邑 蔓 鴫 窒 喜 ’冒 昌 o ) 尋 吾 貢 ぎ ’邑 。e 焉 至

ぐ√)

ヽ ¥ ¥

三三三三三 」∩ t-I

ー牽 く⊃ 茎 寺‡‡ く/〕 轟 竜 宮 七 、〇
評語 繭轟 寸 結 晶二… l′1
国王重き

息竜串 轟鵠

馬 上 〇 七 の

“霊 室 息 も ●家 宣 冨 書 く〇° 等 くわ 邑 与」 ●畠 登 葺 竃 U 蔦 」⊃ 千●〇〇〇 鷲 重 富 喜 重 富 ●壷。 くD 竜 の も ∽ も ’雷 電 雷 も 臼の 急 ◆●i〃○ 鷲 重 電 喜 曇 重 さ (D 毒 ’蔦 も 嘗 .重 電 富 喜雷 竜 宮 ヽ○○′ 暴 くI〕 雲量 ●●l○○ ●〃○○"1 .嘗 葦 ●"一〇 墨 喜 ① くl〕 ぢ ∽ 癖 ,,讐 ’書 くさ 琶 専 蓄 e ●意 i"〇°■ l〇〇〇li■

く⊃ ・も 0 省 ト ○ ○
国産重き

鷲嘗冨 =雪 盲 講彊
董 ●己


∴三三∴三三三三 組端 三三三三三三 諜轟 〇〇〇〇( 忠幸 轟‡ ∞ 轟豊富 鵠喜

Cト
てへへ」、、-_

尊電
せ∴寓
∞ 歯 ●●○○

葺喜
浅 竜蔓
○○
鳶息 謹呈 ●●“1 謹言

も ① 邑∴馬N浅。」重
講書も さ “馬 で ♀ 烏 寒 ∽ 茎 呈∴重電竜 轟 曇竃 く定 理 三∴三

e 葛〇〇〇 ぐヾ
○○"" ▼○○1 ▼〇・一〇
、二十¥、

’掴 ∽轟 電昆 ∴三三 呈班 ∴㍉…≡∴三三塁三 結晶 抽繭量 < ¥>

臼∴き t 置 1 . ・

.含 蓄 阜 墓 室 息 eO 員

雪 ぎ

言 .雪 さ “毒 ∽ 馬 ∽ ○○讐 “雪 邑 ぢ
専 ’室 ∽ (D くわ し■ 茎 eの 員 ●〇〇〇 竃 尊 ∽ 、亮 ’覇 昌 も 畠 ●邑
∽ ゼ .上を 墨

〔さ
’尋)
◆●"l 畢 毒

ぐで〉
〇〇°1
・享W、・跨、若妻孟二毒昌一
}-申っやでPさを叫べgき雪
〇㌦QN 宮○○を0砂山一種、寧な

吾 ヽ〇〇〇 .雷 電 尋 昆 喜 寿 ●ロ ゼ 邑 ふ ’覇 菖 室 も 星 百 害 主 ●〇〇〇l 邑 長 .吉 富 ∽ (D 」⊃ 蔓 ( くD 七 雪 ぎ

●●l"I 昌 〇〇〇 も 豊 ;ここ ’覇 ’童 も 毒 手 " 富 喜 〇 ° 電 ’毒 害


HASIL WAWANCARA DENGAN AUDITOR INTERNAL TERHADAP

PROSEDUR AUDIT INTERNAL ATAS PIUTANG

PADA PT GAPURA ANGKASA

Narasumber : Bapak Irman Pramadi, SE., M.Si

Posisi : Senior Manager Admin & Finance Audit

A. Tahapan Audit Internal

1. Bagaimana cara auditor internal menetukan auditee?

Jawab:

