INFEKSI MATERNAL
Disusun Oleh:
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
TORCH adalah istilah untuk menggambarkan gabungan dari empat jenis
penyakit yaitu Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus, dan Herpes Simplex Virus.
Keempat jenis penyakit ini, sama-sama berbahaya bagi janin bila terinfeksi oleh ibu
hamil. Prinsip dan pemeriksaan ini adalah deteksi adanya zat inti (antibody) yang
spesifik terhadap kuman penyebab infeksi tersebut.
HPV adalah jenis virus yang cukup lazim. Jenis yang berbeda dapat
menyebabkan kutil, atau pertumbuhan sel yang tidak normal dalam atau disekitar
leher rahim atau dubur yang dapat menyebabkan kanker serviks atau dubur.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan TORCH.
2. Apa yang dimaksud dengan HPV.
C. Tujuan
Agar mengetahui apa TORCH dan HPV, dan untuk mengetahui penyebab, gejala,
cara pencegahannya.
BAB II
PEMBAHASAN
4) Pathogenesis
Jika seseorang makan atau minum dari sumber terkontaminasi
Toxoplasma gondi, selanjutnya toxoplasma akan menembus permukaan usus
halus dan ditangkap oleh sel-sel darah putih. Sebagian toxoplasma masih
dapat bereplikasi. Reaksi ini akan mencetuskan keluarnya mediator atau zat-
zat kimia dalam darah yang dapat menginduksi timbulnya tanda-tanda infeksi.
Bagaimana perjalanan toxoplasma ini tergantung pada jumlah partikel protozo
yang masuk kesaluran cerna, factor genetik, kekebalan tubuh, dan virulensi
protozoa.
Sekali seseorang terserang toxoplasmosis, T.gondii akan menyebar
keseluruh jaringan tubuh termasuk ke sirkulasi plasenta pada wanita hamil.
Hal ini tentu saja membahayakan bagi janin. Pathogenesis mikrobakteri ini
terbagi menjadi 3 tahap :
Tahap pertama adalah parasitisme (ditemukan toxoplasma dalam darah)
yang merupakan fase akut, yaitu sekitar 1 minggu pasca infeksi.
Tahap kedua, terjadi respon imun humoral seperti IgA, IgM, IgG, dan
komplemen dan juga terjadi respon imun seluler berupa magrofag dan
sitokin.
Tahap ketiga, adalah pembentukan kista (bentuk inaktif) dalam sel yang
sewaktu-waktu dapat mengalami reaktivasi (aktif kembali).
5) Gejala Klinis
a. Infeksi Toxoplasma gondi ditandai dengan gejala seperti demam, malaise,
nyeri sendi, pembengkakan kelenjar getah bening (toxoplasmosis
limfonodosa acuta). Gejala mirip dengan mononikleosis infeksiosa.
b. Hidrosefalus, yaitu: kondisi abnormal dimana cairan serebrospinal
terkumpul di ventrikel otak, pada janin dan menyebabkan cepatnya
pertumbuhan kepala dan penonjolan fontanela (sehingga kepala tampak
membesar karena berisi cairan) dan wajah yang kecil.
c. Korioretinitis, yaitu radang atau inflamasi lapisan koroid dibelakang retina
mata.
d. Pengapuran (calcification) otak dan intraseluler.
e. Kondisi ini sangat berat saat infeksi maternal (yang berasal dari ibu)
terjadi sejak dini saat kehamilan.
f. Sekitar 15-55% anak yang menderita infeksi bawaan atau sejak lahir tidak
memiliki antibody IgM spesifik T.gondi yang dapat dideteksi saat lahir
atau masa tumbuh kembang awal.
g. Disertai ketidaknormalan sel darah putih (leukosit) di cairan otak dan
sumsum tulang (cerebrospinal fluid), yang dalam istilah medis disebut
dengan pleocytosis.
h. Janin yang beru lahir terinfeksi T.gondi dapat mengalami anemia,
penurunan trombosit, dan penyakit kuning (jaundice) saatn lahir.
i. Janin yang terinfeksi dapat tanpa gejala sama sekali, atau hanya
didapatkan pertumbuhan janin terhambat, atau gambaran hyperechoic
bowel.
j. Bayi yang bertahan hidup (affected survivors) dapat menderita retardasi
mental, kejang (seizures), kerusakan penglihatan (visual defects),
spasticity, atau gejala sisa neurologis (berhubungan dengan saraf ) yang
berat lainnya,
k. Pembengkakan kelenjar pertahanan (limfoglandula) yang terdapat
disekitar leher, ketiak dan sebagainya namun jarang sekali terjadi.
6) Penularan
a. Makan daging mentah atau kurang matang atau daging yang tidak
dimasak sempurna dimana daging tersebut mengandung toxoplasma.
b. Melalui transplantasi organ tubuh manusia, namun penularan ini sangat
jarang karena umumnya organ tubuh tersebut telah diperiksa oleh dokter
dengan seksama. Walaupun peluangnya kecil hal ini tidak boleh
diabaikan.
c. Manusia tanpa sengaja menelan telur atau kista toxoplasma. Hal ini dapat
terjadi jika manusia memakan buah buahan atau sayuran tanpa dicuci
dengan bersih.
7) Pencegahan
a. Tidak boleh menyentuh atau memegang mulut dan mata ketika memegang
daging mentah.
b. Mencuci tangan dengan sabun sehabis memegang daging mentah dan
setelah berkebun.
c. Dapur dan perabotannya di cuci bersih yang dipakai untuk daging mentah.
d. Cuci sayuran dan buah sebelum dimakan.
e. Hindari lalat, kecoa, dan binatang yang hinggap di buah dan sayur.
f. Selalu memakai sarung tangan jika memegang benda yang selalu
dikontaminasi kotoran.
g. Member makan kucung dengan daging yang matang.
h. Wanita hamil trimester pertama sebaiknya diperiksa secara berkala akan
kemungkinan infeksi dengan toxoplasma gondi. Mengobatinya agar tidak
terjadi abortus, lahir mata ataupun cacat bawaan.
2. Rubella
4) Pathogenesis
Virus rubella ditransmisikan melalui pernafasan yang mengalami
replikasi di nosafaringdan di daerah kelenjar getah bening. Viremia terjadi
antara hari ke 5 sampai hari ke 7 setelah terpajan virus rubella. Dalam ruang
tertutup, virus rubella dapat menular ke setiap orang yang berada diruangan
yang sama dengan penderita. Masa inkubasi virus rubella berkisar antara 14-
21 hari. Masa penularan 1 minggu sebelum dan 4 hari setelah permulaan
(onset) ruam (rash). Virus rubella sangat menular.
5) Gejala Klinis
a. Pada wanita hamil primary infection severe damage pada fetus. Masa
inkubasi 2-3 minggu rata-rata kurang lebih 18 hari. Kelainan congenital
tergantung pada saat mana terjadi infeksi pada waktu hamil.
b. Infeksi pada bulan pertama kehamilan dapat menyebabkan fetal
malformation kurang lebih 50%-80%, 25% pada bulan kedua dan 17 %
pada bulan ketiga.
c. Congenital rubella syndrome dapat terjadi pada infeksi TR I kehamilan.
Kelainan-kelainan lain adalah CHD (PDA, VSD dan PT), cataract,
chorioretinitis, microcephaly, mental retardation dan deafness.
6) Penularan
Penularan pertamanya dapat melalui titik-titik air di udara yang berasal
dari batuk atau bersin penderita. Berbagai makanan dan minuman dengan
penderita juga dapat menularkan rubella. Sama halnya jika menyentuh mata,
hidung, atau mulut setelah memegang benda yang terkontaminasi virus
rubella.
7) Pencegahan
Walaupun tidak ada obat yang spesifik untuk virus ini, namun dapat
diberikan pencegahan yaitu vaksin dalam bentuk vaksin kombinasi yang
sekaligus digunakan untuk mencegah infeksi campak, dikenal sebagai vaksin
MMR (Mumps, Measles, Rubella) yang disuntikkan sebanyak 2 kali.
Suntikan vaksin pertama diberikan semasa umur 12-15 bulan dan
suntikan kedua diberikan semasa umur 4-6 tahun. Pemberian imunisasi MMR
pada wanita usia produktif yang belum mempunyai antibody terhadap virus
rubella amatlah penting untuk mencegah terjadinya infeksi rubella congenital
pada janin. Setelah pemberian imunisasi MMR, penundaan kehamilan harus
dilakukan selama 3 bulan.
Vaksin MMR tidak sembarangan boleh diberikan kepada semua orang
diantaranya:
a. Mereka yang alergi terhadap antibiotic neomicyn
b. Wanita yang sedang hamil atau bertujuan hamil dalam waktu satu bulan
setelah imunisasi.
c. Mereka yang menderita penyakit apa saja atau menerima pengobatan yang
menekankan sistem kekebalan, seperti cortisone atau prednisolone.
d. Siapa saja yang menderita infeksi yang akut.
3. CMV (Cytomegalovirus)
Infeksi CMV disebabkan oleh virus Cytomegalo, dan virus ini termasuk
golongan virus keluarga herpes. Seperti halnya keluarga herpes lainnya, virus
CMV dapat tinggal secara laten dalam tubuh dan CMV merupakan salah satu
penyebab infeksi yang berbahaya bagi janin bila infeksi terjadi saat ibu sedang
hamil. Jika ibu terinfeksi, maka janin yang dikandung mempunyai resiko tertular
sehingga mengalami gangguan misalnya, pembesaran hati, kuning, ekapuran
otak, ketulian retardasi mental, dan lainnya.
1) Cirri-ciri
a. Kemampuannya untuk melangsungkan infeksi bersifat laten seumur
hidup.
b. Diameter virion 100-200 nanomikron.
c. Mempunyai selubung lipoprotein (envelop)
d. Bentuk incosahedral nekleokapsid
e. Asam nukleat: DNA
2) Klasifikasi
Family : Herpesviridae
Subfamily : Betaherpesvirinae
Genus : Cytomegalovirus (HHV5)
Spesies : Cytomegalovirus
Cytomegalovirus atau disingkat CMV merupakan anggota keluarga virus
herpes yang biasa disebut herpesviridae. CMV sering disebut sebagai virus
paradox karena bila menginfeksi seseorang dapat berakibat fatal, atau dapat
juga hanya diam di dalam tubub penderita seumur hidupnya. Pada awal
infeksi CMV akan menggandakan diri. Sebagai respon, sistem kekebalan
tubuh akan berusaha mengatasi kondisi tersebut sehingga setelah beberapa
waktu virus akan menetap didalam cairan tubuh penderita seperti darah, air
liur, urine, sperma, lender vagina, ASI, dan sebagainya.
3) Struktur Anatomi
4) Pathogenesis
Infeksi bawaan Cytomegalovirus dapat terjadi karena infeksi primer
atau reaksivasi dari ibu. Namun, penyakit yang diderita janin atau bayi yang
baru lahir dikaitkan dengan infeksi primer ibu. Infeksi primer pada usia anak
atau dewasa lebih sering dikaitkan dengan respon limfosit T yang hebat.
Respon limfosit T dapat mengakibatkan timbulnya sindroma mononucleosis
yang serupa seperti dialami setelah infeksi virus Epstein-barr. Tanda khas
infeksi ini adalah adanya limfosit atipik pada darah tepi.
Sekali terkena, selama masa simtomatis infeksi primer,
Cytomegalovirus menetap pada jaringan induk semangnya. Tempat infeksi
yang menetap dan laten melibatkan berbagai macam sel dan organ tubuh.
Penularan tranfusi darah atau transplantasi organ berkaitan dengan infeksi
terselubung dalam jaringan ini. Penelitian bedah mayat menunjukkan kelenjar
liur dan usus merupakan tempat terdapat infeksi yang laten.
Stimulasi antigen kronis (seperti yang timbul setelah transplantasi
organ) disertai melemahnya sistem imun merupakan keadaan yang paling
sesuai untuk pengaktifan Cytomegalovirus dan penyakit yang disebabkan oleh
Cytomegalovirus. Cytomegalovirus dapat menyebabkan respon limfosit T
yang lemah, yang seringkali mengakibatkan superinfeksi oleh kuman
oportunistik. Cytomegalovirus juga dapat menjadi faktor pembantu dalam
mengaktifkan infeksi laten HIV.
5) Gejala Klinis
Biasanya CMV menyebabkan demam, penurunan jumlah sel darah
putih (leucopenia) dan letih lesu. Infeksi pada paru-paru mengakibatkan sesak
dan batuk. Pada sistem cerna pada lambung dan usus, infeksi CMV
menyebabkan mual, muntah, dan diare. Ensefalitis (otak) CMV dapat
menyebabkan kejang, nyeri kepala dan koma. Apanila penderita sedang
hamil, CMV bisa menginfeksi janin dan mengakibatkan gangguan pada organ
tertentu janin.
6) Penularan
a. Pada bayi bisa melalui proses kelahiran kontak langsung pada serviks atau
melalui air susu ibu.
b. Melalui tranfusi pada ibu atau anak.
c. Melalui kontak langsung atau individual
Penularan terjadi melalui kontak langsung selaput lendir dengan
jaringan. CMV (Cytomegalovirus) diekskresikan melalui urin, ludah, ASI,
secret serviks dan semen pada infeksi primer maupun pada infeksi reaktivasi.
Janin bisa tertular dari ibu baik berupa infeksi primer maupun berupa infeksi
reaktivasi. Infeksi janin dengan menifestasi klinis yang berat pada waktu lahir
sering terjadi akibat infeksi primer dari ibu.
Virus dapat ditularkan kepada bayi melalui asi, melalui tranfusi darah
penularan mungkin terjadi melalui leukosit. Ditemukan bahwa, CMV
diekresikan oleh sebagian besar anak-anak di tempat penitipan, hal ini bisa
menjadi sumber infeksi bagi masyarakat. Penularan melalui hubungan seks ini
dilihat dari penderita golongan homoseksual yang berhubungan seks dengan
banyak pasangan. Virus di ekresikan melalui urin dan air ludah selama
beberapa bulan dan tetap bertahan atau akan muncul secara periodik selama
beberapa tahun sesudah infeksi primer.
Sesudah infeksi neonatal, virus mungkin diekskresikan selama 5-6
tahun. Orang dewasa mengekskresikan virus dalam jangka waktu lebih
pendek, namun virus akan tetap ada sebagai infeksi laten.
7) Pencegahan
a. Menjaga kebersihan atau sanitasi
b. Hindari melakukan tranfusi kepada bayi baru lahir dari ibu yang
seronegatif dengan darah donor dengan seropositif CMV
c. Hindari transplantasi jaringan organ dari donor seropositif CMV kepada
resipien yang seronegatif. Jika hal ini tidak di hindari, maka pemberian IG
hiperimun atau pemberian antivirus profilaktik mungkin menolong.
4. Herpes Simplex Virus
4) Pathogenesis
HSV ditularkan melalui kontak dari orang yang peka lewat virus yang
ditularkan oleh seseorang. Intuk menimbulkan infeksi, virus harus menembus
permukaan mukosa atau kulit yang terluka (kulit yang tidak terluka bersifat
resisten). HSV 1 ditransmisikan melalui sekskresi oral, virus menyebar
melalui droplet pernapasan atau melalui kontak langsung dengan air liur yang
terinfeksi. Ini sering terjadi selama berciuman, atau dengan memakan atau
minuman dari perkakas terkontaminasi. HSV 1 dapat menyebabkan herpes
genetalis melalui transmisi selama seks oral-genital. Karena virus
transmisikan melalui sekskresi dari oral atau mukosa (kulit) genital, biasanya
tempat infeksi pada laki-lakitermasuk batang dan kepala penis, skrotum, paha
bagian dalam, anus.
Pada wanita yang labia, vagina, serviks, anus, paha bagian dalam.
Mulut juga dapat menjadi tempat infeksi bagi keduanya. Penyebaran herpes
genatalis atau herpes simpleks 2 dapat melalui kontak langsung antara
seseorang yang tidak memiliki antigen terhadap HSV 2 dengan seseorang
yang terinfeksi HSV 2. Kontak dapat melalui dengan membrane mukosa atau
kontak langsung kulit dengan lesi. Transmisi juga dapat terjadi dari seorang
pasangan yang tidak memiliki luka yang tampak. Kontak tidak langsung dapat
melalui alat-alat yang dipakai penderita karena HSV 2 memiliki envelope
sehingga dapat bertahan hidup sekitar 30 menit di luar sel.
5) Gejala Klinis
a. HSV 1 (kulit, mukosa, mata, mulut, hidung, telinga)
Vesicles-vesicles disekitar mulut, acute ginggivostomatitis. Primary HSV-
1 infeksi dapat menyebabkan follicular congjungtivitis dengan chemosis,
edema dan corneal ulcer. Herpes menivestasi recurren, HSV-1 infection.
Pada keadaan parah dapat menyebabkan HSV encephalitis.
b. HSV 2 (kulit, mukosa alat kelamin dan sekitar anus)
Infeksi pada genital dapat menyebabkan infeksi pada bayi pada waktu
proses kelahiran. Sebagian besar bayi mendapat infeksi HSV-2 pada ibu
hamil asymptomatic. Ulcerative letion, pain fever, dysuria,
lymphadenopathy selalu dijumpai.
6) Penularan
a. Siapapun yang aktif secara seksual dapat tertular herpes kelamin.
b. Herpes menular melalui hubungan kulit dengan kulit. Hal ini terjadi saat
daerah kulit yang menular berhubungan dengan luka kecil pada kulit atau
selaput mukosa, terutama pada mulut dan kelamin.
c. Herpes kelamin dapat tertular melalui hubungan seks pada waktu ada
gejala dan kadang kala tidak ada gejala.
7) Pencegahan
a. Skrining dengan pemeriksaan TORCH ibu sebelum dan selama
kehamilan.
b. Menghindari persalinan melalui jalan lahir bagi ibu yang menderita herpes
genital.
c. Menghindari kontak dengan penderita dan alat-alat yang dipakainya.
B. Human Papiloma Virus (HPV)
PENUTUP
A. Kesimpulan
TORCH (Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus, dan Herpes Simplex Virus) dan
HPV (Human Papiloma Virus) adalah penyakit oleh virus, penyakit ini sangat berhaya
dan menyerang siapa saja, mulai dari anak-anak hingga dewasa. TORCH bagi ibu
hamil yang terkena virus ini maka kemunkinan akan terjadi keguguran, cacat lahir,
atau sebelum ibu hamil maka akan sulit mendapatkan keturunan. HPV bagi ibu hamil
disaran kan untuk tidak melahirkan dijalan lahir karna bisa berdampak kepada bayi.
B. Saran
Harus slalu waspada kepada penyakit menular dengan cara mengetahui media dan
cara penyebaran penyakit ini kemungkinan kita dapat menghindari penularannya.
Daftar Pustaka
https://www.academi.edu.com
https://www.scrib.com