PENDAHULUHAN
1.1 Latar Belakang
Saluran pencernaan merupakan suatu saluran kontinu yang berjalan dari mulut sampai
anus. fungsi utama system pencernaan adalah untuk memindahkan zat gizi atau nutrient
seperti air dan elektrolit dari makanan yang dimakan kedalam lingkungan internal tubuh.
Perdarahan saluran cerna merupakan merupakan masalah yang sering dihadapi.
manifestasinya bervariasi mulai dengan perdarahan massif yang mengancam jiwa hingga
perdarahan samar yang tidak dirasakan. Pendekatan pada pasien dengan perdarahan dan
lokasih perdarahan saluran pencernaan adalah menentukan beratnya perdarahan dan lokasih
perdarahan. Perdarahan saluran cerna dapat menyerang semua orang dan semua golongan.
Perdarahan saluran pencernaan akut merupakan masalah kegawatan medis dengan jumlah
penderita yang masuk rumah sakit 7000 orang pertahun di skotlandia. Berdasarkan laporan
penelitian di Inggris tahun 2007, angka mortalitas akibat perdarahan saluran percernaan akut
mencapai 7%. Sedangkan insidensi kejadian perdarahan saluran pencernaan akut di
Skotlandia Barat mencapai 170/100.000 penduduk dengan angka mortalitas 8,2%
(SIGN,2008).
Perdarahan saluran cerna dapat dibagi menjadi dua,yaitu perdarahan saluran cerna bagian
atas dan perdarahan saluran cerna bagian bawah. Perdarahan saluran cerna bagian atas adalah
perdarahan yang terjadi disaluran cerna yang dimulai dari mulut hinga ke 2/3 bagian
duodenum atau perdarahan saluran cerna merupakan masalah kegawatan dengan angka
mortalits dirumah sakit sebesar 10%. Walaupun sudah ada perbaikan manajemen penangan
perdarahan signifikan sejak 50 tahun yang lalu (national institute for health and clinical
execellance, 2012).
Perdarahan saluran cerna bagian bawah adalah perdarahan yang berasal dari usus
disebelah distal ligamentum treitz. Pasien dengan perdarahan saluran cerna bagian bawah
datang dengan keluhan darah segar sewaktu buang air besar. Berpengaruh pada tekanan
darah. Hanya 25% pasien dengan perdarahan berat dan berkelanjutan pada tekanan darah
(Edelma, 2007). Angka kejadian perdarahan saluran cerna bagian bawah di AS mencapai 22
kasus/100.000 penduduk dewasa pada tahun 2007. Walaupun sudah berkembang
pemeriksaan diagnostic yang canggi, namun 10% dari jumlah kasus perdarahan saluran cerna
bagian bawah, lokasih perdarahan tidak bisa teridentifikasi (Edelman 2007).
Pengobatan dan perawatan pada pasien dengan perdarahan saluran cerna seharusnya
memperhatikan kebuthan pasien, hal yang disukai pasien. Serta memperhatikan aspek
spiritual dan dan kepercayaan pasien. Komonikasi yang baik dan efektif antara pasien dan
petugas kesehatan mutlak diperlukan. Selain itu pelayanan keperawatan yang di berikan
harus mengacu pada aspek biopsikososiokultural dan spiritual pasien. (National institute for
health and clinical execellence, 2012).
2.2 Etiologi
1) Secara umum penyebab perdarahan saluran cerna dibagi menjadi dua, yaitu penyebab
mayor dan minor. Penyebab mayor perdarahan saluran pencernaan bagian atas adalah
(Cappel, 2008) :
a. Peptic ulcer
Tukak ini berkaitan dengan infeksi H. pylori (80%) dan bisa juga dengan dengan
aspirin/OAINS. Tukak peptic terdapat di lambung , duodenum, esophagus, dan
diverticulum Meckel, dan hebat tidaknya perdarahan tergantung dari caliber
pembuluh darah yang terluka
b. Varises esophagus dan gaster
Perdarahan saluran cerna bagian atas karena varises terjadi pada 25-30% pasien
sirosis hati, dengan angka kematian dari tahun 1971 sampai 1981 diberbagai
penelitian di Indonesia 30-60%. Harapan hidup selama 1 tahun sesudah perdarahan
pertama sekitar 32-80%. Varices esophagus dan gaster disebabkan karena
peningkatan aliran darah dalam vena-vena kolateral dari aliran dara porta melalui
vena gastrica coronaria akibat hipertensi portal. Perdarahan varises ini terjadi bila
hepatic venous gradient melebihi 12 mmhg. Pasien dengan gastropati hipertensi
portal tidak selalu disertai dengan varises gastroesofageal yang nyata. Bila terjadi
perdarahan pada pasien kelompok gastropati ini, biasanya lebih banyak kronik dan
tersamar (utama, 2012).
c. Perdarahan pada gastritis
Gastritis merupakan inflamasi atau iritasi pada lapisan gaster. Gastritis merupakan
penyakit dengan banyak penyebab. Sebagian besar penderita gastritis akan merasa
nyeri atau ketidaknyamanan pada perut bagian atas. Helicobacter pylori merupakan
bakteri yang sering menginfeksi lambung. Infeksi akibat bakteri ini bisa
menyebabkan gastritis kronik. Gastritis merupakan masalah medis yang sering
terjadi. Sepuluh persen dari pasien yang datang ke unit emergensi mengeluh nyeri
pada perut sebelum akhirnya didiagnosa gastritis (Balentine, 2012).
d. Esophagitis dan gastropati
Esophagitis dan gastropati adalah suatu peradangan esophagus dan lambung
disebabkan biasanya oleh asam lambung/refluxate lain misalnya pada obat-obat
OAINS/NSAIDS. Gastropati bisa juga terjadi pada pasien dengan sakit berat
miasalnya pasien dengan ventilator, sepsis/multi organs failure (MOF).
e. Duodenitis
Duodenitis merupakan inflamasi pada duodenum. Penyebabnya adalah helicobacter
pylori. Duodenitis dapat menyebabkan nyeri pada perut, perdarahan, serta gejalah
gastrointestinal lain. Banyak orang terinfeksi Helicobacter pylori sejak usia mudah,
tetapi tanda dan gejalah akan muncul saat usia dewasa.
f. Mallory-Weiss tear
Sindroma Mallory- Weiss merupakan bentuk perdarahan dari lapisan lendir diantara
lambung dan esophagus. Adapun gejalah utama yang sering di timbulkan akibat
sindroma ini adalah suatu sensasi mual muntah yang hebat. Robekan ini bisa
disebabkan akibat batuk-batuk yang hebat, kejang hebat pada epilepsy, gangguan pola
makan, hernia hiatal, dan kebiasaan mengonsumsi alcohol dalam jumlah yang
banyak, atau pada beberapa kasus sindroma morning sickness akibat frekuensi mual
muntah yang sangat tinggi juga berpotensi menyebabkan robekan Mallory-Weiss.
Tidak selamanya muntah-muntah adalah suatu bentuk gejalah dari Mallory-Weiss itu
sendiri, melainkan gejalah yang nyata bisa disertai dengan muntah yang disertai
dengan darah, atau warna feses yang kehitaman atau melena sebagai akibat
penguraian darah oleh asam lambung yang membentuk hematin. Pengobatan utama
biasanya dengan obat-obatan dan operasi penghentian perdarahan, dan adalah suatu
kejadian yang sangat langka sindroma ini berkelanjutan pada tingkat kematian.
Diagnosis untuk menegakan sindroma ini adalah hanya dengan melalui pemeriksaan
endoskopi
g. Angiodisplasia
Angiodisplasia merupakan lesi vascular pada saluran percernaan, dan biasanya
bersifat asymptomatic sehingga bisa menyebabkan perdarahan saluran pencernaan.
Dinding pembuluh darah tipis dengan otot polos atau tidak dengan pembuluh darah
yang tipis. Angiodisplasia paling sering terjadi pada caecum dan juga kolon asenden
proximal. 77% kejadian angiodisplasia terjadi di kolon asenden dan caecum, 15%
terjadi di jejenum dan ileum, sisanya terjadi di sepanjang saluran pencernaan. Typical
lesi pada angiodisplasia adalah kecil (<5mm).
Angiodisplasia merupakan penyebab kedua terjadinya perdarahan saluran pencernaan
setelah diverticulosis selama kurun waktu 60 tahun ini. Prevalensi angiodisplasia
pada saluran cerna bagian atas sekitar satu –dua persen, sedangkan pada saluran cerna
bagian bawah dan bisa berdampak pada perdarahan saluran cerna bagian bawah
adalah enam persen. Angiodisplasia pada usus kecil, 30-40% merupakan penyebab
kasus perdarahan saluran pencernaan. Hasil analisis kolonoscopy retrospectif
menunjukan bawah 12, 1% dari 642 orang tanpa gejalahi irritable bowel syndrome
(IBS) dan 11,9% dari orang dengan gejalah irritable bowel syndrome (IBS) memiliki
angiodisplasia kolon (Thomson, 2011).
h. Tumor saluran cerna bagian atas
i. Dieulafoy lesion
Dieulafoy ulcer adalah suatu keadaan arteri submukosa yang dilatasi dan rupture
sehingga timbul perdarahan saluran cerna. Biasanya terdapat pada cardiac lambung
namun bisa juga terjadi di sepanjang saluran cerna. Sumber perdarahan sukar terlihat
dengan endoscopi bila tidak sedang berdarah karena lesi ini dikelilingi mukosa yang
normal. Pengobatan dengan endoscopi atau angiografi.
Sedangkan penyebab minor perdarahan saluran pencernaan bagian atas adalah
(Cappel, 2008) :
a. Cameron lesion
Cameron lesion merupakan erosi pada lipatan mukosa pada kesan diafragma pada
pasien dengan hernia hiatus yang besar. Relevansi klinis dari Cameron lesion
adalah komplikasih potensial yang bisa berdampak pada perdarahan saluran
pencernaan, dan anemia. Diagnosis Cameron lesion biasanya ditegakkan dengan
melakukan endoscopi (Maganty, 2008).
b. Gastric antral vascular ectasia (Watermelon stomach)
Gastric antral vascular ectasia (GAVE) atau Watermelon stomach merupakan
penyebab signifikan kehilangan darah akut pada lansia. GAVE ditandai dengan
adanya gambaran corak semangka pada pemeriksaan endoscopy. Walaupun hal
ini terkait dengan kondisi medis yang heterogen, termasuk hepar, kidnay, dan
penyakit jantung, namun patofisiologi belum diketahui.
c. Portal hypertensive gastrophaty
Portal hypertensive gastrophaty memiliki karakteristik adanya penampilan
mosaic seperti pola dengan atau tanpa bintik-bintik merah dari mukosa lambung
pada gambaran endoscopy pasien dengan sirosis atau tanpa sirosis portal
hypertension. Portal hypertensive gastrophaty biasanya terjadi pada fundus
lambung. Temuan histologi pada Portal hypertensive gastrophaty adalah adanya
dilatasi pada kapiler serta vena di mukosa dan submukosa tanpa erosi, inflamasi
dan thrombus fibrinous.
d. Post kemoterapi atau radiasi
Terapi radiasi dapat menyebabkan perubahan lapisan mukosa pada usus. Ketika
terapi radiasi dilakukan pada pasien dengan kanker abdomen dan pelvis,
perdarahan karena kerusakan mukosa dinding kolon dapat terjadi. Komplikasi
dapat terjadi secara cepat maupun lambat dengan rentang waktu rata-rata 9-15
bulan.
e. Polip gastric
Polip gastric merupakan pertumbuhan jinak yang berbentuk bulat yang tumbuh
kedalam rongga lambung. Polip gastric berasal dari epitel lambung atau
submukosa dan menonjol kedalam lumen lambung. Polip gastric berpotensi
menimbulkan malignansi. Jika Polip gastric tidak segera dilakukan intervensi,
maka kanker lambung mungkin dapat terjadi (Goddard, 2010).
f. Aortoenteric fistula
Aortoenteric fistula merupakan penyebab jarang pada perdarahan saluran
pencernaan. Angka kematian yang relative tinggi, dengan angka kejadian yang
rendah membuat tantangan diagnostic dan manajemen. Aortoenteric fistula
merupakan komunikasi antara aorta dan saluran pencernaan. Diagnosis
Aortoenteric fistula harus dipertimbangkan dalam setiap pasien dengan
perdarahan saluran pencernaan dan sejarah masa lalu dari operasi aorta
(MacDougall, 2010).
g. Connective tissue disease
Connective tissue disease merupakan penyakit yang memiliki jaringan ikat di
tubuh sebagai sebagai target utama patologi. Jaringan ikat merupakan bagian
structural tubuh yang pada dasarnya memegang sel-sel tubuh secara bersama-
sama. Bentuk jaringan ikat seperti kerangka, atau matric pada tubuh. Jaringan ikat
terdiri dari dua molekul utama protein yaitu kolagen dan elastin. Kebanyak
Connective tissue disease diakibatkan aktivitas system imun tubuh yang abnormal
dengan inflamasi di jaringan sebagai akibat dari system imun yang menyerang
jaringan tubuh itu sendiri (autoimun) (Sheil, 2012).
h. Hemosuccus pancreaticus
Hemosuccus pancreaticus merupakan perdarahan dari papilla vater melalui
kelenjar pancreas. Hemosuccus pancreaticus jarang menyebabkan perdarahan
pada saluran cerna bagian atas. Kesulitan dalam menentukan lokasi perdarahan
kadang-kadang menyebabkan keterlambatan pengobatan dan kondisi kritis
(Toyoki, 2008).
i. Sarcoma Kaposi
Sarcoma Kaposi adalah tumor yang disebabkan oleh virus human herves virus 8
(HHV8). Sarcoma Kaposi pertama kali dideskripsikan oleh Moritz Kaposi.
Seorang ahli ilmu penyakit kulit Hongaria di Universitas Wina tahun 1872.
Sarcoma Kaposi secara luas di ketahui sebagai salah satu penyakit yang muncul
akibat dari AIDS pada tahun 1980-an. Sarcoma Kaposi dapat ditemui pada
kulit,tetapi biasanya bisa menyebar kemanapun, terutama pada saluran
pencernaan dan saluran pernapasan. Perkembangan sarcoma dapat terjadi lambat
sampai sangat cepat, dan berhubungan mortalitas dan morbiditas yang penting.
Sarcoma Kaposi pada saluran pencernaan biasanya terjadi pada Sarcoma Kaposi
dengan yang berhubungan dengan transplantasi atau yang berhungan dengan
AIDS, dan dapat muncul dengan tidak adanya gangguan sarcoma Kaposi pada
kulit. Lesi saluran pencernaan menyebabkan turunnya berat badan, muntah, diare,
berdarah, malabsorpsi, atau gangguan perut.
2) Penyebab dari perdarahan saluran cerna bagian bawah adalah (Edelman,2007).
a. Diveriticulosis
Perdarahan dari diverticulosis biasanya tidak nyeri dan terjadi pada 3% pasien
Diverticulosis. feces biasanya berwarna merah marun, kadang kadang bisa juga
menjadi merah. Meskipun diverticulosis kebanyakan ditemukan di colon sigmoid,
namun pendarahan diverticulosis biasanya terletak disebelah kanan. Umumnya
terhenti secara spontan dan tidak berulang. Oleh karena itu tidak ada pengobatan
khusus yang dibutuhkan oleh para pasien.
b. Hemorrhoids
Penyakit perianal contohnya: hemorrhoids dan fisura ani biasanya menimbulkan
perdarahan dengan warna merah segar tetapi tidak bercampur dengan feces. berbeda
dengan perdarahan dari farises rectum pada pasien dengan hipertensi portal kadang-
kadang bisa mengancam nyawa. Polip dan karsinoma kadang-kadang menimbulkan
perdarahan yang mirip dengan yang disebabkan oleh hemorrhoids, oleh karena itu
pada perdarahan yang di duga dari hemorrhoids perlu dilakukan pemeriksaan untuk
menyingkirkan kemungkinan polip dan karsinoma colon.
c. Kanker
Tumor kolon yang jinak maupun ganas yang biasanya terdapat pada pasien usia lanjut
dan biasanya berhubungan dengan ditemukannya perdarahan berulang atau darah
samar. Kelainan neoplasma di usus halus relatif jarang namun meningkat pada pasien
inflammatory bowel disease seperti crohn`s disease atau celiac spure.
d. Inflammatory bowel disease
Macam-macam kondisi peradangan dapat menyebabkan perdarahan saluran cerna
bagian bawah yang akut. perdarahan jarang muncul menjadi tanda, melainkan
berkembang dalam perjalanan penyakitnya, dan penyebabnya di duga berdasarkan
riwayat pasien kebanyakan perdarahan berhenti secara spontan atau dengan terapi
spesifik pada penyebabnya. Penyebab infeksi meliputi escherichia coli, tifus,
sitomegalovirus, dan klostridium difficile. Cidera radiasi paling umu terjadi pada
rectum setelah radioterapi panggul untuk prostat atau keganasan ginekologi.
Perdarahan biasanya terjadi satu tahun setelah pengobatan radiasi,tetapi dapat juga
terjadi hingga 4 tahun kemudian.
e. Kolitis iskemia
Kebanyakan kasus klitis iskemia di tandai dengan penurunan aliran darah visceral dan
tidak ada kaitannya denga penyempitan pembuluh darah mesenteik. kolitis iskemia,
merupakan bentuk yang paling umum dari cidera iskemik pada system pencernaan,
sering melibatkan daerah batas air, termaksud fleksuralienalis dan rektosigmoid
junction. Umumnya pasien kolitis iskemia berusia tua dan kadang-kadang
dipengaruhi juga oleh sepsis, perdarahan akibat lain, dan dehidrasi.
Iskemia menyebabkan peluruhan mukosa dan peluruhan ketebalan parial dinding
colon, edema, dan perdarahan. Kolitis iskemia tidak berhubungan dengan kehilangan
darah yang signifikan atau hemato chezia, walapun sakit perut dan diare berdarah
adalah manifestasi klinis yang sama.
f. Angiodisplasia
Angio displasia merupakan penyebab 10-40% perdarahan aluran cerna bagian bawah.
angio displasia merupakan salah satu penyebab kehilagan darah yang kronik. angion
displasia colon biasanya multipel, ukuran kecil dengan diameter kurang dari lima
meter dan biasa terlokalisir di daerah caecum dan colon sebelah kanan. sebagaimana
halnya dengan vascular ektasia di saluran cerna, jejas di colon umumnya
berhubungan dengan usia lanjut, insufisiensi ginjal, dan riwayat radiasi.
g. Solitary rectal ulcer syndrome
Solitary rectal ulcer syndrome merupakan suatu kondisi yang terjadi ketika terdapat
ulcer yang berkembang pada rectum. Rectum merupakan sebuah saluran yang di
hubungkan sampai pada akhir colon. Solitary rectal ulcer syndrome jarang terjadi dan
juga jarang terdeteksi pada penderita dengan konstipasi kronik. Solitary rectal ulcer
syndrome dapat menyebabkan perdarahan pada recktal saat aktifitas mengejan pada
waktu BAB.
2.3 patofisiologi
Penyakit ulkus peptikum adalah penyebab yang paling utama dari perdarahan
gastrointestinal bagian atas. Ulkus ini ditandai oleh rusaknya mukosa sampai mencapai
mukosa muskularis. Ulkus ini biasanya dikelilingi oleh sel-sel yang meradang yang akan
menjadi granulasi dan akhirnya jaringan parut. Sekresi asam yang berlebihan adalah penting
untuk pathogenesis penyakit ulkus. Kerusakan kemampuan mukosa untuk mensekresi mucus
sebagai pelindung juga telah diduga sebagai penyebab terjadinya ulkus. Faktor-faktor risiko
untuk terjadinya penyakit ulkus peptikum yang telah dikenal, termasuk aspirin dan obat anti
inflamasi nonsteroid, keduanya dapat mengakibatkan kerusakan mukosa. Merokok juga
berkaitan dengan penyakit ini dan selain itu, sangat merusak penyembuhan luka.
Ulkus akibat stress ditemukan pada pasien yang mengalami sakit kritis dan ditandai
dengan erosi mukosa. Lesi yang berkaitan dengan pasien yang mengalami trauma hebat
secara terus-menerus, pasien yang mengalami sepsis, luka bakar yang parah, penyakit pada
system saraf pusat dan kranial, dan pasien yang menggunakan dukungan ventilator untuk
jangka lama. Rentang abnormalitas adalah haemoragi pada permukaaan yang kecil sampai
ulserasi dalam dengan haemoragi massif. Hipoperfusi mukosa lambung diduga sebagai
mekanisme utama. Penurunan perfusi diperkirakan memiliki andil dalam merusak sekresi
mucus, penurunan PH mukosa dan penurunan tingkat regenerasi sel mukosa. Semua factor
ini turut andil dalam terjadinya ulkus.
Dalam gagal hepar sirosis kronis, kematian sel dalam hepar mengakibatkan peningkatan
tekanan vena porta. Sebagai akibatnya terbentuk saluran kolateral dalam submukosa
esophagus dan rectum serta pada dinding abdominal anterior untuk mengalikan darah dari
sirkulasi splanknik menjauh hepar dengan meningkatnya tekanan dalam vena ini, maka vena
tersebut menjadi mengembang oleh darah dan membesar. Pembuluh yang berdilatasi ini
disebut varises dan dapat dipecah, mengakibatkan haemoragi gastrointestinal massif.
Haemoragi gastrointestinal bagian atas mengakibatkan kehilangan volume darah tiba-
tiba, penurunan arus balik vena ke jantung, dan penurunan curah jantung. Jika perdarahan
menjadi berlebihan, maka akan mengakibatkan penurunan perpusi jaringan. Dalam berespons
terhadap penurunan curah jantung, tubuh melakukan mekanisme kompensasi untuk mencoba
mempertahankan perfusi. Mekanisme ini menerangkan tanda-tanda dan gejalah utama yang
terlihat pada pasien saat pengkajian awal. Jika volume darah tidak digantikan penurunan
perfusi jaringan mengakibatkan disfungsi seluler. Sel-sel akan berubah menjadi metabolism
anaerobic, dan terbentuk asam laktat sehingga merangsang reseptor nyeri yaitu bradikinin
dan serotonin yang menyebabkan nyeri otot. Penurunan aliran darah akan memberikan efek
pada seluruh system tubuh, dan tanpa suplai oksigen yang mencukupi system tersebut akan
mengalami kegagalan (Hudak, 2010).
PATHWAY
Peptic ulcer, alcohol,rokok diveriticulosis, hemorrhoids,
Varises esophagus, aspirin, oains kanker, inflamatori bowei
dan gaster, gastriis, disease, colitis iskemia,
esophagitis, dan angiodisplasia, solitary rectal
gastro pati, duodenitis, ulcer syndrome
Mallory-weiss tear,
Angiodisplasia,
Tumor sal. cerna
bagian atas,
dielafoy lesion,
polip gasric
Disfungsi seluler
kebutuhan
asam laktat
hipoksia
Merangsang nyeri
3.1 PENGKAJIAN
Riwayat Kesehatan
Meliputi: keluhan utama, riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatah dahulu.
Di luar kondisi kegawatdaruratan yang memerlukan penanganan cepat untuk
menyelamatkan jiwa, suatu pengkajian sistem gastrointestinal diawali dengan
pengumpulan riwayat kesehatan. Pasien harus ditanyakan tentang semua masalah-
masalah yang lalu seperti anoreksia, salah cerna, disfagia, mual, muntah, nyeri, ikterik,
konstipasi, gas, diare, perdarahan atau hemoroid. Adalah penting untuk mengetahui
secara keseluruhan dan memperluas pada respons yang positif untuk menentukan kapan
masalah tersebut muncul, apakah telah mencari bantuan medis, apa yang yang menjadi
faktor pencetus timbulnya gejala, apa yang dapat meringankan gejala tersebut, dan apa
yang membuatnya lebih parah, serta apakah ada masalah lain yang sedang
dihadapi. Riwayat nutrisi adalah penting dan harus mencakup tentang masukan diet,
alergi makanan, intoleransi makanan, diet khusus, kesulitan menelan (disfagia), dan
masukan alcohol serta kafein. Pasien harus ditanyakan tentang perubahan berat badan
terakhir, kebiasaan BAB, operasi yang baru dialami (termasuk pemeriksaan gigi) dan
riwayat keluarga tentang ulkus, colitis, atau kanker. Nyeri yang berasal dari sistem
gastrointestinal (GI) bervariasi tergantung pada penyebab yang mendasari asalnya. Nyeri
harus dideskripsikan berdasarkan tipe, lokasi, kualitas, lama waktu, karakter dan awitan.
Tanda-tanda yang berhubungan (misalnya : hiperventilasi, menahan napas, dan
takikardia).
Pemeriksaan fisik perdarahan saluran pencernaan difokuskan pada lima gambaran
berikut:
1. Keadaan Umum: Aktivitas motorik, kesadaran, posisi tubuh, perubahan status nutrisi
yang terjadi belakangan ini dalam berat badan, kebiasaan makan, dan penampilan
status kesehatan.
2. Kulit: Warna (ikterik, sianosis, pucat), turgor, edema, tekstur (berminyak, kering),
dan kondisi dermatologis.
3. Mata: Warna skelera, mata cekung, warna konjung tiva
4. Abdomen: Ukuran, bentuk, perubahan warna kulit, tonjolan yang nampak, jaringan
parut, fistula, pengembangan respirasi yang terbatas, lipatan kulit yang berlebihan
(mengindikasikan otot yang lemah), bising usus
5. Mulut: warna bibir, kelembapan mukosa bibir, ada stomatitis tidak
6. Leher: JVP: tidak ada peninggian JVP, Refleks menelan: klien dapat menelan
dengan baik atau tidak
Kelenjar thyroid: tidak tampak pembesaran atau ada pembesaran
Pemeriksaan penunjang
1. Sinar X
Serangkaian pemeriksaan abdomen, atau gambaran abdomen dalam tiga cara, terdiri
atas film abdomen datar, film abdomen atas dan dada bagian atas dengan pasien
berdiri tegak, dan film dimana pasien dalam posisi miring pada salah satu sisi
(dekubitus).
2. Endoskopi Gastrointestinal
Prosedur ini merupakan suatu tambahan penting pada pemeriksaan barium karena
prosedur itu memungkinkan untuk dilakukan pengamatan langsung tentang bagian-
bagian traktus intestinal. Instrumen yang digunakan adalah endoskop serat optic yang
lentur. Alat ini dirancang dengan ujung yang dapat digerakkan sehingga operator
dapat memanipulasi sepanjang saluran intestinal. Alat itu mempunyai saluran
instrumen yang memungkinkan untuk biopsy lesi, seperti tumor, ulser atau
peradangan. Cairan dapat diaspirasikan dari lumen saluran intestine dan udara dapat
dihembuskan untuk menggelembungkan saluran intestine sehingga mempermudah
pengamatan. Apus sitologi dan jerat elektrokauteri dapat juga dimasukkan melalui
alat ini.
3. Kolonoskopi
Kolonoskopi digunakan untuk mengevaluasi adanya tumor, peradangan atau oplip di
dalam kolon. Kolonoskopi juga dapat digunakan untuk mengevaluasi kondisi daerah
anstomotik dari pembedahan dan mengkaji derajat striktura baik karena pembedahan
atau peradangan. Kolonoskop dapat dimasukkan melalui rektum menuju sepanjang
kolon ke dalam sekum.
4. Pemeriksaan Barium Kontras
Pemeriksaan diagnostic ini sangat penting untuk menemukan abnormalitas di dalam
saluran intestinal. Penyinaran sinar X pada gastrointestinal bagian atas atau telan
barium dilakukan dengan meminta pasien minum minuman yang telah dicampur
dengan barium radioopak, sementara ahli radiologi mengamati penyalutan dari bahan
ini di dalam esofagus, lambung dan usus halus
5. Ultrasonografi
Pemeriksaan noninvasive ini menggunakan gelombang echo untuk mendeteksi
adanya abnormalitas dalam rongga abdomen. Dilatasi dari duktus empedu komunis,
distensi kandung empedu karena batu empedu, dan abnormalitas pancreas seperti
tumor, pseudokis, atau abses dapat ditemukan. Aneurisme aorta dapat diperhitungkan
untuk membantu memutuskan apakah diperlukan pembedahan eksisi. Penebalan
kolon desenden dan kolon sigmoid dengan abses perikolonik yang disebabkan oleh
kondisi seperti divertikolusis dapat diidentifikasikan. Prosedur ini biasanya dilakukan
pada bagian radiologi rumah sakit.
6. Computed Axial Tomography (CT) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI).
Tumor pada hati, pancreas, esofagus, lambung dan kolon dapat diidentifikasi
menggunakan pemeriksaan ini.
7. Arteriografi
Prosedur ini sangat berguna untuk menentukan tempat perdarahan yang biasanya sulit
ditentukan. Kateter ditempatkan baik pada arteri mesenterika superior dan inferior,
dan disuntikan kontras. Arteriografi juga sangat membantu dalam menemukan
aneurisme aorta.
8. Parasentesis
Keran peritoneal dengan lavage rongga peritoneal akan sangat membantu dalam
kasus trauma dimana harus ditemukan adanya perdarahan intraabdomen. Prosedur ini
juga sangat membantu menentukan apakah terjadi pancreatitis dengan melakukan
pengukuran amilase dan lipase dalam cairan yang diaspirasi dan apakah terdapat
tumor pada jaringan dengan pemeriksaan sitologi.
l. Pemeriksaan laboratorium
Haemo globin, hematocrit, leukosit, analisis gas darah arteri
4.1 Kesimpulan
Perdarahan saluran cerna dapat dibagi menjadi dua,yaitu perdarahan saluran cerna
bagian atas dan perdarahan saluran cerna bagian bawah. Perdarahan saluran cerna bagian
atas adalah perdarahan yang terjadi disaluran cerna yang dimulai dari mulut hinga ke 2/3
bagian duodenum atau perdarahan saluran cerna merupakan masalah kegawatan dengan
angka mortalits dirumah sakit sebesar 10%. Walaupun sudah ada perbaikan manajemen
penangan perdarahan signifikan sejak 50 tahun yang lalu (national institute for health and
clinical execellance, 2012).
Perdarahan saluran cerna bagian bawah adalah perdarahan yang berasal dari usus
disebelah distal ligamentum treitz. Beberapa penyebab perdarahan saluran cerna bagian
atas: Peptic ulcer, Varises esophagus dan gaster, Perdarahan pada gastritis, Esophagitis
dan gastropati, Duodenitis, Mallory-Weiss tear, Angiodisplasia, Tumor saluran cerna
bagian atas, Dieulafoy lesion, Cameron lesion, Gastric antral vascular ectasia
(Watermelon stomach), Portal hypertensive gastrophaty, Post kemoterapi atau radiasi,
Polip gastric, Aortoenteric fistula, Connective tissue disease, Hemosuccus pancreaticus,
Sarcoma Kaposi.
penyebab dari perdarahan saluran cerna bagian bawah adalah(Edelman,2007):
Diveriticulosis, Hemorrhoids, Kanker, Inflammatory bowel disease, Kolitis iskemia,
Angiodisplasia, Solitary rectal ulcer syndrome.
4.2 Saran
Tugas dan peran utama perawat harus dilakukan dengan baik agar meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan. Pemberian asuhan keperawatan juga sangat perlu dilakukan oleh
seorang perawat. Pemberian asuhan keperawatan harus disesuaikan dengan kondisi
kebutuhan pasien, begitu pula dengan pasien stomatitis terutama pada anak. Maka
diharapkan bagi seorang perawat untuk lebih memahami serta menambah pengetahuan
lebih dalam akan perkembangan penyakit stomatitis sehingga dapat memberikan asuhan
keperawatan yang sesuai dengan tahap perkembangan anak serta kondisi kebutuhan anak
yang harus dipenuhi.
Daftar Pustaka