PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Untuk mengatahui apa itu diare pada anak serta memahami lebih dalam
bagaimana perawatan pada anak yang mengalami diare
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
Diare adalah pengeluaran feses yang lunak dan cair disertai sensasi ingin
defekasi yang tidak dapat ditunda. (Grace, Pierce A &Borley, Neil R, 2006).
Diare adalah gejala kelainan pencernaan, absorbsi dan fungsi sekresi
(Wong,2001).
Diare mengacu pada kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang
terjadi dengan bagian feses tidak terbentuk (Nethina, 2001).
Diare adalah kehilangan banyak cairan dan elektrolit melalui tinja (Behrman,
1999). Menurut pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa diare adalah gejala
kelainan sistem pencernaan, absorbsi, maupun fungsi sekresi dimana pasien mengalami
kehilangan cairan dan elektrolit melalui tinja dengan frekuensi buang air besar lebih
dari empat kali pada bayi dan lebih dari tiga kali pada anak dengan konsistensi feses
cair, dapat berwarna hijau bercampur lendir atau darah, atau lendir saja.
Diare dibagi menjadi dua yaitu:
1. Diare Akut
2. Diare Kronis
2.2 ETIOLOGI
Terdapat 3 bahan dalam etiologi diare pada anak (Mary E. Muscari, 2005).
1. Diare Akut
Diare akut dapat disebabkan karena adanya bakteri, nonbakteri maupun adanya
infeksi.
2
1) Bakteri penyebab diare akut antara lain organisme Escherichia coli dan
Salmonella serta Shigella. Diare akibat toksin Clostridium difficile dapat
diberikan terapi antibiotik.
3) Penyebab lain diare akut adalah infeksi lain (misal, infeksi traktus urinarius
dan pernapasan atas), pemberian makan yang berlebihan, antibiotik, toksin
yang teringesti, iriitable bowel syndrome, enterokolitis, dan intoleransi
terhadap laktosa.
2. Diare kronis biasanya dikaitkan dengan satu atau lebih penyebab berikut ini:
1) Sindrom malabsorpsi
2) Defek anatomis
3) Reaksi alergik
4) Intoleransi laktosa
5) Respons inflamasi
6) Imunodefisiensi
7) Gangguan motilitas
8) Gangguan endokrin
9) Parasit
3
3. Faktor predisposisi diare antara lain, usia yang masih kecil, malnutrisi, penyakit
kronis, penggunaan antibiotik, air yang terkontaminasi, sanitasi atau higiene buruk,
pengolahan dan penyimpanan makanan yang tidak tepat.
2.3 PATOFISIOLOGI
Diare dalam jumlah besar juga dapat disebabkan faktor psikologis, misalnya
ketakutan atau jenis stres tertentu, yang diperantarai melalui stimulasi usus oleh saraf
parasimpatis. Juga terdapat jenis diare yang ditandai oleh pengeluaran feses dalam
jumlah sedikit tetapi sering. Penyebab diare jenis ini antara lain adalah kolitis
ulserabutiv dan penyakit Crohn. Kedua penyakit ini memiliki komponen fisik dan
psikogenik (Elizabeth J. Corwin, 2007).
4
2.4 MANIFESTASI KLINIS
1. Diare akut
2) Onset yang tak terduga dari buang air besar encer, gas-gas dalam perut, rasa
tidak enak, nyeri perut.
3) Nyeri pada kuadran kanan bawah disertai kram dan bunyi pada perut.
4) Demam.
2. Diare kronik
5
atau 0139
Disentri Diare berdarah (dilihat atau dilaporkan)
Diare persisten Diare yang berlangsung selama 14 hari atau lebih
Diare dengan gizi buruk Diare apapun yang disertai gizi buruk
Diare terkait antibiotika Mendapat pengobatan antibiotic oral spectrum luas
(Antibiotic Associated
Diarrhea)
Invaginasi Dominan darah dan lender dalam tinja
Massa intra abdominal (abdominal mass)
Tangisan keras dan kepucatan pada bayi
6
Klasifikasi tingkat dehidrasi anak dengan diare
1. Diare akut
7
1) Tes darah: hitung darah lengkap; anemia atau trombositosis mengarahkan
dengan adanya penyakit kronis. Albumin yang rendah bisa menjadi patokan
untuk tingkat keparahan penyakit namun tidak spesifik.
