Anda di halaman 1dari 6

DEFISIT PERAWATAN DIRI

Oleh : Suprianto, S.Kep.Ns, M.Psi

PENDAHULUAN
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya.
Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang mengalami
kelemahan kemampuan dalam melakukan/melewati aktivitas perawatan diri secara
mandiri.
Pemeliharaan hygiene perorangan diperlukan untuk kenyamanan individu,
keamanan, dan kesehatan. Seperti pada orang sehat dapat memenuhi kebutuhan personal
hygienenya sendiri. Cara perawatan diri menjadi rumit dikarenakan kondisi fisik atau
keadaan emosional klien. Selain itu,beragam faktor pribadi dan sosial budaya
mempengaruhi praktik hygiene klien.
Tujuan mata kuliah ini yaitu:
a.      Mahasiswa mengetahui dan memahami defisit perawatan diri.
b.      Mahasiswa mengetahui dan memahami etiologi defisit perawatan diri.
c.       Mahasiswa mengetahui manifestasi klinis defisit perawatan diri.
d.      Mahasiswa mengetahui mekanisme koping defisit perawatan diri.
e.      Mahasiswa mengetahui dan memahami intervensi dari defisit perawatan diri dan
dapat mengimplementasikannya.

     Pengertian
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan
sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya
jika tidak dapat melakukan perawatan diri (Depkes 2000). Defisit perawatan diri adalah
gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias,
makan, toileting) (Nurjannah, 2004).
Menurut Poter. Perry (2005), Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk
memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis,
kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan
perawatan diri. Defisit Perawatan Diri adalah suatu kondisi pada seseorang yang
mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan/melewati aktivitas perawatan diri
secara mandiri.

      Jenis-jenis Perawatan Diri


1.    Kurang perawatan diri : Mandi / kebersihan
Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan
aktivitas mandi/kebersihan diri.
2.    Kurang perawatan diri : Mengenakan pakaian / berhias.
Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan kemampuan
memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.
3.    Kurang perawatan diri : Makan
Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk menunjukkan
aktivitas makan.
4.    Kurang perawatan diri : Toileting
Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan
atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri (Nurjannah : 2004, 79)
      
Etiologi
         Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000) penyebab kurang perawatan diri adalah
sebagai berikut :
      1.   Kelelahan fisik
      2.   Penurunan kesadaran
        Menurut Depkes (2002:20), penyebab kurang perawatan diri adalah :
       1.      Faktor predisposisi:
a.    Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan
inisiatif terganggu.
b.    Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan
diri.
c.    Kemampuan realistis turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan
diri.
d.    Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya
situasi    lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.
       2.      Faktor presipitasi
       Yang merupakan faktor presipitasi deficit perawatan diri adalah kurang
penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah / lemah yang
dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan
perawatan diri.
Menurut Depkes (2000 : 59) faktor – faktor yang mempengaruhi personal hygiene
adalah :

a.  Body image
          Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan
diri, misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli
dengan kebersihan dirinya.
     b. Praktik sosial
          Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pada personal hygiene.
     c.  Status sosial ekonomi
         Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi,
sikat gigi, shampoo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk
menyediakannya.
 d. Pengetahuan
          Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang
baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien diabetes mellitus ia
harus menjaga kebersihan kakinya.
e.   Budaya
           Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
    f.  Kebiasaan seseorang
        Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan
diri seperti penggunaan sabun, shampoo dan lain – lain.
g.  Kondisi fisik atau psikis
           Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang
dan perlu bantuan untuk melakukannya.

Dampak yang sering timbul pada masalah Personal Hygiene :


1. Dampak fisik
           Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering
terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan membrane mukosa mulut, infeksi
pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.
2. Dampak psikososial
            Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah kebutuhan
rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri
dan gangguan interaksi sosial.
     
    Tanda Dan Gejala
              Menurut Depkes (2000: 20) Tanda dan gejala klien dengan defisit
perawatan diri adalah :
      1.   Fisik               
           a.       Badan bau, pakaian kotor.
           b.      Rambut dan kulit kotor.
           c.       Kuku panjang dan kotor.
           d.      Gigi kotor disertai mulut bau.
           e.       Penampilan tidak rapi.
      2.   Psikologis
           a.       Malas, tidak ada inisiatif.
           b.      Menarik diri, isolasi diri.
           c.       Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
     3.   Sosial
           a.       Interaksi kurang.
           b.       Kegiatan kurang
           c.       Tidak mampu berperilaku sesuai norma.
d.      Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi
dan mandi tidak mampu mandiri
      
     Mekanisme Koping
             1.      Regresi
             2.      Penyangkalan
             3.      Isolasi diri, menarik diri
             4.      Intelektualisasi

    Rentang Respon Kognitif


             Asuhan yang dapat dilakukan keluarga bagi klien yang tidak dapat merawat
diri sendiri adalah :
               1.    Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri
                       a.       Bina hubungan saling percaya.
                       b.      Bicarakan tentang pentingnya kebersihan.
                       c.       Kuatkan kemampuan klien merawat diri.
                2.      Membimbing dan menolong klien merawat diri.
                        a.       Bantu klien merawat diri
                        b.      Ajarkan ketrampilan secara bertahap
                        c.       Buatkan jadwal kegiatan setiap hari
                3.      Ciptakan lingkungan yang mendukung
                  a.   Sediakan perlengkapan yang diperlukan untuk mandi.
                  b.   Dekatkan peralatan mandi biar mudah dijangkau oleh klien.
                  c.    Sediakan lingkungan   yang aman dan nyaman bagi klien misalnya,
kamar  mandi yang dekat dan tertutup.

Pohon Masalah

Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri


Isolasi social

Defisit perawatan diri : mandi, toileting, makan, berhias.

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta :
EGC.
Depkes. 2000. Standar Pedoman Perawatan jiwa.
Kaplan Sadoch. 1998. Sinopsis Psikiatri. Edisi 7. Jakarta : EGC
Keliat. B.A. 2006. Modul MPKP Jiwa UI . Jakarta : EGC
Keliat. B.A. 2006. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
Nurjanah, Intansari S.Kep. 2001. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa.
Yogyakarta : Momedia
Perry, Potter. 2005 . Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC
Rasmun S. Kep. M 2004. Seres Kopino dan Adaptasir Toors dan Pohon Masalah
Keperawatan. Jakarta : CV Sagung Seto
Stuart, Sudden, 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 3. Jakarta : EGC
Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda. Jakarta : Prima Medika.
Stuart, GW. 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC.
Tarwoto dan Wartonah. 2000. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta.
Townsend, Marry C. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Perawatan
Psikiatri edisi 3. Jakarta. EGC

Anda mungkin juga menyukai