Anda di halaman 1dari 5

Audit - UTS

Pertemuan 2 (Internal Audit, Audit Evidence)


Contoh Asersi Manajemen:
KAS (asersi Balance related)
- Existence  1 Milyar
- Completeness
- Accuracy (emang bener 1 Milyar)
- Right & Obligacy
Kalo gak ada rekonsiliasi  Risiko bank & cash nya misstated (kayak risiko ke akun apa aja).
Misalnya kalo gaada rekon ya berarti gak memenuhi accuracy. Kalo audit evidence minta ke
pihak ketiga itu nanti pake kop surat klien  pertanda hal tersebut sudah seizin klien
Pembatasan ruang lingkup  Kayak informasinya ada pembatasan

Internal Audit
Relevan  Sesuai dengan asersi (dari sisi management) dan audit objective (dari sisi auditor).
Reliability dipengaruhi oleh internal control management. Internal control yang lemah:
1. Ketika internal control lemah maka akan lebih mengandalkan bukti eksternal
2. Makin tinggi risiko perusahaan, maka dibutuhkan bukti-bukti yang gradenya tinggi.
Contoh internal control lemah:
- SOP tidak ada
- Segregation duties tidak ada
- Dokumentasi tidak memadai
- Safeguard over asset kurang memadai
- Tidak ada pembatasan atas akses data
- Orang yang melakukan tidak kompeten
Internal auditor  Karyawan milik klien, masa pengerjaannya misal sepanjang tahun karena
bukan hanya membuat LK namun juga operasi perusahaan
Eksternal auditor  Bukan karyawan milik klien, masa pengerjaannya misal satu kali dalam satu
tahun. Internal auditor harus memiliki objektifitas dan kompeten. Memastikan auditor internal
efektif; support top management dan independence of audit internal from parts of the
organization subject to audit.

Reliance on Internal Auditor by External Auditor


Ada beberapa akun yg diaudit oleh auditor tapi tidak dapat dipakai untuk lk, kayak misal ada
pendapatan yg diaudit itu gabisa dimasukin karena penjualan/pendapatan merupakan akun
signifikan. Tapi untuk akun yg gak signifikan, maka bisa pake hasil audit internal auditor.
Apakah bisa rely pada hasil audit? Gabisa, tapi kita bisa pake hasil auditnya buat menambah
pemahaman kita.
Untuk akun yg resiko nya signifikan maka tidak bisa mengandalkan hasil pekerjaan internal
auditor, harus eksternal auditor yg dipake.
Baca di buku Gray:
1. Ilustrasi apa yg boleh rely sama yg gaboleh rely
2. Apakah boleh kita menyebutkan internal control itu dalam laporan auditor kita?
3. Apakah kita boleh merefer ke pekerjaan internal auditor
Apakah itu mengurangi tanggungjawab auditor?
Kalo seandainya kerjaan internal auditor salah maka apakah eksternal auditor tetap
disalahkan?
Audit - UTS
Pertemuan 3 (Testing & Evaluation System)
Siklus Penjualan:
1. Sales
2. Accounts Receivable
3. Debt expense
4. COGS
5. Inventory
Tujuan audit: Mendeteksi adanya salah saji material di kelima akun ini
Stepnya:
1. Harus tahu dulu gimana sistemnya si perusahaan (walk through system). Diidentifikasi dari
starting; minta dokumen ke client sofcopy atau hardcopy order dari customer bentuknya apa,
purchase order itu siapa yg nerima, respond apa, siapa yg cek, gitu2.
Menelusuri sistem dari customer ngirim PO sampe cash collected. Kenapa? Supaya memahami
caranya untuk bisa melakukan proses audit
2. Lalu bisa memahami resikonya dan titik-titik kontrolnya ada dimana
Pre number document (ex: delivery note atau official sales order) nomornya harus urut untuk
completeness supaya jelas semua penjualan dicatat, jgn sampe ada penjualan yg ga ketagih

Yg bagian update & sales itu dilakuin sebelum pick up, nah itu bisa aja udh diakuin penjualan
tapi barang belom dikirim
Discount --> accuracy, supaya tidak salah ngasih diskon itu harus ada input code atau harus
terauthorisasi

CASE:
Soal 1
A. Kesesuaian harga dan kualitas yg dijanjikan perusahaan mempengaruhi retur penjualannya
jadi penting untuk audit tau.
B. Tau lah ya
C. Penjualannya
D. itu A/Rnya