“Kita kan sebenarnya sudah punya Program Kerja Pemeriksaan Tahunan


(PKPT), nah, jadwal audit regular diatur disitu, disetujui oleh VP Audit Internal
pada saat Rapat Kerja Tahunan. Cara menyusunnya itu yang kita lihat dari
banyak faktor, seperti ada nggak temuan yang material di audit sebelumnya
yang perlu kita lihat kembali bagaimana tindak lanjutnya, apakah sudah
diperbaiki sistemnya sesuai dengan rekomendasi tahun lalu atau belum.”
“Manajemen juga bisa meminta special audit untuk unit atau bagian
perusahaan tertentu yang manajemen anggap perlu perhatian khusus, contohnya
beban unit tertentu terlalu besar, pendapatan meningkat drastis, disitu
berpotensi ada salah saji, permintaan manajemen diprioritaskan karena pasti
juga tuntutan dari BoD. Peraturan yang baru diberlakukan juga biasanya
diperiksa secara berkala, apakah ada potensi risiko yang mungkin terjadi setelah
diberlakukannya peraturan tersebut.”

2. Apa saja yang perencanaan yang dilakukan oleh auditor internal sebelum

memulai proses audit?

Jawab:

“Kita buat Audit Program, didalamnya tercantum ruang lingkup


pemeriksaannya di bagian apa dan prosedur yang mana, ada jangka waktu
pemeriksaan juga, terus jumlah auditor yang bertugas ada berapa, Ketua Tim
Audit-nya siapa biasanya disebut penyelia, terus dalam audit ini apa saja data
yang diminta itu ada semua di audit program, setelah itu kita siapkan form audit
report untuk nanti disampaikan ke manajemen, kalau sudah lengkap
ditandatangani Direktur Utama. Setelah itu baru kita sampaikan ke auditee
dalam bentuk Audit Program ini.”

3. Apakah auditor internal juga melakukan survey pendahuluan? Jika ya,

bagaimana prosesnya?

Jawab:

“Iya, kita lakukan juga survey pendahuluan. Biasanya bersamaan dengan


hari kita menyampaikan audit program itu sih, dilakukan di entry meeting
namanya. Dalam meeting itu kita survey lapangan meliputi kegiatan
dokumentasi dan observasi, lalu kita telaah dokumennya contohnya dengan
vouching, atau konfirmasi dan wawancara kalau perlu, kita juga minta surat
pernyataan tertulis dari auditee tentang hal-hal yang berkaitan dengan lingkup
audit, tapi ini jarang sih, mbak, kalau diperlukan aja, contohnya kalau ada
kesepakatan diluar kontrak dengan customer dan lain-lain. Kemudian data yang
sudah kita kumpulkan itu, dianalisa sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dari
Undang-Undang dan Peraturan Perusahaan.”

4. Bagaimana prosedur deskripsi pengendalian internal, analisis dan evaluasi yang

dilakukan Auditor Internal?

Jawab:

“Deskripsinya kita ambil dari ketentuan dan peraturan yang berlaku aja,
yang mendukung pengendalian internal dalam proses bisnis perusahaan. Lalu
kita telusuri dokumennya, sudah sesuai nggak sama peraturannya? Sudah
lengkap atau nggak? Kalau kita temukan ada yang nggak sesuai, kita ambil
sebagai sampel, kita pilih biasanya berdasarkan materialitasnya, atau yang
kejadiannya berulang, ini ada di aturan manajemen resiko, nanti saya kasih
datanya ya. Nah, atas sampel ini kita adakan pengujian dengan metode
vouching dan lain-lain. Kita cek juga, peraturan yang digunakan ini sudah
sesuai nggak sama kondisi terkini perusahaan, contohnya kalau ada peraturan
yang sudah susah buat diterapkan contohnya berkas-berkas dibuat manual itu
kan sudah jarang tuh, mbak, karena semuanya sekarang paperless, biar itu nanti
jadi bahan masukan ke manajemen untuk memperbarui peraturan.
5. Apakah auditor internal melakukan pengujian tambahan/perluasan pengujian?

