2 PB PDF
2 PB PDF
ABSTRAK
Inflamasi merupakan indikator penting dari beberapa insiden penyakit. Di Indonesia, terapi
obat untuk inflamasi seperti golongan AINS(Anti Inflamasi Non Steroid) serta AIS(Anti
Inflamasi Steroid) telah diterapkan sejak dahulu hingga sekarang. Namun memiliki efek
samping yang tidak diinginkan yang dapat menurunkan fungsi bologis tubuh seperti, hati,
saluran pencernaan, dan organ vital lainnya. Oleh sebab itu, sediaan herbal merupakan pilihan
alternatif dalam proses penanganan inflamasi karena efek samping yang relatif lebih kecil
serta ketersediaan tumbuhan obat yang melimpah seperti sediaan herbal antiinflamasi yang
telah distandardisasi oleh BPOM diantaranya daun seledri, daun daruju, dan mengkudu.
Tumbuhan lain yang mengandung senyawa aktif antiinflamasi dan dibahas pada artikel ini
yaitu kunyit, biji kesumba, daun buas-buas, kencur, tapak liman, daun ubi jalar ungu, daun
suji, kulit batang jambu mete, daun mahkota dewa, kerehau, sambang getih, jintan hitam,
daun piladang, daun saliara, dan kunir.
ABSTRACT
Inflamasi atau radang merupakan jaringan yang cedera. Ciri peradangan akut
indikator dari sistem kekebalan tubuh meliputi edema, kemerahan, panas, dan
melawan suatu penyakit, berfungsi nyeri. Pada proses radang akut disebabkan
kimia, seperti produk leukosit, protease 2,5%.[4] Tumbuhan obat yang berkhasiat
merupakan golongan obat antiinflamasi daruju, rimpang kunir putih dan buah
Disisi lain, sediaan herbal memiliki tumbuhan lain yang memiliki senyawa
kelebihan dibandingkan obat kimia dan aktif dan terbukti memiliki aktivitas
apabila dikonsumsi dalam jangka panjang antiinflamasi yang disajikan dalam artikel
dapat menurunkan fungsi organ tubuh ini diperoleh dari penelitian yang telah
seperti ginjal, hati, organ pada sistem dilakukan sebelumnya. Hasil penelitian
dengan terapi sediaan herbal dari berbagai melalui situs google scholar
dengan jumlah tumbuhan obat yang aktif antiinflamasi, diulas satu per satu
melimpah, tetapi yang telah digunakan hingga diperoleh data dari 15 pustaka yang
senyawa aktif dan pengaruhnya terhadap tikus sebagai hewan uji serta 1 tumbuhan
proses peradangan serta nilai persen dengan metode skrining fitokimia. Data
HASIL
Berdasarkan hasil penelusuran
Beberapa tahun terakhir studi tentang sebesar volume edema tikus pada
asam arakhidonat sebagai mediator radang memiliki potensi antiinflamasi. Hal ini
arakhidonat melalui dua jalur berbeda, sebagai salah satu bahan aktif kunyit yang
untuk meringankan rasa nyeri dengan 2. Ekstrak selaput biji kesumba (Bixa
memperlambat dan mencegah penyebaran memiliki efek antiinflamasi, hal ini karena
diujikan pada tikus untuk dilihat daya tidak terbentuk dan inflamasi dapat
1. Ekstrak etanol kunyit (Curcuma ada di dalam tubuh yang digunakan ketika
antiinflamasi dimana volume edema rata- enzim COX-2 terbentuk hanya ketika
Farmaka
Suplemen Volume 14 Nomor 2 32
yang menjadi mediator inflamasi. Dosis dari persentase ekstrak rimpang kencur
ekstrak selaput biji kesumba yang sebagai sediaan uji antiinflamasi dalam
pada tikus yang telah diinduksi karagenan ekstrak rimpang kencur yang diberikan
3. Ektrak daun buas-buas (Premna radang yang terjadi, dan berbanding lurus
mg/kgBB dengan persen inhibisi 58,10 % rimpang kencur maka efeknya sebagai
terjadi penghambatan antiinflamasi oleh rimpang kencur bekerja pada fase pertama
