Abstrak............................................................................................................................iii
Daftar Isi..........................................................................................................................iv
BAB 1................................................................................................................................1
PENDAHULUAN............................................................................................................1
BAB II.............................................................................................................................10
LANDASAN TEORI......................................................................................................10
iii
BAB III...........................................................................................................................26
iii
METEDOLOGI PENELITIAN....................................................................................26
BAB IV............................................................................................................................33
HASIL PENELITIAN...................................................................................................33
BAB V.............................................................................................................................54
PENUTUP......................................................................................................................54
5.1 Kesimpulan...........................................................................................................54
5.2 Saran.....................................................................................................................55
Daftar Pustaka...............................................................................................................56
iv
1
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi
pembuangan kotoran yang sehat, keadaan rumah yang pada umumnya tidak sehat,
usaha higiene dan sanitasi makanan yang belum menyeluruh, banyaknya faktor
2008).
1
2
masyarakat yang utama, hal ini disebabkan karena masih tingginya angka
kesakitan diare yang menimbulkan banyak kematian terutama pada Balita. Angka
kesakitan diare pada tahun 2006 yaitu 423 per 1000 penduduk, dengan jumlah
kasus 10.980 penderita dengan jumlah kematian 277 (CFR 2,52%). Di Indonesia
dilaporkan terdapat 1,6 sampai 2 kejadian diare per tahun pada Balita, sehingga
secara keseluruhan diperkirakan kejadian diare pada Balita berkisar antara 40 juta
2000 yang dilakukan oleh Ditjen P2MPL Depkes di 10 provinsi, didapatkan hasil
bahwa dari 18.000 rumah tangga yang disurvei diambil sampel sebanyak 13.440
Balita, dan kejadian diare pada Balita yaitu 1,3 episode kejadian diare pertahun
(Soebagyo, 2008).
Penyakit diare sering menyerang bayi dan balita, bila tidak diatasi lebih
lanjut akan menyebabkan dehidrasi yang mengakibatkan kematian. Data terakhir
dari departemen kesehatan bahwa diare menjadi penyakit pembunuh kedua bayi
dibawah lima tahun (balita) di Indonesia setelah radang paru atau pneumonia.
Banyak faktor risiko yang diduga menyebab-kan terjadinya penyakit diare pada
bayi dan balita di Indonesia. Salah satu faktor risiko yang sering diteliti adalah
faktor lngkungan yang meliputi sarana air bersih (SAB), jamban, dan kondisi
lantai rumah (Adisasmito, 2007).1
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1
¹Adisasmito.,Anatomi Fisiologi(Jakarta:Pinang Merah,2008) hlm 89.
3
langsung diminum setelah dimasak. Air yang digunakan oleh masyarakat untuk
bersih, yang secara garis besar sebagai berikut: Syarat fisik yaitu
parasitik, kuman-kuman pathogen dan bakteri golongan Coli. Syarat kimia yaitu:
Dalam air tidak boleh mengandung zat-zat yang kadarnya memberi gangguan
zat-zat yang kadarnya melebihi batas tertentu sehingga dapat menimbulkan gangguan
teknis.
kebutuhan kesehatan yang paling diutamakan. Pembuangan tinja secara tidak baik
dan sembarangan dapat mengakibatkan kontaminasi pada air, tanah, atau menjadi
sumber infeksi, dan akan mendatangkan bahaya bagi kesehatan, karena penyakit
Kasus diare sering berhubungan dengan pola makan dan lingkungan. Sering
kali kasus diare akut ini menyebabkan terjadinya wabah sehingga perlu
penanganan sedini mungkin (Zein, 2004).2
Berdasarkan hasil penelitian Adisasmito, (2007) menunjukan bahwa faktor
lingkungan (sarana air bersih dan jamban), faktor ibu (pengetahuan, perilaku dan
higiene ibu), serta faktor anak (status gizi, dan pemberian ASI eksklusif)
berhubungan terhadap kejadian diare pada Balita. Penyebab diare pada Balita tidak
dapat dilepaskan dari kebiasaan hidup sehat dari setiap keluarga. Faktor tersebut
meliputi pemberian ASI, makanan pendamping ASI, penggunaan air bersih yang
cukup, kebiasaan mencuci tangan, menggunakan jamban dan membuang air tinja
bayi dengan benar. Semua itu memberikan kontribusi yang besar terhadap
Jumlah kasus diare di Provinsi Sulawesi Tenggara pada Tahun 2012 sebesar
2,11 %, Tahun 2011 turun menjadi 3,1 %, sedangkan tahun 2013 naik menjadi 4 %
dan tahun 2014 naik lagi menjadi 4,2%. Tahun 2015 meningkat menjadi 4,7%. Hal
ini menunjukkan bahwa kasus diare pada Balita masih tetap tinggi dibandingkan
bermakna antara kesakitan diare dengan sumber air bersih, kepemilikan jamban,
2
²Tchobanoglous George dkk.,Handbook Of Solid Waste Management (United States: McGraw-Hill Education -
Europe,2002) hlm 93.