Jawab:

“Perluasan pengujian itu kayak apa ya? Hmm, pemeriksaan detail gitu
ya? Kita lakukan pemeriksaan detail atas proses bisnis perusahaan, kita uji juga
keabsahan dokumennya berdasarkan peraturan yang berlaku, terus kita lihat
pengendalian internalnya gimana, terus kita evaluasi dan dilihat efektifitasnya
supaya tidak menghambat kegiatan operasional perusahaan. Ya, seperti proses
audit pada umumnya lah, mbak.”

6. Bagaimana proses identifikasi temuan dan bagaimana menentukan

rekomendasi?

Jawab:

“Untuk proses identifikasi temuan kita lakukan sesuai prosedur


pemeriksaan yang tadi ya, misalnya, saya ambil contoh aja yang paling umum
terjadi ya, Cengkareng kenapa accrued revenue-nya banyak banget? Ternyata
setelah kita melakukan pemeriksaan sesuai dengan proses yang tadi saya
sebutin, ternyata masalahnya ada di kontraknya belum terbit sehingga tidak ada
dasar bagi treasury dan accounting untuk menerbitkan invoice untuk menagih
layanan yang telah diberikan. Jadi temuan kan ini, kita susun di laporan audit
yang isinya ya itu tadi, temuannya apa, kondisi di lapangan bagaimana, kriteria
sebenarnya seperti apa, sebab terjadinya kenapa, dan akibatnya apa, dari situ
kita berikan rekomendasi dan kita diskusikan dengan auditee dulu atas temuan
ini tanggapannya auditee apa, kita tuangkan juga di laporan audit.
Rekomendasinya ya disesuaikan dengan temuannya, biasanya kita kembalikan
ke peraturan yang berlaku karena kan sudah dirancang sedemikian rupa hingga
dapat mengoptimalkan kegiatan perusahaan.”

7. Bagaimana proses pelaporan hasil audit internal?

Jawab:

“Pelaporannya kita buat dalam laporan audit, di Gapura disebutnya


Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP), dibuat secara singkat dan mudah dipahami
oleh Direktur Utama sebagai pengguna laporan atau pembaca. Ya, ini bertujuan
agar maksud dan tujuan auditnya sesuai dengan kondisi dan fakta yang terjadi
di lapangan dan rekomendasi yang kami berikan juga bisa dipertimbangkan
oleh BoD.”
8. Bagaimana bentuk follow-up yang dilakukan oleh auditor internal atas tindak

lanjut manajemen?

Jawab:

“Tindak lanjutnya dilakukan oleh auditee dalam jangka waktu tertentu


yang ditetapkan Direktur, lalu dituangkan dalam Berita Acara Tindak Lanjut
yang kami monitor pelaksanaannya. Tapi kalau contoh kasusnya seperti yang
tadi saya sampaikan, masalahnya ada di kontrak tapi kan yang
bertanggungjawab atas kontrak adalah legal, jadi findings-nya bukan di finance
& accounting unit lagi, tapi dilimpahkan ke pusat karena legal tanggung jawab
pusat. Jadi yang harus menindaklanjuti sudah bukan unit tempat temuan tadi,
tapi sudah dilimpahkan ke pusat penindaklanjutannya.”

9. Bentuk evaluasi seperti apa yang dilakukan auditor internal atas audit yang

telah selesai dilaksanakan?

Jawab:

“Dalam Rapat Kerja Tahunan Internal Audit biasanya kita lakukan


briefing dan debriefing untuk evaluasi pelaksanaan audit terutama yang bersifat
pendekatan atau approach ke auditee, untuk memudahkan pendalaman
informasi dan dokumen dari auditee.”

B. Kriteria Auditor Internal

1. Bagaimana status organisasi auditor internal di PT Gapura Angkasa?

Jawab:

“Secara struktur dan kedudukan, Internal Auditor terpisah dari unit


usaha lain, kami bekerja langsung dibawah Direktur Utama sebagai
perpanjangan tangan beliau sehingga punya keleluasaan untuk menyelesaikan
tanggung jawab pemeriksaan. Bisa dilihat nanti di Struktur Organisasi
Gapura, ini juga ada di Audit Charter atau Piagam Audit.”
2. Apakah ada kualifikasi tertentu yang ditetapkan untuk menjadi auditor

internal di PT Gapura Angkasa?

Jawab:

“Kalau kualifikasi banyak sih, mbak. Ada di Audit Charter juga ini,
tapi umumnya sih ya harus berintegritas ya, profesional, independen, jujur,
dan objektif, ya basic audit lah. Internal auditor juga harus punya pengetahuan
dan pengalaman teknis audit dan disiplin ilmu lain yang relevan contohnya
accounting, manajemen, teknik, hukum dan IT. Auditor internalnya juga
direkrut dari unit kerja dari cabang maupun pusat, jadi sudah pasti memahami
proses bisnis yang dilakukan di unit kerja. Nah, tapi kan peraturan diperbarui
terus tuh, jadi harus diupdate juga pengetahuan Internal Auditnya biar nggak
ketinggalan, kita ikutkan pelatihan eksternal seperti SAP, Amtiss, Budget,
Tax, HRD, Legal dll.”
“Auditor internal juga harus punya kemampuan berkomunikasi yang
baik lisan atau tertulis, harus bisa menjaga rahasia perusahaan juga, harus
paham GCG dan manajemen risiko, terus bersedia untuk terus ditingkatkan
pengetahuannya dengan mengikuti diklat wajib, biasa disebut mandatory
diklat yang diselenggarakan perusahaan, isinya macam-macam mulai dari
dasar audit, operasional audit, psikologi audit, komunikasi audit, fraud,
Penulisan LHP, dan sertifikasi Audit Internal.”

3. Bagaiman ruang lingkup auditor internal dalam kegiatan perusahaan PT

Gapura Angkasa?

Jawab:

“Ruang lingkup auditor internal mulai dari pemeriksaan, evaluasi dan


review keuangan dan kinerja operasional perusahaan, terus pemeriksaan GCG
atau tata kelola perusahaan, manajemen risiko juga masuk ruang lingkup kita.
Selain itu, laporan atau aduan dari karyawan atau pihak ketiga atas dugaan
penyimpangan atau fraud juga masuk lingkup kerja kami, evaluasi kebijakan
manajemen, dll. Intinya sih, ruang lingkup auditor internal mencakup segala
sesuatu tentang pengujian dan evaluasi terhadap kecukupan dan keefektifan
pengendalian internal yang dilakukan perusahaan dan kualitas pelaksanaan
tanggung jawab yang diberikan dan disampaikan dalam bentuk temuan
beserta rekomendasinya ke BoD untuk membantu pengambilan keputusan.”
4. Bagaimana manajemen internal audit mengelola bagian internal audit?

Jawab:

“Pengelolaan unit dilakukan oleh Head of Internal Audit,


manajemennya ya itu tadi memastikan auditor membuat audit program yang
ditandatangani oleh Direktur Utama, lalu dalam setiap audit menentukan jangka
waktu dan SDM yang melakukan audit, dan memastikan pelaksanaannya sesuai
dengan Audit Charter.”

C. Prosedur Audit Piutang Usaha

1. Bagaimana prosedur audit piutang usaha yang dilakukan di PT Gapura

Angkasa?

Jawab:

