Seorang laki-laki berusia 27 tahun masuk Rumah Sakit Jiwa dengan keluhan utama
mengamuk, sering marah dan memukul orang. Sebelumnya klien pernah dirawat di RSJ
yang sama pada tahun 2012 dengan keluhan yang sama karena saat di rumah klien tidak
teratur minum obat. Sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit, klien sering marah bila
keinginannya tidak terpenuhi. Keadaan ini semakin memburuk hingga akhirnya sehari
sebelum masuk rumah sakit, klien mengamuk dan memukul tantenya karena
keinginannya untuk dibelikan sepeda motor tidak dipenuhi. Klien mempunyai riwayat
menggunakan NAPZA (shabu-shabu) pada tahun 2005-2006. Klien juga mempunyai
pengalaman yang tidak menyenangkan seperti sering dipukuli pamannya dan orang
tuanya bercerai pada saat klien berusia 9 tahun, kemudian adiknya meninggal dunia. Pada
saat dilakukan pengkajian, klien tampak tegang, gelisah, rahang terkatup, tangan
mengepal dan tatapan mata tajam. Berbicara dengan keras dan cepat, saat interaksi klien
mengatakan suka memukul orang di rumah, mengatakan dirinya seorang jagoan. Klien
malas bergaul dengan orang lain, merasa tidak diperhatikan karena jarang dijenguk oleh
keluarganya, dan sejak orang tuanya bercerai klien kurang mendapat perhatian oleh
keluarga.
B. ANALISA DATA
A. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang
dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun
lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah
yang tidak konstruktif. Pengungkapkan kemarahan secara tidak langsung dan konstrukstif
pada waktu terjadi akan melegakan individu dan membantu orang lain untuk mengerti
perasaan yang sebenarnya. Kemarahan yang ditekan atau pura-pura tidak marah akan
mempersulit diri sendiri dan mengganggu hubungan interpersonal. Sedangkan menurut
Carpenito 2000, Perilaku kekerasan adalah keadaan dimana individu-individu beresiko
menimbulkan bahaya langsung pada dirinya sendiri ataupun orang lain.
Individu melakukan kekerasan akibat adanya frustasi yang dirasakan sebagai pemicu
dan individu tidak mampu berpikir serta mengungkapkan secara verbal sehingga
mendemostrasikan pemecahan masalah dengan cara yang tidak adekuat (Rawlins and
Heacoco, 1998). Sedangkan menurut Keliat (1999), perilaku kekerasan adalah perasaan
marah dan bermusuhan yang kuat disertai dengan hilangnya kontrol diri atau kendali diri.
Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan/
kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman (Stuart dan Sundeen,
1996). Perasaan marah normal bagi tiap individu, namun perilaku yang dimanifestasikan
oleh perasaan marah dapat berfluktuasi sepanjang rentang adaptif dan maladaptif.
Respons Respons
Adaptif Maladaptif
B. Penyebab
Perilaku kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan harga diri: harga diri
rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa
seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat
digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri,
merasa gagal mencapai keinginan.
Tanda dan gejala :
- Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri)
- Gangguan hubungan sosial (menarik diri)
- Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan)
- Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang suram,
mungkin klien akan mengakiri kehidupannya.
C. Faktor Predisposisi
1. Psikologis
Kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian dapat timbul
agresif atau amuk. Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan yaitu perasaan
ditolak, dihina, dianiaya atau sanksi penganiayaan.
2. Perilaku
Reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering
mengobservasi kekerasan di rumah atau di luar rumah, semua aspek ini menstimulasi
individu mengadopsi perilaku kekerasan.
3. Sosial budaya
Budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dan kontrol sosial yang
tidak pasti terhadap pelaku kekerasan akan menciptakan seolah-olah perilaku
kekerasan yang diterima (permissive).
4. Bioneurologis
Banyak bahwa kerusakan sistem limbik, lobus frontal, lobus temporal dan
ketidakseimbangan neurotransmitter turut berperan dalam terjadinya perilaku
kekerasan.
D. Faktor Prespitasi
Faktor prespitasi dapat bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi dengan
orang lain. Kondisi klien seperti ke lemahan fisik (penyakit fisik) , keputusan,
ketidakberdayaan, percaya diri yang kurang dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan.
Demikian pula dengan situasi lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang mengarah pada
penghinaan, kehilangan orang yang dicintai/ pekerjaan dan kekerasan merupakan faktor
penyebab yang lain. Interaksi sosial yang provokatif dan konflik dapat pula memicu
perilaku kekerasan.
F. Akibat
Klien dengan perilaku kekerasan dapat melakukan tindakan-tindakan berbahaya
bagi dirinya, orang lain maupun lingkungannya, seperti menyerang orang lain,
memecahkan perabot, membakar rumah dll. Sehingga klien dengan perilaku kekerasan
beresiko untuk mencederai diri orang lain dan lingkungan
G. Pohon Masalah
H. Masalah Keperawatan
1. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
2. Perilaku Kekerasan
3. Harga Diri Rendah
I. Rencana Keperawatan
Diagnosa 1 : Resiko Perilaku Kekerasan
TujuanUmum :
Klien terhindar dari mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
Tujuan Khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Tindakan:
Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama perawat dan
jelaskan tujuan interaksi.
Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.
2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
Tindakan:
Beri kesempatan mengungkapkan perasaan.
Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel / kesal.
Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien dengan sikap
tenang.
3. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.
Tindakan :
Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat jengkel/kesal.
Observasi tanda perilaku kekerasan.
Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel / kesal yang dialami klien.
4. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
Tindakan:
Anjurkan mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
Tanyakan "apakah dengan cara yang dilakukan masalahnya selesai?"
5. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
Tindakan:
Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan.
Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang digunakan.
Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat.
6. Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap kemarahan.
Tindakan :
Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat.
Diskusikan cara lain yang sehat.Secara fisik : tarik nafas dalam jika sedang kesal,
berolah raga, memukul bantal / kasur.
Secara verbal : katakan bahwa anda sedang marah atau kesal / tersinggung
Secara spiritual : berdoa, sembahyang, memohon kepada Tuhan untuk diberi
kesabaran.
7. Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku kekerasan.
Tindakan:
Bantu memilih cara yang paling tepat.
Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih.
Bantu mensimulasikan cara yang telah dipilih.
Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai dalam simulasi.
Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat jengkel / marah.
8. Klien mendapat dukungan dari keluarga.
Tindakan :
Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melalui pertemuan
keluarga.
Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.
9. Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program).
Tindakan:
Diskusikan dengan klien tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek
samping).
Bantu klien mengunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama klien, obat, dosis,
cara dan waktu).
Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan.
J. Evaluasi Keperawatan
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
2. Klien terlindung dari perilaku mencederai diri
3. Klien dapat mengarahkan moodnya lebih baik
4. Klien mampu dan berupaya untuk memenuhi personal hygiene
5. Klien dapat meningkatkan harga diri
6. Klien dapat menggunakan dukungan sosial
7. Klien dapat menggunakan koping adaptif dan melihat sisi positif dari masalahnya
8. Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat
9. Klien mampu meningkatkan produktivitas dan membuat jadwal harian
PERILAKU KEKERASAN
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
Selamat pagi, nama saya Ise Permatasari. Panggil saya suster ise. Namanya siapa,
senang dipanggil apa? Saya akan merawat T.
b. Evaluasi/ validasi
Ada apa di rumah sampai dibawa kemari?
c. Kontrak
Topik : Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang hal-hal yang
menyebabkan T marah
Tempat : Mau dimana kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau di kamar
perawat?
Waktu : Mau berapa lama? Bagaimana kalau 10 menit
2. Kerja
- Apa yang membuat T memukul tante?
- Apakah ada yang membuat T kesal?
- Apakah sebelumnya T pernah marah?
- Apa penyebabnya? Sama dengan yang sekarang?
- Baiklah, jadi ada ……. (misalnya 3) penyebab T marah-marah.
3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
Bagaimana perasaan T setelah kita bercakap-cakap?
b. Evaluasi Obyektif
Coba sebutkan 3 penyebab T marah. Bagus sekali.
c. Rencana Tindak Lanjut
Baiklah, waktu kita sudah habis. Nanti coba T ingat lagi, penyebab T marah yang
belum kita bicarakan.
d. Kontrak
Topik: Nanti akan kita bicarakan perasaan T pada saat marah dan cara marah
yang biasa T lakukan.
Tempat: Mau dimana kita bicara? Bagaimana kalau kita disini?
Waktu: Kira-kira 30 menit lagi ya. Sampai nanti.