Anda di halaman 1dari 22

Nama : Rima Mutiara Dhani

Kelas : A3
NIM : 131911133104
Mata Kuliah Keperawatan Dasar 2
Resume Materi

TM 1. 2

1. Konsep Dan Prinsip Kebutuhan Oksigenasi

Oksigen adalah salah satu kebutuhan yang paling vital bagi tubuh. Kebutuhan
oksigenasi adalah kebutuhan dasar manusia dalam pemenuhan oksigen yang digunakan
untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, mempertahankan hidup dan aktivitas
berbagai organ atau sel (Potter & Perry, 2005). Tanpa oksigen dalam waktu tertentu
sel tubuh akan mengalami kerusakan yang menetap dan menimbulkan kematian. Otak
merupakan organ yang sangat sensitif terhadap kekurangan oksigen. Otak masih
mampu mentoleransi kekurangan oksigen hanya 3-5 menit. Apabila kekurangan
oksigen berlangsung lebih dari 5 menit, dapat terjadi kerusakan sel otak secara
permanen (Kozier dan Erb, 1998). Oksigen akan digunakan dalam metabolisme sel
membentuk ATP yang merupakan sumber energi bagi sel tubuh agar berfungsi secara
optimal.
Prosedur pemenuhan kebutuhan oksigen dilakukan dengan pemberian oksigen
dengan menggunakan kanula dan masker, fisioterapi dada, dan cara penghisapan
lendir (suction). Tujuan untuk mempertahankan oksigen yang adekuat pada jaringan,
menurunkan kerja paru-paru, serta menurunkan kerja jantung. Penyampaian oksigen
ke jaringan tubuh ditentukan oleh sistem respirasi, kardiovaskuler, dan keadaan
hematologi.

2. Teknik dan Prosedur Pelaksanaan Asuhan/ Praktik Keperawatan untuk


Memenuhi Kebutuhan Oksigenasi

A. Pengkajian Keperawatan
Secara umum pengkajian dimulai dengan mengumpulkan data tentang :
1. Biodata pasien (umur, sex, pekerjaan, pendidikan)
2. Keluhan utama dan riwayat keluhan utama (PQRST)
PQRST (Paliatif/Provokatif, Quality, Regio, Skala, dan Time)
3. Riwayat perkembangan
4. Riwayat kesehatan keluarga
5. Riwayat sosial
6. Riwayat psikologis
7. Riwayat spiritual
8. Pemeriksaan fisik
a. Hidung dan sinus
Inspeksi : cuping hidung, deviasi septum, perforasi, mukosa (warna, bengkak,
eksudat, darah), kesimetrisan hidung. Palpasi : sinus frontalis, sinus maksilaris
b. Faring
Inspeksi : warna, simetris, eksudat ulserasi, bengkak
c. Trakhea
Palpasi : dengan cara berdiri disamping kanan pasien, letakkan jari tengah pada
bagian bawah trakhea dan raba trakhea ke atas, ke bawah dan ke samping
sehingga kedudukan trakhea dapat diketahui.
d. Thoraks
Inspeksi: Postur, bervariasi misalnya pasien dengan masalah pernapasan kronis
klavikulanya menjadi elevasi ke atas. Bentuk dada, pada bayi berbeda dengan
orang dewasa. Dada bayi berbentuk bulat/melingkar dengan diameter antero-
posterior sama dengan diameter tranversal (1:1). Pada orang dewasa
perbandingan diameter antero-posterior dan tranversal adalah (1 : 2)
9. Pola napas
a. eupnea yaitu pernapasan normal dimana kecepatan 16 - 24 x/mnt, klien tenang,
diam dan tidak butuh tenaga untuk melakukannya,
b. tachipnea yaitu pernapasan yang cepat, frekuensinya lebih dari 24 x/mnt, atau
bradipnea yaitu pernapasan yang lambat, frekuensinya kurang dari 16 x/mnt
c. apnea yaitu keadaan terhentinya pernapasan.
10. Kaji volume pernapasan
a. Hiperventilasi, bertambahnya jumlah udara dalam paru, pernapasan dalam dan
panjang
b. Hipoventilasi, berkurangnya udara dalam paru-paru, pernapasan yang lambat.
11. Kaji sifat pernapasan apakah klien menggunakan pernapasan dada, ataukah
pernapasan perut.
12. Perlu juga dikaji bunyi napas
a. stertor/mendengkur yang terjadi karena adanya obstruksi jalan napas bagian
atas
b. stidor yaitu bunyi yang kering dan nyaring dan didengar saat inspirasi
c. wheezing yaitu bunyi napas seperti orang bersiul,
d. rales yaitu bunyi yang mendesak atau bergelembung dan didengar saat
inspirasi
e. ronchi yaitu bunyi napas yang kasar dan kering serta di dengar saat ekspirasi.
13. Kaji ritme/irama pernapasan yang secara normal adalah reguler atau irreguler,
a. cheyne stokes yaitu pernapasan yang cepat kemudian menjadi lambat dan
kadang diselingi apnea.
b. kusmaul yaitu pernapasan yang cepat dan dalam, atau pernapasan biot yaitu
pernapasan yang ritme maupun amplitodunya tidak teratur dan diselingi
periode apnea.
14. Perlu juga dikaji batuk dan sekresinya, apakah klien mengalami
a. batuk produktif yaitu batuk yang diikuti oleh sekresi,
b. non produktif yaitu batuk kering dan keras tanpa sekresi
c. hemoptue yaitu batuk yang mengeluarkan darah
15. Status sirkulasi, dalam hal ini perlu dikaji  heart rate/denyut nadi
a. takhikardi yaitu denyut nadi lebih dari 100 x/mnt, ataukah
b. bradikhardi yaitu denyut nadi kurang dari 60 x/mnt.Juga perlu dikaji tekanan
darah
c. hipertensi yaitu tekanan darah arteri yang tinggi
d. hipotensi yaitu tekanan darah arteri yang rendah.
16. Juga perlu dikaji tentang oksigenasi pasien apakah
a. anoxia yaitu suatu keadaan dengan jumlah oksigen dalam jaringan kurang
b. hipoxemia yaitu suatu keadaan dengan jumlah oksigen dalam darah kurang
c. hipoxia yaitu berkurangnya persediaan oksigen dalam jaringan akibat kelainan
internal atau eksternal
d. cianosis yaitu warna kebiru-biruan pada mukosa membran, kuku atau kulit
akibat deoksigenasi yang berlebihan dari Hb
e. clubbing finger yaitu membesarnya jari-jari tangan akibat kekurangan oksigen
dalam waktu yang lama.

