Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit parkinson (PP) adalah penyakit gangguan gerak yang banyak

ditemukan. Diseluruh dunia, angka kejadian PP berbeda-beda. Menurut penelitian

yang telah dilakukan, PP paling sering didapatkan pada kelompok usia dekade ke

enam dan dekade ke tujuh (Hauser, 2017). Akan tetapi pada penelitian lain

menyatakan bahwa PP dapat ditemukan pada usia setidaknya 40 tahun (Su X,

Federoff HJ, 2104). PP ditandati dengan adanya gejala klinis yang khas berupa

tremor, rigiditas, bradikinesia, dan instabilitas postural (Hauser, 2017). Selain

manifestasi motorik tersebut, PP juga dapat menimbulkan manifestasi gangguan non

motorik berupa gangguan tidur, gangguan otonom, gangguan kognitif dan gangguan

lainnya (Martinez-Martin P, Chauduri KR, Rojo-Aubin JM, Rodriguez- Blazquez C,

Alvarez-Sanchez M, Arakaki T, Chade A, 2013). Penyebab dan patogenesis PP

sampai saat ini belum dapat dijelaskan. Beberapa teori telah dikemukakan dan teori

neurodegenatif bisa menjadi pilihan dalam menjelaskan penyebab dan patogenesis PP

(More SV, Kumar H, Kim IS, Song SY, Choi DK, 2013). Oleh karena itu, banyak

literatur yang menyatakan bahwa PP termasuk dalam kelompok penyakit

neurodegeneratif.

1
B. RUMUSAN MASALAH

1. apa definisi Parkinson ?


2. apa etiologi Parkinson ?
3. bagaimana patofisiologi Parkinson ?
4. bagaimana manifestasi kelinis Parkinson ?
5. bagaimana pemeriksaan penunjang Parkinson ?
6. bagaimana penatalaksanaan Parkinson ?
7. bagaimana konsep asuhan keperawatan Parkinson ?

C. TUJUAN

1. untuk mengetahui definisi Parkinson


2. untuk mengetahui etiologi Parkinson
3. untuk mengetahui patopisiologi parkinson
4. untuk mengetahui manifestasi klinis parkinson
5. untuk mengetahui pemeriksaan penunjang parkinson
6. untuk mengetahui penatalaksanaan Parkinson
7. untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan parkinson

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Penyakit Parkinson (paralysis agitans) atau sindrom Parkinson
(Parkinsonismus) merupakan suatu penyakit/sindrom karena gangguan pada
ganglia basalis akibat penurunan atau tidak adanya pengiriman dopamine dari
substansia nigra ke globus palidus/ neostriatum (striatal dopamine deficiency).
Penyakit Parkinson adalah gangguan neurologik progresif yang mengenai
pusat otak yang bertanggung jawab untuk tetapi banyak kasus tidak diketahui
penyebabnya. Penyakit ini paling umum terjadi usia 60 tahun dan merupakan
gangguan neurologik paling umum kedua pada lansia.

B. Etiologi
Parkinson disebabkan oleh rusaknya sel-sel otak, tepatnya di substansi nigra.
Suatu kelompok sel yang mengatur gerakan-gerakan yang tidak dikehendaki
(involuntary). Akibatnya, penderita tidak bisa mengatur/menahan gerakan-
gerakan yang tidak disadarinya. Mekanis-me bagaimana kerusakan itu belum jelas
benar.Penyakit Parkinson sering dihubungkan dengan kelainan neurotransmitter di
otak faktor-faktor lainnya seperti:
a. Defisiensi dopamine dalam substansia nigra di otak memberikan respon
gejala penyakit Parkinson,
b. Etiologi yang mendasarinya mungkin berhubungan dengan virus, genetik,
toksisitas, atau penyebab lain yang tidak diketahui.

