Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KEBIJAKAN PENDIDIKAN DI INDONESIA

“EVALUASI SISTEM ZONASI PENDIDIKAN “

Dosen Pengampu:

Dr.Abd.Majid, M.Ag.

Disusun oleh:

Nisa’ul Fitri 20170720053

Norina Wasriyani 20170720100

Muhammad Fikri Rizal 20170720129

Indra Jati Prabowo 20170720046

Aji Darusila 20170720113

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2019/2020
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sekolah menjadi tempat utama bagi berjalannya proses pembelajaran. Namun
sekolah yang ada di Indonesia masih belum memenuhi SNP (Standar Nasional
Pendidikan). Permasalahan Indonesia mengenai pendidikan meliputi manajemen
pendidikan, mutu pendidikan, dan pemerataan pendidikan. Pemerataan mutu dan kualitas
pendidikan masih belum bisa ditanggulangi oleh pemerintah dengan maksimal.
Akibatnya ketika penerimaan siswa baru telah dibuka, siswa lebih memilih mendaftarkan
diri ke sekolah favorit, hal ini lebih memperjelas bahwasanya kualitas pendidikan di
Indonesia masih belum rata.
Salah satu cara untuk meningkatkan pemerataan kualitas dan mutu pendidikan di
Indonesia yaitu menerapkannya sistem zonasi. Dalam PPDB tahun 2018 berisi mengenai
ketentuan sistem zonasi berdasar pada Permendikbud no 14 tahun 2018 yang memiliki
tujuan menjamin penerimaan siswa baru berjalan dengan, transparan, objektif, akuntabel
serta tanpa adanya kesenjangan maka mengacu pada perubahan menjadi lebih baik dalam
akses layanan pendidikan. Rekomendasi pada tahun 2016 dari Ombudsman Republik
Indonesia kepada Kemenag, Kemendagri, dan Kemendikbud yang selanjutnya
diaplikasikan oleh Kebudayaan Muhadjir Effendy dan Menteri Pendidikan yaitu sistem
zonasi yang bertujuan agar sekolah tidak memiliki predikat favorit dan tidak favorit,
upaya terciptanya pemerataan kualitas pendidikan di seluruh penjuru Indonesia.
[ CITATION Nov19 \l 1033 ]

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian zonasi?
2. Apa saja penyebab permasalahan sistem zonasi?
3. Apa saja kelebihan dan kekurangan sistem zonasi?
4. Apa saja dampak psikososial sistem zonasi?
5. Apa saja efek sistem zonasi untuk guru dan peserta didik?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem Zonasi

Sistem zonasi menurut bahasa suatu pemecahan dan pembagian didalam suatu
area yang terpecah menjadi beberapa bagian. Menurut istilah adalah suatu pembagian
disebuah tempat yang mana tempat itu tidak jauh dari sekolah untuk penerimaan peserta
didik. Yang terdapat pada pemerintah menteri pendidikan dan kebudayaan pasal 15 no.
17 tahun 2017 yang ber isi didalam pemerintah yang mempraktekkan sistem zonasi pada
sekolah yang dilaksanakan oleh pemerintahan daerahnya masing-masing, untuk
menampung peserta didik baru yang bertempat tidak jauh, jarak sekolah yang terdekat
atau orang yang resmi bertempat yang berdekatan dengan sekolah minimal 90% dari
semua siswa baru yang lulus seleksi. Jarak yang sudah diputuskan oleh pemerintah juga
sudah mengelompokkan sesuai dengan keadaan . Untuk itu, 10 persen dari jarak terdekat
dibagi diantaranya 5 persen untuk siswa yang berdomisili dan 5 persennya lagi untuk
siswa yang berprestasi. Akan tetapi terdapat dampak atau problem bagi sekolah-sekolah
dalam penerapan sistem zonasi ini.

Sistem zonasi yang baru diterapkan sejak 2017 ini berdampak kepada pelajar yang
mempunyai nilai tinggi tidak bisa mendapatkan sekolah yang peserta didik inginkan.
Karena jarak atau tempat tinggal siswa tidak terjangkau dari sekolah. Maka peserta didik
baru sangat sulit untuk bisa diterima oleh sekolah yang favorit dikarenakan terdapat
zonasi yang berselisih tempat nya hingga dianjurkan peserta didik hanya bisa mendaftar
sekolah ditempat terdekat yang itu sekolahnya mutu pendidikan nya kurang memadai.
Melainkan terdapat tempat sekolah yang mutu pendidikan nya baik yang lokasinya tidak
terdapat penduduk atau siswa yang banyak melainkan tidak bisa mengisi kuota yang
sudah tersedia, yang sebelumnya diterapkan sistem zonasi itu sekolahnya penuh siswa
yang berprestasi, dan juga tempat Sekolah yang mengutamakan hasil nilai mendapatkan
suatu kritik atau masukan dari masyarakat karena anaknya tidak bisa memenuhi syarat-
syarat nilai yang ditentukan. Akan tetapi dengan berjalannya waktu sistem zonasi mulai
berjalan sesuai keadaaan.
Yang terdapat pada Pemerintah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang
terdapat pada pasal 12 dan 13 no 17 tahun 2017 yang berbeda isi bahwasannya seleksi
didalam PPDB yang diselenggarakan untuk kelas 1 SMP dan juga kelas 1 SMA/SMK
memikirkan suatu penilaian atau penetapan yang harus diutamakan sesuai dengan isi
kuota yang ada yang didasari oleh semua siswa . Yang harus diutamakan itu adalah:

1. Tempat tinggal yang ditempati siswa harus dekat dari sekolah supaya tidak
terkena zonasi.

2. Umur siswa

3. Nilai rapot dan hasil ujian sekolah dan nilai raport, hasil ujian dan ijasah.

4. Sertifikat siswa yang berprestasi di akademik maupun non akademik

B. Penyebab Permasalahan Sistem Zonasi


Ada beberapa permasalahan mengapa zonasi tidak berjalan dengan semestinya,
yaitu diantara lain:

1. Kurang Sosialisasi

Dilihat dari bagian Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) masih belum optimal,
maka ini adalah salah satu menjadi kendala dalam pelaksanaan. Sosialisasi belum
sampai menjangkau ke orangtua, namun hanya sampai sosialisasi kepada lurah, kepala
sekolah, camat, serta tokoh masyarakat. Sebagian sekolah ada yang mengutamakan
dengan cara mendorong orangtua untuk memanipulasi data jarak dari rumah ke
sekolah, memanfaatkan kepemilikan Kartu Indonesia Pintar (KIP) dan Kartu
Indonesia Sehat (KIS) supaya diterima dalam penerimaan murid di sekolah..[ CITATION
Elg17 \l 1033 ]

2. Permasalahan Teknis

Ketika berlangsungnya tahapan seleksi daring terjadinya permasalahan teknis


yang disebabkan banyaknya yang berbondong-bondong mengakses sehingga terjadinya
gangguan server pada PPDB. Pemerintah yang kelihatannya masih belum siap dalam
menganani permasalahan ini dan sumber daya manusia yang terbatas maka permasalahan
dalam kendala teknis masih belum ditanggulangi dengan optimal. Selain itu, ada
beberapa orangtua yang masih kurang paham dengan teknologi sehingga tidak dapat
mengikuti seleksi daring.

3. Kapasitas Kurang Mencukupi

Permasalahan pokok yang terjadi ialah jumlah calon murid atau peserta didik
tidak sebanding dengan jumlah kuota kursi yang telah disediakan disekolah tersebut.
Tercatat pada data statistik tingkat sekolah menengah dan dasar 2016/2017 bahwasanya
tidak adanya keseimbangan penyediaan kuota antara alumni sedolah dasar dengan
ketersediaan kuota yang disediakan di sekolah menengah. Jumlah rombongan belajar
tingkat sekolah menengah 31% dari kuota rombongan belajar tingkat sekolah dasar. Pada
tahun 2016/2017 total lulusan sekolah dasar sebanyak 4.400.533, namun pada sekolah
menengah kuota yang disediakan untuk penerimaan siswa baru hanya 3.463.103. Kuota
yang disediakan tidak seimbang, maka menimbulkan beberapa calon peserta didik tidak
dapat ditampung di sekolah terdekat dari rumah mereka.

4. Perbedaan Kualitas Antar Sekolah

Realitanya, perbedaan kualitas di beberapa sekolah sudah menjadi tugas


Kemendikbud yang semestinya ditanggulangi sehingga semua sekolah menjadi layak
untuk menjadi tempat berlangsungnya proses pembelajaran. Disisi lain SDM sekolah
juga dituntut menjadikan lingkungan yang kondusif, baik itu kepala sekolah, tenaga
pendidik maupun tenaga kependidikan. Kenyataannya guru yang telah memiliki
sertifikasi hanya 49%, angka tersebut menyatakan standar kualitas antar sekolah yang
diharapkan masih belum tercapai seutuhnya. [ CITATION Ahm18 \l 1033 ]

C. Kelebihan dan Kekurangan Sistem Zonasi


Sistem zonasi adalah sistem yang dibangun pemerintah agar penerimaan calon
peserta didik tidak menekan pada nilai saja akan tetapi sistem zonasi lebih menekankan
pada jarak antar rumah calon peserta didik dengan sekolah.
Dalam aturan sistem zonasi yang terdapat dalam peraturan menteri pendidikan
dan kebudayaan nomor 51 tahun 2018 bahwasannya sekolah wajib menerima calon
peserta didik dengan quota paling sedikit 90% berdomisili radius zona terdekat dari jarak
rumah ke sekolah. Oleh karena itu kami di sini akan membahas sedikit tentang kelebihan
dan kekurangan sistem zonasi.
 Kelebihan sistem zonasi :
1. Memberi peluang terhadap anak yang bertempat tinggal di sekitar sekolah atau
rumahnya terkena zonasi bahwa mereka mempunyai peluang besar untuk diterima
disekolah favorit dekat rumah mereka meskipun nilai calon peserta didik rendah
atau tidak memenuhi standar kelulusan.[ CITATION Elg17 \l 1033 ]
2. Mempercepat pemerataan kualitas pendidikan di Indonesia. Pada dasarnya anak
bangsa memiliki hak yang sama, oleh karna itu tidak boleh ada diskriminasi, hak
ekslusif, kompetisi yang berlebihan diantara peserta didik untuk mendapatkan
layanan pemerintah. Dan diharapkan sistem ini dapat menghapus diskriminasi dan
hak-hak eksklusif serta upaya perubahan cara pandang masyarakat mengenai
sekolah unggulan.
3. Menguatkan pendidikan karakter dan diharapkan menghilangkan praktir jual beli
kursi dan pungli. Kebanyakan ketika pendaftaran sekolah negri/favorit orangtua
peserta didik selalu berebut untuk membeli kursi dan berapapun harganya akan
mereka beli demi anaknya diterima disekolah pilihan mereka.
 Kekurangan sistem zonasi :
1. Program zonasi yang kurang efektif karena ada beberapa sekolah yang
kekurangan siswa. karena kebanyakan anak memilih untuk mendaftar ke sekolah
favorit atau sekolah negeri sehingga banyak sekolah swasta yang kehilangan
siswanya karena mereka memilih sekolah yang lebih dekat dengan rumah dan
pembayaran spp yang murah.
2. Sistem pelayanan yang masih kurang maksimal sehingga para orangtua harus rela
menunggu untuk mendapatkan surat registrasi.
3. Para peserta didik yang pintar merasa dirugikan karena otomatis mereka akan
menyerbu sekolah vaforit akan tetapi rumah mereka jauh dari sekolah dan itu akan
menyulitkan mereka jika rumah mereka tidak terkena sistem zonasi tersebut.
4. Banyak para peserta didik yang mempuyai banyak masalah dalam kegiatan
pembelajaran, mereka yang masuk dengan jalur zonasi belum mampu untuk
mengikuti pelajaran dengan baik. Salah satu contoh di SMPN 5 Malang di tahun
2018 terdapat siswa yang drop out diakibatkan prestasi akademik yang di bawah
standar kelulusan minimal.[ CITATION Ike19 \l 1033 ]

D. Dampak Psikososial Sistem Zonasi

Sistem zonasi membuat siswa berkumpulnya siswa yang berprestasi dan yang tidak
berprestasi. Hal ini pasti akan mempengaruhi proses belajar para siswa untuk berkembang
lebih,daripada siswa yang tidak berprestasi. Karena sejatinya apa yang membuat siwa
berprestasi tidak hanya diukur dari seberapa dirinya berkembang, tapi dari factor-faktor lain
seperti lingkungan, teman dan fasilitas yang menunjang yang ada di sekolah tersebut.
Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa yang akan tertinggal bukan hanya anak didik yang
berprestasi ,tapi anak didik yang berprestasi akan merasa jenuh dan bosan karena terlalu
mudah dengan adanya penjelasan yang akan diterangkan oleh guru.
Dan factor lain bahkan akan terjadi yaitu meningkatnya siswa yang tidak berprestasi
dalam aspek atau hal kesulitan menerima pelajaran.jika disini dilihat bahwa guru atau
sekolah terfokos oleh salah satunya, yaitu focus kepada siwa yang berprestasi atau siswa
yang tidak berprestasi itu sendiri. Dengan kata lain guru disini akan mengeluarkan tenaga
yang lebih untuk mengimbangi masalah tersebut.[ CITATION Elg17 \l 1033 ]
Ada dua factor yang mempengaruhi perkembangan siswa yaitu: factor keluarga dan
factor lingkungan. Factor keluarga yaitu factor dimana siswa tidak lagi bersemangat dengan
adanya dukungan dari keluarga, ada sebuah penelitian yaitu siswa yang orang tuanya
berpendidikan rendah maka anaknya akan meniru orang tuanya karena tidak berpendidikan
tinggi.faktor lingkungan yaitu oleh teman sebayanya, teman sebaya tidak kalah
berpengaruhnya dengan factor keluarga. Karena teman sebaya yang tidak berprestasi
sedangkan anak yang berprestasi akan menurun prestasinya saat terakhir dia keluar dari
sekolahnya dibandingkan sebelum dia pertama masuk sekolah.

E. Efek Sistem Zonasi Untuk Guru dan Peserta Didik


Penerapan sistem zonasi pendidikan oleh pemerintah pada sekolah-sekolah di wilayah
Indonesia pada dasarnya untuk pemerataan mutu pendidikan yang memberikan
kesempatan kepada masyarakat, orang tua, dan peserta didik untuk memenuhi hak
dasarnya dalam mendapatkan pendidikan dengan kualitas sama-sama tinggi. Namun
dalam penerapan sistem zonasi pendidikan ini terdapat beberapa elemen yang tidak
menerima dengan sistem tersebut, yang mengakibatkan sistem ini belum bisa berjalan
dengan seluruhnya sehingga pemerintah harus mengevaluasi ulang sistem zonasi ini dan
mensosialisasikan kembali secara menyeluruh kepada masyarakat agar masyarakat
paham dan menerima sistem zonasi tersebut.
Ada beberapa elemen yang terkena efek atau pengaruh dari sistem zonasi tersebut
yaitu guru, dan peserta didik.
1. Guru
 Dilansir dari Liputan 6.com Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir
Effendy mengatakan: “Pemerataan guru di perioritaskan di dalam setiap zona
itu. Apabila ternyata masih ada kekurangan, guru akan dirotasi antarzona.
Rotasi guru antarkabupaten/kota baru dilakukan jika penyebaran guru benar-
benar tidak imbang dan tidak ada guru dari dalam kabupaten itu yang tersedia
untuk dirotasi” [CITATION Put19 \l 1033 ]
 Guru harus mampu mempunyai keterampilan mengajar secara beragam
terhadap kemampuan peserta didik yang tinggi dan rendah. [ CITATION Elg17 \l
1033 ]
 Guru harus mengeluarkan kemampuan lebih untuk mengajarkan siswa yang
kemampuannya di bawah rata-rata dengan mengadakan jam tambahan khusus
bagi peserta didik yang kemampuannya lebih rendah agar dapat mengikuti
pelajaran dengan teman-temannya.
2. Peseta Didik
 Pada orang tua dan peserta didik yang tergolong kurang mampu dari segi
ekonomi, sistem zonasi ini menguntungkan yang memudahkan siswa dan
orang tua untuk menghemat biaya akomodasi untuk sekolah.
 Terdapat keluhan dari orang tua peserta didik yang berprestasi, terkait
kebijakan kouta siswa berprestasi hanya 5%. Sehingga siswa yang berprestasi
ini kalah bersaing untuk masuk ke sekolah unggulan oleh siswa yang tidak
berprestasi, karena tersisihkan secara jarak rumahnya berdekatan dengan letak
sekolah tersebut. [CITATION Nov19 \l 1033 ]
 Peserta didik yang letak rumahnya jauh dari Sekolah Negeri tidak dapat
masuk ke sekolah negeri kecuali dengan mengejar kouta siswa berprestasi
yang paling banyak hanya 5% dari totak kouta. [ CITATION Elg17 \l 1033 ]
 Peserta didik yang kemampuannya lebih tinggi dapat kehilangan motivasi jika
tidak mendapat tantangan.
 Peserta didik yang kemampuannya lebih rendah harus mengikuti jam
tambahan agar dapat mengimbangi pelajaran dengan teman-temannya.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam adanya sistem zonasi ini terdapat pro dan kontra antara pihak sekolah dan orang
tua karena dalam sistem zonasi ini banyak terdapat kelebihan dan kekurangan yang dapat
memicu para peserta didik dalam proses belajar di sekolah. Dengan adanya sistem zonasi ini para
calon peserta didik merasa bangga karena bisa memasuki sekolah favorit mereka dengan cara
mudah yaitu dengan jarak antara sekolah dan rumah mereka dekat, dan ada juga para peserta
didik yang sudah masuk dalam sekolah favorit pilihan mereka dengan melewati jalur zonasi
terdapat siswa yang dikeluarkan dari sekolah akibat nilai mereka tidak memenuhi standar
kelulusan minimal sekolah tersebut. Namun ketika sistem zonasi telah terlaksana, ada
permasalahan mengapa zonasi tersebut tidak dapat berjalan dengan lancar,karena yang pertama
kurang nya sosialiasisi yang belum menjangkau orangtua, kedua adanya permasalahan teknis dan
beberapa orangtua masih belum bisa teknologi,ketiga kapasitas kurang mencukupi karena kuota
yang masuk dan keluar tidak seimbanh, keempat sangat menonjol perbedaan kualitas antar
sekolah.
DAFTAR PUSTAKA

Andina, E. (2017). Sistem Zonasi dan Dampak Psikologi Bagi Peserta Didik. 11.

Dwiastuti, I. (2019). Gambaran Psychological capital pada siswa sekolah menengah pertama di sekolah
dengan sistem zonasi dalam penerimaan siswa baru. psikologi pendidikan, 246.

Marenda, P. (2019). Sistem Zonasi PPDB 2019. Jakarta: Liputan 6.com.

Mashudi, A. (2018). kebijakan PPDB sistem zonasi SMA dalam mendorong pemerataan kualitas
sumberdaya manusia di jawa timur. manajemen pendidikan islam, 193.

Perdana, N. S. (2019). Implementasi PPDB Zonasi Dalam Upaya Pemerataan Akses dan Mutu Pendidikan.
Jurnal Pendidikan Glasser, 86-90.

Anda mungkin juga menyukai