Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN


Wewenang dan tugas Majelis Tenaga Kesehatan dan Majelis Pertimbangan Etik
dan Kode Etik Kebidanan
Dosen Pengampu : Irma Hamdayani M.Keb

Disusun oleh :
Kelompok 9
Lela Sopia 1710630100027
Leni Fitria Nurdiana 1710630100028
Perdiani Eka pratiwi 1710630100041

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHTAN
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan
karunia-Nya , makalah tantang hubungan Majelis Kode Etik dalam pelayanan
kebidanan dapat di selesaikan.
Kritik dan saran untuk perbaiakn makalah ini kami harapkan yang
menaruh perhatian terhadap kemajuan dan perkembangan pendidikan ilmu dalam
menyempurnakan makalah ini.
Akhir kata kami mengucapkan terima kasih dan demikian makalah ini
kami buat dengan sebaik-baiknya.

Karawang, September 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................2
A. Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia.................................................................2
B. Majelis Pertimbangan Etik Profesi.....................................................................6
C. Majelis Etika Profesi Bidan.................................................................................8
BAB III PENUTUP.......................................................................................................10
A. Kesimpulan.........................................................................................................10
B. Saran...................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Majelis Etika Profesi adalah badan perlindungan hukum terhadap
para bidan sehubungan dengan adanya tuntutan dari klien akibat pelayanan
yang diberikan dan tidak melakukan indikasi penyimpangan hukum.
(Dwienda & Octa, 2014)
Dengan berbagai macam kasus yang di hadapi oleh tenaga
kesehatan, khususnya bidan, maka perlu adanya suatu mejelis
pertimbangan etik profesi sebagai suatu bada perlindungan hukum yang
mampu untuk melindungi berbagai permasalah yang terjadi. (Farelya &
Gita, 2018)
Kode etik profesi merupakan suatu pernyataan komprehensif dari
profesi yang memberikan tuntunan bagi anggotanya untuk melaksanakan
parktik dalam bidang profesinya baik yang berhubungan dengan
klien/pasien, keluarga, masyarakat, temen sejawat, profesi dan diri sendiri.
Kode etik profesi bidan hanya ditetapkan oleh organisasi profesi, Ikatan
Bidan Indonesia (IBI). Penetapan kode etik profesi bidan akan
mempunyai pengaruh dalam menegakkan disiplin di kalangan profesi
bidan. (Wahyunigsih & Heni Puji, 2005)
B. Rumusan Masalah
1. Apa tugas dan wewenang Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia ?
2. Apa tugas dan wewenang Majelis Pertimbangan Etik dan Kode Etik
Kebidanan ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengertahui pembahasan tentang majelis pertimbangan etika
profesi.
2. Untuk mengetahui pembahasan tentanng etika pertimbangan bidan.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia
Majelis Tenaga Kesehatan adalah lembaga yang berfungsi
untuk menjamin mutu tenaga kesehatan yang memberikan
pelayanan kesehatan. (Dwienda & Octa, 2014)
Majelis Tenaga Kesehatan bertanggung jawang kepada
Menteri Kesehatan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 161/Menkes/Per/2010 yang
berbunyi sebagai berikut :

a. BAB I Ketentuan Umum Pasal 1 (7) yang berbunyi


“Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia, selanjutnya
disingkat MTKI adalah lembaga yang berfungsi untuk
menjamin mutu tenaga kesehatan yang memberikan
pelayanan kesehatan.
b. BAB III MTKI Bagian Kesatu Umum Pasal 15
1) Untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh Tenaga Kesehatan dibentuk MTKI.
2) MTKI bertanggung jawab kepada Menteri.
c. BAB III MTKI Bagian Kedua Tugas Pasal 16
1) MTKI mempunyai tugas :
a. Membantu Menteri dalam menyusun kebijakan,
strategi dan tata laksana Registrasi.
b. Melakukan upaya pengembangan mutu Tenaga
Kesehatan.

2
c. Melakukan kaji banding mutu Tenaga Kesehatan.
d. Menyusun tata cara Uji Kompetensi, penguji dan
monitoring MTKP.
e. Memberikan nomor Registrasi Tenaga Kesehatan
f. Menerbitkan dan mencabut STR
g. Melakukan sosialisasi Registrasi Tenaga Kesehatan
dan
h. Melakukan pembinaan dan pengawasan
penyelenggaran Registrasi.
d. BAB III MTKI Bagian Ketiga Susunan Organisasi dan
Keanggotaan Pasal 17
1) Susunan organisasi MTKI terdiri atas
a. Ketua
b. Divisi Profesi
c. Divisi Standarisasi dan
d. Divisi Evaluasi.
2) Keanggotaan MTKI ditetapkan oleh Menteri atas usul
Kepala Badan yang terdiri dari unsur-unsur :
a. Kementerian Kesehatan sebanyak 4 (empat)
orang
b. Perwakilan organisasi profesi perawat sebanyak
3 ( tiga) orang
c. Perwakilan organisasi profesi bidan sebanyak 2
(dua) orang
d. Perwakilan organisasi profesi lainnya sebanyak
1 (satu) orang dari masing-masing profesi dan

3
e. Perwakilan unsur pendidikan sebanyak 1 (satu)
orang.
3) Persyaratan keanggotaan MTKI meliputi :
a. Warga Negara Indonesia
b. Surat pernyataan kesediaan bekerja sepenuh
waktu
c. Latar belakang pendidikan minimal Strata 1
(satu) bidang kesehatan
d. Memiliki dedikasi yang tinggi terhadap mutu
pelayanan kesehatan
e. Berusia atara 45 (empat puluh lima) tahun
sampai 60 (enam puluh) tahun
f. Sehat jasmani dan rohani
g. Memiliki pengalaman bekerja sebagai profesi
dibidang kesehatan sesuai dengan kualifikasi
minimal selama 3 (tiga) tahun dan
h. Berdomisili di ibukota negara Republik
Indonesia.
4) Masa bakti keanggotaan MTKI adalah 3 (tiga) tahun
dan dapat dipilih kembali maksimal 1 (satu) periode
5) Ketua MTKI dan Divisi dijabat oleh salah satu wakil
dari Kementerian Kesehatan
6) Ketentuan lebih lanjut mengenai keanggotaan MTKI
ditetapkan oleh ketua MTKI.

4
e. Pasal 18
1) Divisi Profesi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17
(1) huruf b bertugas :
a. Memberikan masukan dalam pelaksanaan Uji
Kompetisi yang meliputi mekanisme, materi,
penguji dan tempat
b. Merujuk perwakilan anggota organisasi profesi
untuk dicalonkan dalam penyelenggaraan Uji
Kompetensi.
2) Divisi Standarisasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 17 ayat (1) huruf c mempunyai tugas :
a. Menyusun standar materi Uji Kompetensi
b. Mengembangkan standar materi Uji Kompetensi
c. Menyusun kriteria penguji
d. Menyusun standar materi pelatihan tim penguji
e. Menetapkan standar prosedur operasional Uji
Kompetensi.
3) Divisi Evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
17 ayat (1) huruf d mempunyai tugas :
a. Melaksanakan monitoring dan evaluasi
pelaksanaan Uji Kompetensi
b. Melaksanakan monitoring dan evaluasi
pendidikan, pelatihan, penelitian dan
pengembangan.

5
f. Pasal 19
MTKI dalam melaksanakan tugasnya dibantu :
a. Sekretariat, yang merupakan unit Badan
Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya
Manusia Kesehatan Kementerian Kesehatan dan
b. Tim Ad hoc yang dibentuk oleh MTKI.
c. Pasal 20
1) Sekretariat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19
huruf a dipimpin oleh seorang sekretaris
2) Sekretaris sebagaiman dimaksud pada ayat (1)
diusulkan oleh Kepala Badan dan bertugas sebagai
Pelaksana administrasi MTKI.
3) Sekretariat MTKI mempunyai tugas :
a. Melakukan sinkronisasi dan harmonisasi tugas
MTKI dengan kebijakan Pemerintah
b. Penatausahaan STR dan
c. Mengelola keuangan, kearsipan, personalia dan
kerumahtanggaan MTKI.
B. Majelis Pertimbangan Etik Profesi
Majelis Pertimbangan Etik Profesi adalah MajelisPembinaan dan
Pengawasan Etik Pelayanan Medis (MP2EPM), yaitu meliputi :
1. Kepmenkes RI No. 554/Menkes/ per/ XII/ 1982
Memberikan pertimbangan, pembinaan dan melaksanakan
pengawasan terhadap semua profesi tenaga kesehatan dan sarana
pelayanan medis.
2. Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 1988 bab V pasal 11. Pembinaan
dan pengawasan terhadap dokter, dokter gigi dan tenaga kesehatan

6
dalam menjalankan profesinya dilakukan oleh Menteri Kesehatan atau
pejabat yang fi tunjuk.
3. Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 640/ Menkes/ per/ X/ 1991
tentang pembentukan MP2EPM.
a. Dasar pembentukan Majelis Disiplin Tenaga Kesehatan
(MDTK) adalah sebagai berikut :
1) Pasal 4 ayat 1 UUD 1945
2) Undang-undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
3) Keputusan Presiden Tahun 1995 tentang Pembentukan
MDTK
b. Tugas dan Wewenang MP2EPM wilayah Pusat :
1) Memberikan pertimbangan tentang etik dan standar profesi
tenaga kesehatan kepada menteri.
2) Membina, mengembangkan dan mengawasi secara aktif
pelayanan kode etik kedokteran gigi, perawat, bidan, sarana
farmasi dan rumah sakit.
3) Menyelesaikan persoalan, menerima rujukan dan
mengadakan konsultasi dengan instansi terkait.
4) MP2EPM pusat atas Menteri yang berwenang mereka yang
ditunjuk mengurus persoalan etik tenaga kesehatan.
c. Tugas dan Wewenang MP2EPM wilayah Provinsi :
1) Menerima dan memberi pertimbangan, mengawasi
persoalan kode etik dan mengadakan konsultasi dengan
instansi terkait dengan persoalan kode etik.
2) Memberi nasihat, membina dan mengembangkan serta
mengawasi secara aktif etik profesi tenaga kesehatan dalam
wilayahnya bekerja sama dengan organisasi profesi, seperti
IDI, PDGI, PPNI, IBI, ISFI, PRS21.
3) Memberi pertimbangan dan saran kepada instansi terkait.

7
4) MP2EPM provinsi atas nama Kepala Kantor Wilayah
Departemen Kesehatan Provinsi berwenang memanggil
mereka yang bersangkutan dalam suatu etik profesi.
d. Tugas Majelis Disiplin Tenaga Kesehatan (MDTK)
Tugas MDTK adalah meneliti dan menentukan ada atau
tidaknya kesalahan atau kelalaian dalam menerapkan standar
profesi yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dalam
memberikan pelayana kesehatan.
C. Majelis Etika Profesi Bidan
Majelis Etika Profesi adalah merupakan badan perlindungan hukum
terhadap para bidan sehubungan dengan adanya tuntunan dari klien akibat
pelayanan yang diberikan dan tidak melakukan indikasi penyimpangan
hukum. Realisasi Majelis Etika Profesi Bidan adalah dalam bentuk Majelis
Ppertimbangan Etika Bidan (MPEB) dan Majelis Peradilan Profesi (MPA).
Latar belkang dibentuknya Majelis Etika Profesi Bidan atau MPEB adalah
adanya unsur-unsur pihak-pihak terkait, yaitu :
1. Pemeriksa pelayanan untuk pasien.
2. Sarana pelayanan kesehatan.
3. Tenaga pemberi pelayanan, yaitu bidan.
Tujuan dibentuknya Majelis Etika Bidan adalah untuk memberikan
perlindungan yang seimbang kepada bidan dan penerima pelayanan.
Lingkup Majelis Etika Kebidanan meliputi :
1. Melakukan peningkatan fungsi pengetahuan sesuai standar profesi
pelayanan bidan (Kepmenkes No. 900/ Menkes/ SK/ VII/ Tahun 2002.
2. Melakukan supervisi lapang, termasuk tenaga tehnis dan pelayanan
praktik, termasuk penyimpangan yang terjadi.
3. Membuat pertimbangan bila terjadi kasus-kasus dalam praktik
kebidanan.
4. Melakukan pembinaan dan pelatihan tentang hukum kesehatan,
khususnya yang berkaitan atau melandasi praktik bidan.
Pengorganisasian Majelis Etik Kebidanan adalah sebagai berikut :

8
1. Majelis Etika Kebidanan merupakan lembaga organisasi yang mandiri,
otonom dan non struktural.
2. Majelis Etika Kebidanan dibentuk ditingkat provinsi dan pusat.
3. Majelis Etika Kebidanan pusat berkedudukan di ibukota Negara dan
Majelis Etika Kebidanan provinsi berkedudukan di ibukota provinsi.
4. Majelis Etika Kebidanan pusat dan provinsi dibantu oleh sekretasis.
5. Jumlah anggota masing-masing terdiri dari lima (5) orang.
6. Masa bakti anggota majelis etika kebidanan selama tiga tahun dan
sesudahnya, jika berdasarkan evaluasi masih memenuhi ketentuan yang
berlaku, maka anggota tersebut dapat dipilih kembali.

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Majelis Etika Profesi merupakan badan perlindungan hukum terhadap
para bidan. Segala yang menyangkut tindakan atau pelayanan yang dilakukan
bidan telah diatur dalam undang-undang dan hukum kesehatan. (Dwienda &
Octa, 2014)
Bidan merupakan profesi yang mempunyai tanggung jawab yang besar
dimana keselamatan ibu dan bayinya tergantung pada kesiapan dan
profesionalisme kerja seorang bidan. Diharapkan dengan adanya kode etik
profesi, bidan mampu mengetahui batas-batas dari wewenang sebagai tenaga
kesehatan yang memberikan pelayanan kepada masyarakat.(Wahyunigsih &
Heni Puji, 2005
B. Saran
Setiap bidan harus menjunjung tinggi norma dan etik profesi yang
berlaku agar hal-hal yang menyimpang dari tugas dan wewenang bidan tidak
terjadi seta bidan berupaya memberikan pelayanan yang terbaik bagi
masyakarat.

10
DAFTAR PUSTAKA
Dwienda, Octa. Prinsip Etika dan Moralitas dalam Pelayanan Kebidanan/ oleh
Octa Dwienda dan Widya Juliarti.—Ed.1, Cet. 1—Yogyakarta:
Deepublish, Oktober 2014.
Farelya, Gita. Etikolegal dalam Pelayanan Kebidanan/ oleh Gita Farelya dan
Nurrobikha.—Ed.1, Cet. 1—Yogyakarta: Deepublish, Maret-2018.
Wahyunigsih,Heni Puji.2005.Etika Profesi Bidan.EGC:Jakarta
https://www.academia.edu/7419407/majelis_pertimbangan_etika_profesi?
auto=download
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 161/Menkes/Per/2010

11

Anda mungkin juga menyukai