Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakan

Setiap manusia pasti akan mengalami suatu proses yang dinamakan proses

menua. Proses menua pada seseorang berlangsung sejak pembuahan sampai pada

saat kematian. Tanda-tanda proses itu semakin jelas sejak usia 30-60 tahun keatas.

Usia lanjut merupakan tahap akhir dari siklus hidup manusia dan bagian dari

proses alamiah kehidupan yang tidak dapat dihindarkan dan akan dialami oleh

setiap individu. Pada tahap ini individu mengalami banyak perubahan, baik secara

fisik maupun mental, khususnya kemunduran dalam berbagai fungsi dan

kemampuan yang pernah dimilikinya. Perubahan penampilan fisik sebagai bagian

dari proses penuaan yang normal, seperti berkurangnya ketajaman panca indera,

menurunnya daya tahan tubuh merupakan ancaman bagi integritas orang usia

lanjut (Wirakusumah. ES, 2010).

Meningkatnya populasi lanjut usia seringkali dianggap sebagai beban bagi

anggota keluarga karena rentan terhadap serangan berbagai penyakit yakni

membutuhkan biaya perawatan yang cukup tinggi. Keberadaan lansia memotivasi

kesadaran akan pentingnya upaya mempertahankan dan meningkatkan kesehatan

kelompok lanjut usia sehingga secara fisik maupun mental mereka dapat

merasakan kenyamanan, kebugaran serta dapat memberikan respon yang baik

terhadap semua kesempatan yang ada (Watson Roger, 2003)

1
2

Umumnya orang tua segera menyadari kalau mereka mengalami

kemunduran kemampuan melihat atau mendengar namun seringkali mereka tidak

menyadari adanya perubahan terhadap sensitivitas indra penciuman dan perasa

karena perubahan ini berlangsung secara perlahan-lahan dan perubahan ini perlu

diperhatikan karena akan mempengaruhi kualitas hidup dan kesehatan lansia

secara menyeluruh. Rasa makanan merupakan paduan beberapa persepsi dengan

bertambahnya usia, indera perasa, reseptor penciuman akan berkurang jumlahnya.

Penurunan sensitivitas indera penciuman menyebabkan makanan terasa

kehilangan aroma sehingga menjadi kurang menarik dan tidak menyenangkan lagi

(Wirakusumah. ES, 2010).

Perubahan gizi pada lansia merupakan salah satu masalah yang harus

ditangani, hal ini akibat perubahan pola makan, perubahan fisik maupun mental

yang diperburuk oleh penyakit degeneratif yang diderita sehingga makin

memperparah kondisi kekurangan gizi (Watson Roger, 2003)

Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 2018 jumlah penduduk

lansia terdapat 705 juta penduduk berusia di atas 65 tahun di dunia. Berdasarkan

data Survey Penduduk (Suspas) tahun 2015 jumlah lansia mencapai 21,7 juta

orang atau 8,5 % dari jumlah penduduk Indonesia (BPS, 2016). Sedangkan

berdasarkan Susenas 2016, jumlah lansia di Indonesia mencapai 22,4 juta jiwa

atau 8,69 % dari jumlah penduduk.

Berbagai faktor yang mempengaruhi kebutuhan gizi lanjut usia meliputi

faktor dari lanjut usia itu sendiri, faktor keluarga, faktor lingkungan, faktor

pelayanan, aktivitas fisik, kemunduran biologis, pengobatan, depresi dan kondisi


3

mental dan penyakit. Sehubungan dengan faktor keluarga, hal tersebut

menyangkut jumlah generasi, pola tinggal, sikap, tingkat sosial-ekonomi keluarga,

dan khususnya pengetahuan dalam perawatan dan pemenuhan gizi pada lanjut

usia. Banyak keluarga yang masih awam atau belum mengerti bagaimana cara

merawat dan memperlakukan seorang lanjut usia, khususnya dalam hal nutrisi

atau gizi yang baik bagi lanjut usia (Wirakusumah. ES, 2010).

Namun di samping itu, dengan semakin meningkatnya umur harapan

hidup, lansia berumur 65 tahun keatas muncul berbagai jenis penyakit baru yang

dominan yaitu penyakit artritis, hipertensi, stroke, kanker, diabetes melitus. Ini

terjadi karena perubahan pola atau gaya hidup, termasuk pola konsumsi makan,

disamping itu malnutrisi yang lama pada lansia akan mengakibatkan pada

kelemahan otot dan kelelahan karena energi yang menurun kemudian akan

mengalami ketidakmampuan dalam mobilisasi sehingga terjadi cedera atau luka

tekan. Tulang akan mudah rusak dan proses penyembuhan luka akan berjalan

lama serta kondisinya akan buruk (Watson Roger, 2003)

Dalam upaya menghambat perubahan yang terjadi pada lansia maka perlu

beradaptasi dengan keterbatasan yang menyertai proses penuaan maka diperlukan

penyusunan menu khusus bagi lansia agar keperluan gizi pada lansia tercukupi

secara optimal. Asupan zat gizi yang tepat berperan dalam menciptakan kesehatan

lanjut usia secara optimal. Kecukupan gizi yang akan terpenuhi jika para lanjut usia

memperhatikan pola makan yang beragam dan gizi seimbang. Selain itu untuk

mengatasi defisiensi berkelanjutan pada lansia dibutuhkan pendekatan yang bersifat

multifaktorial (Wirakusumah. ES, 2010).


4

Maka dari itu peneliti mengambil masalah yang mungkin timbul,

utamanya masalah gizi pada lanjut usia dapat dihilangkan atau diminimalkan

dengan meningkatkan peran serta seluruh anggota keluarga dalam merawat

seorang lanjut usia melalui pendidikan atau penyuluhan tentang pentingnya gizi

yang baik bagi lanjut usia. Tidak hanya berfokus kepada perubahan pola diet tetapi

juga pada kuantitas dan kualitas pangan, lingkungan makan, teknik penyiapan

makanan, perhatian dan bantuan tenaga pendamping yaitu keluarga serta pengawasan

terhadap jumlah makanan yang benar-benar dikonsumsi oleh lansia Sehingga dapat

diharapkan setiap keluarga dapat lebih memperhatikan status gizi pada lanjut usia.

Berdasarkan permasalahan diatas, peneliti ingin sekali melakukan penelitian untuk

mengetahui pengetahuan keluarga tentang pemenuhan kebutuhan gizi pada lanjut

usia.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka dibuat pertanyaan masalah

sebagai berikut: Bagaimana pengetahuan keluarga tentang pemenuhan kebutuhan

gizi pada lansia di Dusun Binorong Kecamatan Sugio Kabupaten Lamongan?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Untuk menjelaskan pengetahuan keluarga tentang pemenuhan kebutuhan

gizi pada lansia di Dusun Binorong Kecamatan Sugio Kabupaten Lamongan.


5

1.3.2 Tujuan khusus

1.3.2.1 Mengidentifikasi pengetahuan keluarga tentang pengertian

pemenuhan kebutuhan gizi pada lansia di Dusun Binorong Kecamatan

Sugio Kabupaten Lamongan.

1.3.2.2 Mengidentifikasi pengetahuan keluarga tentang manfaat pemenuhan

kebutuhan gizi pada lansia di Dusun Binorong Kecamatan Sugio

Kabupaten Lamongan

1.3.2.3 Mengidentifikasi pengetahuan keluarga tentang Jenis pemenuhan

kebutuhan gizi pada lansia di Dusun Binorong Kecamatan Sugio

Kabupaten Lamongan

1.3.2.4 Mengidentifikasi pengetahuan keluarga tentang Jumlah pemenuhan

kebutuhan gizi pada lansia di Dusun Binorong Kecamatan Sugio

Kabupaten Lamongan

1.3.2.5 Mengidentifikasi pengetahuan keluarga tentang Jadwal pemenuhan

kebutuhan gizi pada lansia di Dusun Binorong Kecamatan Sugio

Kabupaten Lamongan

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi institusi kesehatan

Sebagai acuan dalam, penyusunan program dalam bidang pendidikan

kesehatan tentang pemenuhan gizi pada lansia dan sebagai tolak ukur pendidikan

kesehatan sebelumnya.
6

1.4.2 Bagi profesi keperawatan

Sebagai tolak ukur atau pertimbangan pemberian asuhan keperawatan

terutama peran perawat sebagai health motivator (motivasi) dan health educator

(pendidik).

1.4.3 Bagi responden (Keluarga)

Sebagai masukkan dan sumbangan pengetahuan tentang arti gizi yang baik

bagi lansia. Sehingga dapat meningkatkan kesadaran keluarga dalam kebutuhan

gizi yang baik bagi lansia.

1.4.4 Bagi peneliti

Sebagai pengalaman yang menarik dalam bentuk proposal serta karya tulis

ilmiah untuk yang pertama kali. Di samping itu dapat menambah wawasan

tentang pentingnya gizi yang baik bagi lansia.

1.5 Batasan Penelitian

Berbagai faktor yang mempengaruhi kesehatan lanjut usia, maka peneliti

membatasi penelitian pada faktor pengetahuan keluarga tentang pemenuhan

kebutuhan gizi pada lansia di Dusun Binorong Kecamatan Sugio Kabupaten

Lamongan.

Anda mungkin juga menyukai