“Biasanya kita mulai dengan melakukan monitoring kontrak kerjanya


dulu, untuk ngecek apakah semua klausul-klausul dalam kontraknya sudah
dijalankan atau tidak, dari sini kita bisa lihat apakah ada yang under service
atau over service karena itu akan berpengaruh ke proses penagihan
piutangnya.”
“Setelah itu kita minta top schedule dan supporting schedule isinya
memuat nama akun, kode akun, deskripsi akun, tujuan pemeriksaan, prosedur
penerbitan piutang, periode pelayanan, besaran nominal, customer-nya siapa,
aging piutang, dan kertas kerja pendukung audit.”
“Setelah itu kita juga minta data aging piutang yang isinya customernya
siapa, periode pelayanannya kapan, periode penagihannya kapan, nominalnya
berapa, umurnya sudah berapa lama lalu ditentukan kategorinya lancar, tidak
lancar atau macet.”
“Terus kita cross check daftar piutang dari treasury apakah sudah sesuai
dengan subledger-nya di neraca apa tidak, kita cross check juga sama hasil
konfirmasi yang dikirimin sama unit apa sudah sesuai dengan daftar piutang
yang dikirimkan ke customer. Cara ngecek konfirmasi piutangnya kita ambil
sampel, berdasarkan kategori (lancar/tidak lancar/macet). Iya, kita jarang
mengirimkan konfirmasi piutang dengan customer yang lancar. Konfirmasi
piutang dikirimkan untuk customer coll-3 ke atas saja, lebih dari 60 hari sesuai
peraturan yang berlaku. Tapi, umumnya selalu ada komunikasi antara unit dan
customer, jadi kita lihat juga hasil komunikasinya seperti apa.”
“Selanjutnya ada konfirmasi positif dan negatif sesuai kebutuhan, dalam
LHP nanti ini yang dijadikan referensi jadi nanti dicantumkan nomor dan surat
konfirmasi piutangnya, kalau saldonya beda dari konfirmasi customer bari kita
konfirmasikan kembali ke unit, lalu summarynya dituangkan dalam kertas kerja
audit.”
“Kalau sudah selesai konfirmasinya, kita lanjut ke sampling buku
kas/bank untuk collecting/pelunasan piutang sesuai tanggal neraca. Lalu dicek
dasar besaran allowance for bad debts-nya berdasarkan PSAK. Dalam proses
ini, auditor harus yakin dalam cut-off yang dibukukan terlebih dahulu dalam
accrued revenue sebelum diterbitkan invoice sesuai periode pelayanan. Auditor
juga harus meyakini dalam penyajian piutangnya telah sesuai dengan peraturan
perusahaan dan PSAK.”

2. Apakah Auditor Internal tidak menjalankan pemeriksaan terhadap piutang yang

dijaminkan?

Jawab:

“Nggak ada, mbak. Gapura nggak mengatur itu dalam peraturan perusahaan,
nggak diterapkan. Pertimbangannya karena ini risikonya tinggi, menjaminkan
piutang itu jarang sekali kasusnya untuk di-acc oleh Bank. Prosesnya juga
sangat lama dan panjang karena harus ada penilaian dulu dari Bank, jadi
Gapura sejauh ini belum ada prosedur menjaminkan piutang ke Bank.”

3. Apakah Auditor Internal melakukan pemeriksaan atas saldo wajar piutang? Jika

ya, bagaimana prosesnya?

Jawab:

“Iya, tentu dilakukan. Kita lihat berdasarkan beberapa kriteria diantaranya


apakah ada kejadian diluar bisnis seperti event kenegaraan contohnya
Konferensi Asia Afrika, Asean Games, Paralympic, dll., ini kan tentu saja
birokrasinya berbelit-belit dan pelunasannya juga lama. Selain itu kita cek apa
ada salah saji dalam neraca, biasanya sih terjadi karena selisih kurs atau
kesalahan entry kurs. Kita juga cek ada nggak piutang yang sudah lebih dari
satu tahun dari masa pelayanan dan penagihan, ini kan tidak wajar, kembali lagi
ke proses yang tadi kita cek hasil konfirmasi piutangnya, terus kontrak untuk
perkerjaannya lengkap nggak. Ini juga sering mempengaruhi piutang nih,
pesawat tidak berjadwal atau unscheduled flight contohnya emergency landing,
ini kan mau tidak mau kita harus layani, karena sifatnya unscheduled tentu saja
kita nggak punya kontraknya kan apalagi yang berdomisili diluar Indonesia, ini
butuh perhatian khusus terkait nilai piutangnya, selain itu juga ada pelayanan
personal (non-corporate) contohnya artis yang punya private jet yang kita
layani dan nilainya material, kita cek kembali penyajiannya.”

Anda mungkin juga menyukai