aktif flavonoid yang tersari dalam ekstrak merupakan mediator kimia ke tempat
sebagai inhibitor enzim lipooksigenase dan mediator utama dari inflamasi yaitu dengan
karagenan pada tikus, hasilnya dilihat dari aktivitas ekstrak rimpang kencur ini yaitu
5. Ekstrak tapak liman (Elephantophus 6. Ekstrak daun ubi jalar ungu (Ipomoea
liman dapat dilihat dengan cara induksi ekstrak daun ubi jalar ungu yaitu
Pemberian ekstrak tapak liman dengan aktivitas enzim siklooksigenase (COX) dan
udema telapak kaki tikus akibat pemberian leukosit. Dosis efektif ekstrak daun ubi
karagenan. Ekstrak tapak liman mampu jalar ungu dalam memberikan efek
tetapi belum diketahui senyawa aktifnya antiinflamasi. Hal ini karena adanya efek
Efek antiinflamasi dari ekstrak tapak liman Suji yang dapat menghambat akumulasi
berbanding lurus dengan dosis yang leukosit di daerah inflamasi. Pada kondisi
diberikan. Semakin besar dosis yang normal leukosit bergerak bebas sepanjang
sel endotel sehingga menyebabkan leukosit keberadaan senyawa asam anakardat juga
suji yang efektif sebagai antiinflamasi ialah siklooksigenase juga. Penghambatan enzim
100 mg/kgBB dengan persen inhibisi 33,19 siklooksigenase oleh senyawa polifenolik
pada kulit batang jambu mete berperan inhibisi sebesar 46,80 %.[10]
kerusakan jaringan yang akan memicu mampu menghambat produksi nitrit oksida
yang merupakan penyusun utama asam daerah inflmasi. Hasil penapisan fiokimia
tersusun atas asam amino sperti tirosin, mahkota dewa mengandung flavonoid.
valin, leusin dan lain-lain. Sehingga secara Dosis efektif fraksi air daun mahkota dewa
tidak langsung semakin banyak polimer sebesar 500 mg/kgBB dengan persen
10. Ekstrak air Nigella sativa L. halnya dengan tumbuhan yang memiliki
atsirinya, yaitu melalui penghambatan enzim yang berperan pada proses inflamasi
tikus. Dosis efektifnya sebesar 750 senyawa aktif flavonoid yang memberikan
beberapa senyawa aktif tannin, saponin, serta jumlah sel leukosit pada darah dan
lipooksigenase.[13] Selain itu tanaman ini dan leukotrien yang merupakan produk
juga telah diuji dan memiliki sifat sebagai akhir dari jalur siklooksigenase dan
alkaloid, saponin, tannin, flavonoid, tersebut secara tidak langsung juga terjadi
Farmaka
Suplemen Volume 14 Nomor 2 36
inflamasi, dimana dalam kondisi normal dengan persen inhibisi sebesar 38,10 %.
adanya kandungan flavonoid dalam fraksi minyak atsiri yang memiliki aktivitas
adhesi leukosit ke endotel dan terjadi membran lipid seperti fosfolipid yang
fraksi juga dapat menghambat enzim dilakukan oleh flavonoid dapat melalui
prostaglandin tidak terbentuk dengan cara aktivitas enzim COX atau lipooksigenase.
leukosit. Dosis efektif ekstrak etanol dari jalur COX dan lipooksigenase. Selain
camara dosis 720 mg/kgBB memiliki daya inflamasi tubuh. Flavonoid juga dapat
secara langsung mengurangi pelepasan inflamasi sendi dengan dosis sebesar 110
ke dalam sel yang berarti juga mencegah tumbuhan mengandung senyawa aktif
dengan asam arakhidonat pada sisi aktif Phaleria macrocarpa (fenolik, flavonoid),
Val.) pada tikus putih jantan galur 6. Setyari W, Sudjarwo SA. 2008.
8. Zahidah AF, Faizah O, Aqilah KN, 12. Sulisti F, Radji M. 2014. Potensi
norvegicus L.). Pharm Sci Res. kimia dan uji antiinflamasi ekstrak
Dasar dan Klinik. Jakarta: Penerbit 23. Erwin, An Nisa R, Daniel. 2015.