Anda di halaman 1dari 69

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran bahasa menjadi hal utama yang harus diberikan kepada siswa di

sekolah, karena pembelajaran bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran pokok di

Sekolah. Terdapat empat aspek keterampilan berbahasa yang diajarkan dalam

pengajaran bahasa Indonesia yaitu keterampilan berbicara, keterampilan membaca,

keterampilan menulis dan keterampilan menyimak. Salah satu keterampilan

berbahasa yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah keterampilan menulis.

Menulis merupakan keterampilan berbahasa yang penting diajarkan kepada

siswa seperti mengungkapkan ide, pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan atau

karangan, selain itu menulis dapat mengembangkan daya pikir dan kreativitas siswa.

Sebagai kegiatan produktif, menulis merupakan kemampuan kompleks yang

memerlukan keterampilan dan pengetahuan lebih agar dapat menciptakan sebuah

produk tulisan yang baik.

Proses pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan kurikulum yang telah ditetapkan.

Kurikulum yang diterapkan di SMP Negeri 4 Medan yaitu Kurikulum 2013.

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang menekankan pembelajaran bahasa

berbasis teks. Pembelajaran menulis teks fabel merupakan salah satu di antara

1
2

kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa kelas VII SMP sesuai dengan

kurikulum 2013 yaitu pada kompetensi dasar 4.12 memerankan isi fabel/legenda

daerah setempat yang dibaca dan didengar, dengan salah satu indikator pembelajaran

yaitu menulis fabel/legenda dengan memperhatikan pilihan kata, kelengkapan

struktur dan kaidah penggunaan kata kalimat/ tanda baca/ ejaan.

Menulis teks fabel tidak hanya sekedar menulis cerita hewan pada umumnya,

untuk menulis teks fabel yang benar dengan sajian yang menarik, siswa harus

memperhatikan struktur dan kebahasaan teks fabel. Kenyataanya hal tersebut bertolak

belakang dengan yang dialami siswa di sekolah SMP Negeri 4 Medan yaitu

kemampuan siswa dalam menulis teks fabel masih rendah. Berdasarkan pengalaman

peneliti selama magang dan hasil observasi awal yaitu siswa kurang antusias dalam

menulis teks cerita fabel, siswa kurang minat dalam menulis teks cerita fabel karena

siswa menganggap menulis cerita fabel adalah kegiatan yang sulit dan membosankan,

siswa merasa kesulitan menulis teks cerita fabel berdasarkan struktur dan kebahasaan.

Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara peneliti pada hari sabtu, 14 September

2019 dengan salah satu guru bidang studi Bahasa Indonesia, ibu Dra. Sarifah Hanum,

M.Pd., diketahui bahwa kemampuan menulis teks fabel siswa masih tergolong rendah

dengan nilai rata-rata yaitu 63,62. Sedangkan nilai KKM pada standar kompetensi di

sekolah adalah 75. Oleh karena itu pencapaian nilai kemampuan menulis teks fabel

belum tuntas, hal ini dikarenakan siswa kurang antusias dalam menulis teks cerita
3

fabel, siswa merasa kesulitan dalam menulis teks berdasarkan struktur dan

kebahasaan, siswa menganggap menulis teks cerita fabel adalah kegiatan yang sulit

dan membosankan. Hasil wawancara dengan guru bidang studi Bahasa Indonesia

sesuai dengan hasil wawancara dengan 4 orang siswa kelas VII pada tanggal 4

Oktober 2019 di ruangan kelas VII-5 SMP Negeri 4 Medan bahwa siswa tersebut

merasa bosan mengikuti pembelajaran menulis dan merasa kesulitan dalam menulis

teks berdasarkan struktur dan kebahasaan.

Sejalan dengan pernyataan di atas, penelitian terdahulu oleh Santi Yuliani

dalam jurnal berjudul “Peningkatan Kemampuan Menulis Teks Fabel Dengan

Pembelajaran Berbasis Portofolio Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Pondok

Kelapa Bengkulu Tengah” menyatakan bahwa nilai rata-rata kemampuan menulis

siswa kelas VIII masih tergolong rendah. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata nilai

menulis siswa yang masih belum mencapai standar kelulusan. Salah satunya yaitu

dalam menulis teks fabel. Kemampuan menulis teks fabel siswa di kelas VIII pada

semester lalu rata-rata masih di bawah standar kelulusan. Dari seluruh kelas VIII,

nilai menulis siswa rata-rata masih sekitar 30% yang telah memenuhi standar

kelulusan. Ada beberapa faktor yang menyebabkan kemampuan menulis teks fabel

siswa belum mampu mencapai nilai standar kelulusan. Faktor tersebut diantaranya

adalah: 1) Siswa kurang memahami materi dengan baik, terutama materi tentang

struktur-struktur pembangun sebuah teks dan unsur kebahasaan dari teks tersebut, 2)
4

Siswa sulit menentukan tema atau ide yang akan diangkat menjadi sebuah tulisan, 3)

Kurangnya pemahaman siswa mengenai penggunaan EYD, 4) Kegiatan atau

pelajaran menulis masih dianggap sulit oleh sebagian siswa, karena ketidakbiasaan

mereka di dalam menulis sebuah teks atau cerita, dan 5) Siswa tidak bersemangat

dalam proses pembelajaran menulis. Selain dari faktor tersebut, permasalahan lain

yang ditemukan di dalam pembelajaran menulis adalah pembelajaran yang diterapkan

oleh guru masih bersifat konvensional.

Penelitian terdahulu oleh Nur Anif dalam jurnal berjudul “Peningkatan

Kemampuan Menulis Fabel Menggunakan Media Film Animasi Pada Siswa Kelas

VII C SMP Negeri 1 Bonorowo Tahun Pelajaran 2016/2017” bahwa minat dan

kemampuan siswa dalam pembelajaran menulis masih rendah. Siswa masih

mengalami beberapa kendala ketika diminta membuat sebuah tulisan. Kesulitan yang

dihadapi siswa antara lain siswa masih mengalami kesulitan dalam menuangkan

imajinasinya dan belum mampu mengembangkan cerita. Rendahnya kemampuan

menulis, khususnya menulis fabel juga dapat diketahui dari hasil tes kemampuan

awal siswa dalam menulis fabel. Masih banyak nilai siswa yang belum mencapai

KKM yang ditentukan oleh sekolah, yakni 70. Dari jumlah siswa 36, siswa yang

mencapai KKM hanya 7 siswa, sedangkan siswa lainnya belum mencapai batas

ketuntasan. Nilai yang dicapai siswa paling tinggi 75, sedangkan nilai paling rendah

yaitu 37. Adapun rata-rata nilai yang diperoleh siswa adalah 59.
5

Sejalan dengan pernyataan di atas, penelitian terdahulu oleh Lara Febriana

Aziz yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Menulis Fabel Menggunakan Media

Gambar Seri Siswa Kelas VII A SMP Negeri 2 Kediri Tahun Pelajaran 2016/2017”

bahwa menulis cerita adalah kegiatan yang sulit dan membosankan. Selain itu siswa

merasa kesulitan merencanakan ide untuk dikembangkan menjadi sebuah cerita.

Kondisi inilah menjadi penyebab rendahnya nilai menulis siswa kelas VII.A SMPN 2

Kediri. Hal tersebut terlihat dari nilai ketuntasan klasikal yang hanya mencapai 40 %

dengan standar KKM yang di tetapkan 75. Dalam hal ini dari jumlah seluruh siswa

sebanyak 27, hanya 11 siswa yang tuntas, sedangkan 16 siswa tidak tuntas atau tidak

memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM).

Sejalan dengan permasalahan di atas, penelitian oleh Mifta Nola Septia dkk

dalam jurnalnya dengan judul “Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC) Terhadap

Keterampilan Menulis Teks Cerita Fabel Siswa Kelas VIII MTSN Lubuk Buaya

Padang” menyatakan bahwa yang pertama, siswa bosan dan tidak tertarik untuk

belajar, sehingga ketika guru menjelaskan materi siswa hanya melamun. Kedua,

kesulitan yang ditemui siswa adalah menuangkan ide cerita dari bahasa lisan menjadi

bahasa tulisan. Siswa dengan mudah menyampaikan ide dalam bahasa lisan tetapi

siswa kesulitan untuk menuliskannya. Ketiga, fenomena pada saat pembelajaran

menulis berlangsung siswa kurang aktif. Hal ini terlihat ketika guru meminta kepada
6

siswa untuk membaca buku tanpa mempraktikan langsung dalam pembelajaran.

Keempat, siswa tidak fokus memperhatikan guru, sehingga menyebabkan siswa

merasa bosan dan tidak tertarik mengikuti pelajaran. Dalam menulis fabel

pengetahuan siswa masih sangat minim untuk menguasai struktur dan kebahasaan

teks fabel. Kelima, rendahnya keterampilan menulis siswa juga dapat diperkirakan

banyak faktor yang mempengaruhinya, seperti rendahnya minat dan motivasi siswa

dalam pembelajaran menulis. Keenam, salah satu yang menyebabkan rendahnya

keterampilan menulis yang dicapai siswa proses belajar menulis yaitu penggunaan

tanda baca, pemilihan diksi, dan merangkai kalimat yang benar dan padu. Hal ini

dilihat pada nilai rata-rata hitung 62,77. Tingkat penguasaan keterampilan menulis

teks cerita fabel di kelas siswa kelas VIII MTsN Lubuk Buaya Padang berada pada

tingkat penguasaan 56-65% berkualifikasi Cukup (C).

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di SMP Negeri 4 Medan

kelas VII menunjukkan bahwa keadaan atau suasana kelas terlalu monoton, sebagian

besar siswa yang tidak memperhatikan saat guru menjelaskan materi pembelajaran

tanpa menggunakan media, siswa susah diatur seperti terdapat siswa yang memainkan

ponsel pada saat proses pembelajaran berlangsung dan pada saat pemberian tugas

siswa merasa kesulitan menemukan ide yang akan ditulis menjadi sebuah cerita.

Faktor lain yang menyebabkan rendahnya menulis siswa dalam menulis cerita fabel
7

adalah penggunaan media yang sering terabaikan dan guru kurang memperhatikan

media pembelajaran yang digunakan dalam setiap pembelajaran, guru lebih terfokus

dengan penjelasan materi tanpa menggunakan media yang bervariasi sehingga

menyebabkan siswa semakin bosan dengan pembelajaran menulis. Padahal

penggunaan media sangat mendukung untuk mempermudah guru dalam

menyampaikan pembelajaran keterampilan menulis.

Permasalahan tersebut sejalan dengan penelitian terdahulu oleh Triska

Agustiningtyas dalam jurnal yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Media Film

Animasi Terhadap Kemampuan Menulis Teks Cerita Fabel Siswa Kelas VIII SMP

Negeri 8 Kediri Tahun Pelajaran 2015/2016” menyatakan kemampuan siswa kelas

VIII SMP Negeri 8 Kediri dalam kegiatan menulis teks cerita fabel tanpa media film

animasi dapat dikatakan bahwa, hasil yang diperoleh kurang. Hal ini terlihat dari hasil

skor rata-rata (mean) yang diperoleh kelompok kontrol adalah 68.69. Siswa yang

memeroleh skor di atas rata-rata sebanyak 11 orang siswa atau 37,9%. Adapun yang

memeroleh skor di bawah rata-rata 18 orang siswa atau 62,1%.

Sejalan dengan permasalahan di atas, penelitian terdahulu oleh Desma Yulia

dan Novia Ervinalisa dalam jurnal yang berjudul “Pengaruh Media Pembelajaran

Powtoon Pada Mata Pelajaran Sejarah Indonesia dalam Menumbuhkan Motivasi

Belajar Siswa IIS Kelas X Di SMA Negeri 17 Batam Tahun Pelajaran 2017/2018”

menyatakan sebagian dari siswa mengungkapkan bahwa pelajaran sejarah merupakan


8

mata pelajaran yang kurang menarik, membosankan, dan banyak bercerita. Siswa

tidak mendengarkan penjelasan guru dan cenderung malas mengerjakan tugas serta

kurang semangat dalam belajar. Pada saat proses pembelajaran berlangsung guru

tersebut lebih cenderung menggunakan metode mengajar konvensional (ceramah)

sehingga siswa cenderung pasif dalam mengikuti pembelajaran tersebut. Hal ini

menyebabkan tidak tumbuhnya motivasi belajar pada siswa. Metode mengajar

konvensional (ceramah) kurang efektif digunakan secara terus - menerus dalam

proses pembelajaran. Hal ini terlihat dari nilai hasil belajar sejarah Indonesia siswa

kelas X pada semester ganjil yang sebagian besar masih banyak di bawah KKM.

Hasil belajar di kelas X IIS 2 hanya 5 siswa atau 13,5% yang nilainya diatas KKM

sementara sekitar 86,84% atau 33 siswa yang nilainya di bawah KKM. Kemudian di

kelas X IIS 7 hanya 4 siswa atau sekitar 10% yang nilainya di atas KKM dan sekitar

90% atau 36 siswa yang nilainya masih dibawah KKM.

Berdasarkan permasalahan tersebut dan mengingat betapa pentingnya

keterampilan menulis cerita fabel bagi siswa, guru perlu mengupayakan media

pembelajaran yang tepat untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi siswa dalam

keterampilan menulis. Oleh karena itu melalui penelitian ini, peneliti memberikan

solusi berupa penggunaan media powtoon.

Media pembelajaran powtoon termasuk ke dalam media audio visual. Media

audio visual merupakan media yang tidak hanya didengar melainkan juga bisa dilihat
9

secara bersamaan. Media audio visual merupakan alat peraga yang bersifat dapat

dilihat dan dapat didengar yang dapat membantu siswa dalam proses pembelajaran

berlangsung yang berfungsi memperjelas dan mempermudah dalam memahami

materi yang sedang dipelajari.

Menurut Fajar (2017: 104) powtoon adalah suatu perangkat lunak pengolah

media presentasi animasi berbasis SAAS (Software as a Service) yang dapat diakses

secara online melalui situs www.powtoon.com yang dapat digunakan sebagai alat

bantu presentasi bagi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran di dalam kelas.

Dengan menggunakan media pembelajaran yang dirancang dengan menggunakan

perangkat lunak powtoon akan mampu menghasilkan sebuah media pembelajaran

berbasis teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk menyampaikan materi

yang lebih menarik dan modern, karena media powtoon dapat dibuat dengan berbagai

efek animasi kartun yang unik dan menarik, selain itu dapat menambahkan serta

menggabungkan berbagai gambar, karangan audio, video dalam proses penyampaian

materi pembelajaran kepada siswa.

Penggunaan media powtoon diharapkan kualitas dalam proses pembelajaran

menulis teks cerita fabel akan menjadi lebih baik dan siswa dapat lebih termotivasi

untuk belajar dan mempelajari materi pembelajaran yang akan disampaikan guru,

sehingga hasil belajar siswa akan menjadi lebih baik.


10

Hal ini terbukti dengan jurnal penelitian oleh Syahrul Fajar, dkk yang berjudul

“Pengaruh Penggunaan Media Powtoon terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata

Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Terpadu” hasil penelitian menunjukkan hasil

penelitian bahwa nilai rata-rata pre-test adalah 14,55 sedangkan nilai rata-rata

posttest adalah 26,00 dapat disimpulkan pengaruh media powtoon terhadap hasil

belajar pelajaran IPS dikategorikan baik.

Sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Desma Yulia dan Novia

Ervinalisa dalam jurnal berjudul “Pengaruh Media Pembelajaran Powtoon Pada

Mata Pelajaran Sejarah Indonesia dalam Menumbuhkan Motivasi Belajar Siswa IIS

Kelas X di SMA Negeri 17 BATAM Tahun Pelajaran 2017/2018” hasil penelitian

menunjukkan bahwa terdapat peningkatan motivasi belajar siswa kelas X SMA

Negeri 17 Batam pada mata pelajaran sejarah Indonesia dengan menggunakan media

pembelajaran powtoon dibandingkan dengan media konvensional. Hal tersebut

ditunjukkan pada uji t dimana thitung > ttabel yaitu 7,9 > 1,992, sehingga bahwa Ha

atau hipotesis alternatif diterima H0 ditolak. Kondisi belajar dengan menggunakan

media pembelajaran powtoon lebih menarik dan tidak monoton, hal ini dikarenakan

adanya hubungan timbal balik antara individu dengan individu, individu dengan

kelompok, kelompok dengan kelompok, serta hubungan timbal balik antara siswa

dengan guru, seperti ketika guru menjelaskan materi, siswa yang kurang mengerti
11

bertanya kepada guru dan guru menjelaskan materi yang belum dimengerti oleh siswa

tersebut.

Berdasarkan pemaparan tersebut, peneliti menggunakan media pembelajaran

powtoon diterapkan oleh guru di SMP Negeri 4 Medan khususnya pada siswa kelas

VII sebagai media pembelajaran untuk siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia

terutama pada materi menulis teks fabel secara benar dan sesuai dengan struktur dan

kebahasaannya. Dengan dasar pemikiran tersebut, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Media Pembelajaran Powtoon

Terhadap Kemampuan Menulis Teks Fabel Siswa Kelas VII SMP Negeri 4 Medan

Tahun Pembelajaran 2019/2020”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, penulis dapat

mengidentifikasi beberapa masalah yang muncul dalam pembelajaran menulis teks

fabel pada siswa sebagai berikut :

1. kemampuan siswa dalam menulis teks fabel rendah,

2. kurangnya minat siswa dalam pembelajaran menulis,

3. siswa merasa kesulitan menulis teks cerita fabel sesuai dengan struktur dan

kebahasaan,
12

4. media pembelajaran yang digunakan guru masih menggunakan media

pembelajaran konvensional/kurang bervariatif sehingga kurang menimbulkan

ketertarikan siswa dalam menulis teks fabel.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini difokuskan pada

penggunaan media pembelajaran powtoon terhadap kemampuan siswa dalam menulis

teks fabel siswa kelas VII SMP Negeri 4 Medan.

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah kemampuan menulis teks fabel oleh siswa kelas VII SMP

Negeri 4 Medan Tahun Pembelajaran 2019/2020 sebelum menggunakan

media pembelajaran powtoon?

2. Bagaimanakah kemampuan menulis teks fabel oleh siswa kelas VII SMP

Negeri 4 Medan Tahun Pembelajaran 2019/2020 sesudah menggunakan

media pembelajaran powtoon?


13

3. Bagaimanakah pengaruh media pembelajaran powtoon terhadap kemampuan

menulis teks fabel siswa kelas VII SMP Negeri 4 Medan Tahun Pembelajaran

2019/2020?

E. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah :

1. mendeskripsikan kemampuan menulis teks fabel oleh siswa kelas VII SMP

Negeri 4 Medan Tahun Pembelajaran 2019/2020 sebelum menggunakan

media pembelajaran powtoon,

2. mendeskripsikan kemampuan menulis teks fabel oleh siswa kelas VII SMP

Negeri 4 Medan Tahun Pembelajaran 2019/2020 sesudah menggunakan

media pembelajaran powtoon,

3. mendeskripsikan pengaruh media pembelajaran powtoon terhadap

kemampuan menulis teks fabel oleh siswa kelas VII SMP Negeri 4 Medan

Tahun Pembelajaran 2019/2020.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara

teoretis maupun praktis.


14

1. Manfaat Teoretis

Secara teoretis, penelitian ini dapat bermanfaat dalam pembelajaran

menulis teks fabel dan menambah pengetahuan siswa tentang struktur dan

kebahasaan menulis yang baik dan benar melalui media pembelajaran

powtoon.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi guru, penelitian ini diharapkan menjadi masukan dalam memilih

media pembelajaran yang tepat, sehingga dapat memotivasi siswa

dalam kemampuan menulis, sebagai upaya agar siswa dapat berpikir

kreatif dan meingkatkan kualitas belajar

b. Bagi siswa, penelitian ini untuk memberi motivasi siswa dalam

mengembangkan kreativitas menulis teks fabel menjadi lebih baik dan

dapat melatih diri untuk menulis, menuangkan ide, pikiran dan

gagasan ke dalam tulisan teks fabel sesuai dengan struktur dan

kebahasaannya

c. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat menjadi bahan rujukan

bagi peneliti lain yang meneliti permasalahan yang relevan.


