Dry Socket PDF
Dry Socket PDF
Dry Socket PDF
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil ‘tahu’, dan terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan
terhadap suatu objek tertentu, baik indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan
raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan
merupakan domain kognitif yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang
(overt behavior). Pengetahuan dapat diperoleh secara alami maupun terencana yaitu melalui
proses pendidikan.12,13
Pengetahuan merupakan ranah kognitif yang mempunyai tingkatan, yaitu :12
1. Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap
suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau terhadap suatu rangsangan
tertentu. Oleh karena itu, ‘tahu’ merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata
kerja untuk mengukur bahwa seseorang ‘tahu’ tentang apa yang dipelajari antara lain
menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.
2. Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang
objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang
yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,
menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
3. Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi di sini diartikan sebagai penggunaan
hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4. Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke
dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih
berkaitan satu dengan lainnya. Kemampuan analisis ditandai dengan penggunaan kata kerja
diantaranya dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,
mengelompokkan, dan sebagainya.
5. Sintesis yaitu kemampuan menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru. Sintesis juga dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi yang sudah ada, misalnya dapat menyusun,
Pencabutan gigi merupakan suatu prosedur bedah yang dapat dilakukan dengan tang
pencabutan, atau secara transalveolar. Pencabutan ataupun dengan secara pembedahan
melibatkan jaringan keras dan jaringan lunak dari rongga mulut, akses yang dibatasi oleh
bibir dan pipi, serta hubungan gerakan lidah dan rahang. Definisi pencabutan gigi yang ideal
adalah pencabutan tanpa rasa sakit dengan gigi utuh dan trauma minimal terhadap jaringan
pendukung gigi, sehingga bekas pencabutan dapat sembuh dengan sempurna dan tidak
terdapat masalah prostetik di masa mendatang.1,5
Pada tindakan pencabutan gigi perlu dilaksanakan prinsip-prinsip keadaan steril dan
prinsip-prinsip pembedahan. Untuk pencabutan lebih dari satu gigi secara bersamaan
tergantung pada keadaan umum penderita serta keadaan infeksi yang ada ataupun yang
mungkin akan terjadi.8
Pencabutan gigi dengan pembedahan harus dilakukan apabila pencabutan dengan biasa
tidak mungkin dilakukan, atau apabila gigi tersebut impaksi (terpendam). Prinsip-prinsip
pembedahan biasanya relatif sama, diawali dengan pembuatan flep, di teruskan pengambilan
tulang kemudian pengambilan gigi. Gigi dapat diambil secara utuh atau separasi. Pada akhir
prosedur ini jaringan lunak dikembalikan ke tempatnya dan dilakukan jahitan. 1,10,11
Pembedahan sebaiknya dilakukan dengan hati-hati agar terhindar dari efek
samping/komplikasi yang tidak diinginkan seperti perdarahan, edema, trismus, dry socket dan
masih banyak lagi. Dokter gigi harus mengusahakan agar setiap pencabutan gigi yang ia
lakukan merupakan suatu tindakan yang ideal, dan untuk mencapai tujuan itu dokter gigi
2.2.1.1 Indikasi
1. Gigi dengan patologis pulpa, baik akut ataupun kronik, yang tidak mungkin dilakukan
terapi endodontik harus dicabut.
2. Gigi dengan karies yang besar, baik dengan atau tanpa penyakit pulpa atau
periodontal.
3. Penyakit periodontal yang terlalu parah untuk dilakukan perawatan merupakan
indikasi. Pertimbangan ini juga meliputi keinginan pasien untuk kooperatif dalam rencana
perawatan total dan untuk meningkatkan oral hygiene sehingga menghasilkan perawatan
yang bermanfaat.
4. Gigi malposisi.
5. Gigi yang mengalami trauma harus dicabut untuk mencegah kehilangan tulang yang
lebih besar lagi.
6. Beberapa gigi yang terdapat pada garis fraktur rahang harus dicabut untuk
mengurangi kemungkinan infeksi, penyembuhan yang tertunda atau tidak menyatunya
rahang.
7. Keperluan ortodontik (misalnya gigi premolar) dan keperluan prostetik.
2.2.1.2 Kontraindikasi
Berdasarkan prosedur setelah dilakukan pencabutan gigi, ada beberapa hal yang harus di
instruksikan kepada pasien, sebagai berikut :1,5
2. Fase proliferasi
Fase ini disebut juga fase fibroplasia, karena yang menonjol adalah proses proliferasi
fibroblas. Fase ini berlangsung dari akhir fase inflamasi sampai kira-kira akhir minggu ketiga
yang ditandai dengan deposisi matriks ekstraselular, angiogenesis, dan epitelisasi. Fibroblas
memproduksi matriks ekstraselular, kolagen primer, dan fibronektin untuk migrasi dan
proliferasi sel. Fibroblas berasal dari sel mesenkim yang belum berdiferensiasi, menghasilkan
mukopolisakarida, asam amino-glisin, dan prolin yang merupakan bahan dasar serat kolagen
yang akan mempertautkan tepi luka. Proses angiogenesis juga terjadi pada fase ini yang
ditandai dengan terbentuknya formasi pembuluh darah baru dan dimulainya pertumbuhan
saraf pada ujung luka. Pada saat ini, keratinosit berproliferasi dan bermigrasi dari tepi luka
untuk melakukan epitelisasi menutup permukaan luka, menyediakan barier pertahanan alami
terhadap kontaminan dan infeksi dari luar. Epitel tepi luka yang terdiri atas sel basal, terlepas
dari dasarnya dan berpindah mengisi permukaan luka. Tempatnya kemudian diisi oleh sel
baru yang terbentuk dari proses mitosis. Proses ini baru terhenti ketika sel epitel saling
menyentuh dan menutup seluruh permukaan luka. Dengan tertutupnya permukaan luka dan
dengan pembentukan jaringan granulasi, maka proses fibroplasia akan berhenti dan
dimulailah proses pematangan dalam fase remodeling.1,23
1. Sesaat setelah dilakukan pencabutan akan terjadi pembentukan bekuan darah pada soket
alveolar. Selama 24-48 jam setelah pencabutan terjadi dilatasi pembuluh darah, migrasi
leukemik, dan pembentukan lapisan fibrin.
2. Minggu pertama setelah pencabutan bekuan darah akan membentuk tahanan sementara,
dimana pada saat yang sama sel-sel inflamasi melakukan migrasi. Epitel dipinggir luka mulai
tumbuh, osteoklas menumpuk pada puncak tulang alveolar yang akan menyebabkan resopsi
tulang serta terjadi angiogenesis pada sisa ligamen periodontal.
3. Pada minggu kedua setelah pencabutan, pembuluh darah yang baru mulai masuk
kedalam bekuan darah, trabekula osteoid meluas dari alveolar ke bekuan darah, serta resorbsi
margin kortikal soket alveolar terlihat lebih jelas.
4. Minggu ketiga setelah pencabutan, soket telah terisi jaringan granulasi, epitel permukaan
telah terbentuk sempurna, dan remodeling tulang terus berlanjut sampai beberapa minggu
berikutnya. Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan penyembuhan tulang
secara total akan selesai 4-6 bulan setelah pencabutan.
Dan apabila pada proses penyembuhan tersebut, tidak terbentuknya bekuan darah akan
menyebabkan terjadinya dry socket dan memperlambat penyembuhan soket.
Komplikasi pasca pencabutan adalah suatu respon pasien tertentu yang dianggap sebagai
kelanjutan abnormal dari pembedahan, yaitu perdarahan, rasa sakit, edema dan dry socket.
Tetapi apabila berlebihan maka perlu ditinjau apakah termasuk morbiditas yang biasa terjadi
atau termasuk komplikasi.1-8,17,21
Komplikasi-komplikasi lain yang mungkin terjadi yaitu kegagalan dalam anastesi dan
mencabut gigi baik dengan tang atau dengan bein, fraktur dari gigi maupun mahkota yang
dicabut, fraktur tulang alveolar, fraktur tuberositas maksila, fraktur gigi tetangga, fraktur
mandibula, perforasi sinus maksilaris, dan laserasi.1,21
Perdarahan merupakan komplikasi yang paling sering terjadi setelah pencabutan gigi.
Perdarahan ringan dari alveolar adalah normal apabila terjadi pada 12-24 jam pertama setelah
pencabutan atau pembedahan gigi. 1,7,17,21
Rasa sakit pada seseorang selalu merasa berbeda, dimana rasa sakit tersebut memiliki
ambang atau tingkatan yang berbeda tiap manusia. Pengontrolan rasa sakit sangat tergantung
pada dosis dan cara pemberian obat terhadap pasien. Rasa sakit pada awal pencabutan gigi,
terutama sesudah pembedahan untuk gigi erupsi maupun impaksi sangat mengganggu. 1,21
Edema merupakan kelanjutan normal dari setiap pencabutan dan pembedahan gigi, serta
merupakan reaksi normal dari jaringan terhadap cedera. Edema adalah reaksi individual,
yaitu trauma yang besarnya sama, tidak selalu mengakibatkan derajat pembengkakan yang
sama baik pada pasien yang sama atau pasien yang berbeda. Usaha-usaha untuk mengontrol
edema mencakup termal (dingin), fisik (penekanan), dan obat-obatan.1,21
2.6.1 Etiologi
Etiologi dry socket merupakan multifaktorial dan masih belum jelas diketahui, tetapi
terdapat beberapa faktor predisposisi. Etiologi yang diketahui adalah terjadinya peningkatan
aktivitas fibrinolisis sehingga melarutkan bekuan darah yang sudah terbentuk. Faktor-faktor
penyebab peningkatan aktifitas fibrinolisis ini antara lain anastesi yang mengandung
vasokonstriktor yang berlebihan menyebabkan suplai darah terhalang ke tulang dan daerah
pencabutan sehingga bekuan darah sulit terbentuk, obat-obatan sistemik, aktivator cairan
tubuh, aktivator jaringan dan bakteri yang menghasilkan rasa nyeri, bau mulut, dan rasa tidak
enak. Fibrinolisis terbagi dua yaitu tanpa bakteri dan keterlibatan bakteri,yaitu:1,4,11,22,23
2.6.3 Patofisiologi
Dry Socket terjadi karena meningkatnya aktifitas dari fibrinolitik yang menjadi faktor
etiologi dry socket. Hasil pengamatan Birn pada jurnal “Review Artice Alveolar Osteitis : a
Comprehensive Review of Concepts and Controversies”, terjadinya peningkatan aktivitas
fibrinolitik pada alveolus dengan dry socket dibandingkan dengan alveolus normal. Birn juga
menyatakankan bahwa lisis total atau partial dan hancurnya bekuan darah disebabkan oleh
Penelitian yang dilakukan oleh Khatab U et al (2008-2011), bahwa dry socket dapat
terjadi sebanyak 0,5%-5% pada kasus pencabutan gigi dan sebanyak 1%-37,5% pada kasus
pembedahan molar 3 atau odontektomi, dimana berdasarkan jenis kelamin laki -laki lebih
banyak dibandingkan perempuan dengan persentase pada laki-laki 53% dan perempuan
47,6%, sedangkan untuk berdasarkan rahang, bahwa dry socket lebih tinggi pada rahang
bawah sebanyak 73,3% dan rahang atas sebanyak 26,7%, dan berdasarkan umur pasien
persentase lebih tinggi pada umur 31-40 yaitu sebanyak 36,6%.9
Penelitian yang dilakukan oleh Kasumaningrum A pada tahun 2008 di RSGM-P FKG
UI, bahwa sebanyak 828 kasus pencabutan gigi terdapat 0,6% kasus dry socket.21
2.6.6 Pencegahan
Ada beberapa hal yang dapat mencegah terjadinya dry socket adalah :
a. Pencabutan gigi pada waktu yang tepat
Melakukan pencabutan gigi pada saat adanya inflamasi sangat tidak dianjurkan karena
akan menimbulkan komplikasi pasca pencabutan, seperti terjadinya dry socket. Hal ini terjadi
karena pada dinding alveolus terdapat jaringan yang meradang sehingga menghalangi suplai
darah ke tulang dan daerah pencabutan. Untuk itu ada baiknya menunda pencabutan gigi
terlebih dahulu sampai inflamasi sembuh dan memberikan obat-obatan.2,3,15
b. Teknik pencabutan yang tepat
Sebuah teori menyatakan bahwa trauma yang besar terhadap tulang dapat merusak tulang
alveolar sehingga resistensi terhadap infeksi menurun dan enzim bakteri menghancurkan
bekuan darah. Pada kasus yang sukar pencabutan gigi dengan pembukaan flep dapat
meminimalkan trauma sehingga penyembuhan primer akan lebih cepat terjadi.3,15,20,25
c. Sterilisasi alat yang baik
Mensterilkan alat-alat sebelum melakukan pencabutan sangat penting, seperti skapel,
elevator, tang, dan jarum jahit dapat berpotensi terhadap terjadinya infeksi. Sebab alat-alat ini
berkontak langsung dengan jaringan lunak, tulang, darah, dan saliva. Jika pada saat
melakukan tindakan alat tersebut dalam keadaan tidak steril kemungkinan akan terjadi
kontaminasi oleh mikroorganisme yang terdapat pada alat dengan darah dan saliva pada
daerah pencabutan gigi. Oleh karena itu, sebaiknya alat-alat dalam keadaan steril sehingga
dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme sehingga memperkecil terjadinya dry
socket setelah pencabutan gigi.2,3,15,20,25
d. Anastesi yang cukup pada pasien
Penatalaksaan
Perawatan dry socket karena adanya lisis pada fibrin, yaitu26,27,29 :
a. Fibrinolisis keterlibatan bakteri
1. Pertama soket diirigasi dengan larutan saline dengan tujuan untuk membersihkan sisa
jaringan nekrotik pada soket bekas pencabutan gigi. Soket tidak boleh di kuretase sampai
ke tulang bagian dalam, karena dapat mengenai tulang yang terbuka dan meningkatkan
rasa sakit pada pasien. Soket yang diirigasi dengan larutan saline sebaiknya disedot
dengan hati-hati agar bagian yang utuh dapat dipertahankan.
2. Buatlah pendarahan pada soket untuk merangsang terjadinya bekuan darah.
Proses Penyembuhan
Komplikasi
Dry Socket
Penatalaksanaan
Etiologi Patofisiologi
Gambaran Faktor Insidens
Klinis Resiko
Pencegahan
Pengetahuan Mahasiswa
Kepanitraan Klinik Pencegahan terjadinya
Departemen Bedah Mulut Dry Socket
FKG USU
Defenisi
Etiologi
Gambaran Klinis
Patofisiologi
Pencegahan