Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

MANAJEMEN KEUANGAN BISNIS

Dosen Pengampu

Satriya Candra Bondan Prabowo, SE, MM

Disusun oleh:

Winayanta Suryawan 175020907111012

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2020
A. PENGERTIAN MANAJEMEN MODAL KERJA

Modal kerja didefinisikan sebagai modal yang digunakan untuk


membiayai operasional perusahaan sehari-hari, terutama yang memiliki jangka
waktu yang pendek. Dengan kata lain Modal Kerja merupakan investasi yang
ditanamkan dalam aktiva lancar atau aktiva jangka pendek, seperti kas, bank,
surat berharga, piutang, persediaan, dan aktiva lancar lainnya.

Sedangkan manajamen modal kerja merupakan suatu pengelolaan


investasi perusahaan dalam aset jangka pendek (current assets). Yang
berarti bagaimana mengelola investasi dalam aktiva lancar perusahaan. Adapun
menurut Weston dan Brigham (1986) menjelaskan bahwa manajemen modal
kerja adalah investasi perusahaan dalam jangka pendek, yang meliputi kas,
surat-surat berharga (efek), piutang, dan persediaan.

B. KONSEP MODAL KERJA

Bambang Riyanto (1995) mengemukakan modal kerja dapat dibagi


menjadi 3 konsep yaitu konsep kuantitatif, kualitatif, dan fungsional.

1. Konsep Kuantitatif

Modal kerja menurut konsep kuantitatif menggambarkan keseluruhan atau


jumlah dari aktiva lancar seperti kas, surat-surat berharga, piutang persediaan
atau keseluruhan daripada jumlah aktiva lancar dimana aktiva lancar ini sekali
berputar dan dapat kembali ke bentuk semula atau dana tersebut dapat bebas
lagi dalam waktu yang relatif pendek atau singkat. Konsep ini biasanya disebut
modal kerja bruto (gross working capital).

Berdasarkan konsep tersebut di atas dapat disimpulkan, bahwa konsep


tersebut hanya menunjukkan jumlah dari modal kerja yang digunakan untuk
menjalankan kegiatan operasi perusahaan sehari-hari yang sifatnya rutin,
dengan tidak mempersoalkan dari mana diperoleh modal kerja tersebut, apakah
dari pemilik hutang jangka panjang ataupun hutang jangka pendek. Modal
kerja yang besar belum tentu menggambarkan batas keamanan atau margin of
safety yang baik atau tingkat keamanan para kreditur jangka pendek yang
tinggi. Jumlah modal kerja yang besar belum tentu menggambarkan likuiditas
perusahaan yang baik sekaligus belum tentu menggambarkan jaminan
kelangsungan operasi perusahaan pada periode berikutnya.

2. Konsep Kualitatif

Menurut konsep kualitatif modal kerja merupakan selisih antara aktiva


lancar dengan utang lancar. Berdasarkan konsep ini modal kerja merupakan
sebagian dari aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk
membiayai operasi perusahan tanpa menunggu likuiditasnya. Konsep ini biasa
disebut dengan modal kerja neto (net working capital). Definisi ini bersifat
kualitatif karena menunjukkan tersedianya aktiva lancar yang lebih besar
daripada hutang lancar dan menunjukkan tingkat keamanan bagi kreditur
jangka pendek serta menjamin kelangsungan operasi di masa mendatang dan
kemampuan perusahaan untuk memperoleh tambahan jangka pendek dengan
jaminan aktiva lancar.

3. Konsep Fungsional

Modal kerja menurut konsep ini menitik beratkan pada fungsi dari pada
dana dalam menghasilkan dana atau income dari usaha pokok perusahaan.
Setiap dana yang digunakan dlam perusahaan dimaksudkan untuk
menghasilkan pendapatan. Ada dana yang digunakan dalam satu periode
akuntansi tertentu yang menghasilkan pendapatan pada periode tersebut.
Sementara itu, ada pula dan yang dimaksudkan untuk menghasilkan pada
periode-periode selanjutnya atau dimasa yang akan datang, misalnya bangunan,
mesin-mesin, alat-alat kantor atau aktiva tetap lainnya yang disebut future
income.

Jadi modal kerja menurut konsep ini adalah dana digunakan untuk
menghasilkan pendapatan pada saat ini sesuai dengan maksud utama
didirikannya perusahaan, diantaranya kas, piutang dagang. Dan lain
sebagainya. Sedangkan efek atau surat berharga dan marjin laba dari piutang
merupakan modal kerja potensial yang akan menjadi modal kerja bila piutang
sudah dibayar dan efek sudah dijual.

C. ARTI PENTING DAN TUJUAN MANAJEMEN MODAL KERJA


Pentingnya manajemen modal kerja perusahaan, terutama bagi kesehatan
keuangan dan kinerja perusahaan adalah:

1. Bahwa kegiatan seorang manjemen keuangan lebih banyak dihabiskan


dalam kegiatan operasional perusahaan dari waktu ke waktu atau dengan
kata lain sebagian besar waktu dialokasikan untuk mengurus modal kerja.

2. Investasi dalam aktiva lancar, cepat sekali berubah dan sering kali
mengalami perubahan serta cenderung labil.

3. Dalam praktinya sering sekali bahwa lebih dari separu dari total aktiva
merupakan bagian dari jumlah aktiva lancar, yang merupakan modal kerja
perusahaan.

4. Khusus bagi perusahaan kecil manajemen modal kerja sangat penting


karena investasi dalam aktiva tetap dapat ditekan dengan menyewa, tetapi
investasi lancar dalam piutang dan sediaan tidak dapat dihindarkan harus
segera terpenuhi.

5. Khusus bagi perusahaan yang relatif kecil fungsi manajemen modal kerja
sangat penting.

6. Terdapat hubungan yang sangat erat antara pertumbuhan penjualan dengan


kebutuhan modal kerja.

Kemudian tujuan manajemen modal kerja bagi perusahaan sebagai berikut:

1. Modal kerja digunakan untuk memenuhi kebutuhan likuiditas perusahaan,


artinya likuiditas suatu perusahaan sangat tergantung pada manajemen
modal kerja.

2. Dengan modal kerja yang cukup perusahaan memiliki kemampuan untuk


memenuhi kewajiban pada waktunya.

3. Memungkinkan untuk perusahaan memiliki sediaan yang cukup dalam


rangka memenuhi kebutuhan pelanggannya.
4. Memungkinkan perusahaan untuk memperoleh tambahan dana dari para
kreditor, apabila rasio keuangannya memenuhi syarat seperti likuiditas
yang terjamin.

5. Memungkinkan perusahaan memberikan syarat kredit yang menarik minat


pelanggan, dengan kemampuan yang dimilikinya.

6. Guna memaksimalkan penggunaan aktiva lancar guna meningkatkan laba


dan penjualan.

7. Perusahaan mampu melindungi diri apabilla terjadi krisis modal kerja


akibat turunya nilai aktiva lancar.

D. JENIS-JENIS MODAL KERJA

Menurut WB. Taylor dan Bambang Rianto (1995) Modal Kerja


digolongkan dalam beberapa jenis yaitu:

1. Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital)

Modal kerja permanen yaitu modal kerja yang ada pada perusahaan untuk
dapat menjalankan fungsinya, modal kerja ini terdiri dari:

a. Modal kerja primer (Primary Working Capital)

Modal kerja primer merupakan jumlah modal kerja minimum yang harus
ada pada perusahaan untuk menjaga kontinuitas usahanya atau modal kerja
yang secara terus menerus diperlukan untuk kegiatan usahanya.

b. Modal kerja normal

Modal kerja normal adalah modal kerja dibutuhkan untuk proses produksi
normal.

2. Modal Kerja Variabel (Variable Working Capital)

Yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan


keadaan, modal kerja ini terdiri dari:
a. Modal kerja musiman (Seasonal Working Capital)

Modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan oleh fluktuasi


musim.

b. Modal kerja siklis (Cyclical Working Capital)

Modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan oleh fluktuasi


konjungtur.

c. Modal kerja darurat (Emergency Working Capital)

Modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah karena adanya keadaan darurat


yang tidak diketahui sebelumnya (misalnya adanya pemogokan buruh,
banjir, perobahan keadaan ekonomi yang mendadak).

E. SUMBER MODAL KERJA

Sumber dana untuk modal kerja dapat diperoleh dari penurunan jumlah
aktiva dan kenaikan pasiva. Berikut ini beberapa sumber modal kerja yang
dapat digunakan:

1. Hasil operasi perusahaan

2. Keuntungan penjualan surat berharga

3. Penjulan saham

4. Penjualan aktiva tetap

5. Penjualan obligasi

6. Memperoleh pinjaman

7. Dana hibah

Secara khusus sumber modal kerja dibagi menjadi dua macam pembiayaan
permanen dan pembiayaan lancar. Sumber modal kerja untuk pembiayaan
lancar digunakan untuk membiayai modal kerja variabel yang biasanya terdiri
dari dua sumber:
1. Modal dari sumber internal terdiri dari penyusunan, kewajiban yang belum
jatuh tempo, dan cadangan juga laba.

2. Modal sumber enksternal berupa kredit dan pinjaman.

F. PERPUTARAN MODAL KERJA

Modal Kerja selalu dalam keadaan operasi atau berputar dalam perusahaan
selama perusahaan yang bersangkutan dalam keadaan usaha. Periode
perputaran modal kerja (working capital turn over ) dimulai dari saat dimana
kas diinvestasikan dalam komponen-komponen modal kerja sampai saat
dimana kembali lagi menjadi kas.

Menurut Kasmir (2011:182), yang menyatakan bahwa: Perputaran modal


kerja atau working capital turn over merupakan salah satu rasio untuk
mengukur atau menilai keefektifan modal kerja perusahaan selama periode
tertentu. Artinya seberapa banyak modal kerja berputar selama satu periode
atau dalam satu periode.

Makin pendek periode tersebut berarti makin cepat perputarannya atau


makin tinggi tingkat perpuatarannya ( turnover rate-nya ). Perputaran modal
kerja sangat penting untuk melihat berapa modal kerja yang diguanakan
perusahaan untuk menciptakan penjualannya sehingga nantinya dapat
menambah pundi-pundi finansial perusahaan. Dengan memperhatikan modal
kerja akan memungkinkan perusahaan dapat menggunakan sumber dayanya
dengan ekonomis sehingga bahaya akan krisis keuangan akan dapat
diminimalisir.

Berikut rumus untuk menghitung rasio perputaran modal kerja.

1. Jika nilai penjualan naik, maka rasio tersebut akan tinggi. Begitu pula jika
modal kerja turun.

2. Sebaliknya, jika penjualan turun maka rasio tersebut juga akan rendah.
Apalagi jika modal kerja naik.

Contoh:
Jumlah penjualan netto suatu perusahaan adalah Rp. 8 Miliar, aset lancar
yang dimiliki Rp. 2,4 Miliar, sedangkan utang lancar yang dimiliki hanya
sekitar Rp. 1 Miliar. Maka perputaran modal kerja adalah….

