Anda di halaman 1dari 20

PERCOBAAN VII

PENGUJIAN KEPADATAN TANAH

A. MAKSUD
Pemadatan tanah di laboratorium dimaksudkan untuk menentukan
kadar air optimum dan kepadatan kering maksimum apabila
dipadatkan dengan tenaga pemadatan tertentu. Kadar air dan
kepadatan maksimum ini dapat digunakan untuk menentukan syarat
yang harus dicapai pada pekerjaan pemadatan tanah di lapangan.
Berdasarkan besarnya tenaga pemadatan yang dilaksanakan ada dua
macam cara pemadatan, yaitu pemadatan ringan dan pemadatan berat.
B. PERALATAN
1. Cetakan
Cetakan dilengkapi dengan leher sambung yang dibuat dari bahan
yang sama dengan cetakan, dengan tinggi kurang lebih 60 mm.
Cetakan dan leher sambung harus dipasang kuat-kuat pada keping
alas yang dibuat dari bahan yang sama dan dapat dilepaskan.
a. Cetakan kecil, diameter 101,60 mm mempunyai kapasitas 943
cm3 ± 8 cm3 dengan diameter mm mempunyai kapasitas 2124
cm3 ± 21 cm3 dengan diameter dalam 152,40 mm ± 0,66 mm
dan tinggi 116,43 mm ± 0,13 mm.

2. Penumbuk
Penumbuk terbuat dari logam dan mempunyai permukaan
berbentuk bundar dan rata, diameter 50,80 mm ± 0,25 mm.
Berdasarkan berat dan tinggi jatuh bebas dibedakan menjadi dua,
yaitu:
a. Penumbuk dengan massa 2,495 kg ± 0,009 kg dan jatuh bebas
setinggi 305 mm ± 2 mm. Penumbuk jenis ini digunakan
untuk dalam 101,60 mm ± 0,41 mm dan tinggi 116,43 mm ±
0,13 mm.
b. Cetakan besar, diameter 152,40

KELOMPOK 1E | MEKANIKA TANAH I


1
c. pemadatan ringan.
d. Penumbuk dengan massa 4,536 kg ± 0,009 kg dan jatuh bebas
setinggi 457 mm ± 2 mm. Penumbuk jenis ini digunakan
untuk pemadatan berat.

3. Alat pengeluar benda uji (extruder).


4. Jangka sorong (vernier caliper) dengan keterlitian 0,1 mm.
5. Timbangan, dua buah timbangan masing-masing berkapasitas
11,5 kg dengan ketelitian 1 gram dan kapasitas 311 gram dengan
ketelitan 0,01 gram.
6. Oven pengering dengan kapasitas temperatur (110 ± 5)o C.
7. Pisau perata.
8. Saringan 19,00 mm dan saringan 4,75 mm.
9. Cawan kadar air.
10. Desikator.
11. Alat pencampur terdiri dari loyang, sendok pengaduk, sekop,
spatula dan alat- alat bantu lainnya.

C. KETENTUAN PENGUJIAN
Pada dasarnya cara pengujian kepadatan tanah, baik untuk pemadatan
ringan dan pemadatan berat adalah sama. Perbadaannya terletak pada
penggunaan jenis penumbuk dan jumlah lapis dalam satu cetakan.
Masing-masing jenis uji kepadatan ditetapkan 4 pilihan cara uji, yaitu
cara A, cara B, cara C dan cara D. Lebih detilnya dijelaskan pada
Tabel 7 dan Tabel 8.

KELOMPOK 1E | MEKANIKA TANAH I


2
Tabel 7. Cara uji kepadatan ringan untuk tanah (6)

Uraian Cara A Cara B Cara C Cara D


Diameter cetakan, mm 101,60 152,40 101,60 152,40
Tinggi catakan, mm 116,43 116,43 116,43 116,43
Volume cetakan, cm3 943 2124 943 2124
Massa penumbuk, kg 2,5 2,5 2,5 2,5
Jumlah lapis 3 3 3 3
Jumlah tumbukan per lapis 25 56 25 56
Bahan lolos saringan, mm 4,75 4,75 19,00 19,00
Jumlah minimal untuk contoh
tanah berbutir halus (min. 5 2,5 5 3 6
contoh tanah), kg
Jumlah minimal untuk contoh
tanah berbutir kasar (1 contoh 3 7 5 11
tanah), kg
(6)
Sumber: SNI-1742-2008

Tabel 8. Cara uji kepadatan berat untuk tanah (7)

Uraian Cara A Cara B Cara C Cara D

KELOMPOK 1E | MEKANIKA TANAH I


3
Diameter cetakan, mm 101,60 152,40 101,60 152,40
Tinggi catakan, mm 116,43 116,43 116,43 116,43
Volume cetakan, cm3 943 2124 943 2124
Massa penumbuk, kg 4,54 4,54 4,54 4,54
Jumlah lapis 5 5 5 5
Jumlah tumbukan per lapis 25 56 25 56
Bahan lolos saringan, mm 4,75 4,75 19,00 19,00
Jumlah minimal untuk contoh
tanah berbutir halus (min. 5 2,5 5 3 6
contoh tanah), kg
Jumlah minimal untuk contoh
tanah berbutir kasar (1 contoh 3 7 5 11
tanah), kg
(7)
Sumber: SNI-1743-2008

D. BENDA UJI
1. Bila contoh tanah yang diterima dari lapangan masih dalam
keadaan basah atau lembab, contoh tanah tersebut harus
dikeringkan terlebih dahulu sehingga menjadi gembur.
Pengeringan dapat dilakukan di udara atau dengan alat pengering
lain dengan temperatur tidak lebih dari 60°C. Kemudian
gumpalan- gumpalan tanah tersebut ditumbuk sedemikian rupa
untuk menghindari pengurangan ukuran butiran aslinya atau
pecah.
CATATAN: Tanah vulkanik tidak boleh dikeringkan dengan
menggunakan alat pengering.
2. Saring sejumlah tanah yang mewakili dengan saringan 4,75 mm
untuk cara A dan cara B, dan dengan saringan 19,00 mm untuk
cara C dan cara D.
3. Contoh tanah yang telah disaring dipersiapkan dengan jumlah
yang sesuai dengan cara ujinya (lihat Tabel 7 atau Tabel 8).
4. Masing-masing contoh tanah ditambahkan air dan diaduk sampai
merata. Perbedaan kadar air pada masing-masing contoh tanah
sekitar 1% sampai dengan 3%.
5. Masing-masing contoh uji dimasukkan ke dalam kantong plastik

KELOMPOK 1E | MEKANIKA TANAH I


4
atau wadah lainnya dan ditutup rapat, kemudian didiamkan
selama; 3 jam untuk contoh uji berupa kerikil dan pasir
kelanauan/kelempungan; 12 jam untuk contoh uji berupa lanau
dan 24 jam untuk contoh uji berupa lempung, sedangkan untuk
contoh uji berupa kerikil dan pasir tidak perlu didiamkan.
E. PELAKSANAAN
1. Membersihkan cetakan dan menimbang berat cetakan dan keping
alas dengan ketelitian 1 gram (B1) serta ukur diameter dalam dan
tingginya dengan ketelitian 0,1 mm.
2. Memasang leher sambung pada cetakan dan keping alas,
kemudian dikunci dan ditempatkan pada landasan dari beton
dengan berat tidak kurang dari 100 kg yang diletakkan pada dasar
yang stabil.
3. Mengambil contoh uji yang akan dipadatkan, Menuangkan ke
dalam loyang dan aduk sampai merata.
4. Memadatkan contoh uji di dalam cetakan (dengan leher sambung)
dalam 3 lapis (untuk kepadatan ringan) atau 5 lapis (untuk
kepadatan berat) dengan ketebalan yang sama. Pemadatan
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Untuk lapis pertama, isi contoh uji ke dalam cetakan dengan


jumlah yang sedikit melebihi 1/3 (untuk kepadatan ringan)
atau 1/5 (untuk kepadatan berat) dari ketebalan padat total,
Menyebarkan secara merata dan menekan sedikit dengan alat
penumbuk atau alat lain yang serupa agar merata. Padatkan
secara merata pada seluruh bagian permukaan contoh uji di
dalam cetakan dengan menggunakan alat penumbuk dengan
berat 2,5 kg (untuk kepadatan ringan) atau 4,54 kg (untuk
kepadatan berat) yang dijatuhkan secara bebas dari ketinggian
305 mm (untuk kepadatan ringan) atau 457 mm (untuk
kepadatan berat) di atas permukaan contoh uji tersebut
sebanyak 25 atau 56 kali (sesuai dengan cara ujinya).
b. Melakukan pemadatan untuk lapis selanjutnya dengan cara

KELOMPOK 1E | MEKANIKA TANAH I


5
seperti lapis pertama.
5. Melepaskan leher sambung, potong kelebihan contoh uji yang
telah dipadatkan dan ratakan permukaannya menggunakan pisau
perata, sehingga betul-betul rata dengan permukaan cetakan.
6. Menimbang massa cetakan yang berisi benda uji dan keping
alasnya dengan ketelitian 1 gram (B2).
7. Membuka keping alas dan keluarkan benda uji dari dalam
cetakan menggunakan alat pengeluar benda uji (extruder).
Membelah benda uji secara vertikal menjadi 2 bagian yang sama,
kemudian Mengambil sejumlah contoh yang mewakili dari salah
satu bagian untuk pengujian kadar air.
8. Memecahkan benda uji sampai secara visual lolos saringan 4,75
mm (untuk cara A dan B) atau saringan 19,00 mm (untuk cara C
dan D) campurkan dengan sisa contoh uji di dalam loyang.
Menambahkan air secukupnya sehingga kadar airnya meningkat
1% sampai dengan 3% dari kadar air benda uji pertama,
kemudian Mengaduk sampai merata.
9. Mengulangi langkah-langkah yang diuraikan dalam butir 4
sampai dengan 8 diatas beberapa kali sehingga didapat minimal 5
data pengujian dengan kadar air yang berbeda-beda.
F. HITUNGAN
1. Hitung kepadatan basah dengan rumus sebagai berikut:
( B2 −B 1 )
P=
V

keterangan:

ρ = kepadatan basah, gram/cm3


B1 = berat catakan dan keping alas, gram
B2 = berat catakan, keping alas dan
benda uji, gram
V = volume benda uji atau volume
cetakan, cm3

KELOMPOK 1E | MEKANIKA TANAH I


6
2. Hitung kadar air benda uji. Masing-masing pengujian diambil
minimal 2 contoh tanah dari bagian yang berbeda (misal: dari
bagian atas dan tengah).

3. Hitung kepadatan (berat isi) kering dengan rumus sebagai berikut:


P
Pd = x 100 %
(100+ω)
keterangan:
ρd = kepadatan kering,
gram/cm3
ρ = kepadatan basah,
gram/cm3
ω = kadar air, %

4. Hitung kepadatan (berat isi) kering untuk derajat kejenuhan


100% dengan rumus sebagai berikut:
G s . xP w
Ρzav =
(100+g s xω

keterangan:
ρzav = kepadatan kering untuk derajat kejenuhan
100%, gram/cm3 Gs = berat jenis tanah
ρw =
kepadatan air,
gram/cm3 ω
= kadar
air, %

5. Penggambaran grafik
a. Gambarkan titik-titik hubungan antara kepadatan kering
(sumbu X) dan kadar air (sumbu Y) dari hasil uji pada sebuah
grafik, kemudian gambarkan sebuah kurva yang halus yang
menghubungkan titik-titik tersebut. Dari kurva yang telah
digambarkan, tentukan kepadatan kering maksimum pada

KELOMPOK 1E | MEKANIKA TANAH I


7
puncak kurva dan kadar air optimum.
b. Gambarkan grafik hubungan antara kepadatan kering dan
kadar air pada derajat kejenuhan 100% (garis jenuh). Grafik
pemadatan tidak boleh memotong garis jenuh dan pada harga
kadar air yang tinggi grafik pemadatan menjadi sejajar
dengan garis jenuh tersebut.

KELOMPOK 1E | MEKANIKA TANAH I


8
PERCOBAAN
VIII PENGUJIAN CBR
LABORATORIUM

A. MAKSUD
Pengujian CBR (California Bearing Ratio) laboratorium
dimaksudkan untuk menentukan nilai CBR contoh material tanah,
agregat atau campuran tanah dan agregat yang dipadatkan di
laboratorium pada kadar tertentu. CBR (California Bearing Ratio)
adalah perbandingan antara beban penetrasi suatu jenis material dan
beban standar pada kedalaman dan kecepatan penetrasi yang sama.
B. PERALATAN
1. Cetakan berupa silender dari logam dengan ukuran diameter
bagian dalam (152,40 ± 0,66) mm dan tinggi (177,80 ± 0,46)
mm. Cetakan harus dilengkapi leher sambung (extension
collar) dengan tinggi ± 50 mm dan keping alas yang berlubang
banyak.
2. Keping pemisah terbuat dari logam, berpenampang bundar
dengan diameter (150,80 ± 0,80) mm dan tinggi (61,37 ± 0,25)
mm.
3. Penumbuk; sesuai ketentuan pada pengujian kepadatan tanah
(SNI-1742-2008 atau SNI-1743-2008).
4. Peralatan pengukur pengembangan tanah terdiri atas plat
berlubang-lubang dengan batang pengatur, tripod dan arloji
pengukur penetrasi berkapasitas 25 mm dengan ketelitian
pembacaan sampai 0,02 mm.
5. Keping beban terbuat dari logam dan berpenampang bundar
dengan massa setiap keping (2,27 ± 0,04) kg.

KELOMPOK 1E | MEKANIKA TANAH I


9
6. Piston penetrasi terbuat dari logam dan berpenampang bundar
dengan diameter (49,63 ± 0,13) mm, luas penampang 1935
mm2 (3 inchi2) dan panjang tidak kurang dari 102 mm.
7. Alat penetrasi yang mampu memberikan peningkatan beban
yang seragam pada kecepatan penetrasi piston ke dalam benda
uji sebesar 1,27 mm/menit. Kapasitas
alat ini harus harus melebihi kapasitas kekuatan material yang
diuji.
8. Bak perendam.
9. Cawan kadar air.
10. Oven pengering dengan kapasitas temperatur (110 ± 5)o C.
11. Peralatan bantu, seperti loyang, sendok pengaduk, pisau
pemotong, alat perata (straightedge), kertas filter, jangka
sorong, timbangan dan desikator.

C. BENDA UJI
1. Ambil contoh tanah kering udara seperti yang digunakan pada
percobaan pengujian kepadatan tanah, sebanyak 3 contoh
dengan berat masing-masing ± 6,8 kg.

2. Bila kadar air tanah ωo > ωopt maka contoh tanah boleh
dikeringkan udara. Bila kadar air telah dicapai maka kadar air
telah sesuai dan berat tanah menjadi:

100+ωOPT
W baru =W ( )
(100+ωo )

keterangan:
Wbaru = berat contoh tanah yang disiapkan, gr.
W = berat contoh tanah yang disiapkan pada pengujian
kepadatan tanah, gr. ωopt = kadar air optimum, %
ωo = kadar air asli, %
Ww = berat penambahan air, gr.

KELOMPOK 1E | MEKANIKA TANAH I


10
Campur material tanah dengan air tersebut sampai agar mencapai
kadar air optimum.

CATATAN: Jumlah air yang ditambahkan boleh sedikit lebih


besar (0,5 % atau 1%) untuk mengantisipasi penguapan.

3. Masukan contoh tersebut ke dalam kantong plastik dan tutup


agar tidak terjadi penguapan. Diamkan selama; 3 jam untuk
contoh uji berupa kerikil dan pasir kelanauan/kelempungan; 12
jam untuk contoh uji berupa lanau dan 24 jam untuk contoh uji
berupa lempung, sedangkan untuk contoh uji berupa kerikil
dan pasir tidak perlu didiamkan.
D. PELAKSANAAN
1. Memasang cetakan CBR pada keping alas, dikunci dan
ditimbang. Memasukan keping pemisah ke dalam cetakan dan
pasang kertas filter kasar pada permukaan keping pemisah.
Memasang leher sambung pada permukaan cetakan dan
dikunci pada batang dari keping alas.
2. Memadatkan masing-masing contoh tersebut di dalam cetakan
CBR dengan jumlah tumbukan 10, 30 dan 65 tumbukan per
lapis.

CATATAN: Jika densitas kering ditentukan dari pemadatan


ringan maka penumbukan dilakukan dalam 3 lapis. Jika densitas
kering ditentukan dari pemadatan berat maka penumbukan
dilakukan dalam 5 lapis.
3. Jika contoh tanah direndam, Menentukan kadar air material
yang dipadatkan. Berat contoh kadar air minimum 100 gram
untuk material berbutir halus dan 500 gram untuk material
berbutir kasar.

4. Membuka leher sambung, potong kelebihan benda uji dengan


pisau pemotong dan ratakan permukaannya sampai rata dengan
permukaan cetakan menggunakan alat perata. Permukaan
yang tidak beraturan atau berlubang harus diisi dengan

KELOMPOK 1E | MEKANIKA TANAH I


11
material halus, kemudian dipadatkan dan diratakan.
5. Mengeluarkan keping pemisah dan kertas saring dari dalam
cetakan, membalikan dan memasang kembali cetakan berisi
contoh pada alas, kemudian timbang.

6. Untuk pemeriksaan CBR langsung, contoh ini siap diperiksa.


Bila dikehendaki CBR yang direndam (soaked CBR) harus
dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a. memasang keping pengembagan dengan batang atau
tangkai pengatur di atas benda uji dalam cetakan dan
pasang keping beban minimum 4,54 kg.
b. memasang kaki tiga dengan arloji ukur pengembangan
pada permukaan cetakan, atur dan tentukan pembacaan
awalnya.
c. memasang cetakan berisi benda uji ke dalam air dan
biarkan air meresap atau masuk secara bebas dari
permukaan dan dasar benda uji. Selama perendaman,
pertahankan permukaan air di dalam cetakan dan bak
perendaman sekitar 25 mm di atas permukaan benda uji.
Merendam benda uji sekitar 96 jam (4 hari). Selama
perendaman setiap hari dibaca besarnya pengembangan
yang terjadi.

d. Setelah pembacaan akhir arloji pengembangan,


mengeluarkan benda uji dari bak perendam, Menuangkan
air dari permukaan benda uji dan biarkan selama 15 menit.
Lakukan secara hati-hati, permukaan benda uji tidak boleh
terganggu selama penuangan air.
e. Setelah air dituangkan, mengeluarkan keping beban beserta
keping berlubang banyak, kemudian menimbang dan
mencatat berat tanah bersama cetakan.

7. Measang kembali keping beban diatas benda uji. meletakan

KELOMPOK 1E | MEKANIKA TANAH I


12
contoh tanah bersama cetakan di atas piringan penekan pada
alat penetrasi CBR. Mengatur piston penetrasi sampai
menyentuh permukaan benda uji, kemudian mengatur arloji
pengukur penetrasi dan arloji beban pada posisi nol.

8. Memberikan pembebanan dengan teratur sehingga kecepatan


penetrasi seragam pada 1,27 mm/menit. Mencatat beban
apabila penetrasi menunjukan 0,32 mm (0,0125 inch) ; 0,64
mm (0,025 inch); 1,27 mm (0,050 inch); 1,91 mm (0,075 inch);
2,54 mm (0,10 inch); 3,81 mm (0,15 inch); 5,08 mm (0,20
inch); 7,62 mm (0,30 inch); 10,16 mm (0,40 inch); dan 12,70
mm (0,50 inch).

9. Mengeluarkan benda uji dari cetakan dan menentukan kadar


air sekurang-kurangnya 100 gram untuk tanah berbutir halus
dan sekurang-kurangnya 500 gram untuk tanah berbutir kasar.

E. HITUNGAN
1. Beban penetrasi
Beban penetrasi didapat dari:

P = a.k

keterangan:
a = pembacaan arloji
ukur beban, div k =
kalibrasi proving ring,
lbs/div

2. Grafik hubungan antara beban dan penetrasi


Gambarkan grafik hubungan antara beban dan penetrasi setiap
benda uji, dengan penetrasi sebagai absis dan beban penetrasi
sebagai ordinat. Ada kemungkinan grafik yang diperoleh, pada
bagian awalnya tidak berupa garis lurus, maka dalam hal ini
diadakan koreksi titik nolnya.

KELOMPOK 1E | MEKANIKA TANAH I


13
3. Nilai CBR
Nilai beban terkoreksi harus ditentukan untuk setiap benda uji
pada penetrasi 2,54 mm (0,10 inch) dan 5,08 mm (0,20 inch).
Nilai CBR dinyatakan dalam persen, diperoleh dengan membagi
nilai beban terkoreksi pada penetrasi 2,54 mm (0,10 inch) dan
5,08 mm (0,20 inch) dengan beban standar.

P '1
CBR0,1” = .100
Ps 1

P '2
CBR0,2” = .100
Ps 2

keteran
gan:
CBR0,1” = nilai CBR pada
penetrasi 0,1” ( %) CBR0,2” =
nilai CBR pada penetrasi 0,2” (%)
P’1 = nilai beban terkoreksi pada
penetrasi 0,1” (lbs) P’2 = nilai beban
terkoreksi pada penetrasi 0,2” (lbs) Ps1 =
beban standar pada penetrasi 0,1” (3000 lbs) Ps2
= beban standar pada penetrasi
0,2” (4500 lbs)

CBR umumnya dipilih pada penetrasi 2,54 mm (0,10 inch). Jika


CBR pada penetrasi 5,08 mm (0,20 inch) lebih besar dari CBR
pada penetrasi 2,54 mm (0,10 inch), pengujian CBR harus
diulang. Jika setelah diulang, tetap memberikan hasil yang serupa,
CBR pada penetrasi 5,08 mm (0,20 inch) harus digunakan.

4. CBR desain
Data hasil pengujian dari 3 benda uji digambarkan dalam bentuk
grafik hubungan nilai CBR dengan densitas kering/kepadatan
kering. CBR desain ditentukan pada persentase densitas kering

KELOMPOK 1E | MEKANIKA TANAH I


14
maksimum yang diperlukan, umumnya pada persentase minimum
yang disyaratkan sesuai spesifikasi (± 95%).
5. Pengembangan
Pengembangan dinyatakan sebagai persentasi tinggi benda uji
awal. Dihitung dengan rumus:
h1 −h0
Α h= ⋅100
ho

Keterangan:
Αh = pembagioan, %
ho = tinggi awal benda uji (116,43 mm)
h0 = tinggi akhir benda uji setelah perendaman, mm
PERCOBAAN IX
PENGUJIAN KEPADATAN LAPANGAN DENGAN ALAT
KONUS PASIR (SAND CONE)
(SNI 2828-1992)

A. MAKSUD
Pengujian in dimaksudkan untuk menentukan kepadatan lapisan tanah di
lapangan dengan cara menggunakan volume lubang secara langsung.
B. PERALATAN
Peralatan yang dipergunakan adalah sebagai berikut :
1. Botol transparan untuk tempat pasir dengan isi lebih kurang 4 liter.
2. Corong kalibrasi pasir dengan diameter dasar 16,51 cm, dan pelat
corong
3. Plat untuk dudukan corong pasir ukuran 30,48 cm x 30,48 cm dengan
lubang berdiameter 16,51 cm
4. Kaleng lapangan
5. Peralatan kecil yaitu : meteran,mistar,palu karet, palu besi, pahat,kuas,
pahat, cetok, sendok tanah dan paku 2 ˮ empat buah.
6. Peralatan untuk menentukan kadar air

KELOMPOK 1E | MEKANIKA TANAH I


15
7. Satu buah timbangan dengan kapasitas minimum 10 kg dengan
ketelitian sampai 1,0 gram
8. Bahan pembantu, bahan pasir standar sesuai dengan ketentuan yang
berlaku : harus bersih,keras, kering dan bias mengalir bebas, tidak
mengandung bahan pengikat dengan gradasi 0,075 mm sampai 2mm
C. BENDA UJI
Lapisan tanah atau lapis podasi bahwa berupa sirtu dan batu pecah yang
akan diuji yang mengandung butir berukuran tidak lebih dari 5 cm, harus
dipersiapkan terlebih dahulu dengan membuat lubang berdiameter 16,51
cm,kedalaman 10 cm sampai 15 cm.
D. PELAKSANAAN
1. Menentukan kalibrasi pasir
a. Menentukan isi botol pasir = volume botol ( V b )
1) Menimbang berat botol kosong serta corong ( W 1 )
2) Membuka kran, lalu Mengisi botol dengan air jernih sampai penuh di
atas kran , lalu Menutup kran
3) Menghitung volume botol ( V b ) setelah dikoreksi dengan koreksi
temperature.
4) Melakukan langkah a.1), a.2), a.3) sampai tiga kali dan ambil harga
rata-rata dari ketiga hasil. Perbedaan volume botol masing-masing
dengan harga rata-ratanya tidak boleh lebih dari 3 cm3
b. Menentukan berat isi pasir (γ p)
1. Mengosongkan botol lalu keringkan
2. Meletakkan alat dengan botol dibawah pada dasar yang rata,Menutup
kran dan isi corong besar pelan-pelan dengan pasar.
3. Membuka kran, isi botol sampai penuh dan jaga pasir agar selama
pengisian corong selalu terisi paling sedikit setengahnya.
4. Menutup kran,lalu Membersihkan kelebihan pasir diatas kran dan
timbang (W 3 ).
Kemudian Menghitung berat isi pasir (γ p).

KELOMPOK 1E | MEKANIKA TANAH I


16
5. Mengulangi langkah b.1) sampai b.4) tiga kali berturut turut.
Mengambil harga rata-ratanya,perbedaan antara berat masing-masing
dengan harga rata-ratanya tidak boleh lebih dari 1%.
c. Menentukan berat pasir dalam corong ( W 6 )
1. Masukkan pasir kedalam botol secukupnya,kemudian Memasang
corongnya, lalu timbang ( W 4).
2. Meletakan plat lapangan pada permukaan yang datar dan
bersih,kemudian Memasang corong berikut botol tersebut di atasnya.
3. Membuka kran corong dan membiarkan pasir mengisi corong bawah.
4. Setelah pasir berhenti mengalir, kran corong ditutup kembali.
Menimbang corong serta botol yang berisi sisa pasir didalamnya (W 5 )
5. Menghitung berat pasir pasir dalam corong ( W 6 =W 4 −W 5)
c. Mengulangi langkah c.1) sampai c.5) tiga kali berturut-turut. Ambil
harga rata-ratanya,perbedaan antara berat masing-masing dengan harga
rata-ratanya tidak boleh lebih dari 1%.
2. Menentukan kepadatan tanah
a. Membersihkan dan meratakan permukaan tanah yang akan diuji,
meletakan pelat corong pada permukaan yang telah rata tersebut
dan kokohkan dengan paku di keempat sisinya.
b. Mengali lubang bulat sesuai dengan diameter lubang plat sedalam
minimal 10 cm.
c. Menimbang kaleng lapangan yang telah dibersihkan dalam keadaan
kosong ( W 7 ).
d. Memasukan semua tanah hasil galian kedalam kaleng lapangan,
lalu menimbang beratnya (W 8 )
e. Mengambil sebagian tanah tersebut untuk diperiksa kadar airnya (ω
)
f. Isilah botol sand cone dengan pasir yang telah dikalibrasikan
secukupnya
Kemudian menimbang beratnya bersamaan dengan corong (W 8 ¿
g. meletakan alat diatas plat corong dengan corong besar menghadap
ke bawah, membuka kran pelan-pelan sehingga pasir masuk ke

KELOMPOK 1E | MEKANIKA TANAH I


17
dalam lubang. Setelah pasir berhenti mengalir tutup kran kembali
dan menimbang alat dengan sisa pasir (W 11 ¿ .
E. HITUNGAN
1. Berat isi botol pasir = volume botol (V b ¿
W 2−¿ W
V b= 1
¿
Pw
Keterangan :
V2 = berat isi botol pasir/volume botol, cm 3
W2 = berat botol kosong + corong, gr
W2 = berat botol + air + corong, gr
Ρw = kerapatan relatif air berdasarkan temperature air ketika W 2
2. Berat isi pasir ( γρ )
γb
γ p Lap= .100 %
100+
keterangan :
γρ = berat isi pasir, gr/cm 3
W 1 = berat botol kosong + corong, gr
W 3 = berat botol + air + corong, gr
Vb = berat isi botol pasir/volume botol cm 3
3. Berat isi tanah kering
γb
γd Lap = .100%
100+
keterangan :
γd Lap = berat isi tanah kering, gr/cm 3
W9
γd = = berat tanah isi bersih, gr/cm 3
V
W 13
V e= = volume pasir dalam lubang, cm 3
γp
ω = kadar air tanah lapangan, %
W 9 = W 8 −W 7 = berat tanah basah, gr
W 13 = W 12−W 6 = berat pasir dalam lubang, gr
W 12 = W 10 −W 11 = berat pasir dalam corong dan lubang, gr

KELOMPOK 1E | MEKANIKA TANAH I


18
W8 = berat kaleng/wadah + tanah basah, gr
W7 = berat kaleng/wadah kosong, gr
W 6 = = W 4 −W 5 = berat pasir dalam corong, gr
W 11 = berat botol + sisa pasir + corong, gr
W 10 = berat botol + pasir + corong, gr
W4 = berat botol + pasir + corong (saat kalibrasi), gr
W5 = berat botol + sisa pasir + corong (saat kalibrasi),
gr
4. Derajat kepadatan


Dejarat kepadatan = γ Lap . 95 % . 100%
d

keterangan :
γ d Lap = berat isi tanah kering, gr/cm 3
γ d Lap . 95 % = kepadatan laboratorium 95%, g

KELOMPOK 1E | MEKANIKA TANAH I


19

Anda mungkin juga menyukai