Kelas : DIV-4B
NPM : P2133118019
EKOLOGI GIZI
1. Jelaskan pengertian penyakit radang usus (small inflammatory bowel disease)
Penyakit radang usus (small inflammatory bowel disease) adalah sejumlah peradangan
yang terjadi pada usus kecil maupun besar. Peradangan ini dapat mengganggu kinerja usus
dalam mencerna makanan dan menyerap zat gizinya sehingga besar kemungkinan akan
terjadi malnutrisi pada penderita radang usus.
Kolitis ulseratif adalah peradangan pada mukosa usus besar (kolon) dan bagian akhir
usus besar yang tersambung dengan anus (rectum). Peradangan ini diawali dengan adanya
luka pada rektum yang nantinya akan menjalar ke kolon. Gejala radang usus yang
disebabkan colitis ulseratif adalah diare, nyeri sebelum buang air besar (BAB), BAB
berdarah, anemia, turunnya berat badan, dan terkadang disertai demam.
Penyakit Crohn adalah penyakit radang usus kronis yang menyebabkan peradangan
pada lapisan saluran cerna mulai dari mulut hingga anus. Peradangan ini terjadi pada
lapisan yang lebih dalam dibandingkan colitis ulseratif. Gejala radang usus yang disebabkan
penyakit Crohn antara lain tidak nafsu makan, nyeri perut, diare, penurunan berat badan,
BAB bercampur darah dan lendir, mual dan muntah, serta lemas akibat anemia.
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi dibawah lima tahun) akibat
dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Kekurangan gizi
terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah bayi lahir akan tetapi,
kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia 2 tahun.
Nama : Devita Aliefia Cahya Mawarni
Kelas : DIV-4B
NPM : P2133118019
EKOLOGI GIZI
5. Gambarkan kerangka konsep penyebab stunting dan ber penjelasannya
Dari kerangka di atas dapat diketahui bahwa penyebab awal terjadinya stunting adalah
karena faktor kemiskinan, kestabilan sosial politik, meningkatnya paparan penyakit,
ketahanan pangan yang rendah, dan akses pelayanan yang kurang. Faktor-faktor tersebut
dapat mempengaruhi gizi sang ibu. Akibat dari faktor-faktor tersebut seperti gagal tumbuh
masa janin, kekurangan gizi mikro dan makro, dan pemberian ASI yang jelek. Hal tersebut
dapat menyebabkan sang anak akan menderita stunting, wasting, dan rentan terkena
penyakit infeksi yang mana juga akan menyebabkan cacat maupun meninggal.
e. Kehamilan Remaja
Tingginya angka pernikahan dini di Indonesia menyebabkan kehamilan pertama
juga terjadi di usia dini atau saat ibu masih remaja dan sering disebut kehamilan remaja.
Usia ibu ketika pertama kali hamil sangat berpengaruh terhadap jalannya kehamilan.
Jika usia ibu lebih muda atau lebih tua dari usia tersebut maka akan lebih berisiko
mengalami komplikasi kehamilan. Seorang wanita yang hamil pada usia remaja akan
mendapat early prenatal care lebih sedikit.
Faktor ini yang diprediksi menyebabkan bayi lahir dengan berat rendah (BBLR)
serta kematian pada bayi. Sebagian besar remaja putri yang hamil memiliki IMT (Indeks
Massa Tubuh) dengan kategori underweight. Hal ini disebabkan oleh kurangnya asupan
gizi dikarenakan kekhawatiran pada bentuk tubuh selama masa remaja dan kurangnya
pendidikan tentang gizi. Kedua hal tersebut kemudian menjadi sebab rendahnya
kenaikan berat badan ibu selama masa kehamilan. Kenaikan berat badan yang tidak
sesuai inilah yang kemudian berakibat pada kenaikan jumlah bayi lahir premature yang
menjadi salah satu faktor terjadinya stunting pada balita. Balita yang lahir dari ibu yang
hamil pada usia remaja 3,86 kali lebih beresiko mengalami stunting dibandingkan
dengan balita yang lahir dari ibu yang menikah di usia normal.
Salah satu faktor lainnya yang menyebabkan stunting yaitu rendahnya akses
terhadap pelayanan kesehatan termasuk akses sanitasi dan air bersih yang menjadi
salah satu faktor penting pertumbuhan anak. Jadi apabila ada anak yang mengkonsumsi
air yang kurang bersih untuk diminum dan untuk di masak ditakutkan akan ada
mikroorganisme yang terkandung dalam makanan atau minuman tersebut yang bisa
menyebabkan adanya infeksi di dalam saluran cerna yang akan menimbulkan kegagalan
dalam penyerapan zat gizi makanan, sehingga penyerapannya tidak optimal dan segala
sesuatu yang dimakan tidak dapat memberikan manfaat yang maksimal.
1. Intervensi spesifik
Hal ini dapat dilakukan dengan cara :
● Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
● Pemberian ASI eksklusif
● Pemberian makanan tambahan pada ibu hamil
● Berikan imunisasi lengkap
● Ibu hamil mengonsumsi tablet tambah darah
● Pemberian ASI didampingi oleh pemberian MPASI pada usia 6-24 bulan
2. Intervensi sensitif
● Memberikan edukasi kesehatan seksual dan reproduksi serta gizi pada remaja
● Memberikan pendidikan pengasuhan pada orang tua
● Menyediakan dan memastikan akses pada air bersih dan sanitasi
● Menyediakan akses ke layanan kesehatan dan keluarga berencana (KB)
Pengolahan air baku, dilakukan apabila air baku keruh dengan cara pengolahan awal :
Pengolahan air minum. Pengolahan air minum di rumah tangga dilakukan untuk
mendapatkan air dengan kualitas air minum. Air untuk minum harus diolah terlebih
dahulu untuk menghilangkan kuman dan penyakit melalui :
Wadah bertutup, berleher sempit, dan lebih baik dilengkapi dengan kran.
Air minum sebaiknya disimpan di wadah pengolahannya.
Air yang sudah diolah sebaiknya disimpan dalam tempat yang bersih dan
selalu tertutup.
Nama : Devita Aliefia Cahya Mawarni
Kelas : DIV-4B
NPM : P2133118019
EKOLOGI GIZI
Minum air dengan menggunakan gelas yang bersih dan kering atau tidak
minum air langsung mengenai mulut/wadah kran.
Letakkan wadah penyimpanan air minum di tempat yang bersih dan sulit
terjangkau oleh binatang.
Wadah air minum dicuci setelah 3 hari atau saat air habis, gunakan air yang
sudah diolah sebagai air bilasan terakhir.