B.  Diagnosis Keperawatan


Diagnosis keperawatan yang lazim terjadi pada pasien dengan gangguan
pemenuhan kebutuhan oksigenasi diantaranya adalah :
Bersihan jalan napas tidak efektif, Pola napas tidak efektif, Gangguan pertukaran gas,
Penurunan kardiak output, Rasa berduka, Koping tidak efektif, Perubahan rasa
nyaman, Potensial/resiko infeksi, Interaksi sosial terganggu, Intoleransi aktifitas, dll
sesuai respon klien.
1. Bersihan jalan napas tidak efektif
Yaitu tertumpuknya sekresi atau adanya obstruksi pada saluran napas.
Tanda-tandanya :
Batuk produktif atau non produktif, Cianosis, Dispnea, Perubahan kecepatan dan
kedalaman pernapasan.
Kemungkinan faktor penyebab :
Sekresi yang kental atau benda asing yang menyebabkan obstruksi, Kecelakaan
atau trauma (trakheostomi), Nyeri abdomen atau nyeri dada yang mengurangi
pergerakan dada, Obat-obat yang menekan refleks batuk dan pusat pernapasan,
Hilangnya kesadaran akibat anasthesi, Hidrasi yang tidak adekuat, pembentukan
sekresi yang kental dan sulit untuk di expektoran, Immobilisasi, Penyakit paru
menahun yang memudahkan penumpukan sekresi.

2.      Pola napas tidak efektif


Yaitu respon pasien terhadap respirasi dengan jumlah suplay O2 kejaringan tidak
adekuat.
Tanda-tandanya :
Dispnea, Peningkatan kecepatan pernapasan, Napas dangkal atau lambat, Retraksi
dada, Pembesaran jari (clubbing finger), Pernapasan melalui mulut, Penambahan
diameter antero-posterior, Cianosis, flail chest, ortopnea, Vomitus, Ekspansi paru
tidak simetris.
Kemungkinan faktor penyebab :
Tidak adekuatnya pengembangan paru akibat immobilisasi, obesitas, nyeri.
Gangguan neuromuskuler seperti : tetraplegia, trauma kepala, keracunan obat
anasthesi. Gangguan muskuloskeletal seperti : fraktur dada, trauma yang
menyebabkan kolaps paru. CPPO seperti : empisema, obstruksi bronchial, distensi
alveoli. Hipoventilasi akibat kecemasan yang tinggi. Obstruksi jalan napas seperti :
infeksi akut atau alergi yang menyebabkan spasme bronchial atau oedema.
Penimbunan CO2 akibat penyakit paru.
3.      Gangguan pertukaran gas
Yaitu perubahan asam basa darah sehingga terjadi asidosis respiratori dan
alkalosis respiratori.
Tanda-tandanya :
Dispnea, Abnormal gas darah arteri, Hipoksia, Gelisah, Takikardia, Sianosis,
Hipoksemia, Tingkat kedalaman irama pernafasan abnormal.
Kemungkinan penyebab :
Penumpukan cairan dalam paru. Gangguan pasokan oksigen. Obstruksi saluran
pernapasan. Bronkhospasme. Edema paru. Pembedahan paru.
C.       Rencana Keperawatan
1.      Bersihan jalan napas tidak efektif
Intervensi:
a. Auskultasi dada bagian anterior dan posterior; mengetahui adanya penurunan
atau  tidaknya ventilasi dan bunyi tambahan.
b. Lakukan pengisapan jalan napas bila diperlukan; Merangsang terjadinya batuk
atau pembersihan jalan napas secara mekanik pada pasien yang tak
mampu batuk secara efektif dan penurunan kesadaran
c. Pertahankan kaedekuatan hidrasi untuk menurunkan viskositas sekresi;
memobilisasi keluarnya sputum
d. Instruksikan untuk batuk efektif & teknis napas dalam untuk memudahkan
keluarnya sekresi; memudahkan ekspansi maksimal paru atau jalan napas
lebih kecil dan membantu silia untuk mempermudah jalan napas
e. Kolaborasi dengan berikan obat sesuai indikasi: mukolitik,
ekspektoran, bronkodilator, analgesik; Untuk menurunkan spasme bronkus
dengan mobilisasi sekret.
f. Kolaborasi dengan berikan obat sesuai indikasi :mukolitik,
ekspektoran, bronkodilator; untuk menurunkan spasme bronkus dengan
mobilisasi sekret
g. Kolaborasi dengan bantu mengawasi efek pengobatan nebulizer dan
fisioterapi lain misal spiromerti iasentif, perkusi, drainase postura;
memudahkan pengenceran dan pembuangan secret.

2. Pola napas tidak efektif


a. Tinggikan kepala tempat tidur, letakkan pada posisi semi fowler. Merangsang
fungsi pernapasan atau ekspansi paru
b. Bantu klien untuk melakukan batuk efektif & napas dalam. Meningkatkan
gerakan sekret ke jalan napas, sehingga mudah untuk dikeluarkan
c. Berikan tambahan oksigen masker/ oksigen nasal sesuai indikasi.
Meningkatkan pengiriman oksigen ke paru untuk kebutuhan sirkulasi.
d. Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian ekspektoran. Membantu
mengencerkan secret, sehingga mudah untuk dikeluarkan

3.         Gangguan pertukaran gas


1. Berikan O2  sesuai indikasi. Meningkatkan konsentrasi oksigen alveolar dan
dapat memperbaiki hipoksemia jaringan
2. Pantau GDA Pasien. Nilai GDA yang normal menandakan pertukaran gas
semakin membaik
3. Pantau pernapasan. Untuk evaluasi distress pernapasan
D. Implementasi Keperawatan
Beberapa Metode pemenuhan kebutuhan oksigen
1. Pemberian oksigen
Pemberian oksigen merupakan tindakan memberikan oksigen ke dalam paru-paru
melalui saluran pernapasan dengan alat bantu oksigen. Pemberian oksigen pada
pasien dapat melalui tiga cara yaitu melalui kanula, nasal, dan masker.
Pemberian oksigen tersebut bertujuan untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan
mencegah terjadinya hipoksia.
Persiapan Alat dan Bahan :
Tabung oksigen lengkap dengan flowmeter dan humidifier. Nasal kateter, kanula,
atau masker. Vaselin,/lubrikan atau pelumas ( jelly).
Prosedur Kerja :
1. Cuci tangan
2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
3. Cek flowmeter dan humidifier
4. Hidupkan tabung oksigen
5. Atur posisi semifowler atau posisi yang telah disesuaikan dengan kondisi
pasien.
6. Berikan oksigen melalui kanula atau masker.
7. Apabila menggunakan kateter, ukur dulu jarak hidung dengan telinga, setelah
itu berikan lubrikan dan masukkan.
8. Catat pemberian dan lakukan observasi.
9. Cuci tangan

2. Fisioterapi dada
Fisioterapi dada merupakan suatu rangkaian tindak keperawatan yang terdiri atas
perkusi, vibrasi dan postural drainage.
 Perkusi
Tutup area yang akan dilakkan perkusi dengan handuk atau pakaian untuk
mengurangi ketidaknyamanan.
1. Anjurkan klien tarik napas dalam dan lambat untuk meningkatkan
relaksasi
2. Perkusi pada tiap segmen paru selama 1-2 menit
3. Perkusi tidak boleh dilakukan pada daerah dengan struktur yang mudah
cedera seperti : mammae, sternum dan ginjal.
 Vibrasi
Digunakan setelah perkusi untuk meningkatkan turbulensi udara ekspirasi dan
melepaskan mukus yang kental. Sering dilakukan bergantian dengan perkusi.
Prosedur:
1. Letakkan telapak tangan, telapak tangan menghadap ke bawah di area dada
yang akan di drainage. Satu tangan diatas tangan yang lain dengan jari-jari
menempel bersama dan ekstensi.
2. Anjurkan klien menarik napas dalam melalui hidung dan menghembuskan
napas secara lambat lewat mulut atau pursed lips.
3. Selama masa ekspirasi, tegangkan seluruh otot tangan dan lengan dan
gunakan hampir semua tumit tangan. Getarkan (kejutkan) tangan keaarh
bawah. Hentikan getaran jika klien melakukan inspirasi.
4. Setelah tiap kali vibrasi, anjurkan klien batuk dan keluarkan sekret ke dalam
tempat sputum.
 Postural drainage
Intervensi untuk melepaskan sekresi dari berbagai segmen paru-paru dengan
menggunakan pengaruh gaya gravitasi. Waktu yang terbaik utnuk
melakukannya yaitu sekitar 1 jam sebelum sarapan pagi dan sekitar 1 jam
sebelum tidur pada malam hari.
Hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan postural drainage yaitu:
1. Batuk 2 atau 3 kali berurutan setelah setiap kali berganti posisi.
2. Minum air hangat setiap hari sekitar 2 liter.
3. Jika harus menghirup bronkodilator, lakukanlah 15 menit sebelum
melakukan postural drainage
4. Lakukan latihan napas dan latihan lain yang dapat membantu mengencerkan
lendir.
Peralatan:
Bantal, Papan pengatur posisi, Tisu wajah, Segelas air, Sputum pol.
Prosedur:
1 cuci tangan
2 pilih area yang tersumbat yang akan di drainage berdasarkan pengkajian
semua area paru, data klinis dan chest X-ray.
3 Baringkan klien dalam posisi untuk mendrainage area yang tersumbat.
4 Minta klien mempertahankan posisi tersebut selama 10-15 menit.
5 Selama 10-15 menit drainage pada posisi tersebut, lakukan perkusi dan
vibrasi dada diatas area yang di drainage
6 Setelah drainage pada posisi pertama, minta klien duduk dan batuk. Bila
tidak bisa batuk, lakukan suction. Tampung sputum di sputum spot.
7 Minta klien istirahat sebentar bila perlu
8 Anjurkan klien istirahat sebentar bila perlu.
9 Anjurkan klien minum sedikit air.
10 Ulangi langkah 3-8 sampai semua area tersumbat telah ter drainage
11 Ulangi pengkajian dada pada semua bidang paru.
12 Cuci tangan
13 Dokumentasikan

3. Napas dalam dan batuk efektif


a Napas dalam
Yaitu bentuk latihan napas yang terdiri dari atas pernapasan abdominal
(diafragma) dan purse lips breathing.
Prosedur:
1. Atur posisi yang nyaman
2. Fleksikan lutut klien untuk merelaksasikan otot abdomen
3. Tempatkan 1 atau 2 tangan pada abdomen, tepat dibawah tulang iga
4. Tarik napas dalam melalui hidung, jaga mulut tetap tertutup. Hitung samapi 3
selama inspirasi
5. Hembuskan udara lewat bibir seperti meniup (purse lips braething) secara
perlahan-lahan
b Batuk efektif
Yaitu latihan batuk untuk mengeluarkan sekret.
Prosedur:
1. Tarik napas dalam lewat hidung dan tahan napas untuk beberapa detik
2. Batukkan 2 kali. Pada saat batuk tekan dada dengan bantal. Tampung sekret
pada sputum pot.
3. Hindari penggunaan waktu yang lama selama batuk karena dapat
menyebabkan fatigue dan hipoksia.

4. Suctioning (pengisapan lendir)


Pengisapan lendir (suction) merupakan tindakan pada pasien yang tidak mampu
mengeluarkan sekret atau lendir secara sendiri. Tindakan tersebut dilakukan
untuk membersihkan jalan napas dan memenuhi kebutuhan oksigenasi.
Persiapan Alat dan Bahan :
Alat pengisap lendir dengan botol yang berisi larutan desinfektan. Kateter
pengisap lender. Pinset steril. Dua kom berisi larutan akuades/NaCl 0,9% dan
larutan desinfektan. Kasa steril. Kertas tisu.
Prosedur Kerja :
1. Cuci tangan
2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilaksanakan.
3. Atur pasien dalam posisi terlentang dan kepala miring ke arah perawat
4. Gunakan sarung tangan
5. Hubungakan kateter penghisap dengan selang penghisap
6. Hidupkan mesin penghisap
7. Lakukan penghisapan lendir dengan memasukan kateter pengisap ke dalam
kom berisi akuades atau NaCl 0,9% untuk mencegah trauma mukosa.
8. Masukkan kateter pengisap dalam keadaan tidak mengisap
9. Tarik lendir dengan memutar kateter pengisap sekitar 3-5 detik
10. Bilas kateter dengan akuades atau NaCl 0,9%
11. Lakukan hingga lendir bersih
12. Catat respon yang terjadi
13. Cuci tangan

E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan dengan cara bekerja sama dengan klien untuk
mengembangkan tujuan dan kriteria hasil individu, tergantung pada status pernapasan
klien saat ini.
1. Klien akan mendemonstrasikan pengetahuan tentang pencegahan disfungsi
pernapasan.
2. Klien akan mendemonstrasikan pengetahuan tentang manajemen disfungsi
pernapasan secara optimal.
3. Klien akan mengeluarkan sekresi pulmonar
4. Klien akan menggunakan koping secara efektif dengan perubahan konsep diri dan
gaya hidup.

Sumber :

Kusnanto. 2016. Modul Pembelajaran Pemenuhan Kebutuhan Oksigen. Surabaya.


Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga.
Rahayu, Sunarsih., Harnanto, Ardi Mardi. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak;
Kebutuhan Dasar Manusia II. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
TM 3, 4
1. Konsep dan Prinsip Kebutuhan Cairan, Elektrolit, dan Keseimbangan
Cairan Elektrolit
Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
a. Distribusi cairan tubuh
Cairan tubuh di distribusi dalam dua kompartemen, yaitu:
1) Cairan ekstra sel (CES)
a Cairan interstitial (CI): cairan diantara sel, sekitar 15% berat tubuh.
b Cairan intra vaskular (CIV): terdiri dari plasma (cairan limfe) dan darah,
menyusun 5% berat tubuh.
2) Cairan intra sel (CIS): cairan dalam membran sel, membentuk 40% berat tubuh.
b. Komposisi cairan tubuh
1) Elektrolit: Kation, Anion.
2) Mineral.
3) Sel.
c. Pergerakan cairan tubuh
1) Difusi Yaitu proses dimana partikel berpindah dari daerah berkonsentrasi tinggi ke
daerah berkonsentrasi rendah.
2) Osmosis Yaitu perpindahan pelarut melalui membran semipermeabel dari larutan
dengan zat pelarut (solut) konsentrasi rendah ke larutan dengan solut konsentrasi
tinggi.

2. Teknik dan Prosedur Pelaksanaan Asuhan/ Praktik Keperawatan Untuk


Memenuhi Kebutuhan Cairan, Elektrolit dan Keseimbangan Cairan
Elektrolit

A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian pada pasien dengan gangguan kebutuhan cairan dan elektrolit meliputi
riwayat perawatan, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
1. Riwayat Keperawatan
Pengkajian riwayat keperawatan dalam pemenuhan cairan dan elektrolit
ditujukan/difokuskan pada:
a Faktor risiko terjadinya ketidakseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa:
1. Usia: sangat muda, sangat tua
2. Penyakit kronik: kanker, penyakit kardiovaskular (gagal jantung kongestif),
penyakit endokrin (cushing, DM), malnutrisi, PPOK, penyakit ginjal (gagal
ginjal prorogresif), perubahan tingkat kesadaran.
3. Trauma: cedera akibat kecelakaan, cedera kepala, combostio.
4. Terapi: diuretik, steroid, terapi IV, nutrisi parental total.
b Kehilangan melalui saluran gastrointestinal: gastroenteritis, pengisapan
nasogastrik, fistula.
c Riwayat keluhan: kepala sakit/pusing/pening, rasa baal dan kesemutan.
d Pola intake: jumlah dan tipe cairan yang biasa dikonsumsi, riwayat anoreksia,
kram abdomen, rasa haus yang berlebihan.
e Pola eliminasi: kebiasaan berkemih, adakah perubahan baik dalam jumlah
maupun frekuensi berkemih, bagaimana karakteristik urine, apakah tubuh
banyak mengeluarkan cairan.