5
(2014) diketahui bahwa ada hubungan yang bermakna antara terjadinya diare
Data yang diperoleh dari Puskesmas Poasia menunjukan bahwa pada Tahun
2013 terdapat 216 kasus, Tahun 2014 terdapat 187 kasus dan Tahun 2015 terdapat
225 kasus (Profil Puskesmas Poasia, 2015). Berdasarkan survei awal yang
tidak mengalami diare. Hal ini didasarkan karena factor salinitas lingkungan yang
belum memadai, sebanyak 68% sumber air bersihnya sudah memadai dan 32%
belum memadai sumber air bersih. Sanitasi lingkungan pada kepemilikan jamban
sebesar 67,5% dan 32,5% belum memadai dalam kepemilikan jamban. Sanitasi
lingkungan pada jenis lantai rumah didapatkan hasil 88,33% belum memadai
sebagai berikut:
6
2. Bagaimana faktor lantai dapat menyebabkan diare pada bayi di Kota Depok?
3. Bagaimanakah faktor Asi dapat menyebabkan diare pada bayi di Kota Depok?
ialah penanda penyakit diare pada bayi dengan hubungan sanitasi di Puskesamas
1. Apakah ada hubungan antara sumber air minum dengan dengan penyakit diare
2. Apakah ada hubungan antara jenis lantai rumah dengan dengan penyakit diare
3. Apakah ada hubungan antara kepemilikan jamban dengan dengan penyakit diare
mengetahui:
penyakit diare pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari.
7
2. Untuk mengetahui hubungan antara jenis lantai rumah dengan dengan penyakit
penyakit diare pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari.
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara
1. Manfaat Teori
a. IPTEK
penyakit diare.
c. Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dan bahan masukan
2. Manfaat Praktis
a. Masyarakat
b. Puskesmas
Poasia.
Poasia.
2. Kepemilikan Jamban
Poasia.
9
Poasia.
Poasia.
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan diuraikan teori yang relevan dengan wacana, kohesi dan
3
²Tchobanoglous George dkk.,Handbook Of Solid Waste Management (United States: McGraw-Hill Education -
Europe,2002) hlm 93.
10
11
akan air sangat komplek antara lain untuk minum, masak, mencuci, mandi dan
adalah kebutuhan untuk minum. Oleh karena itu, untuk keperluan minum
(termasuk untuk memasak) selalu tersedia dalam jumlah yang cukup dan
memenuhi syarat kesehatan, baik syarat fisik, kimiawi, dan bakteriologi agar
b. Mengambil dan menyimpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup,
Air bersih terutama yang digunakan sebagai air minum harus memenuhi
syarat-syarat tertentu sebagai berikut : Syarat fisik, yaitu tidak berwarna, tidak
mempunyai rasa, tidak berbau, jernih, dengan suhu dibawah suhu udara
batas yang diijinkan. Bakteri patogen misalnya bakteri E.coli yang dapat
2. Kondisi Jamban
Kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidsk dipakai lagi
oleh tubuh dan yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh .). Jamban
(2008) jamban sehat adalah fasilitas pembuangan tinja yang efektif untuk
suatu tempat tertentu atau jamban yang sehat. Metode pembuangan tinja yang
b. Tidak boleh terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin memasuki
sebaiknya mempunyai lantai yang kuat, tempat berpijak yang kuat dan
sebagainya.
Dengan mengganti lantai tanah dan melapisinya dengan semen saja, kita bisa
persen dan mencegah kematian 600 ribu anak setiap tahunnya karena diare.
Tindakan yang tampak sepele ini nantinya juga akan dapat meningkatkan
4
Ibid.,109
14
berkelanjutan untuk hari depan. Indonesia belum bebas dari persoalan lantai
menggunakan lantai tanah yang lebih mudah menjadi tempat bakteri untuk
Dikatakan diare bila keluarnya tinja yang lunak atau cair dengan
frekuensi tiga kali atau lebih sehari semalam dengan atau tanpa darah atau
lendir dalam tinja. Diare adalah buang air besar lembek atau cair bahkan dapat
berupa air saja yang frekuensinya lebih dari tiga kali atau lebih dalam sehari.
Jenis diare dibagi menjadi tiga yaitu : Disentri yaitu diare yang disertai darah
dalam tinja. Diare persisten yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari
secara terus menerus. Diare dengan masalah lain yaitu diare yang disertai
Diare adalah buang air besar lembek atau cair dapat berupa air saja
yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (biasanya tiga kali atau lebih
dalam sehari). Diare diartikan sebagai buang air encer lebih dari empat kali
lendir dan darah maupun tidak. Hingga kini diare masih menjadi child killer
diserang oleh diare, baik Balita, anak-anak dan orang dewasa. Tetapi penyakit
diare berat dengan kematian yang tinggi terutama terjadi pada bayi dan anak
Balita.
Berdasarkan waktunya, diare dibagi menjadi dua yaitu dare akut dan
diare kronis. Diare yang berlangsung kurang dari 14 hari disebut diare akut,
Amerika Serikat keluhan diare menempati peringkat ketiga dari daftar keluhan
peringkat pertama sampai dengan keempat pasien dewasa yang datang berobat
prevalensi penyakit diare sekitar 200-400 per tahun. Dari angka prevalensi
Golongan umur ini mengalami dua sampai tiga episode diare per tahun.
Diperkirakan kematian anak akibat diare sekitar 200-250 ribu setiap tahun.
16
Penyebab diare terutama diare yang disertai lendir atau darah (disentri)
Enteroinvasive.
yang menjadi pemicu terjadinya diare. Secara umum, berikut ini beberapa
faktor penyebab diare yaitu faktor infeksi disebabkan oleh bakteri Escherichia
coli, Vibrio cholerae (kolera) dan bakteri lain yang jumlahnya berlebihan.
Faktor makanan, makanan yang tercemar, basi, beracun dan kurang matang.
Faktor psikologis dapat menyebabkan diare karena rasa takut pada anak,
cemas dan tegang dapat mengakibatkan diare kronis pada anak (Widjaja,
2002).
mengalami diare satu kali setiap tahun. Dari setiap lima pasien anak yang
anak yang dirawat di rumah sakit akibat diare satu di antaranya juga karena
5
Rita Alia.,Infeksi Manusia(Jakarta:Erlangga,2004) hlm 60.
17
rotavirus. Rotavirus adalah salah satu virus yang menyebabkan diare terutama
pada bayi, penularannya melalui faces (tinja) yang mengering dan disebarkan
melalui udara.
a. Faktor infeksi
b. Faktor malabsorpsi
c. Faktor makanan
d. Faktor psikologis
Rasa takut dan cemas (jarang terjadi pada anak yang lebih besar).
18
Sebagian besar kasus diare di Indonesia pada bayi dan anak disebabkan
oleh infeksi rotavirus. Bakteri dan parasit juga dapat menyebabkan diare.
besar dan akan menarik air dari dinding usus. Di lain pihak, pada keadaan ini
proses transit di usus menjadi sangat singkat sehingga air tidak sempat diserap
oleh usus besar. Hal inilah yang menyebabkan tinja berair pada diare (Depkes,
2015).
Bayi yang menyusu ASI (Air Susu Ibu). Bayi tersebut tidak akan
wadah seperti saat minum susu formula dengan botol dan dot. Diare dapat
merupakan efek sampingn banyak obat terutama antibiotik. Selain itu, bahan-
bahan pemanis buatan seperti sorbitol dan manitol yang ada dalam permen
Hal ini bisa terjadi pada anak-anak dan orang dewasa yang memiliki
kadar dan fungsi hormon yang normal, kadar vitamin yang normal dan tidak
memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang (Green, 2009).6
Orang tua berperan besar dalam menentukan penyebab anak diare. Bayi
dan Balita yang masih menyusui dengan ASI eksklusif umumnya jarang diare
karena tidak terkontaminasi dari luar. Namun, susu formula dan makanan
6
George Robert.,Bacterial Famili(Boston:Grammrt Books,2001) hlm 137.
19
Gejala diare atau mencret adalah tinja yang encer dengan frekuensi
empat kali atau lebih dalam sehari, yang kadang disertai muntah, badan lesu
atau lemah, panas, tidak nafsu makan, darah dan lendir dalam kotoran, rasa
mual dan muntah-muntah dapat mendahului diare yang disebabkan oleh
infeksi virus. Infeksi bisa secara tiba-tiba menyebabkan diare, muntah, tinja
berdarah, demam, penurunan nafsu makan atau kelesuan, dapat pula
mengalami sakit perut dan kejang perut pada anak-anak dan orang dewasa,
serta gejal-gejala lain seperti flu misalnya agak demam, nyeri otot atau
kejang, dan sakit kepala. Gangguan bakteri dan parasit kadang-kadang
menyebabkan tinja mengandung darah atau demam tinggi.7
Gejala diare pada Balita yaitu:
b. Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah. Suhu badannya pun
meninggi.
e. Anusnya lecet.
i. Dehidrasi.
natrium dan kalium), sehingga bayi menjadi rewel atau terjadi gangguan
7
Ibid.,hlm 340.
20
menjadi cekung (pada bayi yang berumur kurang dari 18 bulan) dan dehidrasi
Diare umumnya ditularkan melalui empat F, yaitu food, feces, fly dan
finger. Oleh karena itu upaya pencegahan diare yang praktis adalah dengan
pengobatan diare pada anak harus dimulai dari rumah dan obat-obatan dapat
diberikan bila diare tetap berlangsung. Anal harus segera dibawa ke rumah
d. Cuci tangan
e. Penggunaan jamban
a. Pemberian cairan
Pada pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan diberikan per
oral berupa cairan yang berisikan NaCl dan NaHCO, KCl dan
glukosa. Untuk diare akut pada anak di atas umur 6 bulan kadar
(NaCl dan sukrosa), atau air tajin yang diberi garam dan gula, untuk
Cairan parenteral
berat badannya.
tahun, jumlah cairan 200 ml/kg BB/24 jam. Kecepatan tetesan 4 jam
150 ml/kg BB/20 jam atau 7 ml/kg BB/ jam atau 1 BB/ menit (1 ml =
b. Pengobatan dietetic
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat
Susu (ASI dan atau susu formula yang mengandung laktosa rendah
dan asam lemak tidak jenuh), misalnya LLM, Almiron, atau sejenis
lainnya.
Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim), bila
misalnya susu yang tidak mengandung laktosa atau asam lemak yang
setelah rehidrasi segera diberikan makanan per oral. Bila diberi ASI/
susu formula tetapi diare masih sering, supaya diberikan oralit selang-
seling dengan ASI, misalnya 2 kali ASI/ susu khusus, 1 kali oralit.
Hari ke-2 sampai ke-4, ASI/ susu formula rendah laktosa penuh. Hari
ke-5, bila tidak ada kelainan pasien dipulangkan. Kembali susu atau
c. Obat-obatan
melalui tinja dengan atau tanpa muntah, dengan cairan yang mengandung
24
elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain (gula, air tajin, tepung beras
dan sebagainya).
epidemiologi, suatu penyakit timbul akibat interaksi satu sama lain yaitu antara
Faktor yang secara langsung maupun tidak langsung dapat menjadi penentu
sanitasi lingkungan (Zubir, 2006). Seseorang yang daya tahan tubuhnya kurang,
maka akan mudah terserang penyakit. Penyakit tersebut antara lain diare, kolera,
campak, tifus, malaria, demam berdarah dan influensa (Slamet, 2002). Masalah-
masalah kesehatan lingkungan antara lain pada sanitasi (jamban), penyediaan air
(Notoatmodjo, 2003).
minum, kualitas fisik air bersih, kepemilikan jamban keluarga, jenis lantai rumah
dengan kejadian diare pada Balita. Menurut Bhakti Rochman (2010) hubungan
sanitasi lingkungan yang meliputi sumber air (p=0,009), jenis jamban (p=0,029),
pengelolaan air limbah (p=0,026) dengan kejadian diare pada Balita. Anjar
yang meliputi tingkat pendidikan ibu (p=0,080), jenis pekerjaan ibu (p=0,623),
dan umur ibu (p=0,114). Ada hubungan antara faktor lingkungan yang meliputi
sumber air minum (p=0,001), jenis tempat pembuangan tinja (p=0,001), dan jenis
lantai rumah (p=0,001) dengan kejadian diare pada Balita dengan kejadian diare
sectional, yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan pengamatan sesaat atau
dalam suatu periode waktu tertentu dan setiap subjek studi hanya dilakukan satu
Populasi
Sampel
1. Jenis data
26
27
2. Sumber data
a. Data primer
b. Data sekunder
kebutuhan peneliti.
4. Instrumen Penelitian
adalah alat pengumpul data yang berisi daftar pertanyaan yang akan diajukan
a. Uji validitas
person :
Dimana :
N : Banyaknya subjek
b. Relabilitas
konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala
yang sama dengan alat ukur yang sama. Uji reliabilitas dilakukan dengan
Keterangan :
: Varians total
Standar reliabilitas adalah jika nilai hitung r lebih besar (>) dari
data.
1. Analisis univariat
2. Analisis bivariat
30
antara variabel independen dan variabel dependen digunakan uji statistik chi
rumus :
( 0−E ) 2
x 2=
E
Keterangan :
Jika terdapat sel yang < 5, maka menggunakan uji fisher Exact, dengan
2 ( A +B ) ! ( C + D ) ! ( A+ C ) ! ( B + D ) !
rumus: x =
N ! A ! B ! C ! D!
Jika tidak terdapat sel yang < 5, maka menggunakan uji Chi Scuare
n(I ad−bcI−1 /2 n) 2
x 2=
(a+ b)(a+c )(b+ d)(c +d )
Variabel Dependen
Total
Variabel Independen Negatif Positif
n % n % n %
31
Positif a b a+b
Negatif c d c+d
Total a+c b+d N
Kriteria penilaian hipotesis dengan uji chi square (X2) pada tabel confiden
a. Apabila X2 hitung > X2 tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya ada
b. Apabila X2 hitung < X2 tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak ada
2
dengan rumus koofisien phi (φ) sebagai berikutn : φ= x
n √
Keterangan :
X2 = nilai chi
N = Besar sampel
4.
32
A. Etika Penelitian
menjelaskan maksud dan tujuan penelitian dilakukan serta dampak yang mungkin
terjadi selama dan sesudah pengumpulan data. Jika responden bersedia diteliti,
menolak untuk diteliti, maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati
ibu tersebut.
lembar tersebut.
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Kerahasiaan responden dijamin oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu saja
analisis data. Metode yang digunakan untuk menyajikan hasil analisis data dalam
dari proses analisis data mengenai hubungan sanitasi lingkungan dengan kejadian
penyakit diare pada balita di wilayah kerja puskesmas baktijaya Kota Depok
.
33
1. Keadaan Geografis
sebagai berikut :
2. Keadaan Demografi
adalah 17.949 jiwa, yang terdiri dari 10.106 jiwa laki-laki dan 7.843 jiwa
Penduduk per kelurahan adalah semua orang yang berdomisili dalam suatu
kelurahan tertentu selama 6 bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili
kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan untuk menetap. Tabel 3 menunjukkan bahwa dari
Rahandouna yaitu berjumlah 7.528 orang (42,0%) dengan jumlah KK 2.342 (41,5%).
dengan jumlah KK 874 (15,5%) dan yang paling terendah penduduknya adalah
Kelurahan Matabubu yakni hanya 999 jiwa (5,5%) dengan jumlah KK 557 (9,9%).
