Anda di halaman 1dari 13

I.

KONSEP DASAR TEORI


A. Definisi
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut yang disertai dengan
adanya manifestasi perdarahan, yang bertendensi mengakibatkan renjatan yang dapat
menyebabkan kematian (Arief Mansjoer &Suprohaita; 2013; 419).
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah infeksi akut yang disebabkan oleh Arbovirus
(arthropodborn virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes
Albopictus. (Ngastiyah, 2009 ; 341).
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit yang terutama terdapat pada anak
dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, dan biasanya memburuk pada dua hari
pertama (Soeparman; 2015; 16).
B. Anatomi Fisilogi
Darah merupakan salah satu komponen penting Yang ada di dalam tubuh manusia. Sebab
darah berfungsi, mengalirkan zat – zat atau nutrisi yang di butuhkan tubuh, kemudian
mengalirkan karbondioksida hasil metabolisme untuk di buang. ada empat fungsi utama
darah, yaitu memberikan suplai oksigen keseluruh jaringan tubuh, membawa nutrisi,
membersihkan sisa-sisa metabolisme dan membawa zat antibody.
 Komposisi darah
Darah kita mengandung beberapa jenis sel yang yang tersangkut di dalam cairan
kuning yang disebut plasma darah. Plasma darah tersusun atas 90% air yang
mengandung sari makanan, protein, hormone, dan endapan kotoran selain sel-sel
darah.
Ada 3 jenis sel darah yaitu sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit) dan
keeping
1. Sel darah merah
Sel darah merah berbentuk piringan pipih yang menyerupai donat. 45%
darah tersusun atas sel darah merah yang di hasilkan di sumsum tulang.
Dalam setiap 1 cm kubik darah terdapat 5,5 juta sel. Jumlah sel darah
merah yang diproduksi setiap hari mencapai 200.000 biliun, rata-rata
umurnya hanya 120 hari. Semakin tua semakin rapuh, kehilangan bentuk
dan ukurannya menyusun menjadi sepertiga ukuran mula-mula.Sel darah
merah mengandung hemoglobin yang kaya akan zat besi. Warnanya yang
merah cerah disebabkan oleh oksigen yang di serap dari paru-paru. Pada
saat darah mengalir ke seluruh tubuh, hemoglobin melepaskan oksigen ke
sel dan mengikat karbondioksida.Sel darah merah yang tua akhirnya akan
pecah menjadi partikel-partikel kecil di dalam hati dan limpa. Sebagian
besar sel yang tua dihancurkan oleh limpa dan yang lolos dihancurkan oleh
hati. Hati mentimpan kandungan zat besi dari hemoglobin yang kemudian
di angkut oleh darah ke sumsum tulang untuk membentuk sel darah merah
yang baru. Persediaan sel darah merah di dalam tubuh diperbarui setiap
empat bulan sekali.
2. Sel darah putih
Sel darah putih jauh lebih besar dari pada sel darah merah jumlahnya dalam
setiap 13 darah adalah 4000-10.000 sel. Tidak seperti sel darah merah, sel
darah putih memiliki inti (nucleus). Sebagian sel darah putih bisa bergerak
di dalam aliran darah, membuatnya dapat melaksanakan tugas sebagai
system ketahanan tubuh.Sel darah putih adalah bagian dari sistem
ketahanan tubuh yang penting. Sel darah putih yang terbanyak adalah
neutrofil (+60%). Tugasnya adalah memerangi bakteri pembawa penyakit
yang memasuki tubuh. Mula mula bakteri dikepung, lalu butir-butir
didalam sel segera melepaskan zat kimia untuk menghancurkan dan
mencegah bakteri berkembang biak.Sel darah putih mengandung +5%
eosinofil. Fungsinya adalah memerangi bakteri, mengatur pelepasan zat
kimia saat pertempuran, dan membuang sisa-sisa sel yang rusak.Basofil
yang menyusun 1% sel darah putih, melepaskan zat untuk mencegah
terjadinya penggumpalan darah di dalam pembuluhnya. 20 s\d 30%
kadungan sel darah putih adalah trombosit. Tugasnya adalah menghasilkan
antibody, suatu protein yang membantu tubuh memerangi
Penyakit.Monosit bertugas mengepung bakteri. Kira-kira ada 5 sampai 10%
di dalam sel darah putih.Tubuh mengatur banyak sel darah putih yang
dihasilkan sesuai dengan kebutuhan. Jika kita kehilangan darah, tubuh akan
segera membentuk sel-sel darah untuk menggantinya. Jika kita mengalami
infeksi, maka tubuh akan membentuk lebih banyak sel darah putih untuk
memeranginya.