WCTR = Penjualan: (Aset Lancar-Utang Lancar)

= Rp. 8 miliar : (Rp. 2,4 miliar – Rp. 1 miliar)

= 5,17 kali.

Hal tersebut menandakan bahwa dana yang tertanam dalam modal kerja
berputar rata-rata 5,17 kali dalam satu tahun

G. PENENTUAN BESARNYA KEBUTUHAN MODAL KERJA

Besar kecilnya kebutuhan modal kerja tergantung kepada faktor-faktor


berikut ini:

1. Besar Kecilnya Skala Usaha Perusahaan

Kebutuhan Modal Kerja Perusahaan besar berbeda dengan Perusahaan


kecil. Hal ini terjadi karena beberapa alasan, perusahaan besar mempunyai
keuntungan akibat lebih luasnya sumber pembiayaan yang tersedia di
bandingkan perusahaan kecil yang sangat tergantung pada beberapa sumber
saja. Pada perusahaan kecil, tidak tertagihnya beberapa piutang para langganan
dapat sangat mempengaruhi unsur-unsur modal kerja lainnya seperti kas dan
persediaan.

2. Aktivitas Perusahaan

Perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa tidak mempunyai persediaan


barang dagangan sedangkan perusahaan yang menjual persediaannya secara
tunai memiliki piutang dagang. Hal ini mempengaruhi tingkat perputaran dan
jumlah modal kerja suatu perusahaan. Demikian pua dengan syarat pembelian
dan waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi atau memperoleh barang yang
akan dijual.

3. Volume Penjualan
Volume penjualan merupakan faktor yang sangat penting yang
mempengaruhi kebutuhan modal kerja. Bila penjualan meningkat maka
kebutuhan modal kerjapun akan meningkat demikian sebaliknya.

4. Perkembangan Teknologi

Kemajuan tehnologi, khususnya yang berhubungan dengan proses


produksi akan mempengaruhi kebutuhan modal kerja. Otomatisasi yang
mengakibatkan proses produksi yang lebih cepat membutuhkan persediaan
bahan baku yang lebih banyak agar kapasitas maksimum dapat tercapai, selain
itu membuat perusahaan mempunyai persediaan barang jadi, dalam jumlah
jumlah yang lebih banyak pula bila tidak diimbangi dengan pertambahan
penjualan yang besar.

5. Sikap perusahaan terhadap likuiditas dan profitabilitas

Adanya biaya dari semua dana yang digunakan perusahaan mengakibatkan


jumlah modal kerja yang yang relatif besar mempunyai kecenderungan untuk
mengurangi laba perusahaan, tetapi dengan menahan uang kas dan persediaan
persediaan yang lebih besar akan membuat perusahaan lebih mampu untuk
membayar transaksi yang dilakukan dan resiko kehilangan pelanggan tidak
terjadi karena perusahaan mempunyai persediaan barang yang cukup
(Sundjaja, 2003).

6. Periode perputaran atau periode terikatnya modal kerja

Merupakan keseluruhan atau jumlah dari periode yang meliputi jangka


waktu pemberian kredit beli,lama penyimpanan bahan mentah di
gudang,lamanya proses produksi,lamanya barang disimpan di gudang,jika
waktu penerimaan piutang.

7. Pengeluaran kas rata-rata setiap hari


Merupakan jumlah pengeluaran kas rata-rata setiap hari untuk keperluan
bahan mentah,bahan pembantu,pembayaran upah buruh,dan lain-lain. Menurut
Zamit (2009) modal kerja makin besar,jika :

a. Jumlah pengeluaran kas setiap tetap,periode perputaran lama.

b. Periode perputaran tetap,jumlah pengeluaran kas besar.

H. PENGGUNAAN MODAL KERJA

Penggunaan modal kerja menurut Kasmir ( 2012: 258) biasa dilakukan


perusahaan untuk:

1. Pengeluaran untuk gaji, upah dan biaya operasi perusahaan lainnya

Maksudnya dari pengeluaran untuk gaji, upah dan biaya operasi


perusahaan lainya, perusahaan mengeluarkan sejumlah uang untuk membayar
gaji, upah dan biaya operasi perusahaan lainnya yang digunakaan untuk
menunjang penjualan.

2. Pengeluaran untuk membeli bahan baku atau barang dagangan

Maksudnya pengeluaran untuk membeli bahan baku atau barang dagaan


adalah pada sejumlah bahan baku yang dibeli yang akan digunakaan untuk
proses produksi dan pembelian barang dagaan untuk di jual kembali.

3. Menutupi kerugian akibat penjualan surat berharga

Maksudnya menutupi kerugian akibat penjualan surat berharga adalah


pada saat perusaan menjual surat-surat berharga, namun mengalami kerugian.
Hal ini akan mengurangi modal kerja dan segera ditutupi.

4. Pembentukan dana

Pembentukan dana merupakan pemisahan aktiva lancar untuk tujuan


tertentu dalam jangka panjang, misalnya pembentukan dana pensiunan, dana
ekspansi, atau dana pelunasaan obligasi. Pembentukan dana ini akan mengubah
bentuk aktiva dari aktiva lancar menjadi aktiva tetap.

5. Pembelian aktiva tetap (tanah, bangunan, kendaraan, dan mesin )


Pembelian aktiva tetap atau investasi jangka panjang seperti pembelian
tanah, bangunan, kendaraan dan mesin. Pembelian ini akan mengakibatkan
berkurangnya aktiva lancar dan timbulnya utang lancar.

I. MANAJEMEN KAS

Pengertian Manajemen Kas

Kas merupakan harta perusahaan yang paling likuid, karena kas


mempunyai kedudukan utama dalam usaha menjaga kelancaran operasi
perusahaan, jumlah kas yang memadai berarti menyerap dana modal kerja yang
langka begitu pula kas yang berlebihan dan mahal, sehingga menaikkan beban
tetap perusahaan, untuk itu diperlukan usaha untuk mengelola kas dengan baik
sehingga sangatlah diperlukan adanya manajemen kas. Manajemen kas adalah
perencanaan, pengarahan, dan pengawasan terhadap sumber daya atau
kekayaan perusahaan (Hasibuan, 2008). Menurut Irawati (2006), manajemen
kas adalah suatu proses dalam pengaturan kegiatan keuangan dalam suatu
usaha, di mana termasuk kegiatan planning, analisis, dan pengendalian
terhadap kegiatan keuangan yang biasanya dilakukan oleh manajer, yang
berhubungan dengan usaha-usaha untuk mendapatkan laba dan
mengalokasikan dana tersebut secara efisien. Pendapat lain dikemukakan oleh
Prawironegoro (2006), menyatakan manajemen kas adalah usaha pemilik dan
manajemen perusahaan memperoleh sumber modal, untuk digunakan dengan
efektif, efisien, dan produktif untuk menghasilkan laba, karena manajemen kas
yang efisien membutuhkan kas yang tersedia untuk kewajiban operasional
jangka pendek dan jangka panjangnya. Manajemen kas adalah proses
pengamatan dari laporan keuangan, khususnya mengenai kas untuk menjamin
agar semua kegiatan yang dilakukan berjalan sesuai dengan peraturan
perusahaan (Alam, 2006).

J. MANAJEMEN PIUTANG

Pengertian Piutang

Piutang adalah tagihan kepada pihak lain di masa yang akan datang karena
terjadinya transaksi dimasa lalu. Walaupun pada dasarnya semua perusahaan
dagang atau industri menginginkan penjualan tunai, tetapi karena adanya
keterbatasan daya beli masyarakat atau alasan lainnya dilakukan penjualan
secara kredit. Penjualan secara kredit akan dapat meningkatkan omset
penjualan, akan tetapi memiliki resiko tertundanya penerimaan kas, sehingga
membutuhkan investasi yang lebih besar. Selain itu dapat juga mengakibatkan
kerugian karena menunggak atau bahkan tidak tertagih. Semakin lama piutang
tertunggak akan semakin besar investasi yang dibutuhkan.

Piutang, salah satu jenis transaksi akutansi yang mengurusi penagihan


konsumen yang berhutang pada seseorang, suatu perusahaan, atau suatu
organisasi untuk barang dan layanan yang telah diberikan pada konsumen
tersebut. Pada sebagian besar entitas bisnis, hal ini biasanya dilakukan dengan
membuat tagihan dan mengirimkan tagihan tersebut kepada konsumen yang
akan dibayar dalam suatu tenggang waktu yang disebut termin kredit atau
pembayaran.
Langkah-Langkah Manajemen Piutang :
 Penetapan Kebijakan  Kredit
 Pemantauan
 Analisis Perubahan Kebijakan Piutang Usaha
Kebijakan kredit
Kebijakan kredit mencakup keputusan untuk menetapkan standar kredit,
syarat kredit, dan kebijakan penagihan.
a. Standar Kredit
Standar kredit berguna untuk mengungkapkan kemampuan
keuangan minimum pelanggan sehingga dapat ditetapkan pelanggan yang
tergolong layak memperoleh kredit. Dengan demikian, perusahaan dapat
meramalkan siapa pelanggan yang akan terlambat dalam membayar
kewajibannya dan siapa pelanggan yang mungkin akan mengakibatkan
kerugian piutang (piutang yang tak tertagih).
Lima aspek (5 C) yang biasanya dijadikan dasar untuk menetapkan
kelayakan kredit meliputi hal berikut:
Character, kemungkinan dari para pelanggan secara jujur berusaha
memenuhi kewajibannya. Sejauh mana reputasi pelanggan dapat dipercaya,
yang dapat dinilai dari catatan masa lalu atau informasi dari berbagai pihak
yang patut diperhatikan
Capacity, pendapat subjektif mengenai kemampuan pelanggan. Ini diukur
dari record tahun sebelumnya, atau dengan observasi fisik pada pabrik dan
toko pelanggan.
Capital, diukur oleh posisi finansial perusahaan secara umum, dimana hal
ini ditunjukkan dengan analisis rasio finansial. Rasio utang terhadap ekuitas
dan rasio profitabilitas sering digunakan mengukur aspek kapital ini.
Collateral, cerminan dari aktiva yang dijaminkan bagi keamanan kredit.
Conditions, menunjukkan pengaruh langsung dari trend ekonomi pada
umumnya terhadap perusahaan atau perkembangan khusus dalam bidang
ekonomi yang mempengaruhi efek terhadap kemampuan pelanggan untuk
memenuhi kewajibannya.
b. Syarat Kredit

Syarat Kredit (Credit Term) mencakup dua hal, yakni: 1. Periode


kredit (kapan penagihan dimulai serta berapa lama batas waktu penagihan),
dan 2. Berapa besar diskon yang akan diberikan kepada pelanggan yang
membayar pada periode diskon.