35
suatu kelurahan tertentu selama 6 bulan atau lebih dan atau mereka yang
penduduknya adalah Kelurahan Matabubu yakni hanya 999 jiwa (5,5%) dengan
3. Pendidikan
5. Sumberdaya Puskesmas
tabel di bawah :
1 Puskesmas Induk 1
2. Pustu 2
3. Rumah Dinas 2
b. Tenaga Kesehatan
1. Dokter Umum 4
2. Dokter Gigi 2
3. Bidan 17
4. Perawat 31
5. Perawat Gigi 2
6. Petugas Sanitasi 5
7. Petugas Gizi 6
8. Asisten Apoteker 2
9. Petugas Laboratorium 1
12. Pengemudi 1
diatas maka dapat disimpulkan bahwa jumlah dan jenis yang dibutuhkan
A. Karakteristik Responden
38
dengan kejadian penyakit diare pada Balita di wilayah kerja Puskesmas Poasia,
responden yang berdasarkan atas umur, pekerjaan, pendidikan, umur balita dan
1. Umur
dikelompokkan menjadi 3 bagian yaitu kurang dari 20-30 Tahun, 30-40 Tahun
dan umur yang lebih dari 40 tahun. Hasil kelompok umur ditampilkan pada
Tabel 6.
Responden
Umur
f %
Total 58 100%
(40%) dan paling sedikit berumur lebih dari 40 tahun, yaitu sebanyak 5
responden (9%).
2. Pekerjaan
Responden
Pekerjaan
f %
PNS 4 7%
Wiraswasta 12 21%
IRT 42 72%
Total 58 100%
paling sedikit dengan jenis pekerjaan PNS, yaitu sebanyak 4 responden (7%).
3. Pendidikan
40
Responden
Pendidikan
f %
SD 2 3%
SMP 9 16%
SMA 40 69%
D3 3 5%
S1 4 7%
Total 58 100%
yaitu sebanyak (7%), jenis pendidikan D3 yaitu sebanyak (5%) dan paling
4. Umur Balita
Responden
Umur Balita
f %
Total 58 100%
kemudian responden dengan jenis umur balita 5-25 Bulan yaitu sebanyak 21
responden (36%) dan paling sedikit dengan jenis umur balita >45 Bulan
Responden
Jenis Balita
f %
LK 32 55%
P 26 45%
Total 58 100%
42
Berdasarkan Tabel 10, diketahui bahwa jenis kelamin Balita responden paling
banyak adalah Laki-Laki (LK), yaitu sebanyak 32 responden (55%) dan paling sedikit
dengan jenis kelamin balita Perempuan (P) yaitu sebanyak 26 responden (45%).
Tabel 11.
Responden
Kejadian Diare Pada Balita
f %
Diare 37 64%
Tidak Diare 21 36%
Total 58 100%
Hasil penelitian mengenai sumber air minum ditampilkan pada Tabel 12.
43
Responden
Sumber Air Minum
f %
Total 58 100%
yang memenuhi syarat (MS) yaitu sebanyak 45 responden (78%) dan yang
3. Kepemilikan Jamban
Responden
Kepemilikan Jamban
f %
Memiliki 50 86%
Total 58 100%
44
memiliki jamban yaitu sebanyak 50 responden (86%) dan yang tidak memiliki
Hasil penelitian mengenai jenis lantai rumah ditampilkan pada Tabel 14.
Responden
Jenis Lantai Rumah
f %
Total 58 100%
5. Analisis Bivariat
bebas dengan variabel terikat dengan menggunakan uji Chi square (²). Kriteria
penilaian hipotesis dengan uji chi square (X2) pada tabel confiden level 0,05%
(a=5%) adalah apabila X2 hitung > X2 tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima,
artinya tidak ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.
1. Hubungan antara sumber air minum dengan kejadian diare pada Balita
di wilayah kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari
kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari
Tabel 15. Distribusi sumber air minum dengan kejadian diare pada
Balita di wilayah kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari
Kejadian Diare
Jumlah
Sumber Air Minum Tidak Diare Diare
n % n % N %
sarana sumber air minum yang memenuhi syarat tetapi menderita tidak diare
(19%), sedangkan pada sarana sumber air minum yang tidak memenuhi syarat
dan menderita diare sebanyak 3 responden (5,2%), dan yang tidak menderita
Hasil analisis statistik chi square diperoleh x2 hitung 12,026 > x2 tabel
3,841, p = 0,001 dan nilai phi value = 0,455. Karena nilai x 2 hitung lebih besar
(>) dari x2 tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima. Berarti ada hubungan yang
sangat kuat antara sumber air minum (variabel independen) dengan kejadian
kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari
n % n % N %
(24,1%), sedangkan pada sarana kepemilikan jamban yang tidak memiliki dan
Hasil analisis statistik chi square diperoleh x2 hitung 10,571 < x2 tabel
3,841, p = 0,002 dan nilai phi value = 0,427. Karena nilai x 2 hitung lebih besar
(>) dari x2 tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima. Berarti ada hubungan yang
3. Hubungan antara jenis lantai rumah dengan kejadian diare pada Balita
di wilayah kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari
kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari
Tabel 17. Hasil Hubungan antara Jenis Lantai Rumah dengan kejadian
diare pada Balita di wilayah kerja Puskesmas Poasia Kota
Kendari
Kejadian Diare
Total
Jenis Lantai Rumah Tidak Diare Diare
n % n % n %
variabel jenis lantai rumah yang memenuhi syarat tetapi tidak menderita diare
(36%), sedangkan pada variabel jenis lantai rumah yang tidak memenuhi
syarat dan tidak menderita diare sebanyak 3 responden (5,2%), dan yang
Hasil analisis statistik chi square diperoleh x 2 hitung 12,026 < x2 tabel
3,841, p = 0,001 dan nilai phi value = 0,455. Karena nilai x2 hitung lebih besar
(>) dari x2 tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima. Berarti ada hubungan yang
sangat kuat antara jenis lantai rumah (variabel independen) dengan kejadian
6. Pembahasan
1. Karakteristrik Responden
dengan kejadian diare pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota
responden terbagi atas 3 kelompok, yaitu dari umur antara 20-30 tahun, umur
antara 30-40 tahun dan umur responden yang lebih dari 40 tahun. Data mengenai
usia responden mayoritas pada usia antara 20-30 tahun sebanyak 52%. Pada jenis
sebagai ibu rumah tangga dengan jumlah 72%. Sebagian besar responden ibu
rumah tangga ini mempunyai kesempatan lebih banyak dalam merawat balitanya
dari kejadian sakit termasuk dalam penyakit diare. Ditinjau dari tingkat
SMA yaitu sebesar 69%. Pendidikan merupakan suatu usaha manusia untuk
rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan.
dikembangkan dalam hidup dan kehidupan yang terjadi dalam suatu proses
semakin baik jika diukur dari aspek pengetahuan. Namun hal tersebut belum tentu
50
pendidikan diiringi dengan kesadaran dan kedewasaan yang tinggi, maka bukan
hal yang mustahil jika dapat mewujudkan tatanan kehidupan yang semakin baik.
kualitas dan kuantitas sumber air yang cukup sesuai dengan kebutuhan sehari-hari,
syarat (MS) sebanyak 78% dan menderita penyakit diare sebanyak 34 balita
responden (58,6%). Hal ini disebabkan penyebab diare bukan hanya karena faktor
sumber air minum, tetapi bisa juga dari berbagai faktor yang lain, misalkan adat
istiadat masyarakat dalam hal pengolahan air minum yang kadang-kadang tidak
dimasak sebelum diminum, adanya makan makanan lain seperti buah-buahan yang
tidak dicuci bersih dahulu sebelum dimakan sehingga resiko untuk terkena diare
bisa tinggi pada balita. Hasil penelitian lain yang sejalan adalah penelitian
Wibowo et. al (2004) menyimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara
menggunakan sumber air minum yang tidak memenuhi syarat (TMS), dari 58
Hasil penelitian ini diperkuat dengan penelitian Irianto et, al (2009) yang
pada balita dan merupakan faktor risiko kejadian diare dan sebanyak 87,5%
menggunakan sumber air minum yang tidak terlindung. Sumber air minum utama
merupakan salah satu sarana sanitasi yang tidak kalah pentingnya berkaitan
melalui jalur fekal oral. Mereka dapat ditularkan dengan memasukkan ke dalam
mulut, cairan atau benda yang tercemar dengan tinja, misalnya air minum, jari-jari
tangan, dan makanan yang disiapkan dalam panci yang dicuci dengan air tercemar
hubungan antara sumber air minum yang dikonsumsi di rumah-rumah pada daerah
Hasil analisis data secara statistik menunjukkan bahwa sumber air minum
yang dikonsumsi ada hubungan yang sangat kuat dengan kejadian diare pada balita
di wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari dimana nilai X 2 hitung (12,026)
> X2 tabel (3,841) dengan nilai p= 0,001 dan phi value = 0,45.
