Anda di halaman 1dari 64

PROPOSAL PENELITIAN

ANALISIS RASIO PROFITABILITAS, RENTABILITAS DAN Z – SCORE

SEBAGAI DASAR PENILAIAN KINERJA KEUANGAN PADA

PT GARUDA INDONESIA, TBK

OLEH
RISKA MAYA ROSMERI SUPRIN
NIM. B1C1 19 245

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Dengan segala kerendahan hati dan rasa puji syukur atas kehadirat Allah

SWT. yang telah memberikan limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan proposal penelitian ini dengan judul “Analisis Rasio

Profitabilitas, Rentabilitas dan Z-Score Sebagai Dasar Penilaian Kinerja

Keuangan PT. Garuda Indonesia, Tbk.”

Penyusunan proposal penelitian ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat

dalam memperoleh gelar Sarjana Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Halu Oleo. Penulis menyadari bahwa proposal penelitian ini

masih jauh dari sempurna karena keterbatasan yang penulis miliki dan

kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. semata.

Dengan selesainya proposal penelitian ini, penulis mengucapkan terima

kasih dan penghargaan yang tak terhingga kepada ibu tercinta Asrianti Azis dan

juga kepada bapak Suprin Markoni S. Sos yang selalu mendoakan, mendidik

dan membimbing serta selalu memberikan motivasi dan dukungan moral maupun

materil kepada penulis dengan tulus dan tanpa pamrih dalam menempuh

pendidikan. Serta Dr. Erwin Hadisantoso, SE., M.Si., Ak., CA., ACPA selaku

pembimbing I dan Safaruddin, SE., M.SA., Ak., CA. selaku pembimbing II yang

dengan penuh kesabaran dan keikhlasan meluangkan waktu serta memberikan

iii
masukan, arahan maupun koreksi penulisan. Semoga bimbingan dan petunjuk

yang diberikan mendapat balasan yang sebaik-baiknya dari Allah SWT.

Pada kesempatan ini pula tidak lupa penulis menyampaikan ucapan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah tulus dan ikhlas

memberikan bantuan,dorongan,dan bimbingan kepada penulis, khususnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Muhammad Zamrun F, S.Si., M.Si., M.Sc selaku Rektor

Universitas Halu Oleo.

2. Bapak Prof. Dr. H. Arifuddin SE., M.Si., Ak., CA., ACPA., CTA selaku Dekan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Halu Oleo.

3. Bapak Dr. Husin, M.Si selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Halu Oleo.

4. Bapak Dr. Erwin Hadisantoso, SE., M.Si., Ak. CA selaku Sekretaris Jurusan

Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Halu Oleo.

5. Bapak Dr. Erwin Hadisantoso, SE., M.Si., Ak., CA., ACPA selaku Penasehat

Akademik.

6. Bapak Dr. H. Nasrullah Dali, SE., M.Si., Ak., CA., Bapak Prof. Dr. H. Arifuddin,

SE., M.Si., Ak., CA., ACPA., CTA dan Ibu Dr. Emillia Nurdin, SE., M.Si., Ak.,

CTT selaku dosen penguji, terima kasih atas saran dan bimbingan yang diberikan

dalam penyusunan skripsi ini.

7. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Halu Oleo yang telah memberikan banyak ilmu kepada penulis.

8. Seluruh Staf Administrasi Jurusan Akuntansi, Ibu Yunita Abas, SH., Ibu

Hasmiaty Muin, SE., dan, Ibu Karlina Dwiyanti, S.T., M.T. terima kasih telah

iv
banyak membantu penulis dalam tahap pengurusan administrasi selama masa

pendidikan.

9. Seluruh keluarga besar yang telah memberikan doa dan dukungannya.

10. Semua pihak yang sudah membantu dalam penyusunan proposal penelitian yang

tidak disebutkan satu persatu yang telah turut mendoakan, membantu tenaga dan

materi. Saya ucapkan terima kasih banyak.

Akhirnya, penulis berharap proposal penelitian ini dapat bermanfaat bagi

pengembangan ilmu pengetahuan khususnya bagi pribadi penulis. Semoga Allah

SWT, senantiasa memberikan hidayah, rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua.

Aamiin.Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Kendari, 2022

Penulis,

Riska Maya Rosmeri Suprin

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................iii

v
DAFTAR ISI..........................................................................................................vi

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................1


Tabel 1.1...............................................................................................................7
Posisi Keuangan PT. Garuda Indonesia, Tbk.......................................................7
Periode Tahun 2017-2020....................................................................................7
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................9
1.3 Tujuan Penelitian.....................................................................................10
1.4 Manfaat Penelitian...................................................................................10
1.5 Ruang Lingkup Penelitian.......................................................................11
BAB II...................................................................................................................12

2.1 Kajian Teori.............................................................................................12


2.1.1 Kinerja Keuangan.....................................................................................12
2.1.2 Laporan Keuangan....................................................................................14
2.1.3 Analisis Laporan Keuangan........................................................................21
2.1.4 Analisis Rasio Profitabilitas.......................................................................25
2.1.5 Rentabilitas.................................................................................................32
2.1.6 Z – Score....................................................................................................38
2.1.7 Penilaian Kinerja Keuangan Perusahaan....................................................42
2.2 Penelitian Terdahulu................................................................................45
Tabel 2.1.............................................................................................................45
Penelitian Terdahulu...........................................................................................45
2.3 Kerangka Pikir Penelitian........................................................................47
Skema 2.1...........................................................................................................48
Kerangka Pemikiran...........................................................................................48
BAB III..................................................................................................................49

3.1 Lokasi dan Objek Penelitian....................................................................49


3.2 Jenis dan Sumber Data............................................................................49
3.2.1 Jenis Data.................................................................................................49
3.2.2 Sumber Data.............................................................................................49

vi
3.3 Metode Pengumpulan Data.....................................................................49
3.4 Metode Analisis Data..............................................................................50
3.5 Definisi Operasional................................................................................53
Tabel 3.1.............................................................................................................53
Definisi Operasional...........................................................................................53
BAB V....................................................................................................................55

5.1 Kesimpulan.................................................................................................55
5.2 Saran.......................................................................................................56
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................58

LAMPIRAN

vii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada umumnya setiap perusahaan memiliki tujuan untuk memperoleh laba

atau keuntungan dari hasil produksinya baik berupa barang atau jasa yang memiliki

pengaruh terhadap keberlangsungan perusahaan. Laba yang dihasilkan perusahaan

digunakan untuk mengembangkan dan mempertahankan kelangsungan perusahaan

dan dapat dijadikan ukuran keberhasilan manajemen.

Perusahaan secara periodik selalu mengeluarkan laporan keuangan yang

dibuat oleh bagian akunting dan diberikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan,

misalnya pemerintah, kreditor, pemilik perusahaan dan pihak manajemen sendiri.

Selanjutnya, pihak-pihak tersebut akan melakukan analisis dengan melakukan

perhitungan lebih lanjut untuk mengetahui apakah perusahaan telah mencapai standar

kinerja yang dipersyaratkan atau belum. Maka dari itu analisis laporan keuangan

menggunakan rasio sangatlah penting bagi perusahaan.

Suatu usaha yang dijalankan terdapat persaingan dengan perusahaan lain,

perusahaan yang tidak mampu bersaing dapat mengalami kebangkrutan.

Kebangkrutan suatu perusahaan dapat dipengaruhi oleh faktor luar seperti bencana

alam dan kondisi perekonomian maupun faktor dalam seperti kurangnya tenaga

kerja, kurangnya kerja sama di dalam manajemen perusahaan.

Menurut Hery (2016:33) Kesulitan keuangan adalah suatu keadaan di mana

sebuah perusahaan mengalami kesulitan untuk memenuhi kewajibannya, keadaan di

1
2

mana pendapatan perusahaan tidak dapat menutupi total biaya dan mengalami

kerugian. Bagi kreditor, keadaan ini merupakan gejala awal kegagalan debitor.

Analisis kinerja keuangan perlu dilakukan dengan metode dan teknik analisis

yang tepat sehingga hasil yang diharapkan benar-benar tepat. Kesalahan dalam

memasukkan angka atau rumus dapat berakibat pada tidak akuratnya hasil yang akan

dicapai. Hasil perhitungan tersebut selanjutnya akan dianalisis kemudian

diinterpretasikan sehingga diketahui posisi keuangan yang sesungguhnya.

Analisis laporan keuangan sangat dibutuhkan untuk memahami informasi

laporan keuangan. Analisis laporan keuangan tersebut meliputi perhitungan dan

interpretasi rasio keuangan. Salah satu model yang digunakan untuk memprediksi

kebangkrutan pada suatu perusahaan adalah Model Altman Z-Score, di mana model

ini menggunakan beberapa rasio keuangan yang dianggap paling berkontribusi dalam

memprediksi kebangkrutan. Beberapa rasio keuangan lainnya juga digunakan untuk

mengetahui kinerja keuangan suatu perusahaan diantaranya yaitu rasio profitabilitas

dan rentabilitas.

Rasio profitabilitas menurut Munawir (2008 : 246) “rasio yang mengukur

efektifitas manajemen secara keseluruhan yang ditunjukan oleh besar kecilnya

keuntungan yang diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan dan investasi”.

Karena rasio profitabilitas tidak hanya mengukur laba tetapi membandingkan

keefektifan kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba dari modal perusahaan

seperti aset dan ekuitas. Jika perusahaan mampu menekan biaya akan berdampak
3

pada laba yang diperoleh, dan perlu diketahui bahwa investor selalu

mempertimbangkan laba ketika investasi disuatu perusahaan.

Rentabilitas adalah presentase yang dicapai suatu perusahaan yang

dinyatakan dalam presentase, setelah membandingkan antara hasil yang telah dicapai

dengan dasarnya modal yang digunakan. Semakin besar presentase atas

perbandingan tersebut semakin tinggi prestasi keuangan yang dicapai untuk

perusahaan tersebut, demikian pula sebaliknya. Dengan mengetahui rentabilitas yang

dicapai oleh suatu perusahaan hal ini akan memberi gambaran sejauh mana efisiensi

dan efektivitas yang dicapai perusahaan atas penggunaan dana tersebut.

Analisis kebangkrutan dilakukan untuk memperoleh peringatan awal

kebangkrutan (tanda-tanda bangkrut). Semakin awal tanda-tanda kebangkrutan

tersebut diketahui, semakin baik bagi pihak manajemen karena pihak manajemen

bisa melakukan perbaikan agar kebangkrutan tersebut tidak terjadi dan perusahaan

dapat mengantisipasi atau membuat strategi untuk menghadapi jika kebangkrutan

benar-benar menimpa perusahaan.

PT. Garuda Indonesia, Tbk merupakan sebuah BUMN maskapai penerbangan

Indonesia yang berkonsep sebagai full service airline (maskapai dengan pelayanan

penuh). PT. Garuda Indonesia, Tbk adalah maskapai pertama dan terbesar di

Indonesia, dengan pendekatan berorientasi “melayani”, PT. Garuda Indonesia

bertujuan menjadi penyedia layanan terdepan bagi wisatawan di negara ini sekaligus

menyediakan layanan pengiriman barang melalui udara.


4

Menurut Medcom.id, beberapa poin kegagalan maskapai pelat merah itu

antara lain perubahan sistem penjadwalan kru yang diimplementasikan pada

November 2017 lalu justru menyebabkan sejumlah pembatalan dan penundaan

penerbangan. Selanjutnya, pendapatan usaha penjualan tiket penumpang tidak

mampu mengimbangi beban usaha. Tercatat penurunan rata-rata harga jual tiket

penumpang dari 6,93 sen dolar AS pada 2016 menjadi sebesar 6,71 sen dolar AS di

2017. Lalu saham Garuda Indonesia dengan kode GIAA terus merosot dari harga

IPO sebesar Rp750 per lembar saham pada 2011 lalu menjadi Rp292 per lembar

saham pada April 2018. Ketua Harian Serikat Karyawan Garuda (Sekarga) Tomy

Tampati menuding akar permasalahan mesorotnya kinerja Garuda Indonesia lantaran

jajaran direksi mengalami pembengkakan. Idealnya, direksi Garuda berjumlah enam

orang dengan posisi Direktur Utama, Direktur Operasi, Direktur Teknik, Direktur

Keuangan, Direktur Personalia, dan Direktur Niaga. Namun, jumlah direksi

membengkak dengan adanya penambahan jabatan Direktur Kargo serta Direktur

Marketing dan IT. Sebab itu, pihaknya mendesak perombakan jajaran direksi

termasuk penghapusan Direktur Kargo dan Direktur Marketing dan IT demi

kelangsungan Garuda Indonesia. Akan tetapi, perombakan direksi tidak bisa

dilakukan karena penunjukan direksi murni kewenangan pemegang saham dam

Kementrian BUMN.

Kejanggalan pada laporan keuangan PT Garuda Indonesia, Tbk

(GIAA) bermula dari perolehan laba bersih tahun 2018 yang diselamatkan dari satu

perjanjian kerja sama dengan dengan PT Mahata Aero Teknologi (MAT) bernilai

USD 239,94 juta. Jika tidak ada pencatatan perolehan pemasukan dari perjanjian
5

tersebut, perusahaan semestinya merugi karena total beban usaha yang dibukukan

perusahaan tahun lalu mencapai USD 4,58 miliar di mana USD 206,08 juta lebih

besar dibandingkan total pendapatan tahun 2018. Hal ini dipermasalahkan beberapa

pemegang saham dikarenakan, kompensasi atas kesepakatan berumur 15 tahun

tersebut, diakui seluruhnya pada laporan laba rugi tahun lalu dalam pos pendapatan

lain-lain. Dikarenakan belum ada kas yang masuk, maka pendapatan tersebut

dibukukan sebagai piutang usaha. Peraturan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 23

memang memperbolehkan pengakuan pendapatan meskipun pada transaksi tersebut

belum ada kas yang tercatat masuk (basis akrual).

Namun, pendapatan yang boleh diakui harus memenuhi beberapa persyaratan

diantaranya dapat diukur secara andal sesuai dengan ekspektasi manfaat ekonomi

yang akan didapat ke depannya. Dalam kata lain, perusahaan harus yakin bahwa

mitra kerja sama dapat memenuhi pelunasan pembayaran kompensasi. Hingga

kuartal I-2019 belum ada kas masuk yang dibayarkan oleh PT Mahata Aero

Teknologi. Hal tersebut dapat terlihat dari tidak ada penurunan nilai pada pos piutang

usaha yang terkait dengan kesepakatan tersebut. Dalam pos piutang lain-lain pada

laporan keuangan tahun lalu, terdapat piutang atas PT Mahata Aero Teknologi

sebesar USD 233,13 juta. Sedangkan piutang atas nama Sriwijaya tercatat USD 30.8

juta. Kemudian, pada pos yang sama di laporan interim kuartal I-2019, masih tercatat

nilai yang sama. Ini berarti, baik PT Mahata Aero Teknologi atau pun Sriwijaya

belum membayar hutang mereka ke Garuda Indonesia.

Menurut nasional.kontan.co.id, RUPSLB Garuda, komisaris maskapai ini

Chairal Tanjung dan Dony Oskaria menolak laporan keuangan Garuda tersebut.
6

Komisaris Garuda keberatan dengan pengakuan pendapatan Garuda Indonesia atas

transaksi Perjanjian Kerja Sama Penyediaan Layanan Konektivitas Dalam

Penerbangan, antara PT Mahata Aero Teknologi dengan PT Citilink Indonesia, anak

usaha Garuda. Manajemen Garuda Indonesia yang dipimpin Ari Askhara sudah

mengakui pendapatan dari Mahata sebesar US$239,94 juta.  Bursa Efek Indonesia

(BEI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), hingga

Kementerian Keuangan (Kemenkeu) turun tangan dalam laporan keuangan Garuda

ini. Kemenkeu kemudian menjatuhkan sanksi kepada Akuntan Publik (AP) Kasner

Sirumapea dan Kantor Akuntan Publik (KAP) Tanubrata, Sutanto, Fahmi, Bambang

& Rekan, sebagai auditor laporan keuangan Garuda Indonesia tahun 2018. Garuda

juga kena sanksi OJK dengan  denda Rp100 juta. Direksi Garuda yang tanda tangan

laporan keuangan Garuda Indonesia dikenakan masing-masing Rp100 juta. Secara

kolektif direksi dan Komisaris Garuda Indonesia minus yang tidak tanda tangan,

dikenakan kolektif Rp 100 juta. Garuda Indonesia juga diminta untuk menyajikan

lagi (restatement) laporan keuangan tahun buku 2018. Garuda juga kena sanksi BEI

berupa Peringatan Tertulis III dan denda sebesar Rp250 juta. Desember 2019, Dirut

Garuda Ari Askhara terlibat dugaan menyelundupan motor gede Harley dan sepeda

Brompton. irut Garuda itu dipaksa mengakhiri karirnya di Garuda oleh Menteri

BUMN Erick Thohir.

Menurut Indopremier.com, Memburuknya kinerja PT Garuda Indonesia, Tbk

dinilai karena ada unsur dugaan korupsi dalam pengadaan pesawat rute panjang,

Airbus A-350, yang sebenarnya hanya cocok untuk tujuan Amerika atau Eropa. Hal
7

itulah yang kemudian disebut-sebut membuat kinerja keuangan Garuda terpuruk

dengan jumlah utang yang semakin tinggi.

PT Garuda Indonesia, Tbk dapat diketahui kinerja keuangan yang dicapai

perusahaan selama empat tahun. Berikut merupakan laporan keuangan PT Garuda

Indonesia, Tbk periode tahun 2017-2020:

Tabel 1.1

Posisi Keuangan PT. Garuda Indonesia, Tbk.


Periode Tahun 2017-2020
Tahun Total Modal Sendiri Pendapatan Laba Rugi
Liabilitas (USD) (USD) (USD)
(USD)
2017 2.825.822.893 1.310.326.950 4.177.325.781 (213.389.678)

2018 3.437.474.497 1.310.326.950 4.330.441.061 (228.889.524)

2019 3.873.097.505 1.310.326.950 4.572.638.083 (44.567.515)

2020 12.733.004.654 1.310.326.950 1.492.331.099 (2.476.633.349)

Sumber : Laporan Keuangan PT. Garuda Indonesia Tahun 2017-2020. Data


diolah.

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa total hutang perusahaan

selama tiga tahun berturut turut mengalami peningkatan. Dapat dilihat juga pada

pendapatan yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Sedangkan pada laba

rugi ditahun 2017 dan 2018 mengalami penurunan dan pada tahun 2019 mengalami

peningkatan. Sedangkan pada tahun 2020, rugi yang dialami PT. Garuda Indonesia,

Tbk sangat meningkat.

Pada tahun 2017-2019 terjadi kenaikan total liabilitas dari USD

2.825.822.893 menjadi USD 3.437.474.497. Kenaikan yang terjadi disebabkan


8

karena peningkatan liabilitas jangka pendek, utang bank pada pihak berelasi, dan

utang usaha kepada PT Pertamina dan Perum LPPNPI.

Pada kolom pendapatan 2017 – 2019 menunjukkan adanya kenaikan dari

USD 4.177.325.781 menjadi USD 4.572.638.083. Faktor yang menyebabkan

kenaikan adalah peningkatan pendapatan penerbangan berjadwal dan pendapatan

lain-lain (Tahun 2019 mencapai USD 549.332.859, meningkat dibandingkan tahun

2018 yang mencapai USD 534.251.439. Peningkatan tersebut berasal dari

pertumbuhan jasa boga yang meningkat sebesar USD 13,30 juta dan jasa biro

perjalanan yang meningkat sebesar USD 10,56 juta.). Pendapatan usaha tahun 2019

mencapai USD 4.572.638.083, meningkat dibandingkan tahun 2018 yang mencapai

USD 4.330.441.061. Peningkatan tersebut berasal dari pertumbuhan penerbangan

berjadwal sebesar USD 244,08 juta. Akan tetapi, pada tahun 2020 pendapatan PT.

Garuda Indonesia mengalami penurunan yang drastis. Pendapatan pada tahun 2020

sebesar USD 1.492.331.099.

Pada kolom laba rugi menunjukan PT. Garuda Indonesia, Tbk pada tahun

2017 dan 2018 mengalami kerugian yang disebabkan karena biaya khusus dari

pembayaran amnesti pajak dan beban usaha yang lebih besar daripada pendapatan

usaha. Tercatat PT Garuda Indonesia, Tbk alami Laba tahun berjalan tahun 2019

mencapai USD 6.457.765, meningkat sebesar 102,82% dibandingkan tahun 2018

yang mengalami kerugian sebesar 228.889.524. Peningkatan tersebut berasal dari

pertumbuhan penumpang sebesar 5,60% atau USD182,69 juta dan pertumbuhan

kargo dan dokumen sebesar 23,12% atau USD6 1,39 juta. Peningkatan ini sejalan

dengan kenaikan yield penumpang dan kargo yang masing-masing meningkat sebesar
9

20,28% dan 47,72%. Hal ini menunjukkan bahwa strategi menaikkan harga pada

rute-rute domestik menyebabkan penurunan trafik namun dapat meningkatkan

pendapatan. Pertumbuhan negatif dari beban usaha juga berkontribusi pada kenaikan

laba tahun berjalan. Seiring dengan strategi penyesuaian kapasitas produksi yang

berdampak pada penurunan beban usaha turun sebesar 4,02%. Dan pada tahun 2020

PT. Garuda Indonesia, Tbk mengalami rugi sebesar USD 2.476.633.349 yang

merupakan kerugian tertinggi dibanding 3 tahun sebelumnya. Hal ini

mengindikasikan bahwa terjadi penurunan kinerja perusahaan yang jika dibiarkan

akan berdampak buruk bagi perusahaan, bahkan mungkin akan berakibat

kebangkrutan. PT. Garuda Indonesia, Tbk mengalami penurunan pendapatan,

profitabilitas dan pangsa pasar baik di pasar Internasional maupun domestik.

Besarnya beban usaha yang tidak sebanding lurus dengan jumlah pendapatan

usaha dapat mempengaruhi laba perusahaan. Dari perolehan laba tersebut dapat

diketahui kinerja keuangan suatu perusahaan. Oleh karena itu, peneliti tertarik

memilih judul dalam penelitian ini yaitu “Analisis Rasio Profitabilitas,

Rentabilitas dan Z – Score Sebagai Dasar Penilaian Kinerja Keuangan Pada PT

Garuda Indonesia, Tbk”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang ada, dapat ditarik rumusan masalah yaitu

bagaimana kinerja keuangan ditinjau dari rasio profitabilitas, rentabilitas dan Z-Score

pada PT. Garuda Indonesia, Tbk.


10

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, dapat disusun tujuan yaitu untuk mengetahui

dan menganalisis kinerja keuangan ditinjau dari rasio profitabilitas, rentabilitas dan

Z-Score pada PT. Garuda Indonesia, Tbk.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang didapatkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi peneliti, untuk menambah pengetahuan tentang penelitian mengenai kinerja

keuangan dan sebagai media belajar untuk memecahkan masalah mengenai

analisis rasio profitabilitas, rentabilitas dan analisis prediksi kebangkrutan

menggunakan metode Altman Z-Score sebagai dasar penilaian kinerja keuangan

pada PT. Garuda Indonesia, Tbk.

2. Bagi penelitian selanjutnya, diharapkan hasil penelitian mengenai kinerja

keuangan dapat menambah wawasan penelitian selanjutnya dan menjadikan

bahan referensi untuk penelitian yang akan datang pada bidang yang sama.

3. Bagi pihak perusahaan, dapat memberikan informasi bagi manajemen yang

digunakan sebagai landasan untuk mengambil keputusan agar dapat membuat

kebijakan saat mengevaluasi kinerja keuangan PT. Garuda Indonesia, Tbk.

4. Bagi investor, dapat membantu untuk memberikan pertimbangan bagi investor

dalam pengambilan keputusan dalam berinvestasi pada PT. Garuda Indonesia,

Tbk.
11

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penelitian ini penulis membatasi lingkup permasalahan hanya terbatas

pada analisis rasio profitabilitas, rentabilitas dan Z-score selama 4 tahun, yaitu pada

tahun 2017 sampai dengan tahun 2020.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Kinerja Keuangan

2.1.1.1 Definisi Kinerja Keuangan

Kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh

mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan

pelaksanaan keuangan secara baik dan benar.

Kinerja (performance) dalam kamus istilah akuntansi adalah kuantifikasi dari

keefektifan dalam pengoperasian bisnis selama periode tertentu. Kinerja perusahaan

secara umum merupakan gambaran prestasi yang dicapai oleh perusahaan dalam

operasionalnya. Kinerja keuangan perusahaan merupakan gambaran kondisi

keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu baik mencakup aspek

penghimpunan dana maupun penyaluran dananya. Kinerja menunjukkan sesuatu

yang berhubungan dengan kekuatan serta kelemahan suatu perusahaan.

Menurut Fahmi (2018:142) kinerja keuangan adalah suatu analisis yang

dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan

menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Kinerja

keuagan perusahaan yang baik adalah pelaksanaan aturan-aturan yang berlaku sudah

dilakukan secara baik dan benar.

Dalam menilai kinerja keuangan perusahaan tolak ukur ini tidak dapat

mengungkapkan penyebab dari keberhasilan perusahaan dan hanya melaporkan yang

12
13

terjadi di periode sebelumnya tanpa menunjukkan bagaimana manajer dapat

memperbaiki kinerja perusahaan pada periode selanjutnya. Penilaian ini bisa saja

sangat menyesatkan dikarenakan kemungkinan kinerja keuangan yang baik saat ini

diciptakan dengan mengorbankan kepentingan jangka panjang perusahaan.

Sebaliknya kinerja keuangan yang kurang baik saat ini terjadi karena perusahaan

melakukan investasi demi kepentingan jangka panjang. Selain itu pengukuran kinerja

yang hanya berfokus pada kinerja keuangan cenderung mengabaikan kinerja non

keuangan seperti kepuasan konsumen, produktivitas dan biaya efektif, peningkatan

kemampuan operasional, pengenalan jasa atau produk baru, keahlian karyawan,

integritas manajemen, jaringan pemasok, basis pelanggan, saluran distribusi dan

nama baik perusahaan yang merupakan aset tidak berwujud (intangible asset) yang

sangat berperan dalam menentukan kesuksesan perusahaan.

2.1.1.2 Tahap – Tahap Dalam Menganalisis Kinerja Keuangan

Penilaian kinerja setiap perusahaan berbeda-beda tergantung pada ruang

lingkup yang dijalankannya. Perusahaan yang bergerak pada sektor bisnis berbeda

dengan perusahaan pada sektor pertanian dan perikanan. Begitu juga pada

perusahaan sektor keuangan seperti perbankan memiliki ruang lingkup yang berbeda

dengan bisnis yang lainya. Karena perbankan adalah mediasi yang menghubungan

mereka yang memiliki kelebihan dana dengan yang memiliki kekurangan dana dan

bank bertugas untuk menjembatani keduanya.

Secara umum ada lima 5 tahap dalam menganalisis kinerja keuangan suatu

perusahaan yaitu:
14

a. Melakukan review terhadap data laporan keuangan.

b. Melakukan perhitungan.

c. Melakukan perbandingan terhadap hasil hitungan yang telah diperoleh.

d. Melakukan penafsiran (Interpretation) terhadap berbagai permasalahan yang

ditemukan.

e. Mencari dan memberikan pemecahan masalah (solution) terhadap berbagai

permasalahan yang ditemukan.

2.1.2 Laporan Keuangan

2.1.2.1 Pengertian Laporan keuangan

Laporan Keuangan merupakan hasil akhir dari proses pencatatan semua

transaksi keuangan yang dilakukan perusahaan dengan seluruh pihak terkait dengan

kegiatan usahanya dan peristiwa penting yang terjadi di perusahaan pada suatu

periode tertentu. Jika informasi laporan keuangan ini disajikan dengan benar,

informasi tersebut sangat berguna bagi siapa saja khususnya manajemen perusahaan

untuk mengambil sebuah keputusan.

Pengertian laporan keuangan menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2009:1)

ialah, laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan

keuangan yang lengkap biasanya meliputi Neraca, Laporan Laba-Rugi, Laporan

Perubahan Posisi Keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara, misalnya

sebagai Laporan Arus Kas atau Laporan Arus Dana), catatan dan laporan lain, serta

materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.


15

Laporan keuangan menurut Yadiati (2010:52), adalah informasi keuangan

yang disajikan dan disiapkan oleh manajemen dari suatu perusahaan kepada pihak

internal dan eksternal, yang berisi seluruh kegiatan bisnis dari satu kesatuan usaha

yang merupakan salah satu alat pertanggungjawaban dan komunikasi manajemen

kepada pihak-pihak yang membutuhkannya.

Menurut Hery (2012:3) laporan keuangan adalah hasil akhir dari proses

akuntansi yang berisi informasi keuangan perusahaan atau organisasi. Untuk dapat

menginterpretasikan angka-angka yang terkandung dalam laporan keuangan,

pemakai harus dapat membaca catatan laporan keuangan (notes to the financial

statements) dan memahami asumsi-asumsi yang dipakai dalam mencatat akun – akun

laporan keuangan.

Menurut Kasmir (2013:7), laporan keuangan adalah laporan yang

menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode

tertentu. Sedangkan menurut Harahap (2013:105), laporan keuangan

menggambarkan kondisi dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau

jangka waktu tertentu.

Berdasarkan pengertian dari para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa

laporan keuangan merupakan salah satu alat pertanggungjawaban dan komunikasi

manajemen. Neraca, Laporan Laba-Rugi, Laporan Perubahan Posisi Keuangan

merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Neraca mencerminkan nilai aktiva,

utang dan modal. Laporan Laba-Rugi mencerminkan hasil-hasil yang dicapai selama

suatu periode tertentu, biasanya meliputi periode satu tahun. Laporan Perubahan
16

Posisi Keuangan disajikan dalam berbagai cara, antara lain Laporan Arus Kas atau

Laporan Arus Dana, catatan dan laporan lain.

2.1.2.2 Tujuan Laporan Keuangan

Berdasarkan pendapat Ikatan Akuntansi Indonesia (2009:3), tujuan laporan

keuangan adalah sebagai berikut:

1) Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta

perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah

besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi.

2) Laporan keuangan disusun untuk memenuhi kebutuhan bersama oleh sebagian

besar penggunanya, yang secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari

kejadian masa lalu.

3) Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen atau

pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan

kepadanya agar dapat membuat keputusan ekonomi.

Tujuan umum laporan keuangan, antara lain :

1) Menyajikan informasi yang dapat diandalkan tentang kekayaan dan kewajiban

2) Menyajikan informasi yang dapat diandalkan tentang perubahan kekayaan bersih

perusahaan sebagai hasil dari kegiatan usaha.

3) Menyajikan informasi yang dapat diandalkan tentang perubahan kekayaan bersih

yang bukan berasal dari kegiatan usaha.

4) Menyajikan informasi yang dapt membantu para pemakai dalam menaksir

kemampuan peusahaan memperoleh laba.


17

5) Menyajikan informasi lain yang sesuai/relevan dengan keperluan untuk bank dan

kantor pajak.

Menurut Kasmir (2013:11), tujuan pembuatan atau penyusunan laporan

keuangan, yaitu :

1) Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta) yang dimiliki

perusahaan saat ini.

2) Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan modal yang

dimiliki perusahaan pada saat ini.

3) Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang diperoleh pada

suatu periode tertentu.

4) Memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya yang dikeluarkan

perusahaan dalam suatu periode tertentu.

5) Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi terhadap aktiva,

pasiva, dan modal perusahaan.

6) Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam suatu

periode.

7) Memberikan informasi tentang catatan-catatan atas laporan keuangan.

8) Informasi keuangan lainnya.

Dari pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan dengan adanya

laporan keuangan suatu perusahaan akan dapat diketahui kinerja manajemen dan

perubahan posisi keuangan perusahaan secara menyeluruh. Laporan keuangan bisa


18

menjadi informasi penting dalam mengambil sebuah keputusan bagi pihak pengambil

keputusan/manajemen perusahan.

2.1.2.3 Pemakai Laporan Keuangan

Menurut Harahap (2013:120) Laporan keuangan merupakan komoditi yang

bermanfaat dan dibutuhkan masyarakat, karena dapat memberikan informasi yang

dibutuhkan para pemakainya dalam dunia bisnis yang dapat menghasilkan

keuntungan. Dengan membaca laporan keuangan dengan tepat, seseorang dapat

melakukan tindakan ekonomi menyangkut lembaga perusahaan yang dilaporkan dan

diharapkan akan menghasilkan keuntungan baginya.

Pemakai laporan keuangan ini dapat digolongkan menjadi dua, pihak internal

perusahaan dan pihak eksternal perusahaan. Pihak internal di antaranya pemilik

perusahaan, karyawan, manajer dan lain sebagainya yang berhubungan langsung

dengan perusahaan. Sementara pihak eksternal di antaranya investor, masyarakat,

pemerintah dan lain sebagainya.

Para pemakai laporan keuangan beserta kegunaannya dapat dilihat dari

penjelasan berikut:

1) Pemegang Saham

2) Investor

3) Analis Pasar Modal

4) Manajer

5) Karyawan dan Serikat Pekerja

6) Instansi Pajak
19

7) Pemberi Dana (Kreditur)

8) Supplier

9) Pemerintah atau Lembaga Pengatur Resmi

10) Langganan atau Lembaga Konsumen

11) Lembaga Swadaya Masyarakat

12) Peneliti/ Akademisis/ Lembaga Peringkat

2.1.2.4 Macam-Macam Laporan Keuangan

Secara umum macam-macam laporan keuangan terdiri dari:

1) Neraca

Menurut Kasmir (2013:8), neraca merupakan laporan yang menunjukkan

jumlah aktiva (harta), kewajiban (utang), dan modal perusahaan (ekuitas) perusahaan

pada saat tertentu. Pembuatan neraca biasanya dibuat berdasarkan periode tertentu.

Dalam neraca disajikan berbagai informasi yang berkaitan dengan komponen yang

ada di neraca. Secara lengkap informasi yang disajikan dalam neraca meliputi :

a) Jenis-jenis aktiva atau harta (assets) yang dimiliki

b) Jumlah rupiah masing-masing jenis aktiva

c) Jenis-jenis kewajiban atau utang (liability)

d) Jumlah rupiah masing-masing jenis kewajiban

e) Jenis-jenis modal (equity)

f) Jumlah rupiah masing-masing jenis modal

2) Laporan laba rugi


20

Menurut Hery (2009:100), laporan laba rugi adalah laporan yang menyajikan

ukuran keberhasilan operasi perusahaan selama periode waktu tertentu. Lewat

laporan laba rugi, investor dapat mengetahui besarnya tingkat profitabilitas yang

dihasilkan investee. Lewat laporan laba rugi, kreditur juga dapat mempertimbangkan

kelayakan kredit debitur. Penetapan pajak yang nantinya akan disetorkan ke kas

negara, juga diperoleh berdasarkan jumlah laba bersih yang ditunjukkan lewat

laporan laba rugi. Ukuran laba menggambarkan kinerja manajemen dalam

menghasilkan profit untuk membayar bunga kreditur, deviden investor, dan pajak

pemerintah

3) Laporan perubahan modal

Menurut Kasmir (2013:9), laporan perubahan modal menggambarkan jumlah

modal yang dimiliki perusahaan saat ini. Kemudian, laporan ini juga menunjukkan

perubahan modal serta sebab-sebab berubahnya modal. Informasi yang diberikan

dalam laporan perubahan modal meliputi :

a) Jenis-jenis dan jumlah modal yang ada saat ini

b) Jumlah rupiah tiap jenis modal

c) Jumlah rupiah modal yang berubah

d) Sebab-sebab berubahnya modal

e) Jumlah rupiah modal sesudah perubahan

4) Laporan arus kas


21

Laporan arus kas merupakan ringkasan dari sumber dan penggunaan kas

perusahaan. Laporan ini akan menyajikan pergerakan uang tunai dan saldo, yaitu

penerimaan kas dan pengeluaran kas suatu perusahaan selama suatu periode.

5) Catatan laporan atas keuangan

Catatan laporan atas keuangan atau CALK berisi ringkasan kebijakan

akuntansi yang signifikan dan informasi penjelasan lainnya. Catatan atas laporan

keuangan adalah bagian dari laporan keuangan yang menyajikan informasi tambahan

atas pos – pos dalam laporan posisi keuangan/neraca, laporan laba rugi

komprehensif, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas. Dan merupakan referensi

silang atas masing-masing pos dalam 4 laporan keuangan tersebut.

2.1.3 Analisis Laporan Keuangan

2.1.3.1 Pengertian Analisis Laporan Keuangan

Menurut Harahap (2013:189), analisis laporan keuangan terdiri dari dua kata

yaitu analisis dan laporan keuangan. Kata analisis adalah memecahkan atau

menguraikan sesuatu unit menjadi berbagai unit terkecil. Sedangkan laporan

keuangan adalah neraca, laba/rugi, dan arus kas. Jika dua pengertian ini digabungkan,

maka analisis laporan keuangan berarti menguraikan pos-pos laporan keuangan

menjadi informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya bersifat signifikan atau

yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif
22

maupun data non kuantitatif dengan atau tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan

lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat.

Analisis laporan keuangan perusahaan pada dasarnya merupakan perhitungan

rasio-rasio untuk menilai keadaan keuangan perusahaan di masa lalu, saat ini, dan

juga kemungkinan di masa depan.

Beberapa cara yang dapat digunakan dalam menganalisis keadaan keuangan

perusahaan, tetapi analisis menggunakan rasio merupakan hal yang umum dilakukan

yang mana hasilnya akan memberikan pengukuran relatif dari operasi perusahaan.

Menurut Harmono (2011:14), data pokok sebagai input dalam analisa rasio

ini adalah laporan rugi laba dan neraca perusahaan. Dengan kedua laporan ini akan

dapat ditetukan sejumlah rasio dan selanjutnya rasio ini dapat digunakan untuk

menilai beberapa aspek tertentu dari operasi perusahaan.

Menurut Harahap (2013:1), menganalisis laporan keuangan berarti menggali

lebih banyak informasi yang dikandung suatu laporan keuangan. Sebagaimana

diketahui laporan keuangan adalah media informasi yang merangkum semua

aktivitas perusahaan. Jika informasi ini disajikan dengan benar, informasi tersebut

sangat berguna bagi siapa saja untuk mengambil keputusan tentang perusahaan yang

dilaporkan tersebut. Untuk menganalisis laporan keuangan maka diperlukan

penguasaan terhadap:

1) Cara menyusun laporan keuanagn itu (proses akuntansi);

2) Konsep, sifat, karakteristik laporan keuangan atau akuntansi itu;

3) Teknik analisisnya;
23

4) Segmen, dan sifat bisnis itu sendiri, serta situasi lingkungan ekonomi baik

internasional maupun nasional.

2.1.3.2 Tujuan Analisis Laporan Keuangan

Menurut Harahap (2013:195), analisis laporan keuangan yang dilakukan

dimaksudkan untuk menambah informasi yang ada dalam suatu laporan keuangan.

Secara lengkap kegunaan analisis laporan keuangan ini dapat dikemukakan sebagai

berikut:

1. Dapat memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam dari pada yang

terdapat dari laporan keuangan biasa.

2. Dapat menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata (explicit) dari

suatu laporan keuangan atau yang berada di balik laporan keuangan (implicit).

3. Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan.

4. Dapat membongkar hal-hal yang bersifat tidak konsisten dalam hubungannya

dengan suatu laporan keuangan baik dikaitkan dengan komponen internal

laporan keuangan maupun kaitannya dengan informasi yang diperoleh dari luar

perusahaan.

5. Mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya dapat melahirkan model-model

dan teori-teori yang terdapat di lapangan seperti untuk prediksi, peningkatan

(rating).

6. Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil keputusan.

Dengan perkataan lain apa yang dimaksudkan dari suatu laporan keuangan

merupakan tujuan analisis laporan keuangan juga antara lain:

1) Dapat menilai prestasi perusahaan.


24

2) Dapat memproyeksi keuangan perusahaan.

3) Dapat menilai kondisi keuangan masa lalu dan masa sekarang dari aspek

waktu tertentu.

4) Menilai perkembangan dari waktu ke waktu.

5) Melihat komposisi struktur keuangan, atus dana.

7. Dapat menentukan peringkat (rating) perusahaan menurut kriteria tertentu yang

sudah dikenal dalam dunia bisnis.

8. Dapat membandingkan situasi perusahaan dengan perusahaan lain dengan

periode sebelumnya atau dengan standar industri normal atau standar ideal.

9. Dapat memahami situasi dan kondisi keuangan yang dialami perusahaan, baik

posisi keuangan, hasil usaha, struktur keuangan, dan sebagainya.

10. Bisa juga memprediksi potensi apa yang mungkin dialami perusahaan di masa

yang akan datang.

Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh

informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil yang telah dicapai oleh

perusahaan yang bersangkutan. Data keuangan tersebut akan lebih berarti bagi pihak-

pihak yang berkepentingan apabila data tersebut dapat diperbandingkan untuk dua

periode atau lebih.

2.1.3.3 Metode Analisis laporan keuangan

Menurut Kasmir (2013:69), terdapat dua macam metode analisis laporan

keuangan yang biasa dipakai, yaitu sebagai berikut :

1) Analisis Vertikal
25

Analisis vertikal merupakan analisis yang dilakukan terhadap hanya satu

periode laporan keuangan saja. Analisis dilakukan antar pos-pos yang ada dalam satu

periode. Informasi yang diperoleh hanya untuk satu periode saja dan perkembangan

dari periode ke periode tidak diketahui.

2) Analisis Horizontal

Analisis horizontal merupakan analisis yang dilakukan dengan

membandingkan laporan keuangan untuk beberapa periode. Dari hasil analisis ini

akan terlihat perkembangan perusahaan dari periode yang satu ke periode yang lain.

2.1.4 Analisis Rasio Profitabilitas

2.1.4.1 Pengertian Rasio Profitabilitas

Menurut Kasmir (2016 : 196) rasio profitabilitas merupakan rasio untuk

menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga

memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini

ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi.

Intinya adalah penggunaan rasio ini menunjukkan efisiensi perusahaan.

Menurut Hery (2016 : 192) rasio profitabilitas merupakan rasio yang

digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari

aktivitas normal bisnisnya. Di samping bertujuan untuk mengetahui kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu, rasio ini juga bertujuan

untuk mengukur tingkat efektifitas manajemen dalam menjalankan operasional

perusahaan.
26

Menurut Fahmi (2012 : 80) rasio profitabilitas mengukur efektivitas

manajemen secara keseluruhan yang ditujukan oleh besar kecilnya tingkat

keuntungan yang diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan maupun investasi.

Semakin baik rasio profitabilitas maka semakin baik menggambarkan kemampuan

tingginya perolehan keuntungan perusahaan.

Menurut Sudana (2011 : 22) profitability ratio mengukur kemampuan

perusahaan untuk menghasilkan laba dengan menggunakaan sumber-sumber yang

dimiliki perusahaan, seperti aktiva, modal, atau penjualan perusahaan.

Dari pernyataan – pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa profitabilitas

adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan

sumber daya perusahaannya seperti penjualan, aset dan juga modal. Alat yang

digunakan untuk mengukur profitabilitas yaitu rasio profitabilitas.

2.1.4.2 Tujuan dan Manfaat Penggunaan Rasio Profitabilitas

Menurut Kasmir (2011:197-198) tujuan dan manfaat penggunaan rasio

profitabilitas bagi perusahaan, maupun baik pihak luar perusahaan, yaitu sebagai

berikut:

1. Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam satu

periode tertentu.

2. Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelum dengan tahun sekarang.

3. Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelum dengan tahun sekarang.

4. Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.
27

5. Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan baik

modal pinjaman maupun modal sendiri.

6. Dan tujuan lainnya.

Sementara itu, manfaat rasio profitabilitas adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan dalam satu

periode.

2. Mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang.

3. Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu.

4. Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.

5. Mengetahui produktivitas dari keseluruhan dana perusahaan yang digunakan

baik modal pinjaman maupun modal sendiri.

6. Manfaat lainnya.

2.1.4.3 Jenis – jenis Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan

dalam mencari keuntungan atau laba dalam suatu periode tertentu. rasio ini juga

memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Semakain baik

rasio profitabilitas maka menggambarkan tingginya perolehan keuntungan

perusahaan (Kasmir, 2016:196).

Rasio profitabilitas memiliki beberapa jenis yang dapat digunakan. Masing-

masing jenis rasio digunakan untuk mengukur dan menilai posisi keuangan

perusahaan dalam periode tertentu. Jenis-jenis rasio yang dapat digunakan yaitu:

a. Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin)


28

Gross Profit Margin merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan

perusahaan dalam memperoleh laba yang akan menutupi biaya-biaya tetap atau biaya

operasi, agar mengetahui kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien.

Menurut Lyn dan Aileen (2008 : 423) “Marjin laba kotor memperlihatkan

hubungan antara penjualan dan beban pokok penjualan, mengukur kemampuan

sebuah perusahaan untuk mengendalikan biaya persedian atau biaya produksi barang

maupun untuk meneruskan kenaikan harga lewat penjualan kepada pelanggan”.

Menurut Syamsuddin (2011), Gross Profit Margin dapat dihitung dengan rumus :

Laba Kotor
Gross profit margin = × 100%
Penjualan Bersih

Gross profit margin digunakan untuk mengetahui keuntungan kotor

perusahaan yang berasal dari penjualan setiap produknya. Rasio ini dipengaruhi oleh

nilai harga pokok penjualan. Apabila harga pokok penjualan meningkat maka gross

profit margin akan menurun begitu juga sebaliknya. Menurut Kasmir (2013 : 135)

“Jika rata-rata industri untuk profit margin adalah 30%, berarti margin laba

perusahan baik”.

b. Margin Laba Bersih (Net Profit Margin-NPM)

Net Profit Margin sangatlah penting bagi sebuah perusahaan, semakin tinggi

NPM maka laba perusahaan tersebut semakin besar dan efisien dalam mengelola

perusahaan karena dapat menekan biaya operasional. Menurut Lyn dan Aileen (2008:

424) “Marjin laba bersih mengukur profitabilitas setelah mempertimbangkan semua

pendapatan dan beban, termasuk pos bunga, pajak dan non-operasi”.


29

Menurut Darsono dan Akhari (2005 : 56) Kelemahan rasio ini adalah

“memasukkan item yang tidak berhubungan langsung dengan aktivitas penjualan

seperti biaya bunga untuk pendanaan dan biaya pajak penghasilan”. Sedangkan

menurut Amin (2002 : 149) “Cara menaikkan profit margin yaitu, menambah omset

(volume penjualan), mengurangi biaya variabel, menaikkan harga jual dan

mengurangi biaya tetap”. Menurut Dangnga dan Haeruddin (2018:69), Net Profit

Margin dapat dihitung dengan rumus :

Laba Bersih Setelah Pajak


Net Profit Margin = × 100%
Penjualan Bersih

Perusahaan yang memiliki Net Profit Margin yang besar akan lebih cepat

tumbuh menjadi perusahaan dengan ekuitas yang besar. Pertumbuhan ini

dikarenakan laba bersih tinggi, dan laba bersih tersebut akan masuk sebagai saldo

laba yang nantinya semakin menambah ekuitas perusahaan. Menurut Kasmir (2013 :

135) “Jika rata-rata industri untuk net profit margin adalah 20%, berarti margin laba

perusahan baik.”

c. Pengembalian atas total aktiva (Return on Assets-ROA)

Return on assets menurut Kasmir dan Jakfar (2012: 142) “merupakan rasio

yang menunjukkan hasil atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan atau

suatu ukuran tentang suatu manajemen. Rasio ini menunjukkan produktivitas dari

seluruh dana perusahaan baik modal pinjaman maupun modal sendiri”. Menurut Lyn

dan Aileen (2008: 432) “Pengembalian atas ROA menunjukan jumlah laba yang

diperoleh secara relatif terhadap tingkat investasi dalam total aktiva”. Menurut

Hanafi (2012:81), bahwa “Return on asset merupakan rasio yang mengukur


30

kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset tertentu”.

Menurut Dangnga dan Haeruddin (2018:69), ROA dihitung dengan rumus sebagai

berikut:

Laba Bersih
Return on assets = × 100%
Total Aktiva

Menurut Tunggal (2002: 139) Bagi pimpinan rasio ini sangat penting, karena

melalui inilah dapat diukur kemampuan perusahaan di dalam menghasilkan laba

sesungguhnya artinya laba yang dicapai dihubungkan dengan jumlah yang

ditanamkan dalam perusahaan tersebut. Yang berperan dalam besar kecilnya laba

atas dana operasi adalah perputaran dari jumlah dana yang ditanam dalam perusahaan

yakni jumlah hasil penjualan dibandingkan jumlah dana yang ditanamkan.

Tujuan aset perusahaan adalah menghasilkan pendapatan dan menghasilkan

keuntungan bagi perusahaan itu sendiri. Rasio ROA atau return on assets dapat

membantu manajemen dan investor untuk melihat seberapa baik suatu perusahaan

dalam mengelola investasinya pada aset menjadi keuntungan (profit). Return on

assets ini sebenarnya juga dapat dianggap sebagai imbal hasil investasi (return on

investment). Kasmir (2013 : 136) “Jika rata-rata industri untuk return on investment

adalah 30%, berarti margin laba perusahan baik”.

d. Pengembalian Atas Ekuitas (Return on Equity-ROE)

Return on equity merupakan perbandingan antara laba bersih sesudah pajak

dengan total ekuitas. Return on equity merupakan suatu pengukuran dari penghasilan

(income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa

maupun pemegang saham preferen) atas modal yang mereka investasikan di dalam
31

perusahaan (Harahap, 2008:305). Return on equity adalah rasio yang memperlihatkan

sejauh manakah perusahaan mengelola modal sendiri (net worth) secara efektif,

mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal

sendiri atau pemegang saham perusahaan (Sawir 2009:20). Menurut Brigham dan

Houtson (2013:149), Rasio ini dihitung dari rumus sebagai berikut:

Laba Bersih
Return on equity = × 100%
Total Ekuitas

Return on equity dipengaruhi oleh laba bersih perusahaan, semakin besar laba

bersih maka rasio ROE akan semakin baik dan begitupun sebaliknya. Menurut

Noordiatmoko (2020: 42), “Rasio ini merupakan rasio profitabilitas untuk menilai

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari investasi pemegang saham

perusahaan tersebut yang dinyatakan dalam presentase. ROE di hitung dari

penghasilan (income) perusahaan terhadap modal yang di investasikan oleh para

pemilik perusahaan”.

Menurut Kasmir (2013 : 115–138) Return on equity merupakan rasio untuk

mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan

efisiensi penggunaan modal sendiri. Makin tinggi rasio ini maka makin baik, artinya

posisi pemilik saham akan makin kuat begitupun sebaliknya. Jika rata-rata industri

untuk return on equity adalah 40%, berarti kondisi keuangan perusahaan cukup baik.

Dengan mengadakan analisis rasio akan diketahui posisi keuangan

perusahaan, lebih-lebih kalau rasio dari beberapa tahun, maka akan dapat diketahui

perkembangan posisi keuangan perusahaan. Menurut Jumingan (2011: 122) “Rasio

profitabilitas bertujuan mengukur efektivitas manajemen yang tercermin pada


32

imbalan hasil dari investasi melalui kegiatan penjualan”. Profitabilitas menurut

Anoraga (2011: 330) “menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan

keuntungan, baik dihubungkan dengan penjualan maupun dengan aktiva atau

dihubungkan dengan modal sendiri”. Return on equity dapat digunakan untuk

menilai kinerja manager terhadap pemegang saham.

Menurut Munawir (2008: 251-252) Karena eratnya hubungan antara laba

yang dilaporkan dengan kemampuan membayar kewajiban jangka panjang maka

profitabilitas merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan kemampuan

membayar kewajiban jangka panjang. Kemampuan memperoleh keuntungan atau

profitabilitas merupakan salah satu faktor yang menarik bagi pemegang saham,

karena akan memicu diperolehnya penghasilan deviden yang dibayar dari keuntungan

atau laba perusahaan tersebut. Laba juga sangat penting bagi kreditur karena laba

merupakan sumber dana untuk membayar kewajiban atau utang, baik jangka pendek

maupun panjang.

Ukuran laba menggambarkan kinerja manajemen dalam menghasilkan profit

untuk membayar bunga kreditor, deviden, pemegang saham dan pajak. Semakin

besar beban – beban yang harus dibayar maka profitabilitas dapat menurun jika tidak

diikuti dengan naiknya laba bersih. Jika laba besar tetapi diikuti dengan beban

operasional yang besar maka perusahaan akan menggalami penurunan pendapatan.

Jika sebuah perusahaan sudah profit artinya perusahaan tersebut telah berhasil dalam

perhitungan memperoleh keuntungan dari beberapa aspek penilian kinerja keuangan.


33

2.1.5 Rentabilitas

2.1.5.1 Pengertian Rentabilitas

Rentabilitas adalah perbandingan antara laba dengan total modal yang

menghasilkan laba tersebut. Dengan kata lain rentabilitas adalah kemampuan untuk

menghasilkan laba selama periode tertentu. Pada umumnya masalah rentabilitas

adalah lebih penting dari pada masalah laba, karena laba yang besar saja belumlah

merupakan ukuran bahwa perusahaan atau koperasi telah dapat bekerja dengan

efisien. Menurut Riyanto (2001:37) “Efisien baru dapat diketahui dengan

membandingkan laba yang diperoleh dengan kekayaan atau modal yang

menghasilkan laba tersebut atau dengan kata lainnya ialah menghitung”. Maka baik

perusahaan maupun koperasi tidak hanya berusaha untuk memperbesar laba, tetapi

yang lebih penting ialah usaha untuk mempertinggi rentabilitasnya.

Cara menggunakan tingkat rentabilitas untuk ukuran-ukuran efisiensi yang

merupakan cara yang baik, sebab suatu perusahaan akan sulit meningkatkan

rentabilitasnya tanpa kenaikan efisiensinya. Tetapi perlu diketahui bahwa tidak

semua kenaikan rentabilitas akan mencerminkan naiknya efisiensi, sebab dapat pula

terjadi sebaliknya. Misalnya rentabilitas perusahaan naik, pada saat itu perusahaan

sering mengalami pemogokan buruhnya, dan kerusakan-kerusakan mesin, setelah

diselidiki, ternyata kenaikan rentabilitasnya dipengaruhi oleh harga jual yang

kebetulan dapat diperoleh karena datangnya barang-barang saingannya terlambat,

disebabkan karena adanya pemogokan yang tak terduga, guna melihat efisiensi

penggunaan dana yang di tanamkan ke dalam perusahaan mengutamakannya untuk

memaksimalkan laba.
34

Rentabilitas sebagai salah satu tujuan dalam mengukur besarnya laba sangat

penting untuk mengetahui apakah perusahaan telah menjalankan usahanya secara

efisien. Perusahaan berusaha untuk menaikan rentabilitasnya dapat saja

meningkatkan laba yang relatif rendah akan memberikan rentabilitas yang tinggi,

alternatif semacam inilah pimpinan perusahaan akan menggunakan dana yang ada

seefisien mungkin.

2.1.5.2 Jenis-jenis Rentabilitas

Jenis rentabilitas suatu perusahaan menurut Riyanto dapat dibagi menjadi

dua, yaitu:

a. Rentabilitas Ekonomi

Rentabilitas ekonomi adalah perbandingan antara laba usaha dengan total

modal yang dipergunakan untuk menghasilkan laba tersebut dan dinyatakan dalam

persentase. Oleh karena pengertian rentabilitas sering digunakan untuk mengukur

efisiensi penggunaan modal dalam suatu perusahaan, maka rentabilitas ekonomi

sering pula dimaksudkan sebagai kemampuan suatu perusahaan dengan seluruh

modal yang bekerja didalamnya untuk menghasilkan laba.

Menurut Riyanto (2011:33) rentabiltas ekonomis adalah perbandingan antara

laba usaha dengan modal sendiri dan modal asing yang digunakan untuk

menghasilkan laba tersebut dan ternyata dalam persentase. Oleh kerena itu

rentabilitas sering digunakan untuk mengukur efesiensi menggunakan modal di

dalam suatu perusahaan, maka rentabilitas ekonomis sering pula dimaksudkan


35

kemampuan sutu perusahaan dengan seluruh modal yang dikerjakan di dalamnya

untuk menhasilkan laba.

Dengan demikian modal yang ditanamkan dalam perusahaan lain atau modal

yang ditanamkan dalam efek (kecuali perusahaan-perusahaan kredit) tidak

diperhitungkan dalam menghitung rentabilitas ekonomi. Demikian pula laba yang

diperhitungkan untuk menghitung rentabilitas ekonomi hanyalah laba yang berasal

dari operasinya perusahaan, yaitu yang disebut laba usaha (net operating income).

Dengan demikian maka yang diperoleh dari usaha-usaha di luar perusahaan atau dari

efek (misalnya dividen, coupon, dan lain – lain tidak diperhitungkan dalam

menghitung rentabilitas ekonomi.

Menurut Syaifuddin (2008:334), rentabilitas ekonomis atau rentabilitas usaha

adalah “perbandingan antara laba usaha (EBIT) dengan total modal yang

dipergunakan untuk menghasilkan laba tersebut dan dinyatakan dalam presentase,

atau sering pula dimaksudkan sebagai kemampuan suatu perusahaan dengan seluruh

modal yang bekerja di dalamnya untuk menghasilkan laba.

Menurut Syaifuddin (2008: 334) rentabilitas ekonomis dapat dihitung

menggunakan rumus:

LabaUsaha
Rentabilitas Ekonomi = × 100%
Total Modal

b. Rentabilitas modal sendiri

Menurut Riyanto (2011:44) bahwa “rentabilitas modal sendiri adalah

kemampuan suatu perusahaan dengan modal sendiri yang bekerja didalamnya untuk
36

menghasilkan keuntungan. Rentabilitas modal sendiri tersebut menyangkut

bagaimana kemampuan modal sendiri menghasilkan keuntungan, yang

dibandingkan adalah bukan keseluruhan modal tetapi khususnya modal sendiri.

Menurut Syaifuddin (2008: 334), rentabilitas modal sendiri adalah

perbandingan antara laba yang tersedia bagi pemilik modal sendiri disatu pihak

dengan jumlah modal sendiri yang menghasilkan keuntungan.

Dalam perhitungan rentabilitas modal sendiri hal ini yang harus dicari ialah

besarnya untung bersih dan jumlah modal sendiri. Menurut Syaifuddin (2008: 334),

rentabilitas modal sendiri dapat dihitung menggunakan rumus:

Laba Bersih( EAT )


Rentabilitas Modal Sendiri = × 100%
Modal Sendiri

Dalam penelitian ini yang digunakan adalah rentabilitas ekonomi. Dimana

dari rumusan tersebut akan menghasilkan rasio dalam bentuk presentase. Apabila

rasio yang dihasilkan dari analisis tersebut menunjukkan presentase yang lebih besar

dari standar yang ditentukan maka usaha dari perusahaan selama periode tersebut

berjalan dengan baik. Tetapi sebaliknya apabila angka rasio yang dihasilkan lebih

kecil dari standar yang telah ditentukan maka perusahaan tersebut selama periode itu

tidak dapat memanfaatkan modalnya dengan baik.

2.1.5.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Rentabilitas

Faktor – faktor yang mempengaruhi rentabilitas menurut pendapat Wasis

(2003:71) yaitu:

a. Volume Penjualan
37

Salah satu indikator untuk mengetahui kemajuan perusahaan adalah

penjualan. Dengan semakin bertambahnya penjualan maka akan menaikkan volume

pendapatan yang diperoleh perusahaan sehingga biaya-biaya akan tertutup juga. Hal

ini akan mendorong perusahaan mengefektifkan modal untuk mengembangkan

usahanya. Dengan penjualan yang tinggi, maka perputaran kas dan piutang akan

menjadi tinggi dan laba yang diperoleh juga tinggi. Dengan laba yang tinggi, maka

rentabilitas ekonomi juga menjadi tinggi.

b. Efisiensi Penggunaan Biaya

Modal dan investasi yang diperoleh perusahaan untuk mengembangkan

usahanya harus benar-benar dipelihara dan dipertanggung jawabkan secara terbuka.

Dalam jangkauan pemeliharaan dan pertanggung jawaban secara terbuka berarti

bahwa penggunaan modal harus digunakan untuk usaha-usaha yang tepat dengan

pengeluaran yang hemat sehingga keberhasilan usaha akan tercapai yang secara tidak

langsung akan mempengaruhi tingkat rentabilitas.

c. Profit Margin

Profit margin adalah laba yang diperbandingkan dengan penjualan. Profit

margin mengukur tingkat keuntungan yang dapat dicapai oleh perusahaan berkaitan

dengan besarnya penjualan perusahaan.

d. Struktur Modal Perusahaan


38

Struktur modal adalah pembiayaan pembelanjaan permanen perusahaan yang

terutama hutang jangka panjang, saham preferen/prioritas dan modal saham biasa,

tetapi tidak termasuk hutang jangka pendek.

Menurut Riyanto (2001) tinggi rendahnya rentabilitas ekonomi dipengaruhi

oleh dua faktor :

a. Profit margin

Profit margin adalah perbandingan antara laba usaha dengan penjualan bersih

yang dinyatakan dalam persentase. Dengan kata lain dapatlah dikatakan bahwa

profit margin ialah selisih antara net sales dengan operating expenses (harga pokok

penjualan + biaya administrasi + biaya penjualan + biaya umum), selisih mana

dinyatakan dalam persentase dari net sales. Besar kecilnya profit margin pada setiap

transaksi sales ditentukan oleh dua faktor, yaitu net sales dan laba usaha. Besar

kecilnya laba usaha tergantung kepada pendapatan dari sales dan besarnya biaya

usaha

b. Turn over of operating assets (tingkat perputaran aktiva)

Turn over of operating assets adalah kecepatan perputaran operating assets

dalam suatu periode tertentu. Turn over assets dalam suatu periode tertentu. Turn

over assets dapat ditentukan dengan membagi net sales dengan operating assets.

Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa profit margin dimaksudkan untuk

mengetahui efisiensi perusahaan dengan melihat kepada besar kecilnya laba usaha

dalam hubungannya dengan sales, sedangkan operating assets turn over


39

dimaksudkan untuk mengetahui efisiensi perusahaan dengan melihat kepada

kecepatan perputaran operating assets dalam suatu periode tertentu

2.1.6 Z – Score

Menurut Altman (1968:609) “Pengukuran Financial Distress salah satuya

menggunakan Altman Z-Score. Model Altman Z-Score merupakan metode yang

digunakan untuk memprediksi financial distress dan dianggap terbukti akurat dalam

memprediksi kebangkrutan dengan nilai 95%.” Model Altman Z-Score

dikembangkan oleh Altman pada tahun 1968.

Altman melakukan penelitian pertamanya dengan menggunakan 22 rasio

keuangan dalam memprediksi perusahaan mengalami kebangkrutan, dari rasio

tersebut dilakukan pengujian untuk memilih rasio yang dinyatakan paling

berpengaruh. Dimana Altman menggabungkan rasio keuangan menjadi suatu model

untuk memprediksi dengan teknik statistik, yaitu Multiple Discriminat Analysis yang

digunakan untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan. Fungsi diskriminan dari

bentuk Z= V1X1+V2X2+...+VnXn yang mengubah nilai variabel menjadi skor

diskriminal tunggal atau nilai Z kemudian digunakan untuk mengklasifikasikan

objek. Dimana V1, V2, .. merupakan koefisien diskriminatif dan X1, X2,..

merupakan rasio keuangan atau variabel independennya. Multiple Discriminat

Analysis digunakan untuk menghitung koefisien diskriminasi untuk menentukan pada

formula Altman Z-Score.

Altman menggunakan empat rasio keuangan untuk perusahaan selain

manufaktur yaitu Modal kerja terhadap Total aset, Laba ditahan terhadap Total aset,
40

Laba sebelum bunga dan pajak terhadap Total aset, dan Nilai pasar ekuitas terhadap

Nilai buku total hutang. Altman telah memodifikasi modelnya agar persamaan yang

dibuat dapat digunakan pada semua perusahaan yaitu dengan mengeliminasi X5 atau

rasio penjualan terhadap total aset karena rasio ini sangat bervariatif pada industri

dengan ukuran aset yang berbeda-beda. Nilai Z (Z-Score) digunakan menjelaskan

posisi keuangan perusahaan dalam kondisi sehat, rawan, atau bahkan dalam kondisi

bangkrut.

Menurut Altman dan Suvas (2017:132-171) Metode Z-score oleh Altman

atau sering dikenal dengan Altman Bankcrupty Prediction Model Z-score merupakan

permodelan prediksi kebangkrutan yang telah digunakan dibeberapa negara di dunia.

Metode Altman Z-score memberikan formula yang dapat memprediksi kapan suatu

perusahaan akan mengalami kebangkrutan. Memanfaatkan rumus yang telah di

interplasi dengan rasio – rasio dalam keuangan maka akan didapatkan hasil yang bisa

digunakan dalam mengetahui potensi kebangkrutan disuatu perusahaan.

Alat analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah model Z-Score

yang dikembangkan oleh Altman. Model Z-Score yang digunakan untuk menilai

tingkat kesehatan keuangan adalah model Z-Score modifikasi, yaitu model Z-Score

yang diperuntukkan bagi perusahaan yang dikelompokkan dalam perusahaan non-

manufaktur, menurut Altman (2000 : 27) dapat dihitung menggunakan rumus :

Z = 6,56X1 + 3,26X2 + 6,72X3 + 1,05X4

Keterangan:
41

Workingcapital
X1 = ( )
Total Assets

Retained earnings
X2 = ( ¿
Total Assets

Earning before interest ∧tax


X3 = ( ¿
Total Assets

Market value of equity


X4 = ( )
Book value of total debt

Penggolongan perusahaan berdasarkan hasil dari perhitungan dengan model

Z-Score yaitu sebagai berikut:

Z < 1,10 = Bangkrut.

1,10 < Z < 2,60 = Rawan Bangkrut / Grey Area.

Z > 2,60 = Sehat.

Formula dalam penilaian yang dijadikan sebagai patokan Altman Z-Score

adalah sebagai berikut:

1. Jika nilai Altman Z-Score < 1,10 maka perusahaan dapat dikatakan bangkrut.

2. Jika nilai Altman Z-Score 1,10 < Altman Z-Score < 2,60 maka perusahaan dapat

dikatakan rawan. Pada kondisi seperti ini perusahaan harus berhati-hati dalam

mengelola aset.

3. Jika nilai Altman Z-Score > 2,60 maka perusahaan dalam keadaan sehat atau

tidak mengalami masalah keuangan.

Menurut Silaban (2014:322-334) Model Altman tersebut merupakan

interprestasi dari beberapa rasio keuangan yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
42

1. Working capital to total assets, rasio ini ditujukan untuk dapat menilai seberapa

besar tingkat likuiditas dari entitas, sebesar apakah aset lancar yang dimiliki

perusahaan untuk kegiatan operasional jika dibandingkan dengan total aset yang

dimiliki tanpa adanya pengaruh dari kewajiban. Cara menghitungnya adalah

dengan membagi modal kerja bersih (aset lancar-kewajiban lancar) dengan total

aset perusahaan. Umumnya ketika modal kerja bersih bernilai negatif maka

perusahaan tersebut berpotensi tinggi akan menghadapi kesulitan finansial,

begitupun sebaliknya.

2. Retained earnings to total assets, tujuan dari rasio ini adalah untuk mengukur

kemampuan sebuah perusahaan untuk memperoleh keuntungan atau laba ditahan

dari total aset yang dimilikinya. Laba ditahan merupakan keuntungan perusahaan

yang di investasikan kembali dalam kegiatan operasional sehingga tidak

dibagikan kepada para pemegang saham.

3. Earning before interest and tax to total assets, rasio ini digunakan untuk

mengukur kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan aset yang dimiliki

untuk menghasilkan laba sebelum dikurangi biaya pajak dan biaya bunga.

4. Market value of equity to book value of debt, rasio ini digunakan dalam

memperkirakan kemampuan perusahaan dalam melunasi seluruh kewajibannya

baik jangka pendek maupun jangka panjang menggunakan nilai pasar modal

yang dimilikinya. Nilai pasar modal dihitung dengan mengalikan nilai pasar per

lembar saham dengan jumlah lembar saham perusahaan.


43

2.1.7 Penilaian Kinerja Keuangan Perusahaan

Suatu organisasi menerapkan sistem penilaian kinerja untuk mengalokasikan

imbalan bagi karyawan, memberikan saran pengembangan serta untuk memperoleh

perspektif dan persepsi keadilan tentang pekerjaan mereka, departemen, manajer dan

organisasi.

Penilaian kinerja atau pengukuran kinerja merupakan bagian dari fungsi

pengendalian manajemen karena penilaian kinerja dapat digunakan untuk melakukan

pengendalian aktivitas. Setiap aktivitas harus terukur kinerjanya agar dapat diketahui

tingkat efisiensi dan efektivitasnya. Dalam organisasi sektor publik pengukuran

kinerja terutama dilakukan untuk mengukur tingkat 3E, yaitu: ekonomis, efisiensi

dan efektivitas (value for money). Jika suatu aktivitas tidak memiliki penilaian

kinerja, maka akan sulit bagi organisasi untuk menentukan apakah aktivitas tersebut

sukses atau gagal.

Penilaian kinerja adalah tindakan pengukuran yang dilakukan terhadap

berbagai aktivitas yang ada pada perusahaan. Hasil pengukuran tersebut kemudian

digunakan sebagai umpan balik dalam bentuk tindakan yang efektif dan efisien dan

akan memberikan informasi tentang prestasi pelaksanaan suatu rencana dimana

perusahaan memerlukan penyesuaian-penyesuaian atas aktivitas perencanaan dan

pengendalian.

Penilaian kinerja keuangan suatu perusahaan dapat dilakukan dengan

menganalisa laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan dapat memberikan


44

penjelasan posisi keuangan suatu perusahaan dan akhirnya kita dapat menilai kinerja

manajemen dalam periode tertentu.

Prosedur analisis menurut Jumingan (2011: 240-241), meliputi tahapan

sebagai berikut:

a. Review data laporan

Sistem akuntansi yang diterapkan dalam memberi pengakuan terhadap

pendapatan dan biaya akan menentukan jumlah pendapatan maupun laba yang

dihasilkan perusahaan. Mempelajari data secara menyeluruh adalah untuk

meyakinkan pada penganalisis bahwa laporan sudah cukup menggambarkan

semua data keuangan yang relevan. Sehingga penganalisis akan betul-betul

mendapatkan laporan keuangan yang dapat diperbandingkan.

b. Menghitung

Dengan menggunakan berbagai metode atau teknik analisis dilakukan

perhitungan-perhitungan, baik metode perbandingan, persentase perkomponen,

analisis rasio keuangan, dan lain-lain.

c. Membandingkan atau Mengukur

Selanjutnya setelah melakukan perhitungan adalah membandingkan atau

mengukur. Langkah ini diperlukan guna mengetahui kondisi hasil perhitungan

tersebut apakah sangat baik, baik, sedang, kurang baik, dan seterusnya.

d. Menginterpretasi

Interpretasi merupakan inti dari proses analisis sebagai perpaduan antara hasil

pembanding atau pengukuran dengan kaidah teoretis yang berlaku. Hasil


45

interpretasi mencerminkan keberhasilan maupun permasalahan apa yang dicapai

perusahaan dalam pengelolaan keuangan.

e. Solusi

Dengan memahami problem keuangan yang dihadapi perusahaan akan

menempuh solusi yang tepat.

Perusahaan perlu mengetahui perkembangan perusahaan dari waktu ke waktu

sehingga mampu meningkatkan laba perusahaan. Laba biasanya digunakan untuk

mengukur prestasi yang dicapai oleh perusahaan sehingga laba dijadikan dasar untuk

mengambil sebuah keputusan. Selain itu, laba yang besar akan mempengaruhi

naiknya harga pasar saham, sehingga investor tertarik pada perusahaan tersebut.

Menurut Munawir (2012:31) menyatakan bahwa tujuan dari pengukuran

kinerja keuangan perusahaan adalah:

1. Mengetahui tingkat likuiditas. Likuiditas menunjukkan kemampuan suatu

perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan yang harus segera diselesaikan

pada saat ditagih.

2. Mengetahui tingkat solvabilitas. Solvabilitas menunjukkan kemampuan

perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan

tersebut dilikuidasi, baik keuangan jangka pendek maupun jangka panjang.

3. Mengetahui tingkat rentabilitas. Rentabilitas atau yang sering disebut dengan

profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba

selama periode tertentu.


46

4. Mengetahui tingkat stabilitas. Stabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan

untuk melakukan usahanya dengan stabil, yang diukur dengan

mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutangnya

serta membayar beban bunga atas hutang-hutangnya tepat pada waktunya.

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang analisis rasio profitabilitas, rentabilitas dan Z-score sudah

banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Penelitian terdahulu mempunyai

tujuan yaitu sebagai acuan dalam melakukan penelitian yang akan dibahas agar

pembahasan difokuskan pada variabel variabel yang digunakan. Penelitian terdahulu

juga untuk mengetahui pembaruan dari setiap tahunnya yang telah dilakukan oleh

peneliti sebelumnya. Adapun beberapa hasil penelitian terdahulu yang telah

dilakukan oleh peneliti sebelumnya adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

No Nama Judul Metode Hasil Penelitian


Peneliti Penelitian Penelitian
1 Thoyibatun Analisis Rasio Deskriptif Kinerja keuangan
Nisa (2021) Keuangan Pada kualitatif pada PT Primarindo
Perusahaan dan studi Asia Infrastrukture
Aneka Industri pustaka Tbk tahun 2017-2020
Yang Terdaftar dalam keadaan cukup
Di BEI 2017- baik. Dan, analisa
2020 kinerja keuangan
menunjukkan bahwa
profitabilitas secara
keseluruhan untuk
Gross profit margin
PT Argo Pantes Tbk
tahun 2017-2020
presentase rasionya
mengalami
47

peningkatan dan
penurunan keadaan
ini menunjukkan
perusahaan dalam
keadaan cukup baik.
Serta kinerja
keuangan pada PT
Polychem Indonesia
Tbk cukup baik.
Akan tetapi
pengembalian ekuitas
periode 2017-2020
kondisi ini PT
Polychem Indonesia
Tbk dalam keadaan
kurang baik.
2 Hasyim Analisis Rasio Metode Mengatakan bahwa
(2020) Profitabiltas penelitian PT Garuda Indonesia
PT. Garuda kuantitatif (Persero) mengalami
Indonesia dengan kerugian pada periode
(Persero) Tbk pendekatan tahun 2017 dan 2018,
Periode Tahun deskriptif. sedangkan pada tahun
2016 – 2019 2019 tidak
mengalami kerugian.
Kondisi ini juga
terjadi pada tahun
2016 yang tidak
mengalami kerugian.
3 Budhi Analisis Rasio Deskriptif 1. a. Rentabilitas
Prabowo Rentabilitas kualitatif. Ekonomi PT. Gudang
(2018) Untuk Menilai Garam Tbk masih
Kinerja mengalami fluktuatif.
Keuangan Pada b. Rentabilitas Modal
PT.Gudang Sendiri PT. Gudang
Garam, Tbk. Garam Tbk masih
mengalami fluktuatif.
2. a. Rata-rata
Rentabilitas PT.
Gudang Garam Tbk
dalam keadaan baik,
yang artinya mampu
b. Rata-rata
Rentabilitas Modal
Sendiri PT. Gudang
Garam Tbk dalam
keadaan baik.
48

4. Resi Analisis Analisis Berdasarkan metode


Bimantoro Kebangkrutan rasio Altman Z-Score
(2018) Metode keuangan dalam mengukur
Altman Z- metode kebangkrutan PT.
Score Pada Altman Z- Garuda Indonesia,
PT.Garuda Score Tbk menyatakan
Indonesia, Tbk. perusahaan ini selalu
mengalami
kebangkrutan pada
setiap tahunnya. Nilai
kebangkrutan
tertingginya terletak
pada tahun 2016 dan
2017.
5. Maikel Analisis Metode Hasil penelitan
Ch.Ottay dan Laporan rasio menunjukan kinerja
Stanly keuangan keuangan keuangan PT.BPR
W.Alexander untuk menilai dan Citra Domoga
(2015) kinerja analisis mengalami
keuangan pada deskriptif. peningkatan dilihat
PT.BPR Citra dari nilai aset
Domoga lancar,hutang lancar,
Manado total aset, jumlah
kredit, dan jumlah
dana pihak ketiga
mengalami
peningkatan dari
tahun 2009- 2011.
Untuk rasio
rentabilitas perlu
adanya kebijakan
kebijakan internal
agar bank mampu
dalam menggunakan
pinjaman dan
membiayai kegiatan
usahanya.
2.3 Kerangka Pikir Penelitian

Kerangka pemikiran merupakan model konseptual tentang bagaimana teori

berhubungan dengan berbagai faktor yang telah didefinisikan sbagai masalah penting

dalam penelitian ini, peneliti mengunakan laporan keuangan dan rasio keuangan
49

yaitu Rasio Profitabilitas, Rentabilitas dan Z-Score sebagai dasar untuk menilai

kinerja keuangan.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat kinerja yang dihasilkan PT. Garuda

Indonesia, Tbk dari segi keuangan. Dari hal tersebut dapat diketahui kondisi

keuangan perusahaan dan juga dapat membantu manajemen untuk mengidentifikasi

kekurangan dan kemudian melakukan tindakan untuk memperbaiki kinerja

perusahaan dan membuat keputusan yang rasional dalam hal perencanaan

perusahaan, sehinga tujuan perusahaan dapat tercapai. Atas dasar tersebut maka

penelitian ini membangun sebuah kerangka konseptual penelitian sebagai berikut :

Skema 2.1

Kerangka Pemikiran

Laporan Keuangan PT. Garuda


Indonesia, Tbk. Periode 2017-2020

Rasio Rentabilitas Z – Score


Profitabilitas

Pembahasan Kinerja Keuangan


PT. Garuda Indonesia, Tbk.

Kesimpulan dan Saran


50

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Objek Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan pada PT. Garuda Indonesia, Tbk. Untuk

memperoleh data-data informasi yang akurat dan aktual pada saat penelitian maka

penelitian dilaksanakan selama 2 bulan. Objek dalam penelitian ini, yaitu rasio

profitabilitas, rentabilitas dan Z-Score PT. Garuda Indonesia, Tbk tahun 2017-2020.

3.2 Jenis dan Sumber Data

3.2.1 Jenis Data

Penelitian ini menggunakan jenis data kuantitatif. Data kuantitatif merupakan

kumpulan dari data angka-angka seperti neraca dan laporan laba rugi. Data yang

digunakan berupa dokumentasi yakni data dalam laporan keuangan PT. Garuda

Indonesia, Tbk.

3.2.2 Sumber Data

Sumber data pada penelitian ini bersumber dari data sekunder yang

merupakan data yang diperoleh dalam bentuk yang telah jadi berupa dokumentasi,

dimana data dikumpulkan oleh pihak lain yakni laporan keuangan PT. Garuda

Indonesia dari tahun 2017-2020.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini mempelajari

dokumen – dokumen laporan keuangan dan dilengkapi dengan studi kepustakaan.


51

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data untuk penelitian ini dilakukan

dengan cara mengunduh langsung laporan tahunan PT Garuda Indonesia, Tbk

melalui website resmi PT. Garuda Indonesia, Tbk www.garuda-indonesia.com.

Data-data yang diperlukan, antara lain:

1. Data mengenai gambaran umum perusahaan atau profil perusahaan.

2. Data laporan keuangan yang menjadi objek penelitian untuk periode 2017- 2020,

terdiri atas:

a. Neraca Konsolidasi

Neraca konsolidasi merupakan laporan keuangan yang disusun secara

sistematis untuk menyajikan posisi keuangan pada suatu periode tertentu.

b. Laporan Laba Rugi Konsolidasi

Laporan laba rugi konsolidasi merupakan laporan yang disusun secara

sistematis untuk menyajikan hasil usaha perusahaan dalam waktu periode

tertentu.

3.4 Metode Analisis Data

Untuk memecahkan masalah dalam penelitian ini, maka proses analisis data

dimulai dengan menelaah seluruh data menggunakan metode analisis deskriptif

dengan metode menganalisis data menggunakan: Rasio profitabilitas, Rentabilitas

dan Metode Z-score.

1. Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba.

Jenis-jenis rasio yang peneliti gunakan yaitu :


52

a. Pengembalian atas total aktiva (Return on Assets-ROA)

Menurut Dangnga dan Haeruddin (2018:69), rasio Return on Assets dihitung

dengan rumus sebagai berikut:

Laba Bersih
Return On Assets = × 100%
Total Aktiva

b. Pengembalian Atas Ekuitas (Return on Equity-ROE)

Menurut Brigham dan Houtson (2013:149), rasio Return On Equity dihitung

dari rumus sebagai berikut:

Laba Bersih
Return On Equity = × 100%
Total Ekuitas

2. Rentabilitas

Rentabilitas adalah presentase yang dicapai suatu perusahaan yang dinyatakan

dalam presentase, setelah membandingkan antara hasil yang telah dicapai dengan

dasar modal yang digunakan. Semakin besar presentase atas perbandingan tersebut

semakin tinggi prestasi keuangan yang dicapai untuk perusahaan tersebut, demikian

pula sebaliknya. Dalam penelitian ini yang digunakan adalah rentabilitas ekonomi.

Menurut Syaifuddin (2008:334) rentabilitas ekonomi dapat dihitung menggunakan

rumus:

LabaUsaha
Rentabilitas Ekonomi = × 100%
Total Modal

3. Z-Score

Metode Z-Score (Altman) adalah suatu alat yang memperhitungkan dan

menggabungkan beberapa rasio-rasio keuangan tertentu dalam perusahaan dalam

suatu persamaan diskriminan yang akan menghasilkan skor tertentu yang akan
53

menunjukkan tingkat kemungkinan kebangkrutan perusahaan. Menurut Altman

(2000 : 27) dapat dihitung menggunakan rumus :

Z = 6,56X1 + 3,26X2 + 6,72X3 + 1,05X4

Keterangan: Z = Total z-score (Overall Index)

Working capital
X1 = ( )
Total Asset

Retained earnings
X2 = ( ¿
Total Asset

Earning before interest ∧tax


X3 = ( ¿
Total Asset

Market value of equity


X4 = ( )
Book value of total debt
54

3.5 Definisi Operasional

Tabel 3.1

Definisi Operasional

No Indikator Definisi dan Pengukuran


1 Rasio Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam
Profitabilitas menghasilkan laba. Jenis-jenis rasio yang peneliti gunakan
yaitu:
a) Pengembalian atas total aktiva (Return on Assets-ROA)
Menurut Dangnga dan Haeruddin (2018:69), rasio Return
on assets dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Laba Bersih
Return on assets = × 100%
Total Aktiva
b) Pengembalian Atas Ekuitas (Return on Equity-ROE)
Menurut Brigham dan Houtson (2013:149), Rasio Return on
equity dihitung dari rumus sebagai berikut:
Laba Bersih
Return on equity = × 100%
Total Ekuitas
2 Rentabilitas Rentabilitas adalah teknik menilai keuangan dengan
membandingkan antara laba usaha dengan modal usaha, baik
modal sendiri maupun modal asing, dan dinyatakan dalam
persentase. Menurut Syaifuddin (2008:334) rentabilitas
ekonomi dapat dihitung menggunakan rumus:
LabaUsaha
Rentabilitas Ekonomi = × 100%
Total Modal

3 Z-Score Metode Z-Score (Altman) adalah suatu alat yang


memperhitungkan dan menggabungkan beberapa rasio-rasio
keuangan tertentu dalam perusahaan dalam suatu persamaan
diskriminan yang akan menghasilkan skor tertentu yang
akan menunjukkan tingkat kemungkinan kebangkrutan
perusahaan. Menurut Altman (2000:27) dapat dihitung
menggunakan rumus:
Z = 6,56X1 + 3,26X2 + 6,72X3 + 1,05X4
56
DAFTAR PUSTAKA

Altman, Laitinen, & Suvas. 2017. Financial Distress Prediction in an International


Context : A Review and Empirical Analysis of Altman's Z- Score Model.
Journal of International Financial Management & Accounting 02, no. 28 :
132–171.
Altman, Edward I. 2000. Predicting Financial Distress of Companies:Revisiting The
ZScore and Zeta® Models, July:1-28
Angriani, Desi. “Jalan Panjang Kisruh Garuda Indonesia”. Medcom, 01 Juli 2018 .
https://m.medcom.id/amp/0k8Ze42N-jalan-panjang-kisruh-garuda-indonesia
diakses 02 februari 2022.
Annual Report. 2018. PT. Garuda Indonesia.
Annual Report. 2020. PT. Garuda Indonesia.
Anoraga, Pandji. 2011. Pengantar Bisnis: Pengelolaan Bisnis dalam Era
Globalisasi. Jakarta: PT. Rineka Cipta, Cet. Kedua.
Ardila, Isna, Ayu Anindya Putri. 2015. Analisis Kinerja Keuangan Dengan
Pendekatan Value for Money Pada Pengadilan Tebing Tinggi. Jurnal Riset
Akuntansi dan Bisnis. Vol 15, No. 1/ Maret 2015.
Awaliah, Rizky., Konde, Y.T., & Irwansyah. 2016. Analisis Model Z-Score Untuk
Menilai Kesehatan Keuangan PT Permodalan Nasional Madani (PNM)
Persero. Jurnal Ekonomi dan keuangan, 13 (1:52-54).
Brealey, et. al. 2007. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Jakarta: Erlangga.
Brigham, Eugene F. dan Joel F. Houston. 2013. Alih Bahasa: Ali Akbar Yulianto.
Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Jakarta Selatan: Salemba Empat.
Dangnga, Muh. Taslim dan Haeruddin, M. Ikhwan Maulana. (2018). Kinerja
Keuangan Perbankan : Upaya Untuk menciptakan Sistem Perbankan Yang
Sehat. (A. Akbar, Ed.) CV. Nur Lina.
Darsono dan Akhari. 2005. Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan.
Yogyakarta: CV. Andi Offset.
Edward I. Altman, 1968. "Financial Ratios, Discriminant Analysis And The
Prediction Of Corporate Bankruptcy," Journal of Finance, American Finance
Association, vol. 23(4), pages 589-609, September.
Erich A. helfert. 1991. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Penerbit Erlangga. Edisi
Ketujuh.
Fahmi, Irham. 2011. Analisa Laporan Keuangan, Edisi 1. Penerbit ALFABETA,
Bandung.

57
58

Fahmi, Irham. 2012. Analisis Laporan Keuangan. Cetakan Ke-2. Bandung: Alfabeta.
Fahmi, Irham. 2018. Pengantar Manajemen Keuangan. Bandung: Alfabeta.
Hanafi, Mahduh dan Abdul Halim, 2012, Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta:
(UPP) STIM YKPN.
Harahap, Sofyan Syafri. 2008. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Raja
Grafindo Persada, Jakarta
Harahap, Sofyan Syafri. 2013. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan.
PT.Rajagrafindo Persada. Jakarta.
Hery. 2009. Akuntansi Keuangan Menengah I. Jakarta: Bumi Aksara
Harmono. 2011. Manajemen Keuangan Berbasis Balanced Scorecard Pendekatan
Teori, Kasus, dan Riset Bisnis (Edisi 1). Jakarta : Bumi Aksara.
Hery. 2012. Akuntansi Keuangan Menengah 1. Jakarta: Bumi Aksara.
Hery. 2016. Analisis Laporan Keuangan (Integrated and Comprehensive Edition).
Jakarta: PT Grasindo.
Idrus, Irwan. 2018. Analisis Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM) Kota Parepare. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. 1 (1:61).
Ikatan Akuntansi Indonesia, 2009. Standar Akuntansi Keuangan,PSAK No.1:
Penyajian Laporan keuangan. Jakarta : Salemba Empat.
Jumingan. 2011. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Bumi Aksara.
Kasmir. 2010. Pengantar Manajemen Keuangan. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Kasmir. 2011. Analisis Laporan Keuangan. Raja Grafindo Persada: Jakarta.
Kasmir dan Jakfar. 2012. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta: Prenada Media Group,
Edisi Revisi Cet. Ke-8.
Kasmir. 2013. Pengantar Manajemen Keuangan. Jakarta: Prenada Media Group.
Kasmir. 2016. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada,
Cetakan Ke-9.
Lyn M. Fraser &Aileen Ormiston. Memahami Laporan Keuangan, diterjemahkan
oleh Priyo Darmawan, dari judul asli Understanding Financial Statements.
(Indonesia: PT Macana Jaya Cemerlang, 2008).
Mahmudi. 2010. Manajemen kinerja sektor publik. Edisi kedua. Yogyakarta: UPP
STIM YKPN.
Nisa, Thoyibatun. 2021. Analisis Rasio Keuangan Pada Perusahaan Aneka Industri
Yang Terdaftar Di BEI 2017-2020. Jurnal Gema Ekonomi, 11 (1).

Anda mungkin juga menyukai