DISUSUN OLEH :
TIFLA SHAFIRA
XII IPS B
Jl. Raya Ciracas No. 2, Ciracas, Jakarta Timur. Telp : (021) 8710377 / 87717555.
Fax : (021) 87706918. Email : sman_58_jkt@yahoo.com.
Tahun ajaran :
2017-2018
Kata Pengantar
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Karunia-Nya yang selalu menyertai penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini dengan baik. Shalawat beriring salam selalu tercurahkan kepada Baginda
Rasulullah SAW.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh bapak
Drs. Sunaryo, M.Pd dalam kegiatan belajar mengajar di kelas XII semester genap Mata
Pelajaran Geografi. Adapun judul makalah yang penulis angkat yaitu “Potensi Sumber Daya
Indonesia dan Peran Pancasila dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN”
Tifla Shafira
2|Page
BAB I
PENDAHULUAN
3|Page
agriculture adalah suatu sistem pertanian yang mendasarkan dirinya pada pemanfaatan
sumberdaya alam (lahan, air dan kenearagaman hayati lainnya) secara lestari. Tetapi
Nampaknya liberalisasi pardagangan produk-produk pertanian akan mengubah ketiga
aspek dasar kebijakan ketahanan ekologis suatu sistem pertanian, dan tidak menjadikan
pertanian menjadi bebas. Sebaliknya liberalisasi perdagangan justru memperkuat
sentralisme pembangunan pertanian karena keputusan seperti itu akan mendorong
terciptanya konsentrasi pemilikan sumberdaya alam, dengan cara menghilangkan batasan
kepemilikan terhadap sumber alam tersebut.
1.3 Pembatasan
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka batasan masalah yang di lampirkan, yaitu:
4|Page
BAB II
LANDASAN TEORI
Berikut ini adalah teori dari para ahi ekonomi dari masyarakat kaum klasik mengenai
perdagangan internasional:
1. Teori keunggulan mutlak (absolute Advantage Theory) Adam smith
mengemukakan idenya tentang pembagian kerja internasional yang membawa
pengaruh besar bagi barang-barang negara tersebut serta akibatnya berupa
spesialisasi internasional yang dapat memberikan hasil berupa manfaat
perdagangan yang timbul dari dalam atau berupa kenaikan produksi serta
konsumsi barang-barang dan jasa-jasa. Menurut Adam Smith bahwa dengan
melakukan spesialisasi internasional, maka masing-masing negara akan berusaha
untuk menekan produksinya pada barang-barang tertentu yang sesuai dengan
keuntungan yang dimiliki baik keuntungan alamiah maupun keuntungan yang
diperkembangkan.
Yang dimaksud dengan keuntungan alamiah adalah keuntungan yang diperoleh
karena suatu negara memiliki sumberdaya yang tidak dimiliki oleh negara lain
baik kualitas maupun kuantitas. Sedangkan yang dimaksud dengan keuntungan
yang diperkembangkan adalah keuntungan yang diperoleh karena suatu negara
mampu mengembangkan kemampuan dan keterampilan dalam menghasilkan
produk-produk yang diperdagangkan yang belum dimiliki oleh negara lain.
(soelistyo,199:28).
5|Page
2. Teori keunggulan komperatif (comparative Advantage Theory) teori ini
dikemukakan oleh David Ricardo untuk melengkapi teori Adam Smith yang tidak
mempersoalkan kemungkinan adanya negara-negara yang sama sekali tidak
mempunyai keunggulan mutlak dalam memproduksi suatu barang terhadap negara
lain misalnya negara yang sedang berkembang.
6|Page
2.2 Ciri utama perdagangan Internasional
7|Page
Menurut Feridhanusetyawan(1998), hasil perundingan tersebut merupakan agenda yang
ambisius dalam reformasi perdagangan di Sektor Pertanian. Ada dua hal yang disepakati,
yaitu: (1) Melaksanakan liberalisasi perdagangan, dengan menerapkan aturan permainan
GATT di bidang pertanian; (2) Setiap negara menyusun besaran tarif yang akan
diterapkan, serta melakukan konversi terhadap hambatan non-tarif ke dalam ekivalen tarif
(Kartadjoemena, 1997; Feridhanusetyawan, 1998). Ada tiga aspek yang dihasilkan dari
perundingan Putaran Uruguay di bidang pertanian, yaitu: (1) Pengurangan hambatan akses
pasar, berupa penurunan tarif; (2) Pengurangan subsidi domestik; dan (3) Pengurangan
subsidi ekspor.
Liberalisasi perdagangan di Sektor Pertanian yang telah dilakukan saat ini mencakup
1.341 jenis barang pertanian, dengan tarif rata-rata pada tahun 1998 sebesar 8,12 persen
(Nainggolan, 2000). Besaran tarif ini jauh lebih kecil dibandingkan dengan komitmen
Indonesia dalam GATT yang menyetujui penerapan tarif sebesar 40 persen untuk 1.041
jenis barang, lebih dari 40 persen untuk 300 jenis barang dan kurang dari 40 persen untuk
27 jenis barang (GATT, 1994).
8|Page
Liberalisasi perdagangan mewarnai perdagangan komoditas di pasar internasional
dalam era globalisasi saat ini, tidak terkecuali perdagangan pangan. Sebagai negara
ekonomi terbuka dan ikut meratifikasi berbagai kesepakatan kerjasama ekonomi dan
perdagangan regional maupun global, tekanan liberalisasi melalui berbagai aturan
kesepakatan kerja-sama tersebut bukan tidak mungkin pada akhirnya akan berbenturan
dengan kebijakan internal dan mengancam kepentingan nasional.
Sektor pertanian tetap mempunyai peran yang sangat penting dalam menjaga dan
meningkatkan kualitas pembangunan ekonomi. Sektor pertanian merupakan sumber
pertumbuhan output nasional, menurut Herliana (2004) sektor pertanian memberikan
kontribusi 19,1 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dari keseluruhan sektor
perekonomian Indonesia. Meskipun secara absolut masih lebih kecil dari sektor lainnya
seperti jasa (43,5 persen) dan manufaktur (23,9 persen) namun sektor pertanian
merupakan penyerap tenaga kerja terbesar yaitu sebesar 47,1 persen.
9|Page
Masyarakat tani di Indonesia tidak dapat menghindari arus perubahan besar
globalisasi, salah satu cara yang biasa ditempuh adalah mengikuti dan memanfaatkan arus
perubahan besar untuk mengambil kesempatan secara maksimal. Dampak arus globalisasi
dalam bidang pertanian adalah ditandai dengan masuknya produksi pertanian impor yang
relatif murah karena diproduksi dengan cara efisien dan pemberian subsidi yang besar
pada petani di negara asalnya, produk tersebut membanjiri di pasar-pasar domestik di
Indonesia. Gejala perdagangan bebas ditandai dengan mengalirnya beras, gula, kedele,
jagung, ayam potong dari beberapa negara tetangga, bahkan udang pun masuk dari China
ke Indonesia. Beberapa masalah mendasar yang masih banyak dihadapi oleh petani dan
sektor pertanian di Indonesia adalah masih lemahnya interlinkageantara penyedia input,
pasar, industri pengolahan dan lembaga keuangan dengan para petani kita. Sebenarnya
negara kita memiliki potensi pertanian dan sumber bahan baku yang luar biasa namun
belum dikelola dengan efisien. Komoditas perikanan, perkebunan, tanaman pangan dan
hutan yang luar biasa belum dikelola secara profesional dan efisien untuk meningkatkan
daya saing dan memberikan nilai tambah bagi petani yang terlibat di dalamnya.
Persoalan pertanian khususnya tanaman pangan tidak hanya berkait dengan konsumsi
dan produksi tetapi juga soal daya dukung sektor pertanian yang komprehensif.
Namun, terkait dengan aspek perdagangan internasional, pemerintah justru banyak
meliberalisasi pasar produk pertanian padahal aturan WTO masih memberi kesempatan
pemerintah untuk melindungi pasar domestik. Subsidi pertanian seperti subsidi input
dikurangi sangat drastis oleh pemerintah padahal negara-negara maju masih memberikan
subsidi sampai 300 milliar US$ tiap tahunnya kepada sektor pertanian (The New York
Times, 2 Desember 2002).
Selain ketidak-fair-an dalam hal subsidi input dan subsidi ekspor, hal lain yang sangat
terasa pada lemahnya perlindungan petani kita adalah rendahnya penerapan tarif produk
pertanian impor. Proteksi yang luar biasa pada sektor pertanian di negara-negara maju
ditunjukan dengan perlindungan produk dalam negeri melalui penerapan tarif impor yang
tinggi. Bahkan di sejumlah negara eksportir beras, gula dan produk pertanian lainnya
tarif impornya sangat tinggi.
10 | P a g e
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Untuk menjaga komoditas pertanian indonesia akibat adanya liberalisasi
perdagangan yang terjadi, sebaiknya pemerintah:
Melakukan proteksi terhadap komoditas substitusi impor, khususnya
komoditas-komoditas yang banyak diusahakan oleh petani. Komoditas yang
dijadikan pilihan untuk mendapat proteksi adalah beras, jagung, kedelai dan
gula;
Melakukan promosi terhadap komoditas-komoditas promosi ekspor,
khususnya komoditas-komoditas perkebunan yang banyak diusahakan oleh
petani. Komoditas yang dijadikan pilihan untuk mendapat promosi adalah
karet, kopi, coklat, CPO dan lada.
Untuk itu, kebijakan perdagangan komoditas pertanian dalam jangka
menengah dan jangka panjang, harus didasarkan atas sasaran sebagai berikut:
11 | P a g e
Memberikan proteksi terhadap komoditas beras, agar 95 persen dari
kebutuhan nasional dapat dipenuhi dari produksi beras di dalam negeri;
Memberikan proteksi terhadap komoditas jagung, kedelai dan gula, agar 80
persen dari kebutuhan nasional dapat dipenuhi dari produksi jagung,
kedelai dan gula di dalam negeri;
Meningkatkan ekspor CPO dengan laju 10 persen/tahun, sementara untuk
komoditas karet, kopi, coklat dan lada dapat meningkat dengan laju 5
persen/tahun;
Menyediakan subsidi domestik dalam bentuk subsidi pupuk dan bunga
kredit, sehingga para petani dapat meningkatkan kualitas dan produktivitas
produk yang dihasilkan.
12 | P a g e
Daftar Pustaka
13 | P a g e