Abstrak :
Pendahuluan
Kejang demam secara umum didefenisikan sebagai kejang yang
bersamaan dengan demam dan tanpa adanya infeksi sistem saraf pusat, yang
terjadi pada anak berusia 6 bulan hingga 5 tahun. Berdasarkan parameter
American Academy of Pediatrics (AAP) pada tahun 1996, pungsi lumbar (LP)
sangat disarankan pada anak hingga berusia 1 tahun karena gejala lain dari
meningitis bakterial dapat tidak ditemukan pada masa ini. Anak dengan usia 12-
18 bulan juga harus dievaluasi untuk menemui tanda dari pungsi lumbal karena
gejala klinis dari meningitis dapat bersifat samar pada kelompok usia ini.1
Pada seluruh tipe kejang demam, pasien dengan meningeal sign, kondisi
umum buruk dan kurangnya vaksin serta pemberian antibiotik sebelum disarankan
dijadikan sebagai indikator. Pada kasus tanpa adanya gejala klinis yang jelas dari
meningitis pada kasus SFS digunakan guideline AAP sebagai pertimbangan
sebelum dilakukan LP. Dalam prakteknya, pada kasus CFS tanpa gejala atau tanda
ini, pilihan untuk dilakukan LP adalah berdasarkan kondisi umum masing masing
individu anak.
Penyebab demam sebagai faktor etiologis untuk kejang demam dan rasio
LP untuk tipe kejang demam apapun pada saat itu di catat.
Hasil
Populasi penelitian terdiri dari 564 pasien dimana 295 (52%) pasien adalah
laki-laki. Diantara populasi ini, 452 (80%) adalah kasus SFS dan 112 (20%)
adalah kasus CFS (Tabel 1). Rasio dari prosedur pungsi lubar, deteksi pleocytosis
dan hasil kultur CSF baik pada pasien SFS / CFS ditampilkan pada Gambar 1.
Seluruh pasien telah diimunisasi lengkap terhadap pneumococcus dan
Haemophilus influenzae tipe b. Tidak ditemukan adanya kelainan CSF yang
ditemukan baik pada pasien SFS / CFS. Terlebih lagi, tidak terdapat meningitis
Pada seluruh kasus, rata-rata jumlah sel darah putih (WBC) adalah
13724±6265/μL (median, 12,700/ μL). Berdasarkan WBC, 74.3% dalam rentang
normal, 24.3% menunjukkan leukositosis, dan 1.4% ditemukan sebagai leukopeni.
Nilai rata-rata dari CRP adalah 12.91±20.29 mg/dL (median, 4 mg/dL);
ditemukan normal pada 58.7% dan tinggi pada 41.3%. Saat kami membandingkan
SFS dan CFS dalam parameter WBC dan CRP, tidak ditemukan adanya
perbedaan yang signifikan (p=0.736 dan 0.950, secara respektif). Nilai WBC dan
CRP tidak berkorelasi dengan LP ([=0.830 dan 0.546, secara respektif; Tabel 1).
Diskusi
Pada anak dengan kejang demam, resiko terjadi nya meningitis bakterial
akut (ABM) masih menjadi kontroversi. Pada penelitian ini, tidak ditemukan
adanya meningitis bakterial diantara anak berusia 6-24 bulan dengan SFS serta
CFS yang tidak menerima antibiotik dan tetap dalam keadaan baik, tanpa adanya
gejala klinis meningitis.
Diantara kasus kami, hanya 39% pasien antara usia 6 sampai 12 bulan
dengan SFS pertama menjalani LP, walaupun AAP pada 1996 sangat
menyarankan untuk dilakukan LP. Angka koresponden adalah 75% pada kasus
CFS di kelompok ini. Alasannya adalah adanya potensi resiko meningitis
bakterial lebih tinggi pada kasus CFS.
Penelitian ini adalah salah satu dari beberapa tahun ini yang menilai
persentasi meningitis bakterial baik pada SFS dan CFS. Berdasarkan hasil, tidak
ada peningkatan resiko meningitis bakterial pada CFS vs SFS. Terlebih lagi,
kelompok penelitian terdiri dari populasi pasien berusia dibawah 2 tahun yang
memiliki resiko lebih tinggi karena kurang jelasnya temuan klinis meningitis pada
anak seusia ini.