Anda di halaman 1dari 10

RESUME

OHSAS 18001: 2007

oleh :
Intan Bahrina - 03211850012001
Rana Zenissa - 03211850012006
Program Pascasarjana Teknik Lingkungan ITS

untuk memenuhi tugas mata kuliah


Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
Dosen pengampu: Prof. Dr. Yulinah Trihadiningrum M.App.Sc

Occupational Health and Safety Assessment Series (OHSAS) 18001:2007


Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja Persyaratan

1. Ruang lingkup
Seri persyaratan Penilaian Kesehatan dan Keselamatan Kerja (OHSAS) ini menyatakan persyaratan sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (K3) agar organisasi mampu mengendalikan risikorisiko K3
dan meningkatkan kinerjanya.

Persyaratan OHSAS ini dapat diaplikasikan kepada organisasi yang bertujuan untuk:
1. membuat suatu sistem manajemen K3 untuk meminimalkan risiko kepada semua pihak yang
mungkin ditimbulkan oleh risiko K3 yang terkait dengan aktivitas kerja organisasi;
2. menerapkan, memelihara dan secara berkelanjutan meningkatkan sistem manajemen K3;
3. menentukan persyaratan tersebut sesuai dengan kebijakan K3 yang ditetapkan;
4. memperlihatkan kesesuaian dengan standar OHSAS:
a) menentukan sendiri ketentuan dan deklarasi kesesuaian, atau
b) mendapatkan konfirmasi kesesuaiannya oleh pihak lain yang mempunyai hubungan, misalnya
pelanggan, atau
c) mendapatkan pernyataan deklarasi sendiri oleh pihak luar, atau
d) mendapatkan sertifikat/registrasi atas sistem manajemen K3 oleh organisasi eksternal.

Semua persyaratan dalam Standar OHSAS ini dimaksudkan agar dapat digabungkan dengan sistem
manajemen K3 apapun. Standar OHSAS ini ditujukan untuk mengelola aspek kesehatan dan keselamatan
kerja, dan bukan ditujukan untuk mengelola area kesehatan dan keselamatan lain seperti programprogram
kesejahteraan/kesehatan karyawan, keselamatan produk, kerusakan properti ataupun dampak lingkungan.

2. Referensi publikasi
Publikasi lain yang menyediakan informasi atau pedoman terdapat pada daftar publikasi. Sebaiknya
gunakan publikasi edisi terakhir. Secara khusus, referensi yang digunakan:
● OHSAS 18002, Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja – Pedoman penerapan OHSAS
18001
● Organisasi Buruh Internasional:2001, Pedoman sistem manajemen kesehatan dan keselamatan
kerja (SMK3)