 Pembekuan darah
Proses yang mencegah kehilangan darah dari badan melalui luka disebut
hemostasis dan proses ini terdiri dari tiga stadium yang bekerja bersama-sama,
yaitu :
Spasme vaskuler : penyempitan lumen pembuluh darah yang putus untuk
mengurangi aliran darah yang hilang.
1) Pembentukan sumbat trombosit : untuk menghentikan kebocoran darah.
2) Pembekuan fibrin disekitar sumbat trombosit dan reaksi fibrin: untuk
merekat pembuluh yang putus dan menarik sisi pinggirnya supaya merapat
(Watson, 2010)
 Fungsi darah
Fungsi darah dalam metabolisme tubuh kita antara lain sebagai alat pengangkut
(pengedar), pengatur suhu tubuh dan pertahanan tubuh. Peredaran oksigen pada
tubuh :
1) Oksigen diedarkan ke seluruh tubuh oleh sel darah merah
2) Darah yang di pompa dari bilik kanan jantung menuju paru-paru
melepaskan CO2 dan mengambil O2 dibawa menuju serambi kiri.
3) O2 dari serambi kiri disalurkan ke bilik kiri
4) Dari bilik kiri O2 dibawa keseluruh tubuh oleh sel darah merah untuk
pembakaran (oksidasi)
5) Peredaran darah besar yaitu peredaran darah yang berasal dari jantung
membawa oksigen dan sari makanan ke seluruh tubuh dan kembali ke
jantung membawa karbondioksida.
6) Peredaran darah kecil yaitu peredaran darah dari jantung membawa
karbondioksida menuju paru-paru untuk dilepas dan mengambil oksigen
dibawa ke jantung
Jadi kesimpulannya, fungsi darah adalah:
 Mengedarkan sari-sari makanan keseluruh tubuh
 Mengedarkan oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh
 Mengangkut karbondioksida ke paru-paru
 Mengedarkan hormone
C. Patofisiologi
Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty. Pertama-tama
yang terjadi adalah viremia yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit
kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada
kulit (petekie), hyperemia tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti
pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati (Hepatomegali) dan pembesaran
limpa (Splenomegali).Kemudian virus akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah
kompleks virus-antibody. Dalam sirkulasi akan mengaktivasi system komplemen. Akibat
aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua peptida yang berdaya untuk
melepaskan histamine dan merupakan mediator kuat sebagai factor meningkatnya
permeabilitas dinding kapiler pembuluh darah yang mengakibatkan terjadinya
perembesan plasma ke ruang ekstra seluler.Perembesan plasma ke ruang ekstra seluler
mengakibatkan berkurangnya volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi, dan
hipoproteinemia serta efusi dan renjatan (syok). Hemokonsentrasi (peningkatan
hematokrit > 20 %) menunjukkan atau menggambarkan adanya kebocoran (perembesan)
plasma sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan
intravena.Terjadinya trobositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya
faktor koagulasi (protombin dan fibrinogen) merupakan faktor penyebab terjadinya
perdarahan hebat , terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF.Adanya
kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler dibuktikan dengan ditemukannya cairan
yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga peritoneum, pleura, dan pericard yang
pada otopsi ternyata melebihi cairan yang diberikan melalui infus.Setelah pemberian
cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukkan kebocoran plasma telah
teratasi, sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi kecepatan dan jumlahnya
untuk mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung, sebaliknya jika tidak
mendapatkan cairan yang cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairan yang
dapat mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan.Jika renjatan
atau hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan, metabolik asidosis dan
kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik. Gangguan hemostasis pada DHF
menyangkut 3 faktor yaitu : perubahan vaskuler, trombositopenia dan gangguan
koagulasi.Pada otopsi penderita DHF, ditemukan tanda-tanda perdarahan hampir di
seluruh tubuh, seperti di kulit, paru, saluran pencernaan dan jaringan adrenal.
D. Etiologi
 Virus dengue
Berdiameter 40 monometer dapat berkembang biak dengan baik pada berbagai
macam kultur jaringan baik yang berasal dari sel – sel mamalia, maupun sel – sel
Arthropoda misalnya sel aedes Albopictus. (Soedarto, 2010; 36).
 Vektor : nyamuk aedes aegypti
yaitu nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polyne siensis,
infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup
terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe
jenis yang lainnya (Arief Mansjoer &Suprohaita; 2011; 420)
 Host : pembawa.
Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia akan
mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga ia masih
mungkin untuk terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun virus dengue
tipe lainnya.