Soal 2:
a dan b menandakan adanya existence
c untuk accuracy
lead times itu dari sejak barangnya dipesan sampe diterima itu waktunya berapa lama
d memastikan bahwa kalo credit ya berarti mampu bayar
e kalo udh tandatangan berarti agree
h good received maksudnya biar gaada double pengiriman

SOAL 4:
a. Untuk asersi valuation maksudnya kalo memang persediaan kita banyak yg dijual at discout,
auditor harus memastikan cost sama discounted price lebih rendah mana kalo lebih rendah sales
(nrv) daripada cost maka inventory perlu diimpair

Nrv --> pake if


Barang defect --> liat tanggal perolehan ke tanggal hari ini, terus diliat berapa lama dan masuk
kategori apa
b. Untuk asersi cut off

1. Menentukan objectivenya
Audit - UTS
2. Ada gak control yg dilakuin untuk mencapai objectivenya, kalo gaada control bisa aja ada
misstatement

Analytical procedure --> membandingkan tahun sekarang sama tahun lalu


Test of detail --> detail dari suatu saldo akun

Control poor --> sibstantive procedure extensive --> semua salah saji material harus terdeteksi,
sampel dan populasi diperbanyak

Untuk ngecek kredit limit --> aging, masterfile

reperformance prosedur control --> ngetest salah satu customer, kyk dimasukin kalo ternyata
engga bisa (kenyataan udh lewat limit) berarti control jalan

Auditor harus mau engga mau test of control untuk ngecek apakah sistemnya jalan apa engga
walaupun udah computerized

Pertemuan 4 (Substantive Testing, CAAT)


 Di luar purchase department (user) lah yang seharusnya menetapkan stock order
(purchase rquisitionnya) dan disapproved oleh manajer akuntansi baru dikirim ke
purchase department. Kontrol atas purchase requisitionnya. Purchasing department 
menetapkan kualitas, pemasok, dll.
 Tidak ada proses untuk menentukan supplier yang akan memberikan produk yang
berkualitas, kuatitas, dan waktu yang tepat, maka kita harus melakukan inquiry lebih
lanjut mengenai supplier, jadi tidak ada toleransi jika ngga ada barangnya. (memastikan
supplier dari waktu yang tepat, kualitas dan kuantitas yang benar) ini belum ada
 Tujuan ketiga adalah memastikan bahwa barang yang dipesan dan diterima sudah sesuai
kualitas nya dengan yang dipesan. Ada barangnya nanti diterima sama james Hemsworth,
ada yang ngecek kekuatan, purchase order copyan jadi kelebhan apa kelemahan? Kalo
notes received [pake yg purchase order, kita gapunya record berapa jumlah barang yang
diterima berapa. Jadi idealnya untuk menjamin completeness  kenapa completeness,
karena apa yang dia terima (goods receipt note) harus ssama dengan purchase order,
kekhawatirnnya utang kita ada miss. Seharusnya kita bikin satu receive note sendiri, dan
purchase ordernya nanti akan dibandingkan dengan receive note, sehingga utangnya
gaada yg kelewat. Utangnya komplit. Yang nerima barang create receive note. Jadi ketika
james nerima, harus ada PO, goods received notes, sama invoice
 Fungsi pembayaran adanya di Roger,
 Coding merupakan salah satu asersi yang dilakukan oleh auditor, yaitu classification
(ketepatan klasifikasi) yaitu harus ada review, kalo gaada review maka potensi kesalahan
besar. Tapi ada review kok
 Kesalahan yang mungkin adalah completeness, ada di figure 10.1, karena gaada goods
receive notes jadi kelemahan program 3 dan 4  untuk memastikan completeness dari
AP untuk substantive test nya.
Audit - UTS
Pertemuan 5 (Sampling & Materiality)
 Sample yang baik adalah sample yang merepresentasikan terhadap populasi
Contoh: Mengaudit piutang, prosedur kita mengirim konfirmasi. Populasinya apa?
Monetary Unit Sampling  1 – 10 juta
Non-monetary sampling  100 pelanggan yang totalnya 10 juta
Determine sample size?
Tahapan melakukan sampling:
1. Define the population
2. Determine sample size, pertimbangan:
a. Level of confidence  semakin banyak sampel yang diperoleh, semakin
tinggi level of confidence. Cara menentukan level of confidence:
a. Assessment of inherent
b. Control Risk tinggi, internal control lemah  banyak misstatement
maka seharusnya sampel nya banyak oleh sebab itu level of
confidence nya tinggi. Karena dari sampel itu, kita mau mengambil
kesimpulan atas populasi.
b. The expected error rate in the population
c. The tolerable error rate sets by auditors (in populations). Eror di dalam
sample tidak sama dengan eror populasi, harus diproject dulu ke populasi.
Upper error  eror di populasi. Misstatement dalam sample 1000 dollar
kita project ke population hasilnya 5500. Upper error ratedibandingkan
dengan total error (population) kalo lebih besar upper error maka tidak
acceptable. Tolerable error makin tinggi, sample sizenya makin rendah.
Upper error harus diadjust sampai mencapai tolerable error.
3. Memilih sampel (random, sistematik, blok, haphazard)
a. Identifikasi apakah homogen atau tidak kalo tidak homogen maka bisa
random. Diindetifikasi berdasarkan jenisnya  dihomogenin dulu baru
berdasarkan jenisnya nanti dirandom. Populasi homogen yang paling ideal
ya random tapi kalo ga homogen diindetifikasi dulu jenisnya. Secara
praktek, piutang biasanya diidentifikasi beradasarkan jumlahnya (biar
homongen)  untuk menghitung coverage. Populasi distratifikasi dulu
baru metode penghitungan sampelnya beda – beda. Supaya coverage
sampelnya gede. Untuk item – item yang sedikit itu pake semuanya. Kalo
yang jumlahnya besar pake sampel apa aja setelah dihomogenin. Random
dari masing – masing strata.
4. Melakukan prosedurnya (contoh kirim konfirmasi). Dibandingkan hasil
konfirmasi dengan hasil di buku. Selisihnya itu salah saji  diberitahukan ke
klien (kenapa salah saji, inovoicenya apa)
5. Evaluation
Kalo klien tidak mau membetulkan upper errornya, kita buat summary namanya
summary of uncorrected misstatement
8% total pelanggan menggambarkan 44% jumlah receivable (sedikit pelanggan utangnya gede2)
 rata – rata 41 jumlah pelanggan yakni 47.103. 92% dari jumlah pelanggan menggambarkan
56% jumlah receivable (banyak pelanggan utangnya kecil2)  rata – rata 459 pelanggan yakni
5275.
Audit - UTS
Pertemuan 6,7 (Fraud & Financial Shenanigans)
Fraud  Senagaja, membedakan dengan error dengan cara analisis siapa sih yang mendapatkan
keuntungan
Error  Tidak sengaja
Fokusnya pada material misstatement baik melaui error atau fraud
ISA 240  tanggungjawab utama ada di manajemen
Tanggungjawab auditor  paragraph 5 (memperoleh sufficient evidence dan tepat mengenai
material resiko misstatement dan respond terhadap terhadap resiko tersebut
Tanggungjawab atas fraud  management dan audit sesuai tanggungjawabnya masing – masing
1. Melakukan assessment risk (individu dan internal control)  menilai resiko fraud di
klien tersebut tinggi, sedang atau rendah (Pada tahapan planning); cara mengetahuinya
yaitu dengan understanding internal control management. Faktor yang mempengaruhi
the fraud triangle; incentive, rasionalitas, opportunity (tanpa ini, gak akan bisa ada fraud
misal kayak internal control lemah, opportunity melakukan fraud itu tinggi).
a. Ada opportunity gak?
b. Ada incentive gak misal kayak tekanan pasar gak?
c. Ada rasionalisasi gak? Misal kayak direksinya sendiri gak bisa menjadi role model
untuk bawahannya
Tipe fraud:
a. Pencurian asset
b. Manipulasi laporan keuangan
Karakteristik individu (tahapan planning)

2. 1. Increasing the scope  meningkatkan ruang lingkup audit. Variety of the test they
perform  maka sebaiknya variety of test diganti
2. Adapting their audit test to ensure they contain an element of unpredictability
3. Ensuring that suitably qualified staff are assigned to the audit
4. Concentrating on areas that are subjective, might involve management judgement or
where management may exert a considerable influence
5. Giving sufficient attention to areas which might be subject to override of internal
control by senior management  misal:
- year end adjusting entries (gaada standard entrynya, debit dan kreditnya bisa
diatur)
3. Auditor menilai seberapa besar dampak dari fraud
4. Bertemu dengan seseorang TCWG
5. Reporting dengan third party (regulator, polisi, ojk, dll)
Gunanya financial shenanigans  Untuk mengetahui ciri – ciri fraud tuh apa, untuk
mengidentifikasi fraud
Langkah 1. Menghitung rasionya (analytical procedure)

Anda mungkin juga menyukai