Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN KELOMPOK PRAKTIKUM

ORGANIK

MODUL VII

Distribusi Asam Oksalat Dalam


Campuran Air-Isobutil Alkohol
Disusun oleh:
Kelompok : 6 (tujuh)
Jurusan/Prodi : Kimia/Pendidikan Kimia/B
Anggota Kelompok : 1. Monalisa
Usman
2. Windi Makatemu

LABORATORIUM KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2020
A. Judul
Distribusi Asam Oksalat Dalam Campuran Air-isobutil Alkohol
B. Tujuan
Menentukan koefisien distribusi asam okselat dalam air dan isobutil alkohol
C. Dasar teori

Asam oksalat adalah senyawa kimia yang memiliki rumus H2C204 dengn nama sistematis
asam etanadioat. Asam oksalat termasuk kedalam asam karboksilt yang paling sederhana dengan
rumus HOOC-COOH. Asam oksalat mempunyai sifat asam lebih kuat dibandingkan asam asetat.
Asam oksalat ada dua macam yaitu asam oksalat anhidrat dan asam oksalat dihidrat. Asam
dikarboksilat paling densederhana biasa digambarkan dengan rumus HOOC-COOH . Merupakan
asam organic yang relative kuat, 10.000 kali lebih kuat dari asam asetat. Dianionya, dikenal sebagai
oksalat,juga agen pereduktor. Banyak ion logam yang membentuk endapan tak larut dengan sam
oksalat, contoh terbaik adalah kalsium oksalat (CaOOC-COOCa), penyusun utama jenis batu ginjal
yang sering ditemukan.(Lehninger, 1984)

Asam Oksalat merupakan asam dikarboksilat yang mempunyai berat molekul rendh,
berwujud padat serta berbentuk kristl, asam oksalat akan mengurai menjadi sam farmiat dan
karbondioksida. Jika dipanaskan diatas suhu 175 º C. dilaboratorium asam osksalat digunakan pada
titrasi. (Horizon,2011)

Asam oksalat terdistribusi secara lus dalam bentuk garam potassium dan kalsium yang terdpat
pada daun, kar dan rhizome dari berbagai macam turunan. Asam oksalat juga terdapat pada air
kencing manusia dan ginjal. Kelarutan asam oksalat dalam etanol pada suhu 15,6 º C dan etil eter
pada suhu 25 º C adalah 23 g/100 g solvent. Makanan yang banyak mengandung asam oksalat adalah
coklat, kopi, strawberry,kacang dan bayam. (Nurbayati, 2010)

Hukum distribusi atau partisi, suatu zat yang dapat larut dalam dua zat pelarut yang
tidak saling campur dan ketiga-tiganya ada bersama, maka zat tersebut akan terbagi ke dalam
dua pelarut tersebut. Pada keadaan setimbang, perbandingan fraksi mol dari zat terlarut dalam
dua pelarut berharga tetap pada temperatur tetap. Pertanyaan ini dikenal dengan “hukum
distribusi”. Hukum ini hanya berlaku bila larutannya encer dan zat terlarut mempunyai
struktur molekul yang sama dalam dua pelarut (Sukardjo, 1996).
Menurut hukum distribusi Nerst, bila kedalam kedua pelarut yang tidak saling
bercampur dimasukkan solut yang dapat larut dalam kedua pelarut tersebut maka akan
terjadi pembagian kelarutan. Kedua pelarut tersebut umumnya pelarut organik dan air.
Dalam praktek solut akan terdistribusi dengan sendirinya ke dalam dua pelarut
tersebut setelah dikocok dan dibiarkan terpisah perbandingan konsentrasi solut di
dalam kedua pelarut tersebut tetap, dan merupakan suatu tetapan pada suhu tetap.
Tetapan tersebut disebut tetapan distribusi atau koefisien distribusi (Soebagio, 2002)
Molekul komponen-komponen larutan berinteraksi langsung dalam keadaan
tercampur pada proses pelarutan, tarikan antar partikel komponen terpisah dan
tergantikan dengan tarikan antara pelarut dengan zat terlarut. Terutama jika pelarut
dan zat terlarut sama-sama polar, akan terbentuk struktur zat pelarut mengelilingi zat
pelarut, hal ini memungkinkan interaksi antara zat terlarut dan pelarut tetap stabil
(Oxtoby, 2001).
Ketika suatu zat S dicampur dengan dua cairan yang tidak dapat diaduk dan
ditemukan larut dalam kedua cairan tersebut. Zat S mendistribusikannya atau
melarutkannya sendiri dalam cairan ini dengan cara yang pasti.
Telah ditemukan bahwa perbandingan konsentrasi S dalam cairan A dan dalam
cairan B adalah konstan, asalkan suhu tetap konstan.
Konsentrasi S dalam cairan A
Konstentrasi S dalam cairan B Konstan
Konstanta ini sering dibuat sebagai koefisien pariasi atau koefisien distribusi.
Koefisien distribusi atau koefisien partisi (Partition coefficent) K didefinisikan
sebagai perbandingan antara fraksi berat solute dalam fase ekstrak. (Kc) E dibagi
dengan fraksi berat solute dalam fase rafinat. (Kc)g pada keadaan kesetimbangan.
( Xc) ϵ
K= (1)
( Xc) e
Koefisien distribusi dapat juga dinyatakan dalam fraksi hole

K °=

Dimana : x°, y° masing-masing adalah fraksi mol solut dalam fase rafinat dan fase
abstrak (Fessenden. R.J 1997).
Asam oksalat merupakan senyawa dikarboksilat yang atom-atom C nya mampu
mengikat lebih dari satu karboksi. Asam ini mempunyai bentuk kristal rombis
pyramid, tidak berwarna dan transparan, tidak berbau dan higraskopis. Asam oksalat
mudah terioksiadasi total dan oleh pengaruh panas yang tinggi akan terurai menjadi
Co2 dan asam format. Secara alami asam oksalat bisa terjadi dalam tumbuh-tumbuhan
dan dapat dibuat ekstraks alkali dan dari limbah penggergajian (Mastuti, 2006)
Asam oksakt adalah senyawa kimia yang memiliki rumus H 2C2O4dengan nama
Rsfematis asam etanadioat. Asam oksalat termasuk ke dalam asam dikarboksilat yang
paling sederhana dengan rumus HOOC-COOH. Asam oksalat mempunyai sifat asam
yang lebih kuat dibandingkan asam osetat. Asam oksalat ada 2 macam yaitu asam
oksalat anhidrat dan asam oksalat dihidrat, asam dikarboksilat paling sederhana ini
biasa digambarkan dengan rumus HOOC-COOH merupakan asam organik yang
relatif kuat, 10.000 kali lebih kuat daripada asam osetat. Di-anionnya, dikenal sebagai
oksalat, juga agen pereduktor. Banyak ion logam yang membentuk endapan tak larut
dengan asam oksalat, contoh terbaik adalah kalsium oksalat (CaOOC – COOCa),
penyusun utama jenis batu ginjal yang sering ditemukan (Lehninger, 1984)
Alkohol adalah senyawa seperti air yang satu hidrogennya di ganti oleh rantai
atau cincin hidrokarbon, gugus fungsi –olt pada alkohol disebut fungsi hidroksi atau
gugus hidroksi. Ini bukanlah ion hidroksidasi sebab gugus ini terikat pada karbon
secara kovalen, kimiawan sering membagi alkohol alifatik berdasarkan strukturnya,
sesuai dengan jumlah gugus R yang menempel pada pengemban gugus hidroksi
(Antony C, 1992)
Manfaat dan kegunaanya kebanyakkan alkohol alifatik digunakan di
laboraturium, klinik dan industri. Isopropil alkohol, cairan tak berwarna hampir tak
berbau adalah alkohol gosok untuk keperluan pijat dan menurunkan suhu demam.
Juga digunakan sebagai pelarut minak wangi, cream, lotion, dan kosmetik lain. Etilan
glikol adalah senyawa untuk anti beku. Keuntungannya dibanding cairan bertitik didih
tinggi lainnya ialah kelarutannya dalam air dan rendahnya titik beku. Jika mencampur
air dengan etilan glikol, campuran membeku pada suhu lebih rendah lagi (Antony C
1992).
D. Alat dan bahan
1. Alat

No Nama alat Kategori Gamabar Fungsi


1. Erlenmeyer 1 Tempat mereaksikan
larutan dalam proses
titrasi

2. Buret 1 Untuk meneteskan


sejumlah larutan pada
proses titrasi, sebagai
tempat titran

3. Statif dan klem 1 Untuk menyangga buret

4. Pipet tetes 1 Untuk mengambil cairan


dalam jumlah kecil

5. Gelas kimia 1 Wadah untuk melakukan


larutan

6. Tabung ukur 50 ml 1 Untuk mengukur


volume larutan

7. Stopwatch 1 Untuk menhitung waktu


8. Labu ukur 1 Untuk mencampur
larutan

9. Aluminium fail 1 Untuk menutup wadah


larutan

10. Etiket-etiket 1 Untuk memberi label


atau tanda pada wadah
2. Bahan

No Nama bahan Kategori Sifat fisik Sifat kimia


1. Asam oksalat Khusus - Berbentuk kristal -Asam oksalat dengan
- Berawan putih gliserin allyl alkohol
- Titik leleh = 187°C
- Densitas = 1.897 9km2
- Berat molekul = 90,04
2. Phenolfthalein Khusus - Serbuk padatan -Rumus molekul
- Berwarna putih -Tidak larut dalam
- Tidak berbau benzona
- Densitas 1.277 9km2 -Sangat larut dalam
etanol dan eter
3. Natrium Khusus - Padatan putih -Rumus molekul :
hidroksida - Tidak berbau NaOH
- Densitas 2,13 9km2 -Kandungan PH
sekitar 13
-Larut dalam air
4. Isobutil alkohol Khusus - Cairan tak berwarna -Larut dalam air, eter
- Mudah terbakar dan alkohol
- Memiliki bau khas -Sebagai pelarut
sebagai pelarut baik dalam cat dan lak,
secara langsung dalam sintesis
maupun sebagai organik, dan dan
esternya lapisan resin
5. Aquadest Umum - Cairan tak berwarna, -Rumus molekul H2O
tak berbau, dan tak -Merupakan pelarut
berasa universal
- Densitas 0,998 9km2
E. Prosedur kerja
1. Menggunakan tiga tabung 50 ml terpisah. Selanjutnya siapkan erlenmeyer.

No. Labu 1 2 3
0,2 m asam oksalat 3 ml 4 ml 5 ml
Isobutyl alkohol 5 ml 4 ml 3 ml
2. Mengocok setiap labu dengan kuat setara 10 menit (waktu dapat ditempat dengan
mengocok labu satu dengan labu lainnya secara bersamaan)
3. Dari labu pertama, memipet larutan encer sebanyak 5 ml dan pindahkan ke labu
kerucut yang bersih. Menambahkan dua tetes Phenolfthalein. Menitrasi dengan
0,1 m larutan natrium hidroksida dari buret (volume NaOH = V1 Cm2). Memipet 5
ml alkohol isobutil dari labu 1 dan transfer ke labu kerucut atau erlenmeyer yang
bersih. Menambahkan volume air dan dua tetes Phenolfthalein. Titrasi dengan 0,1
m NaOH dari buret (volume NaOH = V2 Cm3)
4. Mengulangi prosedur yang sama untuk labu 2 dan 3
5. Menghitung nilai V1/V2 untuk setiap tabung

0,2 m asam oksalat + isobutil alkohol


- Menyiapkan tiga tabung ukur dan erlenmeyer
- Memberi label pada masing-masing erlenmeyer (1,2,
dan 3)
- Memasukkan kedua larutan ke dalam masing-masing
labu dengan perbandingan 3:5, 4:4, 5:3
- Mengocok setiap labu dengan kuat selama 10 menit
- Memindahkan dengan pipet larutan encer sebanyak 5
ml ke dalam erlenmeyer
- Menambahkan dua tetes phenolfthalein
- Menitrasi dengan 0,1 M larutan NaOH dari buret
- Mengulangi prosedur yang sama untuk labu 2 dan 3

Labu 1 : V1 = 21,5. V2 = 30. KD= 0,72

Labu 2 : V1 = 18,7. V2 = 20,5. KD= 0,91

Labu 3 : V1 = 15. V2 = 18. KD= 0,83


F. Hasil pengamatan

No Perlakuan Hasil pengamatan


1. Memasukkan 3 ml asam oksalat dan 5 ml - Larutan menjadi bening dan
isobutyl alkohol ke dalam labu erlemeyer A terbentuk dua lapisan
2. Memasukkan 4 ml asam oksalat dan 4 ml - Larutan menjadi bening dan
isobutyl alkohol ke dalam labu erlemeyer B terbentuk dua lapisan
3. Memasukkan 5 ml asam oksalat dan 3 ml - Larutan menjadi bening dan
isobutyl alkohol ke dalam labu erlemeyer C terbentuk dua lapisan
4. Mengocok larutan selama 10 menit - Larutan berubah menjadi
keruh
5. Mengambil masing-masing 5 ml larutan - Terdapat 5 ml larutan didalam
asam oksalat + isobutyl alkohol dan masing-masing labu erlemeyer
memasukkan ke dalam labu erlemeyer
6. Menambahkan dua tetes indikator PP - Larutan tetap keruh
7. Menitrasi larutan dengan NaOH 0,1 m pada - Larutan menjadi pink muda
masing-masing labu erlemeyer
8. mencatat Volume masing-masing labu - Labu A 21,5 ml
- Labu B 18,7 ml
- Labu C 15 ml
9. Melakukan secara duplo - Warna berubah menjadi pink
muda
10. Mencatat volume masing-masing labu duplo - Labu A 30 ml
- Labu B 20,5 ml
- Labu C 18 ml
Perhitungan

1. Labu 1
V 1 x 0,01
[C2H2O4] = x 90 g dm-3
2

21,5 x 0,01
= x 90 g dm-3
2
= 9,7 g/dm3
V 2 x 0,01
[Isobutanol] = x 90 g dm-3
2
30 x 0,01
= x 90 g dm-3
2
= 13,5 g/dm3
V 1 9,7
KD = = =0,72
V 2 13,5
2. Labu 2
V 1 x 0,01
[C2H2O4] = x 90 g dm-3
2
18,7 x 0,01
= x 90 g dm-3
2
= 8,4 g/dm3
V 2 x 0,01
[Isobutanol]= x 90 g dm-3
2
20,5 x 0,01
= x 90 g dm-3
2
= 9,2 g/dm3
V 1 8,4
KD = = =0,91
V 2 9,2
3. Labu 3
V 1 x 0,01
[C2H2O4] = x 90 g dm-3
2
15 x 0,01
= x 90 g dm-3
2
= 6,75 g/dm3
V 2 x 0,01
[Isobutanol]= x 90 g dm-3
2
18 x 0,01
= x 90 g dm-3
2
= 8,1 g/dm3
V 1 6,75
KD = = =0,83
V 2 8,1
G. Pembahasan

Asam oksalat adalah senyawa kimia yang memiliki rumus H2C204 dengn nama
sistematis asam etanadioat. Asam oksalat termasuk kedalam asam karboksilt yang paling
sederhana dengan rumus HOOC-COOH. Asam oksalat mempunyai sifat asam lebih kuat
dibandingkan asam asetat. Asam oksalat ada dua macam yaitu asam oksalat anhidrat dan
asam oksalat dihidrat
Menurut hukum distribusi Nerst, bila dalam kedua pelarut yang tidak saling
bercampur dimasukkan solut yang dapat larut dalam kedua pelarut tersebut maka akan
terjadi pembagian kelarutan.
Pada percobaan ini, campuran asam oksalat dengan isobutil alkohol di titrasi
dengan Natrium Hidroksida (NaOH). Seperti yang diketahui, bahwa asam oksalat
bersifat nonpolar sedangkan NaOH dan isobutanol bersifat polar. Percobaan
dilakukan dengan perbandingan asam oksalat dan isobutil alkohol sebanyak 3:5, 4:4,
5:3 pada tiga erlenmeyer yang berbeda (labu A, B, dan C). Selanjutnya ketiga labu
tersebut dititrasi dengan NaOH. Saat dititrasi dengan NaOH, campuran larutan ini
berubah warna menjadi warna pink pada pemakaian volume NaOH labu 1 : V1 = 21,5
ml. labu 2 : V1 = 18,7 ml. labu 3 : V1 = 15 ml. Hal ni disebabkan karena asam oksalat
sudah terdistribusi dalam campuran kedua larutan tersebut, dan larutan juga sudah
mencapai titik ekivalen. Pada saat dilakukan titrasi duplo, perubahan yang sama juga
terjadi pada saat volume NaOH labu 1 : V2 = 30 ml., labu 2 : V2 = 20,5 ml, labu 3 :
V2 = 18 ml

Percobaan pertama Percobaan duuplo


Diketahui bahwa isobutil alkohol dapat larut dengan NaOH karena kedua
larutan ini bersifat polar, sedangkan asam oksalat bersifat nonpolar dan secara teori
tidak dapat bercampur dengan pelarut polar. Hal ini sesuai dengan teori like dissolve
like, yaitu pelarut nonpolar hanya akan larut pada pelarut nonpolar, sebaliknya pelarut
polar juga akan larut pada pelarut polar. Namun, NaOH dan asam oksalat dapat
bereaksi membentuk natrium oksalat :
2NaOH + H2C2O4 Na2C2O4 + 2H2O
Karena NaOH dapat bercampur dengan kedua larutan tersebut maka akan
terjadi pembagian kelarutan sehingga akan dapat diperoleh koefisien distribusi (KD)
dari asam oksalat dalam campuran air-isobutil alkohol dimana labu 1 : KD = 0,72
labu 2 : KD = 0,91 dan labu 3 : KD= 0,83
H. Kesimpulan
Suatu zat yang dapat larut dalam dua zat pelarut yang tidak saling campur dan
ketiga-tiganya ada bersama, maka zat tersebut akan terbagi ke dalam dua pelarut
tersebut. Pada keadaan setimbang, perbandingan fraksi mol dari zat terlarut dalam dua
pelarut berharga tetap pada temperatur tetap. Pelarut nonpolar hanya akan larut pada
pelarut nonpolar, sebaliknya pelarut polar juga akan larut pada pelarut polar.
NaOH dapat bercampur dengan asam oksalat dan isobutil alkohol maka akan
terjadi pembagian kelarutan sehingga akan dapat diperoleh koefisien distribusi (KD)
dari asam oksalat dalam campuran air-isobutil alkohol dan diperoleh data :
Labu 1 : V1 = 21,5. V2 = 32,1. KD= 0,72

Labu 2 : V1 = 18,7. V2 = 18. KD= 0,91

Labu 3 : V1 = 15. V2 = 17. KD= 0,83


Daftar Pustaka
Feesenden. R.J. dan Fessenden.Js. 1997. Dasar-dasar Kimia Organik. Jakarta:Bina
Aksara

Horizon.2001.Penuntun Praktikum Kimia Organik II. Jambi : UNJA

Lehninger. 1984. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta : Erlangga.

Mastuti, Endang. 2006. Pembuatan Asam Oksalat Dari Sekam Padi. Jurnal
Ekuilibrium. Surakarta. Vol (4), no. 1.
Nurbayati, siti dn zulfikar Tri Buana Said.2010.Penuntun Praktikum Kimia Organik II.
Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah

Oxtoby, D.W. Gills. Norman, H. Nachtrieb. 2001. Prinsip-prinsip Kimia Modern

Edisi 4 jilid 4. Penerjemah : Suminar. Jakarta : Erlangga.


Soebagio. 2002. Kimia Analitik II. Malang : Universitas Negeri Malang
Sukardjo. 1996. Kimia Fisika. Yogyakarta : Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai