Anda di halaman 1dari 26

PROPOSAL PENELITIAN

UPAYA KEPALA MADRASAH DALAM MENINGKATKAN


PROFESIONALISME GURU DI MI MAARIF MARGOKATON

Disusun Oleh:

Ahmad Agus Khoirudin (20170720038)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pada era milenial ini tidak dipungkiri bahwa semua aktivitas kita
tidak lepas dan tidak jauh dari teknologi. Dengan kemudahan dan
kecanggihan yang selalu berkembang sangat memungkinkan masyarakat
untuk mengakses dan memperoleh berbagai informasi, tidak dipungkiri
juga dengan anak-anak yang sudah tidak merasa asing dengan handpone.
Dengan perkembangan zaman yang begitu pesat berbagai kemudahan
dapat diperoleh, termasuk dalam belajar mengajar yang memungkinkan
guru untuk memberi materi atau tugas melalui sosial media dengan
bimbingan orang tua, akan tetapi ternyata kehadiran guru sangat
berpengaruh terhadap tingkat pemahaman siswa karena di dalam kelas
itulah terjadi transfer pengetahuan, yang mana keuletan dan kesabaran
guru dalam memahamkan siswa itu tidak akan dijumpai dalam media
ataupun pengganti yang lain. Selain itulah adanya guru juga
memungkinkan interaksi timbal balik, bertanya dan ditanya sehingga
kehadiran guru yang mengajar di kelas menciptakan kedekatan emosional
antara guru dan siswa.
Selain memiliki peranan dalam membentuk karakter, guru
memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan
pendidikan. Guru yang profesional diharapkan menghasilkan lulusan yang
berkualitas. Profesionalisme guru sebagai ujung tombak di dalam
implementasi kurikulum di kelas tentunya sangat mempengaruhi proses
pembelajaran itu sendiri, dan dalam jangka panjang akan berpengaruh
terhadap hasil belajar. Untuk menunjang semua itu maka diperlukan
pembaharuan wawasan secara terus menerus mengingat pesatnya
perkembangan dunia pendidikan saat ini, dan juga guru harus mengerti
dengan kondisi masyarakat dan harapan-harapan mereka.

1
Seorang kepala sekolah sangat berperan dalam menggerakkan
berbagai komponen di sekolah sehingga proses belajar mengajar di
sekolah berjalan dengan baik (Suhardiman, 2012). Kepala sekolah sebagai
seorang pemimpin dalam instansi memiliki peranan sangat penting, karena
dengan arahan dan instruksi beliaulah semua warga sekolah tunduk dan
patuh. Sehingga dalam hal ini keberhasilan suatu organisasi berada dalam
pengaruh seorang pemimpin. Oleh karena itu kepala sekolah bertanggung
jawab atas sebuah sekolah. Sehingga untuk mewujudkan harapan dan
tujuan sekolah, seorang kepala sekolah harus membuat visi dan misi.
Selain itu kepala sekolah juga dituntut untuk kreatif dan inovatif guna
mengembangkan sekolah yang ia pimpin.
Salah satu upaya kepala sekolah dalam memajukan sekolah agar
berkinerja dengaan baik yaitu dengan melakukan pembinaan kepada guru.
Pembinaan tersebut dilakukan karena guru merupakan orang yang
bertanggung jawab langsung dalam pembelajaran. Sementara itu
pembelajaran yang bermutu merupakan salah satu indikator keberhasilan
sekolah. Pembelajaran yang bermutu akan menyebabkan pendidikan
secara umun bermutu. Oleh karena itu mutu pendidikan nasional banyak
ditentukan pembelajaran bermutu yang dilaksanakan para guru di kelas.
Supaya pembelajaran bermutu, maka gurunya juga harus bermutu. Di
dalam konteks ini pembinaan kepala sekolah terhadap guru menjadi
sesuatu yang sangat penting. Dari latar belakang permasalahan tersebut,
peneliti tertarik untuk meneliti tentang bagaimana usaha kepala madrasah
dalam meningkatkan profesionalisme guru di MI Maarif Margokaton.
Alasan pemilihan lokasi di MI Maarif Margokaton adalah bahwa di
MI Maarif Margokaton tersebut merupakan sekolah swasta yang memiliki
banyak program unggulan. Selain itu sekolah ini mengalami
perkembangan yang signifikan sejak pergantian kepala sekolah pada tahun
2007. Mulai dari bangunan, sarana prasarana, mutu dan kedisplinan guru.
Hal tersebut terlihat dari pembangunan gedung sekolah dan ketersediaan
fasilitas yang memadai. Beberapa program unggulan yang terdapat di MI

