TUBERKULOSIS PARU
DAN ASPEK RADIOLOGISNYA
Pembimbing :
dr. Herman WH, Sp.Rad
Disusun oleh :
Thasya Karina Nathalia
406181073
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul
“Tuberkulosis Paru dan Aspek Radiologisnya”. Referat ini merupakan salah satu
prasyarat agar dapat dinyatakan lulus sebagai Profesi Kedokteran.
Selama menyelesaikan referat ini, banyak pihak yang membantu
penulis. Oleh karena itu, melalui kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. dr. Herman WH, Sp. Rad selaku pembimbing yang telah memberikan
bimbingan, ilmu pengetahuan, serta pengajaran yang baik selama penulis
mengikuti kepaniteraan di RS Royal Taruma.
2. Teman – teman dan para sahabat yang selalu membantu selama proses
penulisan referat ini.
3. Para perawat dan seluruh karyawan RS Royal Taruma yang telah
membantu penulis dan memberikan saran-saran yang berguna dalam
menjalani kepaniteraan di RS Royal Taruma
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................................
ii
KATA PENGANTAR....................................................................................................
iii
DAFTAR ISI...................................................................................................................
iv
BAB 1. PENDAHULUAN............................................................................................
1
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 2
2.1 Anatomi...................................................................................................................
2
2.2 Definisi.................................................................................................................... 4
2.3 Epidemiologi........................................................................................................... 4
2.4 Etiologi & morfologi bakteri..................................................................................
6
2.5 Klasifikasi...............................................................................................................
7
2.6 Patogenesis..............................................................................................................
7
2.7 Gejala klinis............................................................................................................
11
2.8 Pemeriksaan Penunjang..........................................................................................
11
2.9 Tatalaksana.............................................................................................................
15
2.10 Komplikasi.............................................................................................................
17
iv
BAB 3. KESIMPULAN ...............................................................................................
18
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................
19
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Referat ini ditujukan untuk memberi informasi mengenai TB paru terutama
dari aspek radiologis agar membantu dalam menegakan diagnosis TB paru sedini
mungki dan dapat dengan segera untuk di terapi.
1.3 Manfaat
Manfaat penulisan referat ini adalah menambah wawasan dan kepustakaan
mengenai gambaran radiologis pada TB paru.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ANATOMI
Dinding dada terdiri dari sternum, costa, dan cartilago costa. Dinding dada
berisi ogan vital, yaitu paru dan jantung. Pada paru terdapat membrane tipis yang
meliputinya yang dinamakan pleura yang merupakan membrane serosa. Pleura
terbagi menjadi 2 yaitu pleura viseralis yang menutupi bagian dalam paru dan
pleura parietal yang menempel pada dinding rongga dada. Antara pleura visceral
dan parietal dipisahkan oleh rongga pleura. Rongga pleura mengandung sedikit
cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas untuk mengurangi friksi antar kedua
pleura. Selama inspirasi maksimal paru-paru hamper mengisi seluruh rongga
pleura. Pleura viseralis sensitive terhadap regangan, sedangkan pada pleura
parietalis sensitive terhadap nyeri dan raba. Udara dapat masuk ke rongga pleura
jika terjadi fraktur costae atau pneumothoraks yang mengakibatkan hilangnya
tekanan negative pleura normal sehingga terjadi kolaps pleura.3
Paru terbagi menjadi 2 bagian yaitu paru kanan dan paru kiri, paru kanan
terbagi menjadi tiga lobus yaitu lobus superior, lobus medial, lobus inferior.
Fissura obliqua memisahkan lobus inferior dengan lobus medial, sedangkan
fissura horizontalis memisahkan lobus superior dengan lobus medial. Paru kiri
2
terbagi menjadi lobus superior dan lobus inferior, dimana lobus superior dan lobus
inferior dipisahkan oleh fissura obliqua.3
Bronkus merupakan cabang batang tenggorokkan yang terletak setelah
trakea dan sebelum paru-paru. Setelah masuk ke dalam paru, bronkus akan
bercabang lagi menjadi bronkiolus. Bronkus terbagi menjadi 2, yaitu bronkus
kanan dan bronkus kiri, bronkus kanan akan bercabang menjadi 3 bronkus lobaris,
sedangkan bronkus sebelah kiri akan bercabang menjadi 2 bronkus lobaris.
Bronkus berfungsi untuk membawa udara ke paru-paru. Pada bronkus utama
kanan memiliki struktur lebih pendek, lebar, dan vertical dari bronkus kiri
sehingga benda asing yang terhirup cenderung masuk ke bronkus kanan dan lanjut
hingga ke lobus medius dan inferior. Bronkus utama kanan ketika memasuki hilus
terbagi menjadi bronkus lobus medial dan inferior, sedangkan pada bronkus
utama kiri saat memasuki hilus terbagi menjadi bronkus lobus superior dan
inferior.16
Otot dada terdiri atas dua bagian, yaitu otot instrinsik dan ekstrinsik. Otot
instrinsik yaitu otot yang membentuk dinding dada, sedangkan otot ekstrinsik
yang berperan dalam gerakan dada, seperti otot ekstermitas superior, otot dinding
abdomen, dan punggung. Otot instrinsik terdiri dari 3 lapisan, yaitu lapisan luar,
tengah, dan dalam. Lapisan luar terdiri dari m.intercostalis eksternus dan
m.levatores kostarum, lapisan tengah hanya dibentuk oleh m.intercostalis internus,
sedangkan lapisan dalam disusun oleh m.intercostalis intimus, m.subkostalis, dan
m.transversus kostalis.3
3
Gambar 3. Percabangan Pada Bronkus.16
2.2 DEFINISI
Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman Mycobacterium tuberculosis
menyerang paru, tetapi dapat juga menyerang organ tubuh lainnya. Penyakit
tuberkulosis yang aktif bisa menjadi kronis dan berakhir dengan kematian apabila
tidak dilakukan pengobatan yang efektif (Daniel, 1999).5,6
Klasifikasi penyakit tuberkulosis berdasarkan organ tubuh yang diserang
kuman Mycobacterium tuberculosis terdiri dari tuberkulosis paru dan tuberkulosis
ekstra paru. Tuberkulosis paru merupakan tuberkulosis yang menyerang jaringan
paru, sedangkan tuberkulosis ekstra paru adalah tuberkulosis yang menyerang
organ tubuh lain selain paru misalnya, selaput otak, selaput jantung (perikardium),
kelenjar limfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat
kelamin, dan lain-lain.2
2.3 EPIDEMIOLOGI
Berdasarkan laporan data WHO pada tahun 2010 sekitar 8,8 juta (antara
8,5-9,2 juta) kasus baru TB terjadi di seluruh dunia, diperkirakan pula sebanyak
1,1 juta kematian (rentang antara 0,9-1,2 juta) terjadi akibat tuberkulosis pada
penderita TB dengan HIV negatif dan sebanyak 0,35 juta kematian (rentang 0.32-
0.39 juta ) yang terjadi akibat TB pada penderita dengan HIV positif. Hal yang
4
perlu dicermati adalah penurunan jumlah absolut kasus TB sejak tahun 2006,
diikuti dengan penurunan insidensi kejadian dengan angka estimasi kematian
sejak tahun 2002. Dan sekitar 10 juta anak-anak di tahun 2009 menjadi yatim
piatu karena orang tua yang mengidap TB.7
Berdasarkan laporan WHO tahun 2011 terdapat 5.7 kasus TB paru baru
setara dengan 65% angka prediksi di tahun 2011. India dan China memberikan
kontribusi 40% total penderita baru TB dan Afrika menyumbang 24% pasien
baru. Secara global angka keberhasilan terapi pada penderita baru TB dengan
sputum BTA positif adalah 87% di tahun 2009. MDR-TB dideteksi mencapai
46.000 kasus. Walaupun jauh dibawah angka estimasi yakni 290.000 kasus.
Survei prevalensi TB yang dilakukan di enam propinsi di Indonesia pada
tahun 1983-1993 menunjukkan bahwa prevalensi TB di Indonesia berkisar antara
0,2 – 0,65%. Sedangkan menurut laporan Penanggulangan TB Global yang
dikeluarkan oleh WHO pada tahun 2010, angka insiden TB di Indonesia pada
tahun 2009 mencapai 430.000 kasus dengan 62.000 kasus berakhir dengan
kematian.8
Sedangkan sebuah studi yang dilakukan oleh Rao et al dari Universitas
Queensland berdasarkan data epidemiologi tahun 2007-2008 menunjukkan bahwa
5
angka kematian akibat tuberkulosis di Indonesia sangat tinggi terutama di propinsi
Papua.9
Berdasarkan data WHO tahun 2011 prevalensi TB di Indonesia mencapai
1.200.000 kasus atau 484 kasus per 100.000 populasi dengan angka mortalitas
mencapai 91.000 kasus atau 38 orang per 100.000 populasi. Insidensi TB
mencapai 540.000 kasus atau 226 kasus per 100.000 populasi dengan 29.000
kasus TB HIV positif.7
6
2.5 KLASIFIKASI TUBERKULOSIS 15
2.5.1 Tuberkulosis Paru, yaitu tuberkulosis yang menyerang jaringan paru.
TB paru dibagi atas:
a. Tuberkulosis paru BTA (+) adalah:
- Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA
positif
- Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan
pemeriksaan radiologi menunjukkan gambaran KP
- Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan
biakan positif
b.Tuberkulosis paru BTA (-)
- Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif, gambaran
klinis dan kelainan radiologi menunjukkan gambaran KP
- Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan
didapatkan Mycobacterium tuberculosis
2.5.2 Tuberkulosis ekstra paru, yaitu tuberkulosis yang menyerang organ
tubuh lain selain paru, misalnya kelenjar getah bening, selaput otak,
tulang, ginjal, saluran kencing dan lain-lain.
2.6 PATOGENESIS
2.6.1 TUBERKULOSIS PRIMER
Mycobacterium tuberkulosis yang masuk melalui saluran napas
akan bersarang di jaringan paru sehingga akan terbentuk suatu sarang yang
disebut sarang primer atau afek primer. Sarang primer ini dapat timbul di
bagian mana saja dalam paru, berbeda dengan sarang reaktivasi. Dari
sarang primer akan kelihatan peradangan saluran getah bening menuju
hilus (limfangitis lokal) diikuti oleh pembesaran kelenjar getah bening di
hilus (limfadenitis regional). Afek primer bersama-sama dengan
limfangitis regional disebut sebagai kompleks primer. Kompleks primer
ini akan mengalami salah satu hal sebagai berikut : 15
1. Sembuh dengan tidak meninggalkan bekas
7
2. Sembuh dengan meninggalkan bekas (antara lain sarang Ghon, garis
fibrotik, sarang perkapuran di hilus)
3. Menyebar dengan beberapa cara, antara lain :
a. Perkontinuitatum, menyebar ke sekitarnya.
b. Penyebaran secara bronkogen, baik di paru bersangkutan
maupun ke paru sebelahnya atau tertelan
c. Penyebaran secara hematogen dan limfogen.
8
dengan Tuberculosis saluran pernapasan. Droplet tersebut bertahan di
udara selama beberapa jam dan masuk kedalam saluran nafas.
Resiko terjangkitnya M. Tuberculosis tergantung pada jumlah M.
Tuberculosis yang masih bertahan hidup di udara. Penularan melalui udara
diluar ruangan lebih rendah daripada diruangan tertutup, dimana
pertukaran udara diluar ruangan berlangsung baik dan terdapat sinar
ultraviolet jauh lebih tinggi.1,10,12
9
Makrofag yang terinfeksi mengeluarkan sitokin seperti TNF α dan
IL-1 dan sitokin lainnya untuk merangsang Monosit dan Limfosit T
terutama CD4+ yang akan membentuk IFN γ yang akan mengaktivasi
makrofag lainnya. Proses ini dikenal sebagai Macrophage Activating
response sedangkan sel CD4+ Th2 akan memproduksi IL 4, IL 5, IL 10
dan IL 13 dan merangsang sistem imun humoral. Sel Dendritik juga
berperan dalam mempresentasikan antigen dan merangsang proses imun
lebih jauh didalam limfonodus. Tahapan ini dikenal sebagai proses Cell
Mediated Immunity. Pada tahapan ini pasien dapat menunjukkan gambaran
delayed-type-hypersensitivity terhadap protein tuberkulin. Reaksi ini dapat
timbul 48-96 jam setelah injeksi tuberkulin dan bertahan hingga 6 minggu
namun sekitar 20 % pasien tidak bereaksi terhadap tes tuberkulin.1,10,12
Pada jaringan, Makrofag tersebut dapat membentuk sel raksasa
berinti banyak dan akan membentuk granuloma yang dikelilingi oleh
limfosit dan makrofag yang teraktifasi. Pada granuloma, pertumbuhan
Mycobacterium Tuberculosis dapat terhambat karena lingkungan yang
rendah oksigen dan derajat keasaman yang rendah. Ketika mengalami
proses penyembuhan dapat terbentuk fibrosis. Proses ini dikenal sebagai
Tissue Damaging Reponse. Dalam jangka waktu tahunan, granuloma dapat
meluas dan membentuk kalsifikasi dan akan tampak dalam gambaran
radiologi sebagai densitas radioopaque pada lapangan paru atas, apex paru
(fokus Simon), atau limfonodus perihilar. Focus granuloma juga dapat
ditemukan pada jaringan lainnya tergantung seberapa luas penyebaran
Mycobacterium Tuberculosis.1,10,12
Pada kasus tertentu, pada pusat lesi, material kaseosa mencair,
dinding bronchial dan pembuluh darah menjadi rusak dan terbentuklah
kavitas. Mycobacterium Tuberculosis dalam jumlah dapat menyebar ke
jaringan paru lainnya dan dapat keluar saluran nafas melalui batuk dan
berbicara. 1,10,12
Bila tidak timbul penyakit, maka telah terjadi keseimbangan antara
sistem imun dan reaksi patologis dari Mycobacterium Tuberculosis. Faktor
yang dapat menimbulkan terjadinya aktivasi Mycobacterium Tuberculosis
10
adalah kekuatan sistem imun. Sekitar 10% pasien dengan imunokompeten
biasanya akan menderita tuberculosis. 1,10,12
Pada pasien dengan infeksi laten, infeksi dapat teraktivasi dalam
jangka waktu beberapa tahun, aktivasi dapat terjadi pada hampir semua
jaringan karena Mycobacterium Tuberculosis menyebar secara limfogen.
Lokasi tertentu yang lebih sering terjadi reaktivasi adalah jaringan paru.
Rekativasi muncul pada fokus granuloma terutama pada apeks paru. Fokus
kaseosa yang besar dapat membentuk kavitas pada parenkim paru.1,10,12
Semakin banyak jumlah basil Mycobacterium Tuberculosis yang
ditularkan maka semakin infeksius. Hal ini dapat dilihat dari jumlah
Mycobacterium Tuberculosis pada sediaan tahan asam. Pada pasien
dengan TB paru berkavitas biasanya lebih infeksius.10
11
• S (sewaktu): dahak dikumpulkan pada hari kedua, saat menyerahkan
dahak pagi.
12
4. Kavitas (lubang)
5. Sarang kapur (kalsifikasi)
13
Gambar 7. Foto polos proyeksi PA pada wanita usia 21 tahun.
Tampak konsolidasi udara pada lobus media dextra.14
14
Gambar 10. Foto polos proyeksi top lordotik pada pasien pria 36 tahun.
Tampak kesuramanan pada lobus superior dextra.17
2.9 TATALAKSANA
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (
2 – 3 bulan) dan fase lanjutan 4 atau 7 bulan.
Obat Anti Tuberkulosis (OAT), terbagi menjadi
1. Lini 1, yaitu INH, Rifampisin, Pirazinamid, Streptomisin, Etambutol
2. Lini 2, yaitu kanamisin, amikasin, dan kuinolon.
Kemasan :
- Obat tunggal, Obat disajikan secara terpisah, masing-masing INH,
rifampisin, pirazinamid dan etambutol.
- Obat kombinasi dosis tetap (Fixed Dose Combination – FDC)
Kombinasi dosis tetap ini terdiri dari 3 atau 4 obat dalam satu tablet
15
Gambar 12. Dosis OAT.15
16
Beberapa evaluasi yang diperlukan pada pasien TB, antara lain :
1. Evaluasi klinik
-Pasien dievaluasi setiap 2 minggu pada 1 bulan pertama pengobatan
selanjutnya setiap 1 bulan
-Evaluasi : respons pengobatan dan ada tidaknya efek samping obat serta
ada tidaknya komplikasi penyakit
- Evaluasi klinis meliputi keluhan , berat badan, pemeriksaan fisik
2. Evaluasi radiologi
Pemeriksaan dan evaluasi foto toraks dilakukan pada:
- Sebelum pengobatan
- Setelah 2 bulan pengobatan
- Pada akhir pengobata
3. Evaluasi bakteriologik
- Tujuan untuk mendeteksi ada tidaknya konversi dahak
- Pemeriksaan & evaluasi pemeriksaan mikroskopik
- Sebelum pengobatan dimulai
- Setelah 2 bulan pengobatan
- Pada akhir pengobatan
- Bila ada fasilitas biakan : dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi
2.10 KOMPLIKASI
Pada pasien tuberkulosis dapat terjadi beberapa komplikasi, baik sebelum
pengobatan atau dalam masa pengobatan maupun setelah selesai pengobatan.
Beberapa komplikasi yang mungikin timbul adalah batuk darah, pneumotoraks,
gagal napas, gagal jantung, efusi pleura.
17
BAB III
KESIMPULAN
18
DAFTAR PUSTAKA
10. Iseman, Michael D. Chapter 345 Tuberculosis in: Goldman, Lee. Ausiello,
Dennis. Cecil medicine 23rd edition. Philadelphia: Elsevier Saunders.
2008.
11. Baliga, Ragavendra. Hough, Rachel. Haq, Iftikhar. Crash course internal
medicine. United Kingdom: Elsevier Mosby. 2007.
12. Fitzpatrick, Lisa K. Braden, Christopher. Chapter 294 Tuberculosis in:
Humes, David. Dupont, Herbert L. Kelley textbook of medicine USA:
Lippincott Williams & Wilkins 2000.
19
13. Eastman et all. Getting started in clinical radiology from image to
diagnosis. Germany:Thieme. 2006.
14. Jeong Yeon Joo, Lee Kyung Soo. Pulmonary Tuberculosis: Up-to-Date
Imaging and Management. American Journal of Roentgenology.
2008;191:834-844
15. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Tuberkulosis: Pedoman Diagnosis &
Penatalaksanaan di Indonesia. 2006
16. Faiz O, Moffat D. At a Glance Anatomi. Erlangga Medical Series. 2004
17. Restrepo C.S. et all. Imaging Manifestations of Thoracic Tuberculosis.
USA: Department of Radiology.
20