Anda di halaman 1dari 27

ASKEP PEMASANGAWSD

(WATER SEAL
DRAINAGE)

Kelompok 4

1.ERIKA NINDIANI PUTRI 18.34072


2. FIKRI ANDRYAN 18.34076
3. NADYA SHABRINA 18.34100
4. RAESITA MILDA PANDANSARI 18.34105
5. SYABILA PURI VANNESA 18.34113
DEFINISI
DEFINISI

WSD(Water Seal Drainage)


adalah suatu tindakan
pemasangan kateter pada
rongga thoraks, rongga
pleura ,mediastinum dengan
tujuan untuk mengeluarkan
udara atau cairan dari
rongga tersebut.
FUNGSI
Tujuan utama
PEMASANGAN WSD

1. Diagnostik

1. Mengeluarkan cairan atau


darah, udara dari rongga
pleura dan rongga thorak
2. Terapi 2. Mengembalikan tekanan
negative pada rongga
pleura

3. Preventiv
Indikasi Pemasangan WSD

1. Pneumothoraks : Luka tusuk tembus, Klem dada yang terlalu


lama
, Kerusakan selang dada pada sistem drainase

2. Hemothoraks : - Robekan pleura


- Kelebihan antikoagulan
- Pasca bedah thoraks

3. Efusi pleura : Post operasi jantung

Kontraindikasi Pemasangan WSD

a. Infeksi pada tempat pemasangan


b. Gangguan pembekuan darah yang tidak
terkontrol
KOMPLIKASI

a. Komplikasi primer : perdarahan, edema paru,


tension pneumothoraks, atrial aritmia
b. Komplikasi sekunder : infeksi, emfiema
c. Komplikasi lainnya : laserasi ( yang mencederai
organ: hepar, lien), perdarahan, empisema
subkutis, tube terlepas, tube tersumbat
MACAM-MACAM WSD
1. Sistem satu Botol
- botol berfungsi sebagai water
seal dan penampung
-Dreinage berdasarkan adanya
gravitasi
-Umumnya digunakan pada
pneumothoraks
-Chest tube dihubungkan dengan
selang kaku melalui lubang
sumbat kedalam botol yang diisi
cairan, ujung distal tertanam
Sistem 2 botol

· Digunakan 2 botol ; 1 botol


mengumpulkan cairan drainage dan
botol ke-2 botol water seal.
· Botol 1 dihubungkan dengan selang
drainage yang awalnya kosong dan
hampa udara, selang pendek pada
botol 1 dihubungkan dengan selang di
botol 2 yang berisi water seal. Dapat
dihubungkan dengan suction control
· Cairan drainase dari rongga pleura
masuk ke botol 1 dan udara dari
rongga pleura masuk ke water seal
botol 2
Sistem 3 botol

Sama dengan sistem 2 botol, ditambah 1


botol untuk mengontrol jumlah hisapan
yang digunakan. Selain itu terpasang
manometer untuk mengontrol tekanan
· Yang terpenting adalah kedalaman selang
di bawah air pada botol ke-3. Jumlah
hisapan tergantung pada kedalaman ujung
selang yang tertanam dalam air botol WSD
Botol ke-3 mempunyai 3 selang :
Tube pendek diatas batas air dihubungkan
dengan tube pada botol ke dua
Tube pendek lain dihubungkan dengan
suction
Tube di tengah yang panjang sampai di
batas permukaan air dan terbuka ke
atmosfer
PROSEDUR PEMASANGAN WSD
Tempat pemasangan WSD

a. Bagian apex paru (apical)


-Anterolateral interkosta ke 1-2
Fungsi : untuk mengeluarkan udara
dari rongga pleura
b. Bagian basal
- Postero lateral interkosta ke 8-9
Fungsi : untuk mengeluarkan
cairan (darah, pus) dari rongga pleurab.
PENGKAJIAN
Siapkan Pasien

• Memeriksa kembali
instruksi dokter
• Mengecek inform
consent • Memberi penjelasan kepada
pasien mencakup :
• Mengkaji status • Tujuan tindakan
pasien; TTV, status • Posisi tubuh saat tindakan
pernafasan dan selama terpasang WSD.
Posisi klien dapat duduk atau
• Persiapan pasien berbaring.
Persiapan Alat

Sistem drainage tertutup


Motor suction
Slang penghubung steril
Botol berwarna putih/bening dengan kapasitas 2 liter, gas,
pisau jaringan/silet, trokart, cairan antiseptic, benang catgut
dan jarumnya, duk bolong, sarung tangan , spuit 10cc dan
50cc, kassa, NACl 0,9%, konektor, set balutan, obat anestesi
(lidokain, xylokain), masker.
PELAKSANAAN
Tentukan tempat pemasangan, biasanya pada sela iga ke IV
dan V, di linea aksilaris anterior dan media
Lakukan analgesia / anestesia pada tempat yang telah
ditentukan
Buat insisi kulit dan sub kutis searah dengan pinggir iga,
perdalam sampai muskulus  interkostalis
Pada saat inspirasi:
• Tekanan dalam paru-paru > kecil dibanding tekanan yang ada
di dalam WSD
• Paru- paru mengembang
5. Pada saat ekspirasi:
Tekanan dalam paru- paru > besar dibanding  tekanan yang ada
di dalam WSD
Masukkan Kelly klem melalui pleura parietalis kemudian disebarkan.
Masukkan jari melalui lubang tersebut. untuk memastikan sudah
sampai rongga pleura / menyentuh paru
Masukkan selang (chest tube) melalui lubang yang telah dibuat
dengan menggunakan Kelly forceps
Chest tube yang telah terpasang, difiksasi dengan jahitan di dinding
dada
Chest tube disambung ke WSD yang telah disiapkan
Foto X-ray dada untuk menilai posisi selang yang telah dimasukkan
PERAWATAN

Mencegah infeeksi dibagian masuknya selang .Mendeteksi di bagian dimana masuknya slang, dan
pengganti perban 2 hari sekali, dan perlu diperhatikan agar kain kassa yang menutup bagian masuknya
slang dan tube tidak boleh dikotori waktu menyeka tubuh pasien.
Mengurangi rasa sakit dibagian masuknya slang. Untuk rasa sakit yang hebat akan diberi analgetik oleh
dokter.

Dalam perawatan yang harus diperhatikan :


• Penetapan slang.
Slang diatur se-nyaman mungkin, sehingga slang yang dimasukkan tidak terganggu dengan
bergeraknya pasien, sehingga rasa sakit di bagian masuknya slang dapat dikurangi.
• Pergantian posisi badan.
Usahakan agar pasien dapat merasa enak dengan memasang bantal kecil dibelakang, atau memberi
tahanan pada slang, melakukan pernapasan perut, merubah posisi tubuh sambil mengangkat badan,
atau menaruh bantal di bawah lengan atas yang cedera.
• Mendorong berkembangnya paru-paru.
• Dengan WSD/Bullow drainage diharapkan paru mengembang.
• Latihan napas dalam.
• Latihan batuk yang efisien : batuk dengan posisi duduk, jangan batuk waktu slang diklem.
• Kontrol dengan pemeriksaan fisik dan radiologi.
• Perhatikan keadaan dan banyaknya cairan suction.
Perdarahan dalam 24 jam setelah operasi umumnya 500 - 800 cc.
Jika perdarahan dalam 1 jam melebihi 3 cc/kg/jam, harus
dilakukan torakotomi. Jika banyaknya hisapan
bertambah/berkurang, perhatikan juga secara bersamaan
keadaan pernapasan.
Suction harus berjalan efektif :
•  Perhatikan setiap 15 - 20 menit selama 1 - 2 jam setelah operasi
dan setiap 1 - 2 jam selama 24 jam setelah operasi.
•  Perhatikan banyaknya cairan, keadaan cairan, keluhan pasien,
warna muka, keadaan pernapasan, denyut nadi, tekanan darah.
•  Perlu sering dicek, apakah tekanan negative tetap sesuai
petunjuk jika suction kurang baik, coba merubah posisi pasien dari
terlentang, ke 1/2 terlentang atau 1/2 duduk ke posisi miring
bagian operasi di bawah atau di cari penyababnya misal : slang
tersumbat oleh gangguan darah, slang bengkok atau alat rusak,
atau lubang slang tertutup oleh karena perlekatanan di dinding
paru-paru.
• Perawatan “slang” dan botol WSD/ Bullow drainage.
•• Cairan
Cairan dalam
dalam botol
botol WSD
WSD diganti
diganti setiap
setiap hari
hari ,, diukur
diukur berapa
berapa
cairan
cairan yang
yang keluar
keluar kalau
kalau ada
ada dicatat.
dicatat.
•• Setiap
Setiap hendak
hendak mengganti
mengganti botol
botol dicatat
dicatat pertambahan
pertambahan cairancairan
dan
dan adanya
adanya gelembung
gelembung udara
udara yang
yang keluar
keluar dari
dari bullow
bullow
drainage.
drainage.
•• Penggantian
Penggantian botol
botol harus
harus “tertutup” untuk mencegah udara
masuk
masuk yaitu
yaitu meng”klem”
meng”klem” slang
slang pada dua tempat dengan dengan
kocher.
kocher.
•• Setiap
Setiap penggantian
penggantian botol/slang harus memperhatikan
sterilitas
sterilitas botol
botol dan
dan slang
slang harus
harus tetap
tetap steril.
steril.
•• Penggantian
Penggantian harus
harus juga memperhatikan keselamatan
keselamatan kerjakerja
diri-sendiri,
diri-sendiri, dengan
dengan memakai
memakai sarung
sarung tangan.
INDIKASI PELEPASAN WSD

Produksi cairan <50 cc/hari


Bubling sudah tidak ditemukan
Pernafasan pasien normal
1-3 hari post cardiac surgery
2-6  hari post thoracic surgery
Pada thorax foto menunjukkan
pengembangan paru yang
adekuat atau tidak adanya cairan
atau udara pada rongga intra
pleura
ASUHAN KEPERAWATAN
WSD
Anamnesa
1.Identitas Pasien
Terdiri dari nama, umur, suku bangsa, agama, pendidikan, dan pekerjaan.
2.Keluhan Utama
. Keluhan utama merupakan keluhan yang paling utama dirasakan pasien
.Biasanya pada pasien dengan efusi pleura didapatkan keluhan berupa : sesak nafas, rasa berat
pada dada, nyeri pleuritik akibat iritasi pleura yang bersifat tajam dan terlokasilir terutama pada
saat batuk dan bernafas serta batuk non produktif, sedangkan pada pneumothorak
3.Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat yang menceritakan perjalanan penyakit pasien hingga pasien dibawa ke rumah
sakit.
4.Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit yang dulu pernah diderita klien yang berhubungan dengan penyakit yang
diderita pasien sekarang.
5.Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit yang mungkin diderita oleh anggota keluarga pasien yang disinyalir
sebagai penyebab penyakit pasien sekarang. Contohnya: Ca paru, TBC, dll.
PEMERIKSAAN FISIK
1.Tanda-tanda vital meliputi: tekanan darah, suhu, nadi, dan
RR.
2.Tingkat kesadaran pasien perlu dikaji, apakah
composmentis, apatis, somnolen, soporatau koma.
Bagaimana penampilan pasien secara umum, ekspresi
wajah pasienselama dilakukan anamnesa, bagaimana mood
pasien untuk mengetahui tingkatkecemasan dan ketegangan
pasien.
3.ROS (Review of System)
B1 (Breath)
1.Kaji ada tidaknya kesulitan bernafas seperti adanya keluhan sesak
2.Batuk (produktif atau tidak produktif, secret, warna, konsistensi, bau)
3.Irama nafas pasien (teratur/tidak teratur), takipnea
4.Adanya peningkatan kerja nafas, penggunaan otot bantu dada, retraksi
intercostal
5.Fremitus fokal
6.Perkusi dada : hipersonor
7.Pada inspeksi dan palpasi dada tidak simetris
8.Pada kulit terdapat sianosis, pucat, krepitasi subkutan
9.Selain itu kaji riwayat penyakit paru kronik, peradangan, infeksi paru, tumor,
biopsi paru.
 

B2 (Blood)
1.Taki kardi, irama jantung tidak teratur ( disaritmia )
2.Suara jantung III, IV, galop / gagal jantung sekunder
3.Hipertensi / hipotensi
4.CRT untuk mengetahui tingkat perfusi perifer,
normalnya < 3 detik
5.Akral : hangat, panas, dingin, kering atau basah
 
B3 (Brain)
1.Tentukan GCS pasien
2.Tentukan adanya keluhan pusing,
3.Lamanya istirahat/tidur, normal kebutuhan istirahat tiap hari
adalah sekitar 6-7 jam.
4.ada tidaknya gangguan pada nerves pendengaran, penglihatan,
penciuman.
5.Kaji adanya nyeri, tentukan skala nyeri pasien, lokasi nyeri
misallnya nyeri dadasebelah kanan, frekuensi nyeri (serangan
datang secara tiba-tiba), nyeri bertambahsaat bernapas, nyeri
menyebar ke dada, badan dan perut dan hal-hal lain
yang berhubungan dengan nyeri yang dirasakan pasien

B4 (Bladder)
Kaji beberapa hal yang berhubungan dengan system perkemihan, meliputi:
1.Keluhan kencing : nocturia, poliuria, disuria, oliguria, anuria, retensi,
inkontinensia
2.Produksi urine tiap hari, warna, dan bau. Produksi urine normal adalah
sekitar500cc/hari dan berwarna kuning bening
3.Keadaan kandung kemih : membesar atau tidak, adanya nyeri tekan
4.intake cairan tiap hari, pemberiannya melalui oral atau parenteral. Intake
cairan yangnormal setiap hari adalah sekitar 1 liter air
.5.Kaji ada tidaknya penggunaan alat bantu kateter
B5 (Bowel)
1. Kaji keadaan mulut pasien: bersih, kotor atau berbau
2.Keadaan mukosa: lembab, kerig, stomatitis
3.Tenggorokan : adanya nyeri menelan, pembesaran tonsil, nyeri
tekan
4.Keadaan abdomen: tegang, kembung atau ascites
5.i. Adanya nyeri tekan, ada tidaknya luka bekasoperasi
6.Peristaltic usus tiap menitnya
7.Frekuensi BAB tiap hari da konsistensinya (keras, lunak, cair atau
berdarah)
8. Nafsu makan, adanya diet makanan dan porsi makan tiap hari
 

B6 (Bone)
1.Tentukan pergerakan sendi pasien (bebas,
terbatas)
2.Kaji adanya kelainan ekstermitas, kelainan
tualang belakang dan fraktur
3.Keadaan kulit: ikteri, siaonis, kemerahan atau
hiperglikemi
4.Keadaan turgor kulit
Pemeriksaan Penunjang  
Diagnosa Keperawatan

1.Pemeriksaan
laboratorium
2.Darah lengkap 1. Ketidakefektifan pola
dan kimia darah pernapasan yang berhubungan
3.Bakteriologis dengan immobilitas, tekanan
4.Analisis cairan dan nyeri. 
pleura 2. Nyeri dada b.d factor-faktor
5.Pemeriksaan biologis (trauma jaringan) dan
radiologis factor-faktor fisik (pemasangan
6.Biopsi selang dada)
   
INTERVENSI

1.Ketidakefektifan pola pernapasan yang


berhubungan dengan immobilitas tekanan
dannyeri.

Kemungkinan dibuktikan oleh : dispneu, takipneu, perubahan


kedalaman pernapasan, penggunaan otot aksesori, gangguan
pengembangan dada, sianosis.
Tujuan : pola nafas efektif
Kriteria hasil :
a. Menunjukkan pola napas normal/efektif 
b. Bebas sianosis dan tanda gejala hipoksia
Intervensi Rasional
Pertahankan posisi nyaman, biasanyaMeningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan
peninggian kepala tempat tidur (head up) ekspansi paru dan ventilasi pada sisi yang tak sakit.
Bila selang dada dipasang :  
a. Periksa pengontrol penghisap, batasMempertahankan tekanan negative intrapleural
cairan sesuai yang diberikan, yang meningkatkan ekspansi
  paru optimum dan/ atau drainase cairan
  Gelembung udara selama ekspirasi menunjukkan
b. Observasi gelembung udara botollubang angin dari pneumothorak. Naik turunnya
penampung gelembung  udara menunjukkan ekspansi paru
  Mengisolasi lokasi kebocoran udara pusat system
  Fluktuasi (pasang surut) menunjukkan perbedaan
c.   Klem selang pada bagian bawah unittekanan inspirasi dan eksprirasi
drainase bila terjadi kebocoran Berguna dalam menevaluasi perbaikan
d.   Awasi pasang surutnya air penampungkondisi/terjadinya komplikasi atau perdarahan yang
dan water seal memerlukan upaya intervensi
 
e.   Catat karakter/jumlah drainase selang
dada.
Berikan oksigen melalui kanul/masker, latihAlat dalam menurunkan kerja napas; meningkatkan
napas dalam dan batuk efektif penghilangan distress respirasi dan sianosis b.d 
hipoksemia.
Perawatan :  
Observasi pola napas dan komplikasi Agar pasien tercukupi oksigennya dan pola
napasnya efektif, serta untuk mencegah terjadinya
komplikasi  yang bias memperparah kondisi klien
   
Nyeri dada b.d faktor-faktor biologis (trauma jaringan)
dan factor-faktor fisik (pemasangan selang dada)

Kemungkinan dibuktikan dengan : RR dan nadi meningkat, raut


wajah pasien seperti menahan rasa sakit, pasien merasa tidak
nyaman
Tujuan : kenyamanan pasien terpenuhi
Kriteria hasil:  - nyeri berkurang bahkan hilang
-  RR dan nadi kembali normal yaitu 16-20x/menit dan 60-
100x/menit
Intervensi Rasional

- Berikan tehnik relaksasi distraksiMengalihkan perhatian apsien terhadap rasa


nyerinya sehingga nyeri pasien berkurang

-  Jika nyeri tidakMengurangi tingakt nyeri yang dirasakan pasien


berkurang,kolaborasikan dengan
dokter untuk pemberian obat
analgesik

Observasi skala nyeri setelahSebagai evaluasi terhadap interensi yang telah


intervensi yang telah dilakukan dilakukan dan untuk merencanakan intervensi
selanjutnya

Anda mungkin juga menyukai