3. Istilah dan definisi


Untuk keperluan tujuan dokumen ini, istilahistilah dan definisi berikut yang digunakan.
3.1 Risiko yang dapat diterima: risiko yang telah diturunkan sampai ke tingkat yang dapat ditolerir oleh
organisasi untuk memenuhi peraturan perundangan dan kebijakan K3 organisasi.
3.2 Audit: proses sistematis, independen dan terdokumentasi untuk mendapatkan “bukti audit” dan
mengevaluasinya secara okjektif untuk menentukan apakah “kriteria audit” telah dipenuhi.
3.3 Peningkatan berkelanjutan: proses terus menerus untuk meningkatkan sistem manajemen K3 untuk
mencapai peningkatan peningkatan kinerja K3 secara sesuai kebijakan organisasi.
3.4 Tindakan perbaikan: tindakan untuk menghilangkan penyebab ketidaksesuaian yang terdeteksi atau
situasi yang tidak diinginkan.
3.5 Dokumen: informasi dan media pendukungnya.
3.6 Bahaya: sumber, situasi atau tindakan yang berpotensi menciderai manusia.
3.7 Identifikasi bahaya: proses untuk mengetahui adanya suatu bahaya dan menentukan
karakteristiknya.
3.8 Sakit penyakit: kondisi kelainan fisik atau mental yang teridentifikasi berasal dari bertambah buruk
karena kegiatan atau situasi yang terkait pekerjaan.
3.9 Insiden: kejadian yang terkait pekerjaan di mana suatu cidera, sakit penyakit atau kematian.
3.10 Pihakpihak terkait: individu atau kelompok, di dalam dan di luar tempat kerja, yang mempunyai
kaitan atau berdampak pada kinerja K3 suatu organisasi.
3.11 Ketidaksesuaian: tidak dipenuhinya suatu persyaratan. [ISO 9000:2005; ISO 14001]
3.12 Kesehatan dan keselamatan kerja (K3): kondisi dan faktor yang dapat berdampak pada kesehatan
dan keselamatan karyawan atau pekerja lain (termasuk pekerja kontrak dan personel kontraktor,
atau orang lain di tempat kerja).
3.13 Sistem manajemen K3: bagian dari suatu sistem manajemen organisasi yang digunakan untuk
mengembangkan dan menerapkan kebijakan K3 dan mengelola risikorisiko K3.
3.14 Tujuan K3: sasaran K3, dalam hal kinerja K3 yang ditetapkan organisasi untuk dicapai.
3.15 Kinerja K3: hasil yang terukur dari pengelolaan risikorisiko K3 suatu organisasi.
3.16 Kebijakan K3: keseluruhan tujuan dan arahan dari suatu organisiasi terkait dengan kinerja K3 yang
secara formal disampaikan oleh manajemen puncak.
3.17 Organisasi: perusahaan, operasi, firma, kelompok usaha, institusi atau asosiasi, atau bagian, baik
kelompok atau tidak, publik atau pribadi, yang memiliki fungsi dan administrasi sendiri.
3.18 Tindakan pencegahan: tindakan untuk menghilangkan penyebab potensi ketidaksesuaian atau
potensi situasi yang tidak diinginkan lainnya.
3.19 Prosedur: penetapan cara melakukan suatu aktivitas atau suatu proses.
3.20 Catatan dokumen: menyatakan hasilhasil yang dicapai atau pemberian bukti bahwa aktivitas telah
dilaksanakan. [ISO 14001:2004]
3.21 Risiko: kombinasi dari kemungkinan terjadinya kejadian berbahaya atau paparan dengan keparahan
suatu cidera atau sakit penyakit yang dapat disebabkan oleh kejadian atau paparan.
3.22 Penilaian risiko: proses evaluasi risikorisiko yang diakibatkan adanya bahayabahaya, dengan
memperhatikan kecukupan pengendalian yang dimiliki, dan menentukan apakah risikonya dapat
diterima atau tidak.
3.23 Tempat kerja: setiap lokasi fisik dimana aktivitasaktivitas terkait pekerjaan dilaksanakan dalam
kendali organisasi.

4. Persyaratanpersyaratan sistem manajemen K3


4.1 Persyaratan umum
Organisasi harus membuat, mendokumentasikan, memelihara dan meningkatkan secara berkelanjutan
sistem manajemen K3 sesuai dengan persyaratan Standar OHSAS ini dan menetapkan bagaimana
memenuhi persyaratanpersyaratan ini.

4.2 Kebijakan K3
Manajemen puncak harus mendefinisikan dan menyetujui kebijakan K3 dan memastikan bahwa di
dalam ruang lingkup dari sistem manajemen K3.

4.3 Perencanaan
4.3.1 Identifikasi bahaya, penilaian risiko dan penetapan pengendalian
Organisasi harus membuat, menerapkan dan memelihara prosedur untuk mengidentifikasi bahaya
yang ada, penilaian risiko, dan penetapan pengendalian yang diperlukan. Metodologi organisasi harus:
a) ditetapkan dengan memperhatikan ruang lingkup, sifat dan waktu untuk memastikan metodenya
proaktif; dan
b) menyediakan identifikasi, prioritas dan dokumentasi risikorisiko, dan penerapan pengendalian,
sesuai keperluan.
Untuk mengelola perubahan, organisasi harus mengidentifkasi bahaya dan risiko K3 terkait dengan
perubahan di dalam organisasi, sistem manajemen K3, atau aktivitasnya, sebelum menerapkan
perubahan tersebut. Organisasi harus memastikan hasil dari penilaian ini dipertimbangkan dalam
menetapkan pengendalian. Saat menetapkan pengendalian, atau mempertimbangkan perubahan atas
pengendalian yang ada saat ini, pertimbangan harus diberikan untuk menurunkan risiko berdasarkan
hirarki eliminasi; substitusi; pengendalian teknik; rambu/peringatan dan/atau pengendalian
administrasi dan alat pelindung diri. Organisasi harus mendokumentasikan dan memelihara hasil
identifikasi bahaya, penilaian risiko dan penetapan pengendaian selalu terbaru.