E. Manisfetasi Klinis
- Meningkatnya suhu tubuh (Demam tinggi selama 5 – 7 hari)
- Mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi.
- Nyeri kepala menyeluruh atau berpusat pada supra orbita, retroorbita
- Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit, ptechie, echymosis, hematoma.
- Epistaksis, hematemisis, melena, hematuri.
- Nyeri otot, tulang sendi, abdoment, dan ulu hati.
- Pembengkakan sekitar mata.
- Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening.
F. Klasifikasi
Menurut derajat ringannya penyakit, Dengue Haemoragic Fever (DHF) dibagi menjadi 4
tingkat yaitu :
 Derajat I
Panas 2 – 7 hari , gejala umumtidak khas, uji tourniquet hasilnya positif
 Derajat II
Sama dengan derajat I di tambah dengan gejala – gejala pendarahan spontan
seperti petekia, ekimosa, epimosa, epistaksis, haematemesis, melena, perdarahan
gusi telinga dan sebagainya.
 Derajat III
Penderita syok ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan
cepat (> 120 / menit) tekanan nadi sempit (< 20 mmHg) tekanan darah menurun (120 /
80 mmHg) sampai tekanan sistolik dibawah 80 mmHg
 Derajat IV
Nadi tidak teraba,tekanan darah tidak terukur (denyut jantung > - 140 mmHg)
anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.
G. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Darah Lengkap
a. Trombosit menurun.
b. HB meningkat lebih 20 %
c. HT meningkat lebih 20 %
d. Leukosit menurun pada hari ke 2 dan ke 3
e. Protein darah rendah
f. Ureum PH bisa meningkat
g. NA dan CL rendah
h. Serology : HI (hemaglutination inhibition test).
2. Rontgen thorax : Efusi pleura.
3. Uji test tourniket (+)
H. Penatalaksanaan
1. Medis
a. Demam tinggi, anoreksia dan sering muntah menyebabkan pasien dehidrasi dan
haus. Pasien diberi banyak minum yaitu 1 ½  - 2 liter dalam 24 jam. Keadaan
hiperpireksia diatasi dengan obat antipiretik dan kompres dingin. Jika terjadi
kejang diberikan antikonvulsan. Luminal diberikan dengan dosis : anak umur <
12 bulan 50 mg im; anak > 1 tahun 75 mg. jika 15 menit kejang belum berhenti
luminal diberikan lagi dengan dosis 3 mg/ kg BB. Infus diberikan pada pasien
DHF tanpa renjatan apabila : pasien terus menerus muntah, tidak dapat diberikan
minum sehingga mengancam terjadinya dehidrasi dan hematokrit yang
cenderung meningkat.
b. Pasien mengalami syok segera dipasang infus sebagai pengganti cairan hilang
akibat kebocoran plasma. Cairan yang diberikan biasanya RL. Jika pemberian
cairan tersebut tidak ada respon diberikan plasma atau plasma ekspander
banyaknya 20 – 30 mL/kg BB. Pada pasien dengan renjatan berat pemberian
infus harus diguyur. Apabila syok telah teratasi, nadi sudah jelas teraba,
amplitude nadi sudah cukup besar, tekanan sistolik 80 mmHg dan kecapatan
tetesan dikurangi menjadi 10 mL/ kg BB/ jam. Pada pasien dengan syok berat
atau syok berulang perlu dipasang CVV untuk mengukur tekanan vena sebtral
melalui vena jugularis, dan biasanya pasien dirawat di ICU. (Ngastiyah, 2015,
hal : 344-345).
c. Cairan (rekomendasi WHO)
 Kristaloid
a) Larutan Ringer Laktat (RL) atau Dextrose 5% dalam larutan Ringer
laktat (D5/RL).
b) Larutan Ringer Asetat (RA) atau Dextrose 5% dalam larutan Ringer
Asetat (D5/RA).
c) Larutan Nacl 0,9% (Garal Faali + GF) atau Dextrose 5% dalam larutan
faali (D5/GF).
 Koloid
a) Dextran 40
b) Plasma
(Arif Mansjoer, 2010, hal : 422)
2. Keperawatan
a. Derajat I
Pasien istirahat, obsevasi tanda-tanda vital setiap 3 jam, periksa Ht, Hb dan
trombosit tiap 4 jam sekali. Berikan minum 1,5 – 2 liter dalam 24 jam dan
kompres dingin.
b. Derajat II
Segera dipasang infus. Bila keadaan pasien sangat lemah sering dipasang pada 2
tempat karena dalam keadaan renjatan walaupun klem dibuka tetesan infus atau
tetesan cairan tetap tidak lancer maka jika 2 tempat akan membantu
memperlancar. Kadang-kadang 1 infus untuk memberikan plasma darah dan
yang lain cairan biasa.
c. Derajat III dan IV (DSS)
a. Penggantian plasma yang keluar dan memberikan cairan elektrolit (RL)
dengan cara diguyur kecepatan 20 mL/ kg BB/ jam.
b. Dibaringkan dengan posisi semi fowler dan diberikan O2.
c. Pengawasan tanda-tanda vital dilakukan setiap 15 menit.
d. Pemeriksaan Ht, Hb dan Trombosit dilakukan secara periodik.
e. Bila pasien muntah bercampur darah perlu diukur untuk tindakan
secepatnya baik obat-obatan maupun darah yang diperlukan.
f. Makanan dan minuman dihentikan, bila mengalami perdarahan
gastrointestinal biasanya dipasang nasogastrik tube (NGT) untuk membantu
pengeluaran darah dari lambung. NGT perlu dibilas dengan Nacl karena
sering terdapat bekuan darah dari tube. Tube dicabut bila perdarahan telah
berhenti. Jika kesadaran telah membaik sudah boleh diberikan makanan cair
walaupun feses mengndung darah hitam kemudian lunak biasa.
(Ngastiyah, 2015, hal : 345-346)
I. Komplikasi
 DHF mengakibatkan pendarahan pada semua organ tubuh, seperti pendarahan
ginjal, otak, jantung, paru paru, limpa dan hati. Sehingga tubuh kehabisan darah
dan cairan serta menyebabkan kematian.
 Ensepalopati.
 Gangguan kesadaran yang disertai kejang.
 Disorientasi, prognosa buruk.

II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas
DBD dapat mengenai pada semua umur yang tinggal di daerah tropis.
2. Keadaan Umum
Terjadinya peningkatan suhu tubuh / demam dan disertai ruam macula popular.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Umumnya klien dengan DHF datang ke Rumah Sakit dengan keluhan demam akut 2
– 7 hari, nyeri otot dan pegal pada seluruh badan, malaise, mual, muntah, sakit
kepala, sakit pada saat menelan, lemah, nyeri ulu hati, pendarahan spontan.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Diantara penyakit yang pernah diderita yang dahulu dengan penyakit DHF yang
dialami sekarang, tetapi kalau dahulu pernah menderita DHF penyakit itu berulang.
5. Riwayat Penyakit keluarga
Riwayat adanya penyakit DHF didalam keluarga yang lain, yang tinggal didalam
satu rumah / beda rumah dengan jarak yang berdekatan sangat menentukan karena
ditularkan melalui gigitan nyamuk.
6. Riwayat Penyakit Lingkungan
DHF ditularkan oleh 2 nyamuk yaitu: Aedes aeyipry dan Aedes albopiehis, hidup
dan berkembang biak didalam rumah yaitu pada tempat penampungan air bersih
seperti kaleng bekas, bak mandi yang jarang dibersihkan.
7. Pemeriksaan Fisik
a. Sistem pernafasan : Tidak ada gangguan dalam pernafasan.
b. Sistem persyarafan : Gangguan dalam sistem persyarafan adalah terdapat respon
nyeri.
c. Sistem cardiofaskuler : Terjadi pendarahan dan kegagalan sirkulasi.
d. Sistem pencernaan : Terjadi anorexia, mual dan muntah.
e. Sistem otot dan integument : Ditemukan peteckie, pegal-pegal pada seluruh
tubuh.
f. Sistem eliminasi : Terjadi gangguan pada sistem eliminasi alvi yaitu terjadi
konstipasi.
8. Pengelompokan Data
a. Data  Subyektif
 Panas
 Lemah
 Nyeri ulu hati
 Mual dan tidak nafsu makan
 Sakit menelan
 Pegal seluruh tubuh
 Nyeri otot, persendian, punggung dan kepala
 Haus
b. Data Obyektif
 Suhu tinggi selama 2 - 7 hari
 Kulit terasa panas
 Wajah tampak  merah , dapat disertai tanda kesakitan
 Nadi cepat
 Selaput mukosa mulut kering
 Ruam dikulit lengan dan kaki
 Epistaksis
 Nyeri tekan pada epigastrik
 Hematomesis
 Melena
 Gusi berdarah
 Hipotensi
9. Data Penunjang
a. Hematokrit meningkat
b. Trombositopenia
c. Masa perdarahan memanjang
B. Diagnosa Keperawatan
DIAGNOSA NOC NIC

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai