Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN DENGUE HEMORHAGIC FEVER

Di susun oleh:

Tsaniya Nur Aini

1834117

YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA

AKPER RSPAD GATOT SOEBROTO

JAKARTA

2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dengue Hemmorhagic Fever (DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan


oleh virus dengue dengan tanda dan gejala demam, nyeri otot, nyeri sendi disertai
lekopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia (Rohim, 2004).

Sekitar 2,5 milyar (2/5 penduduk dunia) mempunyai resiko untuk terkena
infeksi virus Dengue. Lebih dari 100 negara tropis dan subtropis pernah mengalami
letusan demam berdarah. Kurang dari 500.000 kasus setiap tahun di rawat di RS dan
ribuan orang meninggal (Mekadiana, 2007).

Pada bulan januari 2009, penderita DHF di Jawa Tengah sebanyak 1706 orang.
Sedangkan kasus DHF yang terjadi di beberapa kota di Jawa Tengah sampai
pertengahan 2009 sebanyak 2767 orang 73 diantaranya meninggal (Lismiyati, 2009).

Sebagian pasien DHF yang tidak tertangani dapat mengalami Dengue Syok
Sindrom yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini dikarenakan pasien mengalami
deficit volume cairan akibat meningkatnya permeabilitas kapiler pembuluh darah
sehingga darah menuju keluar pembuluh. Sebagai akibatnya hampir 35% paien DHF
yang terlambat ditangani di RS mengalami syok hipovolemik hingga meninggal.

Saat ini angka kejadian DHF di RS semakin meningkat, tidak hanya pada kasus
anak, tetapi pada remaja dan juga dewasa. Oleh karena itu diharapkan perawat memiliki
ketrampilan dan pengetahuan yang cukup dalam memberikan asuhan keperawatan pada
pasien dengan DHF. Ketrampilan yang sangat dibutuhkan adalah kemampuan untuk
mengidentifikasi tanda-tanda syok dan kecepatan dalam menangani pasien yang
mengalami Dengue Syok Sindrom (DSS).

B.Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini terdiri dari dua tujuan yaitu tujuan umum dan
tujuan khusus.

1.Tujuan umum

Untuk mendapatkan pengalaman nyata dalam memberikan asuhan keperawatan


pada klien Ny.H dengan DHF (Dengue Hemmorhagic Fever) dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan.
2.Tujuan Khusus

Sedangkan tujuan khusus diharapkan penulis mampu dalam:

a. Melakukan pengkajian dan asuhan keperawatan pada klien DHF (Dengue


Hemmorhagic Fever)
b. Menganalisa data dari asuhan keperawatan pada klien dengan DHF (Dengue
Hemmorhagic Fever) untuk menemukan diagnose
c. Membuat rencana keperawatan pada klien dengan DHF untuk dilakukan tindakan
keperawatan
d. Melakukan tindakan keperawatan pada klien dengan DHF (Dengue Hemmorhagic
Fever) sesuai rencana keperawatan yang telah disusun
e. Melakukan evaluasi keperawatan pada klien dengan DHF dengan menggunakan
SOAP
f. Mengidentifikasikan adanya kesenjangan antara metode teori dan kasus nyata serta
penyelesaian alternatif pada klien dengan DHF
g. Mengidentifikasi faktor penunjang dan penghambat

C.Ruang Lingkup

Makalah ini hanya membahas tentang asuhan keperawatan pada Ny.H dengan
DHF (Dengue Hemmorhagic Fever) di lantai 5 Paviliun Darmawan RSPAD Gatot
Soebroto selama 3 hari pada tanggal 19 februari-21 februari 2020 dengan menggunakan
proses keperawatan.

D.Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah adalah:

1.Metode Deskriptif

Tipe studi kasus dengan mengambil salah satu kasus klien dengan DHF teknik
yang digunakan dalam mengumpulkan data dengan cara wawancara,observasi,
pemeriksaan fisik. Sumber data yang digunakan dalam pembuatan makalah ini adalah
data primer di dapat langsung dari klien,data sekunder dari keluarga,tenaga kesehatan
,asuhan keperawatan yang terdapat di rekam medis.

2.Studi Kepustakaan

Mempelajari buku sumber dari internet yang berhubungan dengan DHF (Dengue
Hemmorhagic Fever)
E.Sistematika Penulisan

Bab satu: pendahuluan terdiri dari latar belakang,tujuan penulisan,ruang lingkup,metode


penulisan,dan sistematika penulisan

Bab dua: Konsep asuhan keperawatan pada DHF (Dengue Hemmorhagic Fever) yang
terdiri dari pernyataan,etiologi,patofisiologi,menifestasi klinis,komplikasi
pathway,pemeriksaan penunjang ,penatalaksanaan,pengkajian ,diagnosa
keperawatan,intervensi

Bab tiga: Tinjauan kasus terdiri dari pengkajian,diagnosa


keperawatan,perencanaan,pelaksanaan,dan evaluasi

Bab empat: pembahasan yang dimulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan


,perencanaan,pelaksanaan,dan evaluasi

Bab lima: Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran.


BAB II

TINJAUAN TEORI

A.Konsep Penyakit

1.Definisi

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh

virus dengue dengan manifestasi klinis demam.(Sudoyo, 2006)

             Demam dengue (dengue fever, selanjutnya di singkat DF) adalah penyakit yang

terutama terdapat pada anak remaja atau dewasa, dengan tanda-tanda klinis demam,

nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai leucopenia, dengan/tanpa ruam (rash)

danlimfadenopati, demam bifasik, sakit kepala, yang hebat, nyeri pada pergerakan bola

mata, rasa pengecap yang terganggu, trombositopenia ringan dan bintik-bintik

perdarahan (petekie) spontan.(Hendarwanto, 2000 :417)

Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit demam berat yang sering

mematikan, disebabkan oleh virus, ditandai oleh permeabilitas kapiler,

kelainan hemostasis dan pada kasus berat, sindrom syok, kehilangan protein. (Nelson,

2000 : 1134)

Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit demam akut, dengan ciri-ciri

demam manifestasi perdarahan, dan bertendensi mengakibatkan renjatan yang dapat

menyebabkan kematian.

(Mansjoer, 2000 : 419)

            Dengue hemoregic fever merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus

dengue yang termasuk golongan arbovirus melalui gigitan nyamuk aedes aegypti betina.

Penyakit ini di kenal dengan sebutan Demam Berdarah Dengue (DBD).


2. Etiologi

            Virus dengue serotype 1,2,3,dan4 yang ditularkan melalui vektor

nyamuk Aedes aegypty, nyamuk aedes albopictus, nyamuk polinesiensis, dan beberapa

spesies lain merupakan vektor lain yang kurang berperan. Infeksi dengan salah satu

serotip akan menimbulkan antibody seumur hidup terhadap serotype bersangkutan tetapi

tidak ada perlindungan terhadap serotype lain.  (Mansjoer, 2000 : 419)

Klasifikasi Demam Berdarah Dengue

Derajat beratnya penyakit DHF secara klinis dibagi sebagai berikut :

·   Derajat I (ringan)

a.   Demam didahului demam tinggi mendadak dengan terus menerus berlangsung 2-7 hari

kemudian turun dengan cepat.

b.   Manifestasi perdarahan ringan yaitu uji tourniquet (+) ditemukan pada hari pertama.

c.  Hepatomegali, ditemukan pada permulaan penyakit pembesaran hati tidak sejajar

dengan beratnya penyakit dan nyeri tekan sering ditemukan tanpa disertai  ikterik sebab

pembesaran hati dikaitkan dengan serotire virus dengue.

d.   Trombositopenia : Jumlah trombosit kurang dari 150.000/ul, biasanya hari ke-3 dan ke-

7, tanda dan gejala : anoreksia, mual, muntah, lemah sakit perut, diare, atau konstipasi

dan kejang.

·   Derajat II (sedang)

   Disertai perdarahan spontan diikuti dan perdarahan lain yaitu petekie, purpura, sianosis,

perdarahan sub konjungtiva, epistaksis, hematemesis melena, hemokonsentrasi ( Ht

lebih dari 20% yang merupakan indikator terjadinya renjatan ).

·
  Derajat III

 Ditemukan tanda-tanda dini renjatan yaitu ditemukan kegagalan sirkulasi dengan tanda

nadi cepat dan pulsasi lambat, TD menurun atau hipotensi disertai kulit yang dingin,

lembab dan penderita gelisah.

·  Derajat IV

   Renjatan dengan nadi tidak dapat diukur/diraba dan tekanan darah yang tidak dapat

diukur.(Hendarwanto, 2000 :423-424)

3. Patofisiologi dan Pathway

             Setelah virus dengue masuk kedalam tubuh, pasien akan mengalami keluhan dan

gejala karena viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot pegal seluruh

badan,hyperemia ditenggorokan, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin terjadi

pada system retikuloendutelial seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati

dan limfa. Ruam pada DF disebabkan oleh kongesti dibawah pembuluh darah kulit.

Fenomen patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit dan membedakan

DF dengan DHF ialah meningginya permeabilitas dinding kapiler karena penglepasan

zatanafilatosin, histamine dan serotonin serta aktifitas system kalikein yang berakibat

ekstravasasi cairan intravaskuler. Hal ini berakibat mengurangnya volume plasma,

terjadinyahipotensi, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi danrenjatan. Plasma

merembes selama perjalan penyakit mulai dari saat permulaan demam dan mencapai

puncaknya pada saat renjatan. Pada pasien dengan renjatan berat, volume plasma dapat

menurun sampai lebih dari 30 %.

Adanya kebocoran plasma kedaerah ekstravaskuler dibuktikan dengan

ditemukanya cairan dalam rongga serosa, yaitu rongga peritoneum, pleura dan pleikard

yang pada autopsy ternyata melebihi jumlah cairan yang telah diberikan sebelumnya
melalui infus. Renjatan hipovolemik yang terjadi sebagai akibat kehilangan plasma, bila

tidak segera diatasi berakibat anoksia jaringan, asidosis metabolik dan kematian.

Renjatan yang terjadi akut dan perbaikan klinis yang drastik setelah pemberian

plasma yang efektif sedangkan pada autopsy ditemukan kerusakan dinding pembuluh

darah yang ditrotif atau akibat radang, menimbulkan dugaan bahwa perubahan

fungsional dinding pembuluh darah mungkin disebabkan mediate farmakologis yang

bekerja singkat. Sebab lain kematian DHF adalah pendarahan hebat, yang biasanya

timbul setelah renjatan berlangsung lama dan tidak teratasi. Perdarahan pada DHF

umumnya dihubungkan dengantrombositopenia, gangguan fungsi trmbosit dan kelainan

system koagulasi.

Trombositopenia dihubungkan dengan peningkatannya megakaliosit muda dalam

sumsum tulang dan pendeknya masa hidup trombosit menimbulkan dugaan

meningkatnya dekstruksi trombosit. Penyidikan dengan radioisotope membuktikan

bahwa penghancuran trombosit terjadinya pada system retikuloendotelial.

Fungsi agregasi trombosit menurun mungkin disebabkan

proses imunologis terbukti dengan terdapatnya komplek imun dalam peredaran darah.

Kelainan system koagulasi disebabkan diantaranya oleh kerusakan hati yang fungsinya

memang terbukti terganggu oleh aktifasi sitem koagulasi. Masalah terjadi tidaknya DIC

pada DHF/DSS, terutama pada pasien dengan pendarahan obat, sejak lama telah menjadi

bahan perdebatan.

Telah dibuktikan bahwa DIC secara potensial dapat terjadi juga pada pasien DHF

tanpa renjatan. Dikatakan pada masa dini DHF, peran DIC tidak menonjol dibandingkan

dengan perembesan plasma, tetapi bila penyakit memburuk dengan terjadinya asidosis

dan renjatan, maka renjatan akan memperberat DIC sehingga perannya akan menonjol.
(Hendarwanto, 2000 : 420)
4. Manifestasi klinis

     1. Demam tinggi ± 7 hari (38°C-40°C)

     2. Adanya manifestasi perdarahan antara lain : perdarahan bawah kulit, petekie,

  ekimosis, hematoma, epistaksis, hematemesis, melena, hematuri

     3. Mual muntah tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi

     4. Nyeri otot, tulang sendi, abdomen dan ulu hati

     5. Sakit kepala

     6. Pembengkakan sekitar mata

     7. Pembesaran hati, limfa, dan kelenjar getah bening

     8. Tanda-tanda renjatan (sianosis kulit lembab dan dingin tekanan darah

         menurun, gelisah, nadi cepat dan lemah). (Mansjoer, 2000 :421)

5. Komplikasi

   1. Perdarahan luas

Faktor penyebab perdarahan yang meluas adalah terjadinya kelainan fungsi trombosit

sehingga akan merangsang atau mengaktivasi faktor pembekuan.

   2. Syok

Akibat dari permeabilitas vaskuler yang meningkat maka akan berdampak pada

kebocoran plasma. Volume plasma akan menurun sehingga terjadi hipovolemia dan

berakhir syok pada penderita.

   3. Efusi pleura

Infeksi virus dengue mengakibatkan peningkatan permeabilitas dinding kapiler. Hal ini

menyebabkan kebocoran plasma sehingga terjadi efusi pleura.

   4. Penurunan kesadaran

Penurunan kesadaran pada penderita terjadi pada derajat IV yang ditandai dengan

nadi yang tidak teraba dan tekanan darah yang sulit diukur.
5. Penatalaksanaan

     1. Tirah baring

     2. Diit makanan lunak

   Bila belum ada nafsu makan di anjurkan untuk minum banyak 1,5-2 liter dalam 24 jam

(susu, air dengan gula atau sirup) atau air tawar ditambah garam saja.

     3. Medikamentosa yang bersifat simtomatis

         Untuk hiperpilaksia dapat diberikan kompres es dikepala, ketiak dan

         inguinal. Antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminofen, eukinin atau

         dipiron. Hindari pemakaian asetosal karena bahaya pendarahan

     4. Antibiotik diberikan bila terdapat kekuatiran infeksi skunder

         Transfusi darah dilakukan pada :

1.   Pasien dengan pendarahan yang membahayakan (hematemesis dan melena

2.   Pasien DSS yang pada pemeriksaan berkala, menunjukan penurunan kadar Hb     

      dan Ht

                                                                                (Hendarwanto, 2000 :424-425)

B.Asuhan Keperawatan

1.Pengkajian

 1. Aktifitas / Istirahat

Gejala : Kelelahan umum, kelemahan, ketidakmampuan melakukan aktivitas

Tanda  : Perubahan TTV

a. Tekanan darah menurun

b. Nadi meningkat

c. RR menurun
d. Suhu meningkat

2. Sirkulasi

Gejala : Tekanan darah menurun, perdarahan.

Tanda : Petakie, hipotensi, nadi cepat / takhikardi, kaki teraba dingin.

3. Integritas ego

Gejala : Perubahan pola hidup

              Peningkatan faktor resiko

Tanda : Ansietas, muntah, anoreksia

4. Makanan / Cairan

Gejala : Mual, muntah, anoreksia

Tanda : Turgor kulit kurang atau jelek, penurunan BB, penurunan lemak / massa otot.

5. Neurosensori

Gejala : Sakit kepala, pusing dan terjadi penurunan kesadaran.

Tanda  : Gelisah, ketakutan, disorientasi bahkan dilirium / koma.

6. Nyeri / Kenyamanan

Gejala : Nyeri lokalisasi pada ulu hati, sakit kepala dan pusing.

7. Pernafasan

Gejala : Nafas pendek

Tanda  : Dispnea

8. Hyegiene

Gejala : Penurunan kemampuan / peningkatan kebutuhan bantuan melakukan ADL.

Tanda   :  Kebersihan buruk, bau badan tidak enak.

                                                                  ( Doengoes, 2000 : 871-873)


2. Diagnosa Keperawatan

1. Hipertermi berhubungan dengan terjadinya proses inflamasi

2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia

3. Kekurangan volume cairan dalam tubuh berhubungan dengan peningkatan permeabilitas

dinding kapiler

4. Resti perdarahan berhubungan dengan trombositopeni

5. Gangguan aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik

6. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan akibat proses dan pengobatan penyakit.

3. Intervensi

1. Hipertermi berhubungan dengan terjadinya proses inflamasi

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan suhu tubuh pasien dapat kembali

normal

KH : - suhu tubuh normal (36-37 °C)

- klien bebas dari demam

- Wajah klien tidak tampak kemerahan

Intervensi :

a. Observasi tanda-tanda vital selama 6jam

Rasional : Tanda vital merupakan acuhan untuk mengetahui keadaan umum pasien

b.Berikan kompres hangat

Rasional : Dengan vasodilatasi dapat meningkatkan penguapan yang mempercepat

penurunan suhu tubuh

c. Anjurkan pasien untuk banyak minum 2,5 liter / 24 jam

Rasional : Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat sehingga

perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak

d.Anjurkan untuk tidak memakai selimut dan jaket tebal


Rasional : Memakai baju /selimut tipis membantu mengurangi penguapan tubuh

e. Berikan terapi cairan intravena dan obat-obatan sesuai dengan program dokter

Rasional : Pemberian cairan dan obat penurun panas sangat penting bagi pasien dengan

suhu tinggi

2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan  masalah kebutuhan nutrisi dapat

terpenuhi

KH : - Klien menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang diberikan

- BB meningkat

- Nafsu makan meningkat

Intervensi :

a. Kaji keluhan mual, muntah yang dialami pasien

Rasional : untuk menetapkan cara mengatasinya

b.Beri makan dalam porsi kecil dan frekuensi sering

Rasional : untuk menghindari mual

c. Berikan makan dalam porsi masih hangat

Rasional : untuk meningkatkan nafsu makan

d. Catat jumlah porsi makan yang dihabiskan oleh pasien setiap hari

Rasional : untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan nutrisi

e. Timbang berat badan setiap hari

Rasional : untuk mengetahui perubahan berat badan

3. Kekurangan volume cairan dalam tubuh berhubungan dengan peningkatan permeabilitas

dinding kapiler

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan volume cairan dalam tubuh dapat
Terpenuhi

KH : - Cairan tubuh terpenuhi

- Mukosa bibir lembab

- Turgor kulit baik

Intervensi :

a. Monitor vital sign

Rasional : Mengetahui kondisi pasien

b.Observasi tanda – tanda syok

Rasional : Agar dapat segera dilakukan tindakan untuk menangani syok

c. Kaji keadaan umum pasien (lemah,pucat)

Rasional : Menetapkan data dasar pasien untuk mengetahui penyimpangan dari keadaan

normalnya

d.   Anjurkan pasien untuk minum yang banyak

Rasional : Asupan cairan sangat diperlukan untuk menambah volume cairan tubuh

e. Kolaborasi dalam pemberian cairan parenteral

Rasional : Pemberian cairan IV sangat penting bagi pasien yang mengalami kekurangan cairan

tubuh karena langsung ke dalam pembuluh darah.

4.  Resti perdarahan berhubungan dengan trombositopeni

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan  perdarahan tidak terjadi

KH : - Tidak terjadi tanda-tanda perdarahan lebih lanjut

- Jumlah trombosit meningkat

- Pasien tidak tampak lemas

Intervensi :

a. Monitor tanda penurunan trombosit yang disertai gejala klinis

Rasional : Penurunan trombosit merupakan tanda kebocoran pembuluh darah


b.Anjurkan pasien untuk banyak istirahat

Rasional : Aktivitas klien yang tidak terkontrol dapat menyebabkan perdarahan

c. Berikan penjelasan untuk segera melapor bila ada tanda perdarahan lebih lanjut

Rasional : Membantu pasien mendapatkan penanganan sedini mungkin

5.  Gangguan aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik

Tujuan : setalah dilakukan tindakan keperawatan kebutuhan aktivitas pasien terpenuhi

KH : - Kebutuhan aktivitas sehari-hari terpenuhi

- Mampu beraktivitas mandiri

- Pasien tidak lemas

Intervensi :

a. Kaji keluhan pasien

     Rasional : Untuk mengidentifikasikan masalah – masalah pasien

b. Kaji hal-hal yang mampu atau yang tidak mampu untuk dilakukan klien

    Rasional : Untuk mengetahui tingkat ketergantungan untuk mengetahui kebutuhanya

c. Bantu pasien memenuhi kebutuhan sehari-hari sesuai tingkat keterbatasan

Rasional : Bantuan sangat diperlukan untuk pasien saat kondisi lemah

d. Letakan barang-barang ditempat yang mudah terjangkau pasien

Rasional : Akan membantu pasien untuk memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa bantuan

orang lain

e. Libatkan keluarga untuk memenuhi kebutuhannya

Rasional : Dapat memotivasi pasien

6.  Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan akibat proses dan pengobatan penyakit.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien tidak lagi cemas

KH : - Pasien tidak selalu bertanya

- Pasien terlihat tenang


- Rasa cemas pasien dapat berkurang

Intervensi :            

a. Kaji rasa cemas yang dialami pasien

   Rasional : Tingkat kecemasan yang dialami pasien

b.Berikan kesempatan pasien mengungkapkan perasaanya

   Rasional : Meringankan beban pikiran pasien

c. Beri penjelasan mengenai keadaan yang dialami

   Rasional : Memotivasi pasien dalam menghadapi sakitnya

d.  Tunjukkan sifat empati

Rasional : Sikap empati akan membuat pasien merasa diperhatikan dengan baik

e. Jalin hubungan saling percaya dengan pasien

Rasional : Pasien bersifat terbuka dengan pasien

   (Doengoes,2000)
BAB III

TINJAUAN KASUS

Pada bab ini penulis akan membahas tentang asuhan keperawatan yang diberikan pada
klien Ny.H dilantai V Paviliun Darmawan dengan DHF( Dengue Hemmorhagic Fever)
selama 3x24 jam dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi
pengkajian,diagnose keperawatan yang meliputi,pengkajian,diagnosa keperawatan
,perencanaan ,pelaksanaan ,dan evaluasi.

A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan tanggal 19 Februari 2020 di lantai V Paviliun Darmawan RSPAD
Gatot Soebroto. Klien masuk pada tanggal 10 Februari 2020 dengan nomor register 241154
dan dengan diagnosa medis DHF (Dengue Hemmorhagic Fever).

1. Identitas Klien
Klien bernama Ny,H,jenis kelamin perempuan,usia 38 tahun,status perkawinan
menikah,agama Islam,suku bangsa Batak,Pendidikan D3,bahasa yang digunakan bahasa
Indonesia,pekerjaan PNS,alamat Jl.Kesadaran I Perum.Shafa Residence Blok c/2,sumber
biaya BPJS Dinas,Sumber informasi Klien,dan rekam medis.
2. Resume
Pada tanggal 10 Februari 2020 pukul 22.10 WIB klien datang ke IGD dengan keluhan
demam 2 hari sebelum masuk rumah sakit,pusing,mual,muntah,badan ngilu. Telah
dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital TD: 97/61 Mmhg P:21x/menit S:36,6 0
N:78x/menit dengan penatalaksanaann di pasang infus Ringer laktat di tangan kanan 30
tpm/6jam,diberikan injeksi omeprazole 40mg.Klien dipindahkan ke lantai V Paviliun
darmawan tanggal 11 februari 2020 pukul 01.00 WIB, klien diberikan therapy infus
Ringer laktat 500cc 30tpm/6jam,injeksi omeprazole 1x40mg/24jam,injeksi ceftriaxone
1x2gr/24jam,injeksi vit C 200mg 2x1gr,Vip albumin 3x1gr/24jam,laxadine syrup 1x1
1sdm 15ml,proepolix 3x2 mg/24jam.Pemeriksaan penunjang foto thoraks
kesan:kardiomegali,tidak tampak efusi pleura,tidak tampak kelainan radiologis pada
paru. Hasil lab klinik (19-02-2020) Hemoglobin 11,9,hematokrit 35,eritrosit
4,1,trombosit 79.000,monosit 11,masalah keperawatan yang didapat,resiko volume
cairan,resiko infeksi,gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari.tindakan keperawatan
yang dilakukan monitor intake outputdan balance cairan hasil: mukosa bibir
lembab,turgor kulit elastis,cairan terpenuhi ,monitor tanda-tanda vital hasil: tanda-tanda
vital dalam batas normal, bantu adl pasien hasil:pasien terbantu aktivitasnya ,di pasang
kateter urine tanggal 14-02-2020 hasil urine keluar dengan lancar,klien terbantu,klien
merasa nyaman.
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengatakan badan panas 2 hari sebelum masuk rumah sakit,pusing pada saat
beraktivitas,mual,muntah,badan ngilu.Faktor pencetus pada saat melakukan
aktivitas,upaya mengatasi bedrest,datang ke IGD RSPAD Gatot Soebroto.

b. Riwayat kesehatan masa lalu


Riwayat penyakit sebelumnya pasien tidak mempunyai riwayat penyakit ,klien
mempunyai riwayat riwayat alergi obat puskopan reaksinya pandangan mata menjadi
gelap,klien tidak ada riwayat pemakaian obat.
c. Penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang menjadi factor resiko tidak
ada
d. Riwayat psikososial dan spiritual
Orang yang terdekat dengan klien adalah suami Tn.G ,pola komunikasi aktif
pembuatan keputusan musyawarah,kegiatan masyarakat tidak ada,dampak penyakit
klien terhadap keluarga berdampak pada anak dan suaminya tidak ada yang mengurus
pekerjan di rumahnya,masalah yang mempengaruhi klien cemas terhadap
kesehatannya,klien ingin segera sembuh ingin pulang segera kumpul dengan keluarga.
Mekanisme koping terhadap stress bisanya klien curhat dengan orang terdekat.
Hal yang sedang dipikirkan saat ini ingin cepat sembuh dari penyakitnya,harapan
setelah menjalini perawatan bisa sembuh dan bisa berkumpul dengan
keluarga,perubahan yang dirasakan setelah jatuh sakit adalah tidak bisa beraktivitas
seperti biasanya. Nilai-nilai yang bertentangan dengan kesehatan tidak ada,aktivitas
agama/kepercayaan yang dilakukan sholat,berdoa dan mengaji,kondisi lingkungan
rumah bersih
e. Pola kebiasaan
1. Pola nutrisi
Frekuensi makan sebelum sakit 3x sehari nafsu makan baik,porsi makan yang
dihabiskan 1 porsi,makanan yang tidak disukai tidak ada,makanan yang membuat
alergi,makanan pantangan tidak ada,makanan diet tidak ada,penggunaan obat
sebelum makan tidak ada,penggunaan alat bantu tidak ada. Frekuensi makan di
rumah sakit 3xsehari,nafsu makan tidak baik karena mual,porsi makanan yang
dihabiskan 5 hari pertama di rumah sakit hanya bisa makan 2 sendok,sekarang ½
porsi ,makanan yang tidak disukai tidak ada,makanan pantangan tidak
ada,makanan diet lunak,penggunaan obat obatan sebelum makan tidak
ada,penggunaan alat bantu tidak ada.
2. Pola Eliminasi
a. BAK
Sebelum masuk rumah sakit 6-7x sehari warna kuning,tidak ada keluhan,tidak
memakai alat bantu,ketika dirumah sakit sering kurang lebih 3000 cc sehari
warna putih bening,tidak ada keluhan,penggunaan alat bantu kateter dipasang
tanggal 14 februari,di lepas tanggal 18 februari
b. BAB
Sebelum masuk rumah sakit 1-2x sehari waktu tidak tentu warna kuning
kecoklatan konsistensi padat,keluhan tidak ada,penggunaan laxative. Setelah di
rumah sakit 8 hari belum BAB baru bisa BAB tanggal 18 februari
malam,berwarna kuning kecoklatan,konsistensi padat keras,menggunakan obat
minum laxadine
3. Pola personal hygiene
a.mandi
sebelum masuk rumah sakit 2x sehari,pagi dan sore,di rumah sakit di ICU pagi
hari,Di pavilion darmawan 2x mandiri pagi dan sore
b.oral hygiene
frekuensi 2x sehari setiap pagi dan malam, setelah dirumah sakit, 2x sehari pagi
dan malam
c. Cuci rambut
Sebelum dirumah sakit frekuensi cuci rambut 3x seminggu, setelah dirumah
sakit tidak tentu
4. Pola tidur dan istirahat
Sebelum sakit tidak pernah tidur siang,tidur malam 6 jam sehari,kebiasaan
sebelum tidur tidak ada.setelah dirumah sakit tidak tentu 1 jam, lama tidur malam
5 jam sehari, kebiasaan sebelum tidur tidak ada
5. Pola aktivitas dan latihan sebelum sakit waktu bekerja siang atau sore,olahraga
tidak ,jenis olahraga tidak ada,frekuensi tidak ada,keluhan dalam beraktifitas tidak
ada. Setelah masuk rumah sakit waktu bekerja tidak bekerja,tidak olahraga,keluhan
beraktifitas tidak ada
6. Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan
Sebelum dan sesudah masuk rumah sakit tidak merokok dan tidak mengkonsumsi
minuman keras/NAPZA.

4. Pengkajian Fisik
a. Pemeriksaan fisik umum
Berat badan klien sebelum sakit 45 kg,sesudah sakit 43 kg,tinggi badan
157cm,keadaan umum sedang,tidak ada pembesaran getah bening
b. System penglihatan
Posisi mata simetris,kelopak mata normal,pergerakan bola mata normal,konjungtiva
merah muda,kornea normal,sclera ikterik,mpupil isokor,otot-otot mata tidak ada
kelainan,fungsi penglihatan baik,tanda-tanda radang tidak ada,tidak memakai
kacamata, tidak menggunakan lensa kontak,reaksi terhadap cahaya normal.
c. Sistem pendengaran
Daun telinga normal,karakteristik serumen kuning,kondisi telinga tengah
normal,cairan dari telinga tidak ada, perasaan penuh di telinga tidak ada,tinitus tidak
ada, fungsi pendengaran normal,gangguan keseimbangan tidak ada,tidak ada
pemakaian alat bantu dengar.
d. Sistem wicara
Sistem wicara normal
e. Sistem pernafasan
Jalan nafas bersih,pernafasan tidak sesak,tidak menggunakan alat bantu pernafasan,
frekuensi 20x permenit,irama teratur,jenis pernafasan spontan,kedalaman dalam,tidak
ada batuk,tidak ada sputum,konsistensi tidak ada,tidak terdapat darah,palpasi dada
tidak ada benjolan dada simetris,perkusi dada tidak ada terasa sakit,suara nafas
vesikuler,tidak ada nyeri saat bernafas,tidak menggunakan alat bantu nafas
f. Sistem Kardiovaskuler
1. Sirkulasi peripher
nadi 88x /menit,irama teratur denyut kuat,tekanan darah 100/60mmhg,tidak ada
distensi vena jugularis,temperature kulit dingin 360,,warna kulit kemerahan,pengisian
kapiler 3 detik,tidak ada edema.
2. Sirkulasi jantung

Kecepatan denyut apical 88x /menit irama teratur tidak ada kelainan bunyi
jantung,tidak ada sakit dada

g. System hematologi
Terlihat pucat,terdapat ptechie
h. System syaraf pusat
Tidak ada keluhan sakit kepala,tingkat kesadaran compos mentis,Glascow come scale
E:4 M:6 V:5 tanda-tanda TIK tidak ada,gangguan system persyarafan tidak ada,reflek
fisiologis normal,reflek patologis tidak ada.
i. Sistem pencernaan
Keadaan mulut tidak ada caries,tidak ada penggunaan gigi palsu,tidak ada
stomatisis,lidah kotor tidak ada, salifa normal,muntah tidak,tidak ada nyeri daerah
perut,bising usus 2x/menit,diare tidak,konstipasi 8 hari,hepar tidak teraba,abdomen
lembek
j. Sistem endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,nafas berbau keton tidak ada,luka gangrene
tidak ada
k. Sistem urogenital
Balance cairan intake 4755ml output 3745 ml/24 jam
Perubahan pola kemih tidak ada,BAK berwarna kuning jernih,distensi ketegangan
kandung kemih tidak ada,keluhan sakit pinggang tidak ada.
l. System integument
Turgor kulit elastis,temperatur kulit dingin,warna kulit kemerahan,keadaan kulit
baik,luka tidak ada,insisi tidak ada,kelainan kulit tidak ada,kondisi kulit daerah
pemasangan infus baik,tidak bengkak,keadaan rambut tekstur baik,bersih
m. Sistem Muskuloskeletal
Kesulitan dalam pergerakan tidak ada,sakit pada tulang sendi kulit,tidak ada,tidak ada
fraktur,tidak ada kelainan bentuk sendi,kelainan bentuk tulang sendi tidak
ada,kelainan struktur tulang belakang tidak ada,keadaan tonus otot baik,kekuatan otot
baik 5555
5. Data Pengkajian Spesifik
a.Skrining gizi skor 2
b.tidak ada nyeri
c.Resiko tinggi jatuh (cedera ringan)
6. Data Penunjang
 Foto Thoraks Kesan: Kardiomegali,tidak tampak efusi pleura,tidak tampak kelainan
radiologis paru
 Hasil Lab Klinik (19-02-2000) :Hemoglobin= 11,9(12,0-16,0g/dl),hematokrit= 3,5
(37-47%),eritrosit =4,1 (4,3-6,0juta/uL),Trombosit= 79.000 (150.000-400.000/uL)
Monosit =11 (2-8%)

7. Penatalaksanaan(Therapi/Pengobatan termasuk diet)


Therapi/Pengobatan
 Omeprazole injeksi 1x40mg/24 jam untuk mengatasi menyembuhkan kerusakan
asam di perut,menurunkan produksi asam berlebih pada lambung,mengatasi tukak
pada lambung,usus
 Ondancentron injeksi 3x4mg/24 jam untuk meredakan mual muntah karena
kemoterapi,radioterapi,mual,muntah pasca operasi
 Paracetamol infus 3x1gr/24 jam diindikasikan untuk perawatan demam sakit
kepala,flu,sakit gigi.
 Vit C 200mg injeksi 2x1 gr untuk membantu yubuh menyerap zat besi yang
diperlukan untuk produksi sel darah merah
 Hp Pro 7,5 mg 3x1 oral untuk mencegah kerusakan hepar akibat lipid
peroksida,mencegah kerusakan hepar akibat radikal bebas
 Infus Ringer laktat 30tpm/6jam untuk menggantikan cairan elektrolit yang hilang
 Vip Albumin 3x1gr/24 jam meningkatkan daya tahan tubuh kadar albumin dan
hemoglobin sebagai nutrisi
 Laxadine syrup 1x sehari 1sdm 15ml untuk merangsang gerak peristaltic pada usus
besar serta menghambat penyerapan air berlebih dari feses melicinkan jalan keluar
feses
 Propoelix (oral) 3x2mg/24 jam bermanfaat untuk penyakit penyakit yang
disebabkan oleh lemahnya system kekebalan tubuh seperti
diabetes,kanker,Alzheimer,TBC,DBD,hepatitis,mempercepat proses pemulihan
Diet:
Makan lunak,oral 3x makan utama,2 selingan
Energy= 1300 kalori
Protein=65gr
Lemak=28,8gr
Karbohidrat=195gr
8. Data Fokus
 Data Subyektif
Klien mengatakan badan lemas,klien mengatakan badan lemas,klien mengatakan
belum BAB selama 8 hari selama masuk rumah sakit,klien mengatakan masih
merasa mual,tetapi sudah tidak muntah,klien mengatakan sering minum 2,5 liter/hari
dan BAK 7-8x/hari,klien mengatakan pertama masuk RS gusi berdarah,sekujur
tubuh terdapat bintik merah,klien mengatakan sudah BAB selasa malam,konsistensi
keras,pengeluaran lama dan sulit sedikt
 Data Obyektif
Klien tampak lemas,kesadaran compos mentis,membrane mukosa lembab,turgor
kulit elastis,pengisian kapiler 3 detik,tanda tanda vital TD: 100/60mmhg
N:88x/menit,S:360 Rr:20x/menit ,GCS: E=4 v=5 m=6 ,inspeksi kulit klien tampak
merah,terdapat bintik bintik merah ditangan dan di kaki,palpasi perut klien teraba
keras,perkusi bunyi redup,askultasi terdengar bising usus 2x/menit.terpasang infus
Ringer laktat di tangan sebelah kanan tanggal 10 februari 2020 30tpm/6jam 1 hari 4
kolf = 500ccx4=2000cc,HB=11,9,elektrolit
natrium=137mmol/dl,kalium=4,2mmol/dl,klorida 106,trombosit 79.000,klien
mengalami penurunan berat badan dari 45 kg ke 43 kg. ,mata klien terlihat
cekung,klien minum dengan aqua besar sebanyak 2,5 liter sehari

No Data Masalah Etiologi

1 Data subyektif: Resiko ketidak Ketidakmampuan


1.klien mengatakan masih mual tetapi tidak seimbangan cairan mencerna makanan
muntah (mual muntah)
2.klien mengatakan lemas,klien mengatakan
sering minum sebanyak 2,5 liter/hari,klien
mengatakan BAK sering 7-8x/hari
3.klien mengatakan sering minum sebanyak 2,5
liter /hari
4.klien mengatakan BAK sering 7-8x/hari
Data Obyektif:
1.Klien tampak lemas
2.kesadaran Compos mentis
3. Tanda tanda Vital
TD: 100/60mmhg N:88x/menit,S:360
Rr:20x/menit
4.terpasang infus RL ditangan kanan dari tanggal
10 februari 2020 30tpm/6jam sehari 4
kolf=2000cc
5. elektrolit
natrium=137mmol/dl,kalium=4,2mmol/dl,klorid
a 106,trombosit 79.000
6.klien mengalami penurunan berat badan dari 45
kg ke 43 kg.
7.mata klien terlihat cekung,.
9.membran mukosa lembab
10.turgor kulit elastis
11.HB=35
12.Bising usus 2x/menit

2. Data subyektif: Resiko pendarahan trombositopenia


1.Klien mengatakan lemas
2.Klien mengatakan pertama masuk RS sekujur
tubuhnya terdapat bintik merah
3.klien mengatakan pertama masuk RS gusi
berdarah,menstruasi hari ke 2
Data obyektif:
1.klien tampak lemas
2.inspeksi kulit klien tampak merah terdapat
bintik merah ditangan dan kaki
3.HB= 11,9
Trombosit :79.000

4. Tanda tanda Vital


TD: 100/60mmhg N:88x/menit,S:360
Rr:20x/menit\
3 Data Subyektif: konstipasi Ketidakcukupan serat
1.Klien mengatakan belum BAB 8 hari
selama masuk rumah sakiut
2.klien mengatakan sudah BAB hari
selasa malam tgl 18 februari,feses
keras,pengeluaran sedikit,dan lama
Data Obyektif:
1.Palpasi:perut teraba keras
2.Auskultasi: bising ususn2x/menit

 Diagnosa Keperawatan
1. Resiko ketidakstabilan cairan b.d ketidakmampuan mencerna makanan (mual,muntah)
2. Resiko pendarahan b.d trombositopenia
3. Konstipasi b.d ketidakcukupan serat
 Perencanaan Keperawatan
Dx 1: Resikoketidakstabilan cairan b.d ketidak mampuan mencerna makanan
(mual,muntah)
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan kebutuhan
cairan terpenuhi sesuai kriteria hasil:
-Keseimbangan elektrolit,asam,basa,volume cairan adekuat
Intervensi:
-Monitor tanda tanda vital
-anjurkan klien untuk banyak minum air putih
-anjurkan pasien untuk minum dengan ukuran rumah tangga(botol aqua besar/sedang)
-kaji intake dan output
-anjurkan pasien untuk menghabiskan makanannya
-berikan cairan iv sesuai program
-Ajarkan cuci tangan 6 langkah
-kaji keadaan umum klien,turgor kulit
Dx 2:Resiko pendarahan b.d trombositopenia
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan tidak terjadi
trombositopenia dengan kriteria hasil:
-trombosit dalam batas normal,penurunan resiko pendarahan,mempertahankan homeostasis
dengan tanpa pendarahan.
Intervensi:
-monitor tanda-tanda vital
-monitor nilai trombosit
-anjurkan pasien untuk mengkonsumsi buah untuk menaikan trombosit;jambu
biji,mangga,jeruk,delima
-observasi adanya bintik merah,ruam,pendarahan gusi,melena
-kolaborasi pemberian obat sesuai program

Dx 3: Konstipasi b.d ketidakcukupan asupan serat


Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan konstipasi teratasi
dengan kriteria hasil:
-BAB lancer
-perut klien tidak keras lagi
-bising usus normal
Intervensi
-Monitor tanda-tanda vital
-anjurkan klien untuk makan sayur dan buah
-anjurkan pasien untuk minum air putih
-anjurkan pasien untuk meminum obatnya
-ajarkan klien untuk cuci tangan 6 langkah sebelum dan sesudah dari kamar mandi

Anda mungkin juga menyukai