52
3. Kepemilikan Jamban
merupakan masalah pokok untuk diatasi sedini mungkin, karena kotoran manusia
pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan baik, yaitu harus ditempat
responden yang mengalami diare. Hal ini disebabkan karena penyakit diare bisa
terjadi dari berbagai faktor, baik itu dengan adanya jamban tetapi sumber air yang
perantara bakrteri coli serta dapat pula terjadi oleh faktor-faktor lainnya.
penyakit seperti kejadian diare pada balita responden yang dikarenakan kotoran
53
tinja yang tidak terkubur rapat akan mengundang lalat maupun tikus yang akan
sekitarnya, kotoran tidak boleh terbuka sehingga dapat dipakai sebagai tempat
vektor bertelur dan berkembangbiak. Membuang tinja yang tidak memenuhi syarat
sanitasi dapat mencemari lingkungan pemukiman, tanah dan sumber air. Dari
lingkungan yang tercemar tinja berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak
sehat, tidak mencuci tangan dengan sempurna setelah bekerja atau bermain di
kejadian diare. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Wibowo et.al
(2004) disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara kejadian diare dengan
Hasil analisis data secara statistik menunjukkan bahwa ada hubungan yang
sangat kuat antara kepemilikan jamban dengan kejadian diare pada balita di
wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari dimana nilai X 2 hitung (10,571) <
X2 tabel (3,841) dengan nilai p= 0,002 dan nilai phi value = 0,427.
(19,0%) balita responden yang mengalami diare. Penyebab diare bukan hanya
karena faktor jenis lantai rumah, tetapi oleh faktor lainnya yaitu sumber air minum
yang tidak memenuhi syarat, pembuangan tinja yang tidak saniter serta kebiasaan
dan adat istiadat masyarakat misalnya dalam hal tindakan air yang kadang-kadang
tidak dimasak lalu dikomsumsi sehingga resiko terkena diare pada balita cukup
tinggi.
yang tidak memenuhi syarat (TMS) sebanyak 22%, dari 58 responden penelitian
terdapat 10 (17,2%) balita responden yang mengalami diare. Hal ini disebabkan
kontak antara lantai rumah dengan tubuh balita. Keadaan ini memunculkan
berbagai kuman penyakit yang menempel pada tubuh balita apabila tidak dijaga
kebersihannya, kondisi yang tidak baik dapat menyebabkan terjadinya diare pada
balita.
lantai yang tidak berdebu pada musim kemarau dan tidak basah pada musim
penghujan. Dengan banyaknya responden yang memiliki lantai rumah yang masih
tidak kedap air sangat memungkinkan lantai menjadi sarang kuman, debu untuk
dapat menjadi pencetus terjadinya diare pada balita. Aktivitas balita responden
yang bermain di lantai rumah menyebabkan terjadikan kontak antara lantai rumah
yang tidak kedap air dengan tubuh balita. Keadaan ini memunculkan berbagai
55
kuman penyakit yang menempel pada tubuh balita. Kondisi yang tidak baik dapat
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Rahadi (2005) yang
menyimpulkan bahwa jenis lantai berhubungan dengan kejadian diare. Hal ini
disebabkan karena masih banyak lantai yang terbuat dari tanah yang akan
Hasil uji stastistik menunjukkan adanya hubungan yang sangat kuat antara
jenis lantai rumah dengan kejadian diare pada balita di wilayah Kerja Puskesmas
Poasia Kota Kendari dimana nilai X2 hitung (12,026) < X2 tabel (3,841) dengan
BAB V
A. Simpulan
dijabarkan tentang hubungan sanitasi lingkungan dengan kejadian penyakit diare pada
balita di wilayah kerja puskesmas baktijaya kota depok, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa :
1. Sarana sumber air minum ada hubungan (Ho = Ditolak, Ha = Diterima) yang
kuat dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Baktijaya
kuat dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Baktijaya
3. Sarana jenis lantai rumah ada hubungan (Ho = Ditolak, Ha = Diterima) yang kuat
B. Saran
56
55
sasaran plesterisasi lantai rumah dan penanganan kualitas air bersih secara fisik.
2. Bagi respoden
dikonsumsi.
dengan variabel yang lain dalam hubungannya kejadian diare pada balita.
56