Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Anak – anak sangan rentan terkena diare. Diare dalam jumlah besar juga dapat
disebabkan faktor psikologis, misalnya ketakutan atau jenis stres tertentu, yang
diperantarai melalui stimulasi usus oleh saraf parasimpatis. Juga terdapat jenis diare
yang ditandai oleh pengeluaran feses dalam jumlah sedikit tetapi sering. Penyebab
diare jenis ini antara lain adalah kolitis ulserabutiv dan penyakit Crohn. Kedua
penyakit ini memiliki komponen fisik dan psikogenik.

1.2 Rumusan masalah


Apa yang dimaksud dengan diare dan bagaimana penanganan yang tepat jika
anak mengalami diare ?

1.3 Tujuan
Untuk mengatahui apa itu diare pada anak serta memahami lebih dalam
bagaimana perawatan pada anak yang mengalami diare

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI
Diare adalah pengeluaran feses yang lunak dan cair disertai sensasi ingin
defekasi yang tidak dapat ditunda. (Grace, Pierce A &Borley, Neil R, 2006).
Diare adalah gejala kelainan pencernaan, absorbsi dan fungsi sekresi
(Wong,2001).
Diare mengacu pada kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang
terjadi dengan bagian feses tidak terbentuk (Nethina, 2001).
Diare adalah kehilangan banyak cairan dan elektrolit melalui tinja (Behrman,
1999). Menurut pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa diare adalah gejala
kelainan sistem pencernaan, absorbsi, maupun fungsi sekresi dimana pasien mengalami
kehilangan cairan dan elektrolit melalui tinja dengan frekuensi buang air besar lebih
dari empat kali pada bayi dan lebih dari tiga kali pada anak dengan konsistensi feses
cair, dapat berwarna hijau bercampur lendir atau darah, atau lendir saja.
Diare dibagi menjadi dua yaitu:

1. Diare Akut

Diare akut dikarakteristikkan oleh perubahan tiba-tiba dengan frekuensi dan


kualitas defekasi.

2. Diare Kronis

Diare kronis yaitu diare yang lebih dari dua minggu

2.2 ETIOLOGI

Terdapat 3 bahan dalam etiologi diare pada anak (Mary E. Muscari, 2005).

1. Diare Akut

Diare akut dapat disebabkan karena adanya bakteri, nonbakteri maupun adanya
infeksi.

2
1) Bakteri penyebab diare akut antara lain organisme Escherichia coli dan
Salmonella serta Shigella. Diare akibat toksin Clostridium difficile dapat
diberikan terapi antibiotik.

2) Rotavirus merupakan penyebab diare nonbakteri (gastroenteritis) yang paling


sering.

3) Penyebab lain diare akut adalah infeksi lain (misal, infeksi traktus urinarius
dan pernapasan atas), pemberian makan yang berlebihan, antibiotik, toksin
yang teringesti, iriitable bowel syndrome, enterokolitis, dan intoleransi
terhadap laktosa.

2. Diare kronis biasanya dikaitkan dengan satu atau lebih penyebab berikut ini:

1) Sindrom malabsorpsi

2) Defek anatomis

3) Reaksi alergik

4) Intoleransi laktosa

5) Respons inflamasi

6) Imunodefisiensi

7) Gangguan motilitas

8) Gangguan endokrin

9) Parasit

10) Diare nonspesifik kronis

3
3. Faktor predisposisi diare antara lain, usia yang masih kecil, malnutrisi, penyakit
kronis, penggunaan antibiotik, air yang terkontaminasi, sanitasi atau higiene buruk,
pengolahan dan penyimpanan makanan yang tidak tepat.

2.3 PATOFISIOLOGI

Patofisiologi bergantung pada penyebab diare (Mary E. Muscari, 2005)

1. Enterotoksin bakteri menginvasi dan menghancurkan sel-sel epitel usus,


menstimulasi sekresi cairan dan elektrolit dari sel kripta mukosa.

2. Penghancuran sel-sel mukosa vili oleh virus menyebabkan penurunan kapasitas


untuk absorpsi cairan dan elektrolit karena area permukaan usus yang lebih kecil.

3. Patofisiologi diare kronis bergantung pada penyebab utamanya. Lihat unit


pembahasan penyakit seliaka sebagai contoh diare yang disebabkan oleh gangguan
malabsorpsi.

