Di susun oleh:
1834117
JAKARTA
2020
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep kehamilan
1. Pengertian kehamilan
Kehamilan adalah dimulai dari konsepsi (bertemunya sel telur dan sel sperma)
yang diikuti dengan nidasi dan implantasi beserta perubahan tubuh wanita, khususnya
genetalia eksterna, genetalia interna sampai payudara, karena adanya peranan hormone
estrogen, progesterone dan somatotropin dan akan berakhir dengan proses persalinan
(Sukarni, ZH, 2013:61).
Periode antepartum adalah periode kehamilan yang dihitung sejak hari
pertama haid terakhir (HPHT) hingga dimulainya persalinan sejati. Yang menandai
awal periode antepartum. (Varney, 2006)
Kehamilan adalah suatu keadaan dimana dalam rahim seorang wanita terdapat
hasil konsepsi (pertemuan ovum dan spermatozoa) (Rustam Mochtar, 1998).
Jadi ,Kehamilan adalah suatu keadaan dimana dalam rahim seorang wanita terdapat
hasil konsepsi pertemuan ovum dan spermatozoa yang dihitung dari sejak hari pertama
haid terakhir (HPHT) hingga waktu persalinan.
3. Trimester III
Hormon Somatomamotropin, esterogen, dan progesteron merangsang mammae semakin
membesar dan meregang, untuk persiapan laktasi
D. Sistem Kekebalan/Imunitas
1. Trimester I
Peningkatan PH vagina menyebabkan wanita hamil rentan terhadap infeksi vagina.
Sistem pertahanan tubuh ibu tetap utuh, kadar immunoglobin dalam kehamilan tidak berubah.
2. Trimester II
Janin sebenarnya merupakan benda asing bagi ibunya karena hasil pertemuan dua
gamet yang berlainan. Namun ternyata janin dapat diterima oleh sistem imunitas tubuh, hal
ini merupakan keajaiban alam dan belum ada gambaran jelas tentang mekanisme sebenarnya
yang berlangsung pada tubuh ibu hamil. Imunologi dalam janin kebanyakan dari ibu ke janin
sekitar 16 mgg kehamilan dan terus meningkat ketika kehamilan bertambah, tetapi sebagian
besar lagi diterima janin selama empat minggu terakhir kehamilan.
3. Trimester III
Human chorionic gonadotropin dapat menurunkan respons imun wanita hamil. Selain
itu, kadar IgG, IgA, dan IgM serum menurun mulai dari minggu ke 10 kehamilan, hingga
mencapai kadar terendah pada minggu ke 30 dan tetap berada pada kadar ini hingga trimester
terakhir. Perubahan –perubahan ini dapat menjelaskan penigkatan risiko infeksi yang tidak
masuk akal pada wanita hamil.
E. Sistem Perkemihan
1. Trimester I
Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kencing tertekan sehingga sering
timbul kencing. Dan keadaan ini hilang dengan tuanya kehamilan bila uterus gravidus keluar
dari rongga panggul. Pada kehamilan normal , fungsi ginjal cukup banyak berubah, laju
filtrasi glomelurus dan aliran plasma ginjal meningkat pada kehamilan.
Bila satu organ membesar, maka organ lain akan mengalami tekanan, dan pada
kehamilan tidak jarang terjadi gangguan berkemih pada saat kehamilan. Ibu akan merasa
lebih sering ingin buang air kecil. Pada bulan pertama kehamilan kandung kemih tertekan
oleh uterus yang mulai membesar.
Pada kehamilan normal fungsi ginjal cukup banyak berubah. Laju filtrasi glomerulus dan
aliran plasma ginjal meningkat pada awal kehamilan.Ginjal wanita harus mengakomodasi
tuntutan metabolisme dan sirkulasi ibu yang meningkat dan juga mengekskresi produk
sampah janin. Ginjal pada saat kehamilan sedikit bertambah besar, panjangnya bertambah 1-
1,5 cm. Ginjal berfungsi paling efisien saat wanita berbaring pada posisi rekumbeng lateral
dan paling tidak efisien pada saat posisi telentang. Saat wanita hamil berbaring telentang,
berat uterus akan menekan vena ekava dan aorta, sehingga curah jantung menurun. Akibatnya
tekanan darah ibu dan frekuensi jantung janin menurun, begitu juga dengan volume darah
ginjal.
2. Trimester II
Kandung kencing tertekan oleh uterus yang membesar mulai berkurang, karena uterus
sudah mulai keluar dari uterus. Pada trimester 2, kandung kemih tertarik keatas dan keluar
dari panggul sejati kea rah abdomen. Uretra memanjang samapi 7,5 cm karena kandung
kemih bergeser kearah atas. Kongesti panggul pada masa hamil ditunjukkan oleh hyperemia
kandung kemih dan uretra. Peningkatan vaskularisasi ini membuat mukosa kandung kemih
menjadi mudah luka dan berdarah. Tonus kandung kemih dapat menurun. Hal ini
memungkinkan distensi kandung kemih sampai sekitar 1500 ml. Pada saaat yang sama,
pembesaran uterus mennekan kandung kemih, menimbulkan rasa ingin berkemih walaupun
kandung kemih hanya berisi sedikit urine.
3. Trimester III
Pada akhir kehamilan, bila kepala janin mulai turun kepintu atas panggul keluhan
sering kencing akan timbul lagi karena kandung kencing akan mulai tertekan kmbali. Selain
itu juga terjadi hemodilusi menyebabkan metabolisme air menjadi lancar.
Pada kehamilan tahap lanjut, pelvis ginjal kanan dan ureter lebih berdilatasi daripada
pelvis kiri akibat pergeseran uterus yang berat ke kanan akibat terdapat kolon rektosigmoid di
sebelah kiri.
Perubahan-perubahan ini membuat pelvis dan ureter mampu menampung urine dalam
volume yang lebih besar dan juga memperlambat laju aliran urine.
2. Ambivalen
Ambivalen menggambarkan suatu konflik perasaan yang bersifat simultan, seperti cinta dan
benci terhadap seseorang, sesuatu, atau keadaan. Setiap wanita hamil memiliki sedikit rasa
ambivalen dalam dirinya selama masa kehamilan. Ambivalen merupakan respon normal
individu ketika akan memasuki suatu peran baru. Beberapa wanita merasa kondisi ini tidak
nyata dan bukanlah saat tepat untuk hamil, walaupun hal ini telah direncanakan atau
diidamkan sebelumnya.
Wanita yang sudah merencanakan hamil sering berfikir bahwa dirinya membutuhkan waktu
yang lama untuk menerima kehamilan, sehingga merasa khawatir dengan bertambahnya
tanggung jawab dan perasaan akan ketidakmampuannya untuk menjadi orangtua yang baik,
serta takut jika kehamilan ini akan mempengaruhi hubungannya dengan orang lain.
Beberapa factor yang menyebabkan perasaan ambivalensi pada ibu-ibu hamil ialah
menyangkut pada perubahan kondisi dirinya sendiri, berusaha untuk menghadapi pengalaman
kehamilan yang buruk, terutama bagi ibu-ibu yang pernah mengalami sebelumnya, dampak
dari kehamilan terhadap kehidupannya kelak (terutama bagi ibu-ibu yang bekerja atau
memiliki karir), perubahan terhadap tanggung jawab yang baru atau tambahan yang akan
ditanggungnya dan kecemasan yang berhubungan dengan kemampuannya menjadi ibu,
masalah keuangan dan sikap penerimaan dari orang-orang terdekat selama kehamilanya.
3. Perubahan Seksual
Selama trimester pertama seringkali keinginan seksual wanita menurun. Factor penyebabnya
berasal dari rasa takut terjadi keguguran sehingga mendorong kedua pasangan untuk
menghindari aktivitas seks. Apalagi jika wanita tersebut sebelumnya pernah mengalami
keguguran. Hasrat seksual pada trimester pertama sangat bervariasi antara wanita yang satu
dan yang lain. Meski beberapa wanita mengalami peningkatan hasrat seksual, tetapi secara
umum trimester pertama merupakan waktu terjadinya penurunan libido dan jika pun terjadi
diantara mereka harus terlebih dahulu berkomunikasi sebelum melakukannya. Kondisi ini
terkadang digunakan suami untuk memberikan kebutuhan kasih saying yang besar dan cinta
kasih tanpa seks.
5. Perubahan Emosional
Perubahan emosional pada trimester I ditandai dengan adanya penurunan kemauan seksual
karena letih dan mual, perubahan suasana hati, seperti depresi atau khawatir, ibu mulai
berpikir mengenai bayi dan kesejahteraannya dan kekhawatiran pada bentuk penampilan diri
yang kurang menarik.
6. Goncangan Psikologis
Kejadian goncangan jiwa diperkirakan lebih kecil terjadi pada trimester pertama dan lebih
tertuju pada kehamilan pertama. Menurut Kumar dan Robson (1978) diperkirakan ada sekitar
12% wanita yang mendatangi klinik menderita depresi terutama pada mereka yang ingin
menggugurkan kandungan. Perubahan psikologis yang terjadi pada fase kehamilan trimester
pertama lebih banyak berasal pada pencapaian peran sebagai ibu.
Kehamilan pada trimester pertama cenderung terjadi pada tahapan aktifitas yang dilalui
seorang ibu dalam mencapai perannya (taking on stage). Ibu akan selalu mencari tanda-tanda
untuk meyakinkan bahwa dirinya memang hamil, sehingga dia lebih memperhatikan setiap
perubahan yang terjadi pada tubuhnya. Perutnya yang masih kecil dinilai sebagai rahasia
seorang ibu yang akan diberitahukannya kepada suaminya.
7. Stres
Kemungkinan stress yang terjadi pada kehamilan trimester pertama bias berdampak negative
dan positif, dimana kedua stress ini dapat memengaruhi perilaku ibu. Terkadang stress
tersebut bersifat intrinsic dan ekstrinsik. Stress intrinsic berhubungan dengan tujuan pribadi
ibu, dimana dia berusaha untuk membuat sesempurna mungkin kehidupan pribadi dan
kehidupan sosialnya. Stress ekstrinsik timbul karena factor eksternal seperti sakit, kehilangan,
kesendirian dan masa reproduksi.
Menurut Burnard (1991) stress selama masa reproduksi berkaitan dengan kemampuan
seseorang dalam mengatasi stress, stress yang bersumber dari pihak lain, stress yang
disebabkan penyesuaian terhadap tekanan social. Stress seorang ibu hamil yang berasal dari
dalam diri berkenaan dengan perasaan gelisah terhadap kemampuannya untuk bisa
beradaptasi dengan kondisi kehamilannya.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa perubahan psikologis yang terjadi
pada trimester pertama ialah (a) merasa tidak sehat dan benci kehamilannya, (b) selalu
memperhatikan setiap perubahan pada tubuhnya, (c) mencari tanda-tanda untuk meyakinkan
bahwa dirinya sedang hamil, (d) mengalami gairah seksual yang lebih tinggi tetapi energi
libidonya menurun, (e) rasa khawatir atas kehilangan penampilan bentuk tubuh, (f)
membutuhkan sikap penerimaan atas kehamilannya dari anggota keluarga besarnya dan (g)
adanya ketidakstabilan emosi dan suasana hati (Sulistyawati, 2009).
Trimester II sering disebut sebagai periode pancaran kesehatan. Tubuh ibu sudah
terbiasa dengan kadar hormon yang lebih tinggi dan rasa tidak nyaman karena hamil pun
sudah berkurang. Perut ibupun belum terlalu besar sehingga belum dirasakan sebagai beban.
Ibu sudah menerima kehamilannya dan dapat mulai menggunakan energi dan pikirannya
secara lebih konstruktif.
Pada trimester ini pula ibu dapat merasakan gerakan bayinya. Banyak ibu yang
merasa terlepas dari kecemasan dan rasa tidak nyaman seperti yang dirasakannya pada
trimester pertama dan nafsu makan ibusudah kembali seperti biasa. Kebanyakan wanita
merasa lebih erotis selama trimester kedua, hampir 80% wanita hamil mengalami
peningkatan dalam hubungan seks dibandingkan pada trimester pertama dan sebelum
kehamilan. Pada trimester kedua relatif lebih bebas dari ketidaknyamanan fisik, ukuran perut
belum menjadi suatu masalah, lubrikasi vagina lebih banyak dan hal yang menyebabkan
kebingungan sudah surut, dia telah berganti dari mencari perhatian ibunya menjadi mencari
perhatian pasangannya, semua faktor ini berperan pada meningkatnya libido dan kepuasan
seks.
Ibu merasa bahwa bayi yang dikandungnya sebagai individu yang merupakan bagian
dari dirinya, kesadaran yang baru ini menimbulkan perubahan dalam memusatkan dirinya ke
bayinya. Pada saat ini jenis kelamin bayi tidak begitu penting, perhatian ditujukan pada
kesehatan bayi dan kehadirannya dalam keluarga.
Hubungan sosial meningkat dengan wanita hamil lainnya atau yang baru menjadi ibu dan
ketertarikan dan aktifitasnya terfokus pada kehamilan, kelahiran dan persiapan untuk peran
baru. Tubuh ibu sudah beradaptasi dengan kadar hormon yang lebih tinggi, sehingga merasa
lebih sehat dibandingkan dengan trimester I.
Perubahan psikologis pada trimester kedua, secara umum periode trimester kedua
dikelompokkan menjadi dua fase, yakni prequickeckening (sebelum ada pergerakan janin
yang dirasakan ibu) dan postquickening (setelah ada pergerakan janin yang dirasakan ibu).
Perasaan menolak terhadap sikap negatif dari ibunya akan menyebabkan rasa bersalah pada
dirinya, kecuali bila ibu hamil menyadari bahwa hal tersebut normal karena ia sedang
mengembangkan identitas keibuannya. Proses yang terjadi dalam masa pengevaluasian
kembali ini adalah perubahan identitas dari penerima kaih sayang (dari ibunya) menjadi
pemberi kasih sayang (persiapan menjadi seorang ibu). Transisi ini memberikan pengertian
bagi ibu hamil untuk mempersiapkan dirinya sebagai ibu yang penuh kasih sayang kepada
anak-anak yang akan dilahirkannya kelak.
Pada wanita multi gravida, peran baru menggambarkan bagaimana dia bisa menjelaskan
hubungan dengan anaknya yang lain dan bagaimana jika dia harus meninggalkan rumah
untuk sementara waktu disaat proses persalinan. Pergerakan bayi membantu ibu membangun
konsep bahwa bayinya adalah makhluk hidup yang terpisah dari dirinya. Hal ini
menyebabkan perubahan fokus pada bayinya.
Bentuk-bentuk reaksi psikologis pada trimester kedua, untuk trimester kedua kehidupan
psikologis ibu hamil tampak lebih tenang dan mulai dapat beradaptasi, perhatian mulai
beralih pada perubahan bentuk tubuh, kehidupan seksual, keluarga, dan hubungan batiniah
dengan bayi yang dikandungnya, serta peningkatan kebutuhan untuk dekat dengan figur ibu,
melihat, dan meniru peran ibu. Selain itu, ketergantungan ibu hamil kepada pasangan juga
semakin meningkat seiring dengan perkembangan kehamilannya.
1. Rasa Khawatir
Kadang kala ibu khawatir bahwa bayi akan lahir sewaktu-waktu. Hal ini menyebabkan
adanya peningkatan kewaspadaan atas timbulnya tanda-tanda persalinan. Ibu seringkali
merasa khawatir atau takut kalau bayi yang akan dilahirkannya tidak normal. Kebanyakan ibu
juga akan bersikap melindungi bayinya dan menghindari orang atau benda yang dianggap
membahayakan bayi. Ibu mulai merasa takut atas rasa sakit dan bahaya fisik yang akan
timbul pada saat melahirkan.
2. Perubahan Emosional
Perubahan emosional trimester II terjadi pada bulan kelima kehamilan terasa nyata karena
bayi sudah mulai bergerak sehingga dia mulai memperhatikan bayi dan memikirkan apakah
bayinya akan dilahirkan sehat atau cacat. Rasa kecemasan seperti ini terus meningkat seiring
bertambah usia kehamilannya.
Yang perlu diketahui bahwa hubungan seksual pada masa hamil tidak ada yang perlu
dikhawatirkan. Janin tidak akan terpengaruh karena berada di area belakang serviks dan
dilindungi cairan amniotik dalam uterus. Namun dalam beberapa kondisi hubungan seks
selama trimester kedua tidak diperbolehkan, mencakup plasenta previa dan ibu dengan
riwayat persalinan prematur.
Selain itu mekanisme fisik untuk saling merapat dalam hubungan seksual akan menjadi sulit
dan kurang nyaman, misalnya berbaring terlentang dan menahan berat badan suami. Namun
dengan mengkreasi posisi yang menyenangkan masalah ini bisa diatasi. Walaupun sebagian
ibu hamil merasakan seks selama hamil terasa meningkat, tidak semua libido wanita akan
meningkat pada trimester kedua. Perubahan tingkat libido disebabkan variasi perubahan
hormonal.
Mengenai strategi pemilihan posisi saat berhubungan seks ini sangat beragam, semua
tergantung pada kesiapan fisik dan psikis dari kedua pihak. Bagi sebagian perempuan,
kehamilan justru meningkatkan dorongan seks, tetapi bagi sebagian lain tidak berpengaruh.
Sementara bagi perempuan yang lain, kehamilan justru menekan atau menurunkan dorongan
seks. Namun, perlu kita ketahui bahwa hubungan seks saat ibu hamil pada dasarnya
dipengaruhi kepercayaan yang telah dimiliki kedua pasangan tentang perilaku seksual,
kondisi fisik dan emosi (Kusmiyati, 2010).
Ibu seringkali merasa khawatir atau takut kalau-kalau bayi yang dilahirkannya tidak normal.
Ibu bermimpi yang mencerminkan perhatian dan kekhawatirannya, ibu lebih sering bermimpi
tentang bayinya, anak-anak, persalinan, kehilangan bayi atau terjebak di suatu tempat kecil
dan tidak bisa keluar. Kebanyakan ibu juga akan bersikap melindungi bayinya dan akan
menghindari orang atau benda apa saja yang dianggapnya membahayakan bayinya. Seorang
ibu mungkin mulai merasa takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang akan timbul pada
waktu melahirkan dan merasa khawatir akan keselamatannya.
Rasa tidak nyaman akibat kehamilan timbul kembali pada trimester ketiga dan banyak ibu
yang merasa dirinya aneh dan jelek, sehingga memerlukan perhatian lebih besar dari
pasangannya. disamping itu ibu mulai merasa sedih karena akan terpisah dari bayinya dan
kehilangan perhatian khusus yang diterima selama hamil, terdapat perasaan mudah terluka
(sensitif). Hasrat seksual tidak setinggi pada trimester kedua karena abdomen merupakan
sebuah penghalang. Posisi alternatif untuk hubungan seksual dan metode alternatif yang
memberikan kepuasan seksual mungkin membantu atau malah menimbulkan perasaan
bersalah jika ada ketidaknyamanan dalam berhubungan seksual. Bersikap terbuka dengan
pasangan atau konsultasi dengan bidan atau tenaga kesehatan lain adalah hal yang penting.
Trimester ketiga adalah saat persiapan aktif untuk kelahiran bayi dan menjadi orang tua,
bahkan mereka juga memilih sebuah nama untuk bayi yang akan dilahirkan. Keluarga mulai
menduga-duga apakah bayinya laki-laki atau perempuan dan akan mirip siapa. Trimester III
merupakan periode penantian/menunggu dan merupakan saat persiapan aktif untuk kelahiran
bayi dan menjadi orang tua.
Perubahan psikologis pada trimester ketiga, perubahan psikologis ibu hamil periode trimester
terkesan lebih kompleks dan lebih meningkat kembali dari trimester sebelumnya. Hal ini
dikarenakan kondisi kehamilan semakin membesar. Kondisi itu tidak jarang memunculkan
masalah seperti posisi tidur yang kurang nyaman dan mudah terserang rasa lelah atau
kehidupan emosi yang fluktuatif.
1. Rasa Tidak Nyaman
Rasa tidak nyaman akibat kehamilan akan timbul kembali pada trimester ketiga dan banyak
ibu yang merasa dirinya aneh dan jelek. Disamping itu, ibu mulai merasa sedih karena akan
berpisah dari bayinya dan kehilangan perhatian khusus yang diterima selama hamil sehingga
ibu membutuhkan dukungan dari suami, keluarga, dan bidan.
2. Perubahan Emosional
Perubahan emosional trimester III terutama pada bulan-bulan terakhir kehamilan biasanya
gembira bercampur takut karena kehamilan telah mendekati persalinan. Rasa
kekhawatirannya terlihat menjelang melahirkan, apakah bayi lahir sehat dan tugas-tugas apa
yang dilakukan setelah kelahiran (Sulistyawati, 2009).
1. Sensitif
Awal penyebab wanita hamil menjadi lebih sensitif adalah faktor hormon. Reaksi wanita
menjadi lebih peka, mudah tersinggung dan gampang marah. Apapun perilaku ibu hamil
sering dianggap kurang menyenangkan. Perubahan ini pasti berakhir, jangan sampai
perubahan ini merusak hubungan suami istri menjadi tidak harmonis. Oleh sebab itu, keadaan
ini sudah sepantasnya dipahami suami dan jangan membalas dengan kemarahan karena akan
menambah perasaan tertekan. Perasaan tertekan akan berdampak buruk dalam perkembangan
fisik dan psikis bayi.
2. Cenderung Malas
Penyebab wanita hamil cenderung malas tidak begitu saja terjadi, melainkan pengaruh
perubahan hormon yang sedang dialaminya. Perubahan hormonal akan mempengaruhi
gerakan tubuh ibu, seperti gerakannya yang semakin lamban dan cepat merasa letih. Keadaan
ini membuat ibu hamil cenderung menjadi malas.
5. Ansietas (Kecemasan)
Ansietas menggambarkan rasa kecemasan, khawatir, gelisah, dan tidak tentram yang disertai
dengan gejala fisik. Ansietas merupakan bagian dari respon emosional terhadap penilaian
individu yang subjektif yang keadaannya dipengaruhi alam bawah sadar.
Menurut Reva Rubin selama periode kehamilan hampir sebagian besar ibu hamil sering
mengalami kecemasan. Yang membedakannya adalah tingkat kecemasannya. Setiap ibu
hamil memiliki tingkat cemas yang berbeda-beda dan sangat tergantung pada sejauh mana
ibu hamil itu mempersepsikan kehamilannya.
1. Asam Folat
Ibu hamil memerlukan asam folat yang cukup untuk mencegah cacat pada sistem saraf bayi
(neural tube defect – NTD). Biasanya NTD ini mulai berkembang di 28 hari pertama setelah
pembuahan, sayangnya pada masa ini kebanyakan ibu belum menyadari bahwa ia sedang
hamil. Oleh karena itu, bagi ibu yang telah merencanakan kehamilan mesti memenuhi
kebutuhan asam folat sekitar 400-800 mikrogram setiap hari. Susu khusus ibu hamil biasanya
sudah disertai asam folat yang baik untuk janin. Namun, kalau ibu tidak mengonsumsi susu
ibu hamil maka bisa mengonsumsi makanan dengan kandungan asam folat. Sayuran hijau,
sereal gandum, kacang-kacangan, dan jeruk mengandung asam folat yang baik untuk
kandungan.
2. Vitamin D
Setidaknya ibu yang sedang hamil dan menyusui mesti memenuhi kebutuhan vitamin D
harian sebanyak 10 miligram. Terpenuhinya vitamin D dapat membantu menunjang
kesehatan tulang dan gigi. Bagi ibu hamil, vitamin D berguna untuk menunjang pertumbuhan
tulang bayi dalam kandungan. Jika kekurangan vitamin D dapat memberikan dampak negatif
pada tulang, sehingga tidak tumbuh secara maksimal. Ibu hamil dapat mendapatkan asupan
vitamin D alami dari ikan, seperti salmon dan sarden, telur, serta daging. Selain itu, berjemur
di bawah sinar matahari juga bisa menambah asupan vitamin D yang dibutuhkan tubuh, lho.
3. Kalsium
Asupan kalsium yang dibutuhkan ibu hamil adalah sekitar 1.000 miligram setiap hari. Sama
seperti halnya vitamin D, kalsium sangat bermanfaat untuk menunjang kesehatan tulang dan
gigi bayi dalam kandungan. Kalsium membantu janin untuk tumbuh dan membentuk
tulangnya, sehingga dia bisa tumbuh sempurna. Ibu bisa mendapatkan sumber kalsium dari
makanan, seperti tahu, tempe, yogurt, susu, sayuran hijau, dan kacang-kacangan. Jadi,
masukkan makanan-makanan ini dalam sumber asupan harian, ya.
4. Zat Besi
Oksigen yang mengalir ke semua bagian tubuh dibawa oleh sel darah merah. Oleh karena itu,
ibu hamil mesti memiliki zat besi yang cukup. Zat besi berguna untuk membentuk sel-sel
darah merah. Jika kekurangan zat besi, ibu bisa terkena anemia yang berakibat pada kondisi
fisik yang mudah lelah, pusing, lemah, dan pucat. Selain itu, zat besi bagi janin dalam
kandungan juga penting untuk menunjang pertumbuhannya. Kekurangan zat besi pada janin
dapat berisiko membuatnya mengidap anemia ketika lahir. Selain itu, risiko Si Kecil lahir
prematur dan berat badan rendah pun semakin meningkat.
Berikut ini vitamin lainnya yang juga tidak kalah penting untuk ibu hamil:
Vitamin A & Beta Karoten, untuk membantu pertumbuhan tulang bayi. Penuhi
asupan vitamin ini minimal 770 mikrogram.
Vitamin E, membantu membentuk tubuh dan menggunakan sel darah merah dan otot.
Konsumsi 15 miligram per hari.
Vitamin C, bertindak sebagai antioksidan yang mampu melindungi jaringan dari
kerusakan dan membantu tubuh menyerap zat besi, serta membangun sistem
kekebalan tubuh yang kuat. Konsumsi maksimal 2000 miligram per hari.
Vitamin B1, meningkatkan energi dan mengatur sistem saraf. Konsumsi 1,4 miligram
per hari.
Vitamin B2, mempertahankan energi, penglilhatan yang baik, dan kulit yang sehat.
Konsumsi 1,4 miligram per hari.
Vitamin B12, merupakan faktor penting dalam sintesis DNA dan dapat mencegah
cacat tabung saraf (NTDs). Konsumsi 2,6 mikrogram per hari.
- Golongan darah dan faktor rhesus Ibu. Dokter harus mengetahui golongan darah Ibu, dan
apakah darah Ibu rhesus positive (RH+) atau rhesus negative (RH-). Bila darah Ibu RH- dan
Ibu mengandung bayi dengan RH+, tubuh Ibu akan memproduksi antibodi untuk melawan
sel-sel darah RH+. Ini berbahaya bagi janin. Kalau dokter sudah mengetahui golongan darah
Ibu, kemungkinan yang akan terjadi bisa diatasi.
- Infeksi akibat virus Toxoplasma, Rubella dan Cytomegalovirus yang berbahaya bagi
kesehatan janin, pemeriksaan yang sering disebut pemeriksaan TORCH ini perlu untuk
melihat adanya antibodi dalam darah Ibu.
- Mengetahui infeksi penyakit lain seperti HIV B, Syphilis, bahkan HIV/AIDS.
Tes Urin
Tes urin tidak hanya dilakukan saat memastikan kehamilan. Setelah hamil, tes urin juga perlu
dilakukan untuk mengetahui apakah Ibu terpapar obat-obatan tertentu, alkohol, bahkan
narkotika.
Efek penggunaan obat tertentu di masa kehamilan, berdampak buruk bagi perkembangan otak
janin. Penggunaan terus menerus, terutama pada awal kehamilan, bisa mengacaukan sistem
saraf bayi.
Selain itu, tes urine juga berguna untuk menghindari:
- Infeksi saluran kencing. Protein dalam urin bisa menjadi tanda adanya diabetes, glukosa
dalam urin dapat mengindikasikan tingginya kadar gula.
Selain rajin melakukan beragam pemeriksaan untuk memastikan kondisi janin di dalam
kandungan, Ibu perlu mendukung perkembangan janin di dalam kandungan dengan
memberinya nutrisi optimal.
Kunjungan pelayanan antenatal care pada ibu hamil yang normal biasanya
disingkat dengan huruf K pada buku pink yang di berikan pada saat pertama kali
melakukan kunjungan. Bila kehamilan termasuk resiko tinggi maka jadwal
kunjungan akan semakin diperketat. Biasanya jadwal kunjungan pada ibu hamil
minimal 4 kali kunjungan.Pemeriksaan antenatal yang lengkap adalah K1, K2,
K3, K4. Hal ini berarti, minimal melakukan kunjungan sekali pada usia
kehamilan kurang dari 28 minggu ( Trimester I), sekali kunjungan antenatal pada
usia kehamilan 28-36 minggu (Trimester II), dan minimal 2 kali kunjungan pada
usia kehamilan diatas 36 minggu (Trimester III).
Selama melakukan kunjungan antenatal care, ibu akan mendapatkan
serangkaian pemeriksaan yang terkait dengan upaya untuk memastikan ada
tidaknya kehamilan dan pengamatan berbagai kemungkinan ada tidaknya penyulit
atau gangguan kesehatan selama kehamilan yang mungkin dapat mengganggu
kualitas dan luaran kehamilan. Identifikasi kehamilan diperoleh melalui
pengenalan perubahan anatomic dan fisiologi kehamilan. Jika kehamilan terdapat
kelainan maka akan dilakukan uji hormonal kehamilan dengan menggunakan
berbagi metode pemeriksaan yang tersedia (PrawirohardjoS, 2014: 279).
2. Etiologi
Etiologi penyakit ini belum diketahui dengan pasti. Carpenito (1997:1042)
menerangkan bahwa, faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya preeklamsia
sebagai berikut :
3. Faktor predisposisi
Penyebab pre eklamsia belum diketahui secara pasti, penyakit ini masih disebut
Disease of theory (Sudhaberata, 2001). Namun demikian, perhatian harus
ditunjukan terutama pada penderita yang mempunyai faktor predisposisi terhadap
pre eklamsia. Menurut Wiknjosastro (2008) fraktor predisposisi/risiko tersebut
antara lain:
1) Usia/umur: primigravida dengan usia dibawah 20 tahun dan semua ibu
dengan usia diatas 35 tahun dianggap lebih rentan.
2) Paritas: primigravida memiliki insideni hipertensi hampir dua kali lipat
3) Faktor keturunan (genetic): bukti adanya pewarisan secara genetik paling
mungkin disebabkan oleh turunan resesif.
4) Status sosial ekonomi: pre eklamsia dan eklamsia lebih umum ditemui pada
kelompok sosial ekonomi rendah.
5) Komplikasi obstetrik: kehamilan kembar, kehamilan mola atau hidrops
fetalis.
6) Riwayat penyakit yang sudah ada sebelumnya: Hipertensi, Diabetes Melitus,
penyakit ginjal, System Lupus Erytematosus (SLE), sindrom antifosfolipid
antibody.
4. Patofisiologi
Pada beberapa wanita hamil, terjadi peningkatan sensitifitas vaskuler
terhadap angiotensin II. Peningkatan ini menyebabkan hipertensi dan kerusakan
vaskuler, akibatnya akan terjadi vasospasme. Vasospasme menurunkan diameter
pembuluh darah ke semua organ, fungsi fungsi organ seperti plasenta, ginjal, hati
dan otak menurun sampai 40-60 %. Gangguan plasenta menimbulkan degenerasi
pada plasenta dan kemungkinan terjadi IUGR dan IUFD pada fetus. Aktivitas
uterus dan sensitivitas terhadap oksitosin meningkat.
Kehamilan tua/aterm
Terminasi kehamilan
Pervaginam SC
a. Preeklamsia Ringan
Pada preeklamsia ringan dengan umur kehamilan <37 minggu akan tetap
dilanjutkan sampai aterm jika tidak ada gejala yang memburuk. Namun pada
umur kehamilan >37 minggu dengan serviks yang sudah matang akan dilakukan
pemecahan ketuban kemudian induksi kehamilan dengan oksitosin atau
prostaglandin, namun jika serviks belum matang maka akan dilakukan
pematangan dengan prostaglandin atau keteter foley atau akan dilakukan tindakan
terakhir yaitu seksio saesar (Nugroho Taufan, 2012: 06).
a. Preeklamsia Berat
a. Bila terjadi kejang, perhatikan jalan nafas, pernapasan (oksigen) dan sirkulasi
(cairan intravena).
b. MgSO4 diberikan secara intravena kepada ibu dengan eklamsia (sebagai
tatalaksana kejang) dan preeklamsia berat (sebagai pencegahan kejang). Adapun
syarat pemberian MgSO4 adalah sebagai berikut :
1) Tersedia cairan Glukonas 10%
2) Ada refleks patella
3) Jumlah urin minimal 0,5 ml/kg BB/jam
Adapun cara pemberian MgSO4 adalah sebagai berikut :
(1) Berikan dosis awal 4 gram MgSO4 sesuai prosedur untuk mencegah terjadinya
kejang atau kejang berulang dengan cara :
1) Ambil 4 gram larutan MgSO4 (10 ml larutan MgSO4 40%) dan larutkan dengan 10
ml aquades
(1) Berikan larutan tersebut secara perlahan-lahan secara IV selama 20 menit
(2) Jika IV sulit, berikan masing-masing 5 gram MgSO4 (12,5 ml larutan MgSO4 40%)
secara Im di bokong kiri dan kanan.
a) Sambil menunggu rujukan, mulai dosis rumatan 6 gram MgSO4 dalam 6 jam
sesuai prosedur dengan cara : Ambil 6 gram MgSO4 (15 ml larutan MgSO4
40%) dan larutkan dalam 500 ml larutan Ringer Laktat/ringer Asetat, lalu
berikan secara IV dengan kecepatan 28 tetes/menit selama 6 jam, dan diulang
hingga 24 jam setelah persalinan atau kejang berakhir (bila eklamsia).
b) Melakukan pemeriksaan fisik tiap jam, meliputi tekanan darah, frekuensi nadi,
frekuensi pernafasan, refleks patella dan jumlah urin.
d) Jika terjadi depresi nafas, berikan cairan glukosa 1 gran secara IV (10 ml
larutan 10 %) bolus dalam 10 menit.
e) Selama ibu dengan preeklamsia dan eklamsia dirujuk pantau dan nilai adanya
perburukan preeklamsia. Apabila terjadi eklamsia, lakukan penilaian awal dan
tatalaksana kegawatdaruratan. Berikan kembali MgSO4 2 gram secara IV
perlahan-lahan (15-20 menit). Bila setelah pemberian MgSO4 ulang masi
terdapat kejang, dapat dipertimbangkan untuk pemberian diazepam 10 mg
secara IV selama 2 menit.
7. Pemeriksaan penunjang preeklamsia
a. Uji diagnostik dasar.
a. Pengukuran tekanan darah.
b. Analisi protein dalam urine.
c. Pemeriksaan edema.
d. Pengukuran tinggi fundus uteri.
e. Pemeriksaan funduskopik.
b. Uji laboratorium.
1. Evaluasi hematologik (hematokrit, jumlah trombosit, morfologi eritrosit pada
sediaan darah tepi).
2. Pemeriksaan fungsi hati (bilirubin, protein serum, aspartat aminotranferase).
3. Pemeriksaan fungsi ginjal (ureum dan kreatinin).
c. Uji untuk meramalkan hipertensi.
1. Roll-over test.
2. Pemberian infus angiotensin II.
8. Pengkajian Asuhan Keperawatan
a. Sirkulasi
Peningkatan tekanan darah menetap melebihi nilai dasar setelah 20minggu
kehamilan. Riwayat hipertensi kronis, nadi mungkin menurun, dapat
mengalami memar spontan, perdarahan lama, atau epistaksis
(trombositopenia).
b. Eliminasi
Fungsi ginjal mungkin menurun (kurang dari 400ml/24jam) atau tidak ada.
c. Makanan/cairan
Mual, muntah. Penambahan berat badan 2+1b [0,9072kg] atau lebih dalam
1minggu, 6 1b [2,72kg] atau lebih/bulan (tergantung pada lamnya gestasi).
Malnutrisi (kelebihan atau kurang berat badan 20% atau lebih besar),
masukan protein/kalori kurang. Edema mungkin ada, dari ringan sampai
berat/umum dan dapat meliputi wajah, ekstrimitas dan sistim organ. Diabetes
melitus.
d. Neurosensori
Pusing, sakit kepala frontal. Diplopia, penglihatan kabur. Hiperefleksia.
Kacau mental-tonik, kemudian fase tonik-klonik, diikuti dengan periode
kehilangan kesadaran. Pemeriksaan funduskopi dapat menunjukkan edema
atau spasme vaskuler.
e. Nyeri/ketidaknyamanan
Nyeri epigastrik (region kuadran atas kanan [KkaA]).
f. Penapasan
Pernapasan mungkin kurang dari 14x/menit. Krekels mungkin ada.
g. Keamanan
h. Ketidaksesuaian Rh mungkin ada.
i. Seksualitas
Primmigravida, gestassi multipel, hidramnion, mola hidratidosa, hidrops
fetalis (Antigen-antibodi Rh). Gerakan bayi mungkin berkurang. Tanda-tanda
abrupsi plasenta mungkin ada..
j. Penyuluhan/pembelajaran
Remaja (di bawah usia 15 tahun) dan primigravida lansia (usia 35 tahun atau
lebih) berisiko tinggi. Riwayat keluarga hipertensi karena kehamilan (HKK).
9. Pemeriksaan Diagnostik
a. Tes presor supine (tes rollever) : dapat digunakan untuk memeriksa klien-klien
berisiko terhadap HKK, antara gestasi minggu ke 28-32, meskipun keakuratan
diragukan; peningkatan 20-30 mmHg pada tekanan sistolik atau 15-20mmHg
pada tekanan diastol menandakan tes positif.
b. Tekanan arteri rerata (MAP) : 90 mmHg pada trimester ke 2 mmenandakan
HKK.
c. Hematokrit (Ht) : Meningkat pada perpindahan cairan, atau penurunan pada
sindrom HELLP (hemolisis, peningkatana enzim hepar, hitung trombosit
rendah).
d. Hemoglobin (Hb) : Rendah bila terjadi hemolisis (sindrom HELLP).
e. Smear perifer : Distensi sel – sel darah atau skistosit pada sindrom HELLP atau
hemolisis intravaskuler.
f. Hitung trombosit serum : Kurang dari 100.000/mm3 pada koagulasi intravaskuler
diseminata (KID) atau pada sindrom HELLP, seperti perekatan trombosit pada
kolagen yang dilepaskan dari pembuluh darah yang rusak.
g. Kadar kreatinin serum : Meningkat
h. AST (SGOT), laktat dehidrogenase (LDH), dan kadar bilirubin serum (terutama
yang tidak langsung) : Meningkat pada sindrom HELLP dengan masalah hepar.
i. Kadar asam urat : Setinggi 7 mg/100mL, bila masalah ginjal berat.
j. Masa protrombin (PT), masa tromboplastin parsial (PTT), masa pembekuan :
Memanjang, penurunan fibrinogen, produk spilt fibrin (FSP) dan produk
degradasi fibrin (FDP) positif bila terjadi koagulopati.
k. Berat jenis urin : Meningkat menunjukkan perpindahan cairan/dehidrasi
vaskuler
l. Proteinuria : Dengan menggunakan dipstik pengukuran 1+ ke 2+ (sedang), 3+
ke 4+ (berat), atau lebih dari 5 gr/ l dalam 24 jam.
m. Kadar estriol urin/plasma : Menurun menandakan penurunan fungsi plasenta.
(Estriol tidak bermanfaat sebagai prediktor dari profil biofisik [BPP] karena
kesenjangan waktu antara masalah janin dan hasil tes).
n. Kadar laktogen plasenta manusia : Kurang dari 4 mEq/ml menunjukkan
fungsi plasenta abnormal (tidak sering dilakukan pada skrining HKK).
o. Ultrasonografi : Pada gestasi minggu ke 20 sampai ke 26 dan diulang 6–10
minggu kemudian, menentukan usia gestasi dan mendeteksi retardasi
pertumbuhan intrauterus (IUGR).
p. Tes cairan amniotik (rasio lesitin terhadap sfingomielin [L/S],
fosfatidilgliserol [pg], kadar fosfatidilklolin tersaturasi) : menggambarkan
maturitas paru janin.
q. BPP (biophysical profile), termasuk volume cairan amniotik, ”fetal tone”,
pergerakan pernapasan janin (FBM), pergerakan janin dan denyut jantung
janin reaktif/tes nonstres : menentukan kesejahteraan/risiko janin.
r. Tes stres kontraksi (CST) : Mengkaji respon janin terhadap stres kontraksi
uterus.
10. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
a. Kekurangan volume cairan (kegagalan regulasi) berhubungan dengan
kehilangan protein plasma, penurunan tekanan osmotik koloid plasma
menyertai perpindahan cairan dari kompartemen vaskuler.
b. Penurunan curah jantung berhubungan dengan hipovolemia/penurunan aliran
balik vena, peningkatan tahanan vaskuler sistemik.
c. Perubahan perfusi jaringan, uteroplasenta berhubungan dengan hipovolemia
ibu, interupsi aliran darah (vasospasme progresif dari arteri spiral).
d. Nyeri akut berhubungan dengan menghebatnya aktivitas uterus,
ketidaknyamanan berkenaan dengan hipertensi atau infus oksitosin; hipoksia
miometrik (abrupsio plasenta) dan ansietas.
e. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi; transmisi/pengaruh buruk
interpersonal, ancama kematian.
f. Resiko tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas janin berhubungan dengan
perubahan alliran darah, vasospasme dan/atau kontraksi uterus yang lama
11. Rencana asuhan keperawatan (kriteria hasil, intervensi dan rasional)
a. Kekurangan volume cairan (kegagalan regulasi) berhubungan dengan
kehilangan protein plasma, penurunan tekanan osmotik koloid plasma
menyertai perpindahan cairan dari kompartemen vaskuler.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan volume
cairan dapat terpenuhi.
Kriteria hasil :
2.) Bedakan edema kehamilan yang patologis dan fisiologis, pantau lokasi
dan derajat pitting.
Rasional : adanya edema pitting pada wajah, tangan, kaki, area skral atau
dinding abdomen, atau edema yang tidak hilang setelah 12 jam tirah
baring.
5.) Pantau masukan dan haluaran. Perhatikan warna urin, dan ukur berat jenis
sesuai indikasi.
Rasional : Haluaran urin adalah indikator sensitif dari sirkulasi volume darah.
Oliguria menandakan hipovolemi berat dan ada masalh pada ginjal.
Kriteria hasil :
1.) Melaporkan tidak adanya atau menurunnya kejadian dipsnea.
2.) Mengubah tingkat aktifitas sesuai kondisi.
3.) Tetap normotensif selama sisa kehamilan.
Intervensi :
2.) Lakukan tirah baring pada klien dengan posisi miring kiri.
Rasional : Meningkatkan aliran balik vena, curah jantung, dan perfusi
ginjal/plasenta.
Kriteria hasil :
2.) Tidak ada penurunan frekuensi jantung pada CST/OCT (contraction stress
test/oxytocin challenge test).
Intervensi :
2.) Tinjau ulang tanda-tanda abrupsi plasenta (mis: perdarahan vagina, nyeri
tekan uterus, nyeri abdomen, dan penurunan aktivitas janin).
Kriteria hasil :
Intervensi :
Kriteria hasil :
1.) Kaji denyut jantung janin, perhatikan perubahan periodik (akselerasi dan
deselerasi) dan pola variabilitas jangka pendek dan jangka panjang. Laporkan
penurunan variabilitas dan deselerasi lambat bila ada.
Rasional : Deselerasi lambat atau berulang yang disertai dengan penurunan
variabilitas atau takikardia kemudian bradikardia dapat menandakan
insufisiensi uteroplasenta atau potensial pelemahan/kematian janin.
2.) Tinggikan kaki klien, berikan oksigen melalui kanul nasal pada 10-12L/mnt.
Rasional : Meningkatkan aliran balik vena, volume darah sirkulasi dan
ketersediaan oksigen untuk ambilan janin.
3.) Siapkan untuk kelahiran vagina atau kelahiran sesaria tergantung pada status
janin dan dilatasi servikal.
Rasional : Intervensi mungkin perlu untuk mencegah pelemahan
janin/neonatal karena afiksia.
DAFTAR PUSTAKA
Anik & Yulianingsih 2009, Asuhan kegawatdaruratan dalam Kebidanan, Trans Info Media,
Jakarta.
Saifuddin, Abdul B 2002, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharjo, Jakarta.
Prawirohardjo, Sarwono 2009, Ilmu Kebidanan Cetakan ke 2, edk 4, Bina Pustaka, Jakarta.
https://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/materi-konsep-dasar-kehamilan-lengkap.html
di akses tanggal 7 april 2020 pukul 15.30
https://www.nutriclub.co.id/kategori/kehamilan/aktivitas/pemeriksaan-selama-kehamilan/
di akses tanggal 7 april 2020 pukul 19.45