BAB II

KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

PENELITIAN

A. Kerangka Teoretis

Kerangka teoretis memuat sejumlah teori yang berkaitan dengan hal-hal yang

dikaji dalam suatu penelitian. Teori tersebut digunakan sebagai landasan pemikiran

dan acuan bagi pembahasan masalah yang diteliti. Mengingat pentingnya hal itu,

maka teori yang digunakan haruslah berhubungan dan yang mendukung masalah

yang akan diteliti, yang sasarannya adalah kejelasan uraian suatu penelitian.

1. Media Pembelajaran

a. Pengertian Media Pembelajaran

Kata “media” berasal dari kata latin, merupakan bentuk jamat dari kata

“medium”. Secara harfiah kata tersebut mempunyai arti perantara atau pengantar.

Menurut Heinich (dalam Susilana dan Riyana, 2016: 6) media merupakan alat saluran

komunikasi. Media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata

“medium” yang secara harfiah berarti “perantara” yaitu perantara sumber pesan

dengan penerima pesan. Terkait dengan pembelajaran, media adalah segala sesuatu

yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan dari pengirim pesan kepada

15
16

penerima pesan sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan dan perhatian anak

didik untuk tercapainya tujuan pendidikan.

Menurut Gagne & Briggs (dalam Arsyad, 2007: 4) media pembelajaran

meliputi alat secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang

terdiri antara lain buku, tape recoder, kaset, video camera, video recorder, film, slide

(gambar bingkai), foto, gambar, grafik, televisi, dan komputer.

Susilana dan Riyana (2016: 7) media pembelajaran merupakan wadah dari

pesan, materi yang ingin disampaikan adalah pesan pembelajaran dan tujuan yang

ingin dicapai ialah proses pembelajaran. Selanjutnya penggunaan media secara kreatif

akan memperbesar kemungkinan bagi siswa untuk belajar lebih banyak, mencamkan

apa yang dipelajarinya lebih baik dan meningkatkan penampilan dalam melakukan

keterampilan sesuai dengan yang menjadi tujuan pembelajaran.

Definisi yang dikemukakan dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan

media pembelajaran adalah segala alat pengajaran yang digunakan untuk membantu

guru dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa dalam proses belajar

mengajar sehingga memudahkan pencapaian tujuan pembelajaran yang sudah

dirumuskan.

b. Fungsi Media Pembelajaran


17

Fungsi media pembelajaran adalah mempelancar interaksi antara guru

dengan siswa sehingga kegiatan pembelajaran lebih efektif dan efisien. Secara lebih

rinci, media pembelajaran mempunyai fungsi menurut Yuhdi dan Sari (2017: 18) :

1) Memperjelas penyajian suatu pesan agar tidak terlalu bersifat

verbalistis

2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera seperti:

a) Obyek yang terlalu besar, dapat digantikan dengan realita,

gambar, film bingkai, film, gabar video, atau model.

b) Obyek yang kecil dibantu dengan proyektor mikro, film slide,

gabar video atau gambar.

c) Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat dapat dibantu

dengan timelapse, highspeed photografi atau slow

motionplayback video.

d) Kejadian atau peristiwa yang terjadi pada masa lalu dapat

ditampilkan lagi melalui rekaman film,video atau foto.

e) Obyek yang telalu kompleks dapat disajikan dengan model,

diagram, dan sebagainya.

f) Konsep yang telalu luas dapat divisualkan dalam bentuk film,

slide, gambar atau video.


18

3) Dengan menggunakan media pembelajaran secara tepat dan bervariasi

dapat mengatasi sikap pasif siswa. Dalam hal ini media pembelajaran

berguna untuk:

a) Menimbulkan gairah belajar.

b) Memungkinkan interaksi langsung antara siswa dengan

lingkungan dan kenyataan.

c) Memungkinkan siswa belajar sendiri menurut minat dan

kemampuannya.

4) Dengan sifat yang unik pada siswa juga dengan lingkungan dan

pengalaman yang berbeda-beda, sedangkan kurikulum dan materi

pembelajaran yang sama untuk setiap siswa, masalah ini dapat diatasi

dengan media pembelajaran dalam kemampuannya:

a) Memberikan perangsang yang sama.

b) Menyamakan pengalaman.

c) Menimbulkan persepsi yang sama.

5) Efisiensi dalam waktu dan tenaga.

6) Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan dimana dan

kapan saja

7) Mengubah peran guru kearah yang lebih positif dan produktif.

Fungsi media pembelajaran menurut Susilana dan Riyana (2016: 9) yaitu :


19

1) Penggunaan media pembelajaran bukan merupakan fungsi tambahan,

tetapi memiliki fungsi tersendiri sebagai sarana bantu untuk

mewujudkan situasi pembelajaran yang lebih efektif.

2) Media pembelajaran dalam penggunaannya harus relevan dengan

kompetensi yang ingin dicapai dan isi pembelajaran itu sendiri. Fungsi

ini mengandung makna bahwa penggunaan media dalam pembelajaran

harus selalu melihat kepada kompetensi dan bahan ajar.

3) Media pembelajaran berfungsi untuk mempercepat proses belajar.

Fungsi ini mengandung arti bahwa dengan media pembelajaran siswa

dapat menangkap tujuan dan bahan ajar lebih mudah dan lebih cepat.

4) Media pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan kualitas proses

belajar-mengajar. Pada umumnya hasil belajar siswa dengan

menggunakan media pembelajaran akan tahan lama mengendap

sehingga kualitas pembelajaran memiliki nilai yang tinggi.

5) Media pembelajaran meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk

berpikir, oleh karena itu dapat mengurangi terjadinya verbalisme.

c. Jenis-Jenis Media Pembelajaran

Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk

menyampaikan pesan dari pengirim pesan kepada penerima pesan sehingga dapat

merangsang pikiran, perasaan dan perhatian anak didik untuk tercapainya tujuan
20

pendidikan. Terdapat enam jenis dasar dari media pembelajaran menurut Heinich

and Molenda (dalam Yuhdi dan Sari, 2017: 17) yaitu :

1) Teks

a) Merupakan elemen dasar bagi menyampaikan suatu

informasi

b) Mempunyai berbagai jenis dan bentuk tulisan yang

berupaya member daya tarik dalam penyampaian

informasi.

2) Media Audio

a) Membantu menyampaikan maklumat dengan lebih

berkesan

b) Membantu meningkatkan daya tarikan terhadap sesuatu

persembahan. Jenis audio termasuk suara latar, music, atau

rekaman suara dan lainnya.

3) Media Visual

a) Media yang dapat memberikan rangsangan-rangsangan

visual seperti gambar, sketsa, diagram, bagan, grafik,

kartun dan sebagainya.

4) Media Proyeksi Gerak


21

a) Termasuk di dalamnya film gerak, film gelang, program

TV, video kaset (CD, VCD, DVD).

5) Benda-benda Tiruan/Miniatur.

6) Manusia

a) Termasuk di dalamnya guru, siswa, atau pakar/ahli di

bidang/materi tertentu.

Sejalan dengan perkembangan teknologi, maka media pembelajaran

mengalami perkembangan melalui pemanfaatan teknologi itu sendiri.

Berdasarkan teknologi tersebut, menurut Arsyad (2007) mengklasifikasikan

media atas empat kelompok, yaitu:

1) Media hasil teknologi cetak,

2) Media hasil teknologi audio-visual,

3) Media hasil teknologi yang berdasarkan komputer,

4) Media hasil gabungan teknologi cetak dan komputer.

Ada banyak keuntungan dalam proses pembelajaran yang menggunakan

media audio-visual dikarenakan media tersebut dapat membantu pemahaman

dengan melihat langsung dan dapat mendengarkan penjelasan untuk lebih dapat

dimengerti oleh siswa. Oleh karena itu dalam penelitian ini, peneliti memilih
22

media pembelajaran audio visual berupa powtoon untuk pembelajaran bahasa

Indonesia khususnya pada materi menulis teks fabel.

d. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran

Kriteria yang paling utama dalam pemilihan media adalah media yang harus

sesuai dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai. Menurut

Susilana dan Riyana (2016: 69) menyebutkan bahwa ada enam kriteria pemilihan

media, antara lain:

1) Kriteria pertama, kesesuaian dengan tujuan.

2) Kriteria kedua, kesesuaian dengan materi pembelajaran yaitu bahan

atau kajian apa yang akan diajarkan pada program tersebut.

Pertimbangan lainnya dari bahan atau pokok bahasan kita bisa

mempertimbangkan media apa yang sesuai untuk penyampaian bahan

atau materi tersebut.

3) Kriteria ketiga, kesesuaian dengan karakteristik pembelajar atau siswa.

Dalam hal ini media haruslah familiar dengan karakteristik siswa/guru.

4) Kriteria keempat, kesesuaian dengan teori. Pemilihan media harus

didasarkan atas kesesuaian dengan teori. Media yang dipilih bukan

karena fanatisme guru terhadap suatu media yang dianggap paling


23

disukai dan paling bagus, namun didasarkan atas teori yang diangkat

dari penelitian dan riset sehingga teruji validitasnya.

5) Kriteria kelima, kesesuaian dengan gaya belajar siswa.

6) Kriteria keenam, kesesuaian dengan kondisi lingkungan, fasilitas

pendukung dan waktu yang tersedia.

Selain itu, Erickson (dalam Susilana dan Riyana, 2016: 72) mengemukakan

bahwa terdapat sepuluh kriteria pemilihan media pembelajaran, antara lain:

1) Apakah materinya penting dan berguna bagi siswa.

2) Apakah dapat menarik minat siswa untuk belajar.

3) Apakah ada kaitan yang mengena dan langsung dengan tujuan khusus

yang hendak dicapai.

4) Apakah format sajiannya dapat diatur dan memenuhi urutan dapat

belajar.

5) Apakah materi yang disajikan mutakhir dan otentik.

6) Apakah konsep dan faktanya terjamin kecermatannya.

7) Apakah ide dan presentasinya memenuhi standar? − Bila tidak, apakah

ada keseimbangan controversial.

8) Apakah pandangannya abjektif dan tidak mengandung unsur

propaganda dan sebagainya.


24

9) Apakah memenuhi standar kualitas teknis (gambar, narasi, efek,

warna).

10) Apakah struktur materinya direncanakan dengan baik.

11) Apakah sudah dimantapkan melalui proses uji coba atau validasi.

12) Oleh siapa, bagaimana kondisinya, karakteristik sasarannya dan sejauh

mana hal tersebut berhasil.

2. Powtoon

a. Pengertian Media Powtoon

Perkembangan teknologi komputer yang memungkinkan penayangan

informasi grafik, suara dan gambar, selain teks, memungkinkan dibuat media

audiovisual yang bersifat interaktif. Multimedia adalah istilah yang diberikan pada

teknik penyajian informasi yang menggabungkan informasi berupa teks, grafik, citra,

suara, gambar, video, maupun animasi. Salah satu media pada komputer (software)

yang mampu membuat dan menyajikan informasi-informasi tersebut yakni dengan

menggunakan software Powtoon. Powtoon merupakan layanan online untuk membuat

sebuah paparan yang memiliki fitur animasi sangat menarik diantaranya animasi

tulisan tangan, animasi kartun, dan efek transisi yang lebih hidup serta pengaturan

time line yang sangat mudah. Popularitas Powtoon bisa menghasilkan animasi movie

yang menakjubkan dibandingkan dengan video biasanya.


25

Menurut Sari dan Rohayati (2017: 2) menyatakan bahwa powtoon merupakan

salah satu jenis layanan online yang memiliki fitur animasi yang menarik dalam

penyampaian pesan berupa video. Powtoon yang memiliki berbagai fitur-fitur pilihan

yang lengkap dapat mempermudah guru merencanakan materi video yang akan

diproduksi.

Sari dan Rohayati (2017: 3) powtoon adalah media pembelajaran yang berupa

media pembelajaran audio-visual, dimana media pembelajaran ini lebih memudahkan

kita untuk menyampaikan materi pembelajaran dan menjadikan metode pembelajaran

menjadi lebih sederhana. Penggunaan powtoon akan lebih memudahkan kita dalam

membuat animasi untuk video atau presentasi.

Powtoon merupakan layanan online yang gratis, berbayar dan fiturnya lebih

lengkap dan lebih mudah untuk membuat sebuah paparan yang memiliki fitur animasi

sangat menarik diantaranya animasi tulisan tangan, animasi kartun, dan efek transisi

yang lebih hidup serta pengaturan timeline yang sangat mudah dan menarik sehingga

membuat siswa tidak bosan pada saat mengikuti proses pembelajaran.

Fajar (2017: 104) powtoon adalah suatu perangkat lunak pengolah media

presentasi animasi berbasis Saas (Software as a Service) yang dapat diakses secara

online melalui situs www.powtoon.com yang dapat digunakan sebagai alat bantu

presentasi bagi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran di dalam kelas. Media
26

powtoon juga merupakan software video animasi yang dapat diakses secara online.

Software ini menyediakan fasilitas soundtrack musik secara gratis, dapat merekam

narasi. Video yang dibuat dapat menggunakan template yang sudah ada atau dapat

berkreasi dengan menggunakan tampilan kerja (workspace) yang masih kosong. Dari

beberapa pendapat para ahli di atas dapat diambil kesimpulan bahwa media powtoon

secara sederhana dapat didefinisikan sebagai alat bantu dalam pembelajaran yang

berupa software video animasi yang ditampilkan kepada peserta didik melalui

animasi gambar bergerak dan suara.

b. Manfaat Media Powtoon

Manfaat media powtoon menurut Hendrik (2015) mengatakan bahwa


manfaat media pembelajaran Powtoon (video player) sebagai berikut :

1) Media powtoon dapat memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu


bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka)

2) Media powtoon dapat mengatasi keterbatasan ruang,waktu dan daya


indera, seperti objek yang terlalu besar, bisa digantikan dengan realita,
gambar, film bingkai, film, atau model. Objek yang kecil dibantu dengan
proyektor mikro, film bingkai, film,atau gambar
3) Media powtoon dapat mengatasi gerak yang terlalu lambat atau terlalu
cepat, dapat dibantu dengan time lapse atau high-speedphotography. Kejadian
atau peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat rekaman
film, video, film bingkai, foto maupun secara verbal

4) Media powtoon dapat mengatasi penggunaan media pendidikan secara


tepat dan bervariasi yang dapat mengatasi sikap pasif anak seperti
menimbulkan kegairahan belajar, memungkinkan interaksi yang lebih
langsung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan,
memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan
27

minatnya, memberikan perangsang yang sama, mempersamakan pengalaman


dan menimbulkan persepsi yang sama.

Berdasarkan pendapat diatas, manfaat pemakaian media pembelajaran dalam

proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat, membangkitkan

motivasi dan rangssangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-

pengaruh psikologis terhadap siswa.

c. Kekurangan dan Kelebihan Media Powtoon

Setiap media pembelajaran pasti mempunyai kekurangan dan kelebihan,

adapun kekurangan dan kelebihan media pembelajaran Powtoon sebagai jenis media

pembelajaran audio visual. Hendrik (2015:47) mengatakan bahwa media

pembelajaran powtoon memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan media

powtoon yaitu : interaktif, mencakup segala aspek indera, penggunaannya praktis,

lebih variatif, dapat memberikan feedback; dan memotivasi. Kekurangan media

powtoon yaitu ketergantungan pada ketersedian dukungan sarana teknologi, harus

disesuaikan dengan system dan kondisi yang ada, mengurangi kreativitas dan invasi

dari jenis media pembelajaran lainnya, membutuhkan dukungan SDM yang

prefesional untuk mengoperasikannya.

d. Langkah-langkah Penerapan Media Pembelajaran Powtoon


28

Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi saat ini memberikan

keuntungan yang berlipat bagi dunia pendidikan kita. Kita bisa membuat berbagai

macam metode pembelajaran berbasis teknologi yang bisa kita terapkan dalam kelas

kita. Teknologi juga memungkinkan kita untuk membuat dan menerapkan multimedia

khususnya pada video animasi yang bisa kita buat sendiri secara mudah dan menarik

sesuai dengan materi yang akan kita ajarkan pada siswa kita.

Salah satu aplikasi untuk membuat video pembelajaran dengan cara

sederhana, namun menarik adalah dengan menggunakan powtoon. Powtoon memiliki

beragam fitur dan fasilitas yang memanjakan kita untuk membuat animasi

pembelajaran. Guru bisa memilih beberapa kategori misalnya “education clip”

maupun yang lainnya untuk disesuaikan dengan kebutuhan. Untuk memulai

menggunakan media powtoon silahkan kunjungi website http://powtoon.com dan

ikuti langkah-langkah dibawah ini menurut Yuhdi dan Sari (2017:46) :

1) Bagi anda yang belum punya akun, silahkan Sign Up dahulu


29

2) Setelah masuk, anda bisa pilih free templates mana yang cocok dengan video

animasi yang akan anda buat. Beberapa fitur dari powtoon yang dapat anda

gunakan adalah:

3) Pilih kategori template yang tersedia. Pilih kategori template sesuai dengan

konteks yang diinginkan. Berikut tampilannya


30

4) Edit slide-slide video pada template anda sesuai dengan kebutuhan

5) Setelah selesai, klik ekspor untuk upload, download dan share hasil

pembuatan animasi video anda.

6) Ada empat pilihan, setelah anda menge ‘klik’ ekspor, publish, upload,

download, dan share. Untuk versi yang berbayar (pro), anda bisa langsung

mendownload hasil animasi anda melalui format MP4. Namun bila masih

memakai yang gratisan, caranya adalah upload terlebih dahulu via YouTube

tentunya dengan melalui akun (channel Youtube) anda. Kemudia download

animasi anda melalui video YouTube tersebut. (cara download via Youtube

bisa browsing melalui Google)


31

7) Untuk upload ke Youtube, anda harus memiliki akun Google terlebih dahulu.

Pilih upload to, lalu tentukan akun Google yang akan digunakan, lalu klik

next. Pada halaman details, isikan deskripsi, kategori video anda dan klik next.

8) Pada halaman quality, pilihlah resolusi yang disarankan, untuk versi gratis

hanya bisa memilih standard quality. Bila sudah klik upload.

e. Langkah-langkah Pelaksanaan Media Pembelajaran Powtoon

Tahap ini langkah-langkah yang dilakukan menurut Tsur (2019: 37) adalah

sebagai berikut :

1) Tahap pembuka, pada tahap pembuka merupakan tahapan

penyampaian tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan materi

pokok yang akan diajarkan.

2) Tahap inti, yaitu menyajikan materi pembelajaran menggunakan

media powtoon.

3) Tahap penugasan, yaitu memberikan tugas kepada peserta didik

dengan berdasarkan pada materi yang telah disajikan melalui media,

selain itu tugas juga berasal dari tujuan yang ada pada buku pelajaran.

4) Tahap akhir, yaitu pengumpulan tugas.


32

3. Kemampuan Menulis Teks Fabel

a. Kemampuan Menulis

Menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa yang

mendasar (berbicara, menyimak, menulis, dan membaca). Kegiatan menulis menjadi

sebuah proses kreatif, di mana si penulis akan menuangkan seluruh pikirannya ke

dalam sebuah tulisan.

Tarigan (2008: 3) menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang

dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka

dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif.

Dalam kegiatan menulis ini, penulis haruslah terampil memanfaatkan grafolegi,

struktur bahasa dan kosa kata.

Barus (2014: 1) menulis merupakan aktivitas berbahasa yang produktif,

ekspresif, dan tidak langsung atau tidak tatap muka. Menulis adalah suatu proses

menyusun, mencatat, dan mengkomunikasikan makna dalam tataran ganda, bersifat

interaktif dan diarahkan untuk mencapat tujuan tertentu dengan menggunakan suatu

sistem tanda konvensional yang dapat dibaca. Dapat diketahui bahwa menulis adalah

kegiatan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa tulis, menulis merupakan


33

rangkaian kegiatan mengungkapkan dan menyampaikan gagasan atau pikiran kepada

pembaca agar pembaca dapat memahaminya.

Menurut Tarigan (2008: 4) kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan,

kekuatan. Kemampuan menulis adalah kemampuan seseorang untuk menuangkan

buah pikiran, ide, gagasan dengan mempergunakan rangkaian bahasa tulis yang baik

dan benar. Kemampuan menulis seseorang akan menjadi baik apabila dia juga

memiliki (a) kemampuan untuk menemukan masalah yang akan ditulis, (b) kepekaan

terhadap kondisi pembaca, (c) kemampuan menyusun perencanaan penelitian, (d)

kemampuan menggunakan bahasa Indonesia, (e) kemampuan memulai menulis dan

(f) kemampuan memeriksa karangan sendiri. Kemampuan tersebut akan berkembang

apabila ditunjang dengan kegiatan membaca dan kekayaan kosakata yang

dimilikinya.

b. Tujuan Menulis

Kegiatan menulis memiliki tujuan bagi para pelakunya. Aktifitas menulis

merupakan suatu bentuk manifestasi kompetensi berbahasa paling akhir dikuasai

dalam pembelajaran bahasa setelah kompetensi menyimak, berbicara, dan membaca.


34

Barus (2014: 3) mengemukakan bahwa tujuan menulis dibagi menjadi empat

macam, yakni:

1) Menjelaskan atau menerangkan

2) Menimbulkan citra yang sama dengan yang diamati oleh penulis

tentang suatu objek

3) Meninggalkan kesan tentang perubahan-perubahan sesuatu yang terjadi

mulai dari awal sampai dengan akhir cerita

4) Meyakinkan pembaca sehingga mengubah pikiran, pendapat atau

sikapnya sesuai dengan keinginan penulis.

Tarigan (2008: 25) menjelaskan tujuan menulis dibagi menjadi tujuh, yakni :

1) Tujuan penugasan

Tujuan penugasan ini sebenarnya tidak mempunyai tujuan sama

sekali. Penulis menulis sesuatu karena ditugaskan, bukan atas

kemauan sendiri.

2) Tujuan altruistik

Penulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca, ingin

menolong para pembaca untuk memahami, menghargai perasaan, dan

penalarannya.

3) Tujuan persuasif
35

Tulisan yang bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran

gagasan yang diutarakan.

4) Tujuan informasional, tujuan penerangan.

5) Tujuan pernyataan diri.

6) Tujuan kreatif.

7) Tujuan pemecahan masalah.

c. Teks Fabel

Kurikulum 2013 dalam pembelajaran bahasa Indonesia lebih banyak

mempelajari tentang teks. Dengan mempelajari teks, siswa akan dituntut lebih banyak

membaca, berpikir dan menulis sesuai dengan keempat keterampilan berbahasa.

Begitu juga dengan teks fabel yang dipelajari oleh siswa kelas VII SMP.

Cerita merupakan jenis teks narasi. Teks narasi mencakup semua jenis tulisan

atau lisan yang mengandung unsur cerita. sedangkan secara etimologis fabel berasal

dari bahasa latin fabulat. Fabel merupakan cerita tentang kehidupan binatang yang

berperilaku menyerupai manusia. Fabel termasuk jenis cerita fiksi, bukan kisah

tentang kehidupan nyata. Fabel sering juga disebut cerita moral karena pesan yang

ada didalam cerita fabel berkaitan erat dengan moral.

Teks cerita fabel tidak hanya mengisahkan kehidupan binatang, tapi juga

mengisah kehidupan manusia dengan segala karakternya. Binatang-binatang yang ada


36

pada cerita fabel memiliki karakter seperti manusia. Karakter mereka ada yang baik

dan ada juga tidak baik. Mereka mempunyai sifat jujur, sopan, pintar, dan senang

bersahabat, serta melakukan perbuatan terpuji. Mereka ada juga berkarakter licik ,

culas, sombong, suka menipu, dan ingin menang sendiri. Cerita fabel tidak hanya

ditujukan kepada anak-anak, tetapi juga kepada orang dewasa. Cerita fabel menjadi

salah satu sarana yang pontensial dalam menanamkan nilai-nilai moral.

(Kemendikbud, 2016: 194)

d. Ciri-ciri Teks Fabel

Adapun ciri-ciri teks fabel sebagai berikut:

1) Tokoh utama binatang

2) Alur ceritanya sederhana

3) Cerita singkat dan bergerak cepat

4) Karakter tokoh tidak diuraikan secara terperinci

5) Gaya penceritaan secara langsung

6) Pesan atau tema kadang-kadang dituliskan dalam cerita

7) Pendahuluan sangat singkat dan langsung.


37

e. Unsur Teks Fabel

Unsur pembangun sastra termasuk fabel menurut Nurgiyantoro (2005: 221-

272) adalah :

1) Tema adalah hal yang penting dalam sebuah cerita. Suatu cerita yang

tidak mempunyai tema dikatakan tidak ada gunanya. Tema cerita yang

satu dengan cerita lain, mungkin saja sama. Tema cerita dapat

diketahui melalui hal-hal yang dirasakan, dipikirkan, diinginkan,

dibicarakan atau dipertentangkan para tokohnya.

2) Tokoh atau penokohan adalah pelaku dalam sebuah cerita. Tokoh

dalam cerita berperan penting karena dalam diri tokoh inilah karakter-

karakter daam cerita akan muncul. Dalam fabel tokoh yang biasa

digunakan adalah tokoh binatang, bahkan tokoh binatang sering

muncul bersama tokoh manusia. Biasanya tokoh dalam fabel yang

sering muncul adalah tokoh yang baik dan tokoh jahat. Binatang yang

berkarakter baik tersebut biasanya binatang kecil dan lemah, namun

dengan kecerdasannya binatang itu bisa memperdaya binatang yang

lain. Binatang yang berkarakter jahat biasanya adalah binatang yang


38

berbadan besar dan buas. Meskipun demikian tidak semua tokoh

binatang dalam cerita fabel berkarakter demikian.

3) Alur cerita adalah urutan peristiwa yang dialami oleh tokoh. Alur

cerita berhubungan dengan peristiwa yang terjadi dalam sebuah cerita,

mulai dari konflik sampai dengan penyelesaian. Alur cerita menjadi

unsur penting karena di dalam alur cerita tersebut tokoh, peristiwa, dan

segala sesuatunya dikisahkan sehingga menjadi suatu cerita yang padu.

Teks fabel diciptakan untuk anak-anak, maka alur cerita yang

digunakan sangat sederhana agar mudah untuk dipahami. Meskipun

demikian, alur dalam cerita haruslah saling berkaitan satu sama lain.

4) Latar adalah dimana, kapan, dan bagaimana peristiwa itu terjadi.

Kejelasan latar yang digunakan dalam cerita membantu pembaca

memahami alur yang terjadi dalam sebuah cerita. Latar dibagi menjadi

latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Latar tempat menjelaskan

dimana peristiwa itu terjadi. Latar waktu menjelaskan kapan peristiwa

itu terjadi, dan latar suasana menunjukkan bagaimana lingkungan

sosial di sekitar tokoh.

5) Sudut pandang merupakan bagaimana cara sebuah cerita tersebut

dikisahkan. Sudut pandang dibagi menjadi sudut pandang orang


39

pertama, sudut pandang orang ketiga maha tahu, sudut pandang orang

ketiga terbatas, sudut pandang objektif atau dramatik.

f. Struktur Teks Fabel

Sruktur cerita adalah bagian-bagian cerita, yang secara umum dibedakan

menjadi pembukaan atau biasa disebut opening, kemudian bagian inti cerita, dan

penutup. (Kemendikbud, 2016: 209) Fabel memiliki empat bagian dalam strukturnya,

keempat bagian tersebut adalah sebagai berikut :

a. Orientasi

Orientasi merupakan bagian awal dari suatu cerita yang berisi

pengenalan, tokoh, latar atau tempat, alur dan waktu.

1) Tokoh, penokohan : Tokoh adalah pelaku dalam sebuah cerita,

tokoh dalam cerita fabel biasanya hewan jinak dan hewan liar. Misalnya fabel

kelinci dan serigala dan cerita hewan lainnya. Sedangkan penokohan adalah

salah satu cara pengarang menggambarkan dan mengembangkan karakter

tokoh-tokoh dalam cerita. Karakter tokoh cerita fabel biasanya baik dan jahat,

jujur dan pembohong, sopan dan tidak sopan, pintar dan bodoh, menyukai

persahabatan dan tidak menyukai persahabatan, licik dan culas, sombong

angkuh, suka menipu dan sebagainya.


40

2) Latar (Setting) : Latar dalam suatu cerita biasanya bersifat faktual

atau bisa pula imajiner. Latar berfungsi untuk memperkuat atau mempertegas

keyakinan pembaca terhadap jalannya suatu cerita. Cerita fabel biasanya

berlatar alam ( hutan, sungai, kolam, lembah ) atau alam bebas yang tidak

dapat diubah menjadi latar rumah atau sekolah.

3) Alur (Plot) : Merupakan sebagian dari unsur intrinsik suatu

karyasastra. Alur merupakan pola pengembangan cerita yang terbentuk oleh

hubungan sebab akibat. Cerita fabel biasanya menggunakan alur maju (dari

awal bergerak maju hingga terjadi akibat dari peristiwa sebelumnya)

4) Latar Waktu :Merupakan waktu berlansungnya cerita, mungkin pagi

hari, malam hari, dana waktu-waktu lainnya. latar waktu merupakan bagian

dari latar (setting).

b. Komplikasi

Komplikasi merupakan konflik atau permasalahan antara satu tokoh

dengan tokoh yang lain. konflikasi biasanya menuju kelimaks.

1) Konflik : Konflik merupakan pengungkapan peristiwa. Dalam

bagian ini disajikan peristiwa awal yang menimbulkan berbagai masalah,

pertentangan, ataupun kesukaran-kesukaran bagi para tokoh. Konflik fabel

biasanya diakibatkan oleh penghianatan, kelicikan, penghinaan,


41

kesombongan, persahabatan, perilaku buruk yang akhirnya diperbaiki,

kecerdikan, keluarga, dan sebagainya. Konflik-konflik tersebut mengemban

amanat berupa nilai-nilai moral dan karakter manusia yang baik.

2) Klimaks : Biasanya disebut puncak konflik. Inilah bagian cerita

yang paling besar dan mendebarkan. Pada bagian ini pula ditentukan

perubahan nasib beberapa tokohnya.

c. Resolusi

Resolusi merupakan bagian yang berisi pemecahan masalah. Dalam

cerita fabel Pemecahan masalah biasanya berisi cerita tentang cara

penyelesaian dari masalah yang terjadi pada tokoh yang terjadi di bagian

komplikasi.

d. Koda

Koda atau yang biasa disebut amanat merupakan ajaran moral atau

pesan yang hendak disampaikan pengarang kepada pembaca melalui

karyanya. bagian terakhir fabel ini berisi perubahan sikap dan sifat yang
42

terjadi pada tokoh. Pada bagian ini biasanya tokoh jahat berubah menjadi

baik, terjadi penyesalan, permusuhan menjadi persahabatan dan sebagainya.

g. Kaidah Kebahasaan Teks Fabel

Kaidah kebahasaan dengan kata lain unsur kebahasaan teks fabel sebagai

berikut:

1) Kata kerja

Kata kerja adalah satu dari beberapa unsur (kaidah) kebahasaan pada teks

cerita fabel. Adapun didalam kata kerja pada teks cerita fabel dibagi menjadi dua

bagian. Adapun dua bagian kata kerja yang dimaksud yakni:

a) Kata kerja aktif transitif merupakan kata kerja aktif yang

memerlukan objek dalam kalimat. Contoh kata transitif adalah

memegang, mengangkat, memikul, mengendarai, mendorong dan

sebagainya.

b) Kata kerja aktif intransitif merupakan kata kerja aktif yang tidak

memerlukan objek dalam kalimat. Contoh kata kerja aktif intrasitif

adalah diam, merenung, berpikir dan sebagainya.

2) Penggunaan kata sandang Si dan Sang


43

Didalam teks cerita fabel sangat sering dijumpai dan ditemukan

penggunaan kata sandang si dan kata sandang sang. Contoh kata sandang si

dan sang yaitu sebagai berikut:

a) Sang kerbau berkeliling hutan sambil menyapa binatang-binatang

lain yang berada dihutan tersebut.

b) Si kepompong hanya dapat berdiam saja saat mendengarkan

ejekan itu.

3) Penggunaan kata keterangan tempat dan waktu

Untuk menghidupkan suasana pada teks cerita fabel, biasanya selalu

menggunakan kata keterangan tempat dan juga kata keterangan waktu. Pada

keterangan tempat sering menggunakan kata depan “Di” dan pada keterangan

waktu sering menggunakan kata depan “Pada, Informasi waktu dan lain-lain”.

Contoh kata keterangan tempat dan waktu:

a) Diceritakan pada suatu malam yang gelap gulita, ada seekor

harimau berburu di hutan.

b) Pada suatu malam sang harimau kembali berburu ke hutan

tersebut.

c) Si kelinci mengangkat wortel dan menaruhnya ditempat yang

tinggi yang lebih aman.


44

4) Penggunaan kata hubung lalu, kemudian dan akhirnya

Kata dari “lalu” dan “kemudian” mempunyai arti yang sama, dimana kata-

kata tersebut sering digunakan sebagai kata penghubung antar-kalimat dan

juga sebagai penghubung intra-kalimat. Berbeda dengan kata “akhirnya” yang

sering digunakan dalam penyimpulan serta pengakhiran informasi pada

paragraph maupun pada teks.

h. Penilaian Menulis Teks Fabel

Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan

beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar

siswa atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) siswa. Menurut

Kemendikbud (2014: 104) penilaian dalam kegiatan menulis teks ada beberapa aspek

yang perlu diperhatikan, yaitu (1) aspek isi, (2) organisasi, (3) kosakata, (4)

penggunaan bahasa, dan (5) mekanik. Kelima aspek tersebut digunakan dalam

penilaian memproduksi teks cerita fabel sesuai dengan penilaian dalam kurikulum

2013 sebagai berikut :

1) Isi

Isi adalah sesuatu yang menempati ruang, wadah, pikiran yang dapat

dikembangkan. Penilaian dari segi isi yaitu padat berdasarkan informasi,

substansif dan relevan dengan permasalahan.


45

2) Organisasi

Organisasi adalah penyusunan serta pengaturan bagian-bagian hingga

menjadi suatu kesatuan untuk mencapai tujuan bersama. Penilaian dari segi

organisasi yaitu ekspresi lancar, gagasan yang diungkapkan dengan jelas, tertata

dengan baik, urutan logis dan kohesif.

3) Kosa kata

Kosa kata adalah kata yang harus dikuasi oleh seseorang atau kata-kata yang

dipakai oleh segolongan orang dalam lingkungan yang sama. Penilaian dari segi

kosakata yaitu pemanfaatan potensi kata canggih, pilihan kata tepat dan

menguasai pembentukan kata.

4) Penggunaan bahasa

Penggunaan bahasa adalah sebuah sistem mengenai bunyi dan aturan bunyi

bahasa yang digunakan dalam komunikasi antar individu oleh sekelompok

manusia. Penilaian dari segi penggunaan bahasa yaitu konstruksi kompleks tetapi

efektif, penggunaan bentuk kebahasaan.

5) Mekanik

Penilaian dari segi mekanik yaitu menguasai ejaan dan aturan penulisan.
46

B. Kerangka Konseptual

Menulis merupakan keterampilan dasar bahasa yang sangat penting dikuasai

siswa karena menulis merupakan media berkomunikasi. Melalui menulis seseorang

dapat mengungkapkan perasaan, ide, atau gagasan yang didalamnya termasuk

menulis cerita fabel. Pembelajaran menulis khususnya cerita fabel memerlukan

perhatian khusus dari guru dalam menumbuhkan minat dan motivasi siswa untuk

mengikutinya. Selain itu, guru juga harus mampu meransang siswa untuk

menumbuhkan imajinasi mengenai ide mengarang dan menumbuhkan kreatifitas

siswa.

Hasil belajar menulis cerita fabel pada siswa kelas VII SMP Negeri 4 Medan

masih rendah. Siswa menganggap menulis merupakan hal yang sulit dan

membosankan. Pembelajaran menulis selama ini menjadi sulit karena kurangnya

keterampilan dan minat siswa dalam pembelajaran menulis cerita, siswa merasa

bosan ketika hanya dijelaskan materi secara terus menerus, siswa merasa kesulitan

menemukan ide yang akan ditulis menjadi sebuah cerita tanpa adanya media sebagai

pendukung dalam menulis cerita.

Penggunaan media powtoon dapat menumbuhkan motivasi dan minat siswa

untuk belajar menulis cerita fabel. Disamping itu siswa dengan mudah

mengembangkan ide untuk menulis sebuah cerita fabel, karena media powtoon
47

dianggap mampu merangsang daya imajinasi siswa dalam menemukan ide gagasan

menulis sebuah cerita fabel.

C. Hipotesis Penelitian

Menurut Sugiyono (2018:64) hipotesis merupakan jawaban sementara

terhadap rumusan masalah penelitian. Sehubungan dengan hal di atas, dapat

dirumuskan bahwa hipotesis penelitian ini adanya pengaruh yang signifikan

kemampuan menulis teks fabel siswa kelas VII SMP Negeri 4 Medan menggunakan

media pembelajaran powtoon.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP Negeri 4 Medan pada siswa kelas

VII Tahun Pembelajaran 2019/2020. Pemilihan lokasi ini dilakukan

berdasarkan pertimbangan sebagai berikut:

a. kurikulum yang digunakan sekolah adalah kurikulum 2013

b. keadaan atau situasi dan jumlah siswa mendukung untuk penelitian

c. sekolah SMP Negeri 4 Medan belum pernah dilakukan penelitian

mengenai penggunaan media powtoon terhadap kemampuan menulis

teks fabel.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester genap Tahun Pembelajaran

2019/2020 di SMP Negeri 4 Medan.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

48
49

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 4

Medan tahun pembelajaran 2019/2020 yang terdiri dari sebelas kelas, seperti

terlihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 3.1 Populasi Penelitian

No. Kelas Jumlah Siswa


1. VII-1 31
2. VII-2 32
3. VII-3 32
4. VII-4 32
5. VII-5 32
6. VII-6 32
7. VII-7 32
8. VII-8 32
9. VII-9 32
10 VII-10 32
11. VII-11 32
Jumlah 351

2. Sampel Penelitian

Pengambilan sampel harus dilakukan sedemikian rupa sehingga sampel

tersebut dapat menggambarkan keseluruhan dari populasi tersebut.

Pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah simple


50

randam sampling. Pengambilan sampel yang digunakan adalah secara acak

kelas. Dari populasi yang telah terbagi menjadi sebelas kelas, maka langkah-

langkah dalam proses random tersebut antara lain:

a) menuliskan nama-nama kelas pada selembar kertas,

b) kertas yang telah ditulis dengan nama kelas-kelas digulung dan

dimasukan ke dalam kotak,

c) kemudian kotak yang berisi gulungan kertas tersebut dikocok, lalu

diambil satu gulungan kertas,

d) gulungan kertas pertama yang akan dijadikan sampel dalam

penelitian ini.

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Agar lebih jelas permasalahan yang dibahas serta menghindari

kesalahpahaman, maka perlu dirumuskan defenisi operasional variabel penelitian.

Ada dua variabel dalam penelitian ini, yaitu media powtoon sebagai variabel bebas

dan kemampuan menulis teks fabel sebagai variabel terikat. Secara rinci variabel

penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

(1) Variabel bebas (X) : media powtoon

(2) Variabel terikat (Y) : kemampuan menulis teks fabel


51

Definisi operasional penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. media video powtoon adalah media yang digunakan siswa kelas VII SMP

Negeri 4 Medan untuk memudahkan siswa merencanakan ide dan merangkai

kalimat untuk ditulis menjadi cerita fabel. Dengan menekankan bahwa siswa

belajar dengan cara mengamati dan mendengarkan materi melalui media

powtoon, menentukan struktur dan menulis fabel berdasarkan struktur yang

telah ditentukan,

b. kemampuan menulis teks fabel adalah kemampuan siswa dalam menulis teks

fabel berdasarkan indikator penilaian kesesuaian struktur teks fabel siswa

Kelas VII SMP Negeri 4 Medan.

D. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi eksperimen

dengan model one group pre-test dan post-test design. Tujuannya adalah untuk

menguji serangkaian hipotesis yang digunakan dalam penelitian, maka dengan

sendirinya memudahkan untuk memperoleh data yang dibutuhkan. Metode ini

digunakan karena peneliti ingin mengetahui pengaruh media powtoon terhadap

kemampuan menulis teks fabel oleh siswa kelas VII SMP Negeri 4 Medan Tahun

Pembelajaran 2019/2020.

E. Desain Penelitian
52

Desain penelitian ini adalah one group pre-test dan post-test design. Di dalam

desain penelitian penelitian ini penilaian dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum

eksperimen dan sesudah eksperimen. Penilaian yang dilakukan sebelum eksperimen

disebut pre-test, dan sesudah observasi disebut post-test.

Desain dengan pre-test post-test ini, memberi perlakuan yang sama pada

setiap subjek tanpa memperhitungkan dasar kemampuan yang dimiliki. Kesimpulan,

siswa yang menjadi sampel dalam penelitian ini akan mendapatkan hak yang sama

yaitu tes awal tanpa menggunakan media powtoon. Kemudian tes akhir setelah

menggunakan media powtoon.

Tabel 3.2

Desain Eksperimen One Group Pre-Test dan Post-Test Design

Kelas Pre-Test Perlakuan Post-Test

X-n O¹ X O²

Keterangan :

O¹ : Pre-test (tes awal) menulis teks fabel sebelum mendapat perlakuan

X : Perlakuan dengan media Powtoon


53

O² : Post-test (tes akhir) menganalisis teks fabel setelah mendapat

perlakuan

F. Jalannya Penelitian

Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

Tabel 3.3

Jalannya Eksperimen One Group Pre-Test dan Post-Test Design

PERTEMUAN I
Aktivitas Guru Aktivitas Siswa Waktu
1. Guru memberikan soal Pre-test 1. Siswa mengerjakan soal Pre- 80 Menit

test
PERTEMUAN II
Aktivitas Guru Aktivitas Siswa Waktu
Kegiatan Awal Kegiatan Awal 10 Menit

1. Mengucap salam dan berdoa 1. Mengucap salam dan berdoa

2. Menjawab absen

2. Mengabsen siswa 3. Mendengarkan penjelasan

3. Aperpepsi, menjelaskan guru mengenai kompetensi dan

kompetensi dan tujuan tujuan pembelajaran

pembelajaran
Kegiatan Inti Kegiatan Inti 60 Menit

Mengamati Mengamati
54

1. Guru memberikan contoh teks 1. Siswa mengamati contoh

cerita fabel kura-kura dan kelinci teks fabel kura-kura dan kelinci

2. Siswa mengamati, membaca

2. Guru meminta siswa secara contoh teks fabel secara

individu mengamati, membaca teks individu untuk membangun

fabel yang telah diberikan pemahaman tentang struktur

dan kebahasaan teks fabel

Menanya

1. Siswa menanyakan kepada

Menanya guru mengenai teks fabel yang

1. Guru memberikan kesempatan telah diamati/dibaca

kepada siswa untuk bertanya

mengenai teks fabel yang 2. Siswa menanyakan kepada

diamati/dibaca guru hal-hal yang berkaitan

2. Guru memberikan kesempatan dengan struktur dan

kepada siswa untuk bertanya hal-hal kebahasaan teks fabel dan cara

yang berkaitan dengan struktur dan menyusun/menulis teks fabel

kebahasaan teks fabel dan cara sesuai dengan struktur dan

menyusun/menulis teks fabel sesuai kebahasaan

dengan struktur dan kebahasaan 3. Siswa bersamaan dengan


55

3. Guru mengumpulkan dan guru memilah pertanyaan

mencatat pertanyaan-pertanyaan itu berdasarkan kesesuaian dengan

di papan tulis, kemudian bersama- tujuan pembelajaran yaitu

sama siswa memilah-milahnya menyusun/menulis teks fabel

berdasarkan kesesuaian dengan sesuai dengan struktur dan

tujuan pembelajaran yaitu kebahasaan

menyusun/menulis teks fabel sesuai

dengan struktur dan kebahasaan

4. Guru menentukan beberapa

pertanyaan siswa yang akan

menjadi fokus pembelajaran pada

pertemuan ini yaitu

menyusun/menulis teks fabel sesuai

dengan struktur dan kebahasaan


Mengumpulkan Informasi Mengumpulkan Informasi

1. Guru mengelompokkan siswa 1. Siswa membentuk kelompok

sesuai dengan arahan guru

2. Siswa membaca paparan

2. Guru meminta setiap kelompok materi yang ada pada buku

untuk membaca paparan materi siswa dan referensi-referensi


56

yang ada pada buku siswa dan lainnya yang relevan

referensi-referensi lainnya yang

relevan 3. Siswa melaksanakan

3. Guru menjalankan media pembelajaran dengan media

pembelajaran powtoon untuk pembelajaran powtoon untuk

membantu siswa dalam berbagi lebih memahami materi

pemahaman materi tentang tentang menyusun/menulis teks

menyusun/menulis teks fabel sesuai fabel sesuai dengan struktur

dengan struktur dan kebahasaan dan kebahasaan

4. Guru meminta setiap kelompok 4.Siswa menjawab pertanyaan

siswa akan merumuskan jawaban yaitu menyusun/menulis teks

sebuah pertanyaan yang telah fabel kura-kura dan kelinci di

ditentukan yaitu menyusun/menulis lembar kerja berdasarkan

teks fabel kura-kura dan kelinci di struktur dan kebahasaan

lembar kerja berdasarkan struktur

dan kebahasaan
Mengasosiasi Mengasosiasi

1. Guru meminta kelompok siswa 1. Siswa mendiskusikan hasil

mendiskusikan hasil tulisan teks jawaban sebuah pertanyaan

fabel kura-kura dan kelinci di yang telah ditentukan yaitu

lembar kerja berdasarkan struktur menyusun/menulis teks fabel


57

dan kebahasaan kura-kura dan kelinci di lembar

kerja berdasarkan struktur dan

kebahasaan
Mengkomunikasikan Mengkomunikasikan

1. Guru memberi kesempatan 1. Kelompok siswa

kepada kelompok siswa membacakan hasil diskusi dan

membacakan hasil diskusi dan ditanggapi oleh kelompok

untuk ditanggapi oleh kelompok lainnya

lainnya
Kegiatan Penutup Kegiatan Penutup 10 Menit

1. Guru meminta siswa untuk 1. Siswa membuat kesimpulan

membuat kesimpulan tentang materi dengan bimbingan guru

yang telah dipelajari dalam kegiatan tentang materi yang telah

pembelajaran yang baru dilakukan dipelajari dalam kegiatan

yaitu tentang menulis teks fabel pembelajaran yang baru

berdasarkan struktur dan dilakukan yaitu tentang teks

kebahasaan fabel berdasarkan struktur dan

kebahasaan

PERTEMUAN III
Aktivitas Guru Aktivitas Siswa Waktu
1. Guru menayangkan video cerita 1. Siswa menonton tayangan 80 Menit

fabel yang telah dibuat video cerita fabel yang telah


58

menggunakan powtoon dibuat menggunakan powtoon

2. Guru memberikan soal Post-test 2. Siswa mengerjakan soal

Post-test

G. Instrumen Penelitian

Nurgiyantoro (2016: 463) mengatakan bahwa tes merupakan salah satu bentuk

pengukuran, dan tes hanyalah merupakan salah satu cara untuk mendapatkan

informasi (kompetensi, pengetahuan, dan keterampilan) tentang siswa. Tes ini

bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal maupun kemampuan akhir siswa

dalam menulis teks.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis pre-test

yakni siswa disuruh menulis sebuah teks fabel dengan memperhatikan struktur dan

kebahasaan penulisan teks fabel sebelum mendapat perlakuan media pembelajaran

powtoon dan tes tertulis post-test siswa menulis sebuah teks fabel dengan

memperhatikan struktur penulisan teks fabel seperti orientasi, komplikasi, resolusi,

koda dan unsur kebahasaan teks fabel setelah mendapat perlakuan media powtoon.

Penilaian dalam kegiatan menulis ada beberapa aspek yang perlu

diperhatikan, yaitu (1) aspek isi, (2) organisasi, (3) kosakata, (4) penggunaan bahasa,

dan (5) mekanik. Kelima aspek tersebut digunakan dalam penilaian menulis teks

cerita fabel sesuai dengan penilaian dalam kurikulum 2013.


59

Tabel 3.4

Aspek-aspek Penilaian Menulis Teks Fabel

Skor Kriteria
Komentar

27-30 Sangat baik-sempurna: menguasai topik tulisan, substantif,


pengembangan teks lengkap, relevan dengan topik yang dibahas.
22-26 Cukup-baik: cukup menguasai permasalahan, cukup memadai,
pengembangan teks terbatas, relevan dengan topik tetapi kurang
Isi
terperinci.
(30) 17-21 Sedang-cukup: penguasaan permasalahan terbatas, substansi
kurang, pengembangan topik tidak memadai.
Sangat-kurang: tidak menguasai permasalahan, tidak ada
13-16 substansi, tidak relevan, atau tidak layak dinilai
orientasi^ komplikasi^resolusi^koda.
18-20 Sangat baik-sempurna: ekspresi lancar, gagasan diungkapkan
Organisasi dengan jelas, padat, tertata dengan baik, urutan logis, kohesif.
(orientasi, 14-17 Cukup-baik: kurang lancar, kurang terorganisasi tetapi ide utama
komplikasi, menyatakan, pendukung terbatas, logis tetapi tidak lengkap.
resolusi, 10-13 Sedang-cukup: tidak lancar, gagasan kacau atau tidak terkait,
koda) urutan dan pengembangan tidak logis.
7-9 Sangat-kurang: tidak komunikatif, tidak terorganisasi atau tidak
(20) layak dinilai.
Kosa kata 18-20 Sangat baik-sempurna: penguasaan kata canggih, pilihan kata dan
(20) ungkapan efektif, menguasai pembentukan kata, penggunaan
register tepat.
14-17 Cukup-baik: penguasaan kata memadai, pilihan, bentuk, dan
penggunaan kata/
ungkapan kadang-kadang salah, tetapi tidak menganggu.
10-13 Sedang-cukup: penguasaan kata terbatas, sering terjadi kesalahan
bentuk, pilihan,
dan penggunaan kosakata/ ungkapan, makna membingunhkan dan
tidak jelas.
7-9 Sangat kurang: pengetahuan kosakata, ungkapan, dan
60

pembentukan kata rendah,


tidak layak dinilai.
18-20 Sangat baik- sempurna: konstruksi kompleks dan efektif, terdapat
sedikit kesalahan
penggunaan bahasa (urutan/ fungsi kata, artikel, pronomina,
preposisi).
Penggunaan
Cukup-baik: konstruksi sederhana tetapi efektif, terdapat
bahasa
14-17 kesalahan kecil pada konstruksi kompleks, terjadi sejumlah
(20) kesalahan penggunaan bahasa (urutan/ fungsi
kata, artikel, pronominal, preposisi), tetapi makna cukup jelas.
Sedang-cukup: terjadi banyak kesalahan dalam konstruksi
10-13 kalimat tunggal/ kompleks (sering terjadi kesalahan pada kalimat
negasi, urutan/ fungsi kata, artikel, pronomina, preposisi, kalimat
fragmen, pelesapan), makna membingungkan atau
kabur.
7-9 Sangat kurang: tidak menguasai tata kalimat, terdapat banyak
kesalahan, tidak
komunikatif, tidak layak dinialai.
10 Sangat baik-sempurna: menguasai aturan penulisan, terdapat
Mekanik sedikit kesalahan
(10) ejaan, tanda baca, penggunaan huruf kapital, dan penataan paragraf.
6 Cukup-baik: kadang-kadang terjadikesalahan ejaan, tanda baca,
penggunaan huruf
kapital, dan penataan paragraf, tetapi tidak mengaburkan makna.
Sedang-cukup: sering terjadi kesaalahan ejaan, tanda baca,
4 penggunaan huruf kapital, dan penataan paragraf, tulisan tangan
tidak jelas, makna membingungkan
atau kabur.
Sangat kurang: tidak menguasai aturan penulisan, terdapat
2 banyak kesalahaan ejaan, tanda baca, penggunaan huruf kapital,
dan penataan paragraf, tulisan tidak
terbaca, tidak layak dinilai.

Skor 100
Maksimal
61

Sumber: Kemendikbud (2014: 136-137)

Untuk mendapatkan nilai dari skor tersebut dilakukan dengan cara sebagai

berikut:

skor yang diperoleh


Nilai akhir = x 100
skor maksimal

Untuk mengetahui kemampuan menulis teks fabel dengan media powtoon

digunakan standar skor menurut Nurgiyantoro (2016: 277) sebagai berikut:

Tabel 3.5

Kategori Penilaian

Kategori Penilaian
Sangat Baik 86-100
Baik 76-85
Cukup 56-75
Kurang 10-55

H. Organisasi Pengolahan Data

Langkah-langkah yang dilakukan peneliti untuk memperoleh data yaitu:

1. mentabulasi skor pre-test

2. mentabulasi skor post-test


62

3. mencari mean variabel hasil pre-test

4. mencari mean variabel hasil post-test

5. mencari standar deviasi variabel hasil pre-test

6. mencari standar deviasi variabel hasil post-test

7. mencari standar error variabel hasil pre-test

8. mencari standar error variabel hasil post-test

9. melakukan uji normalitas

10. melakukan uji homogenitas

11. menguji hipotesis

I. Teknik Analisis Data Penelitian

Menurut Sugiyono (2018: 243), teknik analisis data diarahkan untuk

menjawab rumusan masalah atau menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Dalam

penelitian ini data yang digunakan adalah data kuantitatif, dikatakan sebagai data

kuantitatif karena gambaran datanya menggunakan ukuran, jumlah, atau ferkuensi

yaitu nilai kemampuan siswa.

Data yang terkumpul selanjutnya akan dianalisis guna mencapai hasil yang

maksimal. Menurut Arnita (2013: 101) analisis tersebut dapat dilakukan dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menyusun data pretest dan posttest dalam bentk tabel


63

2. Menghitung rata-rata skor dari variabel pretest dan posttest dengan

menggunakan rumus:

Mx=[∑ f x ]
N

Keterangan :

Mx : Rata-rata (mean)

∑f x : Jumlah perkalian frekuensi dengan vaiabel x

N : Jumlah sampel

3. Mengitung standart deviasi dari variabel hasil pretest dengan menggunakan

rumus:

√ ∑ fx 2
SD =
N

Keterangan :

SD : Standart deviasi

N : Jumlah Sampel

∑fx2 : Kuadrat jumlah perkalian frekuensi dengan variabel x

4. Uji Normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah populasi berdistribusi

normal atau tidak. Uji normalitas dilakuakn dengan menggunakan uji liliefors

dengan langkah-langkah sebagai berikut:


64

a Data-data X₁, X₂, X₃ …… X𝔫 dijadikan bilangan baku Z₁, Z₂, Z₃

¿
…… Z𝔫 dengan menggunakan rumus Z₁ = X ¹− S ¿ X

Keterangan :

X : Rata-rata sampel

S : Simpangan baku sampel

b Tiap bilangan baku menggunakan daftar distribusi normal baku,

kemudian dihitung dengan rumus: F (Z₁) = P (Z≤ Zi)

c Menghitung proposal Z₁, Z₂, Z₃, yang lebih kecil atau sama Zi. Jika

proposi ini dinyatakan oleh S(Zi) = P(Z≤ Zi ¿ ,maka:

banyaknya Z 1 , Z 2 , Z 3 , … Zn
S(Zn) =
N

d Mengitung jumlah selisih F(Zi) = P(Z≤ Zi ¿ , kemudian menentukan

harga mutlaknya

e Ambil harga yang paling besar antara selisih tersebut dengan Lo dan

nilai kritis L yang diambil dari daftar uji liliefors dengan taraf nyata

0,05 (5%). Dengan kriteria pengujian:

Jika L¿ Ftabel dalam berdistribusi normal

Jika Lo¿ Ftabel maka data tidak berdistribusi normal

5. Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah data mempunyai varian

yang sama (homogen) atau tidak. Rumus yang digunakan adalah:


65

S ₁²
F=
S ²₂

Keterangan :

S₁² : Varian dari kelompok besar

S₂² : Varian dari kelompok kecil

Jika Fhitung¿Ftabel maka kedua sampel mempunyai varian yang sama

Jika Fhitung ¿ Ftabel maka kedua sampel tidak mempunyai varian yang sama

6. Uji hipotesis penelitian dilakukan dengan menggunakan uji “t” dengan rumus

sebagai berikut:

M 1−M ₂
to =
SE M 1−M ₂

Keterangan :

to : t observasi

M₁ : Mean hasil posttest

M₂ : Mean hasil pretest

SE M₁-M₂ : Standart eror perbedaan kedua kelompok

a Standart eror mean pretest dan posttest dengan rumus :

SD
SEM =
√ N −1
Keterangan :

SEM : besarnya kesalahan mean sampel x


66

SD : Standar deviasi dari sampel yang diteliti

N : Banyaknya subjek yang diteliti

I : bilangan konstan

b Standart eror perbedaan mean pretest dengan posttest dengan rumus:

SEM₁ = √ S E 2 M 1 +SE ² M ₂

Dengan ketentuan Ho ditolak Ha diterima jika t o ¿tt sebaiknya Ho diterima dan

Ho ditolak jika to¿tt pada taraf nyata (⍺) = 0,05 yang di konsultasikan

DAFTAR PUSTAKA

Arnita. 2013. Pengantar Statistika. Bandung: Cipta Pustaka Media Perintis


67

Anif, Nur. 2017. Peningkatan Kemampuan Menulis Fabel Menggunakan Media


Film Animasi Pada Siswa Kelas VII C SMP Negeri 1 Bonorowo Tahun
Pelajaran 2016/2017
Agustiningyas Triska. 2016. Pengaruh Penggunaan Media Film Animasi Terhadap
Kemampuan Menulis Teks Cerita Fabel Siswa Kelas VII SMP Negeri 8 Kediri
Tahun Pelajaran 2015-2016. Mahasiswa Universitas Persatuan Guru Republik
Indonesia
Arsyad, Azhar. 2007. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Aziz, Febriana Lara. 2017. Peningkatan Keterampilan Menulis Fabel
Menggunakan Media Gambar Seri Siswa Kelas VII.A SMP Negeri 2
Kediri Tahun Pelajaran 2016/2017 Skripsi. Mataram. Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia

Barus, Sanggup. 2014. Pembinaan Kompetensi Menulis. Medan: USU Press

Fajar, Syahrul, dkk. 2017. Pengaruh Penggunaan Media Powtoon terhadap Hasil
Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Terpadu.
EDUTCEHNOLOGIA, 3 (2), 101-114

Hendrik, Muhammad. 2015. Ulasan Tentang Powtoon. Diambil dari


http://muhammadhendrik94.blogspot.com/2015/12/tentang-powtoon.html (26
Januari 2019)

Kemendikbud. 2014. Buku Guru Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan. Jakarta:


Kemendikbud

Kemendikbud. 2016. Buku Siswa Bahasa Indonesia SMP/ MTS Kelas VII. Jakarta:
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan

Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Sastra Anak. Yogyakarta: Gajah Mada University


Press
68

Nurgiyantoro, Burhan. 2016. Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis


Kompetensi. Yogyakarta: BPFE
Sari, M & Rohayati. 2017. Pengembangan Media Pembelajaran Powtoon Sebagai
Bahan Pengamatan dalam Implementasi Pendekatan Saintifik
Pembelajaran Dasar-Dasar Perbankan. Surabaya: Jurnal Universitas
Negeri Surabaya
Septia, Nola M, dkk. 2017. Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Cooperative Integrated Reading And Composition Terhadap Keterampilan
Menulis Teks Cerita Fabel Siswa Kelas VIII MTSN Lubuk Buaya Padang. Sumatera
Barat: Jurnal STKIP PGRI Padang

Sugiyono. 2018. Metode Penelitian (Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung :


Alfabeta

Susilana, Rudi, dkk. 2016. Media Pembelajaran. Bandung: Wacana Prima

Tarigan, Henri Guntur. 2008. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.


Bandung: Angkasa

Yulia, Desma, dkk. 2017. Pengaruh Media Powtoon pada Mata Pelajaran Sejarah
Indonesia dalam Menumbuhkan Motivasi Belajar Siswa IIS Kelas X di
SMA Negeri 17 Batam Tahun Ajaran 2017/2018. Batam: Jurnal Program Studi
Pendidikan Sejarah
Yuliana, Santi. 2016. Peningkatan Kemampuan Menulis Teks Fabel dengan
Pembelajaran Berbasis Portopolio Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1
Pondok Kelapa Bengkulu Tengah. Bengkulu: Jurnal Diksa. 2, (1), 89-99.

Yuhdi & Sari. 2017. Desain Media Pembelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia.Medan
69

Anda mungkin juga menyukai