Diare dalam jumlah besar juga dapat disebabkan faktor psikologis, misalnya
ketakutan atau jenis stres tertentu, yang diperantarai melalui stimulasi usus oleh saraf
parasimpatis. Juga terdapat jenis diare yang ditandai oleh pengeluaran feses dalam
jumlah sedikit tetapi sering. Penyebab diare jenis ini antara lain adalah kolitis
ulserabutiv dan penyakit Crohn. Kedua penyakit ini memiliki komponen fisik dan
psikogenik (Elizabeth J. Corwin, 2007).

4
2.4 MANIFESTASI KLINIS

1. Diare akut

1) Akan hilang dalam waktu 72 jam dari onset.

2) Onset yang tak terduga dari buang air besar encer, gas-gas dalam perut, rasa
tidak enak, nyeri perut.

3) Nyeri pada kuadran kanan bawah disertai kram dan bunyi pada perut.

4) Demam.

2. Diare kronik

1) Serangan lebih sering selama 2-3 periode yang lebih panjang.

2) Penurunan BB dan nafsu makan.

3) Demam indikasi terjadi infeksi.

4) Dehidrasi tanda-tandanya hipotensi takikardi, denyut lemah

Bentuk klinis diare


Diagnose Didasarkan Pada Keadaan
Diare cair akut Diare lebih dari 3 kali sehari berlangsung kurang dari 14
hari
Tidak mengandung darah
Kolera Diare air cucian beras yang sering ada banyak dan cepat
menimbulkan dehidrasi berat, atau
Diare dengan dehidrasi berat selama terjadinya KLB
kolera, atau
Diare dengan hasil kultur tinja positif untuk V cholers 01

5
atau 0139
Disentri Diare berdarah (dilihat atau dilaporkan)
Diare persisten Diare yang berlangsung selama 14 hari atau lebih
Diare dengan gizi buruk Diare apapun yang disertai gizi buruk
Diare terkait antibiotika Mendapat pengobatan antibiotic oral spectrum luas
(Antibiotic Associated
Diarrhea)
Invaginasi Dominan darah dan lender dalam tinja
Massa intra abdominal (abdominal mass)
Tangisan keras dan kepucatan pada bayi

6
Klasifikasi tingkat dehidrasi anak dengan diare

Klasifikasi Tanda-tanda atau gejala Pengobatan


Dehidrasi berat Terdapat 2 atau lebih tanda: Beri cairan untuk diare
 Letargis/tidak sadar dengan dehidrasi berat
 Mata cekung
 Tidak bisa minum atau malas
minum
 Cubitan perut kembali sangat
lambat
(≥ 2 detik)
Dehidrasi ringan Terdapat 2 atau lebih tanda: a. Beri anak dengan cairan
atau sedang  Rewel gelisah dengan makanan untuk
 Mata cekung dehidrasi ringan
 Minum dengan lahap atau haus b. Setelah rehidrasi,
 Cubitan kulit kembali dengan
lambat nasehati ibu untuk
penangan dirumah dan
kapan kembali segera
Tanpa dehidrasi Tidak terdapat cukup tanda untuk a. Beri cairan dan makanan
diklasifikasikan sebagai dehidrasi ringan untuk menangani diare
atau berat dirumah
b. Nasehati ibu kapan
kembali segera
c. Kunjungan ulang dalam
waktu 5 hari jika tidak
membaik

2.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Diare akut

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan:

7
1) Tes darah: hitung darah lengkap; anemia atau trombositosis mengarahkan
dengan adanya penyakit kronis. Albumin yang rendah bisa menjadi patokan
untuk tingkat keparahan penyakit namun tidak spesifik.

2) Kultur tinja bisa mengidentifikasi organisme penyebab. Bakteri C. Difficile


ditemukan pada 5% orang sehat; oleh karenanya diagnosis ditegakan berdasarkan adanya
gejala disertai ditemukannya toksin, bukan berdasarkan ditemukannya organisme saja.

Foto polos abdomen: bisa menunjukkan gambaran kolitis akut.

1. Diare kronis

Pemeriksaan penunjang yang akan dilakukan harus dipilih berdasarkan prioritas


diagnosis klinis yang paling mungkin:

1) Tes darah: secara umum dilakukan hitung darah lengkap, LED, biokimiawi
darah, tes khusus dilakukan untuk mengukur albumin serum, vitamin B12 dan
folat. Fungsi tiroid. Antibodi endomisial untuk penyakit siliaka.

2) Mikroskopik dan kultur tinja (x3): hasil kultur negatif belum menyingkirkan
giardiasis.

3) Lemak dan tinja: cara paling sederhana adalah pewarnaan sampel tinja dengan
Sudan black kemudian diperiksa di bawah mikroskop. Pada kasus yang lebih
sulit, kadar lemak tinja harus diukur, walaupun untuk pengukuran ini
dibutuhkan diet yang terstandardisasi.

4) Foto polos abdomen: pada foto polos abdomen bisa terlihat klasifikasi pankras,
sebainya diperiksa dengan endoscopic retrograde cholangiopancreatography
(ERCP) dan/atau CT pankreas.

8
5) Endoskopi, aspirasi duodenum, dan biopsi: untuk menyingkirkan penyakit
seliaka dan giardiasis.

6) Kolonoskopi dan biopsi: endoskopi saluran pencernaan bagian bawah lebih


menguntungkan dari pada pencitraan radiologi dengan kontras karena, bahkan
ketika mukosa terlihat normal pada biopsi bisa ditemukan kolitis mikroskopik
(misalnya kolistik limfositik, kolitis kolagenosa).

7) Hydrogen breath test: untuk hipolaktasia (laktosa) atau pertumbuhan


berlebihan bakteri pada usus halus (laktulosa).

8) Pencitraan usus halus: bisa menunjukkan divertikulum jejuni, penyakit Crohn


atau bahkan struktur usus halus.

9) Berat tinja 24 jam (diulang saat puasa): walaupun sering ditulis di urutan
terakhir daftar pemeriksaan penunjang pemeriksaan ini tetap merupakan cara
paling tepat untuk membedakan diare osmotik dan diare sekretorik.

9
- Hormon usus puasa: jika ada dugaan tumor yang mensekresi hormonharus
dilakukan pengukuran kadar hormon puasa.

Menurut (Rubebsten dkk, 2007) jika merupakan episode akut tunggal dan belum
mereda setelah 5-7 hari, maka harus dilakukan pemeriksaan berikut:

a. Pemeriksaan darah lengkap untuk mencari anemia dan kultur darah untuk
Salminella typhi, S. Paratyphi, dan S. Enteritidid, khususnya bila ada riwayat
perjalanan ke luar negeri.

b. Pemeriksaan laboratorium tinja untuk mencari kista, telur, dan parasit (ameba,
Giardia) dan kultur (tifoid dan paratifoid, Campylobacter, Clostridium
difficile).

c. Sigmoidoskopi, khususnya pada dugaan kolistis ulseratif atau kangkaer (atau


kolitis ameba). Biopsi dan histologi bisa memiliki nilai diasnostik.

10
2.6 PATHWAY

INFEKSI INFEKSI INFEKSI

INFEKSI INFEKSI
INFEKSI

INFEKSI

11
2.7 PENATALAKSANAAN MEDIS

Penatalaksanaan medis primer diarahkan pada pengontrolan dan menyembuhkan


penyakit yang mendasari (Baughman, 2000).

1. Untuk diare ringan, tingkatkan masukan cairan per oral; mungkin diresepkan
glukosa oral dan larutan elektrolit.

2. Untuk diare sedang, obat-obatan non-spesifik, difenoksilat (Lomotif) dan


loperamid (Imodium) untuk menurunkan motilitas dari sumber-sumber non-
infeksius.

3. Diresepkan antimicrobial jika telah teridentifikasi preparat infeksius atau diare


memburuk.

4. Terapi intravena untuk hidrasi cepat, terutama untuk pasien yang sangat muda atau
lansia.

Penatalaksanaan diare akut pada anak:

1. Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi.

Ada 4 hal yang penting diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi


yang cepat dan akurat, yaitu:

a. Jenis cairan yang hendak digunakan.

Pada saat ini cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan karena tersedia
cukup banyak di pasaran meskipun jumlah kaliumnya rendah bila
dibandingkan dengan kadar kalium tinja. Bila RL tidak tersedia dapat
diberiakn NaCl isotonik (0,9%) yang sebaiknya ditambahkan dengan 1 ampul
Nabik 7,5% 50 ml pada setiap satu liter NaCl isotonik. Pada keadaan diare
akut awal yang ringan dapat diberikan cairan oralit untuk mencegah dehidrasi
dengan segala akibatnya.

12
b. Jumlah cairan yang hendak diberikan.

Pada prinsipnya jumlah cairan pengganti yang hendak diberikan harus sesuai
dengan jumlah cairan yang keluar dari badan. Jumlah kehilangan cairan dari
badan dapat dihitung dengan cara/rumus:

Mengukur BJ Plasma

Kebutuhan cairan dihitung dengan


rumus: BJ Plasma – 1,025

x BB x 4 ml

0,001

13
Metode Pierce
Berdasarkan keadaan klinis, yakni:
- Diare ringan, kebutuhan cairan = 5% x kg BB
- Diare sedang, kebutuhan cairan = 8% x kg BB
- Diare ringan, kebutuhan cairan = 10% x kg BB

Metode Perbandingan BB dan Umur


Total
BB (kg) Umur PWL NWL CWL Kehilangan
Cairan

<3 < 1 bln 150 125 25 300

3-10 1 bln-2 thn 125 100 25 250

10-15 2-5 thn 100 080 25 205

15-25 5-10 thn 080 025 25 130

Sumber: Ngastiyah (1997)

Keterangan:

PWL : Previus Water Lose (ml/kgBB) = cairan muntah.

NWL: Normal Water Lose (ml/kgBB) = cairan diuresis, penguapan, pernapasan

CWL : Concomitant Water Lose (ml/KgBB) = cairan diare dan muntah yang
terus menerus.

1) Cairan per oral

Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan peroral berupa

cairan yang bersifat NaCl dan NaHCO3 dan glukosa. Untuk diare akut dan
kolera pada anak diatas 6 bulan kadar Natrium 90 mEg/l. Pada anak
dibawah umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan-sedang kadar natrium 50-60

14
mEg/l. Formula lengkap disebut oralit, sedangkan larutan gula garam dan
tajin disebut formula yang tidak lengkap karena banyak mengandung NaCl
dan sukrosa.
2) Cairan parentral
Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat, dengan
rincian sebagai berikut:
(1)Untuk anak umur 1 bl -2 tahun berat badan 3-10 kg :

1 jam pertama : 40 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infusset


berukuran 1 ml=15 tts atau 13 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).

7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infusset


berukuran 1 ml=15 tts atau 4 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).

16 jam berikutnya : 125 ml/kgBB/ oralit.


(2)Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg :

1 jam pertama : 30 ml/kgBB/jam atau 8 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau


10 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).

(3)Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg :

2 jam pertama : 20 ml/kgBB/jam atau 5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau


7 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).

7 jam berikut : 10 ml/kgBB/jam atau 2,5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts


atau 3 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).

16 am berikut : 105 ml/kgBB oralit per oral.

(4)Untuk bayi baru lahir dengan berat badan 2-3 kg :

15
Kebutuhan cairan: 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml/kg/BB/24 jam,

jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5% + 1 bagian NaHCO3 1½ %.


Kecepatan : 4 jam pertama : 25 ml/kgBB/jam atau 6 tts/kgBB/menit (1
ml = 15 tts) 8 tts/kg/BB/mt (1mt=20 tts).

(5)Untuk bayi berat badan lahir rendah

Kebutuhan cairan: 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian

glukosa 10% + 1 bagian NaHCO3 1½ %).

16
2. Dietetik

Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan kurang
dari 7 kg, jenis makanan:

1). Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan lemak tak
jenuh.

2). Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim).

3). Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya susu
yang tidak mengandung laktosa dan asam lemak yang berantai sedang atau tak
jenuh.

Standar Nutrisi parenteral untuk anak diare adalah didasarkan atas kebutuhan
kalori, kebutuhan asam amino, dan kebutuhan mikronutrien. Kebutuhan kalori

1) BBLR : 150 Kkal/ Kg BB

2) BBL C: 120 Kkal/ Kg BB/bulan

3) BB 0- 10 Kg : 100Kkal/ Kg BB

4) BB 11- 20 Kg : 1000 Kkal + 50 Kkal x (BB -10)

5) BB > 20 Kg : 1500 Kkal + 20 Kkal x ( BB – 20)


Kebutuhan Asam amino

1) BBLR 2,5 – 3/ Kg BB

2) Usia 0 -1 tahun : 2,5 g/ Kg BB

3) Usia 2 -13 tahun 1,5 -2g/ kg BB

4) Kalium 1,5 – 2,5 meq/ kg BB

17
5) Natrium 2,5 – 3,5 meq/ kg BB

Salah satu contoh makanan untuk anak dengan diare adalah bubur tempe
yang bertujuan untuk memberikan diet kepada anak dengan diare. Adapun sasaran
dan kegunaannya adalah untuk meringankan kerja usus bagi penderita diare dan
diberikan kepada anak usia 6 -12 bulan dan anak usia 1 -5 tahun. Adapun bahan
yang dibutuhkan adalah tepung beras 30 gram, tempe 50 gram, margarine 10 gram
dan gula pasir 20 gram, serta air 200 ml. Adapun caranya ada 2 yaitu cara
pertama: tempe di blender ditambah 20 cc, campurkan tempe yang sudah
diblender dengan tepung beras, gula pasir, margarine dan air sebanyak 200 cc,
aduk hingga rata, lalu mask diatas api sampai mengental dan siap disajikan. Cara
kedua: tempe direbus lalu dihaluskan, campur tempe , tepung beras
Margarine, gula pasir dengan sisa rebusan tempe sebanyak 200 cc. Masak diatas
api sampai mengental kemudian disaring dan siap untuk disajikan.

3. Obat-obatan

Tabel antidiare (Kee, 1996)

Pemakaian dan
Obat Dosis
pertimbangan

Opiat

Tingfur opium TR: D: PQ: 0,6 mL atau 10 Untuk diareakutdan


tts, q.i.d. dicampur dengan air nonspesifik. Obat golongan II
Camphorated: 5-10 mL, 1-4
kali/ hari
Paregorik D: PO: 5-10 mL, 1-4 kali/ hari Untuk diare. Obat golongan
A: PO: 0,25-0,5 mL, 1-4 kali/ III
hari
Kodein D: PO: 15-30 mg, q.i.d. Untuk diare

18
Agen-agen opiat
related
Difenoksilat dengan D: PO: 2,5-5 mg, b.i.d,q.i.d. Untuk diare akut, nonspesifik.
atropin (Lomotil) Obat golongan V.
Anak >2 thn: 0,3-0,4 mg/kg, Dosis untuk anak bervariasi
setiap hari dalam dosis terbagi sesuai dengan umur.
4 atau 2 mg, 3-5 kali setiap
hari
Loperamid (Imodium) D: PO: M: 4 mg, kemudian 2 Untuk diare. Obat bebas
mg setelah buang air cair. terbaru. Kategori kehamilan
Tidak melebihi 16 mg/ hari. B. Tidak mempengaruhi SSP.
A (5-8 thn) PO: 2 mgg, dosis Kurang dari 1% yang
dapat diulangi, tidak melebihi mencapai sirkulasi sistemik.
4 mg/ hari
Adsorben

Kaolin-Pektin Sesuai dengan label Untuk diare. Diberikan

19
(Kaopectate) setelah setiap kali buang air

cair. Obat bebas.

Garam-garam bismut Sesuai dengan label Untuk diare, gangguan


(Pepto-Bismol) lambung. Dalam bentuk cair
atau tablet.

Kombinasi

Difenoksilat dengan Lihat agen-agen opiat related Lihat agen-agen opiat related
atropin (Lomotil)
Parepektolin Sesuai dengan label Mengandung paregorik dan
kaopecatate

Donnagel D: PO: M: 30 mg, kemudian Mengandung atropin dan


15-30 mg setelah setiap kali kaopectate
buang air cair
A: PO: 5-10 mg setelah setiap
kali buang air cair
Donnagel P-G D: PO: 15 mg, setiap 3 jam Mengandung opium, atropin,
dan kaopectate

Kunci: D: Dewasa; A: Anak-anak; PO: Per Oral; M: Mula-mula; TR: tingtur; >:

lebih dari; tts: tetes.

2.8 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian

Berdasarkan tanda dan gejala penyakit, maka asuhan keperawatan yang prioritas
ditegakkan adalah peangkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi,
perencanaan pemulang yaitu :
Riwayat Keperawatan
Kaji gejala dan tanda terjadinya kejang dan penurunan kesadaran.
a. Data biografi : nama, alamat, umur, status perkawinan, tanggal MRS, diagnose medis,
catatan kedatangan, keluarga yang dapat dihubungi.

20
b. Riwayat kesehatan sekarang

Mengapa pasien masuk Rumah Sakit dan apa keluhan utama pasien, sehingga dapat
ditegakkan prioritas masalah keperawatan yang dapat muncul.
c. Riwayat kesehatan dahulu

Apakah sudah pernah sakit dan dirawat dengan penyakit yang sama.
d. Riwayat kesehatan keluarga

Apakah ada dalam keluarga pasien yang sakit seperti pasien.


e. Riwayat psikososial

Intrapersonal : perasaan yang dirasakan klien (cemas / sedih)


Interpersonal : hubungan dengan orang lain.
f. Pola Fungsi kesehatan

a) Pola nutrisi dan metabolisme :


Pola nutrisi klien perlu dikaji untuk menentukan terjadinya gangguan nutrisi atau tidak
pada klien
b) Pola istirahat dan tidur
Selama sakit pasien merasa tidak dapat istirahat karena pasien merasakan demam
terutama pada malam hari
g. Pemeriksaan Fisik
a) Kesadaran dan keadaan umum pasien
Kesadaran pasien perlu di kaji dari sadar-tidak sadar (composmentis-coma) untuk
mengetahui berat ringannya prognosis penyakit pasien.
b) Tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik kepala-kaki
TD, Nadi, Respirasi, Temperatur yang merupakan tolak ukur dari keadaan umum
pasien / kondisi pasien dan termasuk pemeriksaan dari kepala sampai kaki dengan
menggunakan prinsip-prinsip (inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi), disamping itu
juga penimbangan BB untuk mengetahui adanya penurunan BB karena peningkatan
gangguan nutrisi yang terjadi, sehingga dapat dihitung kebutuhan nutrisi yang
dibutuhkan (Wijaya,2013).

B. Diagnosa

21
1. Diare berhubungan dengan proses infeksi yang ditandai dengan defikasi lebih dari 3
kali dalam 24 jam dengan feses lembek atau cair

2. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif berhubungan dengan kekurangan intek cairan


yang ditandai dengan membrane mukosa kering

3. Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan kekurangan volume cairan


yang ditandai dengan kerusakan jaringan atau lapisan kulit

C. Rencana Keperawatan

Rencana Perawatan Ttd


Hari/
No Dx Tujuan dan
Tgl Intervensi Rasional
Kriteria Hasil
Sabtu, 1 Setelah diberikan 1. Monitor tanda dan 1. Untuk
19 asuhan keperawatan gejala diare memonitor
maret selama 3x24 jam 2. Berikan makanan bhaya apa
2019 diharapkan dalam porsi kecil saja yang
kontinensi usus dan lebih sering mungkin bisa
pasien teratasi serta tingkatan membahayak
dengan kriteria hasil : tingkatan porsi an px
1. Mengenali secara bertahap 2. Agar
keinginan 3. Ajari px cara mudahnya
untuk defikasi penggunaan obat tercerna
2. Mempertahan antidiare secara makanan px
kan control tepat 3. Menambah
pengeluaran 4. Beritahu dokter jika pengetahuan
feses terjadi peningkatan px mengenai
3. Meminum frekuensi atau suara penggunaan
cairan secara perut anti diare
adekuat 4. Kerja sama
dengan
doctor untuk
menilai

22
perkembanga
n kesehatan
px

Setelah diberikan 1. Identifikasi hambatan


asuhan kepada untuk merubah prilaku
1. Mencari tau
2 pasien selama 3x24 2. Berikan contoh prilaku
permasalahan
jam diharapkan yang diinginkan
yang dialami
pasien dapat 3. Berikan informasi
px
memahami mengenai mengenai prilaku yang
2. Mengajarkan
promosi kesehatan diinginkan
pasien prilaku
dengan kriteria hasil: 4. Dukung interaksi dengan
yang
1. Strategi individu-individu lain
sebaiknya di
mengelola yang telah berhasil
terapkan px
stress dengan merubah prilaku
3. Menambah
baik
informasi ke
2. Mengetahui
pasien
pemakaian
mengenai
yang aman
prilaku
mengenai obat-
kesehatan
obatan yang
yang baik
diresepkan
4. Mengajak
3. Memperoleh
psien agar
layanan
percaya diri
peningkatan
dan memiliki
kesehatan
keyakinan
1. 4. Memperoleh
lebih baik
strategi untuk
menghidari
bahaya paparan
lingkungan

23
Setelah diberikan 1. Periksa kulit dan
asuhan kepada selaput lendir terkait
pasien selama 3x24 adanya kemerahan, 1. Memonitir
3 jam diharapkan odame, atau drainase keadaan kulit px
membrane mukosa px 2. Amati warna, tekstur 2. Agar mengatahui
kembali membaik pada ekstremitas perubahan
dengan kriteria hasil: 3. Ajarkan px mengenai perubahan yang
1. Suhu kulit asuhan kerusakan di alami kulit px
kembali normal kulit 3. Mengajarkan
2. Perfusi jaringan 4. Dokumentasikan pasien mengenai
kembali normal perubahan membrane pentingnya
3. Tekstur kulit mukosa merawat kulit
kembali 4. Mencatat
membaik perubahan apa
4. Integritas kulit saja yang sudah
kembali di alami px
membaik selama proses
perawatan

D. Implementasi

24
Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk mencapai tujuan
spesifik. Tahap implementasi dimulai setelah rencana intervensi disusun dan ditujukkan
pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan.

E. Evaluasi
Fase terakhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap asuhan
keperawatan yang diberikan dengan melihat perkembangan masalah klien sehingga dapat
diketahui tingkatan-tingkatan keberhasilan intervensi. Evaluasi hasil perencanaan
keperawatan dari masing-masing diagnosa keperawatan dapat dilihat pada kriteria hasil
intervensi keperawatan.

25
BAB III
PENUTUP

3.1 SIMPULAN
Diare adalah gejala kelainan sistem pencernaan, absorbsi, maupun fungsi sekresi
dimana pasien mengalami kehilangan cairan dan elektrolit melalui tinja dengan
frekuensi buang air besar lebih dari empat kali pada bayi dan lebih dari tiga kali pada
anak dengan konsistensi feses cair, dapat berwarna hijau bercampur lendir atau darah,
atau lendir saja.
3.2 Saran
Semogga makalah ini bisa bermanfaat bagi kalangan mahasiswa atau umum,
mencegah lebih baik dari pada mengobati.

26
Daftar Pustaka

Baughman, Diane C. 2000. Keperawatan Medikal – Bedah : Buku Saku untuk Brunner
dan

Suddarth. Jakarta : EGC.

Behrman, Richard E, dkk. 1999. Ilmu Kesehatan dan Anak Nelson, Volume 2. Edisi 15.

Alih Bahasa A. Samik Wahab. Jakarta : EGC.

Corwin, Elizabeth J. 2007. Buku Saku Patofisiologi, Ed. 3; Alih Bahasa, Nike Budhi
Subekti. Jakarta: EGC.

Doctherman, J. McCloskey. 2008. Nursing Interventions Classification (NIC) & Nursing


Outcomes Clasifications (NOC). USA : Mosby.

Grace, Pierce A & Borley, Neil R. 2006. At a Glance Ilmu Bedah. Jakarta : Erlangga.

Herdman, T. Heather. 2013. NANDA Internasional Diagnosis Keperawatan : Definisi dan

Klasifikasi 2012-2014. Jakarta : EGC.

Kee, Joyce L.1996. Farmakologi : Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta: EGC.

Muscari, Mary E. 2005. Panduan Belajar: Keperawatan Pediatrik; Alih Bahasa, Aifrina

Hany. Jakarta: EGC.

Nethina, Sandra, M. 2001. Pedoman Praktek Keperawatan. Alih Bahasa oleh


Setiawan, dkk. Jakarta : EGC.

Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperwatan
Berdasarkan Diagnose Medis dan NANDA NIC-NOC. Yogyakarta:
Mediaction Publishing.

27
Wong, Donna L. dan Eaton, M. H…(et all). 2001. Wong’s Essentials of Pediatric Nursing.

(Ed. 6). Missouri : Mosby.

28

Anda mungkin juga menyukai