c. Kebijakan Penagihan

Kebijakan penagihan (collection policy) adalah prosedur yang


meliputi waktu dan cara-cara penagihan agar pelanggan membayar tepat
waktu. Misalnya, perusahaan akan melakukan langkah-langkah penagihan:
1. Menegur via telepon kepada pelanggan yang belum membayar pada satu
hari setelah batas akhir penagihan. 2. Menegur via surat kepada pelanggan
yang belum membayar sesudah tujuh hari dari batas akhir penagihan. 3.
Menyerahkan tugas penagihan kepada penagih utang (debt collector) dari
luar perusahaan bagi perusahaan yang belum membayar pada satu bulan
setelah batas akhir penagihan.
Pemantauan Piutang

Pemantauan piutang adalah proses evaluasi atas kebijakan kredit yang


telah dijalankan, khususnya pemantauan apabila terjadi perubahan pola
pembayaran pada pelanggan. Misalnya, pelanggan yang semula tergolong
patuh dalam membayar kini mulai terlambat membayar kewajibannya. Ada dua
hal yang perlu mendapat perhatian dalam kaitannya dengan pemantauan
piutang usaha:

a. DSO (Days Sales Outstanding)

DSO adalah nama lain dari average collection period (ACP) yang


mengungkapkan berapa lama piutang tertagih. DSO merupakan ukuran
termudah untuk mengamati arus penagihan piutang dari pelanggan.
Meningkatnya DSO menunjukkan pelanggan makin lambat membayar
kewajibannya yang dapat dijadikan indikator awal kemungkinan timbulnya
piutang tak tertagih atau kredit macet.

Kendati DSO merupakan ukuran term udah untuk memantau


kondisi piutang, diperlukan sikap hati-hati dalam menafsirkan angka DSO.
DSO atau ACP (yang dinyatakan dalam hari) akan makin menurun apabila
piutang menurun. Menurunnya piutang belum tentu disebabkan oleh
penerimaan yang lebih cepat, mungkin saja disebabkan oleh turunnya
penjualan akibat kondisi ekonomi yang melesu.

b. Skedul Umur Piutang (aging schedule)

Skedul umur piutang merupakan tabel yang memuat informasi


tentang umur, jumlah, proporsi, dan periode penagihan piutang. Berikut
contoh tabel skedul umur piutang:

Umur (hari) Jumlah Proporsi Periode penagihan (hari)


0-30 Rp 405.000.000 45 % 20 hari
31-60 Rp 450.000.000 50 % 51 hari
61-90 Rp 27.000.000 3% 80 hari
Lebih dari 90 Rp 18.000.000 2% 96 hari
Rp 900.000.000

Contoh analisis pemantauan piutang. Misalnya, suatu perusahaan


menetapkan batas waktu pembayaran piutang 30 hari. DSO rata-rata =
45% (20) + 50 % (51) + 3% (80) + 2% (96) = 52 Hari. Hal itu berarti
bahwa secara rata-rata pelanggan membayar kewajibannya pada bulan
kedua  dari batas waktu penagihan yang ditentukan. Pelanggan yang
membayarnya hingga batas akhir penagihan hanya mencapai 45%. Sisanya
(55%) justru tergolong pelanggan yang membayar melebihi batas waktu
penagihan. Analisis sederahana ini menunjukan bahwa pola penerimaan
penagihan piutang dari pelanggan perusahaan kurang baik karena lebih
dari separuhnya tergolong sebagai pelanggan yang tidak tepat waktu.
Untuk memperbaiki kondisi tersebut, perusahaan perlu mengkaji ulang
kebijakan kreditnya secara menyeluruh.

Langkah-langkah Pencegahan Resiko Tidak Tertagihnya Piutang:

a. Penentuan besarnya resiko yang akan ditanggung perusahaan, hal ini


ditentukan atas dasar pengalaman-pengalaman tahun-tahun
sebelumnya. Misalnya resiko ditetapkan 10% dari piutang, jika perusahaan
berencana meningkatkan penjualan dengan Rp100.000 dan akan
menyebabkan tambahan biaya Rp50.000, maka tambahan keuntungannya
adalah sebesar Rp 40.000 (100.000-50.000-(10%x100.000))

b. Kemampuan debitur memenuhi kewajibannya, hal ini dapat diukur


dengan likuiditas dan rentabilitas. Selain itu perlu dipertimbangkan
“soliditas”:

Soliditas komersiil, kejujuran debitur/direkturnya dalam memenuhi


kewajibannya tepat pada waktunya.
Soliditas finansiil, memiliki modal kerja yang cukup dalam memenuhi
kewajibannya tepat pada waktunya.

Soliditas moril, sifat-sifat dan moril yang baik dari debitur/direkturnya.

Membuat klasifikasi kredit tiap pelanggan, hal ini dapat digunakan daftar
analisis umur piutang (aging schedule) sehingga diketahui sejarah kredit
tiap-tiap pelanggan.

Mengadakan seleksi calon pelanggan, berdasar sejarah kredit dapat


ditentukan pelanggan mana yang dapat ditambah plafon kredit, diturunkan,
atau tetap.

Analisis Perubahan Kebijakan Piutang

Langkah terakhir yang harus dilakukan oleh manajer keuangan dalam


hubungannya dengan manajemen piutang adalah melakukan analisis perubahan
piutang. Inti analisis adalah menetukan apakah syarat kredit yang berlaku saat
ini perlu diubah ataukah tidak perlu.

Ada dua pendekatan untuk menganalisis perubahan kebijakan piutang usaha:

Pertama, pendekatan pertambahan laba, yakni membandingkan pertambahan


pendapatan dengan pertambahan biaya. Pendekatan ini mudah dipahami, tetapi
tidak konsisten dengan tujuan maksimisasi nilai perusahaan.

Kedua, pendekatan nilai (net present value atau NPV), yakni pembandingan


nilai sekarang arus kas masuk dari piutang dengan arus kas keluar dari biaya.
Pendekatan itu lebih konsisten dengan tujuan maksimisasi nilai perusahaan.

a. Pendekatan pertambahan laba

 Langkah 1. Menghitung penerimaan penjualan untuk setiap kebijakan

 Langkah 2. Menghitung biaya-biaya untuk setiap kebijakan

bd     = Piutang tak tertagih / bad debt (%)

S       = Penjualan / sales


d       = Diskon (%)

D      = Probabilitas pelanggan yang memanfaatkan periode diskon (%)

VC    = Rasio biaya variabel per unit terhadap harga jual per unit (%)

DSO = Jangka waktu penagihan piutang (hari)

k       = Bunga per tahun (%)

 Langkah 3. Menyusun laporan laba rugi sederhana untuk setiap kegiatan


 Langkah 4. Membandingkan antara laba bersih kebijakan lama dan laba
bersih kebijakan baru. Jika laba bersih kebijakan baru lebih besar daripada
laba bersih kebijakan lama, maka perubahan kebijakan piutang layak
dijalankan.
b. Pendekatan nilai
 Langkah 1. Menghitung NPV untuk setiap kebijakan

NPV = Nilai sekarang bersih

D      = Probabilitas pelanggan yang memanfaatkan periode diskon (%)

P       = Harga jual per unit

Q      = Kuantitas penjualan

d       = diskon (%)

i        = Bunga Harian (%), k/360

t1         = Batas akhir periode diskon

t2         = Jangka waktu penagihan piutang (dalam hari)

bd     = Piutang tak tertagih

C       = Biaya variabel per unit

 Langkah 2. Membandingkan NPV kebijakan lama dan baru. Apabila NPV


kebijakan baru lebih besar (dan positif) daripada NPV kebijakan lama,
maka perubahan kebijakan piutang layak dijalankan.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Besarnya Investasi dalam Piutang

a. Volume penjualan kredit, semakin besar volume penjualan kredit, makin


besar investasi yang tertanam dalam Piutang

b. Syarat pembayaran (termin), semakin lama masa kredit, semakin besar


invesatasinya.

c. Ketentuan tentang pembatasan kredit, batasan kredit dapat berupa


kuantitatif (plafon kredit, semakin besar plafon kredit per pelanggan makin
besar investasi yang diperlukan) dan kualitatif (selektif terhadap pelanggan
kredit, makin ketat seleksi akan semakin memperkecil investasi dalam
piutang).

d. Kebijakan pengumpulan piutang, pengumpulan piutang dapat bersifat


aktif (menggunakan debt collector) pengumpulan piutang lebih tepat waktu
tetapi perlu tambahan biaya pengumpulan piutang, atau pasif yaitu
keyakinan bahwa debitur menepati janji, maka resiko tertunggaknya piutang
lebih besar.

e. Kebiasaan membayar dari para langganan, apabila sebagian besar


pelanggan membayar pada masa diskon (termin 2/10;n/30), maka
membutuhkan investasi lebih kecil, tetapi jika pelanggan membayar pada
hari ke 30 atau bahkan menunggak, perlu investasi yg besar

Perputaran piutang

Perputaran piutang (receivable turn over) dipengaruhi oleh syarat


pembayaran dan kecenderungan debitur untuk menepat i janji pembayarannya.

Tingkat perputaran piutang        =          penjualan netto kredit

                                                                      Rata-rata piutang

Rata-rata pengumpulan piutang            =                     360          

receivable turnover

Apabila rata-rata hari pengumpulan piutang lebih lama dari batas pembayaran,
maka cara pengumpulan piutang kurang efisien.
K. MANAJEMEN PERSEDIAAN

1. Pengertian Manajemen Persediaan

Istlah persediaan (inventory) adalah suatu istilah umum yang menunjukkan


segala sesuatu atau sumber daya – sumber daya organisasi yang disimpan
dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan. Sitem persediaan adalah
serangkaian kebijaksanaan yang memonitor tingkat persediaan dan
mementukan tingkat persediaan yang harus di jaga, kapan persediaan harus di
isi, dan berapa besar pesanan yang harus dilakukan.

Sedangkan  pengertian  persediaan  menurut  Warren  Reeve   Fess   yang


diterjemahkan oleh Aria Farahmita, Amanugrahani dan Taufik Hendrawan
yaitu : “Digunakan untuk mengindikasikan (1) barang dagang yang disimpan
untuk kemudian  dijual  dalam  operasi  bisnis  perusahaan,  dan  (2)  bahan 
yang digunakan dalam proses produksi atau yang disimpan untuk tujuan itu.”
Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa persediaan adalah
unsur yang paling aktif dalam operasi perusahaan yang digunakan untuk dijual
kembali atau digunakan dalam proses produksi.

2. Tujuan Manajemen Persediaan

Dalam perusahaan seperti perusahaan manufaktur dan perusahaan dagang


memiliki persediaan yang beraneka ragam jenisnya, sehingga persediaan
memiliki tujuan. Adapun uraian dari tujuan persediaan adalah sebagai berikut :

a. Batch Stock/Lot Size Inventory, persediaan yang diadakan karena kita


membeli atau membuat bahan-bahan atau barang-barang dalam jumlah
yang lebih besar dari jumlah yang dibutuhkan saat ini.

b. Fluctuation Stock, persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi


permintaan konsumen yang tidak dapat diramalkan.

c. Anticipation Stock, persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi


permintaan yang dapat diramalkan, berdasarkan pola musiman yang
terdapat dalam satu tahun dan untuk menghadapi penggunaan atau
penjualan atau permintaan yang meningkat.
Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan adanya
persediaan, maka perusahaan dapat melakukan efisiensi produksi dan
penghematan biaya angkut, dapat menghadapi fluktuasi permintaan konsumen
yang tidak dapat diramalkan atau tidak beraturan serta untuk mengatasi jumlah
pesanan yang telah diramalkan sebelumnya., dalam bahasa timbul mekanisme
untuk memilih variasi tertentu yang cocok untuk keperluan tertentu yang
disebut ragam standar (Subarianto, 2000).

3. Fungsi Manajemen Persediaan

Fungsi persediaan menurut Freddy Rangkuti terdiri dari :


a. Fungsi Decoupling adalah persediaan yang memungkinkan perusahaan
dapat memenuhi permintaan langganan tanpa tergantung pada supplier.
Persediaan bahan mentah diadakan agar perusahaan tidak akan
sepenuhnya tergantung pada pengadaannya dalam hal kuantitas dan waktu
pengiriman. Persediaan barang dalam proses diadakan agar departemen-
departemen dan proses-proses individual perusahaan terjaga
kebebasannya. Persediaan barang jadi diperlukan untuk memenuhi
permintaan produk yang tidak pasti dari para langganan.
b. Fungsi Economic Lot Sizing. Persediaan lot size ini perlu
mempertimbangkan penghematan-penghematan atau potongan
pembelian, biaya pengangkutan per unit menjadi lebih murah dan
sebagainya. Hal ini disebabkan karena perusahaan melakukan pembelian
dalam kuantitas yang lebih besar, dibandingkan dengan biaya-biaya yang
timbul karena besarnya persediaan (biaya sewa gudang, investasi, resiko,
dan sebagainya).
c. Fungsi Antisipasi yaitu apabila perusahaan menghadapi fluktuasi
permintaan yang dapat diperkirakan dan diramalkan
berdasarkan
pengalaman atau data-data masa lalu, yaitu permintaan musiman. Dalam
hal ini perusahaan dapat mengadakan persediaan musiman (seasional
inventories).
4. Jenis-jenis Persediaan
Secara garis besar dalam perusahaan yang bergerak di dalam industri
pabrik (manufaktur), persediaan diklasifikasikan berdasarkan tahapan dalam
proses produksi. Adapun uraian dari jenis-jenis persediaan adalah sebagai
berikut :
a. Persediaan bahan baku (raw material stock), yaitu persediaan barang-
barang berwujud, seperti besi, kayu serta komponen-komponen lainnya
yang digunakan dalam proses produksi.
b. Persediaan komponen-komponen rakitan (purchased parts/components),
yaitu persediaan barang-barang yang terdiri dari komponen-komponen
yang diperoleh dari perusahaan lain, dimana secara langsung dapat
dirakit menjadi suatu produk.
c. Persediaan bahan pembantu atau penolong (supplies stock), yaitu
persediaan barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi, tetapi
tidak merupakan bagian atau komponen barang jadi.
d. Persediaan barang setengah jadi (work in process stock), yaitu persediaan
barang-barang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam
proses produksi atau yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi masih
perlu di proses lebih lanjut menjadi barang jadi.
e. Persediaan barang jadi (finished good stock), yaitu persediaan barang-
barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk
dijual atau dikirim pada langganan.
5. Biaya Persediaan
Seperti yang sudah disebutkan diatas, tujuan manajemen persediaan adalah
untuk menyediakan persediaan yang diperlukan guna menjamin kelangsungan
operasi perusahaan pada tingkat biaya yang minimal. Untuk itu. Langkah
pertama yang perlu dilakukan oleh manajemen adalah mengidentifikasi semua
biaya yang berkaitan dengan pembelian dan penyimpanan persediaan. Biaya
yang berkaitan dengan persediaan dikelompokkan menjadi ; 1. Biaya pesan
(ordering costs), 2. Biaya simpan (carrying costs), 3. Biaya kehabisan bahan
(stockout costs).
a. Biaya Pesan (Ordering Costs)
Merupakan semua biaya yang timbul karena perusahaan memesan
barang apabila barang tersebut dibeli pada pihak lain. Biaya tersebut
meliputi biaya sejak dilakukan pemesanan sampai barang tersebut berada
di gudang. Biaya pemesanan meliputi biaya pengelolaan sampai bagian
pembelian, bagian tenaga kerja, bagian telepon atau administrasi, serta
biaya persiapan penyusunan spesifikasi yang berhubungan dengan proses
pemesanan. Disamping itu biaya pemesanan meliputi biaya penerimaan,
pengecekan, penimbangan, biaya pembayaran faktur, dan potongan tunai
apabila perusahaan membeli dalam jumlah yang cukup besar dan biaya
lain hingga persediaan siap diproses,
Untuk mencari biaya pesan total (ordering costs) dapat dirumuskan
sebagai berikut :
 TOC = F X S/Q
= FXN
Dimana :
S = jumlah kebutuhan atau permintaan / tahun
Q = jumlah unit sekali pesan
N = jumlah atau frekuensi pemesanan / tahun
F = biaya pesan
b. Biaya Simpan (Carrying Costs)
Mencakup semua biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk
menyimpan dalam periode tertentu. Biasanya biaya ini ditunjukkan dengan
persentase atau harga beli persediaan. Biaya ini meliputi sewa gedung,
biaya penurunan nilai perusahaan, biaya penyusutan teknologi, biaya
asuransi baik kebakaran atau kehilangan, biaya pajak.
Untuk mencari mencari biaya penyimpanan (carrying costs) dapat
dirumuskan sebagai berikut :
 TCC = C X P X A
Atau
TCC = CP X A
Dimana :
C = Biaya penyimpanan dalam prosentase
P = harga /unit
CP = biaya penyimpanan /unit dalam rupiah
A = rata-rata persediaan (Q/2)

 Total Biaya Persediaan = Total biaya pesan + Total biaya simpan


TIC = TOC + TCC
= F X (S/Q) + C X P X (Q/2)

c. Biaya Kehabisan Bahan (Stockout Costs)


Dari semua biaya-biaya yang berhubungan dengan tingkat
persediaan, biaya kekurangan bahan adalah yang paling sulit diperkirakan.
Biaya ini timbul bilamana persediaan tidak mencukupi adanya permintaan
bahan. Kekurangan bahan bisa dari luar maupun dari dalam perusahaan.
Kekurangan dari luar terjadi apabila pesanan konsumen tidak dapat
dipenuhi. Sedangkan kekurangan dari dalam terjadi apabila departemen
tidak dapat memenuhi kebutuhan departemen lain maupun penundaan
pengiriman maupun idle kapasitas. Biaya kekurangan dari pihak luar dapat
berupa biaya back order, biaya kehilangan kesempatan penjualan, dan
biaya kehilangan kesempatan menerima keuntungan.
6. Optimalisasi Persediaan
Perusahaan berusaha menekan biaya seminimal mungkin agar keuntungan
yang diperoleh menjadi lebih besar, demikian pula dengan manajemen
persediaan selalu mengupayakan agar biaya persediaan menjadi minimal.
Metode untuk menetukan persediaan yang paling optimal atau paling ekonomis
adalah Economical Order Quantity (EOQ), yaitu jumlah kuantitas bahan yang
dibeli pada setiap kali pembelian dengan biaya yang paling minimal. EOQ
tercapai pada saat biaya pesan sama dengan biaya simpan. Jumlah kuantitas
pesanan yang paling ekonomis (EOQ) dapat dicapai pada saat biaya pesan
sama dengan biaya simpan.
Rumusnya adalah :
2.F .S
 EOQ =
C .P

Dimana :
F = Biaya pesan
S = Total permintaan /tahun
C = Biaya simpan dalam prosentase
P = Harga /unit
L. KESIMPULAN

Manajamen modal kerja merupakan suatu pengelolaan investasi


perusahaan dalam aset jangka pendek (current assets). Yang berarti bagaimana
mengelola investasi dalam aktiva lancar perusahaan. Bambang Riyanto (1995)
mengemukakan modal kerja dapat dibagi menjadi 3 konsep yaitu konsep
kuantitatif, kualitatif, dan fungsional. Manajemen kas adalah adalah
perencanaan, pengarahan, dan pengawasan terhadap sumber daya atau
kekayaan perusahaan. Manajemen piutang adalah sebuah proses yang mendata,
mengumpulkan, dan menagih piutang perusahaan dari tangan konsumen.
Sistem manajemen piutang yang baik akan menghindarkan Anda dari
kekurangan dana akibat dana yang macet di tangan konsumen. Manajemen
persediaan adalah bagian dari perusahaan yang berfungsi untuk
mengatur persediaan barang yang dimiliki. Mulai dari cara
memperoleh persediaan, penyimpanannya, sampai persediaan tersebut
dimanfaatkan atau dikeluarkan.

M. SARAN

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi


pokok bahasan dalam tulisan ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau
referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini. Penulis banyak
berharap tulisan ini dapat diberikan kritik dan saran yang membangun kepada
penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di
kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga tulisan ini berguna bagi penulis
pada khususnya dan dapat mempermudah kami untuk mempelajari mata
kuliah Pengantar Manajemen Keuangan.

DAFTAR PUSTAKA

Alam, Syamsul. 2006. Pengendalian manajemen kas terhadap likuiditas


perusahaan pada CV. Mentari Makassar. Akuntansi Manajemen. 3(4): 839-
844.

Bambang Rianto. 1995. Dasar-dasar pembelajaran perusahaan. Yoyakarta:


Yayasan Badan Penerbit Gadjah Mada.

Deanta. 2009. Memahami Pos-Pos dan Angka-Angka dalam Laporan Keuangan


Untuk Orang Awam. Yogyakarta: Penerbit Gava Media.

Hasibuan, Rafiah. 2008. Sekilas tentang Manajemen kas. Manajemen kas. 3(1):
141-148.

Hayat, A., Noch, M. Y., Hamdani, Rumasukun, M. R., Rasyid, Abdul., Nasution,
& Murni, D.,2018. Manajemen Keuangan, Sidoarjo: Madenatera dan
Indomedia Pustaka.

Irawati, Susan. 2006. Manajemen Keuangan. Bandung: Penerbit Pustaka

Kasmir. 2011. Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta: Penerbit PT. Raja Grasindo


Persada.

Mardiyanto, Handono. 2009. Inti Sari Manajemen Keuangan. Jakarta: Penerbit


PT. Grasindo.

Nafsiah, S. N. 2010. Pengendalian Intern Terhadap Kas. Akuntansi Manajemen,


1(2).

Prawironegoro, Darsono. 2006. Manajemen Keuangan. Jakarta: Penerbit Diadet


Media.
Yuniningsih. 2018. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Sidoarjo : Indomedia
Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai