Anda di halaman 1dari 4

TELAAH JURNAL

KEMUNGKINAN MENINGITIS BAKTERIAL PADA KEJANG DEMAM


SIMPLEKS ATAU KOMPLEKS PERTAMA PADA ANAK BERUSIA 6-24
BULAN : EVALUASI TERHADAP 564 PASIEN

Patient or Problem
Anak berusia 6-24 tahun yang berobat ke Rumah Sakit Pendidikan dan
Penelitian Tepecik Turki di bagian gawat darurat pediatri sebanyak 564
pasien.Penelitian ini bertujuan untuk menilai adanya kemungkinan meningitis
bakterial dan kebutuhan tindakan lumbal pungsi pada anak dengan kelompok usia
tersebut dengan kejang demam simpleks atau kompleks pertama tanpa adanya
gejala meningitis yang mencolok.

Intervension
Penelitian ini berupa record based cross-sectional . Terdapat 564 anak
yang memenuhi kriteria dalam penelitian ini. Pasien dibagi menjadi 2 kelompok
yaitu kejang demam simpleks sebanyak 452 anak dan kejang demam kompleks
sebanyak 112 anak.
Pada kedua kelompok dilakukan pemeriksaan darah lengkap, elektrolit
serum, dan C-reactive. Kemudian dilakukan penilaian apakah pasien perlu
dilakukan lumbal pungsi atau tidak. Pada kedua kelompok, lumbal pungsi
dilakukan jika terdapat tanda meningeal, kondisi umum buruk, riwayat vaksin
yang kurang serta telah mendapatkan antibiotik sebelum disarankan. Sebagai
tambahan, jika tidak terdapat gejala khas meningitis, pada kelompok kejang
demam simpleks dilakukan lumbal pungsi sesuai guideline AAP, dan pada
kelompok kejang demam kompleks dilakukan lumbal pungsi tergantung pada
kondisi umumnya.

Comparison
Penelitian ini membandingkan kemungkinan terjadinya meningitis
bakterial pada kejang demam simpleks dan kompleks pertama pada anak usia 6-24
bulan. Penelitian ini juga membandingkan apakah pada kedua jenis kejang demam
membutuhkan tindakan lumbal pungsi.
Outcome
a. Hasil Primer
Kedua tipe kejang tidak memiliki perbedaan dalam hal kemungkinan
timbulnya meningitis bakterial. Lumbal pungsi tidak disarankan pada kasus
dengan tampilan yang baik tanpa gejala meningitis bakterial.

b. Hasil Sekunder
1. Pada kedua kelompok kejang demam, sebanyak 70 (52%) pasien kejang
demam simpleks dan 65 (48%) pasien menjalani lumbal pungsi. Hasil
lumbal pungsi kedua kelompok tersebut menunjukkan tidak ada pasien
yang mengalami meningitis bakterialis.
2. Berdasarkan usia, sebanyak 84 pasien (62,2%) pasien yang menjalani
lumbal pungsi berusia <1 tahun, dan 51 pasien (37,8%) pasien berusia >1
tahun.
3. Berdasarkan jenis kelamin, sebanyak 61 (45%) pasien yang menjalani
lumbal pungsi berjenis kelamin perempuan.

Validity

a. Metode Penelitian
Metode penelitian ini berupa record based cross-sectional.
b. Sumber Data
Sumber data didapat dari rekam medis elektronik. Data yang dibutuhkan adalah
usia, jenis kelamin, riwayat vaksin, riwayat penggunaan antibiotik, jenis kejang,
penyebab demam, hasil pemeriksaan fisik, serta hasil pemeriksaan lab (darah
lengkap, C-reactive Protein, dan pungsi lumbal).
c. Waktu Penelitian
Lama waktu penelitian ini adalah 72 Bulan (dari bulan maret 2007 hingga april
2013).
d. Subyek Penelitian
Populasi penelitian adalah anak usia 6-24 bulan dengan kejang demam simpleks
atau kompleks pertama yang berobat ke Rumah Sakit Pendidikan dan Penelitian
Tepecik Turki di bagian gawat darurat pediatri.
e. Kualitas Data
Terjamin melalui pemantauan.
f. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menilai adanya kemungkinan meningitis
bakterial dan kebutuhan tindakan lumbal pungsi pada anak dengan kelompok usia
tersebut dengan kejang demam simpleks atau kompleks pertama tanpa adanya
gejala meningitis yang mencolok.
g. Analisa Statistik
Data terdistribusi normal ditampilkan dalam bentuk mean ± standar
deviasi, selain itu skewed data ditampilkan sebagai median (rentang interquartil).
Odds ratio (OR) dan tingkat kepercayaan 95% (CI) digunakan untuk menganalisa
kekuatan dari asosiasi outuput model regresi. Untuk menilai rasionalitas data
digunkan uji ✗2. Perbedaan antara kedua kelompok dihitung menggunakan
sampel independen dari Student’s t-test untuk data yang terdistribusi normal dan
Mann-Whitney U-test untuk data yang tidak terdistribusi normal. Nilai P <0.05
dinilai sebagai signifikan secara statistik.
h. Program
Analisa data dilakukan menggunakan software SPSS (versi 16.0 untuk
windows, SPSS Inc. Chicago, IL, USA)

Important
Berdasarkan parameter American Academy of Pediatrics (AAP) pada
tahun 1996, pungsi lumbar sangat disarankan pada anak hingga berusia 1 tahun
karena gejala dari meningitis bakterial dapat tidak ditemukan pada masa ini.
Namun, karena insidensi meningitis yang rendah, angka lumbal pungsi pada
kejang demam telah berkurang. Sehingga, pada 2011 AAP mengevaluasi kembali
rekomendasi lumbal pungsi untuk kejang demam simpleks. Pada kasus kejang
demam kompleks, belum ada konsensus mengenai adanya kebutuhan lumbal
pungsi.
Sehingga, penelitian ini dapat memberi masukan mengenai kebutuhan
lumbal pungsi pada pasien kejang demam simpleks maupun kompleks serta
memberi gambaran mengenai kemungkinan terjadinya meningitis bakterial pada
kedua jenis kejang demam tersebut.

Applicable
Hasil penelitian ini dapat diterapkan pada pasien dengan kejang demam
simpleks maupun kompleks di RSUD Raden Mattaher Kota Jambi, untuk
menentukan apakah pasien perlu dilakukan lumbal pungsi serta menilai ada
tidaknya resiko munculnya meningitis bakterial pada pasien kejang demam.

Anda mungkin juga menyukai