Dosen Pengampu:
Dr.Abd.Majid, M.Ag.
Disusun oleh:
2019/2020
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sekolah menjadi tempat utama bagi berjalannya proses pembelajaran. Namun
sekolah yang ada di Indonesia masih belum memenuhi SNP (Standar Nasional
Pendidikan). Permasalahan Indonesia mengenai pendidikan meliputi manajemen
pendidikan, mutu pendidikan, dan pemerataan pendidikan. Pemerataan mutu dan kualitas
pendidikan masih belum bisa ditanggulangi oleh pemerintah dengan maksimal.
Akibatnya ketika penerimaan siswa baru telah dibuka, siswa lebih memilih mendaftarkan
diri ke sekolah favorit, hal ini lebih memperjelas bahwasanya kualitas pendidikan di
Indonesia masih belum rata.
Salah satu cara untuk meningkatkan pemerataan kualitas dan mutu pendidikan di
Indonesia yaitu menerapkannya sistem zonasi. Dalam PPDB tahun 2018 berisi mengenai
ketentuan sistem zonasi berdasar pada Permendikbud no 14 tahun 2018 yang memiliki
tujuan menjamin penerimaan siswa baru berjalan dengan, transparan, objektif, akuntabel
serta tanpa adanya kesenjangan maka mengacu pada perubahan menjadi lebih baik dalam
akses layanan pendidikan. Rekomendasi pada tahun 2016 dari Ombudsman Republik
Indonesia kepada Kemenag, Kemendagri, dan Kemendikbud yang selanjutnya
diaplikasikan oleh Kebudayaan Muhadjir Effendy dan Menteri Pendidikan yaitu sistem
zonasi yang bertujuan agar sekolah tidak memiliki predikat favorit dan tidak favorit,
upaya terciptanya pemerataan kualitas pendidikan di seluruh penjuru Indonesia.
[ CITATION Nov19 \l 1033 ]
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian zonasi?
2. Apa saja penyebab permasalahan sistem zonasi?
3. Apa saja kelebihan dan kekurangan sistem zonasi?
4. Apa saja dampak psikososial sistem zonasi?
5. Apa saja efek sistem zonasi untuk guru dan peserta didik?
BAB II
PEMBAHASAN
Sistem zonasi menurut bahasa suatu pemecahan dan pembagian didalam suatu
area yang terpecah menjadi beberapa bagian. Menurut istilah adalah suatu pembagian
disebuah tempat yang mana tempat itu tidak jauh dari sekolah untuk penerimaan peserta
didik. Yang terdapat pada pemerintah menteri pendidikan dan kebudayaan pasal 15 no.
17 tahun 2017 yang ber isi didalam pemerintah yang mempraktekkan sistem zonasi pada
sekolah yang dilaksanakan oleh pemerintahan daerahnya masing-masing, untuk
menampung peserta didik baru yang bertempat tidak jauh, jarak sekolah yang terdekat
atau orang yang resmi bertempat yang berdekatan dengan sekolah minimal 90% dari
semua siswa baru yang lulus seleksi. Jarak yang sudah diputuskan oleh pemerintah juga
sudah mengelompokkan sesuai dengan keadaan . Untuk itu, 10 persen dari jarak terdekat
dibagi diantaranya 5 persen untuk siswa yang berdomisili dan 5 persennya lagi untuk
siswa yang berprestasi. Akan tetapi terdapat dampak atau problem bagi sekolah-sekolah
dalam penerapan sistem zonasi ini.
Sistem zonasi yang baru diterapkan sejak 2017 ini berdampak kepada pelajar yang
mempunyai nilai tinggi tidak bisa mendapatkan sekolah yang peserta didik inginkan.
Karena jarak atau tempat tinggal siswa tidak terjangkau dari sekolah. Maka peserta didik
baru sangat sulit untuk bisa diterima oleh sekolah yang favorit dikarenakan terdapat
zonasi yang berselisih tempat nya hingga dianjurkan peserta didik hanya bisa mendaftar
sekolah ditempat terdekat yang itu sekolahnya mutu pendidikan nya kurang memadai.
Melainkan terdapat tempat sekolah yang mutu pendidikan nya baik yang lokasinya tidak
terdapat penduduk atau siswa yang banyak melainkan tidak bisa mengisi kuota yang
sudah tersedia, yang sebelumnya diterapkan sistem zonasi itu sekolahnya penuh siswa
yang berprestasi, dan juga tempat Sekolah yang mengutamakan hasil nilai mendapatkan
suatu kritik atau masukan dari masyarakat karena anaknya tidak bisa memenuhi syarat-
syarat nilai yang ditentukan. Akan tetapi dengan berjalannya waktu sistem zonasi mulai
berjalan sesuai keadaaan.
Yang terdapat pada Pemerintah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang
terdapat pada pasal 12 dan 13 no 17 tahun 2017 yang berbeda isi bahwasannya seleksi
didalam PPDB yang diselenggarakan untuk kelas 1 SMP dan juga kelas 1 SMA/SMK
memikirkan suatu penilaian atau penetapan yang harus diutamakan sesuai dengan isi
kuota yang ada yang didasari oleh semua siswa . Yang harus diutamakan itu adalah:
1. Tempat tinggal yang ditempati siswa harus dekat dari sekolah supaya tidak
terkena zonasi.
2. Umur siswa
3. Nilai rapot dan hasil ujian sekolah dan nilai raport, hasil ujian dan ijasah.
1. Kurang Sosialisasi
Dilihat dari bagian Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) masih belum optimal,
maka ini adalah salah satu menjadi kendala dalam pelaksanaan. Sosialisasi belum
sampai menjangkau ke orangtua, namun hanya sampai sosialisasi kepada lurah, kepala
sekolah, camat, serta tokoh masyarakat. Sebagian sekolah ada yang mengutamakan
dengan cara mendorong orangtua untuk memanipulasi data jarak dari rumah ke
sekolah, memanfaatkan kepemilikan Kartu Indonesia Pintar (KIP) dan Kartu
Indonesia Sehat (KIS) supaya diterima dalam penerimaan murid di sekolah..[ CITATION
Elg17 \l 1033 ]
2. Permasalahan Teknis
Permasalahan pokok yang terjadi ialah jumlah calon murid atau peserta didik
tidak sebanding dengan jumlah kuota kursi yang telah disediakan disekolah tersebut.
Tercatat pada data statistik tingkat sekolah menengah dan dasar 2016/2017 bahwasanya
tidak adanya keseimbangan penyediaan kuota antara alumni sedolah dasar dengan
ketersediaan kuota yang disediakan di sekolah menengah. Jumlah rombongan belajar
tingkat sekolah menengah 31% dari kuota rombongan belajar tingkat sekolah dasar. Pada
tahun 2016/2017 total lulusan sekolah dasar sebanyak 4.400.533, namun pada sekolah
menengah kuota yang disediakan untuk penerimaan siswa baru hanya 3.463.103. Kuota
yang disediakan tidak seimbang, maka menimbulkan beberapa calon peserta didik tidak
dapat ditampung di sekolah terdekat dari rumah mereka.
Sistem zonasi membuat siswa berkumpulnya siswa yang berprestasi dan yang tidak
berprestasi. Hal ini pasti akan mempengaruhi proses belajar para siswa untuk berkembang
lebih,daripada siswa yang tidak berprestasi. Karena sejatinya apa yang membuat siwa
berprestasi tidak hanya diukur dari seberapa dirinya berkembang, tapi dari factor-faktor lain
seperti lingkungan, teman dan fasilitas yang menunjang yang ada di sekolah tersebut.
Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa yang akan tertinggal bukan hanya anak didik yang
berprestasi ,tapi anak didik yang berprestasi akan merasa jenuh dan bosan karena terlalu
mudah dengan adanya penjelasan yang akan diterangkan oleh guru.
Dan factor lain bahkan akan terjadi yaitu meningkatnya siswa yang tidak berprestasi
dalam aspek atau hal kesulitan menerima pelajaran.jika disini dilihat bahwa guru atau
sekolah terfokos oleh salah satunya, yaitu focus kepada siwa yang berprestasi atau siswa
yang tidak berprestasi itu sendiri. Dengan kata lain guru disini akan mengeluarkan tenaga
yang lebih untuk mengimbangi masalah tersebut.[ CITATION Elg17 \l 1033 ]
Ada dua factor yang mempengaruhi perkembangan siswa yaitu: factor keluarga dan
factor lingkungan. Factor keluarga yaitu factor dimana siswa tidak lagi bersemangat dengan
adanya dukungan dari keluarga, ada sebuah penelitian yaitu siswa yang orang tuanya
berpendidikan rendah maka anaknya akan meniru orang tuanya karena tidak berpendidikan
tinggi.faktor lingkungan yaitu oleh teman sebayanya, teman sebaya tidak kalah
berpengaruhnya dengan factor keluarga. Karena teman sebaya yang tidak berprestasi
sedangkan anak yang berprestasi akan menurun prestasinya saat terakhir dia keluar dari
sekolahnya dibandingkan sebelum dia pertama masuk sekolah.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam adanya sistem zonasi ini terdapat pro dan kontra antara pihak sekolah dan orang
tua karena dalam sistem zonasi ini banyak terdapat kelebihan dan kekurangan yang dapat
memicu para peserta didik dalam proses belajar di sekolah. Dengan adanya sistem zonasi ini para
calon peserta didik merasa bangga karena bisa memasuki sekolah favorit mereka dengan cara
mudah yaitu dengan jarak antara sekolah dan rumah mereka dekat, dan ada juga para peserta
didik yang sudah masuk dalam sekolah favorit pilihan mereka dengan melewati jalur zonasi
terdapat siswa yang dikeluarkan dari sekolah akibat nilai mereka tidak memenuhi standar
kelulusan minimal sekolah tersebut. Namun ketika sistem zonasi telah terlaksana, ada
permasalahan mengapa zonasi tersebut tidak dapat berjalan dengan lancar,karena yang pertama
kurang nya sosialiasisi yang belum menjangkau orangtua, kedua adanya permasalahan teknis dan
beberapa orangtua masih belum bisa teknologi,ketiga kapasitas kurang mencukupi karena kuota
yang masuk dan keluar tidak seimbanh, keempat sangat menonjol perbedaan kualitas antar
sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Andina, E. (2017). Sistem Zonasi dan Dampak Psikologi Bagi Peserta Didik. 11.
Dwiastuti, I. (2019). Gambaran Psychological capital pada siswa sekolah menengah pertama di sekolah
dengan sistem zonasi dalam penerimaan siswa baru. psikologi pendidikan, 246.
Mashudi, A. (2018). kebijakan PPDB sistem zonasi SMA dalam mendorong pemerataan kualitas
sumberdaya manusia di jawa timur. manajemen pendidikan islam, 193.
Perdana, N. S. (2019). Implementasi PPDB Zonasi Dalam Upaya Pemerataan Akses dan Mutu Pendidikan.
Jurnal Pendidikan Glasser, 86-90.