id
BAB IV
73
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
74
2) Daya Pembeda
Butir soal dikatakan baik apabila memiliki daya pembedanya D ≥ 0,3.
Perhitungan selengkapnya terdapat pada Lampiran 7. Butir soal yang
memiliki daya beda lebih besar atau sama dengan 0,3 dipakai sebagai butir tes
untuk mengukur prestasi belajar matematika peserta didik sedangkan butir
soal yang daya pembedanya kurang dari 0,3 tidak digunakan.
Tabel 4.2 Rangkuman Hasil Perhitungan Daya Pembeda Butir
Daya Pembeda (D) Butir Soal
Butir soal baik 1, 4, 5, 6, 7, 9, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17,
(D ≥ 0,3) 18, 19, 20, 21, 22, 24, 25, 26, 27, 28, 30.
Butir soal kurang baik 2, 3, 8, 10, 23, 29.
(D ≤ 0,3)
3) Penetapan Instrumen
Berdasarkan perhitungan tingkat kesukaran dan daya pembeda butir
soal tes prestasi terdapat 10 butir soal yang dibuang karena tidak memenuhi
kriteria daya pembeda dan tingkat kesukaran yang baik. Butir-butir soal
tersebut yaitu 2, 3, 4, 8, 9,10, 17, 21, 23, dan 29, selebihnya tergolong butir
soal yang baik karena memenuhi batas tingkat kesukaran dan daya pembeda
commit to user
yang telah ditentukan. Dari 30 butir soal yang diujicobakan tersisa 20 butir
setelah dikurangi butir soal yang kurang baik. Dengan demikian butir soal
yang digunakan dalam penelitian adalah butir soal nomor 1, 5, 6, 7, 11, 12,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
75
13, 14, 15, 16, 18, 19, 20, 22, 24, 25, 26, 27, 28, dan 30. Rekapitulasi
selengkapnya ada pada Lampiran 8.
c. Uji Reliabilitas Instrumen Tes Prestasi Belajar
Uji reliabilitas yang dgunakan dalam penelitian ini adalah teknik Alpha.
Dari hasil perhitungan koefisien reliabilitas (r11) untuk 20 butir soal sebesar
0,723. Instrumen tes dikatakan reliabel jika melebihi atau sama dengan 0,70.
Berarti instrument tes tersebut telah memenuhi kriteria reliabilitas yang
ditetapkan. Hal ini menunjukkan bahwa instrumen tes prestasi belajar yang
terdiri dari 20 butir soal pilihan ganda telah reliabel. Perhitungan selengkapnya
dapat dilihat pada Lampiran 9. Selengkapnya instrume tes prestasi belajar yang
digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 10.
2. Instrumen Tes Kemampuan Komunikasi Matematis
Instrumen tes kemampuan komunikasi matematis dalam penelitian ini ada 2,
yaitu tes kemampuan komunikasi matematis pertama, yang digunakan untuk
memperoleh data kemampuan awal pada uji keseimbangan dan tes kemampuan
komunikasi matematis kedua yang digunakan untuk memperoleh data kemampuan
komunikasi matematis setelah diberi perlakuan. Instrument kemampuan
komunikasi matematis selengkapnya terdapat pada Lampiran 13 dan Lampiran 14.
a. Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Pertama
1) Validitas Isi
Kriteria penelaahan validitas isi kemampuan komunikasi matematis
pertama pada materi pecahan meliputi aspek materi, konstruksi dan bahasa.
Validitas isi ini dilakukan dengan menggunakan lembar check list (√) yang
divalidasi oleh tiga orang validator yaitu yaitu Dr. Budi Usodo, M.Pd, Ketua
Program Studi Sarjana Pendidikan Matematika Universitas Sebelas Maret, Dr.
Ikrar Pramudya, M. Si, dosen Program Studi Pendidikan Matematika Universitas
Sebelas Maret, dan Puji Hantoro Wiroharjo, S.Pd guru matematika SMP Negeri
2 Mojolaban.
Hasil lembar check list (√) penelaahan validitas isi instrumen tes
komunikasi matematis pertama ini dapat dilihat di Lampiran 11. Oleh karena
seluruh kriteria penelaahan telah terpenuhi, maka instrumen tes komunikasi
commit dari
matematis pertama ini valid ditinjau to user
validitas isi. Adapun perbaikan yang
disarankan oleh ketiga validator tersebut adalah kesesuain antara kisi-kisi
dengan soal, kesesuain antara kisi-kisi dengan indikator kemampuan komunikasi
matematis, kesalahan ketik, ketidak sesuaian penggunaan bahasa, dan bentuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
76
b) Daya Beda
Berdasarkan hasil perhitungan daya beda tes komunikasi matematis
kedua didapatkan bahwa semua butir soal memenuhi kriteria daya beda
baik. Perhitungan selengkapnya terdapat pada Lampiran 17.
c) Penetapan Instrumen
Dari perhitungan tingkat kesukaran dan daya pembeda tes
komunikasi matematis kedua didapatkan 4 butir soal yang layak untuk
digunakan dalam penelitian, yaitu butir soal nomor 1, 2, 5 dan 6,
sedangkan butir soal nomor 3 dan 4 tidak digunakan. Rekapitulasi
selengkapnya terdapat pada Lampiran 18.
3) Uji Reliabilitas Instrumen Tes Komunikasi Matematika Kedua
Uji reliabilitas yang digunakan dalam untuk menghitung reliabilitas
instrumen tes komunikasi matematika kedua menggunakan teknik Alpha.
Berdasarkan hasil perhitungan reliabilitas dari 4 butir soal yang akan dipakai
dalam penelitian menunjukkan reliabilitas sebesar 0,729. Suatu instrumen
dikatakan reliabel apabila memiliki indeks reliabilitas lebih besar atau sama
dengan 0,70. Dengan kata lain tes kemampuan komunikasi matematis kedua
reliabel. Dengan kata lain tes kemampuan komunikasi matematis pertama
reliabel. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 20.
Selengkapnya instrume tes kemampuan komunikasi matematis kedua yang
digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 21.
3. Instrumen Kreativitas Siswa
a. Validitas Isi
Kriteria penelaahan validitas isi untuk angket kreativitas siswa meliputi
aspek, materi konstruksi, dan bahasa. Validitas isi ini dilakukan dengan
menggunakan lembar check list (√) yang divalidasi oleh tiga orang validator,
yaitu Dr. Asrowi, M.Pd, Ketua Program Studi Sarjana Pendidikan Bimbingan
Konseling Universitas Sebelas Maret, Rini Lestari, P. Si, M. Si, dosen Psikologi
Universitas Muhammadiyah Surakarta, dan Dra. Mustikayati, M.Pd, guru
Bimbingan Konseling SMP Negeri 2 Mojolaban. Setelah dilakukan validasi ada
beberapa saran dari validator yaitu perlunya perbaikan dari penggunaan istilah
ganda, dan pemilihan bahasacommit to usersesuai dengan jenjang anak SMP.
yang tidak
Selanjutnya instrumen diperbaiki sesuai dengan saran dari validator dan
dikonsultasikan lagi sehingga instrumen dianggap layak untuk digunakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
79
Hasil lembar check list (√) penelaahan validitas isi instrumen angket
kreativitas siswa ini dapat dilihat pada Lampiran 22. Oleh karena seluruh kriteria
penelaahan telah terpenuhi, maka instrumen tes kreativitas siswa ini valid
ditinjau dari validitas isi.
Setelah angket dianggap layak dengan beberapa perbaikan sesuai dengan
saran validator, baru kemudian dilakukan uji coba dengan 48 soal butir angket
kreativitas siswa. Selengkapnya untuk lembar kisi-kisi uji coba instrumen angket
kreativitas siswa pada Lampiran 23, instrumen angket kreativitas siswa yang
diujicobakan pada Lampiran 24.
b. Analisis Butir Soal
1) Uji Konsistensi Internal
Ditinjau dari uji konsistensi internal, item pernyataan instrumen angket
kreativitas siswa yang digunakan untuk mengumpulkan data kreativitas siswa
adalah item pernyataan yang memiliki konsistensi internal baik, yakni dengan
indeks konsistensi internal lebih dari atau sama dengan 0,3 ( rxy ≥ 0,3).
Berikut disajikan rangkuman hasil perhitungan konsistensi internal
untuk instrumen angket kreativitas siswa.
Tabel 4.5 Rangkuman Hasil Perhitungan Konsistensi Internal
Konsistensi Internal (rxy) Butir Angket
Butir Angket Baik 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 13, 14,
(rxy ≥ 0,3) 15, 16, 17, 18, 20, 22, 23, 24, 25,
26, 27, 28, 29, 30, 31, 33, 34, 35,
39, 40, 42, 45, 47, dan 48.
Butir Angket Kurang Baik 6, 12, 19, 21, 32, 36, 37, 38, 41, 43,
(rxy < 0,3) 44, dan 46.
yang terkecil sampai terbesar maka diperoleh persentase nilai lebih besar dari 50
% pada 𝑑𝑗 2 ≤ χ2 (0,5;2) dengan χ2 (0,5;2) = 1, 386, hal ini berakibat H0 diterima.
Jadi dapat disimpulkan taraf signifikansi 5% untuk semua sampel berasal dari
populasi yang berdistribusi normal multivariat. Perhitungan selengkapnya dapat
dilihat pada Lampiran 31.
2. Uji Homogenitas Variansi Populasi
a. Uji Homogenitas Variansi Populasi
Tabel 4.8 Uji Homogenitas Variansi Populasi Data Kemampuan Awal
Var. Terikat Asal Data 𝑠𝑗 2 𝜒 2 𝑜𝑏𝑠 𝜒 2 (0,05:2) Keputusan Uji
Eksperimen 1 129,02
Prestasi Eksperimen 2 258,61 1,035 5,991 H0 diterima
Kontrol 211,36
commit to user
Eksperimen 1 313,80
Komunikasi
Eksperimen 2 343,90 0,452 5,991 H0 diterima
Matematis
Kontrol 298,61
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
82
Statistik uji yang digunakan dalam menghitung uji hipotesis multivariat satu
jalan sel tak sama adalah statistik uji Wilk’s. Berikut rangkuman analisis variansi
multivariat satu jalan sel tak sama pada data kemampuan awal siswa.
Tabel 4.11 Rangkuman Analisis Variansi Multivariat Satu Jalan Sel Tak Sama Data
Kemampuan Awal Peserta Didik
Sumber Keputu-
Matriks SSCP dk Λ Fobs Fα
Variasi san Uji
Perlakuan 76,30 114,08 H0
𝑩=[ ] 2 0,997 0,229 2,389
(Treatments) 114,08 183,05 diterima
Berdasarkan hasil analisis, diperoleh statistik uji Fobs ≤ Fα, akibatnya 𝐹𝑜𝑏𝑠
𝐷𝐾. Jadi, dapat disimpulkan untuk taraf signifikansi 5% semua populasi
memiliki kemampuan awal yang sama atau dalam keadaan seimbang. Hasil analisis
uji keseimbangan terdapat pada Lampiran 32.
C. Data Penelitian
Data penelitian adalah data prestasi, kemampuan komunikasi matematika, dan
kreativitas siswa. Data penelitian prestasi dan komunikasi matematika diperoleh dari
hasil tes yang telah diberikan pada sampel penelitian, sedangkan data penelitian
kreativitas siswa diperoleh dari pengisian angket yang telah diberikan pada sampel
penelitian. Data kreativitas siswa diperoleh sebelum dilaksanakan eksperimentasi yaitu
bersamaan dengan pengambilan data kemampuan awal komunikasi matematika siswa,
sedangkan data penelitian prestasi dan kemampuan komunikasi matematis kedua
diperoleh setelah dilaksanakan eksperimentasi. Data kreativitas siswa digunakan untuk
pengelompokan peserta didik ke dalam nilai-nilai pada variabel bebas kedua. Berikut
analisis deskriptif data kreativitas siswa.
Tabel 4.12 Penyebaran Kreativitas Siswa
Model Kreativitas Siswa
Sampel*) Jumlah
Pembelajaran Tinggi Sedang Rendah
Tinggi
Problem
Sedang 29 35 26 90
Posing
Rendah
Tinggi
Problem
Sedang 32 31 25 89
Solving
Rendah
Tinggi
Langsung Sedang 29 36 24 89
Rendah
Jumlah 90 102 75 260
Persentase 33, 58% 38,06 % 27,99% 100%
*)
Keterangan:
̅ )′ 𝑺−𝟏 (𝑿𝒋 − 𝑿
(𝑿𝒋 − 𝑿 ̅ ) dimana 𝑗 = 1, 2, . . . , 𝑛 dan diperoleh persentase nilai
lebih dari 50% pada 𝑑𝑗 2 ≤ χ2 (0,5;2) dengan χ2 (0,5;2) = 1, 386, hal ini berakibat
Statistik uji yang digunakan dalam menghitung uji hipotesis multivariat dua
jalan sel tak sama adalah statistik uji Wilks’. Untuk rangkuman analisis variansi
multivariat dua jalan sel tak sama penelitian ini adalah sebagai berikut.
Tabel 4.18 Rangkuman Analisis Variansi Multivariat Dua Jalan Sel Tak Sama
4120,44 6495,81
𝑯𝑩 = [ ]
Faktor B 6495,81 10980,94 2 0,848 11,05 2,389 H0 ditolak
377,45 339,63
𝑯𝑨𝑩 = [ ]
Interaksi 339,63 443,23 4 0,956 1,474 1,956 H0 diterima
66076,67 17368,72
𝑯𝑬 = [ ] 25
Galat 17368,72 72007,02 - - - -
8
80905,52 commit to
35081,44 user
𝑻=[ ] 26
Total 35081,44 95324,64 - - - -
6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
87
Berdasarkan hasil analisis variansi multivariat dua jalan sel tak sama
menggunakan statistik uji Wilks’ diketahui bahwa pada model pembelajaran dan
kreativitas siswa Fobs > Fα, akibatnya 𝐹𝑜𝑏𝑠 ∈ 𝐷𝐾, sedangkan interaksi di antara dua
variabel bebas diperoleh Fobs ≤ Fα, akibatnya 𝐹𝑜𝑏𝑠 𝐷𝐾. Jadi, dapat disimpulkan
untuk taraf signifikansi 5% H0A dan H0B ditolak sedangkan H0AB diterima. Artinya
bahwa : (1) terdapat perbedaan efek antar model pembelajaran terhadap prestasi
belajar dan kemampuan komunikasi matematis, (2) terdapat perbedaan efek antar
kreativitas siswa terhadap prestasi belajar dan kemampuan komunikasi matematis,
serta (3) tidak ada interaksi antara model pembelajaran dan kreativitas siswa
terhadap prestasi belajar dan kemampuan komunikasi matematis. Perhitungan uji
hipotesis data penelitian selengkapnya terdapat dalam Lampiran 38.
4. Uji Lanjut Hipotesis Penelitian
Dari keputusan uji pada uji hipotesis penelitian telah diperoleh kesimpulan
bahwa H0A, H0B ditolak, dan H0AB diterima, sehingga untuk uji lanjut hipotesis
penelitian dilakukan dengan uji anava dua jalan sel tak sama pada masing-masing
variabel terikat, yaitu prestasi belajar (X1) dan kemampuan komunikasi matematis
(X2).