4.3.2 Peraturan perundangan dan persyaratan lain


Organisasi harus membuat, menerangkan dan memelihara suatu prosedur untuk mengidentifikasi
dan mengakses peraturan perundangan dan persyaratan K3 lainn yang diaplikasikan untuk K3.
Organisasi harus memastikan bahwa peraturan perundangan dan persyaratan lain yang relevan di mana
organisasi mendapatkannya harus dipertimbangkan dalam membuat, menerapkan dan memelihara
sistem manajemen K3 organisasi.

4.3.3 Tujuan dan program


Organsasi harus membuat, menerapkan dan memelihara tujuan dan sasaran K3 yang dapat diukur,
konsisten dengan kebijakan, terdokumentasi, pada setiap fungsi dan tingkat yang relevan di dalam
organisasi. Tujuan dipertimbangkan berdasarkan aspek teknologi, keuangan, persyaratan operasional
dan bisnis, dan pandangan dari pihakpihak terkait. Organisasi harus membuat, menerapkan dan
memelihara suatu program untuk mencapai tujuantujuan organisasi. Program minimum harus
memasukkan:
a. penunjukan penanggung jawab dan kewenangan untuk mencapai tujuan pada setiap fungsi dan
tingkat organisasi; dan
b. caracara dan jangka waktu untuk mencapai tujuan.

Program manajemen K3 harus dikaji pada interval waktu yang teratur dan terencana, dan dirubah sesuai
kebutuhan, untuk memastikan tujuantujuan tercapai.

4.4 Penerapan dan operasi


4.4.1 Sumberdaya, peran, tanggung jawab, akuntabilitas dan wewenang
Manajemen puncak harus menjadi penanggung jawab tertinggi untuk sistem manajemen K3.
Manajemen puncak harus memperlihatkan komitmennya dengan:
a) memastikan ketersediaan sumberdaya yang esensial untuk membuat, menerapkan, memelihara
dan meningkatkan sistem manajemen K3;
b) menetapkan peranperan, alokasi tanggung jawab dan akuntabilitas, dan delegasi wewenang, untuk
memfasilitasi efektivitas sistem manajemen K3; peran, tanggung jawab, akuntabilitas dan
wewenang harus didokumentasikan dan dikomunikasikan.

Organisasi harus menunjuk seorang anggota manajemen puncak dengan tanggung jawab khusus K3, di
luar tanggung jawabnya, dan menetapkan peranperan dan wewenang untuk:
a) menjamin sistem manajemen K3 dibuat, diterapkan, dan dipelihara sesuai dengan standar OHSAS
ini;
b) melaporkan kinerja sistem manajemen K3 kepada manajemen puncak untuk dikaji dan sebagai
dasar untuk peningkatan sistem manajemen K3.

Penunjukan anggota manajemen puncak harus tersedia kepada seluruh orang yang bekerja di dalam
kendali organisasi. Semuanya dengan tanggung jawab manajemen harus memperlihatkan
komitmennya untuk meningkatkan kinerja K3. Organisasi harus memastikan bahwa orangorang yang
berada di tempat kerja bertanggung jawab untuk aspek aspek K3 di dalam kendali mereka, termasuk
kepatuhan pada persyaratan K3 organisasi yang relevan.

4.4.2 Kompetensi, pelatihan dan kepedulian


Organisasi harus memastikan bahwa setiap orang dalam pengendalilannya yang melakukan tugastugas
yang mempunyai dampak pada K3 harus kompeten sesuai dengan tingkat pendidikan, pelatihan atau
pengalaman dan menyimpan catatannya. Organisasi harus mengidentifikasi kebutuhan pelatihan sesuai
dengan risikorisiko K3 terkait dan sistem manajemen K3.

