Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit Menular Seksual (PMS) adalah jenis penyakit menular yang
paling umum di Amerika Serikat. Hampir separuh dari orang Amerika yang
ditulari PMS berusia dibawah 25 tahun. Banyak diantara remaja yang saat ini
tengah menderita PMS tanpa menyadarinya. Yang lainnya mungkin
terganggu oleh gejala-gejalanya, namun tidak mencurigai ke arah Penyakit
Menular Seksual (PMS).

Akhir-akhir ini terdapat peningkatan dari kejadian PMS di tengah-


tengah masyarakat. Salah satu penyebabnya adalah semakin banyaknya
remaja yang melakukan kegiatan seksual, kebanyakan tanpa mengenakan
pelindung. Salah satu alasan lain adalah semakin meluasnya pemakaian pil
antihamil, yaitu suatu cara pencegahan kehamilan yang cukup terandalkan,
yakni bila diminum secara teratur, hampir dapat dijamin tidak akan terjadi
kehamilan.

Akan tetapi pil tersebut tidak memberi perlindungan apa-apa


terhadap PMS. Salah satu alasan lain peningkatan kejadian PMS ini adalah
karena penyakit infeksi chlamidia ini sering tidak menimbulkan gejala apa-
apa. Orang yang sudah tertular kuman ini tanpa sadar dapat menularkannya
kepada orang lain, dan seterusnya.

Saat ini PMS masih dihubungkan secara tradisional sebagai


perbuatan tidak bermoral. Masyarakat sudah lebih dapat menerima penderita
walaupun belum sepenuhnya. Masih banyak penderita PMS yang berusaha
menyembunyikan penyakitnya agar dapat diterima oleh seluruh lapisan
masyarakat.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari Penyakit Menular Seksual (PMS)?
2. Apa saja etiologi Penyakit Menular Seksual (PMS) ?
3. Apa sajakah Manifestasi Klinis Penyakit Menular Seksual (PMS)?
4. Apa saja Klasifikasi Penyakit Menular Seksual (PMS)?

5. Bagaimana Patofisiologi dari Penyakit Menular Seksual (PMS)?


6. Apa saja Komplikasi yang mungkin timbul pada Penyakit Menular
Seksual (PMS)?
7. Bagaimana Penatalaksanaan Penyakit Menular Seksual (PMS) ?
8. Bagaimana Pencegahan Penyakit Menular Seksual (PMS)?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui definisi dari Penyakit Menular Seksual (PMS).
2. Mengetahui Etiologi dari Penyakit Menular Seksual (PMS).
3. Mengetahui Manifestasi Klinis Penyakit Menular Seksual (PMS).
4. Mengetahui Klasifikasi dari Penyakit Menular Seksual (PMS).
5. Mengetahui Patofisiologi Penyakit Menular Seksual (PMS).
6. Mengetahui Komplikasi yang mungkin timbul pada Penyakit Menular
Seksual (PMS).
7. Mengetahui Penatalaksanaan Penyakit Menular Seksual (PMS) .
8. Mengetahui Pencegahan Penyakit Menular Seksual (PMS).

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Penyakit Menular Seksual (PMS)

Penyakit Menular Seksual (PMS) adalah penyakit yang dapat


ditularkan dari seseorang kepada orang lain melalui hubungan seksual.
Tidak semua PMS ditularkan melalui hubungan seksual. Selain itu, penyakit
menular seksual dapat pula ditularkan dari ibu kepada bayi dalam kandugan.
Oleh sebab itu, penyakit ini juga dapat diderita oleh orang yang belum
pernah melakukan hubungan kelamin atau orang yang tidak promiskus
[ CITATION Tri15 \l 1033 ].

Penyakit menular seksual (PMS) adalah infeksi yang disebabkan


oleh bakteri, virus, parasit atau jamur, yang penularannya terutama melalui
hubungan seksual dari seseorang yang terinfeksi kepada mitra seksualnya.
Penyakit Menular Seksual (PMS) merupakan salah satu dari sepuluh
penyebab pertama penyakit yang tidak menyenangkan pada dewasa muda
laki- laki dan penyebab kedua terbesar pada dewasa muda perempuan di
negara berkembang (Sarwono, 2015).

Penyakit menular seksual (PMS) merupakan penyakit yang dapat


menular melalui hubungan seksual. Penyakit menular tersebut lebih
beresiko jika melakukan hubungan seksual dengan berganti ganti pasangan
baik melalui vagina, oral, maupun anal. Jenis-jenis Infeksi Menular Seksual
yaitu gonore, sifilis (raja singa), herpes genital, trikomoniasis vaginalis,
chancroid, klamidia, dan kandiloma akuminata (genital warts/ HPV)
(Kusmiran, 2017).

3
2.2 Etiologi Penyakit Menular Seksual (PMS)[ CITATION Tri15 \l 1033 ]

Penyebab PMS sangat bervariasi, dari yang berupa virus berukuran


kecil hingga parasite yang ukurannya hanya dapat dilihat dengan alat
bantu. Penyakit yang ditimbulkan sangat beranekaragam, baik yang
bersifat akut maupun kronis dengan komplikasi merugikan. /contoh PMS
disebabkan oleh virus, antara lain herpes, hepatitis, dan kandiloma
akuminata; yang disebabkan oleh bakteri, seperti sifilis, gonore, ulkus
mole, dan UNS; yang disebabkan oleh Protozoa misalnya vaginitis,
urethritis, dan balanitis; yang disebabkan oleh fungus adalah
vulvovaginitis, balanoposnitis; dan yang disebabkan oleh parasit adalah
skabies dan pedikulosis pubis.

Cara penularan PMS melalui hubungan seksual secara langsung


dan melalui darah. Penularan PMS selain dapat ditularkan melalui
hubungan langsung juga dapat ditularkan melalui transfusi darah, saling
bertukar jarum suntik pada pengguna narkoba, tertusuk jarum suntik yang
tidak steril secara sengaja atau tidak sengaja, menindik telinga atau tato
dengan jarum yang tidak steril, penggunaan alat pisau cukur secara
bersama-sama (khususnya jika terluka dan menyisakan darah pada alat),
dari ibu hamil kepada bayi (bisa terjadi saat hamil, saat melahirkan, dan
saat menyusui) (Marmi, 2013).

2.3 Manifestasi Klinis Penyakit Menular Seksual (PMS)


Tanda dan gejala penyakit menular seksual pada laki-laki dan pada
perempuan biasanya dapat ditandai dengan gejala seperti lesi pada bagian
vulva atau penis, gatal atau seperti terbakar, terasa nyeri atau seperti
terbakar pada saat akan berkemih (Reeder et al, 2011).

Gejala umum PMS :[ CITATION Tri15 \l 1033 ]

a. Luka yang tidak pada tempatnya.


b. Cairan yang tidak pada tempatnya.

4
c. Kencing panas.
d. Sakit tenggorok.
e. Pertumbuhan yang tidak pada tempatnya.
f. Perubahan warna kulit.
g. Nyeri saat buang air kecil atau saat hubungan seksual.
h. Gatal.
i. Bengkak.

Tanda PMS pada laki-laki dan perempuan, tanda PMS pada laki-laki,
antara lain: [ CITATION Tri15 \l 1033 ]

a. Bintil berisi cairan.


b. Lecet atau borok pada penis/ alat kelamin.
c. Luka tidak sakit.
d. Keras dan berwarna merah pada alat kelamin.
e. Adanya kutil atau tumbuh daging seperti jengger ayam.
f. Rasa gatal yang hebat pada saat berkemih.
g. Rasa sakit yang hebat pada saat berkemih.
h. Kencing nanah atau darah yang berbau busuk.
i. Bengkak panas dan nyeri pada pangkal paha yang kemudian berubah
menjadi borok.

Pada perempuan sebagian besar tanpa gejala sehingga sering kali tidak
disadari (asimtomatis). Jika ada gejala, biasanya berupa: [ CITATION Tri15 \l
1033 ].

a. Rasa sakit atau nyeri saat buang air kecil atau berhubungan dengan
seksual.
b. Rasa nyeri pada perut bagian bawah.
c. Pengeluaran lendir pada vagina/ alat kelamin.
d. Keputihan bewarna putih susu, bergumpal, dan disertai rasa gatal serta
kemerahan pada alat kelamin atau sekitarnya.

2.4 Klasifikasi Penyakit Menular Seksual (PMS)

5
Ada banyak jenis penyakit yang dapt digolongkan sebagai PMS. PMS
yang banyak ditemukan diIndonesia saat ini adalah gonore (GO), sifilis
(raja singa), herpes kelamin, klamidia, trikomoniasis, kandidiasis vagina,
kutil kelamin.

a. Gonore
Penyakit ini disebabkan oleh kuman Neisseria gonorrhea. Terjadi
di seluruh dunia menyerang laki-laki dan permpuan semua usia,
terutama kelompok dewasa muda. Saat ini, jenis kuman yang kebal
obat muncul secara umum dimana-mana [ CITATION Tri15 \l 1033 ].
Gonorea adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Neisseria
gonorrhea, suatu kuman diplokokus gram negatif [CITATION Jos \l
1033 ].
b. Klamidia
Uretritis non-gonore, uretritis non spesifik (UNS), atau klamidia
adalah penyakit yang terjadi secara umum disebabkan oleh Chlamydia
trachomatis. Pada perempuan, penyakit ini dapat menyebabkan radang
leher Rahim mukopurulen walaupun infeksi biasanya tanpa gejala.
Infeksi klamidia yang terjadi berulang, biasanya dapat menyebabkan
penyakit peradangan leher rahim kronis dan kemandulan [ CITATION
Tri15 \l 1033 ].
c. Sifilis
Sifilis adalah penyakit yang disebabkan oleh Treponema pallidum.
Penyakit ini ditularkan melalui kontak langsung antara luka (bernanah
atau bengkak) di kulit dengan selaput lender atau dengan cairan tubuh
(semen, darah, cairan vagina) selama senggama melalui transfuse
darah bila pendonor berada dalam tahap awal infeksi. Infeksi dapat
ditularkan dari seorang ibu yang terinfeksi kepada bayi/janin yang
dikandungnya [ CITATION Tri15 \l 1033 ].
Sifilis adalah penyskit infeksi dengan penyebab Treponema
pallidum. Disebut juga raja singa, Mal de Naples, morbus gallicus, lues
venerea[CITATION Jos \l 1033 ].
d. Synkroid

6
Synkroid atauulkus mole adalah penyakit yang disebabkan oleh
bakteri Haemophilus ducreyi. Lebih sering terjadi pada laki-laki
daripada perempuan, luka synkroid sangat menular [ CITATION Tri15 \l
1033 ].
e. Limfogranuloma venerum
Limfogranuloma venerum (LGV) adalah penyakit yang
disebabkan oleh Chlamydia trachomatis yang berbeda dari jenis yang
menyebabkan peradangan ureter dan leher rahim [ CITATION Tri15 \l
1033 ].
f. Trikomoniasis vaginalis
Trikomoniasis vaginalis atau infeksi trikoma merupakan suatu
infeksi umum yang terjadi terus-menerus di saluran kemih perempuan
yang disebabkan oleh protozoa Trichomonas vaginalis [ CITATION
Tri15 \l 1033 ].
g. Herpes genitalis
Herpes genitalis adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
herpes simpleks tipe 2 (HSV-2) [ CITATION Tri15 \l 1033 ].
Herpes simpleks alah infeksi akut oleh HSV tipe I atau tipe II,
yang dapat berlangsung primer atau rekuren. Disebut juga fever blister,
cold score, herpes febrilis, herpes labialis, herpes progenitalis
(genitalis) [CITATION Jos \l 1033 ].
h. Kutil kelamin
Penyakit ini disebabkan oleh virus papilloma pada manusia
[ CITATION Tri15 \l 1033 ].
i. Granuloma inguinale
Granuloma inguinale atau donovanosis adalah sebuah luka kecildi
kulit bagian kemaluan yang lama-kelamaan melebar membentuk
sebuahmassa granulomatosa (benjolan kecil) yang dapat menyebabkan
kerusakan berat pada organ kemaluan [ CITATION Tri15 \l 1033 ].

2.5 Patofisiologi Penyakit Menular Seksual (PMS) [ CITATION Zak11 \l 1033 ].

7
Penyakit menular seksual (PMS) adalah infeksi yang didapat
melalui kontak seksual. Organisme penyebabnya yang tinggal dalam darah
atau cairan tubuh, meliputi virus, mikoplasma, bakteri, jamur, spirokaeta
dan parasit-parasit kecil (misalnya Phthirus pubis, scabies). Sebagian
organisme yang terlibat hanya ditemukan di saluran genital (reproduksi)
saja tetapi yang lainnya juga ditemukan di dalam organ tubuh lain. Di
samping itu, seringkali berbagai PMS timbul secara bersama-sama dan jika
salah satu ditemukan, adanya PMS lainnnya harus dicurigai. Terdapat
rentang keintiman kontak tubuh yang dapat menularkan PMS termasuk
berciuman, hubungan seksual, hubungan seksual melalui anus,
kuninglingus, anilingus, felasio, dan kontak mulut atau genital dengan
payudara. Menurut Somelus (2008), Cara lain seseorang dapat tertular
PMS juga melalui :

1. Darah

Dari tansfusi darah yang terinfeksi, menggunakan jarum suntik


bersama, atau benda tajam lainnya ke bagian tubuh untuk menggunakan
obat atau membuat tato.

2. Ibu hamil kepada bayinya

Penularan selama kehamilan, selama proses kelahiran. Setelah lahir,


HIV bisa menular melalui menyusui.

3. Sentuhan

Herpes dapat menular melalui sentuhan karena penyakit herpes ini


biasanya terdapat luka-luka yang dapat menular bila kita tersentuh,
memakai handuk yang lembab yang dipakai oleh orang penderita herpes.

4. Tato dan tindik

Pembuatan tato di badan, tindik, atau penggunaan narkoba memberi


sumbangan besar dalam penularan HIV/AIDS. Sejak 2001, pemakaian
jarum suntik yang tidak aman menduduki angka lebih dari 51 % cara
penularan HIV/AIDS.

8
2.6 Komplikasi Penyakit Menular Seksual (PMS)[CITATION Zak11 \l 1033 ].
Pengobatan yang tepat dapat membantu mencegah komplikasi
beberapa PMS. Karena menurut pengalaman bahwa banyak orang di tahap
awal PMS tanpa gejala, skrining untuk PMS sangat penting dalam
mencegah komplikasi. Komplikasi yang mungkin antara lain :
1. Luka atau benjolan di manapun pada tubuh.
2. Luka pada alat kelamin.
3. Bintil merah pada kulit.
4. Nyeri selama hubungan seksual.
5. Nyeri skrotum, kemerahan dan bengkak.
6. Nyeri panggul.
7. Abses pada selakangan.
8. Radang mata.
9. Radang sendi.
10. Penyakit radang panggul.
11. Infertilitas.
12. Kanker lain, termasuk limfoma terkait HIV dan HPV terkait kanker
dubur.
13. Infeksi oportunistik yang terjadi dalam lanjutan HIV.

Suatu studi epidemiologi menggambarkan bahwa pasien dengan


infeksi menular seksual lebih rentan terhadan HIV. Infeksi menular
seksual juga diimplikasikan sebagai faktor yang memfasilitasi penyebaran
HIV (WHO,2004).

2.7 Penatalaksanaan Penyakit Menular Seksual (PMS) [CITATION Upi15 \l 1033 ].


Memberikan penyuluhan agar melakukan tindakan menjaga
kebersihan alat reproduksi eksternal juga merupakan langkah awal dalam

9
pencegahan penularan penyakit menular seksual (PMS). Mengadakan
penyuluhan atau pendidikan kesehatan tentang kesehatan reproduksi
khususnya mengenai penyakit menular seksual oleh petugas kesehatan
maupun instansi kesehatan lainya di sekolah. Pendidikan memengaruhi
proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang, makin mudah orang
tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi, maka
seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang
lain maupun dari media massa. Informasi yang diperoleh baik dari
pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengetahuan
jangka pendek (Immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau
peningkatan pengetahuan. Berkembangnya teknologi akan menyediakan
bermacam-macam media massa yang dapat memengaruhi pengetahuan
masyarakat tentang inovasi baru (Notoatmodjo 2013).

2.8 Pencegahan Penyakit Menular Seksual (PMS) [CITATION Upi15 \l 1033 ].

Pencegahan PMS yaitu dengan cara membatasi hubungan seksual,


tidak melakukan hubungan seksual apabila terdapat lesi oral atau genital,
serta menggunakan kondom (Reeder et al, 2011).

10
2.9 Asuhan Keperawatan Penyakit Menular Seksual (PMS)

1. Pengkajian [ CITATION Ree11 \l 1033 ]


Wanita yang menderita Penyakit Menular Seksual mungkin tidak
menampakkan gejala pada stadium awal infeksi. Meski demikian,
pemeriksaan fisik dapat memperlihatkan tanda-tanda infeksi, seperti
peningkatan suhu tubuh dan frekuensi denyut jantung. Kulit diperiksa
untuk mengetahui adanya kemerahan, lesi, dan tanda bekas penggunaan
obat per IV (periksa adanya bekas tusukan jarum pada kedua lengan
bawah, tungkai, dan kaki). Pemeriksaan abdomen dan panggul dapat
mengungkapkan adanya nyri tekan pada palpasi, eritema, edema, rabas
(vagina, serviks), dan pembesaran uterus, tuba atau ovarium. Gejala
Penyakit Menular Seksual : rabas vagina meningkat atau berbau busuk,
rasa gatal atau seperti terbakar (vaginal, vulva), lesi pada (vulva, labia),
pembesaran (kelenjar limfe pada daerah aksila,selangkangan, atau leher),
terasa nyeri atau seperti terbakar saat berkemih, kemerahan pada kulit atau
lesi pada mulut, demam, lemas, letih, anoreksia, ketidaknyamanan
abdomen, perubahan pola menstruasi.
Risiko tertular PMS meningkat jika wanita mempunyai banyak
pasangan seksual, pasangan yang menggunakan obat-obatan terlarang,
atau pasangan biseksual dan jika wanita adalah seorang pengguna obat-
obatan intravena. Riwayat PMS juga meningkatkan risiko tertular. Jenis
dan lama penatalaksanaan sangat penting dalam mengkaji kekambuhan
atau ketidakmanjuran terapi.
Selama kehamilan, uji laboratorium standar dilakukan untuk
mendeteksi ada tidaknya penyakit menular seksual dan penyakit infeksi
yang biasanya sering terjadi,

11
Pemeriksaan Laboratorium Untuk Penyakit Menular [ CITATION
Ree11 \l 1033 ]

Pemeriksaan Laboratorium Sumber/ Tempat Penyakit Menular


Sediaan basah/ kalium Rabas vagina Candida, Trichomonas,
hidroksida Vaginosis bacterial
Sifilis
VDRL (Veneral Disease Darah
Research Laboratory)/ (Rapid
Plasma Reagent)

Kultur gonorea Serviks, rektum Gonorea

Kultur chlamydia Serviks Chlamydia trachomatis

Antibody penghambat Darah Rubella


pembekuan darah

Urinalisis, kultur urine Urine Infeksi daluran kemih

Uji kulit tuberculin Kulit Tuberculosis

Antigen dan antibody hepatitis Darah Hepatitis

Antibodi toksoplasmosis Darah Toksooplasmosis

Kultur serviks/ vagina Serviks, vagina Streptokokus kelompok B

Kultur virus Serviks, lesi pada Herpes simpleks jenis I dan


daerah kemaluan II

Enzyme linked immunosorbent Darah Chlamydia, gonorea infeksi

12
assay (ELISA) HIV atau AIDS

Uji western blot darah Konfirmasi infeksi HIV

Uji immunofluorescent, rapid darah Konfirmasi infeksi HIV


immunofluorescent protein
assay (RIPA)

Reaksi rantai polimerasi darah (serum) Mendeteksi adanya infeksi


HIV dari sejumlah kecil
materi genetic (DNA/ RNA)
virus

Pemeriksaan Fisik Pada Penyakit Menular Seksual [ CITATION Ree11 \l 1033


]

1. Pengkajian panggul (pelvis)

Infeksi vulva dan perineum untuk mengetahui ada tidaknya lesi,


eritema, rabas, edema.

Pengkajian vagina dan serviks menggunakan speculum; catat;

 Rabas per vagina (warna, jumlah, bau, karateristik lain)


 Mukosa vagina (eritema, edema,tukak, lesi)
 Rabas serviks (warna, jumlah, bau, karateristik lain)
 Mukosa serviks (eritema, edema, lesi, ulserasi, erosi, ektropi, erosi,
petekie)

Pemeriksaan bimanual; catat:

 Nyeri tekan, ketidakteraturan bentuk serviks


 Nyeri tekan, pembesaran, dan ketidakteraturan bentuk uterus

13
 Nyeri tekan, pembesaran, perasaan penuh pada adneksa; adanya
massa pada ovarium, tuba atau daerah cul-de-sac

Pemeriksaan rektovagina untuk kondisi dinding uterus posterior,


sekat rektovagina, cul-de-sac, ligmentum uterosakrum.

2. Specimen
Pap smear (serviks, lesi herpes)
Sediaan salin (Candida, Trichomonas, Gardnerella, Chlamydia, PID)
Sediaan kalium hidroksida untuk pemeriksaan mikroskopikm(Candida,
Gardnerella)
Kultur Gonorea (Thayer-Martin)
Kultur Herpes Simpleks tipe 2 (jika media dan prosedur tersedia)
Kultur Chlamydia (jika media dan prosedur tersedia)
3. Pemeriksaan abdomen
Palpasi secara superfisialdan dalam untuk mengkaji kondisi organ, nyeri
tekan, dan adanya massa
Palpasi kelenjar limfe di selangkangan
Auskultasi bising usus
4. Tanda-tanda vital
Suhu
Nadi
Pernapasan
Tekanan darah
5. Kulit
Ruam (karakteristik dan distribusi)
Lesi (tukak, nodul kulit, jaringan parut, jejas)
Warna (ikterik, pucat, eritema)
Tekstur (hidrasi, bersisik, emasiasi atau pelisutan)
6. Kelenjar limfe
Ukuran, jumlah, lokasi
Nyeri tekan
Panas

14
Eritema

7. Diagnosa Keperawatan [ CITATION Ree11 \l 1033 ]


Diagnosa Keperawatan PMS yang mungkin muncul antara lain :
1. Nyeri yang berhubungan dengan efek penyakit, uji diagnostic, dan
penanganannya.
2. Risiko infeksi yang berhubungan dengan factor risiko PMS tertentu.
3. Defisit pengetahuan yang berhubungan dengan perkembangan dan
pengaruh dari infeksi, terapi, dan pencegahan.

8. Intervensi keperawatan [ CITATION Ree11 \l 1033 ]


Tujuan utama asuhan keperawatan adalah mencegah kejadian dan
penularan PMS. Pendidikan kesehatan merupakan strategi utama dalam
pencegahan. Perawat membantu wanita dalam mengidentifikasi faktor-
faktor yang meningkatkan risiko PMS dan metode pencegahan dan
penularannya. Karena banyak PMS yang dapat diobati secara lebih efektif
jika dideteksi sejak dini, edukasi menekankan pada tanda dan gejala
pertama dan pentingnya mencari bantuan kesehatan secepat mungkin saat
tanda dan gejala penyakit tersebut dirasakan.
Sebagai bagian dari upaya pencegahan, perawat mengajarkan
tindakan kesehatan umum yang meningkatkan kesehatan dan
meningkatkan fungsi sistem imun. Ketika memberi pendidikan dan
penyuluhan kepada klien, perawat harus menjelaskan bahwa modifikasi
gaya hidup mungkin diperlukan untuk melaksanakan beberapa praktek ini.
Pada saat wanita tertular infeksi, asuhan keperawatan berfokus
pada memfasilitasi terapi yang efektif, mengurangi komplikasi dan
perkembangan penyakit, serta mencegah penyebaran infeksi yang lebih
lanjut. Banyak PMS yang dapat diobati dengan antibiotic atau obat-obatan
lain. Apabila penanganan mencakup pengobatan, perawat menekankan

15
pentingnya mengonsumsi obat-obatan sesuai petunjuk, menyelesaikan
rangkaian pengobatan, dan mematuhi petunjuk terapi lain, seperti tidak
meminum alcohol atau produk susu saat mengonsumsi obat-obatan
tertentu. Perawat dapat memfasilitasi kepatuhan dalam regimen
pengobatan dengan meninjau kembali perkiraan efek samping minor,
seperti diare dan masalah lambung, dan menyarankan penggunaan obat-
obatan untuk mengatasi masalah tersebut. Wanita harus benar-benar
diinformasikan secara jelas mengenai kemungkinan reaksi alergi, seperti
urtikaria dan distress pernapasan.

Banyak PMS yang menyebabkan inflamasi local pada vulva dan


menimbulkan nyeri, dengan ketidaknyamanan selama melakukan
hubungan seksual (dyspareunia) atau selama berkemih (dysuria). Perawat
mengajarkan cara untuk meredakan nyeri, seperti rendam duduk atau
mengoleskan krim steroid topical. Wanita tidak boleh melakukan
hubungan seksual atau menggunakan kondom selama 2-3 hari untuk
meredakan nyeri dan inflamasi serta untuk mencegah penularan penyakit.
Selain itu, pasangan seksual harus mendapatkan penanganan simultan
untuk mencegah kekambuhan penyakit. Sebaiknya wanita tidak
melakukan hubungan seksual atau menggunakan kondom dengan semua
pasangan yang mengalami PMS (walaupun terdapat kontroversi tentang
vaginosis bakteri). Pasangan seksual mungkin tidak mengobati vaginosis
bakteri atau vaginitis Candida (Monilla) yang dideritanya (terdapat
beberapa kontroversi tentang apakah maslah ini disebut PMS).

Perawat menjelaskan pemeriksaan dan prosedur diagnostic, menjawab


pertanyaan, dan memberikan penenangan. Perawat seringkali membantu
dalam mengumpulkan dan memproses pengambilan specimen.

Berdasarkan diagnosa keperwatan yang telah


ditemukan, maka inervensi atau perencanaan yang dapat
dilakukan menurut [ CITATION Sue13 \l 1033 ] antara lain sebagai
berikut :

16
Diagnosa 1 : Nyeri yang berhubungan dengan efek penyakit, uji
diagnostic, dan penanganannya.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan selama 3


kali kunjungan diharapkan

NOC 1 : 1605 – Kontrol Nyeri


Kriteria Hasil :
Tabel Indikator Kriteria Hasil

N Indikator
o
1. Mengenali nyeri yang terjadi
2. Menggunakan tindakan
3. pencegahan
Menggunakan tindakan
4. pengurangan (nyeri) tanpa
analgesik
5. Menggunakan analgesik yang
direkomendasikan
Melaporkan nyeeri yang terkontrol

Keterangan dari skala hasil tersebut, sebagai berikut:


1. Tidak pernah menunjukan
2. Jarang menunjukan
3. Kadang – kadang menunjukan
4. Sering menunjukan
5. Secara konsisten menunjukan

Diagnosa 2 : Risiko infeksi yang berhubungan dengan factor


risiko PMS tertentu.

17
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan selama 3
kali kunjungan diharapkan

NOC 2 : 0703 – Keparahan Infeksi


Kriteria Hasil :
Tabel Indikator Kriteria Hasil

N Indikator
o
1. Cairan (luka) yang berbau busuk
2. Demam
3. Nyeri
4. Hilang nafsu makan
5. Peningkatan jumlah sel darah
putih

Keterangan dari skala hasil tersebut, sebagai berikut:

1 = Berat
2 = Cukup berat
3 = Sedang
4 = Ringan
5 = Tidak ada

18
Diagnosa 3 : Defisit pengetahuan yang berhubungan dengan
perkembangan dan pengaruh dari infeksi, terapi, dan
pencegahan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan selama 3
kali kunjungan diharapkan

NOC 3 : 1843 – Pengetahuan : Manajemen nyeri


Kriteria Hasil :
Tabel Indikator Kriteria Hasil

N Indikator
o
1. Tanda dan gejala nyeri
2. Strategi untuk mengontrol nyeri
3. Strategi untuk mengelola nyeri
4. kronis
5. Tindakan – tindakan pencegahan
Teknik meditasi yang efektif

Keterangan dari skala hasil tersebut, sebagai berikut:

1 = Tidak ada pengetahuan


2 = Pengetahuan terbatas
3 = Pengetahuan sedang
4 = Pengetahuan banyak
5 = Pengetahuan sangat banyak

9. Implementasi keperawatan [ CITATION Glo13 \l 1033 ]

Diagnosa 1 : Nyeri yang berhubungan dengan efek penyakit, uji


diagnostic, dan penanganannya.

19
NIC : 1400 – Manajemen Nyeri

a. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi,


karakteristik, onset/ durasi
b. Gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman
nyeri dan sampaikan penerimaan terhadap nyeri
c. Gali bersama pasien factor – factor yang dapat menurunkan atau
memperberat nyeri
d. Ajarkan prinsip – prinsip manajemen nyeri
e. Dukung istirahat/ tidur yang adekuat untuk membantu penurunsn nyeri

Diagnosa 2 : Risiko infeksi yang berhubungan dengan factor risiko


PMS tertentu.

NIC : 6540 – Kontrol infeksi

a. Alokasikan kesesuaian ruang perpasien, seperti yang


diindikasikan oleh Pedoman Pusat Pengendalian
Pencegahan Penyakit ( Centers for Disease Control and
Prevention/ CDC)
b. Lakukan tindakan – tindakan pencegahan yang bersifat
universal
c. Pakai pakaian ganti atau jubah saat menangani bahan –
bahan yang infeksius
d. Jaga lingkungan aseptik yang optimal selama
penusukan di samping tempat tidur dari saluran
penghubung
e. Ajarkan passion dan keluarga mengenai tanda dan
gejala infeksi dan kapan harus melaporkannya kepada
penyedia perawatan kesehatan

20
Diagnosa 3 : Defisit pengetahuan yang berhubungan dengan
perkembangan dan pengaruh dari infeksi, terapi, dan
pencegahan

NIC : 5602 – Pengajaran : Proses Penyakit

a. Kaji tingkat pengetahuan pasien terkait dengan proses


penyakit yang spesifik
b. Kenali pengetahuan pasien mengenai kondisinya
c. Jelaskan tanda dan gejala yang umum dari penyakit,
sesuai kebutuhan
d. Berikan informasi pada pasien mengenai kondisinya,
sesuai kebutuhan
e. Edukasi pasien mrngenai tindakan untuk
mengontrol/meminimalkan gejala, sesuai kebutuhan

10. Evaluasi [ CITATION Ree11 \l 1033 ]


Tujuan ideal dalam asuhan keperawatan untuk PMS adalah
pencegahan. Asuhan keperawatan efektif jika wanita menunjukkan
pemahaman tentang bagaimana PMS ditularkan, apa upaya khusus yang
dibutuhkan untuk menghindari praktik seks yang tidak aman dan
mengurangi pajanan pada PMS, dan bagaimana cara untuk
mempertahankan gaya hidup yang meningkatkan kesehatan. Intervensi
keperawatan pada deteksi awal efektif jika wanita mengenali gejala PMS
sejak dini dan mencari pengobatan medis yang tepat. Dengan keberhasilan
penanganan, penyakit sembuh dalam waktu yang telah diperkirakan, dan
tidak terdapat komplikasi atau efek merugikan pada wanita atau janinnya
selama kehamilan.
Penyuluhan efektif jika wanita melakukan tindakan untuk
mencegah penularan PMS, mematuhi regimen pengobatan, mengonsumsi
obat-obatan sesuai intruksi, dan melakukan tindakan untuk meredakan

21
gejala. Intervensi untuk kebutuhan emosional berhasil jika wanita
mengekspresikan perasaannya, mendapatkan dukungan, dan melakukan
tindakan yan dibutuhkan dengan rasa percaya diri dan harapan. Jika wanita
memutuskan untuk mengakhiri kehamilannya, ia harus mampu untuk
menerima keputusannya tanpa merasa bersalah atau menyesal.

22
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Penyakit Menular Seksual (PMS) adalah penyakit yang dapat


ditularkan dari seseorang kepada orang lain melalui hubungan seksual.
Tidak semua PMS ditularkan melalui hubungan seksual. Selain itu, penyakit
menular seksual dapat pula ditularkan dari ibu kepada bayi dalam kandugan.
Oleh sebab itu, penyakit ini juga dapat diderita oleh orang yang belum
pernah melakukan hubungan kelamin atau orang yang tidak promiskus.

PMS disebabkan oleh virus, antara lain herpes, hepatitis, dan


kandiloma akuminata; yang disebabkan oleh bakteri, seperti sifilis, gonore,
ulkus mole, dan UNS. Cara penularan PMS melalui hubungan seksual
secara langsung dan melalui darah. Penularan PMS selain dapat ditularkan
melalui hubungan langsung juga dapat ditularkan melalui transfusi darah,
saling bertukar jarum suntik pada pengguna narkoba, tertusuk jarum suntik
yang tidak steril secara sengaja atau tidak sengaja, menindik telinga atau
tato dengan jarum yang tidak steril.

Tanda dan gejala penyakit menular seksual pada laki-laki dan pada
perempuan biasanya dapat ditandai dengan gejala seperti lesi pada bagian
vulva atau penis, gatal atau seperti terbakar, terasa nyeri atau seperti
terbakar pada saat akan berkemih.

3.2 Saran

Semoga makalah ini dapat digunakan sebagai pedoman dalam


pembelajaran keperawatan maternitas dengan gangguan Penyakit Menular
Seksual (PMS) dan berguna untuk pembaca agar kita semua untuk
menghindari praktek seks yang tidak aman dan mengurangi pajanan pada
PMS.

23
DAFTAR PUSTAKA

fkp, Z., 2014. keperawatan reproduksi. [Online]


Available at: http://zakiah-fkp11.web.unair.ac.id/artikel_detail-115206-Kep.
%20Reproduksi-Asuhan%20Keperawatan%20Penyakit%20Menular%20Sexual
%20pada%20Pria.html
[Accessed 9 November 2014].
Gloria M. Bulechek, H. K. B. J. M. D. d. C. M. W., 2013. Nurshing Interventions
Classification (NIC). 6th ed. United Kingdom: Arrangement with Elsevier Inc.
Nugroho, J. H. d. M., 2010. Catatan Kuliah GINEKOLOGI DAN OBSTETRI
(OBSGYN). Yogyakarta: Nuha Medika.
Reeder, M. K.-G., 2011. Keperawatan Marternitas. 18 ed. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Sue Mooehead, M. J. M. L. M. d. E. S., 2013. Nursing Interventions
Classification (NIC). 5th ed. United Kingdom: Arrangement with Elsevier Inc.
Tri Wiji Lestari, S. M., 2015. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Berbasis
Kompetensi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Upik Rahmi, K. G. d. A. P. W. P., 2015. Pendidikan Keperawatan Indonesia.
Pengetahuan Siswa Kelas XI tentang Penyakit Menular Seksual, Volume 1, p.
113.

24

Anda mungkin juga menyukai