Anda di halaman 1dari 3

1.

- arteri renalis
- arteri interlobaris
-arteri arkuata
-arteriola interlobularis
2. Glomerular basement membrane ada 3 lapisan:
1. Lamina rara externa
2. Lamina densa
3. Lamina rara interna
3. Perbedaan antara plasma darah dan urine primer adalah adanya kandungan protein
darah semacam fibrinogen, globulin dan albumin. Sedangkan urine primer tidak lagi
mengandung protein darah karena sudah mengalami penyaringan di badan malpighi
4. Berikut adalah Kandungan urine sekunder dalam keadaan normal:
- Air
- Penisilin ( jika sehabis minum obat penisilin)
- Garam
- Urea
- Empedu (memberi warna pada urine)

Berikut adalah komposisi atau kandungan urine primer dalam keadaan normal:
- Air (900 gram)
- Bikarbonat
-Natrium
-Klorida
-Protein (kurang dari 0,03%)
-Kalium
-Glukosa
-Garam
-Asam amino (0,5 gram)
-Ion Cl-
-Urea (0,3 gram)
-Ion anorganik (7,2 gram)
-Ion HCO3-

5.Perubahan pada arus listrik jantung dapat terekam dalam EKG( rekam listrik
jantung), dan berikut ini gambaran EKG hiperkalemia:
- Gelombang T tinggi, meruncing dan sempit di bagian dasar
- Gelombang P pendek, menghilang dan diikuti interval PR yang memanjang
- Gelombang QRS dan T yang menyatu dan melebar yang disebut sebagai Sine Wave
6.Pernapasan kussmaul adalah pola pernapasan yang sangat dalam dengan frekuensi
yang normal atau semakin kecil dan sering ditemukan pada penderita asidosis.
Pernafasan ini merupakan salah satu bentuk hiperventilasi
7. Karena Asedosis metabolik adalah kondisi tinggi tingkat keasaman darah yang
terjadi akibat ketidak seimbangan asam dan basa. Kondisi ini terjadi ketika ginjal
tidak dapat menghilangkan cukup asam atau ketika terlalu banyak basa yang dibuang
sehinggah pH darah menjadi rendah
8. 8 jam
9. - Anggota tubuh, misalnya lengan atau tungkai, menjadi bengkak
- Kulbila terjadi edema di paru-paruit area edema menjadi kencang dan mengkilap
- Jika kulit pada area edema di tekan maka timbul lubang seperti lesung pipit
selama beberapa detik
- Ukuran perut membesar
- Sesak napas dan batuk
10.
1. Resiko perfusi gastrointestinal tidak efektif
2. Hipervolemia
3. Resiko ketidakseimbangan elektrolit
4. Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif
5. Gangguan integritas kulit/jaringan
6. Resiko infeksi
11.
- Ortopnea
- Dispnea
- Paroxysmal nocturnal dyspnea (PND)
- Edema anasarka atau Edema perifer
- Berat badan meningkat waktu singkat
- Jugular Venous Pressure (JVP) dan cental Venous Pressure (CVP)
- Refleks hepatojugular positif
16.
-Deninfeksi vena dengan alcohol dari atas kebawah dengan sekali hapus
-Buka abocath apakah ada kerusakan atau tidak
-Menusukan abocath pada vena yang telah dipilih
-Memperhatikan adanya darah dalam kompartemen darah dalam abocath
-Tourniquet di cabut
-Menyambungkan dengan ujung selang yang telah terlebih dahulu dikeluarkan cairannya
sedikit, dan sambil dibiarkan menetes sedikit
-Memberikan plester pada ujung abocath tapi tidak menyentuh area penusukan untuk
fiksasi
-Memberi plester dengar benar dan mempertahankan keamanan abocath agar tidak
tercabut
-Mengatur cairan tetesan infus sesuai kebutuhan pasien
-Alat-alat di bereskan dan perhatikan bagaimana respon pasien
-Perawat kembali cuci tangan
-Catat tindakan yang dilakukan

18. Persiapan yang dilakukan tergantung dari jenis USG yang akan dikerjakan.
Beberapa di antaranya meliputi:
Mengonsumsi setidaknya 6 gelas air putih 2 jam sebelum tindakan dan menahan untuk
buang air kecil untuk USG daerah panggul, karena kandung kemih harus
penuh.Terkadang pasien dapat diminta untuk berpuasa 8 hingga 12 jam sebelum
tindakan USG perut, agar tidak ada sisa makanan di lambung dan usus yang dapat
menghalangi gelombang suara. Atau dapat dianjurkan untuk tidak makan lemak sejak
sore hari sebelum pemeriksaan untuk USG perut bila ingin melihat empedu, hati,
pankreas, dan limpaTidak makan atau minum 6-12 jam sebelum USG perut, khususnya
bila ingin melihat gambaran kandung empedu yang lebih jelas.Menghindari pemakaian
kosmetik, seperti bedak atau losion pada payudara sebelum USG mammae, karena dapat
mempengaruhi hasil akhir.Untuk USG transvaginal, pasien akan diminta untuk
mengosongkan kandung kemih terlebih dahulu.
20. Prosedur Pemeriksaan :
1.    Persiapkan alat. untuk pengukuran JVP
2.    Lakukan cuci tangan.
3.    Jaga privacy pasien.
4.    Pemeriksa hendaknya berdiri di samping kanan bed pasien.
5.    Jelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan, kemudian minta persetujuan pasien
untuk dilaksanakan tindakan pemeriksaan.
6.    Posisikan pasien senyaman mungkin.
7.    Atur posisi tempat tidur/bed pasien pada posisi semifowler (antara 30-45
derajat).
8.    Anjurkan pasien untuk menengok ke kiri.
9.    Identifikasi vena jugularis.
10.    Tentukan undulasi pada vena jugularis (titik teratas pada pulsasi vena
jugularis). Caranya adalah bendung vena dengan cara mengurut vena kebawah lalu
dilepas.
11.    Tentukan titik angel of Louis pada sternum. Titik tersebut letaknya dekat
dengan angulus Ludovici.
12.    Dengan mistar pertama proyeksikan titik tertinggi pulsasi vena secara
horizontal ke dada sampai titik manubrium sterni.
13.    Kemudian mistar kedua letakkan vertikal dari angel of Louis pada sternum.
14.    Lihatlah hasil pengukuran dengan melihat hasil angka pada mistar vertikal
(pertemuan antara mistar horizontal dan vertical). Hasil pembacaan ditambahkan
dengan angka 5 cm, karena diasumsikan jarak antara angel of Louis dengan atrium
kanan adalah sekitar 5 cm.
15.    Nilai normal dari pengukuran JVP adalah kurang dari 8 cmH2O.
16.    Setelah selesai, dokumentasikan hasil, kemudian bereskan alat dan setelah
itu lakukan cuci tangan.
17.    Lakukan terminasi ke pasien.

Anda mungkin juga menyukai