Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP ANTENATAL CARE DENGAN KOMPLIKASI PREEKLAMSIA

Di susun oleh:

Tsaniya Nur Aini

1834117

YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA

AKPER RSPAD GATOT SOEBROTO

JAKARTA

2020
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep kehamilan
1. Pengertian kehamilan
Kehamilan adalah dimulai dari konsepsi (bertemunya sel telur dan sel sperma)
yang diikuti dengan nidasi dan implantasi beserta perubahan tubuh wanita, khususnya
genetalia eksterna, genetalia interna sampai payudara, karena adanya peranan hormone
estrogen, progesterone dan somatotropin dan akan berakhir dengan proses persalinan
(Sukarni, ZH, 2013:61).
   Periode antepartum adalah periode kehamilan yang dihitung sejak hari
pertama haid terakhir (HPHT) hingga dimulainya persalinan sejati. Yang menandai
awal periode antepartum. (Varney, 2006)
       Kehamilan adalah suatu keadaan dimana dalam rahim seorang wanita terdapat
hasil konsepsi (pertemuan ovum dan spermatozoa) (Rustam Mochtar, 1998).
Jadi ,Kehamilan adalah suatu keadaan dimana dalam rahim seorang wanita terdapat
hasil konsepsi pertemuan ovum dan spermatozoa yang dihitung dari sejak hari pertama
haid terakhir (HPHT) hingga waktu persalinan.

2. Perubahan dan Adaptasi fisiologis pada masa kehamilan


Perubahan Anatomi dan Adaptasi Fisiologi Pada Ibu Hamil yang meliputi
Sistem Reproduksi, Payudara, Sistem Endokrin, Sistem kekebalan dan Sistem Perkemihan.
Perubahan anatomi dan adaptasi fisiologi pada ibu hamil sebagian besar sudah
terjadi segera setelah fertilisasi dan terus berlanjut selama kehamilan. Kebanyakan
perubahan ini merupakan respon terhadap janin. Ibu hamil mengalami perubahan anatomi
dan adaptasi fisiologi, pada tubuhnya sesuai dengan usia kehamilannya. Mulai dari
trimester I, sampai dengan trimester III kehamilan. Perubahan-perubahan anatomi tersebut
meliputi perubahan sistem reproduksi, payudara, system endokrin, system kekebalan,
dan system perkemihan. Perubahan yang terjadi selama kehamilan tersebut akan kembali
seperti ke keadaan sebelum hamil,setelah proses persalinan dan menyusui selesai.
A. Sistem Reproduksi
1.Trimester I
A.Uterus
Pembesaran uterus meliputi peregangan dan penebalan sel-sel otot sementara
produksi meosit yang baru sangat terbatas. Bersamaan dengan hal itu terjadi akumulasi
jaringan ikat dan elastik, terutama pada lapisan otot luar. Kerja sama tersebut akan
meningkatkan kekuatan dinding uterus. Daerah korpus pada bulan-bulan pertama akan
menebal, tetapi seiring dengan bertambahanya usia kehamilan akan menipis pada akhir
kehamilan ketebalanya hanya sekitar 1,5 cm bahkan kurang.
Pada awal kehamilan penebalan uterus distimulasi terutama oleh hormon esterogen
dan sedikit oleh progesteron.akan tetapi, setelah kehamilan 12 minggu lebih penambahan
ukuran uterus didominasi oleh desakan dari hasil konsepsi. Pada awal kehamilan tuba fallopi,
ovarium,dan ligamentum rotundum berada sedikit dibawah apeks fundus, sementara pada
akhir kehamilan akan berada sedikit di atas pertengahan uterus. Posisi plasenta juga
mempengaruhi penebalan sel-sel otot uterus, dimana bagian uterus yang mengelilingi
implantasi plasenta akan bertambah besar lebih cepat dibandingkan bagian lainnya. Sehingga
akan menyebabkan uterus tidak rata. Fenomena ini dikenal dengan tanda piscaseck.
Pada minggu-minggu pertama kehamilan uterus masih seperti bentuk aslinya seperti buah
alpukat. Seiring dengan perkembangan kehamilannya,daerah fundus dan korpus akan
membulat dan akan menjadi bentuk sferis pada usia kehamilan 12 minggu.
Istimus uteri pada minggu pertama mengadakan hipertrofi seperti korpus uteri yang
mengakibatkan ithmus menjadi lebih panjang dan lunak yang dikenal dengan tanda Hegar.
Pada akhir kehamilan 12 minggu uterus akan menyentuh dinding abdominal mendorong usus
seiring perkembangannya, uterus akan menyentuh dinding abdominal mendorong usus
kesamping, dan keatas, terus tumbuh hingga hampir menyentuh hati. Sejak trimester I
kehamillan uterus akan mengalami kontraksi yang tidak teratur dan umumnya tidak disertai
nyeri.
b. Serviks
Serviks menjadi lunak (soft) yang disebut dengan tanda Goodell, banyak jaringan ikat
yang mengandung kolagen, kelenjar servikal membesar dan mengeluarkan banyak cairan
mukus karna pertambahan dan pelebaran pembuluh darah, warnanya menjadi livid yang
disebut tanda Chadwick.
c. Ovarium
Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan pematangan folikel baru juga
ditunda.hanya satu korpus luteum yang dapat ditemukan di ovarium. Folikel ini akan
berfungsi maksimal selama 6-7 minggu awal kehamilan. Dan setelah itu akan berperan
sebagai penghasil progeteron dlam jumlah yang relatif minimal.
d. Vagina dan Vulva
Minggu ke-8 terjadi hipervaskularisasi sehingga vagina tampak merah dan kebiruan
(tanda chatwick). pH vagina menjadi lebih asam. Dari 4 menjadi 6.5 menyebabkan rentan
terhadap infeksi vagina. Mengalami deskuamasi/pelepasan elemen epitel pada sel-sel vagina
akibat stimulasi estrogen membentuk rabas vagina disebut leukore (keputihan). Hormon
kehamilan mempersiapkan vagina supaya distensi selama persalinan dengan produksi
mukosa vagina yang tebal, jarinagn ikat longar, hipertropi otot polos dan pemanjangan
vagina.
2. Trimester II
a. Uterus
Bentuk uterus pada kehamilan empat bulan berbentuk bulat sedangkan pada akhir
kehamilan berbentuk bujur telur. Pada kehamilan lima bulan,rahim teraba seperti berisi cairan
ketuban dan dinding rahim terasa tipis. Posisi rahim antara lain:
1. Pada empat bulan kehamilan, rahim tetap berada pada rongga pelvis.
2. Setelah itu, mulai memasuki rongga perut yang dalam pembesarannya dapat mencapai
batas hati.
3. Rahim yang hamil biasanya mobilitasnya, lebih mengisi rongga abdomen kanan atau kiri
Pada kehamilan 16 minggu,kavum uteri seluruh nya di isi oleh amion dimana desidua
kapsularis dan desidua vera (parietalis) telah menjadi satu. Tinggi TFU terletak antara
pertengahan simpisis pusat. Plansenta telah terbentuk seluruh nya. Pada kehamilan 20
minggu, TFU terletak 2-3 jari di bawa pusat. Pada kehamilan 24 minggu, TFU terletak
setinggi pusat.
b. Serviks
Serviks bertambah dan menjadi lunak (soft) yang di sebut dengan tanda Gooldell.
Kelenjar endoserfikal membesar dan mengeluarkan cairan mukus. Oleh karna pertumbuhan
dan pelebaran pembulu darah, warna nya menjadi lipid yang di sebut tanda Chandwick.
c. Ovarium
Saat ovulasi terhenti masih terdapat korpus luteum graviditas sampai terbentuk nya
plasenta yang mengambil alih pengeluaran esterogen dan progesteron ( kira-kira pada
kehamilan 16 minggu dan korpus luteum graviditas berdiameter kurang lebih 3 cm)
d. Vagina dan vulva
Terjadi peningkatan vaskularisasi vagina dan peningkatan sensitifitas yang
menyolok,serta meningkatkan libido.
3. Trimester III
a. Uterus
Berat uterus naik secara luar biasa dari 30 gram-1000 gram pada akhir kehamilan
empat puluh minggu. Pada kehamilan 28 minggu, TFU (Tinggi Fundus Uteri) terletak 2-3 jari
diatas pusat, Pada kehamilan 36 minggu tinggi TFU satu jari dibawah Prosesus xifoideus.
Dan pada kehamilan 40 minggu,TFU berada tiga jari dibawah Prosesus xifoideus. Pada
trimester III , istmus uteri lebih nyata menjadi corpus uteri dan berkembang menjadi segmen
bawah uterus atau segmen bawah rahim (SBR). Pada kehamilan tua, kontraksi otot-otot
bagian atas uterus menyebabkan SBR menjadi lebih lebar dan tipis (tampak batas yang nyata
antara bagian atas yang lebih tebal dan segmen bawah yang lebih tipis). Batas ini dikenal
sebagai lingkaran retraksi fisiologik. Dinding uterus diatas lingkaran ini jauh lebih tebal
daripada SBR.
b. Serviks
Serviks uteri pada kehamilan juga mengalami perubahan karena hormon estrogen.
Akibat kadar estrogen yang meningkat dan dengan adanya hipervaskularisasi, maka
konsistensi serviks menjadi lunak. Serviks uteri lebih banyak mengandung jaringan ikat yang
terdiri atas kolagen. Karena servik terdiri atas jaringan ikat dan hanya sedikit mengandung
jaringan otot, maka serviks tidak mempunyai fungsi sebagai spinkter, sehingga pada saat
partus serviks akan membuka saja mengikuti tarikan-tarikan corpus uteri keatas dan tekanan
bagian bawah janin kebawah . Sesudah partus, serviks akan tampak berlipat-lipat dan tidak
menutup seperti spinkter.
Perubahan-perubahan pada serviks perlu diketahui sedini mungkin pada kehamilan,
akan tetapi yang memeriksa hendaknya berhati-hati dan tidak dibenarkan melakukannya
dengan kasar, sehingga dapat mengganggu kehamilan.
Kelenjar-kelenjar di serviks akan berfungsi lebih dan akan mengeluarkan sekresi lebih
banyak. Kadang-kadang wanita yang sedang hamil mengeluh mengeluarkan cairan
pervaginam lebih banyak. Pada keadaan ini sampai batas tertentu masih merupakan keadaan
fisiologik, karena peningakatan hormon progesteron. Selain itu prostaglandin bekerja pada
serabut kolagen, terutama pada minggu-minggu akhir kehamilan. Serviks menjadi lunak dan
lebih mudah berdilatasi pada waktu persalinan.
c. Ovarium
Ovulasi terhenti, fungsi pengeluaran hormon estrogen dan progesteron di ambil alih
oleh plasenta.
d. Vagina dan Vulva
Vagina dan vulva mengalami perubahan karena pengaruh esterogen.akibat dari
hipervaskularisi,vagina dan vulva terlihat lebih merah atau kebiruan. Warna livid pada vagina
atau portio serviks di sebut tanda chadwick
B. Payudara
1. Trimester I
Payudara (mamae) akan membesar dan tegang akibat hormon somatomamotropin, estrogen
dan progesteron, akan tetapi belum mengeluarkan ASI. Estrogen menimbulkan hipertropi
sistem saluran, sedangkan progesterone menambah sel-sel asinus pada mammae.
Somatomamotropin mempengaruhi pertumbuhan sel-sel asinus pula dan menimbulkan
perubahan dalam sel-sel sehingga terjadi pembuatan kasein, laktralbumun dan laktoglobulin.
Dengan demikian mammae dipersiapkan untuk laktasi. Disamping itu dibawah pengaruh
progesteron dan somatomamotropin terbentuk lemak sekitar alveolua-alveolus,sehingga
mammae menjadi lebih besar. Papilla mammae akan membesar, lebih tegang dan tambah
lebih hitam, seperti seluruh areola mammae karena hiperpigmentasi. Hipertropi kelenjar
sebasea (lemak) yang mungul diareola primer dan disebut tuberkel Montgomery. Glandula
Montgomery tampak lebih jelas menonjol dipermukaan areola mammae.
Rasa penuh, peningkatan sensitivitas, rasa geli, dan rasa berat di payudara mulai timbul sejak
minggu keenam gestasi. Perubahan payudara ini adalah tanda mungkin hamil. Sensivitas
payudara bervariasi dari rasa geli ringan sampai nyeri tajam. Peningkatan suplai darah
membuat pembuluh darah dibawah kulit berdilatasi. Pembuluh darah yang sebelumnya tidak
terlihat, sekarang terlihat, seringkali tampak sebagai jalinan jaringan biru dibawah permukaan
kulit. Kongsti vena di payudara lebih jelas terlihat pada primigravida. Striae dapat terlihat
dibagian luar payudara.
2. Trimester II
Kolostrum mulai muncul, warnanya bening kekuning-kuningan. Pertumbuhan payudara pun
lebih besar lagi karena dipengaruhi oleh kelenjar mamae.
3. Trimester III
Mammae semakin tegang dan membesar sebagai persiapan untuk laktasi akibat pengaruh
somatotropin, estrogen dan progesteron.Pada payudara wanita terdapat striae karena adanya
peregangan lapisan kulit. Hal ini terjadi pada 50 % wanita hamil. Selama trimester ini pula
sebagian wanita mengeluarkan kolostrum secara periodik.
C. Sistem Endokrin
1. Trimester I
Perubahan besar pada system endokrin yang penting terjadi untuk mempertahankan
kehamilan, pertumbuhan normal janin, dan pemulihan pascapartum (nifas). Tes HCG positif
dan kadar HCG meningkat cepat menjadi 2 kali lipat setiap 48 jam sampai kehamilan 6
minggu. Perubahan-perubahan hormonal selama kehamilan terutama akibat produksi
estrogen dan progesterone plasenta dan juga hormone-hormon yang dikeluarkan oleh janin.
Berikut perubahan-perubahan hormonal selama kehamilan ( dan trimester I sampai trimester
III)
a. Estrogen
Produksi estrogen plaseenta terus naik selama kehamilan dan pada akhir kehamilan
kadarnya kira-kira 100 kali sebelum hamil.
b. Progesteron
Produksi progesterone bahkan lebih banyak dibandingkan estrogen. Pada akhir
kehamilan produksinya kira-kira 250 mg/hari. Progesterone menyebabakan tonus otot polos
menurun dan juga diuresis. Progesterone menyebabkan lemak disimpan dalam jaringan sub
kutan di abdomen, punggung dan paha atas. Lemak berfungsi sebagai cadangan enrgi baik
pada masa hamil maupun menyusui.
c. Human chorionic gonadotropin (HCG)
Hormone ini dapat terdeteksi beberapa hari setelah perubahan da merupakan dasar tes
khamilan. Puncak sekresinya terjadi kurang lebih 60 hari setelah konsepsi.fungsi utamanya
adalah mempertahankan korpus luteim.
d. Human placental lactogen (HPL)
Hormone ini diproduksinya terus naik dan pada saat aterm mencapai 2 gram/hari.
Efeknya mirip dengan hormone pertumbuhan. Ia juga bersifat diabetogenik,sehingga
kebutuhan insulin wanita hamil naik.
e. Pituitary Gonadotropin
FSH dan LH berada dalam keadaan sangat rendah selama kehamilan karena ditekan
oleh estrogen dan progesterone plasenta.
f. Prolaktin
Produksinya terus meningkat, sebagai akibat kenaikan sekresi estrogen.sekresi air
susu sendiri dihambat oleh estrogen ditingkat target organ.
g. Growth hormone (STH)
Produksinya sangat rendah karena mungkin ditekan HPL.
h. TSH,ACTH, dan MSH
Hormone-hormon ini tidak banyak dipengaruhi oleh kehamilan.
i. Titoksin
Kelenjar tiroid mengalami hipertropi dan produksi T4 meningkat. Tetapi T4 bebas
relative tetap, karena thyroid binding globulin meninggi, sebagai akibat tingginya estrogen,
dan juga merupakan akibat hyperplasia jaringan glandular dan prningkatan vaskularisasi.
Tiroksin mengatur metabolisme.
j. Aldosteron, Renin dan angiotensin
Hormone ini naik, yang menyebabkan naiknya volume intravaskuler.
k. Insulin
Produksi insulin meningkat sebagai akibat estrogen, progesterone dan HPL.
l. Parathormon
Hormone ini relative tidak dipengaruhi oleh kehamilan.
2. Trimester II
Adanya peningkatan hormon estrogen dan progesterone serta terhambatnya
pembentukan FSH dan LH. Ovum tidak terbentuk tetapi estrogen & progesteron yang
terbentuk. Ovulasi akan terjadi peningkatan sampai kadar relatif rendah.
a. Sekresi hipofisis, kelenjar hipofisis anterior membesar sedikikitnya 50% selama kehamilan
& meningkat kortikotropin tirotropin & prolaktin.
b. Sekresi kortikosteroid,meningkat selama kehamilan untuk membeantu mobilisasi asam
amino dari jaringan ibu sehingga dapat dipakai untuk sintesis jaringan janin.
c. Sekresi kelenjar tiroid, membesar sekitar 50% dan meningkat produksi tiroksin yang sesuai
dengan Pembesaran tersebut.
d. Sekresi kelejar paratiroid, membesar selama kehamilan terjadi bila ibu mengelamai
defisiensi Ca / kalsium dalam makanannya. Karna janin akan mengunakan Ca ibu untuk
pembentukan tulangnya sendiri.
e. Sekresi relaksin oleh ovarium. Agak diragukan fungsi nya karna mempunyai efek
perlunakan servik ibu hamil pada saat persalinan dan penghambatan mortilitas uterus.

3. Trimester III
Hormon Somatomamotropin, esterogen, dan progesteron merangsang mammae semakin
membesar dan meregang, untuk persiapan laktasi
D. Sistem Kekebalan/Imunitas
1. Trimester I
Peningkatan PH vagina menyebabkan wanita hamil rentan terhadap infeksi vagina.
Sistem pertahanan tubuh ibu tetap utuh, kadar immunoglobin dalam kehamilan tidak berubah.
2. Trimester II
Janin sebenarnya merupakan benda asing bagi ibunya karena hasil pertemuan dua
gamet yang berlainan. Namun ternyata janin dapat diterima oleh sistem imunitas tubuh, hal
ini merupakan keajaiban alam dan belum ada gambaran jelas tentang mekanisme sebenarnya
yang berlangsung pada tubuh ibu hamil. Imunologi dalam janin kebanyakan dari ibu ke janin
sekitar 16 mgg kehamilan dan terus meningkat ketika kehamilan bertambah, tetapi sebagian
besar lagi diterima janin selama empat minggu terakhir kehamilan.
3. Trimester III
Human chorionic gonadotropin dapat menurunkan respons imun wanita hamil. Selain
itu, kadar IgG, IgA, dan IgM serum menurun mulai dari minggu ke 10 kehamilan, hingga
mencapai kadar terendah pada minggu ke 30 dan tetap berada pada kadar ini hingga trimester
terakhir. Perubahan –perubahan ini dapat menjelaskan penigkatan risiko infeksi yang tidak
masuk akal pada wanita hamil.
E. Sistem Perkemihan
1. Trimester I
Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kencing tertekan sehingga sering
timbul kencing. Dan keadaan ini hilang dengan tuanya kehamilan bila uterus gravidus keluar
dari rongga panggul. Pada kehamilan normal , fungsi ginjal cukup banyak berubah, laju
filtrasi glomelurus dan aliran plasma ginjal meningkat pada kehamilan.
Bila satu organ membesar, maka organ lain akan mengalami tekanan, dan pada
kehamilan tidak jarang terjadi gangguan berkemih pada saat kehamilan. Ibu akan merasa
lebih sering ingin buang air kecil. Pada bulan pertama kehamilan kandung kemih tertekan
oleh uterus yang mulai membesar.
Pada kehamilan normal fungsi ginjal cukup banyak berubah. Laju filtrasi glomerulus dan
aliran plasma ginjal meningkat pada awal kehamilan.Ginjal wanita harus mengakomodasi
tuntutan metabolisme dan sirkulasi ibu yang meningkat dan juga mengekskresi produk
sampah janin. Ginjal pada saat kehamilan sedikit bertambah besar, panjangnya bertambah 1-
1,5 cm. Ginjal berfungsi paling efisien saat wanita berbaring pada posisi rekumbeng lateral
dan paling tidak efisien pada saat posisi telentang. Saat wanita hamil berbaring telentang,
berat uterus akan menekan vena ekava dan aorta, sehingga curah jantung menurun. Akibatnya
tekanan darah ibu dan frekuensi jantung janin menurun, begitu juga dengan volume darah
ginjal.
2. Trimester II
Kandung kencing tertekan oleh uterus yang membesar mulai berkurang, karena uterus
sudah mulai keluar dari uterus. Pada trimester 2, kandung kemih tertarik keatas dan keluar
dari panggul sejati kea rah abdomen. Uretra memanjang samapi 7,5 cm karena kandung
kemih bergeser kearah atas. Kongesti panggul pada masa hamil ditunjukkan oleh hyperemia
kandung kemih dan uretra. Peningkatan vaskularisasi ini membuat mukosa kandung kemih
menjadi mudah luka dan berdarah. Tonus kandung kemih dapat menurun. Hal ini
memungkinkan distensi kandung kemih sampai sekitar 1500 ml. Pada saaat yang sama,
pembesaran uterus mennekan kandung kemih, menimbulkan rasa ingin berkemih walaupun
kandung kemih hanya berisi sedikit urine.
3. Trimester III
Pada akhir kehamilan, bila kepala janin mulai turun kepintu atas panggul keluhan
sering kencing akan timbul lagi karena kandung kencing akan mulai tertekan kmbali. Selain
itu juga terjadi hemodilusi menyebabkan metabolisme air menjadi lancar.
Pada kehamilan tahap lanjut, pelvis ginjal kanan dan ureter lebih berdilatasi daripada
pelvis kiri akibat pergeseran uterus yang berat ke kanan akibat terdapat kolon rektosigmoid di
sebelah kiri.
Perubahan-perubahan ini membuat pelvis dan ureter mampu menampung urine dalam
volume yang lebih besar dan juga memperlambat laju aliran urine.

3. Perubahan dan adaptasi psikologis pada kehamilan


Perubahan dan Adaptasi Psikologi Pada Ibu Hamil Trimester I
Trimester pertama disebut sebagai masa penentuan dan sering merupakan masa
kekhawatiran. Segera setelah tejadi perubahan, hormon progesteron dan estrogen dalam
tubuh akan meningkat dan ini menyebabkan timbulnya rasa mual-mual pada pagi hari, lemah,
lelah dan membesarnya payudara. Ibu merasa tidak sehat dan seringkali membenci
kehamilannya. Banyak ibu yang merasakan kekecewaan, penolakan, kecemasan dan
kesedihan. Seringkali pada awal kehamilannya ibu berharap untuk tidak hamil.Pada trimester
pertama seorang ibu akan mencari tanda-tanda untuk lebih meyakinkan bahwa dirinya
memang hamil. Setiap perubahan yang terjadi pada tubuhnya akan selalu diperhatikan dengan
seksama. Karena perutnya masih kecil, kehamilan merupakan rahasia seorang ibu yang
mungkin diberitahukannya kepada orang lain atau dirahasiakannya.
Hasrat untuk melakukan hubungan seks pada wanita hamil trimester pertama ini
berbeda-beda. Walaupun beberapa wanita mengalami kegairahan seks yang lebih tinggi,
kebanyakan mereka mengalami penurunan libido selama periode ini. Keadaan ini
menciptakan kebutuhan untuk berkomunikasi secara terbuka dan jujur dengan suami. Banyak
wanita merasa kebutuhan untuk dicinta dan merasakan kuat untuk mencintai namun tanpa
seks. Libido sangat dipengaruhi oleh kelelahan, rasa mual, pembesaran payudara,
keprihatinan dan kekhawatiran. Semua ini merupakan bagian normal dari proses kehamilan
pada trimester pertama.Reaksi pertama seorang pria ketika mengetahui dirinya akan menjadi
ayah adalah timbulnya kebanggaan atas kemampuannya mempunyai keturunan bercampur
dengan keprihatinan akan kesiapannya untuk menjadi seorang ayah dan pencari nafkah untuk
keluarganya. Seorang calon ayah mungkin akan sangat memperhatikan keadaan ibu yang
sedang mulai hamil dan menghindari hubungan seks karena takut akan mencederai bayinya.
Ada pula pria yang hasrat seksnya terhadap wanita hamil relatif lebih besar. Disamping
respon yang diperhatikannya, seorang ayah perlu dapat memahami keadaan ini dan
menerimanya.Perubahan psikologis pada trimester I disebabkan karena adaptasi tubuh
terhadap peningkatan hormon progesteron dan estrogen.Perubahan Psikologis pada Trimester
Pertama, Segera setelah konsepsi kadar hormone progesterone dan estrogen dalam tubuh
akan meningkat dan ini menyebabkan timbulnya mual dan muntah pada pagi hari, lemah,
lelah dan membesarnya payudara. Kondisi ini membuat para ibu hamil merasa tidak sehat
dan sering membenci kehamilan sehingga mempengaruhi kehidupan psikologis ibu.
Pada trimester pertama seringkali timbul kecemasan dan rasa kebahagiaan bercampur
keraguan dengan kehamilannya antara ya atau tidak, terjadi fluktuasi emosi sehingga beresiko
tinggi untuk terjadinya pertengkaran atau rasa tidak nyaman, adanya perubahan hormonal,
dan morning sickness. Diperkirakan ada 80% ibu-ibu mengalami perubhan psikologis, seperti
rasa kecewa, sikap penolakan, cemas dan rasa sedih.

1. Ketidakyakinan atau Ketidakpastian


Awal minggu kehamilan, ibu sering merasa tidak yakin dengan kehamilannya. Setiap wanita
memiliki tingkat reaksi yang bervariasi terhadap ketidakyakinan kehamilannya dan terus
berusaha untuk mencari kepastian bahwa dirinya hamil. Kondisi ini mendorong dia semakin
takut atas kehamilan yang terjadi, bahkan sebagian dari mereka berharap tanda-tanda tersebut
menunjukkan bahwa dirinya tidak hamil.

2. Ambivalen
Ambivalen menggambarkan suatu konflik perasaan yang bersifat simultan, seperti cinta dan
benci terhadap seseorang, sesuatu, atau keadaan. Setiap wanita hamil memiliki sedikit rasa
ambivalen dalam dirinya selama masa kehamilan. Ambivalen merupakan respon normal
individu ketika akan memasuki suatu peran baru. Beberapa wanita merasa kondisi ini tidak
nyata dan bukanlah saat tepat untuk hamil, walaupun hal ini telah direncanakan atau
diidamkan sebelumnya.

Wanita yang sudah merencanakan hamil sering berfikir bahwa dirinya membutuhkan waktu
yang lama untuk menerima kehamilan, sehingga merasa khawatir dengan bertambahnya
tanggung jawab dan perasaan akan ketidakmampuannya untuk menjadi orangtua yang baik,
serta takut jika kehamilan ini akan mempengaruhi hubungannya dengan orang lain.

Beberapa factor yang menyebabkan perasaan ambivalensi pada ibu-ibu hamil ialah
menyangkut pada perubahan kondisi dirinya sendiri, berusaha untuk menghadapi pengalaman
kehamilan yang buruk, terutama bagi ibu-ibu yang pernah mengalami sebelumnya, dampak
dari kehamilan terhadap kehidupannya kelak (terutama bagi ibu-ibu yang bekerja atau
memiliki karir), perubahan terhadap tanggung jawab yang baru atau tambahan yang akan
ditanggungnya dan kecemasan yang berhubungan dengan kemampuannya menjadi ibu,
masalah keuangan dan sikap penerimaan dari orang-orang terdekat selama kehamilanya.

3. Perubahan Seksual
Selama trimester pertama seringkali keinginan seksual wanita menurun. Factor penyebabnya
berasal dari rasa takut terjadi keguguran sehingga mendorong kedua pasangan untuk
menghindari aktivitas seks. Apalagi jika wanita tersebut sebelumnya pernah mengalami
keguguran. Hasrat seksual pada trimester pertama sangat bervariasi antara wanita yang satu
dan yang lain. Meski beberapa wanita mengalami peningkatan hasrat seksual, tetapi secara
umum trimester pertama merupakan waktu terjadinya penurunan libido dan jika pun terjadi
diantara mereka harus terlebih dahulu berkomunikasi sebelum melakukannya. Kondisi ini
terkadang digunakan suami untuk memberikan kebutuhan kasih saying yang besar dan cinta
kasih tanpa seks.

4. Fokus pada Diri Sendiri


Awal kehamilan, pusat pikiran ibu berfokus pada dirinya sendiri, bukan pada janin. Ibu
merasa bahwa janin merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari diri ibu. Kondisi ini
mendorong ibu-ibu hamil untuk menghentikan rutinitasnya yang penuh tuntutan social dan
tekanan agar dapat menikmati waktu kosong tanpa beban sehingga sebagian besar dari ibu
banyak waktu yang dihabiskan untuk tidur.

5. Perubahan Emosional
Perubahan emosional pada trimester I ditandai dengan adanya penurunan kemauan seksual
karena letih dan mual, perubahan suasana hati, seperti depresi atau khawatir, ibu mulai
berpikir mengenai bayi dan kesejahteraannya dan kekhawatiran pada bentuk penampilan diri
yang kurang menarik.

6. Goncangan Psikologis
Kejadian goncangan jiwa diperkirakan lebih kecil terjadi pada trimester pertama dan lebih
tertuju pada kehamilan pertama. Menurut Kumar dan Robson (1978) diperkirakan ada sekitar
12% wanita yang mendatangi klinik menderita depresi terutama pada mereka yang ingin
menggugurkan kandungan. Perubahan psikologis yang terjadi pada fase kehamilan trimester
pertama lebih banyak berasal pada pencapaian peran sebagai ibu.
Kehamilan pada trimester pertama cenderung terjadi pada tahapan aktifitas yang dilalui
seorang ibu dalam mencapai perannya (taking on stage). Ibu akan selalu mencari tanda-tanda
untuk meyakinkan bahwa dirinya memang hamil, sehingga dia lebih memperhatikan setiap
perubahan yang terjadi pada tubuhnya. Perutnya yang masih kecil dinilai sebagai rahasia
seorang ibu yang akan diberitahukannya kepada suaminya.
7. Stres
Kemungkinan stress yang terjadi pada kehamilan trimester pertama bias berdampak negative
dan positif, dimana kedua stress ini dapat memengaruhi perilaku ibu. Terkadang stress
tersebut bersifat intrinsic dan ekstrinsik. Stress intrinsic berhubungan dengan tujuan pribadi
ibu, dimana dia berusaha untuk membuat sesempurna mungkin kehidupan pribadi dan
kehidupan sosialnya. Stress ekstrinsik timbul karena factor eksternal seperti sakit, kehilangan,
kesendirian dan masa reproduksi.

Menurut Burnard (1991) stress selama masa reproduksi berkaitan dengan kemampuan
seseorang dalam mengatasi stress, stress yang bersumber dari pihak lain, stress yang
disebabkan penyesuaian terhadap tekanan social. Stress seorang ibu hamil yang berasal dari
dalam diri berkenaan dengan perasaan gelisah terhadap kemampuannya untuk bisa
beradaptasi dengan kondisi kehamilannya.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa perubahan psikologis yang terjadi
pada trimester pertama ialah (a) merasa tidak sehat dan benci kehamilannya, (b) selalu
memperhatikan setiap perubahan pada tubuhnya, (c) mencari tanda-tanda untuk meyakinkan
bahwa dirinya sedang hamil, (d) mengalami gairah seksual yang lebih tinggi tetapi energi
libidonya menurun, (e) rasa khawatir atas kehilangan penampilan bentuk tubuh, (f)
membutuhkan sikap penerimaan atas kehamilannya dari anggota keluarga besarnya dan (g)
adanya ketidakstabilan emosi dan suasana hati (Sulistyawati, 2009).

Perubahan dan Adaptasi Psikologi Pada Ibu Hamil Trimester II

Trimester II sering disebut sebagai periode pancaran kesehatan. Tubuh ibu sudah
terbiasa dengan kadar hormon yang lebih tinggi dan rasa tidak nyaman karena hamil pun
sudah berkurang. Perut ibupun belum terlalu besar sehingga belum dirasakan sebagai beban.
Ibu sudah menerima kehamilannya dan dapat mulai menggunakan energi dan pikirannya
secara lebih konstruktif.
Pada trimester ini pula ibu dapat merasakan gerakan bayinya. Banyak ibu yang
merasa terlepas dari kecemasan dan rasa tidak nyaman seperti yang dirasakannya pada
trimester pertama dan nafsu makan ibusudah kembali seperti biasa. Kebanyakan wanita
merasa lebih erotis selama trimester kedua, hampir 80% wanita hamil mengalami
peningkatan dalam hubungan seks dibandingkan pada trimester pertama dan sebelum
kehamilan. Pada trimester kedua relatif lebih bebas dari ketidaknyamanan fisik, ukuran perut
belum menjadi suatu masalah, lubrikasi vagina lebih banyak dan hal yang menyebabkan
kebingungan sudah surut, dia telah berganti dari mencari perhatian ibunya menjadi mencari
perhatian pasangannya, semua faktor ini berperan pada meningkatnya libido dan kepuasan
seks.

Ibu merasa bahwa bayi yang dikandungnya  sebagai individu yang  merupakan bagian
dari dirinya, kesadaran yang baru ini menimbulkan perubahan dalam memusatkan dirinya ke
bayinya. Pada saat ini jenis kelamin bayi tidak begitu penting, perhatian ditujukan pada
kesehatan bayi dan kehadirannya dalam keluarga.

Hubungan sosial meningkat dengan wanita hamil lainnya atau yang baru menjadi ibu dan
ketertarikan dan aktifitasnya terfokus pada kehamilan, kelahiran dan persiapan untuk peran
baru. Tubuh ibu sudah beradaptasi dengan kadar hormon yang lebih tinggi, sehingga merasa
lebih sehat dibandingkan dengan trimester I.

Perubahan psikologis pada trimester kedua, secara umum periode trimester kedua
dikelompokkan menjadi dua fase, yakni prequickeckening (sebelum ada pergerakan janin
yang dirasakan ibu) dan postquickening (setelah ada pergerakan janin yang dirasakan ibu).

1. Fase Pre Quickening


Selama akhir trimester pertama dan masa prequickening pada trimester kedua, ibu hamil
mengevaluasi segala aspek yang telah terjadi selama hamil. Disini ibu menganalisa dan
mengevaluasi kembali segala hubungan interpersonal yang terjadi dan menjadikannya
sebagai dasar-dasar dalam mengembangkan interaksi sosial dengan bayi yang akan
dilahirkannya.

Perasaan menolak terhadap sikap negatif dari ibunya akan menyebabkan rasa bersalah pada
dirinya, kecuali bila ibu hamil menyadari bahwa hal tersebut normal karena ia sedang
mengembangkan identitas keibuannya. Proses yang terjadi dalam masa pengevaluasian
kembali ini adalah perubahan identitas dari penerima kaih sayang (dari ibunya) menjadi
pemberi kasih sayang (persiapan menjadi seorang ibu). Transisi ini memberikan pengertian
bagi ibu hamil untuk mempersiapkan dirinya sebagai ibu yang penuh kasih sayang kepada
anak-anak yang akan dilahirkannya kelak.

2. Fase Post Quickening


Setelah ibu hamil merasakan quickening, maka identitas keibuan semakin jelas. Ibu akan
fokus pada kehamilannya dan mempersiapkan diri untuk menghadapi peran baru sebagai
seorang ibu. Terkadang perubahan ini bisa menyebabkan kesedihan meninggalkan peran
lamanya sebelum kehamilan, terutama pada ibu yang mengalami hamil pertama kali dan
wanita karir. Oleh sebab itu, ibu harus diberikan pengertian bahwa dia tidak harus membuang
segala peran yang diterima sebelum masa hamilnya.

Pada wanita multi gravida, peran baru menggambarkan bagaimana dia bisa menjelaskan
hubungan dengan anaknya yang lain dan bagaimana jika dia harus meninggalkan rumah
untuk sementara waktu disaat proses persalinan. Pergerakan bayi membantu ibu membangun
konsep bahwa bayinya adalah makhluk hidup yang terpisah dari dirinya. Hal ini
menyebabkan perubahan fokus pada bayinya.

Bentuk-bentuk reaksi psikologis pada trimester kedua, untuk trimester kedua kehidupan
psikologis ibu hamil tampak lebih tenang dan mulai dapat beradaptasi, perhatian mulai
beralih pada perubahan bentuk tubuh, kehidupan seksual, keluarga, dan hubungan batiniah
dengan bayi yang dikandungnya, serta peningkatan kebutuhan untuk dekat dengan figur ibu,
melihat, dan meniru peran ibu. Selain itu, ketergantungan ibu hamil kepada pasangan juga
semakin meningkat seiring dengan perkembangan kehamilannya.

1. Rasa Khawatir
Kadang kala ibu khawatir bahwa bayi akan lahir sewaktu-waktu. Hal ini menyebabkan
adanya peningkatan kewaspadaan atas timbulnya tanda-tanda persalinan. Ibu seringkali
merasa khawatir atau takut kalau bayi yang akan dilahirkannya tidak normal. Kebanyakan ibu
juga akan bersikap melindungi bayinya dan menghindari orang atau benda yang dianggap
membahayakan bayi. Ibu mulai merasa takut atas rasa sakit dan bahaya fisik yang akan
timbul pada saat melahirkan. 

2. Perubahan Emosional
Perubahan emosional trimester II terjadi pada bulan kelima kehamilan terasa nyata karena
bayi sudah mulai bergerak sehingga dia mulai memperhatikan bayi dan memikirkan apakah
bayinya akan dilahirkan sehat atau cacat. Rasa kecemasan seperti ini terus meningkat seiring
bertambah usia kehamilannya.

3. Keinginan untuk Berhubungan seksual


Ada satu lagi perubahan yang terjadi pada trimester kedua yang harus diimbangi untuk
mengatasi ketidaknyamanan ialah peningkatan libido. Kebanyakan calon orang tua khawatir
jika hubungan seks dapat memengaruhi kehamilan. Kekhawatiran yang paling sering
diajukan ialah kemungkinan bayi diciderai oleh penis, orgasme ibu, atau ejakulasi.

Yang perlu diketahui bahwa hubungan seksual pada masa hamil tidak ada yang perlu
dikhawatirkan. Janin tidak akan terpengaruh karena berada di area belakang serviks dan
dilindungi cairan amniotik dalam uterus. Namun dalam beberapa kondisi hubungan seks
selama trimester kedua tidak diperbolehkan, mencakup plasenta previa dan ibu dengan
riwayat persalinan prematur.

Selain itu mekanisme fisik untuk saling merapat dalam hubungan seksual akan menjadi sulit
dan kurang nyaman, misalnya berbaring terlentang dan menahan berat badan suami. Namun
dengan mengkreasi posisi yang menyenangkan masalah ini bisa diatasi. Walaupun sebagian
ibu hamil merasakan seks selama hamil terasa meningkat, tidak semua libido wanita akan
meningkat pada trimester kedua. Perubahan tingkat libido disebabkan variasi perubahan
hormonal.

Mengenai strategi pemilihan posisi saat berhubungan seks ini sangat beragam, semua
tergantung pada kesiapan fisik dan psikis dari kedua pihak. Bagi sebagian perempuan,
kehamilan justru meningkatkan dorongan seks, tetapi bagi sebagian lain tidak berpengaruh.
Sementara bagi perempuan yang lain, kehamilan justru menekan atau menurunkan dorongan
seks. Namun, perlu kita ketahui bahwa hubungan seks saat ibu hamil pada dasarnya
dipengaruhi kepercayaan yang telah dimiliki kedua pasangan tentang perilaku seksual,
kondisi fisik dan emosi (Kusmiyati, 2010).

Perubahan dan Adaptasi Psikologi Pada Ibu HamilTrimester III


Trimester ketiga seringkali disebut periode penantian/menunggu dan waspada sebab pada
saat itu ibu merasa tidak sabar menunggu kelahiran bayinya. Gerakan bayi dan membesarnya
perut merupakan dua hal yang mengingatkan ibu akan bayinya. Kadang-kadang ibu merasa
khawatir bahwa bayinya akan lahir sewaktu-waktu, ini menyebabkan ibu mengingatkan
kewaspadaan akan timbulnya tanda dan gejala terjadinya persalinan. Ibu juga merasa tidak
menyenangkan ketika bayi tidak lahir tepat waktu.

Ibu seringkali merasa khawatir atau takut kalau-kalau bayi yang dilahirkannya tidak normal.
Ibu bermimpi yang mencerminkan perhatian dan kekhawatirannya, ibu lebih sering bermimpi
tentang bayinya, anak-anak, persalinan, kehilangan bayi atau terjebak di suatu tempat kecil
dan tidak bisa keluar. Kebanyakan ibu juga akan bersikap melindungi bayinya dan akan
menghindari orang atau benda apa saja yang dianggapnya membahayakan bayinya. Seorang
ibu mungkin mulai merasa takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang akan timbul pada
waktu melahirkan dan merasa khawatir akan keselamatannya.

Rasa tidak nyaman akibat kehamilan timbul kembali pada trimester ketiga dan banyak ibu
yang merasa dirinya aneh dan jelek, sehingga memerlukan perhatian lebih besar dari
pasangannya. disamping itu ibu mulai merasa sedih karena akan terpisah dari bayinya dan
kehilangan perhatian khusus yang diterima selama hamil, terdapat perasaan mudah terluka
(sensitif). Hasrat seksual tidak setinggi pada trimester kedua karena abdomen merupakan
sebuah penghalang. Posisi alternatif untuk hubungan seksual dan metode alternatif yang
memberikan kepuasan seksual mungkin membantu atau malah menimbulkan perasaan
bersalah jika ada ketidaknyamanan dalam berhubungan seksual. Bersikap terbuka dengan
pasangan atau konsultasi dengan bidan atau tenaga kesehatan lain adalah hal yang penting.
Trimester ketiga adalah saat persiapan aktif untuk kelahiran bayi dan menjadi orang tua,
bahkan mereka juga memilih sebuah nama untuk bayi yang akan dilahirkan. Keluarga mulai
menduga-duga apakah bayinya laki-laki atau perempuan dan akan mirip siapa. Trimester III
merupakan periode penantian/menunggu dan merupakan saat persiapan aktif untuk kelahiran
bayi dan menjadi orang tua.

Perubahan psikologis pada trimester ketiga, perubahan psikologis ibu hamil periode trimester
terkesan lebih kompleks dan lebih meningkat kembali dari trimester sebelumnya. Hal ini
dikarenakan kondisi kehamilan semakin membesar. Kondisi itu tidak jarang memunculkan
masalah seperti posisi tidur yang kurang nyaman dan mudah terserang rasa lelah atau
kehidupan emosi yang fluktuatif.
1. Rasa Tidak Nyaman
Rasa tidak nyaman akibat kehamilan akan timbul kembali pada trimester ketiga dan banyak
ibu yang merasa dirinya aneh dan jelek. Disamping itu, ibu mulai merasa sedih karena akan
berpisah dari bayinya dan kehilangan perhatian khusus yang diterima selama hamil sehingga
ibu membutuhkan dukungan dari suami, keluarga, dan bidan.

2. Perubahan Emosional
Perubahan emosional trimester III terutama pada bulan-bulan terakhir kehamilan biasanya
gembira bercampur takut karena kehamilan telah mendekati persalinan. Rasa
kekhawatirannya terlihat menjelang melahirkan, apakah bayi lahir sehat dan tugas-tugas apa
yang dilakukan setelah kelahiran (Sulistyawati, 2009).

Dampak Perubahan Psikologis Ibu Hamil

1. Sensitif
Awal penyebab wanita hamil menjadi lebih sensitif adalah faktor hormon. Reaksi wanita
menjadi lebih peka, mudah tersinggung dan gampang marah. Apapun perilaku ibu hamil
sering dianggap kurang menyenangkan. Perubahan ini pasti berakhir, jangan sampai
perubahan ini merusak hubungan suami istri menjadi tidak harmonis. Oleh sebab itu, keadaan
ini sudah sepantasnya dipahami suami dan jangan membalas dengan kemarahan karena akan
menambah perasaan tertekan. Perasaan tertekan akan berdampak buruk dalam perkembangan
fisik dan psikis bayi.

2. Cenderung Malas
Penyebab wanita hamil cenderung malas tidak begitu saja terjadi, melainkan pengaruh
perubahan hormon yang sedang dialaminya. Perubahan hormonal akan mempengaruhi
gerakan tubuh ibu, seperti gerakannya yang semakin lamban dan cepat merasa letih. Keadaan
ini membuat ibu hamil cenderung menjadi malas.

3. Minta Perhatian Lebih


Perilaku ibu hamil akan menunjukkan sikap ingin diperhatikan. Terkadang kondisi ini
mengganggu, terutama jika pasangannya (suami) kurang memiliki sikap perhatian atau
berperilaku temprament. Perlu diketahui bahwa biasanya wanita hamil akan tiba-tiba menjadi
orang manja dan ingin selalu diperhatikan. Perhatian yang diberikan suami walaupun sedikit
apapun akan berdampak memicu tumbuhnya perasaan aman dan pertumbuhan janin lebih
baik.
4. Gampang Cemburu
Tidak jarang, sifat cemburu ibu hamil terhadap suami pun mulai tanpa alasan, seperti jika
pulang kerja telat sedikit, ibu mulai bertanya macam-macam. Sifat kecemburuannya
meningkat. Faktor penyebabnya ialah perubahan hormonal dan perasaan tidak percaya atas
perubahan penampilan fisiknya. Dia mulai meragukan kepercayaan pada suaminya, seperti
takut ditinggalkan suami atau suami pacaran lagi. Suami harus memahami kondisi istri dan
melakukan komunikasi terbuka dengan istri.

5. Ansietas (Kecemasan)
Ansietas menggambarkan rasa kecemasan, khawatir, gelisah, dan tidak tentram yang disertai
dengan gejala fisik. Ansietas merupakan bagian dari respon emosional terhadap penilaian
individu yang subjektif yang keadaannya dipengaruhi alam bawah sadar.

Menurut Reva Rubin selama periode kehamilan hampir sebagian besar ibu hamil sering
mengalami kecemasan. Yang membedakannya adalah tingkat kecemasannya. Setiap ibu
hamil memiliki tingkat cemas yang berbeda-beda dan sangat tergantung pada sejauh mana
ibu hamil itu mempersepsikan kehamilannya.

Faktor-faktor penyebab timbulnya kecemasan ibu hamil biasanya berhubungan dengan


kondisi kesejahteraan dirinya dan bayi yang akan dilahirkan, pengalaman keguguran kembali,
rasa aman dan nyaman selama masa kehamilan, penemuan jati dirinya dan persiapan menjadi
orang tua, sikap memberi dan menerima kehamilan, keuangan keluarga, support keluarga dan
support tenaga medis (Sulistyawati, 2009).

4. Penatalaksanaan pemberian vitamin untuk ibu hamil


Berikut ini empat kebutuhan vitamin penting yang mesti dipenuhi ibu selama kehamilan:

1. Asam Folat

Ibu hamil memerlukan asam folat yang cukup untuk mencegah cacat pada sistem saraf bayi
(neural tube defect – NTD). Biasanya NTD ini mulai berkembang di 28 hari pertama setelah
pembuahan, sayangnya pada masa ini kebanyakan ibu belum menyadari bahwa ia sedang
hamil. Oleh karena itu, bagi ibu yang telah merencanakan kehamilan mesti memenuhi
kebutuhan asam folat sekitar 400-800 mikrogram setiap hari. Susu khusus ibu hamil biasanya
sudah disertai asam folat yang baik untuk janin. Namun, kalau ibu tidak mengonsumsi susu
ibu hamil maka bisa mengonsumsi makanan dengan kandungan asam folat. Sayuran hijau,
sereal gandum, kacang-kacangan, dan jeruk mengandung asam folat yang baik untuk
kandungan.

2. Vitamin D

Setidaknya ibu yang sedang hamil dan menyusui mesti memenuhi kebutuhan vitamin D
harian sebanyak 10 miligram. Terpenuhinya vitamin D dapat membantu menunjang
kesehatan tulang dan gigi. Bagi ibu hamil, vitamin D berguna untuk menunjang pertumbuhan
tulang bayi dalam kandungan. Jika kekurangan vitamin D dapat memberikan dampak negatif
pada tulang, sehingga tidak tumbuh secara maksimal. Ibu hamil dapat mendapatkan asupan
vitamin D alami dari ikan, seperti salmon dan sarden, telur, serta daging. Selain itu, berjemur
di bawah sinar matahari juga bisa menambah asupan vitamin D yang dibutuhkan tubuh, lho.

3. Kalsium

Asupan kalsium yang dibutuhkan ibu hamil adalah sekitar 1.000 miligram setiap hari. Sama
seperti halnya vitamin D, kalsium sangat bermanfaat untuk menunjang kesehatan tulang dan
gigi bayi dalam kandungan. Kalsium membantu janin untuk tumbuh dan membentuk
tulangnya, sehingga dia bisa tumbuh sempurna. Ibu bisa mendapatkan sumber kalsium dari
makanan, seperti tahu, tempe, yogurt, susu, sayuran hijau, dan kacang-kacangan. Jadi,
masukkan makanan-makanan ini dalam sumber asupan harian, ya.

4. Zat Besi

Oksigen yang mengalir ke semua bagian tubuh dibawa oleh sel darah merah. Oleh karena itu,
ibu hamil mesti memiliki zat besi yang cukup. Zat besi berguna untuk membentuk sel-sel
darah merah. Jika kekurangan zat besi, ibu bisa terkena anemia yang berakibat pada kondisi
fisik yang mudah lelah, pusing, lemah, dan pucat. Selain itu, zat besi bagi janin dalam
kandungan juga penting untuk menunjang pertumbuhannya. Kekurangan zat besi pada janin
dapat berisiko membuatnya mengidap anemia ketika lahir. Selain itu, risiko Si Kecil lahir
prematur dan berat badan rendah pun semakin meningkat.

Berikut ini vitamin lainnya yang juga tidak kalah penting untuk ibu hamil:

 Vitamin A & Beta Karoten, untuk membantu pertumbuhan tulang bayi. Penuhi
asupan vitamin ini minimal 770 mikrogram.

 Vitamin E, membantu membentuk tubuh dan menggunakan sel darah merah dan otot.
Konsumsi 15 miligram per hari.
 Vitamin C, bertindak sebagai antioksidan yang mampu melindungi jaringan dari
kerusakan dan membantu tubuh menyerap zat besi, serta membangun sistem
kekebalan tubuh yang kuat. Konsumsi maksimal 2000 miligram per hari.

 Vitamin B1, meningkatkan energi dan mengatur sistem saraf. Konsumsi 1,4 miligram
per hari.

 Vitamin B2, mempertahankan energi, penglilhatan yang baik, dan kulit yang sehat.
Konsumsi 1,4 miligram per hari.

 Vitamin B6, membantu membentuk sel darah merah dan mengurangi morning


sickness. Konsumsi maksimal 100 miligram per hari.

 Vitamin B12, merupakan faktor penting dalam sintesis DNA dan dapat mencegah
cacat tabung saraf (NTDs). Konsumsi 2,6 mikrogram per hari.

5. Pemeriksaan Penunjang Pada masa Kehamilan


Pemeriksaan selama kehamilan, selain berfungsi untuk memastikan jenis kelamin
janin, dan memantau perkembangannya, juga untuk mengetahui kelainan yang mungkin
terjadi.
Semakin awal kelainan terdeteksi, semakin mudah mengatasinya. Berikut adalah
beberapa pemeriksaan di masa kehamilan yang umum dilakukan:
 Test Amniosintesis
Amniosintesis adalah tes untuk mengetahui gangguan genetik pada bayi dengan
memeriksa cairan ketuban atau cairan amnion. Cairan yang mengandung sel dan bahan
tertentu ini mencerminkan kesehatan bayi, diambilnya dengan cara menusukkan jarum ke
arah kantung ketuban melalui perut Ibu. Tes ini biasanya dilakukan antara minggu 15 dan
20 kehamilan tapi bisa juga di usia kehamilan yang lebih tua.
Tes ini diutamakan untuk  ibu hamil yang berisiko tinggi, yaitu :
- Ibu yang mempunyai riwayat keluarga dengan gangguan genetik.
- Ibu yang hamil di atas 35 tahun.
- Ibu yang memiliki hasil tes yang abnormal terhadap down syndrome pada trimester
pertama kehamilan.
- Ibu dengan kelainan pada pemeriksaan USG
- Ibu dengan sensitisasi Rh.
Melalui tes ini, kita akan mengetahui bila ada kelainan janin, kelainan bawaan, jenis
kelamin bayi, tingkat kematangan paru janin dan mengetahui ada tidaknya infeksi cairan
amnion (korioamnionitis).
 Chorionic Villus Sampling (CVS)
Hampir sama dengan Amniosintesis, Chorionic Villus Sampling (CVS) adalah tes
yang dilakukan pada awal kehamilan untuk melihat masalah pada perkembangan janin
dari Ibu yang memiliki riwayat masalah genetik. Apalagi bila Ibu berusia 35 tahun atau
lebih saat hamil.
Tapi proses pemeriksaan ini dilakukan pada awal kehamilan dengan mengambil
jaringan pada plasenta dari dalam rahim melalui pembedahan serviks selama setengah
jam.
Sebelum melakukan tes ini, konsultasikan pada dokter bersama suami. Karena sekecil
apapun, risiko keguguran bisa terjadi. Cari informasi sebanyak mungkin dan siapkan
mental Ibu untuk menjalaninya.
Bila sudah siap, cobalah rileks beberapa hari sebelum pemeriksaan.
 Test Toleransi Gula Darah
Tes ini berguna untuk mengetahui apakah Ibu mengalami diabetes atau tidak. Ibu
hamil juga memiliki kemungkinan mengalami Diabetes Melitus atau pada ibu hamil
disebut Diabetes Gestasional.
Ibu yang berusia di atas 35 tahun, ibu hamil yang kegemukan dan pernah mengalami
tekanan gula darah tinggi pada kehamilan sebelumnya disarankan untuk melakukan
pemeriksaan ini.
Kalau dinyantakan postif diabetes, Ibu wajib menjalani diet diabetes dan minum anti-
diabetis oral. Kalau kadar gula darah terlalu tinggi, mungkin Ibu perlu dirawat untuk
diberikan suntikan insulin.
Bila pada pemeriksaan berat badan bayi besar sekali, maka perlu dilakukan induksi
pada kehamilan minggu ke 36 sampai 38 agar tidak terjadi komplikasi saat persalinan.
Setelah bayi lahir, umumnya kadar gula darah akan kembali normal. Tapi bila tidak,
perlu dilanjutkan pemberian antidiabetes oral sampai jangka waktu tertentu.
 Tes Darah
Selama hamil, mungkin Ibu perlu melakukan pemeriksaan darah beberapa kali.
Jangan khawatir, pemeriksaan ini tidak berisiko terhadap janin. Melalui pemeriksaan
darah, bisa diketahui beberapa hal, antara lain:
- Kadar zat besi dalam darah. Bila rendah, Ibu akan merasa mudah lelah dan lesu.
konsumsilah makanan yang kaya akan zat besi, seperti bayam dan daging merah. Bila kadar
zat besi Ibu berubah-ubah selama kehamilan, jangan ragu melakukan tes lagi di kehamilan 28
minggu.

- Golongan darah  dan faktor rhesus Ibu. Dokter harus mengetahui golongan darah Ibu, dan
apakah darah Ibu rhesus positive (RH+) atau rhesus negative (RH-). Bila darah Ibu RH- dan
Ibu mengandung bayi dengan RH+, tubuh Ibu akan memproduksi antibodi untuk melawan
sel-sel darah RH+. Ini berbahaya bagi janin. Kalau dokter sudah mengetahui golongan darah
Ibu, kemungkinan yang akan terjadi bisa diatasi.

- Infeksi akibat virus Toxoplasma, Rubella dan Cytomegalovirus yang berbahaya bagi
kesehatan janin, pemeriksaan yang sering disebut pemeriksaan TORCH ini perlu untuk 
melihat adanya antibodi dalam darah Ibu.
- Mengetahui infeksi penyakit lain seperti HIV B, Syphilis, bahkan HIV/AIDS.

 Tes Urin
Tes urin tidak hanya dilakukan saat memastikan kehamilan. Setelah hamil, tes urin juga perlu
dilakukan untuk mengetahui apakah Ibu terpapar obat-obatan tertentu, alkohol, bahkan
narkotika.
Efek penggunaan obat tertentu di masa kehamilan, berdampak buruk bagi perkembangan otak
janin. Penggunaan terus menerus, terutama pada awal kehamilan, bisa mengacaukan sistem
saraf bayi.
Selain itu, tes urine juga berguna untuk menghindari:

- Infeksi saluran kencing. Protein dalam urin bisa menjadi tanda adanya diabetes, glukosa
dalam urin dapat mengindikasikan tingginya kadar gula.

Selain rajin melakukan beragam pemeriksaan untuk memastikan kondisi janin di dalam
kandungan, Ibu perlu mendukung perkembangan janin di dalam kandungan dengan
memberinya nutrisi optimal.

B. Konsep Antenatal Care

1. Pengertian Antenatal care

Antenatal care adalah usaha preventif program pelayanan kesehatan obstetrik


untuk optimalisasikan kelainan yang terjadi pada maternal dan neonatal melalui
serangkaian pemeriksaan yang dapat dilakukan selama kehamilan
(PrawirohardjoS, 2014: 278).
2. Tujuan Pelayanan Antenatal Care

Adapun tujuan pelayanan pada antenatal care adalah sebagai berikut :

a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan


tumbuh kembang bayi
b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial
ibu dan bayi
c. Mengenali secara dini ketidaknormalan atau komplikasi selama hamil
termasuk riwayat penyakit sebelum hamil dan setelah hamil dan atau
pernah melakukan pembedahan.
d. Mempersiapkan persalinan setelah kehamilan cukup bulan, melahirkan
dengan selamat dan normal, serta melindungi ibu maupun bayi terkena
trauma pada persalinan.
e. Mempersiapkan agar masa nifas berjalan dengan normal dan
memberikan ASI esklusif.
f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga terhadap penerimaan bayi
agar dapat tumbuh dengan normal (PudiastutiR, D, 2012: 01).

3. Kunjungan Pelayanan Antenatal Care

Kunjungan pelayanan antenatal care pada ibu hamil yang normal biasanya
disingkat dengan huruf K pada buku pink yang di berikan pada saat pertama kali
melakukan kunjungan. Bila kehamilan termasuk resiko tinggi maka jadwal
kunjungan akan semakin diperketat. Biasanya jadwal kunjungan pada ibu hamil
minimal 4 kali kunjungan.Pemeriksaan antenatal yang lengkap adalah K1, K2,
K3, K4. Hal ini berarti, minimal melakukan kunjungan sekali pada usia
kehamilan kurang dari 28 minggu ( Trimester I), sekali kunjungan antenatal pada
usia kehamilan 28-36 minggu (Trimester II), dan minimal 2 kali kunjungan pada
usia kehamilan diatas 36 minggu (Trimester III).
Selama melakukan kunjungan antenatal care, ibu akan mendapatkan
serangkaian pemeriksaan yang terkait dengan upaya untuk memastikan ada
tidaknya kehamilan dan pengamatan berbagai kemungkinan ada tidaknya penyulit
atau gangguan kesehatan selama kehamilan yang mungkin dapat mengganggu
kualitas dan luaran kehamilan. Identifikasi kehamilan diperoleh melalui
pengenalan perubahan anatomic dan fisiologi kehamilan. Jika kehamilan terdapat
kelainan maka akan dilakukan uji hormonal kehamilan dengan menggunakan
berbagi metode pemeriksaan yang tersedia (PrawirohardjoS, 2014: 279).

4. Standar Pelayanan Antenatal Care

Standar pelayanan antenatal care 7T yaitu sebagai berikut :


a. Melakukan penimbangan berat badan
b. Melakukan pengukuran tekanan darah
c. Melakukan pengukiran tinggi funsu uteri
d. Pemberian imunisasi TT (Tetanus texoid)
e. Pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan
f. Tes terhadap penyakit menular seksual
g. Temu wicara untuk rencana tindakan rujukan (Bartini, Istri, 2012: 10

5. Kebijakan Pelayanan Antenatal Care

Kebijakan pelayanan antenatal care adalah sebagai berikut :

a. Melakukan kunjungan antenatal care pada trimester I (0-13 minggu) minimal 1


kali kunjungan
b. Melakukan kunjungan antenatal care pada trimester II (14-27 minggu)
minimal 1 kali kunjungan
Melakukan kunjungan antenatal care pada trimester III (28-40 minggu) minimal
2 kali kunjungan (Pernoll,. Benson, 2013: 104)
1. Pengertian Preeklamsi
Preeklamsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil,
bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan proteinuria tetapi tidak
menunjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya,
sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan berumur 28 minggu atau
lebih (Rustam Muctar, 1998).

Preeklamsia adalah sekumpulan gejala yang secara spesifik hanya muncul


selama kehamilan dengan usia lebih dari 20 minggu (Helen Varney, 2007).

Preeklamsia adalah sekumpulan gejala yaitu hipertensi, edema dan


proteinuria yang timbul pada wanita hamil dengan usia kehamilan lebih dari 20
minggu, pada ibu bersalin dan nifas.

Jadi,preeklamsia adalah keadaan yang timbul pada wanita hamil,bersalin,atau


nifas yaitu keadaan edema,hipertensi,proteinuria yang tidak ada tanda-tanda
tersebut sebelumnya.

2. Etiologi
Etiologi penyakit ini belum diketahui dengan pasti. Carpenito (1997:1042)
menerangkan bahwa, faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya preeklamsia
sebagai berikut :

1. Usia ibu hamil kurang dari 21 tahun.


2. Usia ibu hamil lebih dari 35 tahun.
3. Mempunyai riwayat penyakit pembuluh ginjal.
4. Diabetes melitus.
5. Penyakit pembuluh darah.
6. Kehamilan kembar.
7. Mola hidatidosa.
8. Penyakit hipertensi kronik.
9. Riwayat keluarga dengan hiperetensi sebagai pengaruh kehamilan.

3. Faktor predisposisi
Penyebab pre eklamsia belum diketahui secara pasti, penyakit ini masih disebut
Disease of theory (Sudhaberata, 2001). Namun demikian, perhatian harus
ditunjukan terutama pada penderita yang mempunyai faktor predisposisi terhadap
pre eklamsia. Menurut Wiknjosastro (2008) fraktor predisposisi/risiko tersebut
antara lain:
1) Usia/umur: primigravida dengan usia dibawah 20 tahun dan semua ibu
dengan usia diatas 35 tahun dianggap lebih rentan.
2) Paritas: primigravida memiliki insideni hipertensi hampir dua kali lipat
3) Faktor keturunan (genetic): bukti adanya pewarisan secara genetik paling
mungkin disebabkan oleh turunan resesif.
4) Status sosial ekonomi: pre eklamsia dan eklamsia lebih umum ditemui pada
kelompok sosial ekonomi rendah.
5) Komplikasi obstetrik: kehamilan kembar, kehamilan mola atau hidrops
fetalis.
6) Riwayat penyakit yang sudah ada sebelumnya: Hipertensi, Diabetes Melitus,
penyakit ginjal, System Lupus Erytematosus (SLE), sindrom antifosfolipid
antibody.
4. Patofisiologi
Pada beberapa wanita hamil, terjadi peningkatan sensitifitas vaskuler
terhadap angiotensin II. Peningkatan ini menyebabkan hipertensi dan kerusakan
vaskuler, akibatnya akan terjadi vasospasme. Vasospasme menurunkan diameter
pembuluh darah ke semua organ, fungsi fungsi organ seperti plasenta, ginjal, hati
dan otak menurun sampai 40-60 %. Gangguan plasenta menimbulkan degenerasi
pada plasenta dan kemungkinan terjadi IUGR dan IUFD pada fetus. Aktivitas
uterus dan sensitivitas terhadap oksitosin meningkat.

Penurunan perfusi ginjal menurunkan GFR dan menimbulkan perubahan


glomerolus, protein keluar melalui urin, asam urat menurun, garam dan air di
tahan, tekanan osmotik plasma menurun, cairan keluar dari intravaskuler,
menyebabkan hemokonsentrasi. Peningkatan viskositas darah dan edema jaringan
berat dan peningkatan hematokrit. Pada preeklamsia berat terjadi penurunan
volume darah, edema berat dan berat badan naik dengan cepat.

Penurunan perfusi hati menimbulkan gangguan fungsi hati, edema hepar


dan hemoragik sub-kapsular menyebabkan ibu hamil mengalami nyeri
epigastrium atau nyeri pada kuadran atas. Ruptur hepar jarang terjadi tetapi
merupakan komplikasi yang hebat dari PIH, enzim enzim hati seperti SGOT dan
SGPT meningkat. Vasospasme arteriola dan penurunan aliran darah ke retina
menimbulkan symptom visual seperti skotoma (blind spot) dan pandangan kabur.
Patologi yang sama menimbulkan edema cerebral dan hemoragik serta
peningkatan iritabilitas susunan saraf pusat (sakit kepala, hiperfleksia, klonus
pergelangan kaki dan kejang serta perubahan efek). Pulmonari edema
dihubungkan dengan edema umum yang berat, komplikasi ini biasanya
disebabkan oleh dekompensasi kordis kiri.
Pathways Preeklamsia

Kehamilan tua/aterm

Pre eklamsia/impending eklamsia/eklamsia

Penyebab tidak jelas

Diduga kerusakan endotel vaskuler

Vasokontriksi meningkat, vaso dilator menurun

TD , protein uria, transudasi

Kejang/ penurunan kesadaran

Terminasi kehamilan

Pervaginam SC

Sistem uro logi sistem kardiovaskuler sistem saraf

Dialisis perubahan kehilangan darah dan cairan diskontinuitas /luka operasi


Permeabilitas
pembuluh darah

oliguria retensi sodium dan air perdarahann ekstra/interna imobilisasi nyeri

oedem oedem ansietas ansietas

resiko injuri gangguan keseimbangan cairan :


kelebihan volume cairan

5. Tanda dan Gejala


Menurut Trijatmo (2005), gejala subjektif pada preeklamsia yaitu :

1. Sakit kepala di daerah frontal, skotoma, diplopia.


2. Penglihatan kabur.
3. Nyeri di daerah epigastrium.
4. Mual atau muntah-muntah.
5. Tekanan darah akan meningkat lebih tinggi.
6. Edema dan proteinuria bertambah meningkat.
Selain gejala subjektif preeklamsia di atas, tanda dan gejala preeklamsia
ringan diantaranya:
1. Kenaikan tekanan darah sistolik 140 mmHg sampai kurang dari 160 mmHg;
diastolik 90 mmHg sampai kurang dari 110 mmHg.
2. Proteinuria : didapatkannya protein di dalam pemeriksaan urin (air seni).
3. Edema (penimbunan cairan) pada betis, perut, punggung, wajah atau tangan.
Sedangkan tanda dan gejala pada preeklamsia berat diantaranya :
1. Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg.
2. Tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg.
3. Peningkatan kadar enzim hati dan atau ikterus (kuning).
4. Trombosit < 100.000/mm3.
5. Oliguria (jumlah air seni < 400 ml/24 jam).
6. Proteinuria (protein dalam air seni > 3 g/L).
7. Nyeri ulu hati.
8. Gangguan penglihatan atau nyeri kepala bagian depan yang berat.
9. Perdarahan di retina (bagian mata).
10.Edema (penimbunan cairan) pada paru.
11.Koma.

6. Penatalaksanaan medis dan keperawatan

a. Preeklamsia Ringan

Pada kasus preeklamsia ringan cukup dilakukan rawat jalan dengan


menganjurkan pasien untuk melakukan kunjungan antenatal setiap minggu.
Namun jika perawatan jalan tidak mengalami perubahan maka akan
dilakukan rawat inap dengan kriteria bahwa setelah 2 minggu pengobatan rawat
jalan tidak mengalami perubahan, kenaikan berat badan ibu 1 kg atau lebih per
minggu selama 2 minggu berturut-turut, ataupun timbul salah satu atau lebih
gejala preeklamsia berat.

Bila setelah 1 minggu menjalani perawatan namun tidak mengalami perubahan


maka preeklamsia ringan dianggap menjadi preeklamsia berat.Bila dalam
perawatan sudah ada perbaikan sebelum 1 minggu dan kehamilan masih preterm
maka penderita tetap dirawat selama 2 hari lagi baru dipulangkan. Perawatan akan
berlanjut dengan rawat jalan (Pudiastuti, R, D, 2012: 165).

Pada preeklamsia ringan dengan umur kehamilan <37 minggu akan tetap
dilanjutkan sampai aterm jika tidak ada gejala yang memburuk. Namun pada
umur kehamilan >37 minggu dengan serviks yang sudah matang akan dilakukan
pemecahan ketuban kemudian induksi kehamilan dengan oksitosin atau
prostaglandin, namun jika serviks belum matang maka akan dilakukan

pematangan dengan prostaglandin atau keteter foley atau akan dilakukan tindakan
terakhir yaitu seksio saesar (Nugroho Taufan, 2012: 06).
a. Preeklamsia Berat

Pada preeklamsia berat, pengobatan yang dapat dilakukan adalah secara


medikal, yaitu sebagai berikut :

1) Segera masuk ke rumah sakit


2) Tirah baring miring kesatu sisi. Tanda vital diperiksa setiap 30 menit,memeriksa
refleks patella setiap jam.
3) Memasang infus dengan cairan dextrose 5% dimana setiap 1 liter diselingi dengan
cairan infus RL (60-125cc/jam) 500cc.
4) Pemberian anti kejang/anti konvulsan magnesium sulfat (MgSO4) sebagai
pencegahan dan terapi kejang. MgSO4 merupakan obat pilihan untuk mencegah
dan mengatasi kejang pada preeklamsia berat dan eklamsia.
Apabila terjadi kejang pada preeklamsia berat maka akan dilakukan
pencegahaan :

a. Bila terjadi kejang, perhatikan jalan nafas, pernapasan (oksigen) dan sirkulasi
(cairan intravena).
b. MgSO4 diberikan secara intravena kepada ibu dengan eklamsia (sebagai
tatalaksana kejang) dan preeklamsia berat (sebagai pencegahan kejang). Adapun
syarat pemberian MgSO4 adalah sebagai berikut :
1) Tersedia cairan Glukonas 10%
2) Ada refleks patella
3) Jumlah urin minimal 0,5 ml/kg BB/jam
Adapun cara pemberian MgSO4 adalah sebagai berikut :
(1) Berikan dosis awal 4 gram MgSO4 sesuai prosedur untuk mencegah terjadinya
kejang atau kejang berulang dengan cara :
1) Ambil 4 gram larutan MgSO4 (10 ml larutan MgSO4 40%) dan larutkan dengan 10
ml aquades
(1) Berikan larutan tersebut secara perlahan-lahan secara IV selama 20 menit
(2) Jika IV sulit, berikan masing-masing 5 gram MgSO4 (12,5 ml larutan MgSO4 40%)
secara Im di bokong kiri dan kanan.
a) Sambil menunggu rujukan, mulai dosis rumatan 6 gram MgSO4 dalam 6 jam
sesuai prosedur dengan cara : Ambil 6 gram MgSO4 (15 ml larutan MgSO4
40%) dan larutkan dalam 500 ml larutan Ringer Laktat/ringer Asetat, lalu
berikan secara IV dengan kecepatan 28 tetes/menit selama 6 jam, dan diulang
hingga 24 jam setelah persalinan atau kejang berakhir (bila eklamsia).

b) Melakukan pemeriksaan fisik tiap jam, meliputi tekanan darah, frekuensi nadi,
frekuensi pernafasan, refleks patella dan jumlah urin.

c) Bila frekuensi pernafasan <16x/menit, dan atau tidak didapatkan reflex


tendonpatella dan atau oliguria (produksi urin <0,5 ml/kg BB/jam), segera
hentikan pemberian MgSO4.

d) Jika terjadi depresi nafas, berikan cairan glukosa 1 gran secara IV (10 ml
larutan 10 %) bolus dalam 10 menit.

e) Selama ibu dengan preeklamsia dan eklamsia dirujuk pantau dan nilai adanya
perburukan preeklamsia. Apabila terjadi eklamsia, lakukan penilaian awal dan
tatalaksana kegawatdaruratan. Berikan kembali MgSO4 2 gram secara IV
perlahan-lahan (15-20 menit). Bila setelah pemberian MgSO4 ulang masi
terdapat kejang, dapat dipertimbangkan untuk pemberian diazepam 10 mg
secara IV selama 2 menit.
7. Pemeriksaan penunjang preeklamsia
a. Uji diagnostik dasar.
a. Pengukuran tekanan darah.
b. Analisi protein dalam urine.
c. Pemeriksaan edema.
d. Pengukuran tinggi fundus uteri.
e. Pemeriksaan funduskopik.
b. Uji laboratorium.
1. Evaluasi hematologik (hematokrit, jumlah trombosit, morfologi eritrosit pada
sediaan darah tepi).
2. Pemeriksaan fungsi hati (bilirubin, protein serum, aspartat aminotranferase).
3. Pemeriksaan fungsi ginjal (ureum dan kreatinin).
c. Uji untuk meramalkan hipertensi.
1. Roll-over test.
2. Pemberian infus angiotensin II.
8. Pengkajian Asuhan Keperawatan
a. Sirkulasi
Peningkatan tekanan darah menetap melebihi nilai dasar setelah 20minggu
kehamilan. Riwayat hipertensi kronis, nadi mungkin menurun, dapat
mengalami memar spontan, perdarahan lama, atau epistaksis
(trombositopenia).

b. Eliminasi
Fungsi ginjal mungkin menurun (kurang dari 400ml/24jam) atau tidak ada.

c. Makanan/cairan
Mual, muntah. Penambahan berat badan 2+1b [0,9072kg] atau lebih dalam
1minggu, 6 1b [2,72kg] atau lebih/bulan (tergantung pada lamnya gestasi).
Malnutrisi (kelebihan atau kurang berat badan 20% atau lebih besar),
masukan protein/kalori kurang. Edema mungkin ada, dari ringan sampai
berat/umum dan dapat meliputi wajah, ekstrimitas dan sistim organ. Diabetes
melitus.

d. Neurosensori
Pusing, sakit kepala frontal. Diplopia, penglihatan kabur. Hiperefleksia.
Kacau mental-tonik, kemudian fase tonik-klonik, diikuti dengan periode
kehilangan kesadaran. Pemeriksaan funduskopi dapat menunjukkan edema
atau spasme vaskuler.

e. Nyeri/ketidaknyamanan
Nyeri epigastrik (region kuadran atas kanan [KkaA]).

f. Penapasan
Pernapasan mungkin kurang dari 14x/menit. Krekels mungkin ada.

g. Keamanan
h. Ketidaksesuaian Rh mungkin ada.
i. Seksualitas
Primmigravida, gestassi multipel, hidramnion, mola hidratidosa, hidrops
fetalis (Antigen-antibodi Rh). Gerakan bayi mungkin berkurang. Tanda-tanda
abrupsi plasenta mungkin ada..

j. Penyuluhan/pembelajaran
Remaja (di bawah usia 15 tahun) dan primigravida lansia (usia 35 tahun atau
lebih) berisiko tinggi. Riwayat keluarga hipertensi karena kehamilan (HKK).
9. Pemeriksaan Diagnostik
a. Tes presor supine (tes rollever) : dapat digunakan untuk memeriksa klien-klien
berisiko terhadap HKK, antara gestasi minggu ke 28-32, meskipun keakuratan
diragukan; peningkatan 20-30 mmHg pada tekanan sistolik atau 15-20mmHg
pada tekanan diastol menandakan tes positif.
b. Tekanan arteri rerata (MAP) : 90 mmHg pada trimester ke 2 mmenandakan
HKK.
c. Hematokrit (Ht) : Meningkat pada perpindahan cairan, atau penurunan pada
sindrom HELLP (hemolisis, peningkatana enzim hepar, hitung trombosit
rendah).
d. Hemoglobin (Hb) : Rendah bila terjadi hemolisis (sindrom HELLP).
e. Smear perifer : Distensi sel – sel darah atau skistosit pada sindrom HELLP atau
hemolisis intravaskuler.
f. Hitung trombosit serum : Kurang dari 100.000/mm3 pada koagulasi intravaskuler
diseminata (KID) atau pada sindrom HELLP, seperti perekatan trombosit pada
kolagen yang dilepaskan dari pembuluh darah yang rusak.
g. Kadar kreatinin serum : Meningkat
h. AST (SGOT), laktat dehidrogenase (LDH), dan kadar bilirubin serum (terutama
yang tidak langsung) : Meningkat pada sindrom HELLP dengan masalah hepar.
i. Kadar asam urat : Setinggi 7 mg/100mL, bila masalah ginjal berat.
j. Masa protrombin (PT), masa tromboplastin parsial (PTT), masa pembekuan :
Memanjang, penurunan fibrinogen, produk spilt fibrin (FSP) dan produk
degradasi fibrin (FDP) positif bila terjadi koagulopati.
k. Berat jenis urin : Meningkat menunjukkan perpindahan cairan/dehidrasi
vaskuler
l. Proteinuria : Dengan menggunakan dipstik pengukuran 1+ ke 2+ (sedang), 3+
ke 4+ (berat), atau lebih dari 5 gr/ l dalam 24 jam.
m. Kadar estriol urin/plasma : Menurun menandakan penurunan fungsi plasenta.
(Estriol tidak bermanfaat sebagai prediktor dari profil biofisik [BPP] karena
kesenjangan waktu antara masalah janin dan hasil tes).
n. Kadar laktogen plasenta manusia : Kurang dari 4 mEq/ml menunjukkan
fungsi plasenta abnormal (tidak sering dilakukan pada skrining HKK).
o. Ultrasonografi : Pada gestasi minggu ke 20 sampai ke 26 dan diulang 6–10
minggu kemudian, menentukan usia gestasi dan mendeteksi retardasi
pertumbuhan intrauterus (IUGR).
p. Tes cairan amniotik (rasio lesitin terhadap sfingomielin [L/S],
fosfatidilgliserol [pg], kadar fosfatidilklolin tersaturasi) : menggambarkan
maturitas paru janin.
q. BPP (biophysical profile), termasuk volume cairan amniotik, ”fetal tone”,
pergerakan pernapasan janin (FBM), pergerakan janin dan denyut jantung
janin reaktif/tes nonstres : menentukan kesejahteraan/risiko janin.
r. Tes stres kontraksi (CST) : Mengkaji respon janin terhadap stres kontraksi
uterus.
10. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
a. Kekurangan volume cairan (kegagalan regulasi) berhubungan dengan
kehilangan protein plasma, penurunan tekanan osmotik koloid plasma
menyertai perpindahan cairan dari kompartemen vaskuler.
b. Penurunan curah jantung berhubungan dengan hipovolemia/penurunan aliran
balik vena, peningkatan tahanan vaskuler sistemik.
c. Perubahan perfusi jaringan, uteroplasenta berhubungan dengan hipovolemia
ibu, interupsi aliran darah (vasospasme progresif dari arteri spiral).
d. Nyeri akut berhubungan dengan menghebatnya aktivitas uterus,
ketidaknyamanan berkenaan dengan hipertensi atau infus oksitosin; hipoksia
miometrik (abrupsio plasenta) dan ansietas.
e. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi; transmisi/pengaruh buruk
interpersonal, ancama kematian.
f. Resiko tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas janin berhubungan dengan
perubahan alliran darah, vasospasme dan/atau kontraksi uterus yang lama
11. Rencana asuhan keperawatan (kriteria hasil, intervensi dan rasional)
a. Kekurangan volume cairan (kegagalan regulasi) berhubungan dengan
kehilangan protein plasma, penurunan tekanan osmotik koloid plasma
menyertai perpindahan cairan dari kompartemen vaskuler.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan volume
cairan dapat terpenuhi.
Kriteria hasil :

1) Mengungkapkan pemahaman tentang kebutuhan akan


pemantauan yang ketat dari berat badan, TD, protein urine, dan edema.
2) Berpartisipasi dalam regimen teraupetik dan
pemantauan sesuai indikasi.
3) Menunjukkan hematokrit dalam batas normal dan
edema fisiologis tanpa adanya tanda piting.
Intervensi :

1.) Timbang berat badan klien secara rutin. Anjurkan


klien untuk memantau berat badan di rumah antara waktu kunjungan.
Rasional : Penambahan BB bermakna dan tiba-tiba (misal : lebih dari 1,5
kg/bln dalam trimester ke-2 atau lebih dari 0,5kg/minggu pada trimester
ke tiga) menunjukkan retensi cairan. Gerakan cairan dari vaskuler ke
ruang interstisial mengakibatkan edema.

2.) Bedakan edema kehamilan yang patologis dan fisiologis, pantau lokasi
dan derajat pitting.
Rasional : adanya edema pitting pada wajah, tangan, kaki, area skral atau
dinding abdomen, atau edema yang tidak hilang setelah 12 jam tirah
baring.

3.) Perhatikan perubahan pada kadar Ht/Hb


Rasional : mengidentifikasi derajat hemokonsentrasi yang disebabkan
oleh perpindahan cairan. Bila Ht kurang dari 3x kadar Hb terjadi
hemokonsentrasi.

4.) Kaji ulang masukan diet dari protein dan kalori.


Berikan informasi sesuai kebutuhan.
Rasional : Insiden hipovolemia dan hipoperfusi pranatal dapt diturunkan
dengan nutrisi yang adekuat, ketidakadekuatan protein/kalori meningkatkan
resiko pembentukan edema.

5.) Pantau masukan dan haluaran. Perhatikan warna urin, dan ukur berat jenis
sesuai indikasi.
Rasional : Haluaran urin adalah indikator sensitif dari sirkulasi volume darah.
Oliguria menandakan hipovolemi berat dan ada masalh pada ginjal.

b. Penurunan curah jantung berhubungan dengan hipovolemia/penurunan aliran


balik vena, peningkatan tahanan vaskuler sistemik.
Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keerawatan selama 1x24 jam diharapkan curah


jantung klien kembali normal.

Kriteria hasil :
1.) Melaporkan tidak adanya atau menurunnya kejadian dipsnea.
2.) Mengubah tingkat aktifitas sesuai kondisi.
3.) Tetap normotensif selama sisa kehamilan.
Intervensi :

1.) Pantau TD dan nadi


Rasional : Tidak menunjukkan respon kardiovaskuler normal pada kehamilan
(hipertrofi ventrikel kiri, peningkatan volume plasma, relaksasi vaskuler
dengan penurunan tahanan perifer).

2.) Lakukan tirah baring pada klien dengan posisi miring kiri.
Rasional : Meningkatkan aliran balik vena, curah jantung, dan perfusi
ginjal/plasenta.

3.) Berikan obat antihipertensi.


Rasional : Obat antihipertensi bekerja secara langsung pada arteriol untuk
meningkatkan relaksasi otot polos kardiovaskuler dan membantu
meningkatkan suplai darah ke serebrum, ginjal, uterus, dan plasenta.

c. Perubahan perfusi jaringan, uteroplasenta berhubungan dengan hipovolemia


ibu, interupsi aliran darah (vasospasme progresif dari arteri spiral).
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan
perfusi jaringan kembali membaik.

Kriteria hasil :

1.) Mendemonstrasikan reaktivitas SSP normal.

2.) Tidak ada penurunan frekuensi jantung pada CST/OCT (contraction stress
test/oxytocin challenge test).

Intervensi :

1.) Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi aktifitas janin.


Rasional : Merokok, penggunaan obat, kadar glukosa serum, bunyi
lingkungan, waktu dalam sehari dan siklus tidur bangun dari janin dapat
meningkat atau menurunkan gerakan janin.

2.) Tinjau ulang tanda-tanda abrupsi plasenta (mis: perdarahan vagina, nyeri
tekan uterus, nyeri abdomen, dan penurunan aktivitas janin).

Rasional : Pengenalan dan intervensi dini meningkatkan kemungkinan hasil


yang positif.

3.) Evaluasi pertumbyhan janin, ukur kemajuan pertumbyhan fundus tiap


kunjungan.

Rasional : penurunan fungsi plasenta dapat menyertai hipertensi. Strees intra


uterus kronis dan insufisiensi uteroplasenta menurunkan jumlah kontribusi
janin pada penumpukan cairan

4.) Bantu dengan mengkaji ukuran plasenta dengan menggunakan ultrasonografi.

Rasional : penurunan fungsi dan ukuran plasenta dihubungkan pada hipertensi


kehamilan.

d. Nyeri akut berhubungan dengan menghebatnya aktivitas uterus,


ketidaknyamanan berkenaan dengan hipertensi atau infus oksitosin;
hipoksia miometrik (abrupsio plasenta) dan ansietas.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan
nyeri klien hilang/terkontrol.

Kriteria hasil :

1) Klien tidak merasakan nyeri lagi.


2) Klien tampak rilek.
3) Kontraksi uterus efektif.
Intervensi :

1.) Kaji sumber dan sifat nyeri/ketidaknyamanan.


Rasional : membantu dalam menentukan respons keperawatan yang tepat.
Tingkatkan ketidaknyamanan berkenaan dengan aktivitas uterus dapat lebih
intensif pada klien dengan hipertensi.

2.) Tinjau/anjurkan penggunaan teknik relaksasi


dan pernapasan terkontrol.
Rasional : Klien mungkin tidak menyelesaikan/berpartisipasi dalam kelas
kelahiran anak, atau stress dari situasi dapat menggangu kemampuannya
untuk mengingat/melakukan aktivitas ini.

3.) Diskusikan ketersediaan anestesi dan


analgesik.
Rasional : pengetahuan memampukan klien membuat pilihan berdasarkan
informasi dan mempertahankan rasa terkontrol.

4.) Kurangi/hentikan infus oksitosin pada adanya


respons uterus atau penurunan relaksasi diantara kontraksi.
Rasional : Membantu mengakhiri respon hipersensitif. Kontraksi tetanik
dapat menyebabkan ruptur uterus.

e. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi; transmisi/pengaruh buruk


interpersonal, ancama kematian.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x30 menit ansietas
klien teratasi.

Kriteria Hasil : klien mau mengungkapkan perasaannya secara terbuka.

Intervensi :

1.) Kaji sumber dan tingkat ansietas


klien/pasangan.
Rasional : Semua klien mengalami persalinan dan kelahiran dengan derajat
tertentu dari ansietas, yang menjadi lebih tinggi pada situasi berisiko tinggi.
Ansietas ini secara langsung berhubungan denagan rasa takut karena
ketidaktahuan karena perkiraan hasil akhir bagi klin dan janin kurang.
2.) Anjurkan pengungkapan perasaan, berikan
dukungan emosi yang cepat.
Rasional : membantu klien/pasanangan dalam ngidentifikasi masalah khusus
dan membantu menghilangkan ansietas.

3.) Informasikan klien bahwa dokter anak akn


datang pada saat kelahiran, bila mungkin kenalkan klien pada dokter anak
sebelum kelahiran.
Rasional : menjamin klien/pasangan bahwa pada kelahiran, bayi akan ada
dalam penanganan kompeten dan menerima perawatan yang tepat.

f. Resiko tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas janin berhubungan dengan


perubahan alliran darah, vasospasme dan/atau kontraksi uterus yang lama.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan kepeerawatan selama 3x24 jam diharapkan
tidak mengalami kerusakan pertukaran gas pada janin.

Kriteria hasil :

1.) Bebas dari deselerasi lambat.


2.) Memanifestasikan variabilitas yang baik.
3.) Mendemonstrasikan frekuensi jantung dasar
Intervensi :

1.) Kaji denyut jantung janin, perhatikan perubahan periodik (akselerasi dan
deselerasi) dan pola variabilitas jangka pendek dan jangka panjang. Laporkan
penurunan variabilitas dan deselerasi lambat bila ada.
Rasional : Deselerasi lambat atau berulang yang disertai dengan penurunan
variabilitas atau takikardia kemudian bradikardia dapat menandakan
insufisiensi uteroplasenta atau potensial pelemahan/kematian janin.

2.) Tinggikan kaki klien, berikan oksigen melalui kanul nasal pada 10-12L/mnt.
Rasional : Meningkatkan aliran balik vena, volume darah sirkulasi dan
ketersediaan oksigen untuk ambilan janin.

3.) Siapkan untuk kelahiran vagina atau kelahiran sesaria tergantung pada status
janin dan dilatasi servikal.
Rasional : Intervensi mungkin perlu untuk mencegah pelemahan
janin/neonatal karena afiksia.

DAFTAR PUSTAKA

Anik & Yulianingsih 2009, Asuhan kegawatdaruratan dalam Kebidanan, Trans Info Media,
Jakarta.

Doengoes, Marilynn E 2001, Rencana Perawatan Maternal/Bayi : Pedoman untuk


Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan Klien, edk 2, EGC, Jakarta.

Saifuddin, Abdul B 2002, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharjo, Jakarta.

Mochtar, Rustam 1998, Sinopsi Obstetri, EGC, Jakarta.

http://one.indoskripsi.com/node/9081,di lihat pada 16 April 2010

Prawirohardjo, Sarwono 2009, Ilmu Kebidanan Cetakan ke 2, edk 4, Bina Pustaka, Jakarta.

https://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/materi-konsep-dasar-kehamilan-lengkap.html
di akses tanggal 7 april 2020 pukul 15.30
https://www.nutriclub.co.id/kategori/kehamilan/aktivitas/pemeriksaan-selama-kehamilan/
di akses tanggal 7 april 2020 pukul 19.45

Anda mungkin juga menyukai