1. Diare kronis
1) Tes darah: secara umum dilakukan hitung darah lengkap, LED, biokimiawi
darah, tes khusus dilakukan untuk mengukur albumin serum, vitamin B12 dan
folat. Fungsi tiroid. Antibodi endomisial untuk penyakit siliaka.
2) Mikroskopik dan kultur tinja (x3): hasil kultur negatif belum menyingkirkan
giardiasis.
3) Lemak dan tinja: cara paling sederhana adalah pewarnaan sampel tinja dengan
Sudan black kemudian diperiksa di bawah mikroskop. Pada kasus yang lebih
sulit, kadar lemak tinja harus diukur, walaupun untuk pengukuran ini
dibutuhkan diet yang terstandardisasi.
4) Foto polos abdomen: pada foto polos abdomen bisa terlihat klasifikasi pankras,
sebainya diperiksa dengan endoscopic retrograde cholangiopancreatography
(ERCP) dan/atau CT pankreas.
8
5) Endoskopi, aspirasi duodenum, dan biopsi: untuk menyingkirkan penyakit
seliaka dan giardiasis.
9) Berat tinja 24 jam (diulang saat puasa): walaupun sering ditulis di urutan
terakhir daftar pemeriksaan penunjang pemeriksaan ini tetap merupakan cara
paling tepat untuk membedakan diare osmotik dan diare sekretorik.
9
- Hormon usus puasa: jika ada dugaan tumor yang mensekresi hormonharus
dilakukan pengukuran kadar hormon puasa.
Menurut (Rubebsten dkk, 2007) jika merupakan episode akut tunggal dan belum
mereda setelah 5-7 hari, maka harus dilakukan pemeriksaan berikut:
a. Pemeriksaan darah lengkap untuk mencari anemia dan kultur darah untuk
Salminella typhi, S. Paratyphi, dan S. Enteritidid, khususnya bila ada riwayat
perjalanan ke luar negeri.
b. Pemeriksaan laboratorium tinja untuk mencari kista, telur, dan parasit (ameba,
Giardia) dan kultur (tifoid dan paratifoid, Campylobacter, Clostridium
difficile).
10
2.6 PATHWAY
INFEKSI INFEKSI
INFEKSI
INFEKSI
11
2.7 PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Untuk diare ringan, tingkatkan masukan cairan per oral; mungkin diresepkan
glukosa oral dan larutan elektrolit.
4. Terapi intravena untuk hidrasi cepat, terutama untuk pasien yang sangat muda atau
lansia.
Pada saat ini cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan karena tersedia
cukup banyak di pasaran meskipun jumlah kaliumnya rendah bila
dibandingkan dengan kadar kalium tinja. Bila RL tidak tersedia dapat
diberiakn NaCl isotonik (0,9%) yang sebaiknya ditambahkan dengan 1 ampul
Nabik 7,5% 50 ml pada setiap satu liter NaCl isotonik. Pada keadaan diare
akut awal yang ringan dapat diberikan cairan oralit untuk mencegah dehidrasi
dengan segala akibatnya.
12
b. Jumlah cairan yang hendak diberikan.
Pada prinsipnya jumlah cairan pengganti yang hendak diberikan harus sesuai
dengan jumlah cairan yang keluar dari badan. Jumlah kehilangan cairan dari
badan dapat dihitung dengan cara/rumus:
Mengukur BJ Plasma
x BB x 4 ml
0,001
13
Metode Pierce
Berdasarkan keadaan klinis, yakni:
- Diare ringan, kebutuhan cairan = 5% x kg BB
- Diare sedang, kebutuhan cairan = 8% x kg BB
- Diare ringan, kebutuhan cairan = 10% x kg BB
Keterangan:
CWL : Concomitant Water Lose (ml/KgBB) = cairan diare dan muntah yang
terus menerus.
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan peroral berupa
cairan yang bersifat NaCl dan NaHCO3 dan glukosa. Untuk diare akut dan
kolera pada anak diatas 6 bulan kadar Natrium 90 mEg/l. Pada anak
dibawah umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan-sedang kadar natrium 50-60
14
mEg/l. Formula lengkap disebut oralit, sedangkan larutan gula garam dan
tajin disebut formula yang tidak lengkap karena banyak mengandung NaCl
dan sukrosa.
2) Cairan parentral
Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat, dengan
rincian sebagai berikut:
(1)Untuk anak umur 1 bl -2 tahun berat badan 3-10 kg :
(3)Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg :
15
Kebutuhan cairan: 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml/kg/BB/24 jam,
16
2. Dietetik
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan kurang
dari 7 kg, jenis makanan:
1). Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan lemak tak
jenuh.
2). Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim).
3). Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya susu
yang tidak mengandung laktosa dan asam lemak yang berantai sedang atau tak
jenuh.
Standar Nutrisi parenteral untuk anak diare adalah didasarkan atas kebutuhan
kalori, kebutuhan asam amino, dan kebutuhan mikronutrien. Kebutuhan kalori
3) BB 0- 10 Kg : 100Kkal/ Kg BB
1) BBLR 2,5 – 3/ Kg BB
17
5) Natrium 2,5 – 3,5 meq/ kg BB
Salah satu contoh makanan untuk anak dengan diare adalah bubur tempe
yang bertujuan untuk memberikan diet kepada anak dengan diare. Adapun sasaran
dan kegunaannya adalah untuk meringankan kerja usus bagi penderita diare dan
diberikan kepada anak usia 6 -12 bulan dan anak usia 1 -5 tahun. Adapun bahan
yang dibutuhkan adalah tepung beras 30 gram, tempe 50 gram, margarine 10 gram
dan gula pasir 20 gram, serta air 200 ml. Adapun caranya ada 2 yaitu cara
pertama: tempe di blender ditambah 20 cc, campurkan tempe yang sudah
diblender dengan tepung beras, gula pasir, margarine dan air sebanyak 200 cc,
aduk hingga rata, lalu mask diatas api sampai mengental dan siap disajikan. Cara
kedua: tempe direbus lalu dihaluskan, campur tempe , tepung beras
Margarine, gula pasir dengan sisa rebusan tempe sebanyak 200 cc. Masak diatas
api sampai mengental kemudian disaring dan siap untuk disajikan.
3. Obat-obatan
Pemakaian dan
Obat Dosis
pertimbangan
Opiat
18
Agen-agen opiat
related
Difenoksilat dengan D: PO: 2,5-5 mg, b.i.d,q.i.d. Untuk diare akut, nonspesifik.
atropin (Lomotil) Obat golongan V.
Anak >2 thn: 0,3-0,4 mg/kg, Dosis untuk anak bervariasi
setiap hari dalam dosis terbagi sesuai dengan umur.
4 atau 2 mg, 3-5 kali setiap
hari
Loperamid (Imodium) D: PO: M: 4 mg, kemudian 2 Untuk diare. Obat bebas
mg setelah buang air cair. terbaru. Kategori kehamilan
Tidak melebihi 16 mg/ hari. B. Tidak mempengaruhi SSP.
A (5-8 thn) PO: 2 mgg, dosis Kurang dari 1% yang
dapat diulangi, tidak melebihi mencapai sirkulasi sistemik.
4 mg/ hari
Adsorben
19
(Kaopectate) setelah setiap kali buang air
Kombinasi
Difenoksilat dengan Lihat agen-agen opiat related Lihat agen-agen opiat related
atropin (Lomotil)
Parepektolin Sesuai dengan label Mengandung paregorik dan
kaopecatate
Kunci: D: Dewasa; A: Anak-anak; PO: Per Oral; M: Mula-mula; TR: tingtur; >:
Berdasarkan tanda dan gejala penyakit, maka asuhan keperawatan yang prioritas
ditegakkan adalah peangkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi,
perencanaan pemulang yaitu :
Riwayat Keperawatan
Kaji gejala dan tanda terjadinya kejang dan penurunan kesadaran.
a. Data biografi : nama, alamat, umur, status perkawinan, tanggal MRS, diagnose medis,
catatan kedatangan, keluarga yang dapat dihubungi.
20
b. Riwayat kesehatan sekarang
Mengapa pasien masuk Rumah Sakit dan apa keluhan utama pasien, sehingga dapat
ditegakkan prioritas masalah keperawatan yang dapat muncul.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Apakah sudah pernah sakit dan dirawat dengan penyakit yang sama.
d. Riwayat kesehatan keluarga
B. Diagnosa
21
1. Diare berhubungan dengan proses infeksi yang ditandai dengan defikasi lebih dari 3
kali dalam 24 jam dengan feses lembek atau cair
C. Rencana Keperawatan
22
perkembanga
n kesehatan
px
23
Setelah diberikan 1. Periksa kulit dan
asuhan kepada selaput lendir terkait
pasien selama 3x24 adanya kemerahan, 1. Memonitir
3 jam diharapkan odame, atau drainase keadaan kulit px
membrane mukosa px 2. Amati warna, tekstur 2. Agar mengatahui
kembali membaik pada ekstremitas perubahan
dengan kriteria hasil: 3. Ajarkan px mengenai perubahan yang
1. Suhu kulit asuhan kerusakan di alami kulit px
kembali normal kulit 3. Mengajarkan
2. Perfusi jaringan 4. Dokumentasikan pasien mengenai
kembali normal perubahan membrane pentingnya
3. Tekstur kulit mukosa merawat kulit
kembali 4. Mencatat
membaik perubahan apa
4. Integritas kulit saja yang sudah
kembali di alami px
membaik selama proses
perawatan
D. Implementasi
24
Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk mencapai tujuan
spesifik. Tahap implementasi dimulai setelah rencana intervensi disusun dan ditujukkan
pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan.
E. Evaluasi
Fase terakhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap asuhan
keperawatan yang diberikan dengan melihat perkembangan masalah klien sehingga dapat
diketahui tingkatan-tingkatan keberhasilan intervensi. Evaluasi hasil perencanaan
keperawatan dari masing-masing diagnosa keperawatan dapat dilihat pada kriteria hasil
intervensi keperawatan.
25
BAB III
PENUTUP
3.1 SIMPULAN
Diare adalah gejala kelainan sistem pencernaan, absorbsi, maupun fungsi sekresi
dimana pasien mengalami kehilangan cairan dan elektrolit melalui tinja dengan
frekuensi buang air besar lebih dari empat kali pada bayi dan lebih dari tiga kali pada
anak dengan konsistensi feses cair, dapat berwarna hijau bercampur lendir atau darah,
atau lendir saja.
3.2 Saran
Semogga makalah ini bisa bermanfaat bagi kalangan mahasiswa atau umum,
mencegah lebih baik dari pada mengobati.
26
Daftar Pustaka
Baughman, Diane C. 2000. Keperawatan Medikal – Bedah : Buku Saku untuk Brunner
dan
Behrman, Richard E, dkk. 1999. Ilmu Kesehatan dan Anak Nelson, Volume 2. Edisi 15.
Corwin, Elizabeth J. 2007. Buku Saku Patofisiologi, Ed. 3; Alih Bahasa, Nike Budhi
Subekti. Jakarta: EGC.
Grace, Pierce A & Borley, Neil R. 2006. At a Glance Ilmu Bedah. Jakarta : Erlangga.
Muscari, Mary E. 2005. Panduan Belajar: Keperawatan Pediatrik; Alih Bahasa, Aifrina
Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperwatan
Berdasarkan Diagnose Medis dan NANDA NIC-NOC. Yogyakarta:
Mediaction Publishing.
27
Wong, Donna L. dan Eaton, M. H…(et all). 2001. Wong’s Essentials of Pediatric Nursing.
28