OLEH :
ADIAWAN SAUDARAH
NIM: 19202104001
Adapun dengan diberikannya tugas ini oleh Bapak/ Ibu dosen yang bertujuan untuk
menambah wawasan serta memperluas pengetahuan tentang salah satu dari berbagai produk
pangan beserta komposisi dan penjelasan lain terkait produk pangan yang di ambil, atasnya
saya mengucapkan banyak terimakasih
Kekurangan pada makalah ini jelas saja ada tapi untuk itu saya harapkan guna
menyempurnakan makalah ini, diperlukan saran dan kritikan yang membangun, mengingat
makalah ini jauh dari kesempurnaan.
Manado 2019
Adiawan Saudarah
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan Pengertian dari material Handling ?
2. Mejelaskan Peralatan Apa saja dalam Material Handling?
3. Menjelakan Proses Pengolahan Tebuh Menjadi gula dalam Material Handling ?
BAB III
PEMBAHASAN
Purwaningsih dan Purnawan (2007) juga menyatakan bahwa material handling adalah suatu
kegiatan dalam memindahkan barang, dan bisa juga dikatakan sebagai seni dan ilmu yang
meliputi penanganan, pemindahan, pengepakan, penyimpanan, sekaligus pengendalian dari
bahan atau material dengan segala bentuknya. Kegiatan material handling dalam perusahaan
melewatitiga tahapan pengembangan, yaitu :
1. Konvensional yaitu pemindahan bahan atau material yang masih sederhana, dengan
fasilitas yang terbatas dan perhatian sedikit saja diberikan pada keterkaitan antara
keadaan yang terpisah.
2. Kontemporer yaitu pemindahan bahan yang mempunyai aliran barang yang
menyeluruh.
3. Modern atau berorientasi ke sistem yaitu peindahan bahan dan kegiatan
distribusi secara fisik sebagai bagian dari suatu sistem, termasuk pemindahan bahan d
ari semua sumber pasokan, seluruh pemindahan dalam pabrik, dan distribusi barang
jadi ke pelanggan
Beberapa prinsip dasar yang perlu mendapat perhatian di dalam perencanaan penanganan
material (material handling) adalah sebagai berikut:
o Sistem material handling yang disusun harus memenuhi tujuan dan persyaratan
dasar.
o Sistem penanganan dan penyimpanan hendaknya terintegrasi.
o Peralatan material handling dan prosedurnya didisain sedemikian rupa dengan
mempertimbangkan faktor kemampuan manusia dan keterbatasanya
o Metode dan peralatan material handling yang dipilih harus memberikan biaya per
unit angkut yang rendah
o Faktor pemakaian energi dari sistem material handling dan prosedurnya harus
diikutsertakan dalam melakukan justifikasi ekonomi
o Pemakaian ruangan yang seefektif mungkin
o Sedapat mungkin memanfaatkan gaya berat dalam memindahkan material dengan
tetap memperhatikan keterbatasan
o Gunakan komputerisasi dalam material handling
o Dalam penanganan dan penyimpanan arus data harus terintegrasi dengan arus fisik
material
o Urutan operasi dan tata letak peralatan harus efektif dan efisien
o Standarisasikan metode dan peralatan material handling.
o Mekanisasikan peralatan material handling untuk efisiensi
o Metode dan peralatan material handling harus mempunyai dampak minimal
terhadap lingkungan
o Metode penanganan harus sesederhana mungkin dengan mengeliminasi,
mengurangi atau mengkombinasikan gerakan dan atau peralatan yang tidak perlu
o Metode dan peralatan harus bisa menangani berbagai kondisi operasi
o Metode dan peralatan material handling harus sesuai dengan peraturan
keselamatan yang berlaku.
o Sistem material handling harus mencakup jadwal pemeliharaan, jadwal perbaikan,
serta kebijakan jangka panjang.
1. Floor type, yaitu jenis material handling yang diletakan di atas lantai.
Gambar: conveyor / ban berjalan
2. Over Head Type, yaitu jenis alat material handling yang diletakan menggantung
Gambar Over head lift.
3. Fixed Path Equipment, Yaitu, peralatan material handling yang bergerak satu arah
atau mempunyai arah yang tetap.
4. Variabel Path / Varied Path Equipment, Yaitu, peralatan yang mempunyai arah
yang berubah-ubah atau bisa bergerak ke berbagai arah.
Contoh nya Forklift, truck
2.3 Proses Olahan Tebuh menjadi Gula
Tebu setelah ditebang, dikirim ke stasiun gilingan untuk dipisahkan antara bagian padat
(ampas) dengan cairannya yang mengandung gula (nira mentah). Alat penggiling tebu yang
digunakan di pabrik gula berupa suatu rangkaian alat yang terdiri dari alat pengerja
pendahuluan (Voorbewer keras) yang dirangkaikan dengan alat giling dari logam. Alat
pengerja pendahuluan terdiri dari Unigator Mark IV dan Cane knife yang berfungsi sebagai
pemotong dan pencacah tebu. Setelah tebu mengalami pencacahan dilakukan pemerahan nira
untuk memerah nira digunakan 5 buah gilingan, masing-masing terdiri dari 3 rol dengan
ukuran 36”X64”.
Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk proses pemurnian gula yaitu cara defekasi,
sulfitasi dan karbonatasi. Pada umumnya pabrik gula di indonesia memakai cara sulfitasi.
Cara sulfitasi menghemat biaya produksi, bahkan pemurnian mudah di dapat dan gula yang
dihasilkan adalah gula putih atau SHS (Superieure Hoofd Sumber). Proses ini menggunakan
tabung defekator, alat pengendap dan saringan Rotary Vacuum Filter dan bahan
pemurniannya adalah kapur tohor dan gas sulfit dari hasil pembakaran. Mula-mula nira
mentah ditimbang, dipanaskan, direaksikan dengan susu kapur dalam defekator, kemudian
diberi gas SO2 dalam peti sulfitasi, dipanaskan dan diendapkan dalam alat pengendap. Nira
kotor yang diendapkan kemudian disaring menggunakan Rotery Vaccum Filter. Dari proses
ini dihasilkan nira jernih dan endapan padat berupa blotong. Nira jernih yang dihasilkan
kemudian dikirim kestasiun penguapan.
3. Penguapan Nira (Evaporasi)
Nira jernih masih banyak mengandung uap air. Untuk menghilangkan kadar air
dilakukan penguapan (evaporasi). Dipabrik gula penguapan dilakukan dengan menggunakan
beberapa evaporator dengan sistem multiple effect yang disusun secara interchangeable agar
dapat dibersihkan bergantian. Evaporator bisanya terdiri dari 4-5 bejana yang bekerja dari
satu bejana sebagai uap pemanas bejana berikutnya. Total luas bidang pemanas 5990m2 vo.
Dalam bejana Nomor 1 nira diuapkan dengan menggunakan bahan pemanas uap bekas secara
tidak langsung. Uap bekas ini terdapat dalam sisi ruang uap dan nira yang diuapkan terdapat
dalam pipa-pipa nira dari tombol uap. Dari sini, uap bekas yang mengembun dikeluarkan
dengan kondespot. dalam bejana nomor 2, nira dari bejana nomor 1 diuapkan dengan
menggunakan uap nira dari bejana penguapan nomor 1. Kemudian uap nira yang mengembun
dikeluarkan dengan Michaelispot. Di dalam bejana nomor 3, nira yang berasal dari bejana
nomor 2 diuapkan dengan menggunakan uap nira dari bejana nomor 2. Demikian seterusnya,
sampai pada bejana terakhir merupakan nira kental yang berwarna gelap dengan kepekatan
sekitar 60 brik. Nira kental ini diberi gas SO2 sebagai belancing dan siap dikristalkan.
Sedangkan uap yang dihasilkan dibuang ke kondensor sentral dengan perantara pompa
vakum.
4. Kristalisasi
Nira kental dari sari stasiun penguapan ini diuapkan lagi dalam suatu pan vakum,
yaitu tempat dimana nira pekat hasil penguapan dipanaskan terus-menerus sampai mencapai
kondisi lewat jenuh, sehingga timbul kristal gula.
Sistem yang dipakai yaitu ABD, dimana gula A dan B sebagai produk,dan gula D
dipakai sebagai bibit (seed), serta sebagian lagi dilebur untuk dimasak kembali. Pemanasan
menggunakan uap dengan tekanan dibawah atmosfir dengan vakum sebesar 65 cmHg,
sehingga suhu didihnya 650c. Jadi kadar gula (sakarosa) tidak rusak akibat terkena suhu yang
tinggi. Hasil masakan merupakan campuran kristal gula dan larutan (Stroop). Sebelum
dipisahkan di putaran gula, lebih dulu didinginkan pada palung pendinginan (kultrog).
pemisahan kristal dilakukan dengan menggunakan saringan yang bekerja dengan gaya
memutar (sentrifungal). Alat ini bertugas memisahkan gula terdiri dari :
dalam tingkatan pengkristalan, pemisahan gula dari tetesnya terjadi pada tingkat B.
Pada tingkat ini terjadi poses separasi (pemisahan). Mekanismenya menggunakan gaya
sentrifugal. Dengan adanya sistem ini, tetes dan gula terpisah selanjutnya pada tingkat D
dihasilkan gula melasse (kristal gula) dan melasse (tetes gula).
Air yang dikandung kristal gula hasil sentrifugasi masih cukup tinggi, kira-kira 20% .
Gula yang mengandung air akan mudah rusak dibandingkan gula kering, untuk menjaga agar
tidak rusak selama penyimpanan, gula tersebut harus dikeringkan terlebih dahulu.
pengeringan dapat dilakukan dengan cara alami atau dengan memakai udara panas kira-kira
800c. pengeringan gula secara alami dilakukan dengan melewatkan SHS pada talang goyang
yang panjang. Dengan melalui talang ini gula diharapkan dapat kering dan dingin. Proses
pengeringan dengan cara ini membutuhkan ruang yang lebih luas dibandingkan cara
pemanasan. Karena itu, pabrik-pabrik gula menggunakan cara pemanasan. Cara ini bekerja
atas dasar prinsip aliran berlawanan dengan aliran udara panas.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Material Handling adalah adalah suatu kegiatan dalam memindahkan barang,
dan bisa juga dikatakan sebagai seni dan ilmu yang meliputi penanganan,
pemindahan, pengepakan, penyimpanan, sekaligus pengendalian dari bahan
atau material dengan segala bentuknya
2. Alat-alat yang di gunakan dalam material Handling
Conveyor
Over head lift.
Truck
3. Proses Pengolahan tebu menjadi gula
Pemerahan Nira (Ekstrasi)
Pemurnian Nira
Penguapan
Kristalisasi
Pemisahan Kristal Gula
Pengeringan Kristal Gula
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Filianty, F., Sapta R. dan Prayoga Suryadarma. 2007. Perubahan Kualitas Nira Tebu
(Saccharum officinarum) Selama Penyimpanan dengan Penambahan Akar Kawao
(Millettia Sp.) dan Kulit Batang Manggis (Garcinia mangostana L.) sebagai Bahan
Pengawet. Jur. Tek. Ind. Pert. Vol. 20 (I), 57-64.IPB, Bogor.
Mochtar M., Ananta T. Beberapa Persoalan dan Hasil Pemurnian Nira Tebu. Penelitian Gula
Indonesia. 1994. ISSN 0541:7406. Hlm: 5-8.
Sastrowijoyo.1998.KlasifikasiTebu,(online),
(http://arluki.wordpress.com/2008/10/14/tebusugarcane/, diakses tanggal 8 Februari
2009).