Anda di halaman 1dari 11

Nama : Devita Aliefia Cahya Mawarni

Kelas : DIV-4B
NPM : P2133118019
EKOLOGI GIZI
1. Jelaskan pengertian penyakit radang usus (small inflammatory bowel disease)

Penyakit radang usus (small inflammatory bowel disease) adalah sejumlah peradangan
yang terjadi pada usus kecil maupun besar. Peradangan ini dapat mengganggu kinerja usus
dalam mencerna makanan dan menyerap zat gizinya sehingga besar kemungkinan akan
terjadi malnutrisi pada penderita radang usus.

2. Jelaskan pengertian penyakit Kolitis ulseratif

Kolitis ulseratif adalah peradangan pada mukosa usus besar (kolon) dan bagian akhir
usus besar yang tersambung dengan anus (rectum). Peradangan ini diawali dengan adanya
luka pada rektum yang nantinya akan menjalar ke kolon. Gejala radang usus yang
disebabkan colitis ulseratif adalah diare, nyeri sebelum buang air besar (BAB), BAB
berdarah, anemia, turunnya berat badan, dan terkadang disertai demam.

3. Jelaskan pengertian penyakit Crohn

Penyakit Crohn adalah penyakit radang usus kronis yang menyebabkan peradangan
pada lapisan saluran cerna mulai dari mulut hingga anus. Peradangan ini terjadi pada
lapisan yang lebih dalam dibandingkan colitis ulseratif. Gejala radang usus yang disebabkan
penyakit Crohn antara lain tidak nafsu makan, nyeri perut, diare, penurunan berat badan,
BAB bercampur darah dan lendir, mual dan muntah, serta lemas akibat anemia.

4. Jelaskan pengertian stunting

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi dibawah lima tahun) akibat
dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Kekurangan gizi
terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah bayi lahir akan tetapi,
kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia 2 tahun.
Nama : Devita Aliefia Cahya Mawarni
Kelas : DIV-4B
NPM : P2133118019
EKOLOGI GIZI
5. Gambarkan kerangka konsep penyebab stunting dan ber penjelasannya

Dari kerangka di atas dapat diketahui bahwa penyebab awal terjadinya stunting adalah
karena faktor kemiskinan, kestabilan sosial politik, meningkatnya paparan penyakit,
ketahanan pangan yang rendah, dan akses pelayanan yang kurang. Faktor-faktor tersebut
dapat mempengaruhi gizi sang ibu. Akibat dari faktor-faktor tersebut seperti gagal tumbuh
masa janin, kekurangan gizi mikro dan makro, dan pemberian ASI yang jelek. Hal tersebut
dapat menyebabkan sang anak akan menderita stunting, wasting, dan rentan terkena
penyakit infeksi yang mana juga akan menyebabkan cacat maupun meninggal.

6. Sebutkan dan jelaskan 5 penyebab langsung penyebab stunting

a. Berat Badan Lahir Rendah


Hasil penelitian ini menemukan bahwa stunting yang dialami anak usia baduta
disebabkan karena anak tersebut memiliki berat lahir yang rendah ketika lahir (< 2.500
gram). Selain itu, menurut Lin et al,25 berat badan bayi lahir rendah (BBLR < 2.500 gram)
telah diidentifikasi sebagai faktor risiko penting terkait perkembangan anak selanjutnya.
Menurut penelitian Abenhaim,26 bayi yang disebut lahir rendah adalah bila berat bayi
lahir dengan berat kurang dari 2.500 gram dan empat kali lebih tinggi mengakibatkan
kematian jika dibandingkan dengan berat bayi terlahir 2.500 – 3.000 gram.
b. Pola Asuh
Faktor selanjutnya yang menyebabkan pola asuh yang kurang baik terutama
pada perilaku dan praktik pemberian makan kepada anak menjadi penyebab anak
Nama : Devita Aliefia Cahya Mawarni
Kelas : DIV-4B
NPM : P2133118019
EKOLOGI GIZI
stunting. Pengetahuan ibu tentang gizi akan menentukan perilaku ibu dalam
menyediakan makanan untuk anaknya. Ibu dengan pengetahuan gizi yang baik dapat
menyediakan makanan dengan jenis dan jumlah yang tepat untuk mendukung
pertumbuhan dan perkembangan anak balita.
Faktor lain dari pengaruh pola asuh yang berpengaruh yaitu pemberian asupan
makanan pada seribu hari pertama kelahiran penyebabnya karena rendahnya akses
terhadap makanan bergizi(yang memiliki status ekonomi rendah,tinggal di daerah
terpencil),rendahnya asupan vitamin dan mineral dan buruknya keragaman pangan dan
sumber protein.
c. Tidak mendapatkan ASI eksklusif
ASI eksklusif adalah pemberian ASI kepada bayi selama 6 bulan pertama
kehidupannya, tanpa menambahkan atau menggantinya dengan makanan dan
minuman lain, termasuk air putih. ASI adalah makanan terbaik untuk bayi, karena
kandungannya baik bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi, serta mengandung zat
untuk kekebalan tubuh dan perlindungan pada sistem pencernaan. Hasil penelitian di
Indonesia menunjukkan, pemberian ASI eksklusif sangat berkaitan dengan kejadian
stunting pada anak. Sekitar 48 dari 51 anak yang stunting tidak mendapatkan ASI
eksklusif. Pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) dini (sebelum anak berusia 6
bulan) juga berhubungan dengan kejadian stunting pada anak. Hal ini disebabkan karena
pada saat ASI dihentikan, anak tidak mendapatkan zat kekebalan yang terkandung
dalam ASI. Sedangkan jika MPASI yang diberikan tidak higienis atau anak belum siap
mengonsumsi makanan, ia akan terkena infeksi.
d. Tidak imunisasi
Imunisasi dapat menstimulasi sistem imun untuk membentuk antibodi yang
dapat melawan agen infeksi atau menyediakan perlindungan sementara melalui
pemberian antibodi. Pemberian imunisasi pada anak memiliki tujuan penting, yaitu
untuk mengurangi risiko anak terinfeksi dan mencegah kematian pada anak, misalnya
akibat TBC, difteri, tetanus, pertussis, polio, campak, hepatitis B, dan sebagainya.
Status imunisasi anak ditemukan mempunyai hubungan yang signifikan terhadap
kejadian stunting. Hal ini disebabkan karena ketika anak terkena penyakit, akan terjadi
perubahan dalam asupan zat gizi, seperti muntah, tidak nafsu makan, dan terjadi
peningkatan kebutuhan zat gizi. Ketika kebutuhan zat gizi anak tidak terpenuhi, akan
terjadi gagal tumbuh yang mengakibatkan stunting.  Penyakit infeksi yang banyak terjadi
pada anak adalah diare dan infeksi saluran pernapasan (ISPA). Diare dapat terjadi karena
pembengkakan pada saluran pencernaan, infeksi, pengaruh obat, makanan, maupun
kerusakan pada permukaan usus. Diare yang terjadi pada anak dapat berbahaya karena
Nama : Devita Aliefia Cahya Mawarni
Kelas : DIV-4B
NPM : P2133118019
EKOLOGI GIZI
menyebabkan tubuh kehilangan cairan dalam jumlah banyak dan zat gizi tidak dapat
terserap dengan baik.

e. Kehamilan Remaja
Tingginya angka pernikahan dini di Indonesia menyebabkan kehamilan pertama
juga terjadi di usia dini atau saat ibu masih remaja dan sering disebut kehamilan remaja.
Usia ibu ketika pertama kali hamil sangat berpengaruh terhadap jalannya kehamilan.
Jika usia ibu lebih muda atau lebih tua dari usia tersebut maka akan lebih berisiko
mengalami komplikasi kehamilan. Seorang wanita yang hamil pada usia remaja akan
mendapat early prenatal care lebih sedikit.
Faktor ini yang diprediksi menyebabkan bayi lahir dengan berat rendah (BBLR)
serta kematian pada bayi. Sebagian besar remaja putri yang hamil memiliki IMT (Indeks
Massa Tubuh) dengan kategori underweight. Hal ini disebabkan oleh kurangnya asupan
gizi dikarenakan kekhawatiran pada bentuk tubuh selama masa remaja dan kurangnya
pendidikan tentang gizi. Kedua hal tersebut kemudian menjadi sebab rendahnya
kenaikan berat badan ibu selama masa kehamilan. Kenaikan berat badan yang tidak
sesuai inilah yang kemudian berakibat pada kenaikan jumlah bayi lahir premature yang
menjadi salah satu faktor terjadinya stunting pada balita. Balita yang lahir dari ibu yang
hamil pada usia remaja 3,86 kali lebih beresiko mengalami stunting dibandingkan
dengan balita yang lahir dari ibu yang menikah di usia normal.

7. Sebutkan dan jelaskan 5 penyebab tidak langsung penyebab stunting


a. Pendidikan Orang Tua
Hasil analisis hubungan tingkat pendidikan ibu dengan kejadian stunting pada
anak balita menunjukkan hubungan, baik yang berada di daerah pedesaan maupun
perkotaan, hasil ini menyatakan bahwa kecenderungan kejadian stunting pada balita
lebih banyak terjadi pada ibu yang berpendidikan rendah. Hal ini dikarenakan di
masyarakat masih berkembang pemikiran bahwa pendidikan tidak penting serta terkait
dukungan dari keluarga untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi yang masih
belum maksimal. Secara tidak langsung tingkat pendidikan ibu akan mempengaruhi
kemampuan dan pengetahuan ibu mengenai perawatan kesehatan terutama dalam
memahami pengetahuan mengenai gizi. Pengetahuan mengenai gizi merupakan proses
awal dalam perubahan perilaku peningkatan status gizi, sehingga pengetahuan
merupakan faktor internal yang mempengaruhi perubahan perilaku.
b. Pendapatan Ekonomi Keluarga
Hubungan yang signifikan antara pendapatan keluarga terhadap kejadian
stunting pada anak balita baik yang berada di daerah pedesaan maupun di perkotaan.
Nama : Devita Aliefia Cahya Mawarni
Kelas : DIV-4B
NPM : P2133118019
EKOLOGI GIZI
Apabila ditinjau dari karakteristik pendapatan keluarga bahwa akar masalah dari
dampak pertumbuhan bayi dan berbagai masalah gizi lainnya salah satunya disebabkan
dan berasal dari krisis ekonomi. Anak pada keluarga dengan tingkat ekonomi rendah
lebih berisiko mengalami stunting karena selain terbatasnya untuk memperoleh akses
layanan kesehatan, keluarga juga memiliki kemampuan pemenuhan gizi yang rendah
sehingga meningkatkan risiko terjadinya gizi salah.
Selain itu, status ekonomi yang rendah berhubungan dengan keterbatasan
keluarga dalam memenuhi kebutuhan akan zat gizi baik makro maupun mikro. Status
ekonomi keluarga yang rendah akan memengaruhi kualitas maupun kuantitas bahan
makanan yang dikonsumsi oleh keluarga. Makanan yang didapat biasanya akan kurang
bervariasi dan sedikit jumlahnya terutama pada bahan pangan yang berfungsi untuk
pertumbuhan anak seperti sumber protein, vitamin dan mineral sehingga meningkatkan
risiko kurang gizi pada anak.
c. Kualitas Lingkungan

Salah satu faktor lainnya yang menyebabkan stunting yaitu rendahnya akses
terhadap pelayanan kesehatan termasuk akses sanitasi dan air bersih yang menjadi
salah satu faktor penting pertumbuhan anak. Jadi apabila ada anak yang mengkonsumsi
air yang kurang bersih untuk diminum dan untuk di masak ditakutkan akan ada
mikroorganisme yang terkandung dalam makanan atau minuman tersebut yang bisa
menyebabkan adanya infeksi di dalam saluran cerna yang akan menimbulkan kegagalan
dalam penyerapan zat gizi makanan, sehingga penyerapannya tidak optimal dan segala
sesuatu yang dimakan tidak dapat memberikan manfaat yang maksimal.

d. Orang tua yang bekerja


Pekerjaan merupakan salah satu faktor yang memengaruhi sosial ekonomi
sebuah keluarga. Ibu yang bekerja tentunya dapat menambah pendapatan bagi
keluarga, nantinya juga turut berperan dalam menentukan status ekonomi keluarga.
Dengan berperannya ibu dalam menambah pendapatan keluarga, maka kesempatan ibu
untuk mengasuh dan merawat anak semakin sedikit sehingga akan memengaruhi status
gizi anak.

e. Kurangnya Memanfaatkan Fasilitas Pelayanan Kesehatan


Kemampuan suatu rumah tangga untuk mengakses pelayanan kesehatan
berkaitan dengan ketersediaan sarana pelayanan kesehatan serta kemampuan ekonomi
untuk membayar biaya pelayanan. Pelayanan kesehatan sangat sensitif terhadap
perubahan situasi ekonomi. Gangguan situasi ekonomi akan menggangu aksesibilitas
masyarakat dan keluarga terhadap pelayanan kesehatan, contohnya: pelayanan
imunisasi, perawatan berkaitan dengan pertumbuhan, morbiditas, dan mortalitas anak.
Nama : Devita Aliefia Cahya Mawarni
Kelas : DIV-4B
NPM : P2133118019
EKOLOGI GIZI
Akses ke pelayanan kesehatan dilihat dari jarak dan waktu tempuh serta biaya yang
dikeluarkan untuk mencapai pelayanan kesehatan. Jarak merupakan ukuran jauh
dekatnya dari rumah/tempat tinggal seseorang ke pelayanan kesehatan terdekat. Jarak
tempat tinggal responden ke pelayanan kesehatan merupakan salah satu penghambat
dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan.

8. Sebutkan 2 Program Penanggulangan Stunting di Indonesia dan berikan contoh2nya

1. Intervensi spesifik
Hal ini dapat dilakukan dengan cara :
● Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
● Pemberian ASI eksklusif
● Pemberian makanan tambahan pada ibu hamil
● Berikan imunisasi lengkap
● Ibu hamil mengonsumsi tablet tambah darah
● Pemberian ASI didampingi oleh pemberian MPASI pada usia 6-24 bulan

2. Intervensi sensitif
● Memberikan edukasi kesehatan seksual dan reproduksi serta gizi pada remaja
● Memberikan pendidikan pengasuhan pada orang tua
● Menyediakan dan memastikan akses pada air bersih dan sanitasi
● Menyediakan akses ke layanan kesehatan dan keluarga berencana (KB)

9. Jelaskan pengertian STBM-stunting

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) merupakan pendekatan untuk merubah


perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan.
STBM-stunting dilakukan melalui lima upaya pemicuan yaitu stop buang air besar
sembarangan, cuci tangan pakai sabun, pengelolaan air minum dan makanan rumah tangga,
pengamanan sampah rumah tangga, serta pengamanan limbah cair rumah tangga. Adapula
kampanye pengenalan PHBS (perilaku Hidup Bersih dan Sehat) kepada masyarakat yang
beberapa diantaranya terkait sanitasi yaitu Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) di air bersih
yang mengalir, menggunakan jamban sehat, serta penggunaan air bersih untuk minum, dan
banyak lagi upaya terkait kesehatan lingkungan lainnya.

10. Sebutkan dan jelaskan Penyelenggaran pelaksanaan 8 pilar STBM-stunting

1) Pilar 1: Stop Buang Air Besar Sembarangan


Nama : Devita Aliefia Cahya Mawarni
Kelas : DIV-4B
NPM : P2133118019
EKOLOGI GIZI
Standard dan persyaratan kesehatan bangunan jamban terdiri dari :
a. Bangunan atas jamban (dinding dan/atau atap)
Bangunan atas jamban harus berfungsi untuk melindungi pemakai dari gangguan
cuaca dan gangguan lainnya

b. Bangunan tengah jamban


Lubang tempat pembuangan kotoran (tinja dan urine) dengan konstruksi leher
angsa. Pada konstruksi sederhana (semi permanen) untuk daerah rawan/suoit
air, lubang dapat dibuat tanpa konstruksi leher angsa, tetapi harus diberi tutup.
Lantai jamban terbuat dari bahan kedap air, tidak licin, dan mempunyai saluran
untuk pembuangan air bekas ke Sistem Pembuangan Air Limbah (SPAL).
c. Bangunan bawah
Merupakan bangunan penampungan, pengolah, dan pengurai kotoran/tinja yang
berfungsi mencegah terjadinya pencemaran atau kontaminsai dari tinja melalui
vector pembawa penyakit, baik secara langsung maupun tidak langsung, jenisnya
dapat berubah Tangki Septik yang kedap dan tidak bocor dan cubluk. Cubluk
hanya boleh digunakan di pedesaan dengan kepadatan penduduk rendah dan
sulit air.
2) Pilar 2: Cuci Tangan Pakai Sabun
CTPS merupakan perilaku cuci tangan dengan menggunakan sabun dan air bersih
yang mengalir. Langkah-langkah CTPS yang benar :
 Basahi kedua tangan dengan air bersih yang mengalir.
 Gosokkan sabun pada kedua telapak tangan sampai berbusa lalu gosok kedua
punggung tangan, jari jemari, kedua jempol, sampai semua permukaan kena busa
sabun.
 Bersihkan ujung-ujung jari dan sela-sela di bawah kuku.
 Bilas dengan air bersih sambil menggosok-gosok kedua tangan sampai sisa sabun
hilang.
 Keringkan kedua tangan dengan memakai kain, handuk bersih, atau kertas tisu, atau
mengibas-ibaskan kedua tangan sampai kering.
Waktu penting perlunya CTPS, antara lain:
o Sebelum makan
o Sebelum mengolah dan menghidangkan makanan
o Sebelum menyusui
o Sebelum memberi makan bayi/balita
o Sesudah buang air besar/kecil
Nama : Devita Aliefia Cahya Mawarni
Kelas : DIV-4B
NPM : P2133118019
EKOLOGI GIZI
o Sesudah memegang hewan/unggas
3) Pilar 3: Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga

Pengelolaan Makanan Yang Aman Dan Sehat

 Menjaga kebersihan peralatan dan bahan makanan


 Mencuci tangan sebelum menyiapkan dan menyajikan makanan
 Memisahkan bahan makanan mentah dan makanan matang
 Menggunakan bahan yang segar dan belum kedaluwarsa
 Masak dengan benar (Rebus sampai mendidih, terutama bahan daging, telur, dan
hasil laut)
 Jangan menyimpan makanan dalam suhu kamar (15-25°C) terlalu lama

Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga

 Mengolah air yang akan diminum


 Menjaga kebersihan wadah penyimpanan air minum
 Mencuci tangan dengan sabun sebelum mengolah dan menyajikan air minum
 Pengolahan Air Minum di Rumah Tangga

Pengolahan air baku, dilakukan apabila air baku keruh dengan cara pengolahan awal :

 Pengendapan dengan gravitasi alami


 Penyaringan dengan kain
 Penjernihan dengan bahan kimia/tawas

Pengolahan air minum. Pengolahan air minum di rumah tangga dilakukan untuk
mendapatkan air dengan kualitas air minum. Air untuk minum harus diolah terlebih
dahulu untuk menghilangkan kuman dan penyakit melalui :

 Filtrasi (penyaringan), contoh : biosand filter, keramik filter, dan sebagainya.


 Klorinasi, contoh : klorin cair, klorin tablet, dan sebagainya.
 Koagulasi dan flokulasi (penggumpalan), contoh : bubuk koagulan
 Desinfeksi, contoh : merebus, sodis (Solar Water Disinfection)

Wadah Penampungan air minum. Setelah pengolahan air, tahapan selanjutnya


menyimpan air minum dengan aman untuk keperluan sehari-hari, dengan cara:

 Wadah bertutup, berleher sempit, dan lebih baik dilengkapi dengan kran.
 Air minum sebaiknya disimpan di wadah pengolahannya.
 Air yang sudah diolah sebaiknya disimpan dalam tempat yang bersih dan
selalu tertutup.
Nama : Devita Aliefia Cahya Mawarni
Kelas : DIV-4B
NPM : P2133118019
EKOLOGI GIZI
 Minum air dengan menggunakan gelas yang bersih dan kering atau tidak
minum air langsung mengenai mulut/wadah kran.
 Letakkan wadah penyimpanan air minum di tempat yang bersih dan sulit
terjangkau oleh binatang.
 Wadah air minum dicuci setelah 3 hari atau saat air habis, gunakan air yang
sudah diolah sebagai air bilasan terakhir.

4) Pilar 4: Pengamanan Sampah Rumah Tangga


Prinsip-prinsip dalam Pengamanan sampah:
a) Reduce yaitu mengurangi sampah dengan mengurangi pemakaian barang atau
benda yang tidak terlalu dibutuhkan. Contoh:
 Mengurangi pemakaian kantong plastik.
 Mengatur dan merencanakan pembelian kebutuhan rumah tangga secara rutin
misalnya sekali sebulan atau sekali seminggu.
 Mengutamakan membeli produk berwadah sehingga bisa diisi ulang.
 Memperbaiki barang-barang yang rusak (jika masih bisa diperbaiki).
 Membeli produk atau barang yang tahan lama.
b) Reuse yaitu memanfaatkan barang yang sudah tidak terpakai tanpa mengubah
bentuk. Contoh:
 Sampah rumah tangga yang bisa dimanfaatkan seperti koran bekas, kardus
bekas, kaleng susu, wadah sabun lulur, dan sebagainya. Barang-barang tersebut
dapat dimanfaatkan sebaik mungkin misalnya diolah menjadi tempat untuk
menyimpan tusuk gigi, perhiasan, dan sebagainya.
 Memanfaatkan lembaran yang kosong pada kertas yang sudah digunakan,
memanfaatkan buku cetakan bekas untuk perpustakaan mini di rumah dan
untuk umum.
 Menggunakan kembali kantong belanja untuk belanja berikutnya.
c) Recycle yaitu mendaur ulang kembali barang lama menjadi barang baru. Contoh:
 Sampah organik bisa dimanfaatkan sebagai pupuk dengan cara pembuatan
kompos atau dengan pembuatan lubang biopori.
 Sampah anorganik bisa di daur ulang menjadi sesuatu yang bisa digunakan
kembali, contohnya mendaur ulang kertas yang tidak digunakan menjadi kertas
kembali, botol plastik bisa menjadi tempat alat tulis, bungkus plastik detergen
atau susu bisa dijadikan tas, dompet, dan sebagainya.
 Sampah yang sudah dipilah dapat disetorkan ke bank sampah terdekat.
5) Pilar 5: Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga
Nama : Devita Aliefia Cahya Mawarni
Kelas : DIV-4B
NPM : P2133118019
EKOLOGI GIZI
Perilaku pilar ke-5 STBM diwujudkan melalui kegiatan sedikitnya :
 Melakukan pemisahan saluran limbah cair rumah tangga melalui sumur resapan dan
saluran pembuangan air limbah. Namun, jika pada kawasan pemukiman sudah
tersedia sarana IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) dengan sistem pemipaan atau
tangki septik yang sesuai standar dilengkapi dengan bidang resapan, air limbah
jamban, dan non jamban dapat diolah secara tercampur.
 Menyediakan dan menggunakan penampungan limbah cair rumah tangga
 Memelihara saluran pembuangan dan penampungan limbah cair rumah tangga

6) Pilar 6: Gizi Ibu Hamil


Pencegahan stunting perlu dilakukan selama 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Oleh
karena itu, terdapat beberapa kegiatan yang perlu dilakukan oleh ibu hamil untuk
menjaga kondisi gizinya, yaitu :
 Calon pengantin dari ibu pra-hamil harus berada pada status gizi baik dan tidak
menerita kurang darah. Untuk mempersiapkan hal ini, calon pengantin harus
mengatur pola konsumsi makanan yang beraneka ragam dan bergizi seimbang.
 Menunda kehamilan pada remaja sampai mereka berusia 20 tahun sehingga
tubuhnya siap menghadapi kehamilan.
 Semua ibu hamil harus mengonsumsi 1 tablet tambah darah setiap hari selama
kehamilannya, minimal 90 tabet berturut-turut.
 Ibu hamil minum 1 tablet suplemen Multipel Mikronutrien (MMN) setiap hari
selama kehamilannya.
 Ibu hamil yang menderita KEK harus mendapat makanan tambahan pemulihan.

7) Pilar 7: Pemberian Makan Bayi dan Anak


Stunting disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk diantaranya asupan gizi pada bayi
dan anak yang tidak baik yang disebabkan karena pemberian makan bayi dan anak yang
tidak baik. Oleh karena itu, langkah-langkah berikut perlu dilakukan :
 Pastikan pemberian ASI eksklusif pada bayi stunting
 Pemberian MP ASI yang tepat dan baik mulai anak berumur 6 bulan, dengan
penambahan tabur gizi pada makanan
 Pemberian ASI dilanjutkan sampai anak berusia 2 tahun

8) Pilar 8: Pemantauan Pertumbuhan


Untuk mencegah stunting, perlu dilakukan pemantauan pertumbuhan bayi dan anak
secara rutin, diantaranya dengan cara :
a. Pemberian 1 kapsul vitamin A warna merah (200.000 SI) saat pertama kali dideteksi.
Nama : Devita Aliefia Cahya Mawarni
Kelas : DIV-4B
NPM : P2133118019
EKOLOGI GIZI
b. Selanjutnya mendapat 1 kapsul vitamin A warna merah (200.000 SI) 2 kali dalam
setahun pada bulan Februari dan Agustus.
c. Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan setiap bulan di posyandu.
d. Cek KMS untuk imunisasi dasar lengkap.

Anda mungkin juga menyukai