Anda di halaman 1dari 60

USULAN PENELITIAN

GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU POST


OPERASI KISTA OVARIUM DENGAN NYERI AKUT
DI RUANG DARA RSUD WANGAYA
DENPASAR TAHUN 2020

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Menyelesaikan Mata Kuliah Karya Tulis Ilmiah
Jurusan Keperawatan
Program DIII

Oleh :
NI MADE NANDA DEWINTA
NIM. P07120017138

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
DENPASAR
2020

i
LEMBAR PERSETUJUAN

USULAN PENELITIAN

GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU POST


OPERASI KISTA OVARIUM DENGAN NYERI AKUT
DI RUANG DARA RSUD WANGAYA
DENPASAR TAHUN 2020

TELAH MENDAPATKAN PERSETUJUAN

Pembimbing Utama : Pembimbing Pendamping :

Suratiah, S.Kep.,Ners.,M.Biomed Ns.Nengah Runiari, S.Kp.,M.Kep.,SP.Mat


NIP.197112281994022001 NIP.197202191994012001

MENGETAHUI
KETUA JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
DENPASAR

I Dewa Putu Gede Putra Yasa, S.Kp.M.Kep.Sp.MB


NIP.197 108141994021 001

ii
USULAN PENELITIAN DENGAN JUDUL:

GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU POST


OPERASI KISTA OVARIUM DENGAN NYERI AKUT
DI RUANG DARA RSUD WANGAYA
DENPASAR TAHUN 2020

TELAH DIUJI DI HADAPAN TIM PENGUJI


PADA HARI :
TANGGAL :

TIM PENGUJI

1. Dra.I.D.A Ketut Surinati,S.Kep.,Ns.,M.Kes (Ketua) (....................)


NIP. 196412311985032010

2. Suratiah,S.Kep.,Ners.,M.Biomed (Anggota) (.....................)


NIP. 197112281994022001

3. Ns. Nengah Runiari,S.Kp.,M.Kep.,SP.Mat (Anggota) (....................)


NIP. 197202191994012001

MENGETAHUI:
KETUA JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR

I Dewa Putu Gede Putra Yasa, S.Kp.M.Kep.Sp.MB


NIP.197 108141994021 001

iii
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Ni Made Nanda Dewinta

NIM : P07120017138

Program Studi : DIII

Jurusan : Keperawatan

Tahun Akademik : 2020

Alamat : Jalan Pulau Moyo, Denpasar Selatan

Dengan ini menyatakan bahwa :


1. Tugas Akhir dengan judul Gambaran Asuhan Keperawatan pada Ibu Post

Operasi Kista Ovarium dengan Nyeri Akut adalah benar karya sendiri

atau bukan plagiat hasil karya orang lain.

2. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa Tugas Akhir ini bukan karya saya

sendiri atau plagiat hasil karya orang lain, maka saya sendiri bersedia

menerima sanksi sesuai Peraturan Mendiknas RI No.17 Tahun 2010 dan

ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Demikian surat pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebagaimana

mestinya.

Denpasar, 2020
Yang membuat pernyataan

Ni Made Nanda Dewinta


NIM. P07120017138

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa

atas asung kerta wara nugraha-Nya, penulis dapat menyelesaikan karya tulis

ilmiah yang berjudul “Gambaran Asuhan Keperawatan pada Ibu Post Operasi

Kista Ovarium dengan Nyeri Akut di Ruang Dara RSUD Wangaya” tepat pada

waktunya dan sesuai dengan harapan. Karya tulis ilmiah ini disusun sebagai

salah satu upaya untuk menyelesaikan pendidikan Diploma III di Politeknik

Kesehatan Kemenkes Denpasar Jurusan Keperawatan. Karya tulis ilmiah ini

dapat diselesaikan berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu

melalui kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Anak Agung Ngurah Kusumajaya, SP.,MPH selaku Direktur Poltekkes

Denpasar yang telah memberikan kesempatan menempuh program

pendidikan D-III di Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Denpasar.

2. I Dw. Pt. Gd. Putra Yasa, S.Kp.,M.Kep.,Sp.MB selaku Ketua Jurusan

Keperawatan Politeknik Kesehatan Denpasar yang telah memberikan

bimbingan selam menempuh program pendidikan D-III di Jurusan

Keperawatan Politeknik Kesehatan Denpasar.

3. Ners. I Made Sukarja, S.Kep.,M.Kep selaku Ketua Program Studi D-III

Keperawatan Politeknik Kesehatan Denpasar yang telah memberikan

bimbingan selama menempuh program pendidikan D-III di Jurusan

Keperawatan Politeknik Kesehatan Denpasar.

4. Suratiah, S.Kep.,Ners.,M.Biomed selaku pembimbing utama yang telah

banyak memberikan masukan, pengetahuan, dan bimbingan dalam

menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

v
5. Ns. Nengah Runiari, S.Kp.,M.Kep.,SP.Mat selaku pembimbing pendamping

yang telah banyak memberikan masukan, pengetahuan, dan bimbingan

dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

6. Seluruh dosen yang telah terlibat dalam pengajaran pengantar riset

keperawatan yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat bagi

kami, sehingga penulis dapat menyusun karya tulis ilmiah ini dengan baik

dan sesuai dengan diharapkan.

7. Perawat dan Bidan Ruang Dara RSUD Wangaya Denpasar selaku

responden dan pembimbing dalam menyelesaikan penelitian ini

8. Bapak I Ketut Musta dan Ni Nyoman Ropen selaku orang tua yang selalu

memberikan dukungan secara moral, spiritual, dan finansial dari proses

awal hingga akhir.

9. Semua pihak khususnya Meya Widianti, Dewa Ayu Eka Wahyuni, Intan

Pratiwi, Meita Sari, dan semua sahabat penulis di Tingkat 3.4 D-III

Keperawatan Politeknik Kesehatan Denpasar yang selalu memberi

dukungan baik secara moral maupun finansial hingga penyusunan karya

tulis ilmiah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Penulis telah berusaha dalam menuangkan pemikiran dalam penelitian ini,

namun dengan segala keterbatasan penulis sangat mengharapkan kritik dan

saran untuk menyempurnakan karya tulis ilmiah ini, karena sumbang saran

untuk perbaikan sangat penulis harapkan.

Denpasar, Februari 2020

Penulis

vi
DAFTAR ISI

USULAN PENELITIAN..........................................................................................i

LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................................ii

USULAN PENELITIAN DENGAN JUDUL........................................................iii

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT.......................................................iv

KATA PENGANTAR.............................................................................................v

DAFTAR ISI..........................................................................................................vii

DAFTAR TABLE...................................................................................................ix

DAFTAR GAMBAR...............................................................................................x

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Rumusan Masalah 4

C. Tujuan Studi Kasus 4

1. Tujuan umum 4

2. Tujuan khusus 4

D. Manfaat Studi Kasus 5

1. Manfaat teoritis 5

2. Manfaat praktis 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................6

A. Konsep Dasar Nyeri Pada Post Operasi Mioma Uteri 6

1. Pengertian nyeri akut pada post operasi mioma uteri 6

2. Penyebab nyeri akut pada post operasi mioma uteri 7

3. Faktor yang mempengaruhi nyeri akut pada post operasi mioma uteri
7

4. Proses terjadinya nyeri akut pada post operasi mioma uteri 9

vii
5. Tanda dan gejala nyeri akut pada post operasi mioma uteri 10

6. Penatalaksanaan nyeri akut pada post operasi mioma uteri 11

7. Dampak nyeri akut pada post operasi mioma uteri 12

B. Teori Asuhan Keperawatan Pada Ibu Post Operasi Mioma Uteri dengan
Nyeri Akut 13

1. Pengkajian 13

2. Diagnosis keperawatan 17

3. Intervensi keperawatan 18

4. Implementasi keperawatan 22

5. Evaluasi keperawatan 24

BAB III KERANGKA KONSEP..........................................................................27

A. Kerangka Konsep 27

B. Definisi Operasional Variabel28

BAB IV METODE PENELITIAN........................................................................30

A. Jenis Penelitian 30

B. Tempat dan Waktu 30

C. Subjek Studi Kasus 30

1. Kriteria inklusi 31

2. Kriteria eksklusi 31

D. Fokus Studi Kasus 31

E. Jenis Pengumpulan Data 31

1. Jenis data 31

2. Teknik pengumpulan data 32

3. Instrumen pengumpulan data dokumentasi 33

F. Metode Analisa Data 33

1. Mereduksi data 34

viii
2. Penyajian data 34

3. Kesimpulan 34

G. Etika Studi Kasus 34

1. Inform consent (persetujuan menjadi pasien) 34

2. Anonymity (tanpa nama) 35

3. Confidentiality (kerahasiaan) 35

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................36

LAMPIRAN 1........................................................................................................38

ix
DAFTAR TABLE

Tabel 1 Intervensi Keperawatan pada Ibu Post Operasi Mioma Uteri dengan Nyeri
Akut ......................................................................................................................20
Tabel 2 Implementasi Keperawatan pada Ibu Post Operasi Mioma Uteri dengan
Nyeri Akut .............................................................................................................23
Tabel 3 Evaluasi Keperawatan pada Ibu Post Operasi Mioma Uteri dengan Nyeri
Akut........................................................................................................................25
Tabel 4 Definisi Operasional Gambaran Asuhan Keperawatan pada Ibu Post
Operasi Mioma Uteri dengan Nyeri Akut .............................................................29

