Kelas : A3
NIM : 131911133104
Mata Kuliah Keperawatan Dasar 2
Resume Materi
TM 1. 2
Oksigen adalah salah satu kebutuhan yang paling vital bagi tubuh. Kebutuhan
oksigenasi adalah kebutuhan dasar manusia dalam pemenuhan oksigen yang digunakan
untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, mempertahankan hidup dan aktivitas
berbagai organ atau sel (Potter & Perry, 2005). Tanpa oksigen dalam waktu tertentu
sel tubuh akan mengalami kerusakan yang menetap dan menimbulkan kematian. Otak
merupakan organ yang sangat sensitif terhadap kekurangan oksigen. Otak masih
mampu mentoleransi kekurangan oksigen hanya 3-5 menit. Apabila kekurangan
oksigen berlangsung lebih dari 5 menit, dapat terjadi kerusakan sel otak secara
permanen (Kozier dan Erb, 1998). Oksigen akan digunakan dalam metabolisme sel
membentuk ATP yang merupakan sumber energi bagi sel tubuh agar berfungsi secara
optimal.
Prosedur pemenuhan kebutuhan oksigen dilakukan dengan pemberian oksigen
dengan menggunakan kanula dan masker, fisioterapi dada, dan cara penghisapan
lendir (suction). Tujuan untuk mempertahankan oksigen yang adekuat pada jaringan,
menurunkan kerja paru-paru, serta menurunkan kerja jantung. Penyampaian oksigen
ke jaringan tubuh ditentukan oleh sistem respirasi, kardiovaskuler, dan keadaan
hematologi.
A. Pengkajian Keperawatan
Secara umum pengkajian dimulai dengan mengumpulkan data tentang :
1. Biodata pasien (umur, sex, pekerjaan, pendidikan)
2. Keluhan utama dan riwayat keluhan utama (PQRST)
PQRST (Paliatif/Provokatif, Quality, Regio, Skala, dan Time)
3. Riwayat perkembangan
4. Riwayat kesehatan keluarga
5. Riwayat sosial
6. Riwayat psikologis
7. Riwayat spiritual
8. Pemeriksaan fisik
a. Hidung dan sinus
Inspeksi : cuping hidung, deviasi septum, perforasi, mukosa (warna, bengkak,
eksudat, darah), kesimetrisan hidung. Palpasi : sinus frontalis, sinus maksilaris
b. Faring
Inspeksi : warna, simetris, eksudat ulserasi, bengkak
c. Trakhea
Palpasi : dengan cara berdiri disamping kanan pasien, letakkan jari tengah pada
bagian bawah trakhea dan raba trakhea ke atas, ke bawah dan ke samping
sehingga kedudukan trakhea dapat diketahui.
d. Thoraks
Inspeksi: Postur, bervariasi misalnya pasien dengan masalah pernapasan kronis
klavikulanya menjadi elevasi ke atas. Bentuk dada, pada bayi berbeda dengan
orang dewasa. Dada bayi berbentuk bulat/melingkar dengan diameter antero-
posterior sama dengan diameter tranversal (1:1). Pada orang dewasa
perbandingan diameter antero-posterior dan tranversal adalah (1 : 2)
9. Pola napas
a. eupnea yaitu pernapasan normal dimana kecepatan 16 - 24 x/mnt, klien tenang,
diam dan tidak butuh tenaga untuk melakukannya,
b. tachipnea yaitu pernapasan yang cepat, frekuensinya lebih dari 24 x/mnt, atau
bradipnea yaitu pernapasan yang lambat, frekuensinya kurang dari 16 x/mnt
c. apnea yaitu keadaan terhentinya pernapasan.
10. Kaji volume pernapasan
a. Hiperventilasi, bertambahnya jumlah udara dalam paru, pernapasan dalam dan
panjang
b. Hipoventilasi, berkurangnya udara dalam paru-paru, pernapasan yang lambat.
11. Kaji sifat pernapasan apakah klien menggunakan pernapasan dada, ataukah
pernapasan perut.
12. Perlu juga dikaji bunyi napas
a. stertor/mendengkur yang terjadi karena adanya obstruksi jalan napas bagian
atas
b. stidor yaitu bunyi yang kering dan nyaring dan didengar saat inspirasi
c. wheezing yaitu bunyi napas seperti orang bersiul,
d. rales yaitu bunyi yang mendesak atau bergelembung dan didengar saat
inspirasi
e. ronchi yaitu bunyi napas yang kasar dan kering serta di dengar saat ekspirasi.
13. Kaji ritme/irama pernapasan yang secara normal adalah reguler atau irreguler,
a. cheyne stokes yaitu pernapasan yang cepat kemudian menjadi lambat dan
kadang diselingi apnea.
b. kusmaul yaitu pernapasan yang cepat dan dalam, atau pernapasan biot yaitu
pernapasan yang ritme maupun amplitodunya tidak teratur dan diselingi
periode apnea.
14. Perlu juga dikaji batuk dan sekresinya, apakah klien mengalami
a. batuk produktif yaitu batuk yang diikuti oleh sekresi,
b. non produktif yaitu batuk kering dan keras tanpa sekresi
c. hemoptue yaitu batuk yang mengeluarkan darah
15. Status sirkulasi, dalam hal ini perlu dikaji heart rate/denyut nadi
a. takhikardi yaitu denyut nadi lebih dari 100 x/mnt, ataukah
b. bradikhardi yaitu denyut nadi kurang dari 60 x/mnt.Juga perlu dikaji tekanan
darah
c. hipertensi yaitu tekanan darah arteri yang tinggi
d. hipotensi yaitu tekanan darah arteri yang rendah.
16. Juga perlu dikaji tentang oksigenasi pasien apakah
a. anoxia yaitu suatu keadaan dengan jumlah oksigen dalam jaringan kurang
b. hipoxemia yaitu suatu keadaan dengan jumlah oksigen dalam darah kurang
c. hipoxia yaitu berkurangnya persediaan oksigen dalam jaringan akibat kelainan
internal atau eksternal
d. cianosis yaitu warna kebiru-biruan pada mukosa membran, kuku atau kulit
akibat deoksigenasi yang berlebihan dari Hb
e. clubbing finger yaitu membesarnya jari-jari tangan akibat kekurangan oksigen
dalam waktu yang lama.
2. Fisioterapi dada
Fisioterapi dada merupakan suatu rangkaian tindak keperawatan yang terdiri atas
perkusi, vibrasi dan postural drainage.
Perkusi
Tutup area yang akan dilakkan perkusi dengan handuk atau pakaian untuk
mengurangi ketidaknyamanan.
1. Anjurkan klien tarik napas dalam dan lambat untuk meningkatkan
relaksasi
2. Perkusi pada tiap segmen paru selama 1-2 menit
3. Perkusi tidak boleh dilakukan pada daerah dengan struktur yang mudah
cedera seperti : mammae, sternum dan ginjal.
Vibrasi
Digunakan setelah perkusi untuk meningkatkan turbulensi udara ekspirasi dan
melepaskan mukus yang kental. Sering dilakukan bergantian dengan perkusi.
Prosedur:
1. Letakkan telapak tangan, telapak tangan menghadap ke bawah di area dada
yang akan di drainage. Satu tangan diatas tangan yang lain dengan jari-jari
menempel bersama dan ekstensi.
2. Anjurkan klien menarik napas dalam melalui hidung dan menghembuskan
napas secara lambat lewat mulut atau pursed lips.
3. Selama masa ekspirasi, tegangkan seluruh otot tangan dan lengan dan
gunakan hampir semua tumit tangan. Getarkan (kejutkan) tangan keaarh
bawah. Hentikan getaran jika klien melakukan inspirasi.
4. Setelah tiap kali vibrasi, anjurkan klien batuk dan keluarkan sekret ke dalam
tempat sputum.
Postural drainage
Intervensi untuk melepaskan sekresi dari berbagai segmen paru-paru dengan
menggunakan pengaruh gaya gravitasi. Waktu yang terbaik utnuk
melakukannya yaitu sekitar 1 jam sebelum sarapan pagi dan sekitar 1 jam
sebelum tidur pada malam hari.
Hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan postural drainage yaitu:
1. Batuk 2 atau 3 kali berurutan setelah setiap kali berganti posisi.
2. Minum air hangat setiap hari sekitar 2 liter.
3. Jika harus menghirup bronkodilator, lakukanlah 15 menit sebelum
melakukan postural drainage
4. Lakukan latihan napas dan latihan lain yang dapat membantu mengencerkan
lendir.
Peralatan:
Bantal, Papan pengatur posisi, Tisu wajah, Segelas air, Sputum pol.
Prosedur:
1 cuci tangan
2 pilih area yang tersumbat yang akan di drainage berdasarkan pengkajian
semua area paru, data klinis dan chest X-ray.
3 Baringkan klien dalam posisi untuk mendrainage area yang tersumbat.
4 Minta klien mempertahankan posisi tersebut selama 10-15 menit.
5 Selama 10-15 menit drainage pada posisi tersebut, lakukan perkusi dan
vibrasi dada diatas area yang di drainage
6 Setelah drainage pada posisi pertama, minta klien duduk dan batuk. Bila
tidak bisa batuk, lakukan suction. Tampung sputum di sputum spot.
7 Minta klien istirahat sebentar bila perlu
8 Anjurkan klien istirahat sebentar bila perlu.
9 Anjurkan klien minum sedikit air.
10 Ulangi langkah 3-8 sampai semua area tersumbat telah ter drainage
11 Ulangi pengkajian dada pada semua bidang paru.
12 Cuci tangan
13 Dokumentasikan
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan dengan cara bekerja sama dengan klien untuk
mengembangkan tujuan dan kriteria hasil individu, tergantung pada status pernapasan
klien saat ini.
1. Klien akan mendemonstrasikan pengetahuan tentang pencegahan disfungsi
pernapasan.
2. Klien akan mendemonstrasikan pengetahuan tentang manajemen disfungsi
pernapasan secara optimal.
3. Klien akan mengeluarkan sekresi pulmonar
4. Klien akan menggunakan koping secara efektif dengan perubahan konsep diri dan
gaya hidup.
Sumber :
A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian pada pasien dengan gangguan kebutuhan cairan dan elektrolit meliputi
riwayat perawatan, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
1. Riwayat Keperawatan
Pengkajian riwayat keperawatan dalam pemenuhan cairan dan elektrolit
ditujukan/difokuskan pada:
a Faktor risiko terjadinya ketidakseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa:
1. Usia: sangat muda, sangat tua
2. Penyakit kronik: kanker, penyakit kardiovaskular (gagal jantung kongestif),
penyakit endokrin (cushing, DM), malnutrisi, PPOK, penyakit ginjal (gagal
ginjal prorogresif), perubahan tingkat kesadaran.
3. Trauma: cedera akibat kecelakaan, cedera kepala, combostio.
4. Terapi: diuretik, steroid, terapi IV, nutrisi parental total.
b Kehilangan melalui saluran gastrointestinal: gastroenteritis, pengisapan
nasogastrik, fistula.
c Riwayat keluhan: kepala sakit/pusing/pening, rasa baal dan kesemutan.
d Pola intake: jumlah dan tipe cairan yang biasa dikonsumsi, riwayat anoreksia,
kram abdomen, rasa haus yang berlebihan.
e Pola eliminasi: kebiasaan berkemih, adakah perubahan baik dalam jumlah
maupun frekuensi berkemih, bagaimana karakteristik urine, apakah tubuh
banyak mengeluarkan cairan.
2. Pemeriksaan Fisik
Dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Pemeriksaan fisik meliputi:
a Keadaan umum: Iritabilitas, letargi, bingung, disorientasi
b Berat badan
c Intake cairan meliputi per oral, selang NGT, dan parenteral. Output cairan
meliputi urine, feses, muntah, pengisapan gaster, drainage selang paska bedah,
maupun IWL.
d Bayi: Fontanela cekung jika kekurangan volume cairan, dan menonjol jika
kelebihan cairan.
e Mata: Cekung, konjungtiva kering, air mata berkurang atau tidak ada Edema
periorbital, papiledema
f Tenggorokan dan mulut: Membran mukosa kering, lengket, bibir pecah-pecah
dan kering, saliva menurun, lidah di bagian longitudinal mengerut
g Sistem kardiovaskular:
1. Inspeksi: Vena leher: JVP/jugularis vena pressur datar atau distensi.
Central venus pressure (CVP) abnormal. Bagian tubuh yang tertekan,
pengisian vena lambat
2. Palpasi: Edema: lihat adanya pitting edema pada punggung, sakrum, dan
tungkai (pre tibia, maleolus medialis, punggung kaki). Denyut nadi:
frekuensi, kekuatan. Pengisian kapiler
3. Auskultasi: Tekanan darah: ukur pada posisi tidur dan duduk, lihat
perbedaannya, stabil, meningkat, atau menurun. Bunyi jantung: adakah
bunyi tambahan
h Sistem pernapasan: dispnea, frekuensi, suara abnormal (creckles)
i Sistem gastro intestinal:
1. Inspeksi: abdomen cekung/distensi, muntah, diare
2. Auskultasi: hiperperistaltik disertai diare, atau hipoperistaltik
j Sistem ginjal:
Oliguria atau anuria, diuresis, berat jenis urine meningkat
k Sistem neuromuskular :
1. Inspeksi: kram otot, tetani, koma, tremor
2. Palpasi: hipotonisit, hipertonisitas
3. Perkusi: refleks tendon dalam (menurun/tidak ada, hiperaktif/meningkat)
l Kulit:
1. Suhu tubuh: meningkat/menurun
2. Inspeksi: kering, kemerahan
3. Palpasi: turgor kulit tidak elastik, kulit dingin dan lembab.
B. Pemeriksaan Diagnostik
a Kadar elektrolit serum diukur untuk menentukan status hidrasi, konsentrasi
elektrolit, dan keseimbangan asam basa.
b Hitung darah lengkap adalah suatu penetapan jumlah dan tipe eritrosit dan
leukosit per milimeter kubik darah.
c Kadar kreatinin darah bermanfaat untuk mengukur fungsi ginjal. Kreatinin adalah
produk normal metabolisme otot dan diekskresikan dalam kadar yang cukup
konstan, terlepas dari faktor asupan cairan, diet, dan olah raga.
d Berat jenis urine mengukur derajat konsentrasi urine. Rentang berat jenis urine
normal antara 1,003 – 1,030.
e Analisis gas darah arteri memberikan informasi tentang status keseimbangan
asam basa dan tentang keefektifan fungsi ventilasi dalam mengakomodasi
oksigen-karbon dioksida secara normal. Pemeriksaan pH darah arteri mengukur
konsentrasi hidrogen. Penurunan pH dihubungkan dengan asidosis, dan
peningkatan pH dihubungkan dengan alkalosis.
C. Rencana Keperawatan
Rencana tindakan keperawatan bertujuan untuk mencegah, menangani penyebab, dan
mengoreksi ketidakseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa.
a. Mengoreksi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
1. Penggantian cairan secara enteral Cairan digantikan secara enteral melalui oral
dan selang pemberi makan.
2. Pembatasan cairan Klien yang mengalami kelebihan volume cairan harus
membatasi asupan cairannya.
3. Penggantian cairan dan elektrolit secara parenteral Penggantian cairan dan
elektrolit secara parenteral meliputi pemberian nutrisi parenteral total (NTP),
terapi cairan dan elektrolit intravena, serta penggantian darah.
b. Mengoreksi ketidakseimbangan asam basa Perawat melakukan tindakan
keperawatan yang sesuai untuk meningkatkan ventilasi dan oksigenasi.
1. Pada asidosis respiratorik, sekresi paru yang statis dan penurunan ekspansi
paru memperburuk kondisi asidosis. Intervensi keperawatan untuk
mengeluarkan sekresi paru dan meningkatkan ekspansi paru dapat membuat
perbedaan antara hidup dan mati.
2. Pada alkalosis respiratorik akibat ansietas, tindakan keperawatan yang
dilakukan:
a Mula-mula memperbaiki alkalosis respiratorik menginstruksikan klien
untuk bernapas ke dalam sebuah kantung kertas sehingga klien akan
menghirup kembali karbon dioksida yang telah dikeluarkan. Dengan cara
ini, karbon dioksida akan berkombinasi dengan air untuk membentuk
asam karbonat, yang akan meningkatkan keasaman darah.
b Melakukan tindakan keperawatan untuk menurunkan ansietas. Perawat
membantu klien menetapkan penyebab ansietas dan metode untuk
mengontrolnya.
3. Memeriksa analisis gas darah arteri Klien yang menderita gangguan asam
basa membutuhkan pemeriksaan analisis gas darah arteri yang berulang, untuk
menentukan status asam basa dan keadekuatan ventilasi serta oksigenasi.
E. Evaluasi Keperawatan
1. Klien akan menggunakan intake diet nutrisi untuk memenuhi kebutuhan tubuh dan
meningkatkan kesehatan.
2. Klien akan mempertahankan intake diet adekuat untuk mencukupi pengeluaran
energi tubuh.
3. Klien akan menunjukkan pengetahuan adekuat untuk menaati resep/terapi diet
untuk meningkatkan kesehatan.
4. Klien akan menerima dan mempertahankan berat badan yang diinginkan.
Sumber:
Rahayu, Sunarsih., Harnanto, Ardi Mardi. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak;
Kebutuhan Dasar Manusia II. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
TM 5,6
B. Diagnosis Keperawatan
1. Diagnosa Keperawatan Utama Gangguan Kebutuhan Nutrisi
a. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh dimana intake nutrien seseorang
kurang untuk mencukupi kebutuhan metabolisme.
b. Perubahan nutrisi: lebih dari kebutuhan tubuh keadaan dimana intake nutrien
seseorang melebihi kebutuhan metabolisme.
c. Perubahan nutrisi: risiko lebih dari kebutuhan tubuh terjadi jika seseorang berisiko
mengalami intake nutrien yang melebihi kebutuhan metabolisme.
d. Kerusakan/gangguan menelan Definisi
g. Aktivitas intoleran atau defisit self care berhubungan dengan kelemahan.
h. Kurang pengetahuan terhadap diet baru (klien dengan DM atau masalah jantung),
terapi nutritional (enteral, parenteral).
i. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan.
j. Kerusakan body image.
k. Kerusakan harga diri.
l. Isolasi sosial.
C. Intervensi Keperawatan
Perawat membantu klien memahami faktor yang mengurangi nafsu makan,
menggunakan pendekatan untuk menstimulasi nafsu makan, dan mengkaji klien
untuk kebutuhan agen farmakologi yang menstimulasi nafsu makan atau mengatur
gejala yang mengurangi nafsu makan.
C. Makan Sendiri
D. Pemberian Makanan Oral
E. Nutrisi Enteral
F. Nutrisi Parenteral
D. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dilakukan dengan teknik SOAP, yaitu S (Subjective), O (Objective), A
(Analysis), P (Planning).
1. Klien akan menggunakan intake diet nutrisi untuk memenuhi kebutuhan tubuh dan
meningkatkan kesehatan.
2. Klien akan mempertahankan intake diet adekuat untuk mencukupi pengeluaran
energi tubuh
3. Kien akan menunjukkan pengetahuan adekuat untuk menaati resep/terapi diet
untuk meningkatkan kesehatan.
4. Klien akan menerima dan mempertahankan berat badan yang diinginkan.
Sumber:
Munthe, N. 2017. Asuhan Keperawatan dengan Prioritas Masalah Gangguan
Kebutuhan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh di RSUP. H Adam
Malik Medan. Program Studi DIII Keperawatan. Fakultas Keperawatan.
Universitas Sumatera Utara. Medan.
Rahayu, Sunarsih., Harnanto, Ardi Mardi. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak;
Kebutuhan Dasar Manusia II. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
TM 7
1. Konsep dan prinsip kebutuhan eliminasi
Eliminasi merupakan pembuangan sisa zat metabolisme dari tubuh dalam bentuk
cairan yaitu urin dan padat yaitu feses. Sementara itu eliminasi di tubuh manusia
dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Defekasi
Buang air besar atau defekasi adalah suatu tindakan atau proses makhluk hidup
untuk membuang kotoran atau tinja yang padat atau setengah-padat yang
berasal dari sistem pencernaan (Dianawuri, 2009).
b. Miksi
Miksi merupakan pengosongan dari isi kandung kemih apabila kandung kemih
terpenuhi. Pengeluaran kandung kemih atau miksi ini juga disebut buang air
kecil.
Faktor-faktor yang memengaruhi eliminasi
a. Faktor defekasi
1) Umur
Umur memengaruhi pengontrolan defekasi, seperti halnya anak-anak
tidak mampu mengontrol eliminasinya sampai sistem neuromuskular
berkembang, terjadi pada anak berumur antara 2 – 3 tahun.
2) Diet
Makan yang teratur mempengaruhi defekasi. Makan yang tidak teratur
dapat mengganggu keteraturan pola defekasi. Individu yang makan pada
waktu yang sama setiap hari mempunyai suatu keteraturan waktu, respon
fisiologi pada pemasukan makanan dan keteraturan pola aktivitas
peristaltik di colon.
3) Cairan
Pengeluran cairan yang berlebihan akan menyebabkan tubuh untuk
mereabsorbsi air dari chyme ketika melewati sepanjang tubuh,
sehingga menyebabkan chyme menjadi lebih kering, sehingga
menciptkan feses yang lebih keras. Selain itu, kekurangan cairan juga
menyebabkan chyme bergerak lebih lambat sehingga meningkatkan
penyerapan air dari chyme.
4) Tonus Otot
Tonus perut, otot pelvik dan diafragma yang baik penting untuk
defekasi. Aktivitasnya juga merangsang peristaltik yang memfasilitasi
pergerakan chyme sepanjang colon. Otot-otot yang lemah sering tidak
efektif pada peningkatan tekanan intraabdominal selama proses
defekasi atau pada pengontrolan defekasi.
5) Faktor Psikologi
Diketahui orang yang stress dapat mempercepat gerakan peristaltik dan
frekuensi diare. Orang yang mengalami depresi juga dapat
menimbulkan perlambatan motilitas intestinal, yang berujung pada
konstipasi.
6) Gaya Hidup
Melatih buang air besar pada waktu dini dapat memupuk kebiasaan
defekasi pada waktu yang teratur, seperti setiap hari setelah sarapan, atau
bisa juga digunakan pada pola defekasi yang ireguler. Ketersediaan dari
fasilitas toilet, kegelisahan tentang bau, dan kebutuhan akan privacy juga
mempengaruhi pola eliminasi feses.
7) Obat-Obatan
Laxative adalah obat yang merangsang aktivitas usus dan
memudahkan eliminasi feses. Obat-obatan ini melunakkan feses,
mempermudah defekasi. Obat-obatan tertentu seperti dicyclomine
hydrochloride (Bentyl), menekan aktivitas peristaltik dan kadang-
kadang digunakan untuk mengobati diare.
b. Faktor miksi
1) Jumlah air minum
Apabila meminum air terlalu banyak air akan menyebabkan penyerapan
air ke darah lebih sedikit, sehingga sisa air berlebih akan dikeluarkan
melalui urin, menyebabkan urin berwarna transparan dan encer, begitu
juga sebaliknya.
2) Jumlah garam yang dikeluarkan dari darah
Supaya tekanan osmotik tetap, semakin banyak konsumsi garam maka
pengeluaran urin semakin banyak.
3) Kosentrasi hormon insulin
Apabila kosentrasi hormon insulin sedikit maka mengakibatkan
pengeluaran urin yang berlebihan.
4) Hormon Antidiuretik (ADH)
Jika darah mengandung sedikit air, maka ADH akan dikeluarkan
sehingga menyebabkan penyerapan air mengakibatkan urin berwarna
pekat dan sedikit, dan apabila darah mengandung air, hal sebaliknya
akan terjadi.
5) Suhu lingkungan
Apabila di suhu rendah, tubuh akan mengurangi darah untuk mengalir
di kulit sehingga darah akan dialirkan kebanyakan di dalam organ,
termasuk ginjal. Apabila darah yang dialirkan kebanyakan di ginjal
maka urin yang diproduksi pun akan lebih banyak.
6) Psikologi
Orang stress akan meningkatkan tekanan darah sehingga menimbulkan
banyak darah dikirim menuju ginjal, selain itu pada saat keadaan emosi
akan mereaksikan kontraksi kandung kemih, sehingga menimbulkan
sensasi ingin buang air kecil.
7) Alkohol dan Kafein
Alkohol dan kafein menyebabkan pelambatan sekresi ADH, sehingga
menyebabkan seseorang untuk sering kencing.