Anda di halaman 1dari 4

Nama : Arvin Hardian Tambunan

Kelas : A
NIM : 1961050103
Tugas Mikrobiologi
1. Prinsip pencegahan infeksi virus lengkap dengan contonhya dan aplikasi klinik
2. Prinsip pengobatan infeksi virus lengkap dengan contohnya dan aplikasi klinik

A. Prinsip Pencegahan Infeksi Virus Lengkap Dengan Contohnya dan Aplikasi Klinik
Pengertian prinsip pencegahan infeksi adalah Suatu usaha yang dilakukan untuk
mencegah terjadinya resiko penularan infeksi mikro organisme dari lingkungan klien dan
tenaga kesehatan
Mencegah atau membatasi penularan infeksi di sarana pelayanan kesehatan memerlukan
penerapan prosedur dan protocol yang disebut dengan “pengendalian”. Secara hierarki hal ini
telah ditata sesui dengan efektifitas pencegahan dan pengendalian infeksi (Infection
Prevntion and Contol- IPC), yang meliputi: pengendalian bersifat adminitistrasi,
pengendalian dan rekayasa lingkungan, dan alat pelindung diri (ADP).Kegiatan ini
merupakan prioritas pertama dari strategi IPC, meliputi penyediaan kebijakan infrastruktur
dan prosedur dalam mencegah, mendeteksi, dan mengendalikan infeksi selama perawatan
kesehatan. Kegiatan akan efektif bila dilakukan mulai dari antisipasi alur pasien sejak saat
pertama kali datang sampai keluar dari sarana pelayanan. Pengendalian administratif dan
kebijakan – kebijakan yang diterapkan pada ISPA meliputi pembentukan infrastruktur dan
kegiatan IPC yang berkesinambungan, membangun pengetahuan petugas kesehatan,
mencegah kepadatan pengunjung di ruang tunggu, menyediakan ruang tunggu khusus untuk
orang sakit dan penempatan pasien rawat inap, mengorganisir pelayanan kesehatan agar
persedian perbekalan digunakan dengan benar. Aspek klinis dan epidemiologi kasus harus
segera dievaluasi dan penyelidikan harus dilengkapi dengan evaluasi laboratorium.

a. Pengendalian dan rekayasa lingkungan


Kegiatan ini dilakukan termasuk di infrastruktur sarana pelayanan kesehatan
dasar dan di rumah tangga yang merawat kasus dengan gejala ringan dan tidak
membutuhkan perawatan di RS. Kegiatan pengendalian ini ditujukan untuk
memastikan bahwa ventilasi lingkungan cukup memadai di semua area didalam
fasilitas pelayanan kesehatan serta di rumah tangga, serta kebersihan lingkungan
yang memadai. Harus dijaga pemisahan jarak minmal 1 m antara setiap pasien
ISPA dan pasien lain, termasuk dengan petugas kesehatan (bila tidak
menggunakan APD). Kedua kegiatan pengendalian ini dapat membantu
mengurangi penyebaran beberapa patogen selama pemberian pelayanan
kesehatan.
b. Alat perlindungan diri (ADP)
Penggunaan secara rasional dan konsisten APD yang tersedia serta higiene
sanitasi tangan yang memadai juga akan membantu mengurangi penyebaran infeksi. Meskipun memakai
APD adalah langkah yang paling kelihatan dalam upaya pengendalian dan penularan infeksi, namun
upaya ini adalah yang terakhir dan paling lemah dalam hirarki kegiatan IPC. Oleh karena itu jangan
mengandalkannya sebagai strategi utama pencegahan. Bila tidak ada langkah pengendalian administratif
dan rekayasa teknis yang efektif, maka APD hanya memiliki manfaat yang terbatas.

c. Sterilisasi
Tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua mikroorganisme (bakteri,
jamur, parasit dan virus) termasuk endospora bakteri pada benda mati atau instrumen dengan cara
uap air panas tekanan tinggi (otoklaf), panas kering (oven), sterilan kimia atau radiasi

d. Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT)


Tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua mikroorganisme kecuali
endospora bakteri pada benda mati dengan cara merebus, mengukus atau penggunaan desinfektan
kimiawi
e. Desinfektan
bahan kimia yang membunuh atau menginaktivasi mikroorganisme, Contoh
larutan desinfektan : Klorin pemutih 0,5% untuk dekontaminasi permukaan yang lebar Klorin 0,1%
Untuk DTT kimia Glutaraldehida 2% mahal harganya biasa digunakan untuk DTT kimia atau sterilisasi
kimia Fenol, klorin tidak digunakan untuk peralatan/bahan yang akan dipakaikan pada bayi baru lahir
f. Dekontaminasi
Proses yang membuat objek mati lebih aman ditangani staf sebelum dibersihkan
(menginaktifasi serta menurunkan HBV, HIV tetapi tidak membasmi) Peralatan medis dan permukaan
harus di dekontaminasi segera setelah terpapar darah atau cairan tubuh.
g. Pembersihan (Mencuci dan membilas)

h. Penanganan Limbah medis

 Melindungi petugas pembuangan sampah dari perlukaan

 Melindungi penyebaran infeksi terhadap para petugas kesehatan

 Mencegah penularan infeksi terhadap para petugas kesehatan

 Mencegah penularan infeksi pada masyarakat sekitarnya

 Membuang bahanbahan berbahaya (bahan toksik dan radioaktif) dengan aman


Sampah medis terbagi 2 :
1. Tidak terkontaminasi

 Tidak memberikan resiko infeksi, Contoh : kertas, kardus, botol, wadah plastik yang digunakan
didalam klinik

 Dapat dibuang ditempat sampah umum


2. Terkontaminasi
 Membawa mikroorganisme yang mempunyai potensi menularkan infeksi kepada orang
yang kontak baik nakes maupun masyarakat, Contoh : bekas pembalut luka, sampah dari
kamar operasi (jaringan, darah, nanah,kasa, kapas,dll), dari laboratorium (darah, tinja, nanah,
dahak, dll), alat-alat yang dapat melukai (jarum suntik, pisau)
3. Sampah lain yang tidak mengandung bahan infeksius tetapi digolongkan berbahaya karena
mempunyai potensi berbahaya pada lingkungan
 Bahan kimia atau farmasi (misal kaleng atau botol yang mengandung obat kadaluwarsa,
vaksin, reagen desinfektan)
 Sampah sitotoksik (misal obat- obat untuk kemoterapi)
 Sampah yang mengandung logam berat (misal air raksa dari termometer yang pecah, bahan
bekas gigi,dll)
 Wadah bekas berisi gas dan tidak dapat didaur ulang (misal kaleng penyembur) yang dapat
meledak bila dibakar.

B. Prinsip Pengobatan Infeksi Virus Lengkap Dengan Contohnya dan Aplikasi Klinik
Penanganan infeksi virus sangat bergantung dengan kondisi imunitas penderita.15 Sampai
saat ini belum tersedia antivirus yang spesifik untuk semua jenis infeksi virus.15 Mekanisme
kerja antivirus sangat bervariasi namun terutama adalah dengan menghambat replikasi virus tanpa
menyebabkan efek samping pada sel host. National Symposium Tropical Skin Infection | 14 Obat
antivirus bekerja dengan menargetkan protein virus, protein host atau menguatkan respon imun
terhadap virus. Salah satu antivirus yang banyak digunakan adalah dari golongan analog
nukleosida seperti asiklovir, valasiklovir, gansiklovir, dan pensiklovir. Golongan analog
nukleosida ini poten sebagai antivirus pada herpes simplek, varisela-zoster, Epstein-Barr serta
memiliki aktivitas sedang melawan CMV. Asiklovir merupakan analog nukleosida pertama dan
memiliki efektivitas yang sama dengan valasiklovir yang merupakan prodrug dari asiklovir,
sedangkan gansiklovir dan pensiklovir merupakan turunan yang lebih baru. Antivirus lain yang
lebih jarang digunakan antara lain ribavirin yang poten pada infeksi morbili, foskarnet yang dapat
digunakan pada infeksi CMV yang resisten gansiklovir, serta penggunaan sidofovir pada infeksi
oleh Human Herpes Virus (HHV) 6.16 Selain penggunaan antivirus, saat ini dikembangkan
berbagai jenis imunomodulator untuk membantu meningkatkan daya tahan penderita. Pada tahun
1980an, imunomodulator pertama dengan nama kimia imidazokuinolon ditemukan dan dikatakan
dapat menginduksi produksi sitokin endogen dari monosit atau makrofag seperti interferon alfa,
interleukin-12, dan tumor nekrosis faktor alfa. Senyawa kimia ini juga dikatakan secara tidak
langsung menginduksi interferon gama yang merupakan sitokin limfosit T helper-1 yang berperan
dalam imunitas seluler dan presentasi antigen.15,16 Selain penggunaan imunomodulator,
pengembangan vaksinansi untuk beberapa infeksi virus diharapkan dapat mencegah dan
menurunkan morbiditas dari infeksi yang bersangkutan. Beberapa vaksin yang telah tersedia
untuk penanganan infeksi kulit akibat virus antara lain vaksin untuk variola, rubela, rubeola,
infeksi HPV yang berhubungan dengan kejadian kanker serviks dan kondiloma akuminata, vaksin
varisela serta herpes zoster. Vaksin – vaksin ini telah terbukti menurunkan angka kejadian serta
morbiditas yang disebabkan oleh infeksi virus baik pada kulit maupun secara sistemik.
Daftar Pustaka :
Gandjar I, Sjamsuridzal W, Oetari A, 2006, Mikologi Dasar dan Terapan, 1st edition, Yayasan Obor
Indonesia, Jakarta, Indonesia

Anda mungkin juga menyukai