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Konsep Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Ibu Post


Operasi Mioma Uteri dengan Nyeri Akut di Ruang Dara RSUD Wangaya Tahun
2020........................................................................................................................27

xi
DAFTAR SINGKATAN

xii
DAFTAR LAMPIRAN

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kesehatan reproduksi merupakan kesejahteraan fisik, mental, sosial yang

utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses

reproduksi. Saat ini masih banyak penyakit yang menyerang sistem reproduksi,

salah satunya yaitu tumor. Tumor menjadi penyakit mematikan jika tidak segera

ditangani. Salah satu tumor yang menyerang reproduksi adalah mioma uteri.

Penyakit ini merupakan tumor jinak pada dinding rahim wanita (Nugroho &

Utama, 2014).

Beberapa faktor yang mempengaruhi mioma uteri diantaranya usia, paritas,

genetik, dan fungsi ovarium (Novitasari, Lestari, & Fairus, 2018). Mioma uteri

terjadi pada wanita berusia lebih dari 30 tahun, tetapi bisa juga tumbuh pada

wanita usia berapapun. Peningkatan risiko mioma pada usia lebih dari 30 tahun

terkait dengan stimulasi hormon estrogen yang dihasilkan oleh ovarium yang

mengalami peningkatan pada usia reproduksi. Mioma uteri pada umumnya

tumbuh tanpa gejala, tetapi dapat tumbuh dengan gejala. Mioma uteri lebih sering

didapati pada wanita nulipara atau yang kurang subur. Wanita yang sering

melahirkan lebih sedikit kemungkinannya untuk terjadinya perkembangan mioma

ini dibandingkan wanita yang tidak pernah hamil atau satu kali hamil (Octaviana,

A. & Pranajaya, 2014).

Mioma uteri diketahui dapat menyebabkan keguguran, persalinan

prematuritas, gangguan saat proses persalinan, tertutupnya saluran induk telur

xiv
menimbulkan infertilitas, dan pada kehamilan kala tiga terjadi gangguan

pelepasan plasenta dan perdarahan. Efek mioma bergantung pada besar dan posisi

tumor, jika tumor menyebabkan distorsi rongga uterus, risiko abortus spontan

menjadi 2 kali lipat dan kemungkinan persalinan prematur meningkat. Komplikasi

yang terjadi tergantung pada jumlah, ukuran, dan posisi mioma di dalam uterus

(Kurniaty & Sunarsih, 2018).

Mioma uteri sukar ditetapkan karena jarang menimbulkan gejala khusus.

Penanganan yang tepat yaitu dengan melakukan tindakan operasi. Tindakan

operasi tersebut dapat dilakukan dengan tindakan pembedahan baik secara

miomektomi ataupun histerektomi. Setelah pembiusan habis akan timbul nyeri

dikarenakan terdapatnya kerusakan jaringan. Nyeri merupakan keluhan yang

paling sering diungkapkan responden dengan tindakan pembedahan atau operasi.

Nyeri pasca operasi dikelompokkan sebagai nyeri akut yang memiliki awitan yang

cepat atau mendadak dan berlangsung dalam waktu yang singkat. Nyeri akut

biasanya mengindifikasikan bahwa terjadi kerusakan atau cedera telah terjadi.

Nyeri yang timbul dapat berbeda berdasarkan usia, jenis kelamin, dan pengalaman

sensori nyeri (Utami, 2016).

Penelitian yang dilakukan oleh Ekine, Lawani, Iyoke, Jeremiah, & Ibrahim

(2015) di Rumah Sakit Pendidikan Universitas Delta Niger, Okolobiri, Bayelsa

State, Nigeria, menyebutkan terdapat 386 kasus mioma uteri. Hasil penelitian

tersebut menunjukkan bahwa 154 (41,9%) responden memiliki riwayat infertilitas

dengan mioma uteri, diantaranya 100 (64,9%) mioma intramural dan 54 (35,1%)

mioma submukosa. Mioma uteri paling umum terjadi pada wanita yang belum

menikah (193: 52,5 %), wanita nullipara (114: 31,0 %), berusia 31-40 tahun (301:

xv
81,1 %). Sebanyak 338 (91,9 %) responden menjalani operasi untuk mengatasi

miomanya, (2,1%) responden mengalami histerektomi abdominal, sementara

0,6% dan 97,3% mengalami miomektomi vagina dan abdominal.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Novitasari et al. (2018) tentang faktor

usia ibu dan paritas meningkatkan kejadian mioma uteri yang melibatkan 141 ibu

bersalin di ruang kebidanan RS Mardi Waluyo Metro. Penelitian tersebut

menunjukkan bahwa dari 141 ibu yang dirawat dengan penyakit ginekologi

terdapat sebanyak 58,9% (83) yang mengalami mioma uteri, sebanyak 69,5% ibu

dengan usia berisiko (<35 dan >45 tahun), dan sebanyak 59,6% ibu dengan paritas

berisiko (nullipara dan primipara). Ibu dengan usia berisiko (35-45 tahun)

mengalami mioma uteri sebesar 2,20 kali dibanding dengan ibu yang berusia tidak

berisiko (<35 dan >45 tahun).

Dilihat dari catatan medik pasien RSUD Wangaya Denpasar menunjukkan

bahwa yang menderita mioma uteri dalam tiga tahun terakhir, dimana tahun 2017

sebanyak 69 orang, pada tahun 2018 sebanyak 36 orang, pada tahun 2019

sebanyak 39 orang. Mioma uteri termasuk 10 penyakit terbesar pada bidang

maternitas di RSUD Wangaya. Pada bulan 30 Desember 2018 - 22 Desember

2019 data yang tercantum dalam buku register pasien menunjukkan bahwa

sebagian besar melakukan tindakan operasi untuk mengatasi mioma uteri.

Pembedahan mioma uteri menimbulkan masalah keperawatan yaitu nyeri

akut. Nyeri akut berintensitas ringan hingga berat dengan onset mendadak atau

lambat yang berlangsung kurang dari 3 bulan. Tanda gejala mayor yang muncul

adalah pasien mengeluh nyeri, pasien tampak meringis, bersikap protektif, gelisah,

frekuensi nadi meningkat, dan sulit tidur (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).

xvi
Penanganan yang cepat dan akurat dibutuhkan untuk pencegahan komplikasi

yang dapat membahayakan diri responden. Nyeri yang muncul jika tidak

diberikan tindakan secara intensif untuk menurunkan nyeri akan mengakibatkan

dampak buruk dari penyembuhan luka. Maka dari itu tindakan pasca pembedahan

membutuhkan perawatan khusus untuk menstabilkan kondisi responden pada

keadaan equilibrium fisiologis, menghilangkan nyeri, dan pencegahan komplikasi.

Sehubungan dengan masalah nyeri akut, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “Gambaran Asuhan Keperawatan pada Ibu Post Operasi Mioma

Uteri dengan Nyeri Akut di Ruang Dara RSUD Wangaya Denpasar Tahun 2020.”

B. Rumusan Masalah

Bagaimanakah Gambaran Asuhan Keperawatan pada Ibu Post Operasi

Mioma Uteri dengan Nyeri Akut di Ruang Dara RSUD Wangaya?

C. Tujuan Studi Kasus

1. Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan asuhan keperawatan pada ibu

post operasi mioma uteri dengan nyeri akut.

2. Tujuan khusus

Tujuan khusus dari penelitian studi kasus gambaran asuhan keperawatan

pada ibu post operasi mioma uteri dengan nyeri akut adalah sebagai berikut.

a. Mengidentifikasi pengkajian keperawatan pada ibu post operasi mioma uteri

dengan nyeri akut.

b. Mengidentifikasi diagnosis keperawatan pada ibu post operasi mioma uteri

dengan nyeri akut.

xvii
c. Mengidentifikasi intervensi keperawatan pada ibu post operasi mioma uteri

dengan nyeri akut.

d. Mengidentifikasi implementasi atau tindakan keperawatan yang sudah

direncanakan pada ibu post operasi mioma uteri dengan nyeri akut.

e. Mengidentifikasi evaluasi tindakan keperawatan yang telah diberikan pada ibu

post operasi mioma uteri dengan nyeri akut.

D. Manfaat Studi Kasus

1. Manfaat teoritis

a. Bagi perkembangan IPTEK keperawatan

Studi kasus ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan dalam

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang keperawatan maternitas

khususnya asuhan keperawatan pada ibu post operasi mioma uteri dengan nyeri

akut.

b. Bagi peneliti selanjutnya

Studi kasus ini dapat digunakan sebagai acuan bagi peneliti selanjutnya

dalam melakukan penelitian mengenai asuhan keperawatan pada ibu post operasi

dengan nyeri akut dan menambah pengetahuan peneliti khususnya dalam

penatalaksanaan keperawatan pada kasus nyeri akut.

2. Manfaat praktis

Hasil penelitian studi kasus ini diharapkan dapat digunakan sebagai

masukan bagi tenaga kesehatan yang melakukan edukasi dalam memberikan

asuhan keperawatan pada ibu post operasi mioma uteri dengan nyeri akut guna

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

xviii
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Nyeri Pada Post Operasi Mioma Uteri

1. Pengertian nyeri akut pada post operasi mioma uteri

Nyeri akut merupakan pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan

dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional dengan onset mendadak atau

lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3

bulan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).

Nyeri akut merupakan pengalaman sensori dan emosional tidak

menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau

yang digambarkan sebagai kerusakan awitan yang tiba-tiba atau lambat dari

intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi

(Nanda Internasional, 2015).

Nyeri akut adalah nyeri yang biasanya muncul secara tiba tiba dan umumnya

berkaitan dengan cedera spesifik. Nyeri akut biasanya memiliki awitan yang cepat

atau mendadak dan berlangsung dalam waktu yang singkat (Utami, 2016).

Post operasi adalah masa setelah dilakukannya pembedahan yang dimulai

saat responden dipindahkan ke ruang pemulihan dan berakhir sampai evaluasi

selanjutnya. Tindakan pembedahan mioma uteri dapat dilakukan dengan dua

acara yaitu dengan miomektomi dan histerektomi. Miomektomi yaitu

pengangkatan mioma, sedangkan histerektomi yaitu pengangkatan seluruh rahim

(Nugroho & Utama, 2014).

xix
Mioma uteri (Leiomioma, Fibromioma, Fibroid) adalah tumor jinak pada

dinding rahim wanita yang terdiri dari otot dan jaringan fibrosa. Mioma terjadi

pada 20% wanita berusia 35 tahun dan lebih sering ditemukan pada wanita

berkulit hitam. Ukurannya bervariasi, mulai dari yang tak terlihat sampai sebesar

buah semangka (Nugroho & Utama, 2014).

2. Penyebab nyeri akut pada post operasi mioma uteri

a. Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016), penyebab dari nyeri akut antara

lain:

1) Agen pencedera fisiologis (misalnya inflamasi, iskemia, neoplasma)

2) Agen pencedera kimiawi (misalnya terbakar, bahan kimia iritan)

3) Agen pencedera fisik (misalnya abses, amputasi, terbakar, terpotong,

mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)

Terdapat beberapa penyebab nyeri akut yang telah disebutkan, namun

penyebab yang mungkin pada terjadinya masalah nyeri akut pada post operasi

mioma uteri yaitu agen pencedera fisik (prosedur operasi).

b. Menurut Nugroho & Utama (2014), penyebab mioma uteri tidak diketahui

secara pasti, tapi tampaknya dipengaruhi oleh kadar estrogen. Mioma

seringkali bertambah besar selama kehamilan dan mengecil setelah

menopause. Selama penderita masih mengalami siklus menstruasi,

kemungkinan mioma akan terus tumbuh meskipun pertumbuhannya sangat

lambat. Bisa hanya ditemukan satu mioma, tetapi bisa juga tumbuh beberapa

buah mioma.

xx
3. Faktor yang mempengaruhi nyeri akut pada post operasi mioma uteri

Persepsi individu terhadap nyeri dipengaruhi oleh beberapa faktor antara

lain (Mubarak, W. I., Indrawati, L., & Susanto, 2015) :

a. Pengalaman nyeri sebelumnya

Pengalaman masa lalu juga berpengaruh terhadap persepsi nyeri dan

kepekaannya terhadap nyeri. Individu yang pernah mengalami nyeri atau

menyaksikan penderitaan orang terdekatnya saat mengalami nyeri cenderung

merasa terancam dengan peristiwa nyeri yang akan terjadi dibandingkan individu

lain yang belum pernah mengalaminya. Keberhasilan atau kegagalan metode

penanganan nyeri sebelumnya juga berpengaruh terhadap harapan individu yang

terhadap penangan nyeri saat ini.

b. Ansietas dan stress

Ansietas seringkali menyertai peristiwa nyeri yang terjadi. Ancaman yang

tidak jelas asalnya dan ketidakmampuan mengontrol nyeri atau peristiwa di

sekelilingnya dapat memperberat persepsi nyeri. Sebaliknya, individu yang

percaya bahwa mampu mengontrol nyeri yang dirasakan akan mengalami

penurunan rasa takut dan kecemasan yang akan menurunkan persepsi nyeri.

c. Jenis kelamin

Beberapa kebudayaan yang memengaruhi jenis kelamin misalnya

menganggap bahwa seorang anak laki-laki harus berani dan tidak boleh menangis,

sedangkan anak perempuan boleh menangis dalam situasi yang sama. Namun

secara umum, pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam berespon

terhadap nyeri.

d. Makna nyeri

xxi
Individu akan mempersepsikan nyeri berbeda-beda apabila nyeri tersebut

memberi kesan ancaman, suatu kehilangan, hukuman, dan tantangan. Makna nyeri

memengaruhi pengalaman nyeri dan secara seseorang beradaptasi terhadap nyeri.

e. Perhatian

Tingkat seorang pasien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat

memengaruhi persepsi nyeri. Perhatian yang meningkat dihubungkan dengan

nyeri yang meningkat sedangkan upaya pengalihan (distraksi) dihubungkan

dengan respon nyeri yang menurun.

f. Keletihan

Rasa kelelahan menyebabkan sensai nyeri semakin intensif dan menurunkan

kemampuan koping sehingga meningkatkan persepsi nyeri.

g. Gaya koping

Individu yang memiliki lokasi kendali internal mempersiapkan diri sebagai

individu yang dapat mengendalikan lingkungan dan hasil akhir suatu peristiwa

nyeri. Sebaliknya, individu yang memiliki lokus kendali eksternal

mempersepsikan faktor lain di dalam lingkungan seperti perawat sebagai individu

yang bertanggung jawab terhadap hasil akhir dari suatu peristiwa.

4. Proses terjadinya nyeri akut pada post operasi mioma uteri

Operasi mioma uteri dilakukan dengan sayatan/pembedahan yang

meninggalkan bekas luka jaritan. Luka post operasi masih dalam fase inflamasi,

dimana fase inflamasi berlangsung sampai lima hari post operasi dan responden

masih berada dalam kondisi merasakan nyeri. Banyak permasalahan dalam

penyembuhan luka, seperti waktu penyembuhan yang lama, terutama bila terjadi

penyembuhan secara sekunder. Nyeri menjadi stressor yang memicu timbulnya

xxii
gejala klinis patatologi, memicu modulasi respon imun, sehingga menyebabkan

penurunan sistem imun yang berakibat pemanjangan waktu penyembuhan luka

(Hamarno, T, & Hisbulloh, 2017).

Rata-rata nyeri yang dirasakan setelah tindakan operasi mioma uteri sebesar

5,4 dalam rentang nyeri sedang. Nyeri akibat operasi ini tidak hanya memiliki

komponen sensori berhubungan dengan rusaknya jaringan, tetapi juga dipengaruhi

oleh komponen psikososial dari responden. Rasa nyeri timbul bila ada jaringan

rusak dan hal ini akan menyebabkan individu bereaksi dengan cara memindahkan

stimulus nyeri. Stimulus nyeri dapat berupa stimulus yang bersifat fisik dan

mental, sedangkan kerusakan dapat terjadi pada jaringan aktual pada fungsi-fungsi

ego seseorang (Hamarno et al., 2017).

5. Tanda dan gejala nyeri akut pada post operasi mioma uteri

Gejala mioma tergantung kepada jumlah mioma, ukuran, dan lokasinya di

rahim. Gejalanya dapat berupa:

a. Perdarahan menstruasi yang banyak atau lama

b. Perdarahan diantara dua siklus menstruasi

c. Nyeri tekanan atau perasaan berat di daerah panggul selama atau diantara dua

siklus menstruasi

d. Sering berkemih

e. Perut membengkak

f. Kemandulan akibat penyumbatan tuba falopi atau distorsi rongga rahim

Pasien dengan nyeri akut memiliki tanda dan gejala mayor maupun minor

sebagai berikut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016).

a. Tanda dan gejala mayor:

xxiii
1) Secara subjektif mengeluh nyeri.

2) Secara objektif tampak meringis, bersikap protektif (misalnya, waspada, posisi

menghindari nyeri), gelisah, frekuensi nadi meningkat dan sulit tidur.

b. Tanda dan gejala minor:

1) Secara subjektif tidak ada gejala minor dari nyeri akut.

2) Secara objektif nyeri akut ditandai dengan tekanan darah meningkat, pola

napas berubah, nafsu makan berubah, proses berpikir terganggu, menarik diri,

berfokus pada diri sendiri, dan diaforesis.

6. Penatalaksanaan nyeri akut pada post operasi mioma uteri

Penatalaksanaan post operasi mioma uteri menurut Utami (2016) yaitu:

a. Pengkajian tanda-tanda vital (TTV)

Pasca operasi mioma uteri dilakukan pengkajian TTV yang terdiri dari

tekanan darah, nadi, suhu, dan respirasi untuk mengetahui adanya perubahan

sistem pada tubuh dan mengetahui keadaan umum ibu.

b. Pengkajian skala nyeri

Pengkajian skala nyeri yang dilakukan pada ibu post operasi mioma uteri

bertujuan untuk mengobservasi nyeri post operasi mioma uteri yang dirasakan

oleh pasien sehingga dapat dilakukan tindakan untuk mengurangi rasa nyeri pada

pasien tersebut. Pengkajian skala nyeri dilakukan dengan menggunakan PQRST

yaitu sebagai berikut.

P (Provocate) : penyebab terjadinya nyeri.

Q (Quality) : kualitas nyeri (sesuatu yang subjektif diungkapkan oleh pasien).

R (Region) : lokasi nyeri.

S (Severe) : skala nyeri, nyeri ringan (1-3), nyeri sedang (4-6), nyeri berat (7-10).

xxiv
T (Time) : kapan nyeri tersebut muncul.

c. Mengajarkan teknik relaksasi

Teknik relaksasi yang diajarkan kepada pasien bertujuan untuk mengurangi

rasa nyeri yang dirasakan oleh pasien setelah tindakan pembedahan. Teknik

relaksasi diharapkan dapat mengalihkan perhatian pasien terhadap rasa nyeri yang

dirasakan. Teknik relaksasi dapat dilakukan dengan mengajarkan menarik napas

dalam lalu dikeluarkan melalui mulut.

d. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian therapy

Pada kasus post operasi mioma uteri pasien biasanya akan diberikan therapy

berupa: Ceftriazone 1 gr, Ketorolac 1 ml, Cefadroxil 3x1 @ 500mg, Asam

mefenamat 3x1 @ 500mg.

e. Pemberian komunikasi informasi dan edukasi (KIE) tentang mengkonsumsi

makanan bergizi terutama makanan yang mengandung protein, istirahat yang

cukup, dan juga mobilisasi.

7. Dampak nyeri akut pada post operasi mioma uteri

Menurut Mubarak, W. I., Indrawati, L., & Susanto (2015), nyeri akut yang

dirasakan pasien akan berdampak pada fisik, perilaku, dan aktifitas sehari-hari.

a. Tanda dan gejala fisik

Tanda fisiologi dapat menunjukan nyeri pada pasien yang berupaya untuk

tidak mengeluh atau mengakui ketidaknyamanan. Sangat penting untuk mengkaji

tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik termasuk mengobservasi keterlibatan saraf

xxv
otonomi. Saat awitan nyeri akut, denyut jantung tekanan darah, dan frekuensi

pernapasan meningkat.

b. Dampak perilaku

Pasien yang mengalami nyeri menunjukkan ekspresi wajah dan gerakan

tubuh yang khas dan berespon secara vokal serta mengalami kerusakan dalam

interaksi sosial. Pasien seringkali meringis, mengernyitkan dahi, menggigit bibir,

gelisah, imobilisasi mengalami ketegangan otot, melakukan gerakan melindungi

bagian tubuh sampai dengan menghindari percakapan, menghindari kontak sosial,

dan hanya fokus pada aktivitas menghilangkan nyeri.

c. Pengaruh pada aktivitas sehari-hari

Pasien yang mengalami nyeri setiap hari kurang mampu berpartisipasi dalam

aktivitas rutin seperti mengalami kesulitan dalam melakukan tindakan kebersihan

normal serta dapat mengganggu aktivitas sosial dan hubungan seksual.

B. Teori Asuhan Keperawatan Pada Ibu Post Operasi Mioma Uteri

dengan Nyeri Akut

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Pengkajian

adalah proses pengumpulan semua data dari pasien

(keluarga/kelompok/komunitas), proses mengolahnya menjadi informasi, dan

kemudian mengatur informasi yang bermakna dalam kategori pengetahuan, yang

dikenal sebagai diagnosis keperawatan. Terdapat dua jenis pengkajian yaitu

pengkajian skrining dan pengkajian mendalam. Keduanya membutuhkan

xxvi
pengumpulan data, keduanya mempunyai tujuan yang berbeda. Pengkajian

skrining adalah adalah langkah awal pengumpulan data, dan mungkin yang

mudah untuk diselesaikan (Nanda Internasional, 2018).

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Pengkajian

adalah proses pengumpulan semua data secara sistematis yang bertujuan untuk

menentukan status kesehatan pasien saat ini. Pengkajian harus dilakukan secara

komprehensif terkait dengan aspek biologis, psikologis, sosial, maupun spiritual

pasien.

Pengkajian nyeri yang akurat penting untuk upaya penatalakasanaan nyeri

yang efektif. Oleh karena nyeri merupakan pengalaman yang subjektif dan

dirasakan secara berbeda pada masing – masing individu, maka perawat perlu

mengkaji semua faktor yang memengaruhi nyeri seperti faktor fisiologis,

psikologis, perilaku, emosional, dan sosiokultural. Pengkajian nyeri terdiri atas

dua komponen utama, yakni riwayat nyeri untuk mendapatkan data dari pasien

dan observasi langsung pada respons perilaku dan fisiologis pasien. Tujuan

pengkajian adalah untuk mendapatkan pemahaman objektif terhadap pengalaman

subjektif (Mubarak, W. I., Indrawati, L., & Susanto, 2015).

Data perawatan yang dikaji dan harus didapatkan pada pasien dengan

masalah keperawatan nyeri akut antara lain:

a. Alasan masuk rumah sakit (MRS), yaitu keluhan utama pasien saat MRS dan

saat dikaji. Pasien mengeluh nyeri, dilanjutkan dengan riwayat kesehatan

sekarang, dan kesehatan sebelumnya.

b. Kebutuhan rasa nyaman (nyeri). Data didapatkan dengan anamnesis dan

pemeriksaan fisik. Anamnesis untuk mengkaji karakteristik nyeri yang

xxvii
diungkapkan oleh pasien dengan pendekatan PQRST (Provokatif/Paliatif,

yaitu faktor yang mempengaruhi gawat atau ringannya nyeri; Quality, kualitas

dari nyeri (seperti apakah rasa tajam, tumpul, atau tersayat); Region yaitu

daerah penjalaran nyeri; Severity, keparahan atau intensitas nyeri; Time adalah

waktu serangan atau frekuensi nyeri).

c. Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mendapatkan perubahan klinis yang

diakibatkan oleh nyeri yang dirasakan. Data yang didapatkan mencerminkan

respons pasien terhadap nyeri yang meliputi respons fisiologis, respons

perilaku, dan respons psikologis.

d. Riwayat nyeri, secara umum riwayat nyeri meliputi beberapa aspek, antara

lain:

1) Lokasi untuk menentukan lokasi nyeri yang spesifik, minta pasien untuk

menunjukkan area nyerinya.

2) Intensitas nyeri, penggunaan skala intensitas nyeri merupakan metode yang

mudah dan terpercaya untuk menentukan skala nyeri pasien. Skala nyeri yang

paling sering digunakan adalah dari 0-10, dimana angka “0” menandakan

tidak nyeri dan angka tertinggi menandakan nyeri terhebat yang dirasakan

pasien.

3) Kualitas nyeri, terkadang nyeri bisa terasa seperti “dipukul-pukul” atau

“ditusuk-tusuk”. Perawat perlu mencatat kata-kata yang digunakan pasien

untuk menggambarkan nyerinya.

4) Pola nyeri meliputi awitan, durasi, dan kekambuhan atau interval nyeri.

5) Faktor presipitasi yaitu aktivitas tertentu yang dapat memicu munculnya nyeri.

6) Gejala yang menyertai, meliputi mual, muntah, pusing, dan diare.

xxviii
7) Pengaruh pada aktivitas sehari-hari, dengan mengetahui sejauh mana nyeri

memengaruhi aktivitas harian pasien akan membantu perawat memahami

perspektif pasien tentang nyeri.

8) Sumber koping, setiap individu memiliki strategi koping yang berbeda dalam

menghadapi nyeri.

9) Respons afektif pasien terhadap nyeri bervariasi bergantung pada situasi,

derajat dan durasi nyeri, interpretasi tentang nyeri, serta banyak faktor lainnya.

Perawat perlu mengkaji adanya perasaan ansietas, takut, lelah, depresi atau

perasaan gagal pada diri pasien.

e. Observasi respons perilaku, fisiologis, dan psikologis

Banyak respons nonverbal yang bisa dijadikan indikator nyeri. Salah satu

yang paling utama adalah ekspresi wajah. Perilaku seperti menutup mata rapat-

rapat atau membukanya lebar-lebar, menggigit bibir bawah, dan seringai wajah

dapat mengindikasikan nyeri. Selain ekspresi wajah, respons perilaku lain yang

dapat mengindikasikan nyeri adalah vokalisasi (misalnya, erangan, menangis,

berteriak), imobilisasi bagian tubuh yang mengalami nyeri, gerakan tubuh tanpa

tujuan (misalnya menendang-nendang, membolak-balikkan tubuh di atas kasur),

dan lain-lain.

Sementara respons fisiologis untuk nyeri bervariasi, bergantung pada

sumber dan durasi nyeri. Pada awal awitan nyeri akut, respons fisiologis dapat

meliputi peningkatan tekanan darah, nadi dan pernapasan, diaforesis, serta dilatasi

pupil akibat terstimulasinya system saraf simpatik. Saat nyeri berlangsung lama

dan saraf simpatik telah beradaptasi, maka respons fisiologis tersebut merupakan

indikator yang buruk untuk nyeri.

xxix
Respons psikologis sangat berkaitan dengan pemahaman pasien terhadap

nyeri. Arti nyeri pada setiap individu berbeda-beda antara lain adalah bahaya atau

merusak, komplikasi seperti infeksi, penyakit yang berulang, penyakit baru,

penyakit yang fatal, peningkatan ketidakmampuan, dan kehilangan mobilitas

(Mubarak, W. I., Indrawati, L., & Susanto, 2015).

2. Diagnosis keperawatan

Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons

pasien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik

yang berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan

untuk mengidentifikasi respons individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi

yang berkaitan dengan kesehatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).

Jenis-jenis diagnosis keperawatan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut

Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016):

a. Diagnosis aktual

Diagnosis ini menggambarkan respons pasien terhadap kondisi kesehatan

atau proses kehidupannya yang menyebabkan pasien mengalami masalah

kesehatan.

Tanda/gejala mayor dan minor dapat ditemukan dan divalidasi pada pasien.

b. Diagnosis risiko

Diagnosis ini menggambarkan respons pasien terhadap kondisi kesehatan

atau proses kehidupannya yang dapat menyebabkan pasien berisiko mengalami

masalah kesehatan. Tidak ditemukan tanda/gejala mayor dan minor pada pasien,

namun pasien memiliki faktor risiko mengalami masalah kesehatan.

c. Diagnosis promosi kesehatan

xxx
Diagnosis ini menggambarkan adanya keinginan dan motivasi klien untuk

meningkatkan kondisi kesehatannya ke tingkat yang lebih baik atau optimal.

Perumusan diagnosis keperawatan disesuaikan dengan jenis diagnosis

keperawatan. Terdapat dua metode perumusan diagnosis, yaitu :

a. Penulisan tiga bagian (Three Part)

Metode penulisan ini terdiri atas masalah, penyebab dan tanda/gejala.

Metode penulisan ini hanya dilakukan pada diagnosis aktual, dengan formulasi

sebagai berikut : Masalah berhubungan dengan Penyebab dibuktikan dengan

Tanda/gejala

b. Penulisan dua bagian (Two Part)

Metode penulisan ini dilakukan pada diagnosis risiko dan diagnosis promosi

kesehatan, dengan formulasi sebagai berikut :

1) Diagnosis risiko

Masalah dibuktikan dengan Faktor Risiko

2) Diagnosis promosi kesehatan

Masalah dibuktikan dengan Tanda/gejala

Diagnosis keperawatan pada ibu post operasi mioma uteri salah satunya

nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik : prosedur operasi ditandai

dengan mengeluh nyeri, tampak meringis, bersikap protektif, gelisah, frekuensi

nadi meningkat, sulit tidur, tekanan darah meningkat, pola napas berubah, nafsu

makan berubah, proses berpikir terganggu, menarik diri, berfokus pada diri

sendiri, diaforesis. Diagnosis keperawatan yang bisa ditegakkan dalam masalah

xxxi
nyeri dan kenyamanan adalah nyeri akut. Nyeri akut termasuk dalam kategori

psikologis dan subkategori nyeri dan kenyamanan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI,

2016).

3. Intervensi keperawatan

Luaran (outcome) keperawatan merupakan aspek-aspek yang dapat

diobservasi dan diukur meliputi kondisi, perilaku, atau dari persepsi pasien,

keluarga atau komunitas sebagai respons terhadap intervensi keperawatan. Luaran

keperawatan memiliki tiga komponen utama yaitu label, ekspektasi, dan kriteria

hasil. Masing-masing komponen diuraikan sebagai berikut (Tim Pokja SLKI DPP

PPNI, 2018).

a. Label

Komponen ini merupakan nama sari luaran keperawatan yang terdiri atas

kata kunci untuk memperoleh informasi terkait luaran keperawatan. Label luaran

keperawatan merupakan kondisi, perilaku, atau persepsi pasien yang dapat diubah

atau diatasi dengan intervensi keperawatan. Label intervensi keperawatan terdiri

atas beberapa kata (1 kata sampai dengan 4 kata) yang diawali dengan kata benda

(nomina) yang berfungsi sebagai deskriptor atau penjelas luaran keperawatan.

b. Ekspektasi

Ekspektasi merupakan penilaian terhadap hasil yang diharapkan tercapai.

Ekspektasi menggambarkan seperti apa kondisi, perilaku, atau persepsi pasien

akan

berubah setelah diberikan intervensi keperawatan.

c. Kriteria hasil

xxxii
Kriteria hasil merupakan karakteristik pasien yang dapat diamati atau diukur

oleh perawat dan dijadikan sebagai dasar untuk menilai pencapaian hasil

intervensi keperawatan.

Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) merupakan tolak ukur

yang dipergunakan sebagai panduan dalam penyusunan intervensi keperawatan

dalam rangka memberikan asuhan keperawatan yang aman, efektif, dan etis.

Setiap intervensi keperawatan pada standar ini terdiri atas tiga komponen yaitu

label, definisi dan tindakan, dengan uraian sebagai berikut (Tim Pokja SIKI DPP

PPNI, 2018).

a. Label

Komponen ini merupakan nama dari intervensi keperawatan yang

merupakan kata kunci untuk memperoleh informasi terkait intervensi keperawatan

tersebut.

b. Definisi

Komponen ini menjelaskan tentang makna dari table intervensi keperawatan.

c. Tindakan

Komponen ini merupakan rangkaian perilaku atau aktivitas yang dikerjakan

oleh perawat untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan. Tindakan-

tindakan pada intervensi keperawatan terdiri atas observasi, terapeutik, edukasi,

dan kolaborasi.

Tabel 1
Intervensi Keperawatan pada Ibu Post Operasi
Mioma Uteri dengan Nyeri Akut

xxxiii
Diagnosa
Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1 2 3
Nyeri akut berhubungan Kriteria hasil untuk Manajemen Nyeri
dengan agen pencedera mengukur a. Observasi
fisik penyelesaian dari 1) Identifikasi lokasi,
(prosedur operasi) diagnosis setelah karakteristik, durasi,
dilakukan asuhan frekuensi, kualitas,
keperawatan intensitas nyeri
selama 3 x 24 jam, 2) Identifikasi respon
diharapkan status nyeri nonverbal
kenyamanan post 3) Identifikasi faktor yang
operasi mioma memperberat dan
uteri meningkat memperingan nyeri
dengan kriteria 4) Identifikasi
hasil: pengetahuan dan
a. Tingkat nyeri keyakinan nyeri
1) Tidak 5) Identifikasi pengaruh
mengeluh nyeri budaya terhadap respon
2) Tidak meringis nyeri
3) Tidak bersikap 6) Identifikasi pengaruh
protektif nyeri terhadap
4) Tidak gelisah kualitas hidup
5) Kesulitan tidur 7) Monitor keberhasilan
menurun terapi komplementer
6) Frekuensi nadi yang sudah diberikan
membaik 8) Monitor efek samping
b. Kontrol nyeri penggunaan analgetik
1) Melaporkan b. Terapeutik
nyeri terkontrol 1) Berikan teknik non
2) Kemampuan farmakologis untuk
mengenali mengurangi nyeri
onset nyeri (misalnya akupresure,

xxxiv
meningkat terapi pijat, kompres
3) Kemampuan hangat/dingin)
mengenali 2) Kontrol lingkungan
penyebab nyeri yang memperberat
meningkat rasa nyeri (misalnya
4) Kemampuan suhu ruangan,
menggunakan pencahayaan, dan
teknik kebisingan)
nonfarmakolo- 3) Fasilitasi istirahat dan
gis meningkat tidur
c. Edukasi
1) Jelaskan penyebab,
periode dan pemicu
nyeri
d. Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian
analgesi

(Sumber : Tim Pokja SIKI DPP PPNI, Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), 2018 &
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), 2018)

4. Implementasi keperawatan

Impelementasi adalah pelaksanaan dari rencanaan intervensi untuk mencapai

tujuan yang spesifik. Tahap implementasi dimulai setelah rencana intervensi

disusun dan ditunjukkan pada nursing orders untuk membantu pasien mencapai

tujuan yang diharapkan. Tujuan dari implementasi adalah membantu pasien dalam

mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan,

pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan, dan memfasilitasi koping (Nursalam,

2017). Menurut Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder (2010), pada proses

keperawatan, implementasi terdiri atas melakukan dan mendokumentasikan

xxxv
tindakan yang merupakan tindakan khusus yang diperlukan untuk melaksanakan

intervensi (program keperawatan).

Perawat melaksanakan tindakan keperawatan untuk intervensi yang disusun

dalam tahap perencanaan lalu mengakhiri tahap implementasi dengan mencatat

tindakan keperawatan dan respon pasien terhadap tindakan yang diberikan.

Implementasi keperawatan berdasarkan intervensi utama yang digunakan untuk

pasien dengan nyeri akut berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia

(SIKI) adalah seperti tabel berikut:

Tabel 2
Implementasi Keperawatan pada Ibu Post Operasi
Mioma Uteri dengan Nyeri Akut

No. Tanggal/Jam Implementasi Keperawatan TTD

1 2 3
Manajemen Nyeri
a. Observasi
1) Mengidentifikasi lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri
2) Mengidentifikasi respon nyeri
nonverbal
3) Mengidentifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan
nyeri
4) Mengidentifikasi pengetahuan
dan keyakinan nyeri

xxxvi
5) Mengidentifikasi pengaruh
budaya terhadap respon nyeri
6) Mengidentifikasi pengaruh nyeri
terhadap
kualitas hidup
7) Memonitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan
8) Memonitor efek samping
penggunaan analgetik
b. Terapeutik
1) Memberikan teknik non
farmakologis untuk mengurangi
nyeri (misalnya akupresure,
terapi pijat, kompres
hangat/dingin)
2) Mengontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(misalnya suhu ruangan,
pencahayaan, dan kebisingan)
3) Memfasilitasi istirahat dan tidur)
c. Edukasi
1) Menjelaskan penyebab, periode
dan pemicu nyeri
d. Kolaborasi
1) Mengkolaborasikan pemberian
analgesi

(Sumber : Tim Pokja SIKI DPP PPNI, Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), 2018)

xxxvii
5. Evaluasi keperawatan

Evaluasi keperawatan adalah tahap terakhir dari proses keperawatan.

Evaluasi keperawatan ialah evaluasi yang dicatat disesuaikan dengan setiap

diagnosis keperawatan. Evaluasi keperawatan terdiri dari dua tingkat yaitu

evaluasi sumatif dan evaluasi formatif. Evaluasi sumatif yaitu evaluasi respons

(jangka panjang) terhadap tujuan, dengan kata lain, bagaimana penilaian terhadap

perkembangan kemajuan ke arah tujuan atau hasil akhir yang diharapkan.

Evaluasi formatif atau disebut juga dengan evaluasi proses, yaitu evaluasi

terhadap respon yang segera timbul setelah intervensi keperawatan di lakukan.

Format evaluasi yang digunakan adalah SOAP. S (Subjective) yaitu pernyataan

atau keluhan dari pasien, O (Objective) yaitu data yang diobservasi oleh perawat

atau keluarga, A (Analisys) yaitu kesimpulan dari objektif dan subjektif, P

(Planning) yaitu rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan analisis

(Dinarti, Aryani, Nurhaeni, Chairani, & Tutiany, 2013).

Tabel 3
Evaluasi Keperawatan Pada Pasien Post Operasi
Mioma Uteri dengan Nyeri Akut

Diagnosa
No. Evaluasi
Keperawatan
1 2 3
S (Subjektif)
Data yang di peroleh dari
respon pasien secara verbal
a. Pasien mengetahui
penyebab dan tanda nyeri
b. Pasien mengatakan nyeri
berkurang
c. Pasien mengetahui skala,

xxxviii
intensitas dan frekuensi
nyeri
O (Objektif)
Data yang di peroleh dari
respon pasien secara
nonverbal atau melalui
pengamatan perawat
a. Pasien mampu
mengontrol nyeri
A (Anlisis)
Tindak lanjut dan penentuan
apakah implementasi akan
dilanjutkan atau sudah
terlaksana dengan baik.
a. Tujuan tercapai apabila
respon pasien sesuai
dengan tujuan dan
kriteria hasil
b. Tujuan belum tercapai
apabila respon tidak
sesuai dengan tujuan
yang telah ditentukan.
P (Planning)
a. Pertahankan kondisi
pasien apabila tujuan
tercapai
b. Lanjutkan intervensi
apabila terdapat tujuan
yang belum mampu
dicapai oleh pasien

(Sumber: R.Dinarti et al, Dokumentasi Keperawatan, 2013)

xxxix
BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep ialah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu

dengan konsep lainnya dari masalah yang ingin diteliti untuk menghubungkan

atau menjelaskan topik yang akan dibahas (Setiadi, 2013). Kerangka konsep

dijabarkan sebagai gambar :

Dampak
1. Dampak fisik yaitu rasa
ketidaknyamanan Tanda dan Gejala
2. Dampak perilaku yaitu
1. Mengeluh nyeri
mengaduh, mendengkur,
2. Tampak meringis
sesak napas, menangis, 3. Bersikap protektif
meringis, dan perasaan 4. Gelisah
gelisah 5. Frekuensi nadi
3. Dampak aktivitas yaitu nyeri meningkat
dapat membatasi mobilitas 6. Sulit tidur
pasien
xl
Asuhan Keperawatan
Post Operasi Mioma
Nyeri Akut 1. Pengkajian
Uteri 2. Diagnosis
3. Intervensi
4. Implementasi
Keterangan: 5. Evaluasi
Etiologi
: Diteliti
1. Agen pencedera
: Tidak diteliti
fisiologis
: Ada hubungan 2. Agen pencedera
kimiawi
3. Agen pencedera fisik

Gambar 1 Kerangka Konsep Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Ibu Post


Operasi Mioma Uteri dengan Nyeri Akut di Ruang Dara RSUD Wangaya Tahun
2020
Penjelasan:
Berdasarkan kerangka konsep, peneliti akan melakukan penelitian terhadap

asuhan keperawatan pada ibu post operasi mioma uteri dengan nyeri akut. Post

operasi mioma uteri adalah keadaan setelah pembedahan tumor jinak pada dinding

rahim wanita. Prosedur operasi tersebut dapat menimbulkan masalah keperawatan

nyeri akut, dimana hal tersebut akan menimbulkan beberapa dampak. Dampak

yang ditimbulkan seperti rasa ketidaknyamanan, mengaduh, mendengkur, sesak

napas, menangis, meringis, perasaan gelisah, dan membatasi mobilitas pasien.

Adapun tanda dan gejala nyeri akut yaitu mengeluh nyeri, tampak meringis,

bersikap protektif, gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur.

B. Definisi Operasional Variabel

Konsep definisi operasional variabel merupakan penjelasan semua variabel

dan istilah yang akan digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga

xli
pada akhirnya mempermudah pembaca dalam mengartikan makna penelitian.

Untuk menghindari perbedaan persepsi, maka perlu disusun definisi operasional

yang merupakan penjelasan lanjut dari variabel sebagai berikut.

Tabel 4
Definisi Operasional Gambaran Asuhan Keperawatan pada Pasien Post Operasi
Mioma Uteri dengan Nyeri Akut

Variabel Definisi

1 2
Asuhan keperawatan Deskriptif pelayanan keperawatan dengan
dengan nyeri akut melalui pendekatan proses
nyeri akut keperawatan meliputi pengkajian, diagnosa,
intervensi, implementasi, dan evaluasi
keperawatan.
Masa setelah dilakukannya pembedahan
Ibu post operasi mioma tumor jinak pada dinding rahim wanita
uteri

xlii
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif atau studi kasus.

Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan

atau menggambarkan kejadian atau peristiwa penting yang terjadi pada masa kini

(Nursalam, 2017). Deskriptif peristiwa dilakukan dengan cara sistematis dan lebih

menekankan pada data faktual daripada penyimpulan, fenomena disajikan dengan

cara apa adanya tanpa harus memanipulasi dan peneliti tidak mencoba dalam

menganalisis bagaimana dan mengapa kejadian itu dapat terjadi, oleh sebab itu

penelitian jenis ini tidak memerlukan adanya suatu hipotesis.

xliii
B. Tempat dan Waktu

Tempat penelitian untuk studi kasus ini akan dilakukan di RSUD Wangaya.

Adapun waktu dari penelitian ini, terhitung sejak bulan Maret 2020.

C. Subjek Studi Kasus

Penentuan kriteria sampel dalam subjek studi kasus sangat membantu

peneliti untuk mengurangi bias hasil penelitian, khususnya jika terhadap variabel-

variabel kontrol ternyata mempunyai pengaruh terhadap variabel yang kita teliti.

Subjek studi kasus pada penelitian ini adalah dua orang pasien dengan post

operasi mioma uteri dengan nyeri akut di RSUD Wangaya. Validasi data

mengenai pasien dilakukan pada keluarga dan perawat. Subjek kasus perlu

dirumuskan kriteria inklusi dan eksklusi seperti dibawah ini:

1. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dari suatu

populasi target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2017). Kriteria

inklusi dari penelitian ini yaitu:

a. Rekam medik Ibu Post Operasi Mioma Uteri yang dirawat di Ruang Dara

RSUD Wangaya dengan masalah keperawatan nyeri akut

b. Ibu Post Operasi Mioma Uteri setelah 24 jam di Ruang Dara RSUD Wangaya.

2. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subyek yang

tidak memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab (Nursalam,

2017). Kriteria ekslusi dari penelitian ini yaitu :

a. Catatan medik yang lengkap dan jelas penulisannya

b. Diagnosis yang dikeluarkan sesuai dengan diagnosis keperawatan

xliv
D. Fokus Studi Kasus

Fokus studi kasus adalah kajian utama yang akan dijadikan titik acuan studi

kasus. Pada penelitian ini, titik acuan studi kasus yang digunakan oleh peneliti

adalah asuhan keperawatan pada ibu post operasi mioma uteri dengan masalah

keperawatan nyeri akut.

E. Jenis Pengumpulan Data

1. Jenis data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder.

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain, badan/instansi yang

secara rutin mengumpulkan data diperoleh dari rekam medik pasien (Setiadi,

2013). Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah asuhan keperwatan

nyeri akut pada ibu post operasi mioma uteri di RSUD Wangaya.

2. Teknik pengumpulan data

Penelitian yang dilakukan oleh penulis menggunakan teknik pengumpulan

data dengan observasi dokumentasi. Dokumentasi merupakan catatan peristiwa

yang bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang

(Setiadi, 2013). Dokumentasi merupakan metode pengumpulan data yang berasal

dari dokumen asli. Dokumen asli tersebut berupa gambar, tabel atau daftar

periksa, dan film dokumentasi (Nursalam, 2017). Studi dokumentasi yang akan

dilakukan pada penelitian ini adalah dokuementasi terhadap catatan asuhan

keperawatan pada ibu post operasi mioma uteri dengan nyeri akut yang dilakukan

mulai dari catatan hasil pengkajian hingga evaluasi.

Alur pengumpulan data yaitu :

xlv
a. Pengurusan surat permohonan izin penelitian pada bidang Pendidikan

Poltekkes Kemenkes Denpasar Jurusan Keperawatan.

b. Mengajukan permohonan izin di Direktorat Poltekkes Denpasar.

c. Mengajukan surat permohonan izin melakukan penelitian ke Badan

Penanaman Modal dan Perizinan Provinsi Bali.

d. Mengajukan surat permohonan izin melakukan penelitian ke Kesbangpol Kota

Denpasar.

e. Mengajukan permohonan surat izin penelitian ke RSUD Wangaya.

f. Menentukan pasien asuhan keperawatan sesuai dengan kriteria inklusi dan

eksklusi.

g. Melakukan pengkajian asuhan keperawatan, menganalisis masalah

keperawatan pasien, dan menentukan masalah utama yang muncul pada ibu

(post operasi mioma uteri).

h. Menjelaskan tujuan pengambilan data.

i. Mendokumentasikan tindakan yang telah diberikan ke dalam laporan asuhan

keperawatan.

3. Instrumen pengumpulan data dokumentasi

Instrument pengumpulan data pada penelitian ini adalah menggunakan

lembar observasi. Lembar observasi digunakan untuk mengumpulkan data

objektif dan data subjektif, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan,

implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan pada subyek penelitian

dengan nyeri akut pada post operasi mioma uteri.

Lembar dokumentasi ini terdiri dari 9 pernyataan pengkajian, 9 pernyataan

diagnosis keperawatan, 13 pernyataan perencanaan keperawatan, 13 pernyataan

xlvi
implementasi keperawatan, dan 4 pernyataan evaluasi keperawatan. Pada lembar

pernyataan bila ditemukan diberi tanda “ ” pada kolom “Ya” bila pernyataan

didokumentasikan direkam medis dan diberi tanda “ ” pada kolom “Tidak” bila

tidak ditemukan pernyataan tersebut.

F. Metode Analisa Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

data kualitatif. Analisis data dimulai sejak peneliti di lapangan, sewaktu

pengumpulan data sampai dengan semua data terkumpul. Analisis data dilakukan

dengan cara mengemukakan fakta, membandingkan dengan teori yang ada

selanjutnya dituangkan dalam bentuk opini pembahasan. Teknik analisis yang

digunakan adalah teknik analisis naratif dengan cara menguraiakan jawaban-

jawaban yang diperoleh dari hasil studi dokumentasi secara mendalam sebagai

jawaban dari rumusan masalah. Urutan dalam hal analisis data adalah sebagai

berikut.

1. Mereduksi data

Data hasil observasi yang terkumpul dalam bentuk catatan lapangan

disajikan

dalam satu transkip dan dikelompokkan menjadi data – data sesuai dengan yang

diperlukan untuk menjawab tujuan penelitian.

2. Penyajian data

Penyajian data disesuaikan denga desain studi kasus deskriptif yang dipilih

untuk studi kasus. Data disajikan secara terstruktur atau narasi dan dapat desertai

xlvii
cuplikan ungkapan verbal dari subyek studi kasus yang merupakan data

pendukungnya.

3. Kesimpulan

Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan dengan

hasil-hasil penelitian terdahulu dan secara teoritis dengan perilaku kesehatan.

Penarikan kesimpulan dengan metode induksi. Data yang dikumpulkan terkait

dengan data pengkajian, dignosa, intervensi, implementasi dan evaluasi

keperawatan.

G. Etika Studi Kasus

Etika dalam penelitian ini dapat berupa :

1. Inform consent (persetujuan menjadi pasien)

Informed consent atau persetujuan untuk berpartisipasi dalam penelitian

merupakan suatu bentuk persetujuan subyek penelitian setelah mendapat

penjelasan tentang perlakuan dan dampak yang timbul dari penelitia yang

dilakukan. Informed consent dimulai dengan pernyataan dari salah satu pihak

(peneliti) untuk mengikat dirinya atau menawarkan suatu perjanjian yang disebut

dengan penawaran. Kemudian diikuti dengan pernyataan dari pihak lain (subjek

penelitian) untuk menerima penawaran tersebut atau disebut penerimaan.

Informed consent merupakan suatu upaya untuk perlindungan hak asasi manusia

(subjek penelitian) dalam hubungan peneliti dan pasien yaitu hak atas informasi

yang dikaitkan dengan hak untuk menentukan nasib sendiri.

2. Anonymity (tanpa nama)

Peneliti memberikan jaminan kepada subjek penelitian dengan tidak

memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan

xlviii
hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang

akan disajikan.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Masalah ini memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik

informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang sudah

dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu

yang akan dilaporkan pada hasil riset.

DAFTAR PUSTAKA

Dinarti, R., Aryani, H., Nurhaeni, Chairani, & Tutiany. (2013). Dokumentasi
Keperawatan. Jakarta: CV Trans Info Media.

Ekine, A. A., Lawani, L. O., Iyoke, C. A., Jeremiah, I., & Ibrahim, I. A. (2015).
Review of the Clinical Presentation of Uterine Fibroid and the Effect of
Therapeutic Intervention on Fertility. American Journal of Clinical Medicine
Research, 3(1), 9–13. https://doi.org/10.12691/ajcmr-3-1-2

Hamarno, R., T, M. D. C., & Hisbulloh, M. H. (2017). Deep Breathing Exercise


(DBE) dan Tingkat Intensitas Nyeri pada Pasien Post Operasi Laparatomi.
3(1), 31–41.

Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, S. J. (2010). Fundamental
Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik (7th ed). Jakarta: EGC.

Kurniaty, R., & Sunarsih. (2018). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan

xlix
Kejadian Mioma Uteri di RSUD Dr. H Abdul Moeloek Bandar Lampung
Tahun 2016. Jurnal Kebidanan, 4(3), 1–6.

Mubarak, W. I., Indrawati, L., & Susanto, J. (2015). Buku Ajar Ilmu
Keperawatan. Buku 2. Jakarta: Salemba Medika.

Nanda Internasional. (2015). Nanda International Inc. Diagnosis Keperawatan :


Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10. Jakarta: EGC.

Nanda Internasional. (2018). NANDA-I Diagnosis Keperawatan : Definisi dan


Klasifikasi 2018-2020. Jakarta: EGC.

Novitasari, A., Lestari, G. I., & Fairus, M. (2018). Faktor Usia Ibu dan Paritas
Meningkatkan Kejadian Mioma Uteri. 11(1), 21–27. Retrieved from
https://ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/JKM

Nugroho, T., & Utama, B. I. (2014). Masalah Kesehatan Reproduksi Wanita.


Yogyakarta: Nuha Medika.

Nursalam. (2017). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan (2nd ed.; T. editor S. Medika, ed.). Jakarta: Salemba Medika.

Octaviana, A. & Pranajaya, R. (2014). Usia dan paritas dengan kejadian mioma
uteri. Jurnal Keperawatan, X(2), 209–214.

Setiadi. (2013a). Konsep dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan : Edisi 2.


Yogyakarta: Graha Ilmu.

Setiadi, N. (2013b). Konsep dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan (2, ed.).
Yogyakarta: Graha Ilmu.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016a). Standar Diagnosis Keperawatan


Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta Selatan: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016b). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik Edisi 1 (1st ed.). Jakarta Selatan: DPP
PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus
Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Utami, W. (2016). Perawatan Post Operasi Mioma Uteri. Jurnal Kesehatan Ibu
Dan Anak Akademi Kebidanan An-Nur, 1(1), 9–14.

l
LAMPIRAN 1

LEMBAR OBSERVASI

Judul Penelitian : Gambaran Asuhan Keperawatan pada Ibu Post Operasi


Mioma Uteri dengan Nyeri Akut Di Ruang Dara RSUD
Wangaya Tahun 2020

Kode Responden :

Tanggal Penelitian :

Petunjuk pengisian :

1. Bacalah setiap pertanyaan lembar observasi dengan teliti dan benar

li
2. Istilah pada kolom yang tersedia, dengan cara memberi tanda √ pada kolom

yang sesuai dengan dokumen pasien yang tertulis pada CM.

A. Pengkajian

1. Identitas pasien Penanggung jawab/suami

Nama : Nama :
Umur : Umur :
Pendidikan : Pendidikan :
Pekerjaan : Pekerjaan :
Status Perkawinan : Alamat :
Agama :
Suku :

lii
Alamat :
No. CM :
Tanggal MRS :
Tanggal pengkajian :
Sumber informasi :

2. Alasan dirawat

a. Alasan MRS :

b. Keluhan saat dikaji :

3. Riwayat masuk rumah sakit

Keluhan utama

4. Riwayat obstetri dan ginekologi

a. Riwayat menstruasi

1) Menarche : Siklus :

2) Banyaknya : Lamanya :

3) Keluhan :

b. Riwayat pernikahan :
Menikah : Lama :
c. Riwayat kelahiran, persalinan, nifas yang lalu :

Anak ke Kehamilan Persalinan Komplikasi nifas Anak


Umur
Peny Peno Penyu Lase Infe Pedar Jenis
No Th keha Jenis BB Pj
ulit long lit rasi ksi ahan kelamin
milan

liii
d. Riwayat keluarga berencana :

1) Akseptor KB : Lama :

2) Masalah :

3) Rencana KB :

5. Pemeriksaan fisik :

a. Keadaan umum :

1) GCS :

2) Tingkat kesadaran :

3) Tanda-tanda vital :

b. Head to toe :

1) Kepala :

Wajah

Pucat

Cloasma

Sklera

Konjungtiva

Pembesaran limphe node

Pembesaran kelenjar tiroid

Telinga

2) Dada :

Payudara

Areola

Putting

Pengeluaran ASI

liv
Jantung

3) Abdomen :

Linea

Striae

Luka SC

Bising usus

TFU

Kontraksi

4) Genetalia :

Kebersihan

Lokhea

5) Perineum dan anus :

Perineum

Hemoroid

6) Ekstremitas

a) Atas

Oedema

Varises

CRT

b) Bawah

Oedema

Varises

CRT

lv
6. Data fisiologis

Nyeri Akut

Gejala dan Tanda Mayor

Observasi Observasi
Subjektif Objektif
Ya Tidak Ya Tidak

Mengeluh nyeri Tampak meringis

Bersikap protektif (mis.


waspada, posisi
menghindari nyeri)
Gelisah

Frekuensi nadi
meningkat
Sulit tidur
Gejala dan Tanda Minor

Subjektif Objektif

(Tidak tersedia) Tekanan darah meningkat

Pola napas berubah

Nafsu makan berubah

lvi
Proses berpikir terganggu

Menarik diri

Berfokus pada diri sendiri

Diaphoresis

7. Data penunjang :

a. Pemeriksaan laboratorium

8. Diagnosis medis :

9. Pengobatan :

B. Diagnosis Keperawatan

Observasi
No Diagnosis Keperawatan (PES)
Ya Tidak

1 Problem

Nyeri akut

2 Etiology

Agen pencedera fisiologis (mis. inflamasi, iskemia,


neoplasma)

Agen pencedera kimiawi (mis. terbakar, bahan


kimia)

Agen pencedera fisiologis (mis. abses, amputasi,


terbakar, prosedur operasi, trauma, latihan fisik
berlebihan)

3 Symptoms

Mengeluh nyeri

lvii
Tampak meringis

Bersikap protektif (mis. waspada, posisi


menghindari nyeri)

Gelisah
Sulit tidur

C. Intervensi Keperawatan

Observasi
No Intervensi Keperawatan
Ya Tidak

1 Manajemen nyeri

a. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,


frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
b. Identifikasi respon nyeri nonverbal

c. Identifikasi faktor yang memperberat dan


memperingan nyeri
d. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
nyeri
e. Identifikasi pengaruh budaya terhadap
respon nyeri
f. Identifikasi pengaruh nyeri terhadap
kualitas hidup
g. Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah diberikan
h. Monitor efek samping penggunaan
analgetik
i. Berikan teknik non farmakologis untuk
mengurangi nyeri (misalnya akupresure,
terapi pijat, kompres hangat/dingin)
j. Kontrol lingkungan yang memperberat

lviii
rasa nyeri (misalnya suhu ruangan,
pencahayaan, dan kebisingan)
k. Fasilitasi istirahat dan tidur

l. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu


nyeri
m. Kolaborasi pemberian analgesi

D. Implementasi Keperawatan

Observasi
No Implementasi Keperawatan
Ya Tidak

1 Manajemen nyeri

a. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik,


durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri
b. Mengidentifikasi respon nyeri nonverbal

c. Mengidentifikasi faktor yang


memperberat dan memperingan nyeri
d. Mengidentifikasi pengetahuan dan
keyakinan nyeri
e. Mengidentifikasi pengaruh budaya
terhadap respon nyeri
f. Mengidentifikasi pengaruh nyeri terhadap
kualitas hidup
g. Memonitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah diberikan
h. Memonitor efek samping penggunaan
analgetik
i. Memberikan teknik non farmakologis
untuk mengurangi nyeri (misalnya
akupresure, terapi pijat, kompres
hangat/dingin)
j. Mengontrol lingkungan yang

lix
memperberat rasa nyeri (misalnya suhu
ruangan, pencahayaan, dan kebisingan)
k. Memfasilitasi istirahat dan tidur

l. Menjelaskan penyebab, periode dan


pemicu nyeri
m. Mengkolaborasikan pemberian analgesi

E. Evaluasi Keperawatan

Observasi
No Evaluasi keperawatan
Ya Tidak

1 S (subjektif) : Ibu tidak mengeluh nyeri

2 O (objektif) : Ibu tidak tampak meringis

3 A (assesment)

4 P (planning)

lx

Anda mungkin juga menyukai