Organisasi harus menyediakan pelatihan atau mengambil tindakan untuk memenuhi kebutuhan
tersebut, melakukan evaluasi efektivitas pelatihan atau tindakan yang diambil. Prosedur pelatihan harus
mempertimbangkan tingkat perbedaan dari: tanggung jawab, kemampuan, bahasa dan ketrampilan; dan
risiko.

4.4.3 Komunikasi, partisipasi dan konsultasi


4.4.3.1 Komunikasi
Sesuai dengan bahayabahaya K3 dan sistem manajemen K3, organisasi harus membuat, menerapkan
dan memelihara prosedur untuk:
a) komunikasi internal antar berbagai tingkatan dan fungsi dalam organisasi
b) komunikasi dengan para kontraktor dan tamu lainnya ke tempat kerja
c) menerima, mendokumentasikan dan merespon komunikasi yang relevan dari pihakpihak eksternal
terkait

4.4.3.2 Partisipasi dan konsultasi


Organisasi harus membuat, menerapkan dan memelihara prosedur untuk:
a) partisipasi pekerja melalui:
 keterlibatannya dan identifikasi bahaya, penilaian risiko dan penetapan pengendalian;
 keterlibatannya dalam penyelidikan insiden;
 keterlibatannya dalam pengembangan dan peninjauan kebijakan dan tujuan K3;
 konsultasi di mana ada perubahan yang berdampak pada K3;
 diwakilkan dalam halhal terkait K3.
Pekerja harus diinformasikan terkait pengaturan partisipasi, termasuk siapa yang menjadi wakil mereka
dalam halhal terkait K3.
b) Konsultasi dengan para kontraktor atas perubahanperubahan yang terjadi dan berdampak pada K3.

4.4.4 Dokumentasi
Dokumentasi sistem manajemen K3 harus termasuk kebijakan dan sasaran K3, ruang lingkup sistem
manajemen K3, dokumen dan catatan yang ditetapkan organisasi untuk memastikan perencanaan,
operasi dan pengendalian proses yang berhubungan dengan pengendalian risikorisiko K3 efektif.

4.4.5 Pengendalian dokumen


Dokumendokumen dan catatan yang disyaratkan untuk sistem manajemen K3 dan Standar OHSAS ini
harus terkendali. Organisasi harus membuat, menerapkan dan memelihara prosedur untuk menyetujui
dokumen sebelum diterbitkan, meninjau dokumen secara berkala, memastikan dokumen cepat terbaca
dan teridentifikasi, memastikan perubahan dokumen revisi serta mencegah penggunaan dokumen
kadaluarsa.

4.4.6 Pengendalian operasional


Organisasi harus mengidentifikasi operasi dan kegiatan yang berkaitan dengan bahayabahaya yang
teridentifikasi dimana kendali pengukuran perlu dilakukan untuk mengendalikan risikorisiko K3.
Pengendalian yang dilakukan mencakup kendali operasional, pembelian material, peralatan,
kontraktor, tamu, mendokumentasikan situasi yang berpotensi menyebabkan penyimpangan dari
kebijakan K3.

4.4.7 Kesiapsiagaan dan tanggap darurat


Organisasi harus membuat, menerapkan dan memelihara prosedur untuk mengidentifikasi potensi dan
menanggapi keadaan darurat aktual serta mencegah atau mengurangi akibat dari penyimpangan
terkait dampak K3. Organisasi harus menguji prosedur menanggapi keadaan darurat serta
mempertimbangkan kebutuhan pihak terkait seperti jasa keadaan darurat dan masyarakat sekitar.

4.5 Pemeriksaan
4.5.1 Pemantauan dan pengukuran kinerja
Organisasi harus membuat, menerapkan dan memelihara prosedur untuk memantau dan mengukur
kinerja K3 secara teratur. Prosedur ini harus dibuat untuk pengukuran kualitatif dan kuantitatif,
memantau efektivitas pengendalian K3, mengukur kinerja untuk memantau kesesuaian program
manajemen K3, memantau kecelakaan, sakit penyakit serta insiden dan mencatat data untuk analisis
perbaikan dan pencegahan lanjutan. Pemantauan peralatan dilakukan dengan memelihara prosedur
kalibrasi alat tersebut.

4.5.2 Evaluasi kesesuaian


4.5.2.1 Konsisten dengan komitmen organisasi untuk kepatuhan, organisasi harus menetapkan,
menerapkan dan memelihara prosedur untuk secara periodik mengevaluasi kepatuhannya kepada
peraturan perundangan yang relevan. Organisasi harus menyimpan catatan hasil evaluasi kesesuaian
periodiknya. Organisasi dapat menggabungkan evaluasi ini dengan evaluasi kepatuhannya kepada
peraturan perundangan atau membuat prosedur yang terpisah.

4.5.3 Penyelidikan insiden, ketidaksesuaian, tindakan perbaikan dan pencegahan


4.5.3.1 Penyelidikan insiden
Organisasi harus membuat, menerapkan dan memelihara prosedur untuk mencatat, menyelidiki dan
menganalisis insideninsiden untuk menetapkan faktor dan penyebab penyimpangan yang
menyebabkan insiden, mengidentifikasi kebutuhan untuk tindakan perbaikan, tindakan pencegahan
dan peningkatan berkelanjutan. Organisasi harus mengkomunikasikan hasil penyelidikan yang
dilakukan dalam waktu yang terukur. Hasil dari penyelidikan insiden harus didokumentasikan dan
dipelihara.

4.5.3.2 Ketidaksesuaian, tindakan perbaikan dan tindakan pencegahan


Organisasi harus membuat, menerapkan dan memelihara prosedur untuk menangani ketidaksesuaian
yang aktual dan potensial dan untuk melakukan tindakan perbaikan dan tindakan pencegahan.
Prosedur harus menetapkan persyaratanpersyaratan untuk keputusan tindakan perbaikan untuk
mengurangi dampak K3, menyelidiki penyebab dan pencegahan ketidaksesuaian, evaluasi kebutuhan
tindakan pencegahan, mencatat dan mengkomunikasikan hasil perbaikan dan pencegahan serta
melakukan peninjauan terhadap efektivitasnya.

Bila tindakan perbaikan dan tindakan pencegahan menimbulkan adanya bahayabahaya baru atau yang
berubah atau perlu adanya pengendalian baru atau diperbaiki, prosedur ini harus mensyaratkan bahwa
tindakantindakan yang akan dilaksanakan sudah melalui penilaian risiko sebelum diterapkan. Setiap
tindakan perbaikan dan tindakan pencegahan yang diambil untuk menghilangkan akar penyebab
ketidaksesuaian yang aktual dan potensial harus sesuai dengan besarnya masalah dan seimbang
dengan risiko risiko K3 yang dihadapi.

4.5.4 Pengendalian catatan


Organisasi harus membuat dan memelihara catatan untuk memperlihatkan kesesuaian dengan
persyaratan sistem manajemen K3 organisasi dan Standar OHSAS ini serta hasilhasil yang dicapai.
Organisasi harus membuat, menerapkan dan memelihara prosedur untuk mengidentifikasi,
menyimpan, melindungi, mengambil, menahan dan membuang catatancatatan. Catatan harus dan
tetap dapat dibaca, teridentifikasi dan dapat dilacak.

4.5.5 Audit internal


Organisasi harus membuat dan memelihara program untuk pelaksanaan audit sistem manajemen K3
secara berkala, agar dapat:
1. menentukan apakah sistem manajemen K3: sesuai dengan pengaturan yang direncanakan untuk
manajemen K3, termasuk persyaratan Standar OHSAS ini, dan telah diterapkan secara baik; dan
efektif memenuhi kebijakan dan tujuan tujuan organisasi;
2. memberikan informasi tentang hasil audit kepada pihak manajemen.

Program audit harus dilaksanakan oleh organisasi, sesuai dengan hasil penilaian risiko dari aktivitas-
aktivitas organisasi, dan hasil audit waktu yang lalu. Prosedur audit harus dilaksanakan dengan
menjelaskan:
a) tanggung jawab, kompetensi, dan persyaratan untuk merencanakan dan melaksanakan audit,
melaporkan hasil audit dan menyimpan catatan catatan terkait: dan
b) menetapkan kriteria, ruang lingkup, frekuensi dan metode audit

Pemilihan auditor dan pelaksanaan audit harus memastikan objektivitas dan independensinya selama
proses audit.

4.6 Tinjauan manajemen


Manajemen puncak harus meninjau sistem manajemen K3 organisasinya secara terencana untuk
menjamin kesesuaian, kecukupan dan keefektifannya secara berkelanjutan. Proses tinjauan manajemen
harus termasuk penilaian kemungkinan peningkatan dan kebutuhan perubahan sistem manajemen K3,
termasuk kebijakan dan tujuan K3. Catatan hasil tinjauan manajemen harus dipelihara.

Masukan tinjauan manajemen harus termasuk hasil audit internal, evaluasi kesesuaian dengan
perundangan, hasil konsultasi, komunikasi yang berhubungan dengan pihak eksternal, tingkat
pencapaian tujuan, tindakan perbaikan dan pencegahan insiden, perubahan dan perkembangan
perundangan serta rekomendasi peningkatan dari manajemen sebelumnya.

Hasil dari tinjauan manajemen harus konsisten dengan komitmen organsisasi untuk peningkatan
berkelanjutan dan harus termasuk setiap keputusan dan tindakan yang terkait dengan kemungkinan
perubahan kinerja K3; kebijakan dan tujuan K3; sumberdaya; dan elemen lain sistem manajemen K3.
IMPLEMENTASI OHSAS 18001
4.1 Persyaratan Umum 
Menetapkan, menerapkan, memelihara, dan melakukan peningkatan berkelanjutan terhadap sistem
manajemen kesehatan dan keselamatan kerja. Hal ini dibuktikan dengan adanya komitmen manajemen
puncak mengenai sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja yang tertuang dalam kebijakan K3
dan terintegrasi dalam sistem manajemen perusahaan. Selain itu adanya departemen khusus yaitu Health
and Safety Departemen yang bertugas menerapkan, menjalankan, dan memantau kegiatan dan program-
program K3.

4.2 Kebijakan K3
Menetapkan kebijakan perusahaan, misal kebijakan kesehatan dan keselamatan kerja, kebijakan
terhadap alkohol, obat terlarang, perjudian, serta kebijakan berkendara. Dalam kebijakan-kebijakan tersebut
memuat komitmen   untuk   mencegah cedera dan sakit serta kesanggupan perusahaan dalam mematuhi
peraturan hukum dan persyaratan lainnya.

4.3 Perencanaan
4.3.1 Identifikasi, penilaian resiko dan pengendalian bahaya
 Membuat manual yang jelas yang berhubungan dengan setiap aktivitas pekerjaan yang menyangkut
Kesehatan dan Keselamatan Kerja. 
 Membuat Job Safety Analysis atau Job Risk Analysis sebelum pekerjaan dilakukan dan adanya Standar
Operating Procedures yang harus dilaksanakan saat melakukan kegiatan.  
 Dari hasil identifikasi ini kemudian akan dilakukan penilaian terhadap potensi bahaya sehingga dapat
diketahui tingkat resiko yang akan diterima.
 Penilaian resiko ini menggunakan matriks HIRADC (Health Identification, Risk Assassement, and
Determining Control) yang memuat kriteriakriteria potensi bahaya.  
 Melibatkan pekerja dengan mengadakan program SHOC (Safety Hazard Observation Card) dan
Anomally. Potensi dan faktor bahaya yang telah diidentifikasi akan dilakukan tindakan follow up
mengenai caracara pengendalian dengan mempertimbangkan hierarki pengendalian resiko.  
 Pengendalian dengan menggunakan PPE (Personal Protective Equipment) sebagai upaya pengendalian
terhadap bahaya agar tenaga kerja terbebas dari penyakit dan kecelakaan kerja.
 Selalu memperbaharui HIRADC sesuai dengan bahaya yang ditimbulkan pada tiaptiap proyek.

4.3.2 Peraturan dan persyaratan K3


1 UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
2 UndangUndang No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) 
3 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per01/MEN/1980 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Pada Konstruksi Bangunan.
4 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per04/MEN/1980 tentang Syaratsyarat
Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan.
5 Peraturan   Menteri   Tenaga   Kerja dan Transmigrasi RI No. Per01/MEN/1982 tentang Bejana
Tekan.
6 Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per02/MEN/1983 tentang Instalasi Alarm Kebakaran
Automatik.
7 Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per04/MEN1985 tentang Pesawat Tenaga dan Produksi.
8 Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI o. Per05/MEN/1985 tentang Pesawat Angkat dan Angkut.
9 Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per04/MEN/1987 tentang Panitia Pembina Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Serta Tata Cara Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja.
10 Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per01/MEN/1989 tentang Kualifikasi dan Syaratsyarat
Operator Keran angkat.
11 Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per02/MEN/1989 tentang Pengawasan Instalasi Penyalur
Petir.
12 Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per03/MEN/1998 tentang Tata Cara Pelaporan dan
Pemeriksaan Kecelakaan.
13 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per02/MEN/1980 tentang Pemeriksaan
Kesehatan Tenaga Kerja Dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja.
14  Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per01/MEN/1981 tentang Kewajiban
Melapor Penyakit Akibat Kerja.
15 Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. Kep51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika
di Tempat Kerja.
16 Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. Kep187/MEN/1999 tentang Pengendalia Bahan Kimia
Berbahaya.
17 Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. Kep186/MEN/1999 tentang Penanggulangan Kebakaran di
tempat Kerja.
18 Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Kep75/MEN/2002 tentang Pemberlakuan
Standar Nasional Indonesia (SNI) No. SNI0402252000 Mengenai Persyaratan Umum Instalasi Listrik
2000 (PUIL 2000) di  Tempat Kerja.

4.3.3 Tujuan dan Program K3


• Pencapaian zero lost time accident
• Meningkatkan partisipasi karyawan dalam K3 dibandingkan tahun sebelumnya.
• Menurunkan angka kecelakaan kerja dibandingkan dengan tahun sebelumnya
• Menurunkan angka kejadian kebakaran di bagian produksi.

4.4 Penerapan dan Operasi


4.4.1 Sumber daya, peran, tanggung jawab, akuntabilitas dan wewenang
Adanya susunan organisasi yang jelas beserta job descriptionnya. Selain itu ada wewenang dan tugas
khusus mengenai masalah K3 dalam hal ini adalah adanya HSE Project Manager dan Coporate HSE Manager.

4.4.2 Kompetensi, pelatihan, dan kepedulian


 Menyediakan beberapa training atau pelatihan terhadap seluruh pekerja. Pelatihan ini diberikan dengan
memperhitungkan perbedaan tanggung jawab, kemampuan, dan latar belakang pendidikan serta resiko.
Pelatihan dilengkapi dengan silabus-silabus yang dilakukan tiap bulan dengan topik yang berbeda-beda.
 Mengadakan safety campaign berkaitan dengan masalah pekerjaan. Hal ini bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran tenaga kerja berkaitan dengan cara kerja yang aman untuk mencegah sakit dan
kecelakaan.
 Memberikan reward bagi pekerja yang mengumpulkan SHOC terbanyak sehingga memacu pekerja agar
lebih peka terhadap bahaya yang ada di lingkungan tempat mereka bekerja.

4.4.3 Komunikasi, partisipasi, dan konsultasi


4.4.3.1 Komunikasi
Mengkomunikasikan kebijakan, perencanaan, program-program, serta hasil keputusan mengenai K3
melalui: notification board, handbook, Safety alert dan Safety Sign, website, dan program-program safety
seperti saat safety toolbox meeting, safety mass meeting, internal meeting, dll.

4.4.3.2 Partisipasi dan konsultasi


 Melibatkan serikat pekerja untuk penetapan kebijakan dalam mengidentifikasi bahaya, penilaian resiko
dan penentuan cara pengendaliannya.
 Berpartisipasi dalam seminar-seminar K3
 Berkonsultasi dengan pihak internal dan eksternal.

4.4.4 Dokumentasi
Mendokumentasikan setiap kebijakan, perencanan, dan program-program kegiatan dalam suatu
dokumen sesuai dengan jenis kegiatan dan program-program tertentu. Dokumen tersebut diberi label atau
tanda agar memudahkan dalam pencarian dokumen-dokumen terkait.

4.4.5 Pengendalian Dokumen


Pemberian status dokumen antara lain; IFC (Issue for Comment) yaitu dokumen harus direvisi disertai
dengan masukan oleh pihak company, IFA (Issue for Approval), AFC (Approval for Construction), dan apabila
revisi telah diterima maka status dokumen adalah closed. Peninjauan ulang dokumen dilakukan tiap tahun.

4.4.6 Pengendalian Operasi


Menetapkan dan menerapkan sistem pengendalian operasi seperti adanya sistem warning sign,
penyediaan APD, MSDS, dll.

4.4.7 Kesiapan dan tanggap darurat 
  Memiliki prosedur tanggap darurat dalam Emergency Response Plan. Emergency Response Plan adalah
untuk menyelamatkan hidup, mencegah cedera, dan melindungi lingkungan dan asset perusahaan dan
kontraktor. Setiap satu bulan sekali diadakan uji coba dan setelah uji coba prosedur dilaksanakan diadakan
review mengenai halhal yang belum optimal dalam pelaksanaan drill tersebut sebagai upaya perbaikan.  

4.5 Pengecekan 
4.5.1 Pemantauan dan pengukuran kinerja
Melakukan pengukuran dan pemantauan kinerja. Pengukuran secara kualitatif dan kuantiatif
(kebisingan, temperatur, emisi gas, dll), juga dilakukan pengukuran kinerja dari tiap personel dalam
organisasi tiap bulannya. Pembaharuan surat kalibrasi dan sertifikat peralatan dilakukan tiap satu tahun
sekali oleh Depnaker atau Badan Sertifikasi Nasional. 

4.5.2 Evaluasi kesesuaian
Melakukan evaluasi pematuhan yang dilaporkan pada saat pertemuan dengan pihak manajemen
guna membahas langkahlangkah perbaikan dan evaluasi terhadap pemenuhan perundangan dan
persyaratan lainnya. Rekaman evaluasi pematuhan ini disimpan dan dipelihara.  

4.5.3 Penyelidikan insiden, ketidaksesuaian, tindakan perbaikan, dan pencegahan 
Melakukan prosedur penyelidikan insiden, ketidaksesuaian, tindakan perbaikan, dan pencegahan.
Penyelidikan penyebab insiden menggunakan metode cause tree analysis. Setelah insiden report disetujui
maka dalam form insiden report akan ditulis tindakantindakan perbaikan dan pencegahan. Setelah tindakan
perbaikan dilaksanakan maka status dari insiden report adalah closed atau dapat dikatakan
kasus telah selesai.

4.5.4 Pengendalian rekaman 
Melakukan pengendalian rekaman dengan jangka waktu penggunaan rekaman adalah 5 tahun dan
rekaman tersebut digandakan atau di back up dalam bentuk CD sebanyak tiga kali. Rekaman tersebut
dipelihara dan ditempatkan di tempat yang mudah dijangkau dan mudah ditelusuri.

4.5.5 Internal audit 
 Melakukan audit internal dan audit eksternal.
 Memiliki internal auditor yang berasal dari beberapa departemen yang telah melalui trainingtraining.  

4.6 Tinjauan Ulang Manajemen     


Melaksanakan tinjauan ulang manajemen setiap setahun sekali membahas mengenai kecukupan,
kesesuain dan keefektifan program-program K3 dan tindakan perbaikan berkelanjutan terhadap sistem
manajemen K3. 
STRUKTUR ORGANISASI
PERUSAHAAN X
Board of Commissioners Audit Committee
(Implementasi OHSAS 18001:2007)

President Director

Head of Pricing & Logistic & Port & Shipping


Business Solution Distribution Director
Dept. Director

Head of Exim Chief Corporate Chief Finance


Compliance Dept. Support Officer Officer

Head of QHSE Dept.


Head of Head of Head of Corporate Head of Site
Warehouse Procurement Strategy & Management
Division Division Business Planning Services
Division Division
Head of Special
Project Head of Human Head of Finance Head of
Management Capital Division Business Partner Commercial
Division Division Shipping
Division
Head of
Corporate Head of Finance
Head of Head of
Communication Controller
Commercial Business
& Corporate Division
Group Division Development
Secretary Dept.
Head of Finance Dept.
Business Partner
Division

Head of Legal
Dept.

Anda mungkin juga menyukai