Tabel 4.19 Rangkuman Analisis Variansi Univariat Dua Jalan Sel Tak Sama
Sumber
Var. Terikat JK dk RK Fobs Fα Keputusan Uji
Variasi
X1 15627,12 2 7813,56 30,508 3,031 H0A ditolak
Baris (A)
X2 17940,66 2 8970,33 32,141 3,031 H0A ditolak
X1 6555,04 2 3277,52 12,797 3,031 H0B ditolak
Kolom (B)
X2 16752,85 2 8376,43 30,013 3,031 H0B ditolak
Interaksi X1 609,93 4 152,48 0,595 2,407 H0AB diterima
(AB) X2 661,55 4 165,39 0,593 2,407 H0AB diterima
X1 66076,67 258 256,11 - - -
Galat
X2 72007,02 258 279,097 - - -
X1 88868,76 266 - - - -
Total
X2 107362,08 266 - - - -
Berdasarkan hasil analisis variansi univariat dua jalan sel tak sama diketahui
bahwa pada model pembelajaran dan kreativitas siswa pada setiap variabel terikat
Fobs > Fα, akibatnya 𝐹𝑜𝑏𝑠 ∈ 𝐷𝐾 sehingga H0A dan H0B ditolak, sedangkan pada efek
commit to user
interaksi Fobs ≤ Fα, akibatnya 𝐹𝑜𝑏𝑠 𝐷𝐾 sehingga H0AB diterima, maka dengan taraf
signifikansi 5% dapat disimpulkan bahwa: (1) terdapat perbedaan efek antar model
pembelajaran terhadap prestasi belajar dan kemampuan komunikasi matematis, (2)
terdapat perbedaan efek antar kreativitas siswa terhadap prestasi belajar dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
88
kemampuan komunikasi matematis, dan (3) tidak ada interaksi antara model
pembelajaran dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar dan kemampuan
komunikasi matematis. Perhitungan selengkapnya terdapat dalam Lampiran 39.
Setelah diperoleh hasil uji univariat dua jalan sel tak sama yang menyatakan
bahwa H0A dan H0B ditolak, maka untuk mengetahui manakah perlakuan yang
secara signifikan berbeda dari yang lainnya dilakukan uji komparasi ganda pada
setiap variabel terikat. Pada penelitian ini, uji komparasi ganda yang digunakan
adalah metode Scheffé, dengan hasil pengujian sebagai berikut.
a. Uji Komparasi Ganda Antar Baris
Tabel 4.20 Rangkuman Komparasi Rerata Antar Baris Data Penelitian Prestasi
Belajar dan Komunikasi Matematis
Variabel Terikat H0 Fobs (a-1)Fα Keputusan Uji
𝜇1. = 𝜇2. 1,954 6,062 H0 diterima
Prestasi Belajar 𝜇1. = 𝜇3. 38,147 6,062 H0 ditolak
𝜇2. = 𝜇3. 22,542 6,062 H0 ditolak
Berdasarkan uji komparasi rerata antar baris dengan variabel bebas model
pembelajaran, terlihat bahwa terdapat keputusan uji yang menyatakan H0
diterima dan H0 ditolak. Perhitungan selengkapnya terdapat dalam Lampiran 40.
Jika H0 ditolak pada taraf signifikansi 5%, maka dalam penarikan kesimpulan
perlu melihat rerata marginal baris. Dari uji komparasi ganda pada Tabel 4.20
dan rerata marginal pada Tabel sebelumnya diperoleh kesimpulan sebagai
berikut.
1) Model pembelajaran Problem Posing (PP) dengan pendekatan PMR maupun
Problem Solving (PS) dengan pendekatan PMR menghasilkan prestasi belajar
peserta didik yang lebih baik daripada model pembelajaran langsung, dan
model pembelajaran PP dengan pendekatan PMR dan PS dengan pendekatan
PMR menghasilkan prestasi belajar siswa yang sama.
2) Kemampuan komunikasi matematis siswa yang diberikan model
pembelajaran PP dengan pendekatan PMR lebih baik daripada model
commit to user
pembelajaran PS dengan pendekatan PMR maupun model pembelajaran
langsung. Kemampuan komunikasi matematis siswa yang diberikan model
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
89
1. Hipotesis Pertama
Bedasarkan hasil uji hipotesis Manova dua jalan dengan sel tak sama
menunjukkan bahwa hipotesis nol ditolak, artinya tidak semua model
pembelajaran memberikan efek yang sama terhadap prestasi belajar dan
kemampuan komunikasi matematis siswa. Selanjutnya dilakukan uji Anova dua
jalan dengan sel tak sama untuk prestasi belajar maupun kemampuan komunikasi
matematis dan diperoleh bahwa hipotesis nol ditolak. Kemudian dilanjutkan
dengan uji komparasi ganda antar model pembelajaran dan diperoleh bahwa
model pembelajaran PP dengan pendekatan PMR maupun PS dengan pendekatan
PMR menghasilkan prestasi belajar siswa yang lebih baik daripada model
pembelajaran langsung, sedangkan model pembelajaran PP dengan pendekatan
PMR dan PS dengan pendekatan PMR menghasilkan prestasi belajar siswa yang
sama. Temuan ini tidak sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa model
pembelajaran PP dengan pendekatan PMR menghasilkan prestasi belajar yang
lebih baik daripada model pembelajaran PS dengan pendekatan PMR. Di sisi lain,
kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajarkan model pembelajaran PP
dengan pendekatan PMR lebih baik daripada model pembelajaran PS dengan
pendekatan PMR maupun model pembelajaran langsung dan kemampuan
komunikasi matematis siswa yang diajarkan model pembelajaran PS dengan
pendekatan PMR lebih baik daripada model pembelajaran langsung.
Model pembelajaran PP dengan pendekatan PMR maupun model
pembelajaran PS dengan pendekatan PMR memiliki tujuan yang sama yaitu
memecahkan masalah, tetapi yang membedakannya adalah sumber masalah yang
diselesaikannya. Pada pembelajaran model PP dengan pendekatan PMR, masalah
diajukan oleh siswa sesuai dengan masalah sebelumnya yang diberikan oleh guru
dan tentu saja mereka akan membuat masalah sesuai dengan tingkat kemampuan
mereka, sedangkan dalam pembelajaran model PS dengan pendekatan PMR
masalah diajukan oleh guru sesuai dengan kemampuan siswa, sehingga tidak ada
perbedaan prestasi belajar siswa yang diberikan model PP dengan pendekatan
PMR maupun model PS dengan pendekatan PMR. Temuan ini didukung oleh
hasil penelitian Nurmaningsih (2013), berdasarkan hasil penelitiannya diperoleh
commit
bahwa prestasi belajar siswa yang to user
diberikan model pembelajaran PP sama baiknya
dengan prestasi belajar siswa yang diberikan model pembelajaran PS.
Selain itu, model PP dengan pendekatan PMR juga menuntut siswa untuk
aktif karena dalam pengajuan atau pembuatan soal siswa diminta untuk berdiskusi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
91
dan diperoleh bahwa hipotesis nol ditolak, sehingga dilanjutkan dengan uji
komparasi ganda antar kolom untuk mengetahui perbedaan dari masing-masing
kategori tingkat kreativitas siswa.
Dari hasil komparasi ganda antar kolom tersebut untuk tes prestasi belajar,
ternyata ada kesesuaian dengan hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa
prestasi belajar siswa dengan kreativitas tinggi lebih baik daripada siswa dengan
tingkat kreativitas sedang maupun rendah, tetapi kreativitas siswa sedang
menghasilkan prestasi belajar yang sama dengan kreativitas siswa rendah.
Selanjutnya jika dilihat dari rerata marginalnya maka rerata tes prestasi belajar
siswa kreativitas tinggi 69,00 lebih besar daripada rerata marginal siswa
kreativitas sedang 62,94 dan kreativitas rendah 59,13, sedangkan rerata marginal
tes prestasi kreativitas siswa sedang tidak jauh berbeda dengan rerata marginal
kreativitas rendah. Temuan ini didukung oleh hasil penelitiannya Daeka (2013)
bahwa prestasi belajar dengan kreativitas siswa tinggi lebih baik daripada siswa
dengan tingkat kreativitas siswa sedang dan rendah. Siswa dengan kreativitas
siswa sedang menghasilkan prestasi belajar yang sama dengan siswa yang
memiliki kreativitas rendah.
Selanjutnya, uji komparasi ganda antar kolom untuk kemampuan
komunikasi matematis, ternyata juga ada kesesuaian dengan hipotesis penelitian
yang menyatakan bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa dengan
kreativitas siswa tinggi lebih baik daripada siswa dengan tingkat kreativitas siswa
sedang maupun rendah, tetapi kreativitas siswa sedang menghasilkan kemampuan
komunikasi matematis yang sama dengan kreativitas siswa rendah. Selanjutnya
jika dilihat dari rerata marginalnya maka rerata kemampuan komunikasi
matematis siswa kreativitas tinggi 59,29 lebih besar daripada rerata marginal
siswa kreativitas sedang 46,98 dan kreativitas rendah 44,48, sedangkan dan rerata
marginal kemampuan komunikasi matematis siswa sedang tidak jauh berbeda
dengan rerata marginal kreativitas rendah. Dengan kata lain kreativitas tingggi
memberikan kemampuan komunikasi matematika yang lebih baik dibandingkan
siswa dengan kreativitas sedang maupun rendah, karena siswa yang memiliki
kreativitas tinggi mampu memberikan sesuatu yang tidak biasa dilakukan oleh
commitdengan
siswa yang lain sehingga siswa to user kreativitas tinggi mampu untuk
menyelesaikan soal dengan cara maupun dengan bahasanya sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
93
3. Hipotesis Ketiga
Berdasarkan hasil penelitian ini, dinyatakan bahwa tidak adanya efek
interaksi antara setiap kreativitas siswa dan model pembelajaran, sehingga dalam
melihat keterkaitan pada setiap kreativitas siswa dengan model pembelajaran
mengacu pada hipotesis pertama dan kedua. Untuk siswa yang memiliki
kreativitas siswa tinggi, prestasi belajar yang diperoleh sama jika diberikan
pembelajaran model PP maupun PS dengan pendekatan PMR, tetapi kemampuan
komunikasi matematis siswa akan lebih baik jika diberikan model pembelajaran
PP dengan pendekatan PMR dibandingkan dengan model pembelajaran PS
dengan pendekatan PMR serta prestasi belajar dan kemampuan komunikasi
matematis siswa yang diperoleh akan lebih baik jika diberikan pembelajaran
dengan model PP maupun PS dengan pendekatan PMR dibandingkan dengan
model pembelajaran langsung. Untuk siswa yang memiliki kreativitas sedang,
prestasi belajar yang diperoleh sama jika diberikan pembelajaran model PP
maupun PS dengan pendekatan PMR, tetapi kemampuan komunikasi matematis
siswa akan lebih baik jika diberikan model pembelajaran PP dengan pendekatan
PMR dibandingkan dengan model pembelajaran PS dengan pendekatan PMR
serta prestasi belajar dan kemampuan komunikasi matematis siswa yang diperoleh
akan lebih baik jika diberikan pembelajaran dengan model PP maupun PS dengan
pendekatan PMR dibandingkan dengan model pembelajaran langsung, sedangkan
untuk siswa yang memiliki kreativitas rendah, prestasi belajar yang diperoleh
sama jika diberikan pembelajaran model PP maupun PS dengan pendekatan PMR,
tetapi kemampuan komunikasi matematis siswa akan lebih baik jika diberikan
model pembelajaran PP dengan pendekatan PMR dibandingkan dengan model
pembelajaran PS dengan pendekatan PMR serta prestasi belajar dan kemampuan
komunikasi matematis siswa yang diperoleh akan lebih baik jika diberikan
pembelajaran dengan model PP maupun PS dengan pendekatan PMR
dibandingkan dengan model pembelajaran langsung.
Dari hasil penelitian ini menunjukkan kesesuaian antara hipotesis dan hasil
penelitian, akan tetapi terdapat sedikit perbedaan dengan hipotesis penelitian yaitu
pada penelitian ini untuk siswa yang memiliki kreativitas tinggi, sedang dan
commit
rendah jika diberikan pembelajaran to user
dengan model PP dengan pendekatan PMR
memperoleh prestasi belajar yang sama dengan model pembelajaran PS dengan
pendekatan PMR. Hasil temuan itu disebabkan oleh pendekatan PMR yang
dilakukan dalam penelitian ini. Penerapan kedua model pembelajaran dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
94
commit to user