Makalah Mut
Makalah Mut
Disusun Oleh:
Diky Gagan Nugraha (4441160013)
Raissa Emily Rachman (4441160019)
Adolf Christian (4441160108)
Fikri Maulana (4441160126)
May Purwanti
Yuda
Kelas : VI A
JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2019
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang. Segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang dengan ridho-Nya
penulis dapat menyelesaikan Penelitian tentang “Analisis biaya dan pendapatan
pada petani timun di kecamatan cipocok jaya’’ ini dengan lancar. Sholawat serta
salam kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW dan untuk para
keluarga, sahabat dan pengikut - pengikutnya yang setia mendampingi Beliau.
Penulis menyadari bahwa untuk mencapai hasil yang memuaskan tidaklah mudah,
karena keterbatasan kemampuan penulis baik dari segi ilmu maupun literatur,
sehingga makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu saran
dan kritik yang bersifat membangun, penulis sangat harapkan untuk menuju ke
arah penyempurnaan makalah ini.
Makalah ini dapat terselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak, maka
sepatutnya penulis menghaturkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-
tingginya, kepada:
1. Sulaeni, SP., M.Si Selaku dosen yang mengajar mata kuliah Manajemen
Usahatani.
2. Bapak Satibi sebagi Ketua kelompok tani pelita dangder dan petani
mentimun
3. Para petani timun yang telah memberikan informasi terkait pertanian
mentimun di kecamatan cipocok jaya kepada penulis.
4. Teman-teman, referensi internet, dan pencipta buku, atas saran, komentar,
teori dalam menyelesaikan laporan penelitian ini.
Akhir penyusun berharap semoga laporan yang jauh dari sempurna ini dapat
memberikan manfaat sekaligus menambah wawasan pengetahuan bagi penyusun
sendiri khususnya dan pembaca pada umumnya.
Penulis
i
LEMBAR PENGESAHAN
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.3 Tujuan...........................................................................................................13
BAB II....................................................................................................................14
BAB III..................................................................................................................16
iii
3.1 Hasil..............................................................................................................16
3.2 Pembahasan..................................................................................................17
BAB IV..................................................................................................................19
KESIMPULAN......................................................................................................19
4.1 Saran.............................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................21
LAMPIRAN...........................................................................................................22
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
ketinggian optimum 1.000 - 1.200 mdpl. Mentimun akan tumbuh dengan baik
pada tanah yang gembur, banyak mengandung humus, tata air baik, mudah
meresapkan air, dan pada pH tanah 6-7 (Tonny, Laksminiwati, Witono dan
Herman, 2014). Mentimun juga memiliki banyak manfaat seperti mengurangi
tekanan darah tinggi, mengandung antioksidan serta dapat mengurangi risiko
terkena kanker prostat, ovarium, rahim dan lainnya.
Pemenuhan permintaan yang ada harus diikuti dengan ketersediaan
sayuran melalui kegiatan budidaya yang dilaksanakan oleh petani. Kebutuhan
akan sayuran tersebut menuntut petani untuk dapat berproduksi dengan
kuantitas dan kualitas yang diinginkan oleh pasar. Kebutuhan sayuran bagi
masyarakat erat kaitannya dengan kebutuhan akan gizi bagi kesehatan
masyarakat itu sendiri. Sayuran merupakan sumber utama dalam pemenuhan
gizi. Setiap sayuran akan memberikan manfaat gizi yang berbeda-beda,
sehingga pemenuhan sayuran secara seimbang sangat diperlukan. kesejahteraan
masyarakat yang dicerminkan dengan meningkatnya akses dan pelayanan
kesehatan yang berkualitas dan terpenuhinya kebutuhan akan gizi masyarakat
yang berkualitas, maka pemenuhan gizi bagi masyarakat khususnya melalui
pemenuhan sayuran menjadi sangat penting dan memerlukan perhatian yang
lebih mendalam. Pemenuhan sayuran bagi masyarakat baik secara kualitas dan
kuantitas menjadi masalah tersendiri dalam bidang pemenuhan kebutuhan
pangan penduduk.
Harga sayuran yang tinggi di tingkat konsumen menyebabkan rendahnya
daya beli masyarakat terhadap sayuran yang berujung pada rendahnya
konsumsi sayuran masyarakat. Harga sayuran eceran yang tinggi tak hanya
merugikan konsumen, tetapi juga petani sebagai produsen sayuran itu sendiri,
hal tersebut dikarenakan petani hanya menerima sebagian kecil dari harga yang
dibayarkan konsumen. Masalah kerugian yang dialami petani tersebut erat
kaitannya dengan marjin harga yang tinggi antara harga di tingkat petani dan
harga di tingkat konsumen. Marjin yang besar tersebut menunjukkan adanya
kinerja yang kurang efisien dalam hal pemasaran sayuran dari produsen kepada
konsumen. Banyak hal yang dapat mempengaruhi kinerja pemasaran tersebut.
2
analisis pendapatan usahatani dilakukan untuk menghitung seberapa besar
penerimaan petani dalam berusahatani yang dikurangi dengan biaya. Besarnya
pendapatan usahatani merupakan ukuran keberhasilan usahatani. Petani dapat
mengetahui gambaran keadaan aktual usahatani melalui analisis pendapatan
usahatani, sehingga dapat melakukan evaluasi dalam perencanaan kegiatan
usahatani pada masa yang akan datang.
Kecamatan Cipocok Jaya menjadi salah satu program peningkatan
produksi mentimun. Modal usahatani yang merupakan salah satu faktor
produksi dalam bentuk dana maupun perlengkapan. Biaya tenaga kerja yang
dinyatakan dalam hari orang kerja (HOK) setiap petani berbeda dalam
pengelolaannya. Pendidikan dalam hal ini memperlihatkan pendidikan terakhir
yang ditempuh oleh petani. Umur memperlihatkan tentang kisaran usia petani
usahatani dan harga dilihat dari tempat hasil panen dijual oleh setiap petani,
dalam hal ini dijual pada pengepul, pabrik, dan dijual bibit. Karena hasil
usahatani bisa mengetahui pengaruh faktor-faktor tersebut yang mampu
mempengaruhi pendapatan petani. Oleh karena itu, kami melakukan Analisis
Usahatani didaerah tersebut. Berdasarkan fenomena dan latar belakang di atas
tersebut, peneliti mencoba untuk melakukan penelitian pada salah satu jenis
tanaman yang banyak di budidayakan oleh petani yaitu Mentimun ( Cucumis
Sativus ) dimana tanaman ini cukup banyak dibudidayakan di daerah Serang
khususnya Kecamatan Cipocok Jaya.
3
1.2 Tujuan
4
BAB II
KEADAAN UMUM KEGIATAN PRAKTIKUM
1. Buku tulis
2. Pulpen
3. Kalkulator
5
ini ke dalam daftar tanaman asli India. Pada akhirnya, tanaman ini menyebar
keseluruh dunia, terutama di daerah tropika. Di Cina, mentimun baru dikenal
abad 2 SM. Jenis mentimun tersebut yaitu sejenis mentimun liar yang dikenal
dengan nama ilmiah Cucumis hardwichini Royle. Menurut ilmu tumbuh-
tumbuhan (botani), mentimun diklasifikasikan ke dalam golongan sebagai
berikut :
6
tangkai daun. Daun tunggal, letak berseling, bertangkai panjang, bentuknya
bulat telur, lebar bertaju 3-7, dengan pangkal berbentuk jantung, ujung runcing,
tepi bergerigi. Buah bulat panjang, tumbuh bergantung, warnanya hijau berlilin
putih, setelah tua warnanya kuning kotor, panjang 10-30 cm, bagian pangkal
berbintil, banyak mengandung cairan. Bijinya banyak, bentuknya lonjong
meruncing pipih, warnanya putih kotor. Buahnya bisa dimakan mentah,
direbus, dikukus atau disayur.
7
pengelolaan itu adalah produktivitas dari setiap faktor maupun produktivitas
dari usahanya. (Hernanto, 1996).
8
mengkoordinasikan faktor-faktor produksi yang dikuasainya dengan
sebaik-baiknya dan mampu memberikan produksi pertanian
sebagaimana yang diharapkan. Pengenalan pemahaman terhadap
prinsip teknik dan ekonomis perlu dilakukan untuk dapat menjadi
pengelola yang berhasil.
5) Produksi, Produksi adalah hasil produksi fisik, yang diperoleh petani
dari hasil usahatani, dalam satu musim tanam dan diukur dalam Kg per
hektar permusim(khusus untuk jenis tanaman yang diusahakan).
Produksi tersebut juga dapat dinyatakan sebagai perangkat prosedur dan
kegiatan yang terjadi dalam penciptaan komoditas berupa kegiatan
usaha tani maupun usaha lainnya.
A. Biaya Usahatani
Konsep biaya memiliki hubungan yang sangat erat dengan konsep produksi.
Biaya produksi total adalah semua pengeluaran yang diperlukan untuk
menghasilkan sejumlah produk tertentu dalam satu kali proses produksi. Biaya
produksi dapat digolongkan atas dasar hubungan perubahan volume produksi,
yaitu biaya tetap dan biaya variable (Mubyarto 1989).
Menurut Suratiyah (2008) Biaya adalah nilai korbanan yang dikeluarkan
untuk memperoleh hasil. Menurut kerangka waktunya, biaya dapat dibedakan
menjadi biaya jangka pendek, dan biaya jangka panjang. Biaya jangka pendek
terdiri dari biaya tetap, dan biaya variabel, sedangkan dalam jangka panjang
semua biaya dianggap/diperhitungkan sebagai biaya variabel. Biaya usahatani
akan dipengaruhi oleh jumlah pemakaian input, harga dari input, tenaga kerja,
upah tenaga kerja, dan intensitas pengelolaan usahatani. Biaya adalah sejumlah
nilai uang yang dikeluarkan oleh produsen atau pengusaha untuk mengongkosi
kegiatan produksi (Supardi, 2004). Menurut Raharja dalam Suratiyah (2008: 8),
biaya – biayatersebut dapat didefinisikan sebagai berikut :
1. Biaya Tetap merupakan biaya yang secara total tidak mengalami
perubahan, walaupun ada perubahan volume produksi atau penjualan
dalam batas tertentu. Artinya biaya yang besarnya tidak tergantung pada
9
besar kecilnya kuantitas produksi yang dihasilkan. Yang termasuk biaya
tetap, seperti gaji yang dibayar tetap, sewa tanah, pajak tanah, alat dan
mesin, bangunan ataupun bunga uang serta biaya tetap lainnya.
2. Biaya variabel merupakan biaya yang secara total berubah-rubah sesuai
dengan perubahan volume produksi atau penjualan. Artinya, biaya variable
berubah menurut tinggi rendahnya output yang dihasilkan, atau tergantung
kepada skala produksi yang dilakukan. Yang termasuk biaya variable
dalam usahatani seperti baiaya bibit, biaya pupuk, biaya obat-obatan, serta
termasuk ongkos tenaga kerja yang dibayar berdasarkan perhitungan
volume produksi.
B. Penerimaan Usahatani
10
tingkat pendapatan ini juga digunakan untuk membandingkan keberhasilan petani
yang satu dengan petani yang lainnya. Soeharjo dan Patong dalam Suratiyah
(2008:16) menyatakan bahwa analisis pendapatan usahatani memerlukan dua
hitungan pokok, yaitu keadaan penerimaan dan keadaan pengeluaran selama
jangka waktu yang ditetapkan. Penerimaan usahatani berwujud tiga hal, yaitu:
1. Hasil penjualan tanaman, ternak, dan hasil ternak
2. Produksi yang dikonsumsikan keluarga
3. Kenaikan nilai industry
11
penerimaan usahatani merupakan perkalian antara produksi yang diperoleh
dengan harga jual, dan biaya usahatani adalah semua pengeluaran yang
dipergunakan dalam suatu usahatani. Secara umum pendapatan usahatani terdiri
dari dua hal pokok yaitu penerimaan dan pengeluaran (biaya) selama jangka
waktu tertentu. Pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan yang
diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan selama berusahatani. Dari segi ekonomi,
keberhasilan
usahatani akhirnya dinilai dari pendapatan yang diperoleh dari usahatani tersebut.
Petani yang rasional selalu berusaha mendapatkan pendapatan yang lebih besar
dari setiap usahanya.
Menurut Tuwo (2011), suatu usahatani dikatakan sukses, kalau situasi
pendapatan yang memenuhi syarat-syarat, yaitu usahatani harus dapat
menghasilkan cukup pendapatan untuk membayar semua pembelian sarana
produksi, cukup untuk membayar bunga modal yang ditanam, cukup untuk
membayar upah tenaga kerja yang dibayar atau bentuk-bentuk upah lainnya, ada
tabungan untuk investasi pengembangan usahatani, serta ada dana yang cukup
untuk membayar pendidikan keluarga dan melaksanakan ibadah serta pajak
pembangunan. Dalam pendapatan usahatani ada dua unsur yang digunakan yaitu
unsur permintaan dan pengeluaran dari usahatani tersebut. Penerimaan adalah
hasil perkalian jumlah produk total dengan satuan harga jual, sedangkan
pengeluaran atau biaya sebagai nilai penggunaan sarana produksi dan lain-lain
yang dikeluarkan pada proses produksi tersebut.
Produksi berkaitan dengan penerimaan dan biaya produksi, penerimaan
tersebut diterima petani karena masih harus dikurangi dengan biaya produksi yaitu
keseluruhan biaya yang dipakai dalam proses produksi tersebut (Suratiyah, 2015).
Pendapatan bersih petani diperoleh dengan rumus sebagai berikut:
Pendapatan = TR – TC
TR = Py . Y
TC = VC + FC
Keterangan :
TR = Total Penerimaan (Rp)
TC = Total Biaya (Rp)
12
Py = Harga per satuan hasil produksi (Rp)
Y = Jumlah Produksi (Rp)
VC = Biaya variabel (Rp)
FC = Biaya tetap (Rp)
13
petani, menambah keterampilan dan pengalaman petani dalam mengelola
usahataninya. Hal ini sangat diperlukan mengingat sebagian besar petani
berpendidikan formal rendah. Jumlah tenaga kerja dalam keluarga akan
berpengaruh pada biaya. Semakin banyak menggunakan tenaga kerja maka
semakin sedikit biaya yang dikeluarkan untuk mengupah tenaga kerja luar
keluarga.
Namun demikian, tidak semua hal berlaku seperti ini. Ada pekerjaan atau
kegiatan tertentu mengejar waktu sehubungan dengan iklim maka harus meminta
bantuan tenaga kerja luar yang berarti harus mengeluarkan biaya. Petani lahan
sempit dengan tenaga kerja keluarga yang tersedia, dapat menyelesaikan
pekerjaan usahataninya tanpa menggunakan tenaga kerja luar yang diupah.
Dengan demikian biaya per usahatani menjadi rendah. Namun jika garapan lahan
lebih luas belum tentu tenaga kerja keluarga mampu mengerjakan semua. Hal ini
dikarenakan adanya faktor-faktor musim dan tanam serempak sehingga segala
kegiatan usahatani harus dapat diselesaikan tepat waktu dengan tenaga kerja luar.
Biaya usahatani menjadi lebih tinggi karena harus memanfaatkan tenaga kerja luar
yang diupah. Modal yang tersedia berhubungan langsung dengan peran petani
sebagai manajer dan juru tani dalam mengelola usahataninya. Jenis komoditas
yang akan diusahakan tergantung modal karena ada komoditas yang padat modal
sehingga memerlukan biaya yang cukup tinggi untuk mengusahakannya.
Demikian pula seberapa besar tingkat penggunaan faktor produksi tergantung
pada modal yang tersedia. Sebagai juru tani harus tahu persis banyaknya masing
masing faktor produksi yang diperlukan. Oleh karena biasanya petani sebagai
manajer tidak dapat menyediakan dana maka terpaksa penggunaan faktor produksi
tidak sesuai dengan ketentuan yang seharusnya. Akibatnya, produktivitas rendah
dan pendapatan juga rendah.
Faktor eksternal dari segi faktor produksi (input) terbagi dalam dua hal,
yaitu ketersediaan dan harga. Lain halnya dengan faktor internal yang pada
umumnya diatasi petani. Faktor ketersediaan dan harga faktor produksi
benarbenar tidak dapat dikuasai oleh petani sebagai individu berapapun dana
tersedia. Namun, jika faktor produksi berupa pupuk tidak tersedia atau langka di
pasaran maka petani akan mengurangi penggunaan faktor produksi. Demikian
14
pula jika harga pupuk sangat tinggi bahkan tidak terjangkau. Semuanya itu pasti
berpengaruh pada biaya, produktivitas, dan pendapatan dari usahatani. Demikian
juga dari segi produksi (output), jika permintaan akan produksi tinggi maka harga
ditingkat petani tinggi pula sehingga dengan biaya yang sama petani akan
memperoleh pendapatan yang tinggi pula. Sebaliknya, jika petani telah berhasil
meningkatkan produksi, tetapi harga turun maka pendapatan petani akan turun
pula.
TC = FC + VC
∏ = TR – TC
15
Dimana : ∏ = Pendapatan
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Tabel Biaya Tetap
No Deskriptif Jumlah Harga (Rp.)
1. Sewa Lahan Satu Tahun 6.000.000
2. Pembuatan Ajir Dalam 1 Hektar 25.000
3. Musa 11 Roll 6.600.000
4. Tali Rapia 6 Bal 600.000
5. Benih 1 Sachet 25.000
Total 13.250.000
16
3.2 Pembahasan
Dalam observasi kali ini kelompok kami menemukan satu kelompok tani
yang di dalam nya ada 5 orang petani yang memproduksi timun, kelima petani
ini tergabung dalam satu kelompok tani yang diketuai oleh pak satibi. Di atas
ialah biaya-biaya yang dikeluarkan para petani ini dalam menanam timun.
• Analisis Pendapatan
∏ = TR – TC
TR = P X Q
= 2.000 X 32.000
= 64.000.000
TC = 44.619.000
17
∏ = TR – TC
= 64.000.000 – 44.619.000
= 19.381.000
Dimana : ∏= Pendapatan
TR= Total Revenue
TC= Total Cost
BAB IV
KESIMPULAN
18
Biaya usahatani dihitung berdasarkan jumlah nilai uang yang benar-
benar dikeluarkan oleh petaniuntuk membiayai kegiatan usahataninya
yang meliputi biaya produksi, biaya tenaga kerja, dan biaya lain-lain. Dan
pendapatan usahatani dalam penelitian ini dihitung berdasarkan biaya-
biaya yang tertera pada hasil dan pembahasan diatas.
Dalam sekali proses tanam, petani timun ini memproduksi
sebanyak 32 ton timun yang dimana timun ini dijual seharga 2.000
perkilogramnya. Akan tetapi tergantung pasar juga dalam penentuan
harganya. Jika seperti biasanya petani menjual 2.000 perkilogramnya
sedangkan jika pada saat timun tidak bisa dijual seharga 2.000
perkilogramnya petani mengalami kerugian. Dan apabila harga timun
lebih dari 2.000 perkilogramnya maka petani mendapatkan keuntungan
yang lumayan besar. Hal seperti ini langka terjadi. Kebanyakan dan yang
paling sering ialah pada harga 2.000 perkilogram.
FC = 13.250.000
VC = 31.369.000
TC = FC+VC = 13.250.000+31.369.000 = 44.619.000
∏ = TR – TC
TR = P X Q
= 2.000 X 32.000
= 64.000.000
TC = 44.619.000
∏ = TR – TC
= 64.000.000 – 44.619.000
= 19.381.000
Dalam hasil observasi ini dapat disimpulkan bahwa petani
menerima pendapatan/keuntungan sebesar Rp 19.381.000.-
4.1 Saran
Saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah:
19
1. Petani diharapkan terus mengembangkan usahatani mentimun, karena
secara ekonomi usahatani mentimun menguntungkan dan layak untuk
dikembangkan.
2. Pemerintah daerah diharapkan dapat menetapkan program pengembangan
usahatani mentimun, sehingga dapat meningkatkan mutu hasil mentimun,
misalnya dengan diintensifkannya program penyuluhan tentang
penanaman, pemeliharaan, dan penanganan pasca panen, sehingga dapat
meningkatkan kualitas dan harga jual mentimun.
3. Peneliti lain diharapkan dapat melanjutkan dan mengembangkan
penelitian sejenis atau penelitian lanjutan seperti, analisis risiko usahatani
mentimun dan pengembangan agribisnis guna menambah nilai tambah.
DAFTAR PUSTAKA
Hernanto. F. 1996. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta
20
Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta:Lembaga Penelitian,
Pendidikan dan Penerangan ekonomi dan Sosial (LP3ES).
Soekartawi, Soeharjo A, Dillon JL, Hardaker JB. 1986. Ilmu Usahatani dan
Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. Jakarta (ID): UI-Press
Soekartawi. 1996. Ilmu Usahatani dan Penelitian Untuk Pengembangan Pertanian Kecil.
Rajawali Press. Jakarta.
Tuwo, M.A. 2011. Ilmu Usahatani Teori dan Aplikasi Menuju Sukses. Unhalu Press.
Kendari.
LAMPIRAN
21