2. Pemeriksaan Fisik
Dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Pemeriksaan fisik meliputi:
a Keadaan umum: Iritabilitas, letargi, bingung, disorientasi
b Berat badan
c Intake cairan meliputi per oral, selang NGT, dan parenteral. Output cairan
meliputi urine, feses, muntah, pengisapan gaster, drainage selang paska bedah,
maupun IWL.
d Bayi: Fontanela cekung jika kekurangan volume cairan, dan menonjol jika
kelebihan cairan.
e Mata: Cekung, konjungtiva kering, air mata berkurang atau tidak ada Edema
periorbital, papiledema
f Tenggorokan dan mulut: Membran mukosa kering, lengket, bibir pecah-pecah
dan kering, saliva menurun, lidah di bagian longitudinal mengerut
g Sistem kardiovaskular:
1. Inspeksi: Vena leher: JVP/jugularis vena pressur datar atau distensi.
Central venus pressure (CVP) abnormal. Bagian tubuh yang tertekan,
pengisian vena lambat
2. Palpasi: Edema: lihat adanya pitting edema pada punggung, sakrum, dan
tungkai (pre tibia, maleolus medialis, punggung kaki). Denyut nadi:
frekuensi, kekuatan. Pengisian kapiler
3. Auskultasi: Tekanan darah: ukur pada posisi tidur dan duduk, lihat
perbedaannya, stabil, meningkat, atau menurun. Bunyi jantung: adakah
bunyi tambahan
h Sistem pernapasan: dispnea, frekuensi, suara abnormal (creckles)
i Sistem gastro intestinal:
1. Inspeksi: abdomen cekung/distensi, muntah, diare
2. Auskultasi: hiperperistaltik disertai diare, atau hipoperistaltik
j Sistem ginjal:
Oliguria atau anuria, diuresis, berat jenis urine meningkat
k Sistem neuromuskular :
1. Inspeksi: kram otot, tetani, koma, tremor
2. Palpasi: hipotonisit, hipertonisitas
3. Perkusi: refleks tendon dalam (menurun/tidak ada, hiperaktif/meningkat)
l Kulit:
1. Suhu tubuh: meningkat/menurun
2. Inspeksi: kering, kemerahan
3. Palpasi: turgor kulit tidak elastik, kulit dingin dan lembab.

B. Pemeriksaan Diagnostik
a Kadar elektrolit serum diukur untuk menentukan status hidrasi, konsentrasi
elektrolit, dan keseimbangan asam basa.
b Hitung darah lengkap adalah suatu penetapan jumlah dan tipe eritrosit dan
leukosit per milimeter kubik darah.
c Kadar kreatinin darah bermanfaat untuk mengukur fungsi ginjal. Kreatinin adalah
produk normal metabolisme otot dan diekskresikan dalam kadar yang cukup
konstan, terlepas dari faktor asupan cairan, diet, dan olah raga.
d Berat jenis urine mengukur derajat konsentrasi urine. Rentang berat jenis urine
normal antara 1,003 – 1,030.
e Analisis gas darah arteri memberikan informasi tentang status keseimbangan
asam basa dan tentang keefektifan fungsi ventilasi dalam mengakomodasi
oksigen-karbon dioksida secara normal. Pemeriksaan pH darah arteri mengukur
konsentrasi hidrogen. Penurunan pH dihubungkan dengan asidosis, dan
peningkatan pH dihubungkan dengan alkalosis.

C. Rencana Keperawatan
Rencana tindakan keperawatan bertujuan untuk mencegah, menangani penyebab, dan
mengoreksi ketidakseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa.
a. Mengoreksi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
1. Penggantian cairan secara enteral Cairan digantikan secara enteral melalui oral
dan selang pemberi makan.
2. Pembatasan cairan Klien yang mengalami kelebihan volume cairan harus
membatasi asupan cairannya.
3. Penggantian cairan dan elektrolit secara parenteral Penggantian cairan dan
elektrolit secara parenteral meliputi pemberian nutrisi parenteral total (NTP),
terapi cairan dan elektrolit intravena, serta penggantian darah.
b. Mengoreksi ketidakseimbangan asam basa Perawat melakukan tindakan
keperawatan yang sesuai untuk meningkatkan ventilasi dan oksigenasi.
1. Pada asidosis respiratorik, sekresi paru yang statis dan penurunan ekspansi
paru memperburuk kondisi asidosis. Intervensi keperawatan untuk
mengeluarkan sekresi paru dan meningkatkan ekspansi paru dapat membuat
perbedaan antara hidup dan mati.
2. Pada alkalosis respiratorik akibat ansietas, tindakan keperawatan yang
dilakukan:
a Mula-mula memperbaiki alkalosis respiratorik menginstruksikan klien
untuk bernapas ke dalam sebuah kantung kertas sehingga klien akan
menghirup kembali karbon dioksida yang telah dikeluarkan. Dengan cara
ini, karbon dioksida akan berkombinasi dengan air untuk membentuk
asam karbonat, yang akan meningkatkan keasaman darah.
b Melakukan tindakan keperawatan untuk menurunkan ansietas. Perawat
membantu klien menetapkan penyebab ansietas dan metode untuk
mengontrolnya.
3. Memeriksa analisis gas darah arteri Klien yang menderita gangguan asam
basa membutuhkan pemeriksaan analisis gas darah arteri yang berulang, untuk
menentukan status asam basa dan keadekuatan ventilasi serta oksigenasi.

E. Evaluasi Keperawatan
1. Klien akan menggunakan intake diet nutrisi untuk memenuhi kebutuhan tubuh dan
meningkatkan kesehatan.
2. Klien akan mempertahankan intake diet adekuat untuk mencukupi pengeluaran
energi tubuh.
3. Klien akan menunjukkan pengetahuan adekuat untuk menaati resep/terapi diet
untuk meningkatkan kesehatan.
4. Klien akan menerima dan mempertahankan berat badan yang diinginkan.

Sumber:

Munthe, N. F. . (2017). Asuhan Keperawatan dengan Prioritas Masalah Gangguan


Kebutuhan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh di RSUP. H Adam Malik
Medan. Karya Tulis Ilmiah. Program Studi DIII Keperawatan. Fakultas
Keperawatan. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Rahayu, Sunarsih., Harnanto, Ardi Mardi. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak;
Kebutuhan Dasar Manusia II. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
TM 5,6

1. Konsep dan Prinsip Kebutuhan Nutrisi


Nutrisi adalah zat-zat gizi dan zat lain yang berhubungan dengan kesehatan dan
penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk menerima
makanan atau bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan-
bahan tersebut untuk aktivitas penting dalam tubuhnya serta mengeluarkan
sisanya. Nutrisi dapat dikatakan sebagai ilmu tentang makanan, zat-zat gizi dan zat
lain yang terkandung, aksi, reaksi dan keseimbangan yang berhubungan dengan
kesehatan dan penyakit.

Elemen Nutrien / Zat Gizi Terdiri Atas :


1.         Karbohidrat
Karbohidrat merupakan zat gizi yang terdapat dalam makanan, pada umumnya
dalam bentuk amilum. Pembentukan amilum terjadi dalam mulut melalui enzim
ptialin yang ada dalam air ludah. Penyerapan karbohidrat yang dimakan/dikonsumsi
berupa polisakarida, disakarida dan monosakarida. Kebutuhan karbohidrat  60-75%
dari kebutuhan energi total
2.         Lemak
Pencernaan lemak dimulai dalam lambung. Lambung mengeluarkan enzim lipase
untuk mengupah sebagian kecil lemak menjadi asam lemak dan gliserin Kebutuhan
lemak   10-25% dari kebutuhan energi total
3.         Protein
Enzim protease (pepsin) yang terdapat dalam lambung mengubah protein menjadi
albuminosa dan pepton. Protein diserap dalam bentuk asam amino dan bersama-sama
dengan darah di bawa ke hati kemudian dibersihkan dari toksin. Kebutuhan protein 
10-15%  atau 0,8-1,0 g/kg BB dari kebutuhan energi total
4.         Mineral
Mineral tidak membutuhkan pencernaan, mineral diserap dengan mudah melalui
dinding usus halus secara difusi pasif maupun transportasi aktif. Jenis mineral :
kalsium, fosfor, yodium, besi, magnesium zinc. Kira-kira 6% tubuh manusia dewasa
terbuat dari mineral
5.         Vitamin
Vitamin adalah zat organik yang diperlukan tubuh dalam jumlah sedikit, penting
untuk melakukan fungsi metabolik. Vitamin dibagi dalam dua kelas besar yaitu
vitamin larut dalam air (vitamin C, B1, B2, B6, B12) dan vitamin yang larut dalam
lemak (vitamin A, D, E dan K). Pencernaan vitamin melibatkan penguraiannya
6.         Air (Cairan)
Air meru pakan zat makanan paling mendasar yang dibutuhkan oleh tubuh
manusia. Tubuh manusia terdiri dari atas 50%-70% air. Pada orang dewasa asupan air
berkisar antara 1200-1500cc per hari, namun dianjurkan sebanyak 1900 cc sebagai
batas optimum.

2. Teknik dan Prosedur Pelaksanaan Asuhan/ Praktik Keperawatan untuk


Memenuhi Kebutuhan Nutrisi

A. Pengkajian status nutrisi meliputi:


1. Anthropometric Measurement (A)
Antropometri adalah suatu sistem pengukuran ukuran dan susunan tubuh dan bagian
khusus tubuh. Pengukuran antropometrik yang membantu dalam mengidentifikasi
masalah nutrisi termasuk :
a. Tinggi badan dan berat badan
b. Lingkar pergelangan tangan
c. Lingkar lengan bagian tengah atas (mid-upper arm circumference, MAC)
d. Lipatan kulit tricep (triceps skinfold, TSF)
e. Lingkar otot lengan bagian tengah atas (mid-upper arm muscle circumference,
MAMC)

2. Biochemical Data (B)


a. Tes laboratorium digunakan untuk memelajari status nutrisi termasuk ukuran
protein plasma, seperti albumin, transferin, retinol yang mengikat protein, total
kapasitas ikatan zat besi, dan hemoglobin.
b. Tes lain digunakan untuk menentukan status nutrisi termasuk ukuran imunitas,
seperti penundaan sensitivitas kutaneus, dan ukuran metabolisme protein, seperti
studi 24 jam nitrogen urea urine dan keseimbangan nitrogen.

3. Cinical Sign (C)


Klien dengan masalah nutrisi akan memperlihatkan tanda-tanda klinik yang jelas.
Tanda-tanda abnormal tersebut bukan saja pada organ-organ fisiknya, tetapi juga
fungsi fisiologisnya.

4. Dietary history (D)


a. Kebiasaan asupan makanan dan cairan: pilihan, alergi, masalah, dan area yang
berhubungan lainnya, seperti kemampuan klien untuk memperoleh makanan.
b. Tingkat aktivitas: untuk menentukan kebutuhan energi dan membandingkannya
dengan asupan makanan.
c. Faktor yang memengaruhi pola diet dan status nutrisi:
Status kesehatan, Kultur dan agama, Status sosial ekonomi, Pilihan pribadi,
Faktor psikologis, Alkohol dan obat-obatan
Kesalahan informasi dan keyakinan terhadap makanan
d. Catatan makanan dalam 24 jam, frekuensi makan yang membantu untuk menyusun
pola makanan sepanjang waktu.

Manifestasi Perubahan Nutrisi


Manifestasi perubahan nutrisi dapat terjadi sebagai nutrisi kurang dan nutrisi lebih.
Manifestasi perubahan nutrisi adalah di bawah ini :
1. Overweight Seseorang dikatakan overweight jika indeks masa tubuh (IMT) 25 –
29,9 kg/m2.
2. Obesitas Seseorang dikatakan obesitas jika IMT 30 kg/m2 atau lebih.
3. Underweight Seseorang dikatakan underweight jika ia berada sekurang-kurangnya
15% sampai 20% di bawah berat badan standard.

B. Diagnosis Keperawatan
1. Diagnosa Keperawatan Utama Gangguan Kebutuhan Nutrisi
a. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh dimana intake nutrien seseorang
kurang untuk mencukupi kebutuhan metabolisme.
b. Perubahan nutrisi: lebih dari kebutuhan tubuh keadaan dimana intake nutrien
seseorang melebihi kebutuhan metabolisme.
c. Perubahan nutrisi: risiko lebih dari kebutuhan tubuh terjadi jika seseorang berisiko
mengalami intake nutrien yang melebihi kebutuhan metabolisme.
d. Kerusakan/gangguan menelan Definisi
g. Aktivitas intoleran atau defisit self care berhubungan dengan kelemahan.
h. Kurang pengetahuan terhadap diet baru (klien dengan DM atau masalah jantung),
terapi nutritional (enteral, parenteral).
i. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan.
j. Kerusakan body image.
k. Kerusakan harga diri.
l. Isolasi sosial.

C. Intervensi Keperawatan
Perawat membantu klien memahami faktor yang mengurangi nafsu makan,
menggunakan pendekatan untuk menstimulasi nafsu makan, dan mengkaji klien
untuk kebutuhan agen farmakologi yang menstimulasi nafsu makan atau mengatur
gejala yang mengurangi nafsu makan.

A. Menstimulasi Nafsu Makan


1. Adaptasi Lingkungan
2. Konsultasi Dengan Ahli Gizi
3. Menentukan Diet Khusus dan Pilihan Makanan
4. Konseling Klien dan Keluarga Klien yang mengalami defisit nutrisi atau obesitas.

B. Terapi Diet Dalam Manajemen Penyakit


Nutrisi yang baik penting bagi kesehatan dan penyakit, tetapi pola asupan diet yang
spesifik yang menghasilkan nutrisi yang baik sering kali harus dimodifikasi dengan
klien yang berpenyakit khusus.
1. Penyakit Gastrointestinal Ulkus peptikum dikontrol dengan makanan dan
pengobatan yang teratur, seperti simetidin. Simetidin adalah obat yang merupakan
reseptor hitamin antagonis yang menghalangi sekresi asam hidroklorida.
2. Penyakit Kardiovaskular Diet untuk mengurangi faktor risiko perkembangan
penyakit arteri koroner, yaitu pemeliharaan berat badan yang ideal, penurunan diet
lemak 30% - 35% dari total kalori dan tidak lebih dari 10% lemak jenuh, peningkatan
karbohidrat 50% - 55% dari total kalori, penggunaan protein hewani yang rendah,
pembatasan kolesterol hingga 300 mg atau kurang, dan pembatasan sodium 2 - 3
g/hari (American Heart Association, 1993).
3. Diabetes Mellitus (DM) DM tipe II atau NIDDM (DM yang tidak tergantung
insulin) biasanya dikontrol dengan terapi diet.
4. Penyakit ginjal Pada glomerulonefritis akut, cairan, garam, dan protein tidak
dibatasi kecuali terdapat indikasi gejala, seperti edema, uremia, atau oliguri.
5. Kanker Sel maligna melawan sel normal untuk nutrien, yang meningkatkan
kebutuhan metabolik.
6. Human Immunodeficiency Virus (HIV) HIV menginfeksi klien dengan ciri
perusakan tubuh dan kehilangan berat badan yang hebat.
7. Efek Psikososial Diet Khusus Makan memiliki arti simbolis bagi klien dan
berhubungan dekat dengan gaya hidup, kebiasaan, latar belakang kebudayaan, dan
aspek lain dari individu.

C. Makan Sendiri
D. Pemberian Makanan Oral
E. Nutrisi Enteral
F. Nutrisi Parenteral

D. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dilakukan dengan teknik SOAP, yaitu S (Subjective), O (Objective), A
(Analysis), P (Planning).
1. Klien akan menggunakan intake diet nutrisi untuk memenuhi kebutuhan tubuh dan
meningkatkan kesehatan.
2. Klien akan mempertahankan intake diet adekuat untuk mencukupi pengeluaran
energi tubuh
3. Kien akan menunjukkan pengetahuan adekuat untuk menaati resep/terapi diet
untuk meningkatkan kesehatan.
4. Klien akan menerima dan mempertahankan berat badan yang diinginkan.

Sumber:
Munthe, N. 2017. Asuhan Keperawatan dengan Prioritas Masalah Gangguan
Kebutuhan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh di RSUP. H Adam
Malik Medan. Program Studi DIII Keperawatan. Fakultas Keperawatan.
Universitas Sumatera Utara. Medan.
Rahayu, Sunarsih., Harnanto, Ardi Mardi. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak;
Kebutuhan Dasar Manusia II. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
TM 7
1. Konsep dan prinsip kebutuhan eliminasi

Eliminasi merupakan pembuangan sisa zat metabolisme dari tubuh dalam bentuk
cairan yaitu urin dan padat yaitu feses. Sementara itu eliminasi di tubuh manusia
dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Defekasi
Buang air besar atau defekasi adalah suatu tindakan atau proses makhluk hidup
untuk membuang kotoran atau tinja yang padat atau setengah-padat yang
berasal dari sistem pencernaan (Dianawuri, 2009).
b. Miksi
Miksi merupakan pengosongan dari isi kandung kemih apabila kandung kemih
terpenuhi. Pengeluaran kandung kemih atau miksi ini juga disebut buang air
kecil.
 Faktor-faktor yang memengaruhi eliminasi
a. Faktor defekasi
1) Umur
Umur memengaruhi pengontrolan defekasi, seperti halnya anak-anak
tidak mampu mengontrol eliminasinya sampai sistem neuromuskular
berkembang, terjadi pada anak berumur antara 2 – 3 tahun.
2) Diet
Makan yang teratur mempengaruhi defekasi. Makan yang tidak teratur
dapat mengganggu keteraturan pola defekasi. Individu yang makan pada
waktu yang sama setiap hari mempunyai suatu keteraturan waktu, respon
fisiologi pada pemasukan makanan dan keteraturan pola aktivitas
peristaltik di colon.
3) Cairan
Pengeluran cairan yang berlebihan akan menyebabkan tubuh untuk
mereabsorbsi air dari chyme ketika melewati sepanjang tubuh,
sehingga menyebabkan chyme menjadi lebih kering, sehingga
menciptkan feses yang lebih keras. Selain itu, kekurangan cairan juga
menyebabkan chyme bergerak lebih lambat sehingga meningkatkan
penyerapan air dari chyme.
4) Tonus Otot
Tonus perut, otot pelvik dan diafragma yang baik penting untuk
defekasi. Aktivitasnya juga merangsang peristaltik yang memfasilitasi
pergerakan chyme sepanjang colon. Otot-otot yang lemah sering tidak
efektif pada peningkatan tekanan intraabdominal selama proses
defekasi atau pada pengontrolan defekasi.
5) Faktor Psikologi
Diketahui orang yang stress dapat mempercepat gerakan peristaltik dan
frekuensi diare. Orang yang mengalami depresi juga dapat
menimbulkan perlambatan motilitas intestinal, yang berujung pada
konstipasi.
6) Gaya Hidup
Melatih buang air besar pada waktu dini dapat memupuk kebiasaan
defekasi pada waktu yang teratur, seperti setiap hari setelah sarapan, atau
bisa juga digunakan pada pola defekasi yang ireguler. Ketersediaan dari
fasilitas toilet, kegelisahan tentang bau, dan kebutuhan akan privacy juga
mempengaruhi pola eliminasi feses.
7) Obat-Obatan
Laxative adalah obat yang merangsang aktivitas usus dan
memudahkan eliminasi feses. Obat-obatan ini melunakkan feses,
mempermudah defekasi. Obat-obatan tertentu seperti dicyclomine
hydrochloride (Bentyl), menekan aktivitas peristaltik dan kadang-
kadang digunakan untuk mengobati diare.
b. Faktor miksi
1) Jumlah air minum
Apabila meminum air terlalu banyak air akan menyebabkan penyerapan
air ke darah lebih sedikit, sehingga sisa air berlebih akan dikeluarkan
melalui urin, menyebabkan urin berwarna transparan dan encer, begitu
juga sebaliknya.
2) Jumlah garam yang dikeluarkan dari darah
Supaya tekanan osmotik tetap, semakin banyak konsumsi garam maka
pengeluaran urin semakin banyak.
3) Kosentrasi hormon insulin
Apabila kosentrasi hormon insulin sedikit maka mengakibatkan
pengeluaran urin yang berlebihan.
4) Hormon Antidiuretik (ADH)
Jika darah mengandung sedikit air, maka ADH akan dikeluarkan
sehingga menyebabkan penyerapan air mengakibatkan urin berwarna
pekat dan sedikit, dan apabila darah mengandung air, hal sebaliknya
akan terjadi.
5) Suhu lingkungan
Apabila di suhu rendah, tubuh akan mengurangi darah untuk mengalir
di kulit sehingga darah akan dialirkan kebanyakan di dalam organ,
termasuk ginjal. Apabila darah yang dialirkan kebanyakan di ginjal
maka urin yang diproduksi pun akan lebih banyak.
6) Psikologi
Orang stress akan meningkatkan tekanan darah sehingga menimbulkan
banyak darah dikirim menuju ginjal, selain itu pada saat keadaan emosi
akan mereaksikan kontraksi kandung kemih, sehingga menimbulkan
sensasi ingin buang air kecil.
7) Alkohol dan Kafein
Alkohol dan kafein menyebabkan pelambatan sekresi ADH, sehingga
menyebabkan seseorang untuk sering kencing.

2. Teknik dan Prosedur Pelaksanaan Asuhan/Praktik Keperawatan untuk


Memenuhi Kebutuhan Eliminasi Urin
a. Pengkajian
Dilakukan dengan indra dan tenaga melalui wawancara, observasi, dan
pemeriksaan fisik untuk menggali data yang lebih akurat.
1) Menanyakan riwayat pasien seperti pola berkemih, gejala berkemih,
dan faktor pencetus berkemih.
2) Pemeriksaan fisik
 Abdomen, pembesaran, pelebaran pembuluh darah vena distensi
bladder, pembesaran ginjal, nyeri tekan, tandamess, dan bising
usus.
 Genetalia :
Wanita : inflamasi, nodul, lessi, adanya secret dari meatus,
antropi jaringan vagina
laki-laki : adanya lesi, tenderness, dan adanya pembesaran
skrotum.
3) Pemeriksaan diagnostik :
 Pemeriksaan urine
 Warna
 Penampilan
 Bau
 pH
 Berat Jenis
 Glukosa
 Keton
 Kultur urine
b. Diagnosa Keperawatan
Mengumpulkan data subjektif dan data objektif dari klien, data-data yang
dapat didapatkan tersebut bisa berupa rasa nyeri, psikologis seperti stress,
intake nutrisi dan cairan.
c. Perencanaan
Mengusahakan pemberian asuhan keperawatan yang efektif untuk
tercapainya tujuan yaitu kesembuhan pasien.
d. Intervensi
1. Monitor keadaan bladder setiap 2 jam dan kolaborasi dalam bladder
training
2. Hindari faktor pencentus rasa ingin kencing
3. Kolabarasi dengan dokter dalam pengobatan dan kateterisasi
4. Berikan penjelasan tentang pengobatan, kateter, penyebab dan
tindakan lainnya
e. Evaluasi
Setelah membantu klien saatnya untuk melakukan evaluasi. apakah klien
mampu mengontrol pengeluaran air kencing, apakah masih ada tanda dan
gejala.
Sumber :
Priatma, A. 2011. Konsep Dasar Kebutuhan Eliminasi. Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan Pontianak.
Irlindawati. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan pada Gangguan Pemenuhan
Kebutuhan Eliminasi Urin. Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan
Banjarmasin.
Rahayu, Sunarsih., Harnanto, Ardi Mardi. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak;
Kebutuhan Dasar Manusia II. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

Anda mungkin juga menyukai