2
Maarif Margokaton adalah program tahfidz (hafalan Al–Quran) yang
berguna untuk menambah hafalan para peserta didik atau memberikan
penguatan pada hafalan peserta didik. Setiap peserta didik yang
mempunyai hafalan yang banyak dan bagus mendapatkan apresiasi dalam
bentuk pemberian hadiah dari pihak sekolah sehingga bisa menimbulkan
semangat dan motivasi bagi siswa lain. Program tadarus Al-Quran yang
dilaksanakan perkelas sesuai jadwal. Dalam pelaksanakan program
unggulan tadarus ini terdapat target yang disesuaikan dengan target kelas
masing-masing. Selain itu juga terdapat program tartil yang dilaksanakan
pada saat jam pembelajaran. Program tatril berfungsi untuk memperbaiki
hafalan, bacaan dan tajwid peserta didik sehingga nantinya hafalan,
bacaan, dan tajwid peserta didik dapat bagus sesuai dengan kaidah.
Program unggulan terakhir yang terdapat di sekolah MI Maarif
Margokaton adalah badui, program ini sangatlah jarang dimiliki oleh
sekolah lain. Pentas kesenian badui dilaksanakan menyesuaikan
permintaan masyarakat, kadang sebulan sekali, dua kali atau lebih.
Program ini sebagai pemicu kreatifitas peserta didik dan penanaman seni
sejak kecil.
Berangkat dari hal tersebut, peneliti tertarik ingin mengetahui
upaya yang dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan
profesionalisme guru di MI Maarif Margokaton, sehingga dapat
menciptakan sekolah yang sedemikian rupa. Dalam penelitian ini, peneliti
mensubjekan penelitian pada wawancara para guru dan observasi langsung
ke sekolah untuk mengetahui secara langsung bagaimana kondisi secara
nyata dan jelas terkait upaya kepala madrasah MI Maarif Margokaton.
Selain itu dengan peneliti mewawancara langsung para guru di MI Maarif
Margokaton diharapkan nantinya bisa mengetahui secara jelas bagaimana
kondisi profesionalisme para guru serta bagaimana perspektif para guru
terhadap kepala madrasah di MI Maarif Margokaton. Sehingga nantinya
dapat diketahui secara jelas bagaimana upaya kepala madrasah MI Maarif

3
Margokaton dalam meningkatkan profesionalisme guru di MI Maarif
Margokaton.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana upaya yang dilakukan Kepala Madrasah MI Maarif
Margokaton dalam meningkatkan profesionalisme guru?
2. Bagaimana kondisi profesionalisme guru yang ada di MI Maarif
Margokaton?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan Kepala Madrasah MI Maarif
Margokaton dalam meningkatkan profesionalisme guru.
2. Untuk mengetahui bagaimana kondisi profesionalisme guru yang ada
di MI Maarif Margokaton.

D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini secara umum dapat dibedakan menjadi:

1. Untuk kepala sekolah, dapat menjadi evaluasi dan pembelajaran guna


meningkatkan profesionalisme guru dalam masa mendatang.
2. Untuk guru, dapat menjadi acuan dan motivasi untuk memperbaiki
diri, memperbaiki kualitas pembelajaran di kelas dan sebagai pelecut
semangat dalam mengajar siswa.
3. Untuk penulis, bermanfaat sebagai bahan belajar, sumber pengalaman,
dan motivasi agar kedepannya dapat menjadi guru profesional.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

A. Tinjauan Pustaka
Sebelum melakukan penelitian tentang kepala madrasah dalam
meningkatkan profesionalisme guru, terlebih dahulu disini akan
dipaparkan mengenai penelitian terdahulu yang berkaitan dengan
penelitian ini:
1. Skripsi berjudul “Upaya Kepala Madrasah dalam Mengembangkan
Profesionalisme Guru di MTs Negeri Banyusoca, Playen, Gunung
Kidul, Yogyakarta“ hasil penelitian M. Wafidil Fikri mahasiswa
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Tahun
2014. Penelitian tersebut merupakan penelitian lapangan yang bersifat
kualitatif-deskriptif. Subjek penelitiannya adalah kepala sekolah dan
guru bidang studi MTs N Banyusoca. Dalam skripsi tersebut
membahas tentang upaya kepala madrasah dalam mengembangkan
profesionalisme guru di MTs Negeri Banyusoca, Playen, Gunung
Kidul, Yogyakarta (M. wafidil Fikri, 2014).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepala MTs N Banyusoca
melakukan upaya peningkatan kompetensi guru melalui kebijakan
Penilaian Kinerja Guru (PKG) sehingga memberikan pengaruh baik
terhadap hasil kerja guru. Dalam penerapan fungsi EMALSIM dapat
memberikan dampak yang baik terhadap hasil kinerja guru serta tenaga
kependidikan sehingga mampu membantu terselenggaranya
kependidikan. Selain itu, juga dapat memberikan dampak yang baik
terhadap lingkungan kerja, hubungan kerja, rasa tanggung jawab,
inisiatif, kemandirian dan juga kedisiplinan.

Persamaan antara skripsi yang akan saya buat dengan skripsi


M. Wafidil Fikri yaitu sama-sama ingin mengetahui tentang upaya
kepala madrasah dalam meningkatkan profesionalisme guru.

5
Persamaan yang lainnya adalah jenis penelitian yang digunakan yaitu
penelitian kualitatif. Sedangkan perbedaannya adalah dari segi tempat
penelitian, yakni dalam penelitian M. Wafidil Fikri dilakukan di MTs
Negeri Banyusoca, sedangkan penelitian yang akan saya lakukan
bertempat di MI MAARIF MARGOKATON. Selain hal tersebut
terdapat perbedaan lain dalam rumusan masalah, di dalam skripsi M.
Wafidil Fikri menyebutkan tentang faktor pendukung dan faktor
penghambat, sedangkan dalam skripsi yang akan saya buat ingin
mengetahui tentang kondisi profesionalisme guru yang ada di MI
MAARIF MARGOKATON.

2. Skripsi berjudul “Peran Kepala Madrasah dalam Meningkatkan


Profesionalisme Guru PAI di MTs Al-Mu’min Muhammadiyah
Tembarak Temanggung.” Hasil penelitian Anis Choiru Nisa
mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga
Tahun 2017. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian
ini dilatar belakangi oleh masih banyaknya guru yang belum memiliki
profesionalisme sebagaimana yang telah ditetapkan pemerintah, yaitu
kualifikasi akademik, kompetensi dan sertifikasi. Dalam skripsi
tersebut membahas tentang peran kepala madrasah dalam
meningkatkan profesionalisme guru PAI di MTs Al-Mu’min
Muhammadiyah Tembarak Temanggung (Anis Choiru Nisa, 2017).
Hasil penelitian menunjukkan peran kepala madrasah dalam
meningkatkan profesionalisme guru PAI di MTs Al-Mu’min
Muhammadiyah Tembarak Temanggung yaitu memiliki peran
edukator, manajer, supervisor,dan motivator. Sebagai educator, kepala
madrasah berperan meningkatkan profesionalisme guru melalui
beberapa agenda misalnya mengadakan workshop berbasis madrasah,
mengikutsertakan guru dalam berbagai kegiatan madrasah dan
memberi kesempatan kepada guru untuk meningkatkan
profesionalnya. Sebagai supervisor, kepala madrasah mengadakan
rapat rutin dengan semua guru, juga melakukan kunjungan kelas.

6
Sebagai motivator, kepala madrasah berusaha memperbaiki suasana
kerja, melakukan pengaturan lingkungan fisik sekolah memberikan
dorongan serta penghargaan kepada guru teladan.

Persamaan skripsi Anis Choiru Nisa dengan skripsi yang akan


saya buat adalah sama-sama membahas tentang kepala madrasah dan
profesionalisme guru. Persamaan yang lainnya adalah jenis penelitian
yang digunakan yaitu penelitian kualitatif. Sedangkan perbedaannya
adalah dari segi tempat penelitian, yakni dalam penelitian Anis Choiru
Nisa dilaksanakan di MTs Al-Mu’min Muhammadiyah Tembarak
Tulungagung, sedangkan penelitian yang akan saya lakukan bertempat
di MI MAARIF MARGOKATON. Selain hal tersebut terdapat
perbedaan lain dalam rumusan masalah, di dalam Anis Choiru Nisa
menyebutkan tentang factor pendukung dan factor penghambat,
sedangkan dalam skripsi yang akan saya buat ingin mengetahui
tentang kondisi profesionalisme guru yang ada di MI MAARIF
MARGOKATON. Kemudian perbedaan lainnya adalah dalam skripsi
Anis Choiru Nisa membahas tentang peran kepala madrasah, dan
dalam skripsi saya membahas tentang upaya yang dilakukan kepala
madrasah.

3. Skripsi berjudul “Upaya Kepala Sekolah dalam Meningkatkan


Profesionalisme Guru di MTs Pondok Pesantren Darussakinah Batu
Bersurat Kecamatan XIII Koto Kampar Kabupaten Kampar” hasil
penelitian Ardi Saputra mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN Sunan Syarif Kasim Riau. Penelitian ini merupakan penelitian
kualitatif. Subyek penelitian ini adalah kepala madrasah dan guru MTs
Darussakinah Batu Bersurat kecamatan XIII Koto Kampar Kabupaten
Kampar. Dalam skripsi tersebut membahas tentang upaya kepala
sekolah dalam meningkatkan profesionalisme guru di MTs Pondok
Pesantren Darussakinah Batu Bersurat Kecamatan XIII Koto Kampar
Kabupaten Kampar (Ardi Saputra, 2013).

7
Hasil penelitian tersebut disebutan bahwa upaya kepala
madrasah dalam meningatkan profesionalisme guru dikategorikan
optimal. Hal ini dapat dilihat dari hasil akhir pengolahan data dari
lapangan menjunjukkan bahwa presentase yang diperoleh sebesar
79,62%. Sedangkan faktor yang mempengaruhi upaya kepala sekolah
dalam meningkatkan profesionalisme guru di MTs Darussakinah
terdiri dari dua faktor yaitu faktor pendukung dan penghambat.
Persamaan skripsi Ardi Saputra dengan skripsi yang akan saya
buat adalah sama-sama membahas tentang upaya kepala madrasah
dalam meningkatkan profesionalisme guru. Persamaan yang lainnya
adalah jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian kualitatif.
Sedangkan perbedaannya adalah dari segi tempat penelitian, yakni
dalam penelitian Ardi Saputra dilaksanakan di MTs Pondok Pesantren
Darussakinah Batu Bersurat Kecamatan XIII Koto Kampar Kabupaten
Kampar, sedangkan penelitian yang akan saya lakukan bertempat di
MI MAARIF MARGOKATON. Selain hal tersebut terdapat perbedaan
lain yaitu dalam Ardi Saputra menyebutkan tentang faktor pendukung
dan faktor penghambat, sedangkan dalam skripsi yang akan saya buat
ingin mengetahui tentang kondisi profesionalisme guru yang ada di MI
MAARIF MARGOKATON.
4. Skripsi berjudul “Upaya Kepala Madrasah Dalam Meningkatkan
Profesionalisme Guru di MA Miftahul Ulum Ngemplak Mranggen
Tahun 2018/2019” hasil penelitian Umi Nadhifah mahasiswi Fakultas
Agama Islam Universitas Wahid Hasyim. Penelitian ini merupakan
penelitian kualitatif. Subyek penelitian ini adalah kepala madrasah dan
guru di MA Miftahul Ulum Ngemplak Mranggen. Dalam skripsi
tersebut membahas tentang upaya kepala sekolah dalam meningkatkan
profesionalisme guru di MA Miftahul Ulum Ngemplak Mranggen
(Umi, 2019).
Hasil penelitian tersebut disebutan bahwa Upaya Kepala
Madrasah Dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru Di MA