C. Patofisiologi
Jauh di dalam otak ada sebuah daerah yang disebut ganglia basalis. Jika otak
memerintahkan suatu aktivitas (misalnya mengangkat lengan), maka sel-sel saraf
di dalam ganglia basalis akan membantu menghaluskan gerakan tersebut dan
mengatur perubahan sikap tubuh. Ganglia basalis mengolah sinyal dan
mengantarkan pesan ke talamus, yang akan menyampaikan informasi yang telah
diolah kembali ke korteks otak besar.

3
Keseluruhan sinyal tersebut diantarkan oleh bahan kimia neurotransmiter
sebagai impuls listrik di sepanjang jalur saraf dan di antara saraf-saraf.
Neurotransmiter yang utama pada ganglia basalis adalah dopamin.
Pada penyakit Parkinson, sel-sel saraf pada ganglia basalis mengalami
kemunduran sehingga pembentukan dopamin berkurang dan hubungan dengan sel
saraf dan otot lainnya juga lebih sedikit. Penyebab dari kemunduran sel saraf dan
berkurangnya dopamin terkadang tidak diketahui. Penyakit ini cenderung
diturunkan, walau terkadang faktor genetik tidang memegang peran utama.
Kadang penyebabnya diketahui. Pada beberapa kasus, Parkinson merupakan
komplikasi yang sangat lanjut dari ensefalitis karena virus (suatu infeksi yang
menyebabkan peradangan otak). Kasus lainnya terjadi jika penyakit degeneratif
lainnya, obat-obatan atau racun memengaruhi atau menghalangi kerja dopamin di
dalam otak. Misalnya obat anti psikosa yang digunakan untuk mengobati paranoia
berat dan skizofrenia menghambat kerja dopamin pada sel saraf.

D. Manifestasi Klinis
Gangguan gerakan, kaku otot, tremor menyeluruh, kelemahan otot, dan
hilangnya refleks postural. Tanda awal meliputi kaku ekstremitas dan menjadi
kaku pada bentuk semua gerakan. Pasien mempunyai kesukaran dalam
memulai,mempertahankan, dan membentuk aktivitas motorik dan pengalaman
lambat dalam menghasilkan aktivitas normal.
Bersamaan dengan berlanjutnya penyakit, mulai timbul tremor, seringkali
pada salah satu tangan dan lengan, kemudian ke bagian yang lain, dan akhirnya
bagian kepala, walaupun tremor ini tetap unilateral. karakteristik tremor dapat
berupa: lambat, gerakan membalik (pronasi-supinasi) pada lengan bawah dan
telapak tangan, dan gerakan ibu jari terhadap jari-jari. Keadaan ini meningkat bila
pasien sedang berkonsentrasi atau merasa cemas, dan muncul pada saat klien
istirahat.
Karakteristik penyakit ini mempengaruhi wajah, sikap tubuh, dan gaya
berjalan. Terdapat kehilangan ayunan tangan normal. Akhirnya ekstremitas kaku
dan menjadi terlihat lemah. Karena hal ini menyebabkan keterbatasan otot, wajah
mengalami sedikit ekspresi di mana saat bicara wajah seperti topeng (sering
mengedipkan mata), raut wajah yang ada muncul sekilas.

4
E. Pemeriksaan Penunjang
1. EEG (biasanya terjadi perlambatan yang progresif)
2. CT Scan kepala (biasanya terjadi atropi kortikal difus, sulki melebar,
hidrosefalua eks vakuo). Penyakit Parkinson merupakan penyakit kronis
yang membutuhkan penanganan secara holistik meliputi berbagai bidang.
Pada saat ini tidak ada terapi untuk menyembuhkan penyakit ini, tetapi
pengobatan dan operasi dapat mengatasi gejala yang timbul.

F. Penatalaksanaan
Pengobatan penyakit parkinson bersifat individual dan simtomatik, obat-
obatan yang biasa diberikan adalah untuk pengobatan penyakit atau menggantikan
atau meniru dopamin yang akan memperbaiki tremor, rigiditas, dan slowness.
Perawatan pada penderita penyakit parkinson bertujuan untuk memperlambat
dan menghambat perkembangan dari penyakit itu. Perawatan ini dapat dilakukan
dengan pemberian obat dan terapi fisik seperti terapi berjalan, terapi
suara/berbicara dan pasien diharapkan tetap melakukan kegiatan sehari-hari. 
1. Terapi Obat-Obatan
Beberapa obat yang diberikan pada penderita penyakit parkinson:
a) Antikolinergik 
Benzotropine ( Cogentin), trihexyphenidyl ( Artane). Berguna
untuk mengendalikan gejala dari penyakit parkinson. Untuk
mengaluskan pergerakan, mengontrol tremor dan kekakuan.
b) Carbidopa/levodopa
Merupakan preparat yang paling efektif untuk menghilangkan
gejala.
c) Derivat dopamin-agonis-ergot berguna jika ditambahkan
kedalam levodopa untuk mempelancar fluktasi klinis.
d) Obat-obat antihistamin untuk menghilangkan tremor.
Preparat antivirus, Amantandin hidroklorida,digunakan untuk
mengurangi kekakuan,tremor dan bradikinestesia.
e) Inhibitor MAO untuk menghambat pemecahan dopamine
f) Obat-obat antidepresan

5
g) Selain terapi obat yang diberikan, pemberian makanan harus
benar-benar diperhatikan, karena kekakuan otot bisa
menyebabkan penderita mengalami kesulitan untuk menelan
sehingga bisa terjadi kekurangan gizi (malnutrisi) pada
penderita. Makanan berserat akan membantu mengurangi
ganguan pencernaan yang disebabkan kurangnya aktivitas,
cairan dan beberapa obat.

2. Terapi Fisik
Sebagian terbesar penderita Parkinson akan merasa efek baik
dari terapi fisik. Pasien akan termotifasi sehingga terapi ini bisa
dilakukan di rumah, dengan diberikan petunjuk atau latihan contoh
diklinik terapi fisik. Program terapi fisik pada penyakit Parkinson
merupakan program jangka panjang dan jenis terapi disesuaikan
dengan perkembangan atau perburukan penyakit, misalnya
perubahan pada rigiditas, tremor dan hambatan lainnya. Latihan fisik
yang teratur, termasuk yoga, taichi, ataupun tari dapat bermanfaat
dalam menjaga dan meningkatkan mobilitas, fleksibilitas,
keseimbangan, dan range of motion. Latihan dasar selalu dianjurkan,
seperti membawa tas, memakai dasi, mengunyah keras, dan
memindahkan makanan di dalam mulut.

6
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Pengumpulan data subjektif dan objektif pada klien dengan gangguan sistem
persarafan meliputi anamnesis, riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
diagnostik, dan pengkajian psikososial.
1. Anamnesis
Identitas klien meliputi nama, umur (lebih sering pada kelompok usia lanjut,
pada usia 50-an dan 60-an), jenis kelamin (lebih banyak laki-laki),
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk
rumah sakit, nomor register dan diagnosis medis.
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan
kesehatan adalah gangguan gerakan, kaku otot, tremor menyeluruh,
kelemahan otot, dan hilangnya refleks postural.
2. Riwayat Penyakit Saat Ini
Pada anamnesis, sering klien mengeluhkan adanya tremor pada salah satu
lengan dan tangan, kemudian kebagian lain, dan akhirnya bagian kepala,
walaupun tremor ini tetap unilateral. Karakteristik tremor dapat berupa
lambat, gerakan membalik (pronasi-supinasi) pada lengan bawah dan telapak
tangan, dan gerakan ibu jari terhadap jari-jari seolah-olah memutar sebuah pil
diantara jari-jari. Keadaan ini meningkat bila klien sedang berkonsentrasi
atau merasa cemas dan muncul pada saat klien istirahat.
Keluhan lainnya pada penyakit meliputi adanya perubahan pada sensasi
wajah, sikap tubuh, dan gaya berjalan. Adanya keluhan rigiditas deserebrasi,
berkeringat, kulit berminyak dan sering menderita dermatitis seboroik, sulit
menelan, konstipasi, dan gangguan kandung kemih yang diperberat oleh
obat-obat antikolinergik dan hipertrofi prostat.
Pertanyaan yang bisa disampaikan pada klien pada pengkajian ini meliputi :
a. Apakah Anda mengalami kekakuan tangan atau kaki?
b. Apakah Anda mengalami sentakan tidak teratur pada tangan atau kaki?

7
c. Apakah Anda mengalami “beku” atau terpaku dan tidak mampu
bergerak?
d. Apakah air liur Anda berlebihan?
e. Pernakah Anda (orang lain) melihat diri Anda meringis atau membuat
gerakan wajah atau menguyah?
f. Aktivitas fisik apa yang sulit Anda lakukan?

3. Riwayat Penyakit Dahulu


Pengkajian yang dilakukan adalah dengan mengajukan pertanyaan tentang
adalah riwayat hipertensi, DM, penyakit jantung, anemia, penggunaan obat-
obat antikoagulan, aspirin, vasodilator, dan penggunaan obat-obat
antikolinergik dalam jangka waktu yang lama.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Walaupun tidak ditemukan adanya hubungan penyakit Parkinson dengan
sebab genetik yang jelas, perawat perlu melakukan pengkajian riwayat
penyakit pada keluarga. Pengkajian dilakukan dengan menanyakan apakah
anggota keluarga terdahulu yang menderita hipertensi dan DM. Hal ini
diperlukan untuk melihat adanya komplikasi penyakit lain yang dapat
mempercepat progresifnya penyakit.
5. Pengkajian Psiko-Sosio-Spiritual
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien perlu dilakukan untuk
menilai respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya, perubahan
dalam keluarga dan masyarakat, dan respon atau pengaruhnya dalam
kehidupan sehari-harinya baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat.
Apakah klien mengalami dampak yang timbul akibat penyakit seperti
ketakutan akan kecacatan, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk
melakukan aktivitas secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang
salah (gangguan citra tubuh).
Adanya perubahan hubungan dan peran disebabkan oleh karena klien
mengalami kesulitan untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara. Pola
persepsi dan konsep diri yang ditemukan adalah klien merasa tidak berdaya,
tidak ada harapan, mudah marah dan tidak kooperatif.

8
Perubahan yang terpenting pada klien dengan penyakit Parkinson adalah
tanda depresi. Manifestasi mental muncul dalam bentuk penurunan kognitif,
persepsi dan penurunan memori (ingatan). Beberapa manifestasi psikiatrik
(perubahan kepribadian, psikosis, demensia, konfusi akut) umumnya terjadi
pada lansia.
6. Pemeriksaan Fisik
Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan-keluhan klien,
pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung data yang diperoleh dari
pengkajian anamnesis. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan per sistem
(B1-B6) dan terarah dengan fokus pemeriksaan fisik pada pemeriksaan B3
dan dihubungkan dengan keluhan klien.
7. Keadaan Umum
Klien dengan penyakit Parkinson umumnya tidak mengalami penurunan
kesadaran. Adanya perubahan pada tanda vital, yaitu bradikardi, hipotensi,
dan penurunan frekuensi pernafasan.
a. B1 (Breathing)
Gangguan fungsi pernapasan yang terjadi berkaitan dengan
hipoventilasi, inaktivitas, aspirasi makanan atau saliva, dan
berkurangnya fungsi pembersihan saluran nafas.
Inspeksi, ditemukan klien batuk atau mengalami penurunan
kemampuan untuk batuk efektif, peningkatan produksi sputum, sesak
napas dan penggunaan otot bantu napas.
Palpasi, ditemukan taktil premitus seimbang kanan dan kiri.
Perkusi, ditemukan adanya suara resonan pada seluruh lapangan paru.
Auskultasi, ditemukan bunyi napas tambahan seperti napas berbunyi,
stridor, ronkhi pada klien dengan peningkatan produksi sekret dan
kemampuan batuk yang menurun yang sering ditemukan pada klien
dengan inaktivitas.
b. B2 (Blood)
Hipotensi postural yang terjadi berkaitan dengan efek samping
pemberian obat dan juga gangguan pada pengaturan tekanan darah
oleh sistem saraf otonom.
c. B3 (Brain)

9
pengkajian B3 (Brain) merupakan pemeriksaan fokus dan lebih
lengkap dibandingkan pengkajian pada sistem lainnya.
Pada inspeksi umum ditemukan perubahan pada gaya berjalan, tremor
secara umum pada seluruh otot dan kaku pada seluruh gerakan.
d. B4 (Bladder)
Penurunan refleks kandung kemih perifer dihubungkan dengan
disfungsi kognitif dan persepsi klien secara umum. Klien mungkin
mengalami inkontinensia urine, ketidakmampuan mengkomunikasikan
kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk menggunakan urinal karena
kerusakan kontrol motorik dan postural. Selama periode ini, dilakukan
kateterisasi intermiten dengan teknik steril.
e. B5 (Bowel)
Pemenuhan nutrisi berkurang yang berhubungan dengan asupan nutrisi
kurang karena kelemahan fisik umum, kelelahan otot dan adanya
tremor menyeluruh. Klien sering mengalami konstipasi karena
penurunan aktivitas.
f. B6 ( Bone)
Adanya kesulitan untuk beraktivitas karena kelemahan, kelelahan otot,
tremor secara umum pada seluruh otot dan kaku pada seluruh gerakan
menyebabkan masalah pada pola aktivitas dan pemenuhan aktivitas
sehari-hari.
Adanya gangguan keseimbangan dan koordinasi dalam melakukan
pergerakan karena perubahan pada gaya berjalan dan kaku pada
seluruh gerakan memberikan risiko pada trauma fisik bila melakukan
aktivitas.

8. Tingkat Kesadaran
Tingkat kesadaran klien biasanya compos mentis dan juga bergantung pada
penurunan aliran darah serebri regional mengakibatkan perubahan pada status
kognitif klien.
9. Pemeriksaan fungsi serebri

10
Status mental : biasanya mengalami perubahan yang berhubungan dengan
penurunan status kognitif, penurunan persepsi, dan penurunan memori baik
jangka pendek dan memori jangka panjang.
10. Pemeriksaan saraf kranial
a. Saraf I. Biasanya pada klien cedera tulang belakang tidak ditemukan
kelainan dan fungsi penciuman tidak ada kelainan.
b. Saraf II. Hasil uji ketajaman penglihatan mengalami perubahan sesuai
tingkat usia, biasanya klien lanjut usia dengan penyakit Parkinson
mengalami penurunan ketajaman penglihatan.
c. Saraf III, IV, dan VI. Gangguan saraf okulomotorius : sewaktu melakukan
konvergensi penglihatan menjadi kabur karena tidak mampu
mempertahankan kontraksi otot- otot bola mata.
d. Saraf V. Pada klien dengan penyakit Parkinson umumnya ditemukan
perubahan pada otot wajah. Adanya keterbatasan otot wajah menyebabkan
ekspresi wajah klien mengalami penurunan , saat bicara wajah seperti
topeng (sering mengedipkan mata).
e. Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal.
f. Saraf VIII. Adanya tuli konduktif dan tuli persepsi yang berhubungan
dengan proses senilis dan penurunan aliran darah regional.
g. Saraf IX dan X. Ditemukan kesulitan menelan dalam menelan makanan.
h. Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius.
i. Saraf XII. Lidah simetris, tidak ditemukan deviasi pada satu sisi dan tidak
ada fasikulasi. Indra pengecapan normal.

11. Sistem Motorik


a. Inspeksi umum, ditemukan perubahan pada gaya berjalan, tremor secara
umum pada seluruh otot dan kaku pada seluruh gerakan. Klien sering
mengalami rigiditas deserebrasi.
b. Tonus otot ditemukan meningkat.
c. Keseimbangan dan koordinasi, ditemukan mengalami gangguan karena
adanya kelemahan otot, kelelahan, perubahan pada gaya berjalan, tremor
secara umum pada seluruh otot dan kaku pada seluruh gerakan.
12. Pemeriksaan Refleks

11
Terdapat kehilangan refleks postural, apabila klien mencoba untuk berdiri,
klien akan berdiri dengan kepala cenderung kedepan dan berjalan dengan gaya
berjalan seperti didorong. Kesulitan dalam berputar dan hilangnya
keseimbangan (salah satunya kedepan atau kebelakang) dapat menimbulkan
sering jatuh.
13. Sistem Sensorik
Sesuai berlanjutnya usia Klien dengan penyakit Parkinson mengalami
penurunan terhadap sensasi sensorik secara progresif. Penurunan sensorik yang
ada merupakan hasil dari neuropati.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kekakuan dan kelemahan
otot.
2. Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan kelemahan neuromuskular,
menurunnya kekuatan, kehilangan kontrol otot/koordinasi.
3. Hambatan komunikasi verbal yang berhubungan dengan penurunan volume
bicara, pelambatan bicara, ketidakmampuan menggerakan otot-otot wajah.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa 1: Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kekakuan


dan kelemahan otot.

Tujuan : Dalam waktu 2 x 24 jam, klien mampu melaksanakan aktivitas fisik


sesuai dengan kemampuannya.
Kriteria Hasil : Klien dapat ikut serta dalam program latihan, tidak terjadi
kontraktur sendi, bertambahnya kekuatan otot. Klien menunjukkan tindakan
untuk meningkatkan mobilitas.

Intervensi Rasional

Kaji mobilitas yang ada dan observasi Mengetahui tingkat kemampuan klien
peningkatan kerusakan. Kaji secara dalam melakukan aktivitas.
teratur fungsi motorik.

12
Lakukan program latihan yang Meningkatkan koordinasi dan
meningkatkan kekuatan otot. ketangkasan, menurunkan kekakuan
otot dan mencegah kontraktur bila
otot tidak digunakan.

Lakukan latihan postural. Latihan postural untuk melawan


kecenderungan kepala dan leher
tertarik kedepan dan kebawah.

Ajarkan teknik berjalan khusus : Teknik berjalan khusus dapat juga


 Ajarkan untuk berkosentrasi dipelajari untuk mengimbangi gaya
pada berjalan tegak, berjalan menyeret dan kecenderungan
memandang lurus kedepan, dan tubuh condong kedepan.
menggunakan cara berjalan
dengan dasar lebar (misalnya
berjalan dengan kaki terpisah).
 Klien dianjurkan untuk latihan
berjalan dengan diiringi musik
marching band atau lagu,
karena hal ini memberikan
rangsangan sensorik.
 Latihan bernapas sambil
berjalan membantu untuk
menggerakan rangka tulang
rusuk dan transpor oksigen
untuk mengisi bagian paru-paru
yang kadar oksigennya rendah.
 Melakukan periode istirahat
yang sering untuk membantu
pencegahan frustasi dan
kelelahan.

Anjurkan mandi hangat dan masase mandi hangat dan masase membantu
otot. otot-otot rileks saat melakukan
aktivitas pasif dan aktif dan

13
mengurangi nyeri otot akibat spasme
yang mengakibatkan kekakuan.

Bantu klien melakukan latihan ROM, Untuk memelihara fleksibilitas sendi


perawatan diri, sesuai toleransi. sesuai kemampuan.

Kolaborasi dengan ahli fisioterapi Peningkatan kemampuan dalam


untuk latihan fisik klien. mobilisasi ekstremitas dapat
ditingkatkan dengan latihan fisik oleh
tim fisioterapis.

Diagnosa 2: Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan kelemahan


neuromuskular, menurunnya kekuatan, kehilangan kontrol otot/koordinasi.

Tujuan : Dalam waktu 2 x 24 jam, perawatan diri klien terpenuhi.


Kriteria Hasil : Klien dapat menunjukkan perubahan gaya hidup untuk
memenuhi kebutuhan merawat diri, klien mampu melakukan aktivitas perawatan
diri sesuai dengan tingkat kemampuannya, mengidentifikasi
personal/masyarakat dapat yang membantu.

Intervensi Rasional

Mandiri
Kaji kemampuan dan tingkat Membantu dalam mengantisipasi dan
penurunan dalam skala 0-4 untuk merencanakan pertemuan kebutuhan
melakukan ADL. individual.

Hindari apa yang tidak dapat Menghindari klien dari keadaan cemas
dilakukan klien dan bantu bila perlu. dan ketergantungan untuk mencegah
frustasi dan harga diri klien rendah.

Ajarkan dan dukung klien selama Dukungan pada klien selama aktivitas
aktivitas. kehidupan sehari-hari dapat
meningkatkan perawatan diri.

Rencanakan tindakan untuk mengatasi Klien akan mampu melihat dan


keterbatasan penglihatan seperti memakan makanan, akan mampu

14
tempatkan makanan dan peralatan melihat keluar masuknya orang
dalam suatu tempat, dekatkan tempat keruangan.
tidur kedinding.

Modifikasi lingkungan. Modifikasi lingkungan diperlukan


untuk mengompensasi
ketidakmampuan fungsi.

Gunakan pagar disekeliling tempat Gunakan pagar disekeliling tempat


tidur. tidur baik tempat tidur di rumah sakit
dan dirumah, atau sebuah tali yang
diikatkan pada kaki tempat tidur untuk
memberi bantuan dalam mendorong
diri untuk bangun tanpa bantuan orang
lain.

Kaji kemampuan komunikasi untuk Ketidakmampuan komunikasi dengan


buang air kecil, kemampuan perawat dapat menimbulkan masalah
menggunakan urinal, pispot. Antarkan pengosongan kandung kemih oleh
kekamar mandi bila kondisi karena masalah neurogenik.
memungkinkan.

Kolaborasi
Pemberian supositoria dan pelumas Pertolongan utama terhadap fungsi
feses/pencahar. bowel atau buang air besar.

Konsultasi kedokter terapi okupasi. Untuk mengembangkan terapi dan


melengkapi kebutuhan khusus.

Diagnosa 3: Hambatan komunikasi verbal yang berhubungan dengan


penurunan volume bicara, pelambatan bicara, ketidakmampuan
menggerakan otot-otot wajah.

Tujuan : Dalam waktu 2 x 24 klien mampu membuat teknik/metode komunikasi


yang dapat dimengerti sesuai kebutuhan dan meningkatkan kemampuan

15
berkomunikasi.
Kriteria Hasil : klien dapat berkomunikasi dengan sumber yang ada.

Intervensi Rasional

Kaji kemampuan klien untuk Gangguan bicara ditemukan pada


berkomunikasi. banyak klien dengan penyakit
Parkinson. Bicara mereka yang lemah,
monoton, dan terdengar halusmenuntut
kesadaran berupaya untuk bicara
dengan lambat, dengan penekanan
perhatian pada apa yang mereka
katakan.

Menentukan cara-cara komunikasi Mempertahankan kontak mata akan


seperti mempertahankan kontak mata, membuat klien tertarik selama
memberikan pertanyaan dengan komunikasi. Jika klien dapat
jawaban ya atau tidak, menggunakan menggerakan kepala, mengedipkan
kertas dan pensil/bolpoin, gambar, mata, atau senag dengan isyarat-isyarat
atau papan tulis, bahasa isyarat, sederhana, lebih baik dengan
perjelas arti dari komunikasi yang menggunakan pertanyaan ya/tidak.
disampaikan. Kemampuan menulis kadang-kadang
melelahkan klien, selain itu dapat
mengakibatkan frustasi dalam upaya
memenuhi kebutuhan komunikasi.
Keluarga dapat bekerja sama untuk
membantu memenuhi kebutuhan klien.

Pertimbangkan bentuk komunikasi Kateter intravena yang terpasang


bila terpasang kateter intravena. ditangan akan mengurangi kebebasan
klien dalam menulis atau memberi
isyarat.

Letakkan bel pemanggil dalam Ketergantungan klien pada ventilator


jangkauan klien dan berikan akan membuat klien lebih baik dan
penjelasan cara menggunakannya. rileks, merasa aman dan mengerti

16
Jawab panggilan tersebut dengan bahwa selama menggunakan ventilator,
segera. Penuhi kebutuhan klien. perawat akan memenuhi segala
Katakan kepada klien bahwa perawat kebutuhannya.
siap membantu jika dibutuhkan.

Buatlah catatan dikantor perawat Mengingatkan staf perawat untuk


tentang keadaan klien yang dapat berespon dengan klien selama
bicara. memberikan perawatan.

Buatlah rekaman pembicaraan klien. Rekaman pembicaraan klien dalam pita


kaset secara periodik dibutuhkan dalam
memantau perkembangan klien.
Amplifier kecil membantu bila klien
mengalami kesulitan mendengar.

Anjurkan keluarga/orang lain yang Keluarga dapat merasa akrab dengan


dekat dengan klien untuk berbicara klien dalam berada dekat klien selama
dengan klien, memberikan informasi berbicara. Pengalaman ini dapat
tentang keluarganya, dan keadaan membantu atau mempertahankan
yang sedang terjadi. kontak nyata seperti merasakan
kehadiran anggota keluarga yang dapat
mengurangi perasaan kaku.

Kolaborasi dengan ahli wicara bahasa. Ahli terapi wicara bahasa dapat
membantu dalam membentuk
peningkatan latihan percakapan dan
membantu petugas kesehatan untuk
mengembangkan metode komunikasi
untuk memenuhi kebutuhan klien.

D. EVALUASI
1) Klien dapat ikut serta dalam program latihan, tidak terjadi kontraktur sendi,
bertambahnya kekuatan otot. Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan
mobilitas.

17
2) Klien dapat menunjukkan perubahan gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan
merawat diri, klien mampu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan
tingkat kemampuannya, mengidentifikasi personal/masyarakat dapat yang
membantu.
3) Klien dapat berkomunikasi.

22

18
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyakit Parkinson (paralysis agitans) atau sindrom Parkinson
(Parkinsonismus) merupakan suatu penyakit/sindrom karena gangguan pada
ganglia basalis akibat penurunan atau tidak adanya pengiriman dopamine dari
substansia nigra ke globus palidus/ neostriatum (striatal dopamine deficiency).
Parkinson disebabkan oleh rusaknya sel-sel otak, tepatnya di substansi nigra.
Suatu kelompok sel yang mengatur gerakan-gerakan yang tidak dikehendaki
(involuntary). Akibatnya, penderita tidak bisa mengatur/menahan gerakan-
gerakan yang tidak disadarinya.
B. Saran
Meningkatkan kualitas belajar dan memperbanyak literatur tentang
pembuatan proses keperawatan dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang
baik dan benar.

19
DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Arief.Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Persyarafan.Jakarta:SalembaMedika.2008

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.
Jakarta :EGC

15

20

Anda mungkin juga menyukai