8
Miftahul Ulum Ngemplak Mranggen adalah melakukan upaya seperti
mengirimkan guru dalam kegiatan akademik berupa Seminar (Diklat)
yg diadakan kemenag maupun dari luar, itu semua bisa di lihatkan
dengan adanya sertifikat yang di terima oleh guru dan bisa di tunjukan
oleh guru yang telah mendapatkannya. Dan diikutkan pelatihan tigkat
madrasah maupun MGMP yang di harapkan dengan adanya MGMP
guru akan menambah pengetahuannya dengan bertukar crita dengan
guru dari sekolah yang lain dengan begitu guru bisa menumakan solusi
dari masalah yang di hadapi. Upaya lain untuk meningkatkan
kemampuan profesional guru yaitu Menyiapkan fasilitas belajar
dengan menyediakan sarana prasarana yang mendukung untuk proses
pembelajaran salah satunya dengan mengharuskan para guru untuk
memiliki kemampuan dalam pengoprasian komputer, LCD, dan alat
bantu lainya.
Persamaan skripsi Umi Nadhifah dengan skripsi yang akan
saya buat adalah sama-sama membahas tentang upaya kepala
madrasah dalam meningkatkan profesionalisme guru. Persamaan yang
lainnya adalah jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian
kualitatif. Sedangkan perbedaannya adalah dari segi tempat, yakni
dalam penelitian Umi Nadhifah dilaksanakan di MA Miftahul Ulum
Ngemplak Mranggen, sedangkan penelitian yang akan saya lakukan
bertempat di MI MAARIF MARGOKATON. Selain hal tersebut
terdapat perbedaan lain yaitu dalam Skripsi Umi Nadhifah
menyebutkan tentang faktor pendukung dan faktor penghambat,
sedangkan dalam skripsi yang akan saya buat ingin mengetahui
tentang kondisi profesionalisme guru yang ada di MI MAARIF
MARGOKATON.
5. Jurnal berjudul “Upaya Kepala Madrasah Dalam Meningkatkan
Profesionalisme Guru di MTs Negeri 2 Medan” hasil penelitian
Masythah Nur Nst. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif.
Subyek penelitian ini adalah Pengawas kepala madrasah dan guru di

9
MTs Negeri 2 Medan. Dalam jurnal tersebut membahas tentang upaya
kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalisme guru di MTs
Negeri 2 Medan(Masythah Nur Nst, 2017).
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa dalam rangka
meningkatkan kemampuan profesional guru Kepala MTs Negeri 2
Medan melakukan kegiatan melalui kebijakan MGMP,
GERMANING, apel pagi dan siang, mengirim guru-guru untuk
mengikuti Workshop, dan melaksanakan monitoring yang tiada henti,
mengkoreksi seluruh bahan ajar guru, termasuk PROTA, PROSEM,
RPP, dan Silabus, serta memberikan motivasi secara terus menerus.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
kemampuan profesionalisme guru, bagaimana upaya serta proses
pelaksanaan peningkatan profesional guru yang dilakukan oleh kepala
madrasah MTs Negeri 2 Medan.
Persamaan jurnal Masythah Nur Nst dengan skripsi yang akan
saya buat adalah sama-sama membahas tentang upaya kepala
madrasah dalam meningkatkan profesionalisme guru. Persamaan yang
lainnya adalah jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian
kualitatif. Sedangkan perbedaannya adalah dari segi tempat, yakni
dalam penelitian Masythah Nur Nst dilaksanakan di MTs Negeri 2
Medan, sedangkan penelitian yang akan saya lakukan bertempat di MI
MAARIF MARGOKATON. Selain hal tersebut terdapat perbedaan
lain yaitu dalam jurnal Masythah Nur Nst yaitu subjek penelitan dalam
jurnal ini adalah pengawas kepala madrasah sedangkan subjek
penelitian saya adalah kepala madrasah.

B. Kerangka Teori
1. Kepala Sekolah
a. Kompetensi Kepala Sekolah
Supandi (1990) mengemukakan bahwa “kompetensi adalah
seperangkat kemampuan untuk melakukan suatu jabatan, dan

10
bukan semata-mata pengetahuan saja. Kompetensi menuntut
kemampuan kognitif, kondisi afektif, nilai-nilai dan keterampilan
tertentu yang khas dan spesifik berkaitan dengan karakteristik
jabatan atau tugas yang dilaksanakan.”
Kompetensi kepala sekolah sebagaimana yang
dipersyaratkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2007, tentang Standar Kepala
Sekolah/Madrasah adalah kompetensi kepribadian, kompetensi
manajerial, kompetensi kewirausahaan, kompetensi supervisi, dan
kompetensi sosial. Namun, beberapa kompetensi yang telah
disbutkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia Nomor 13 Tahun 2007 belum bisa menjadi tolak ukur
keberhasilan sekolah dalam mencapai visi dan misi sekolah.
Sehingga, perlu ditambah dengan beberapa kompetensi yang
berkaitan dengan tugas dan fungsi seorang kepala sekolah.
Mengingat peran kepala sekolah dalam sekolah adalah sebagai titik
pergerakan dalam mengembangkan dan mendayagunakan guru
untuk tercapainya tujuan pendidikan.
b. Tugas Pokok Kepala Sekolah
Menurut Kemendiknas (2008), secara umum tugas pokok
kepala sekolah pada semua jenjang mencakup tiga bidang, yaitu
tugas manajerial, supervisi, dan kewirausahaan
1) Tugas Manajerial
Seorang kepala sekolah merupakan pemimpin dalam
sekolah sehingga harus mampu memaksimalkan semua sumber
daya yang ada didalam sekolah untuk memajukan sekolahnya.
Beberapa sumber daya yang harus dikelola oleh kepala sekolah
yaitu tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, pembiayaan,
sarana dan prasarana, kesiswaan, pembelajaran, perpustakaan,
laboratorium, peran serta masyarakat, sistem informasi sekolah
dan lain-lain.

11
2) Tugas Supervisi
Tugas supervisi kepala sekolah berkaitan dengan evaluasi
pendidik dan tenaga kependidikan. Evaluasi ini bertujuan untuk
mengontrol dan memperbaiki kinerja pendidik dan tenaga
kependidikan. Sehingga, seorang pendidik dan tenaga
pendidikan bisa berkerja dengan baik dan maksimal. Dengan
demikian mutu dan proses pendidikan dalam sekolah dapat
terjamin. Selain itu evaluasi juga berfungsi untuk pemberian
apresiasi dan motivasi kepada pendidik dan tenaga pendidikan.
Apresiasi dan motivasi yang dilakukan bertujuan untuk
mengembangkan dan memperbaiki kualitas pendidik dan
tenaga pendidikan. Beberapa kegiatan yang harus dilakukan
oleh kepala sekolah kaitannya dengan tugas pokok supervisi
yaitu:
a) Merencanakan program supervisi
b) Melaksanakan program supervisi
c) Menindaklanjuti program supervisi
3) Tugas Kewirausahaan
Seorang kepala sekolah perlu memiliki jiwa
kwirausahaan yang baik. Hal tersebut dikarenakan dengan
adanya jiwa kewirausahaan yang baik maka seorang kepala
sekolah bisa mengimplementasikannya di sekolah untuk
memajukan sekolahnya.
c. Peran Kepala Sekolah
Menurut Elmore (2006), Friesen & Jacobsen (2009), Hattie
(2010), Leithword (2007), dan Marzano (2006) yang dikutip
Dharma (2010) peran kepala sekolah pada abad 21 sebagai berikut:
1) Berpartisipasi pada pembelajaran sebanyak 91%
2) Sebagai penentu tujuan dan harapan sebanyak 54%

12
3) Memberikan arahan kepada para guru untuk menentukan
pembelajaran dengan menggunakan evaluasi formatif sebanyak
90%
4) Merencanakan, mengkoordinasi dan mengevaluasi pengajaran,
kurikulum dan pedagogi (terlibat langsung dengan
mengunjungi kelas secara regular, dan memberikan feedback
pada pembelajaran) sebanyak 74%
5) Mengelola sumber daya sebanyak 60%
6) Memastikan para guru mendapat informasi tentang praktik
pembelajaran yang terbaru sebanyak 64%
7) Menentang status quo sebanyak 60%
8) Mengontrol lingkungan yang mendukung pembelajaran
sebanyak 49%
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, seorang kepala
sekolah memiliki peran yang sangat besar dalam kegiatan proses
pembelajaran di sekolah. Hal tersebut mengindikasikan bahwa
seorang kepala sekolah memiliki perang yang penting dalam
meningkatkan mutu pendidikan di sekolah. Seorang kepala sekolah
juga harus paham tentang pembelajaran, mulai dari merencanakan,
melaksanakan, sampai kinerjanya. Jadi, dalam konteks ini kepala
sekolah tidak hanya paham cara mengelola sekolah, sesuai dengan
perannya sebagai manajer, tetapi harus paham tentang berbagai hal
yang berkaitan dengan pembelajaran.
d. Kepemimpinan Pendidikan (Kepala Sekolah)
Kepemimpinan pendidikan adalah pemimpin dalam
lembaga pendidikan yang bertugas mengontrol dan
mengkoordinasi lembaga tersebut. Tanpa adanya kepala sekolah
pelaksanaan proses pendidikan dalam sekolah tidak akan berjalan
efektif. Menurut Mulyono, terdapat beberapa persyaratan untuk
kepala sekolah dalam menciptakan sekolah yang lebih efektif,
diantaranya:

13
1) Memiliki kesehatan jasmani dan ruhani yang baik
2) Berpegang teguh pada tujuan yangg dicapai
3) Bersemangat
4) Cakap di dalam memberi bimbingan
5) Jujur
6) Cerdas
7) Cakap di dalam hal mengajar dan menaruh perhaatian
kepercayaan yang baik dan berusaha untuk mencapainya
(Mulyono, 2008).
2. Profesionalisme
a. Pengertian Profesionalisme
Profesionalisme berasal dari istilah profesional dengan
kata dasar profession (profesi). Dalam (Sagala, 2009) menyatakan
bahwa “profesionalisme merupakan sikap profesional yang berarti
melakukan sesuatu sebagai pekerjaan pokok sebagai profesi dan
bukan sebagai pengisi waktu luang atau sebagai hobi belaka.” Dari
pengertian tersebut penulis menyimpulkan bahwa profesionalisme
adalah perilaku optimal yang ditunjukkan seseorang dalam
mengerjakan atau menyelesaikan pekerjaannya, serta dibarengi
dengan komitmen dan etos kerja tinggi sehingga tercapai tujuan
yang diinginkan.
b. Urgensi Profesionalisme
dalam Kehidupan
Tuntutan profesionalitas dalam bekerja atau mengajar dapat
dibedakan menjadi 2, yaitu:
1. Landasan Normatif
Diisyaratkan dalam hadis riwayat Thabrani:
“Sesungguhnya Allah mencintai saat salah seorang diantara
kalian mengerjakan suatu pekerjaan dengan teliti.”
Teliti dalam bekerja merupakan salah satu ciri
profesionalitas. Demikian juga Al-Quran menuntut kita agar

14
bekerja dengan penuh kesungguhan, apik, dan bukan asal jadi
(Jejen Musfah, 2011). Dalam QS Al-An’am: 135 dinyatakan: “
Hai kaumku, berbuatlah sepenuh kemampuanmu,
sesungguhnya akupun berbuat (pula). Kelak kamu akan
mengetahui, siapakah (diantara kita) yang akan memperoleh
hasil yang baik di dunia ini. Sesungguhnya orang-orang yang
zalim itu tidak akan mendapat keberuntungan.”
Dari hadis dan ayat tersebut secara tidak langsung terdapat
makna tersirat yang menuntut kita agar melakukan pekerjaan
secara professional dan maksimal. Karena sesungguhnya kita
pun yang akan menuai hasil dari apa yang kita kerjakan.
2. Landasan Yuridis
Menurut UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen Pasal 1 bahwa “Guru adalah pendidik professional
dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik
pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, dasar,
dan menengah.” Dalam undang-undang tersebut juga
dijelaskan bahwa menempatkan kedudukan guru sebagai
tenaga profesional sangat urgen karena berfungsi untuk
meningkatkan martabat guru sendiri dan meningkatkan mutu
pendidikan nasional. Hal itu tertera pada Pasal 4 bahwa
“Kedudukan guru sebagai tenaga profesional sebagaimana
dimaksud dalam pasal 2 ayat 1 berfungsi untuk meningkatkan
martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi
untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional.”
Selanjutnya pada pasal 6 menyatakan “Tujuan
menempatkan guru dan dosen sebagai tenaga profesional
bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional,
yaitu berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

15
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta
menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung
jawab.”1 Jadi dapat disimpulkan bahwa profesionalitas sangat
dibutuhkan dalam segala kegiatan karena selain menyangkut
komitmen dan tanggung jawab, profesionalitas juga
mempengaruhi hasil kinerja seseorang.
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI
Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kompetensi Akademik
dan Kompetensi Guru dijelaskna bahwa “Kualifikasi akademik
guru SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA minimum diploma
empat (D-4) atau sarjana (S-1).” Dalam PMPN ini juga
disebutkan bahwa “Guru harus menguasai empat kompetensi
utama, yaitu pedagogis, kepribadian, sosial, dan professional.
Keempat kompetensi ini terintegrasi dalam kinerja guru (Jejen
Musfah, 2011).”
c. Karakteristik Guru Profesional
Guru profesonal akan tercermin dalam proses menjalankan
pekerjaan yang ditandai dengan keahlian, baik dalam materi
maupun metode. Dengan keahliannya itu seorang guru mampu
menunjukan otonominya, baik pribadi maupun sebagai pemangku
profesinya. Disamping itu, sosok guru yang profesional dapat
ditunjukkan oleh tanggung jawabnya dalam melaksanakan seluruh
pengabdiannya. Seorang guru yang profesional hendaknya mampu
memikul dan melaksanakan tanggung jawab sebagai guru dengan
sebaik-baiknya.
Guru yang professional harus mampu meningkatkan
pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta didik secara
berkelanjutan. Sasaran penyikapan itu meliputi penyikapan terhadap
perundang-undangan, organisasi profesi, teman sejawat, peserta
didik, tempat kerja, pemimpin dan pekerjaan. Jabatan guru harus

1
UU Nomer 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

16
selalu dikembangkan dan dimutakhirkan sebagai bentuk jawaban
tantangan perkembangan di masyarakat.
3. Guru
a. Pengertian Guru
Guru adalah sebuah profesi sebagaimana profesi lainnya
yang merujuk pada pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian,
tanggung jawab, dan kesetiaan (H.S & Umiarso, 2011). Dalam
jurnal Ali (Mudlofir, 2012) menyatakan bahwa “Guru merupakan
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
siswa pada jalur pendidikan formal. Tugas utama itu akan efektif
jika guru memiliki derajat profesionalitas tertentu yang tercermin
dalam kompetensi, kemahiran, kecakapan, dan keterampilan yang
memenuhi standar mutu atau norma etik tertentu.” Berdasarkan
pemaparan diatas penulis menarik kesimpulan bahwa guru adalah
seorang yang mengemban amanah untuk mengajarkan ilmunya
kepada orang lain dalam suatu lembaga pendidikan.
b. Tugas dan Peranan Guru
Tugas seorang guru dalam bidang profesi meliputi
mendidik, mengajar, dan melatih. Seorang guru dituntut mampu
menyelaraskan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik dalam
proses pembelajaran. Sejalan dengan pernyataan tersebut, Nurfuadi
menyatakan bahwa guru memiliki 3 jenis tugas yaitu:
1) Tugas guru dalam bidang profesi
2) Tugas kemanusiaan
3) Tugas dalam bidang kemasyarakatan (Nurfuadi, 2012).
Dalam UU RI No.14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
Pasal 1 ayat 1 juga disebutkan, bahwa “Seorang guru adalah
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi

17
siswa pada pendidikan anak usia dini alur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.”
Peran seorang guru dalam proses pembelajaran dan
administrasi pendidikan adalah pengambil inisiatif, pengarah dan
penilai pendidikan. Guru juga berperan sebagai wakil dari
masyarakat di sekolah. Selain itu, guru juga menjadi penegak
disiplin dan pembentuk karakter bagi peserta didik, pelaksana
administrasi sekolah sehingga proses pembelajaran dapat
berlangsung dengan baik serta guru sebagai role model bagi
peserta didik dan masyarakat.
c. Kompetensi Guru
Seorang guru dituntut memiliki kompetensi yang harus
dikuasai. Menurut Barlow, kompetensi adalah ”the ability of a
teacher to responbily perform his or her duties appropriately” atau
kemampuan seorang guru untuk mlaksanakan tugasnya dengan
tepat. Gronci (1997) dan Hager (1995) juga menjelaskan bahwa “
An integrated view sees competence as a complex combination of
knowledge, attitudes, skills, and values displayed in the context of
task performance”. Dengan kata lain kompetensi guru adalah
pengetahuan, sikap, keterampilan, dan nilai-nilai yang ditunjukkan
dalam konteks kinerja tugas yang diberikan kepadanya.
Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan, ada empat kompetensi yang harus dimiliki
oleh guru, yaitu Kompetensi Pedagogik, kompetensi Kepribadian,
Kompetensi social, dan Kompetensi professional. Direktorat
Tenaga Kependidikan, Dikdasmen menjelaskan bahwa kompetensi
diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang
direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Dijelaskan
lebih lanjut bahwa kompetensi tersebut akan terwujud dalam
bentuk penguasaan pengetahuan dan perbuatan secara profesional
dalam menjalankan fungsi sebagai guru.

18
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field search).
Metode dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Penelitian
kualitatif adalah penelitian yang menggunakan metode wawancara dan
observasi yang bersifat deskriptif dan menggunakan analisis dengan tujuan
untuk mendapatkan pemahaman tentang kenyataan melalui proses berfikir
dalam suatu penelitian, dimana hasil dari penelitian berupa sifat dan selalu
ada pertanyaan lanjutan.
Penelitian kualitatif juga dikenal dengan istilah Naturalistic
Inquiry (NI). Untuk memahami realitas yang ditemui di lapangan, model
penelitian ini menggunakan istilah pendekatan case study, interpretative
inquiry, dan phenomenology. Menurut Lincolin dan Guba (1985) yang
dikutip Slamet (2006:132-133) setidaknya ada 5 aksioma atau anggapan
dasar yang harus diperhatikan bagi peneliti yang dijadikan prinsip dalam
meneliti, yaitu:
1. Realitas di lapangan bersifat multiple, constructed dan holistic.
2. Peneliti dan yang diteliti bersifat interaktif dan tidak dapat dipisahkan.
3. Hasil penelitian tidak dapat digeneralisasikan dan hanya terkait pada
waktu konteks fenomena itu terjadi.
4. Seluruh entitas adalah dalam keadaan hubungan yang bersifat timbal
balik, maka sulit untuk membedakan mana yang menjadi sebab dan
mana yang menjadi akibat.
5. Penelitian naturalistik tidak terlepas dengan nilai yang dianut peneliti
bukan “bebas nilai” seperti yang dianjurkan oleh model penelitian
kuantitatif.

19
B. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di MI MAARIF MARGOKATON
beralamat di Susukan, Margokaton, Seyegan, Sleman, DIY 55561. Alasan
pemilihan lokasi tersebut adalah bahwa disana merupakan sekolah swasta
yang memiliki beberapa program unggul untuk membantuk dan
meningkatkan karakter serta ketrampilan peserta didik. Oleh sebab itu
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian disana.

C. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah kepala madrasah, wakil kepala
madrasah, dan beberapa guru di MI MAARIF MARGOKATON sebagai
sumber data dalam penelitian.

D. Metode Pengambilan Data


Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1) Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data dimana terdapat
aktivitas terhadap suatu proses dengan maksud merasakan kemudian
memahami pengetahuan dari sebuah fenomena berdasarkan
pengetahuan dan gagasan yang sudah diketahui sebelumnya untuk
mendapatkan suatu informasi yang dibutuhkan menggunakan panca
indera berupa penglihatan dan pendengaran serta menulis hasil
pengamatan yang dilakukan. Dalam penelitian ini teknik observasi
digunakan untuk mengambil data letak geografis, situasi, keadaan
gedung, kondisi lingkungan sekolah, serta fasilitas yang ada di
sekolah.
2) Wawancara
Wawancara yang digunakan adalah wawancara kualitatif, yaitu
peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara lebih bebas dan
leluasa, tanpa terikat oleh suatu susunan pertanyaan yang telah
dipersiapkan sebelumnya (M Djunaidi Ghony & Almanshur, 2012).

20
Dalam penelitian ini teknik wawancara digunakan untuk
mewawancarai subjek penelitian yaitu kepala sekolah, guru dan siswa.
3) Studi dokumen
Studi dokumen merupakan salah satu metode pengumpulan data.
Metode ini dilakukan dengan mempelajari produk hukum (undang-
undang, peraturan presiden, peraturan daerah, dll), catatan rapat dan
berbagai naskah yang terdokumentasikan lainnya. Dalam penelitian ini
metode studi dokumen digunakan untuk mengumpulkan data tentang
sejarah berdirinya sekolah, dasar dan tujuan pendidikan, struktur
organisasi sekolah, keadaan tenaga pengajar, karyawan, dan siswa,
pembagian tugas guru dan pegawai, dan sarana dan prasarana /fasilitas
yang dimiliki MI MAARIF MARGOKATON.

E. Metode Analisis Data


Metode analisis data merupakan upaya dalam mencari dan
menyusun secara sistematis dari hasil observasi, wawancara, dan studi
dokumentasi. Terdapat 3 proses analisis data dalam penelitian ini yaitu
reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verfikasi.
1. Reduksi Data
Reduksi data adalah proses penganalisisan data yang diperoleh dari
lapangan dengan jumlah yang cukup banyak. Proses ini memerlukan
pencatatan secara teliti dan rinci. Proses ini bertujuan untuk
menyederhanakan data yang tertulis dari proses yang diperoleh dari
lapangan. Reduksi data ini berlaku terus menerus selama proyek
berlangsung bahkan berjalan hingga setelah penelitian di lapangan
berakhir dan laporan akhir lengkap tersusun.
2. Penyajian Data
Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersusun yang
memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan. Beberapa bentuk penyajian adalah matriks, grafik, jaringan,
bagan, dan lain sebagainya.

21
3. Menarik Kesimpulan/Verifikasi
Penarikan kesimpulan/verifikasi menurut Miles dan Hurberman
(Prastowo, 2011) dimulai dari mencari arti-arti benda, mencatat
keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang
mungkn, alur sebab akibat, dan proposisi.
F. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan di dalam penyusunan skripsi ini dibagi
dalam tiga bab dan daftar pustaka, yaitu bab I, bab II, dan bab III. Untuk
mempermudah pembahasan, penulis menyusun berdasarkan sistematika
sebagai berikut:
1. Bab I skripsi ini berisi gambaran umum penulisan skripsi yang
meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, dan manfaat penelitian.
2. Bab II berisi tentang tinjauan pustaka dan kerangka teori.
3. Bab III berisi metodologi penelitian dan sistematika
pembahasan.
4. Bagian terakhir merupakan daftar pustaka

22
DAFTAR PUSTAKA
Anis Choiru Nisa. (2017). Peran Kepala Madrasah dalam Meningkatkan
Profesionalisme Guru PAI di MTs Al-Mu’min Muhammadiyah Tembarak
Temanggung. UIN.

Ardi Saputra. (2013). Upaya Kepala Sekolah dalam Meningkatkan


Profesionalisme Guru di MTs Pondok Pesantren Darussakinah Batu
Bersurat Kecamatan XIII Koto Kampar Kabupaten Kampar. UIN.

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka


Cipta.

Daryanto. (2013). Standar Kompetensi dan Penilaian Kinerja Guru Profesional.


Penerbit Gava Media.

Fuad, A., & Nugroho, K. S. (2014). Panduan Praktis Penelitian Kualitatif. Graha
Ilmu.

Ghony, M. D., & Almanshur, F. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Ar-


Ruzz Media.

Gunawan, I. (2016). Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik. Bumi


Aksara.

H.S, A. W., & Umiarso. (2011). Kepemimpinan Pendidikan dan Kecerdasan


Spiritual. Ar-Ruzz Media.

Jejen Musfah. (2011). Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan dan


Sumber Belajar Teori dan Praktik. Kencana Media Grup.

M. wafidil Fikri. (2014). Upaya Kepala Madrasah dalam Mengembangkan


Profesionalisme Guru di MTs Negeri Banyusoca, Playen, Gunung Kidul,
Yogyakarta. UIN.

M Djunaidi Ghony, & Almanshur, F. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif.


Ar-Ruzz Media.

23
Masythah Nur Nst. (2017). UPAYA KEPALA MADRASAH DALAM
MENINGKATKAN PROFESIONALISME GURU DI MTS NEGERI 2
MEDAN. Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 1(1), 82–90.

Moleong, L. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosda Karya.

Mudlofir, A. (2012). Konsep, Strategi, dan Aplikasinya dalam Peningkatan Mutu


Pendidikan. Raja Grafindo Persada.

Mulyono. (2008). Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidikan. Ar-Ruzz


Media.

Musfah, J. (2011). Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan dan Sumber


Belajar Teori dan Praktik. Kencana Prenada Media Grup.

Nurfuadi. (2012). Profesionalisme Guru. STAIN Press.

Prastowo, A. (2011). Metode Penelitian Kualitatif Dalam Perspektif Rancangan


Penelitian. Ar-Ruzz Media.

Rahchmawati, Tutik, & Daryanto. (2013). Penilaian Kinerja Profesi Guru dan
Angka Kreditnya. Gava Media.

Sagala, S. (2009). Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan.


Alfabeta.

Soetjipto, & Kosasi, R. (2011). Profesi Keguruan. Rineka Cipta.

Suhardiman, B. (2012). Studi Pengembangan Kepala Sekolah: Konsep dan


Aplikasi. Rineka Cipta.

Suprihatiningrum, J. (2013). Guru Profesional: Pedoman Kinerja, Kualifikasi,


dan Kompetensi Guru. Ar-Ruzz Media.

Suyanto, & Jihad, A. (2013). Menjadi Guru Profesional. Esensi.

Umi, N. (2019). Upaya Kepala Madrasah Dalam Meningkatkan Profesionalisme


Guru di Ma Miftahul Ulum Ngemplak Mranggen Tahun 2018/2019.

24
Universitas Wahid Hasyim.

Wahyudi. (2009). Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Organisasi Pembelajar.


Alfabeta.

25

Anda mungkin juga menyukai