Anda di halaman 1dari 4

Surat Seruan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 6 Tahun 2020 tertanggal

20 Maret yang ditandatangani Anies Baswedan itu berisikan tentang Penghentian


Sementara Kegiatan Perkantoran dalam rangka Mencegah Penyebaran Wabah COVID-
19. Dalam Surat Seruan Nomor 6 Tahun 2020, Pemprov DKI Jakarta meminta seluruh
perusahan di wilayah Jakarta untuk secara serius melakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Menghentikan seluruh kegiatan perkantoran untuk sementara waktu, menutup
fasilitas operasional, dan melakukan kegiatan berusaha dari rumah.
2. Bagi perusahaan yang tidak dapat menghentikan total kegiatan perkantorannya,
diminta mengurangi kegiatan tersebut sampai batas minimal (jumlah karyawan,
waktu kegiatan, dan fasilitas operasional). Mendorong sebanyak mungkin
karyawan untuk bekerja dari rumah.
3. Memperhatikan Surat Edaran Menteri Manusia No. M / 3 / HK.04 / III / 2020
tentang Perlindungan Pekerja / Buruh dan Kelangsungan Usaha dalam Rangka
Pencegahan dan Penanggulangan COVID-19.
4. Seruan ini berlaku 14 hari terhitung mulai tanggal 23 Maret 2020 hingga 5
April 2020.
5. Informasi terkait: a. penyebaran COVID-19 dapat dilihat melalui situs:
https://corona.jakarta.go.id . dan b. panduan terkait dengan penanggulangan
COVID-19 (poster, spanduk berdiri, dll.) dapat diunduh melalui tautan:
https://bit.ly/PublikasiCoronaDKI.
Anies menerbitkan Surat Seruan Nomor 6 Tahun 2020 guna menghambat
penyebaran wabah COVID-19 yang terus meningkat pesat dan mengingat Provinsi
DKI Jakarta menjadi salah satu pusat sebaran wabah COVID-19, serta telah
ditetapkannya Jakarta sebagai Tanggap Tanggap Darurat Bencana.

1. Pendapat mengenai Seruan Gubernur DKI Jakarta Nomor 6 Tahun 2020 bila
dikaitkan dengan Pasal 8 ayat (2) UU No. 12/2011 yaitu sebagai berikut:
Pasal 8
(1) Jenis Peraturan Perundang-undangan selain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
ayat (1) mencakup peraturan yang ditetapkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat,
Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Mahkamah Agung,
Mahkamah Konstitusi, Badan Pemeriksa Keuangan, Komisi Yudisial, Bank
Indonesia, Menteri, badan, lembaga, atau komisi yang setingkat yang dibentuk dengan
Undang-Undang atau Pemerintah atas perintah Undang-Undang, Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah Provinsi, Gubernur, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten/Kota, Bupati/Walikota, Kepala Desa atau yang setingkat.
(2) Peraturan Perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diakui
keberadaannya dan mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang diperintahkan
oleh Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi atau dibentuk berdasarkan
kewenangan.
Berdasarkan isi dari Pasal 8 ayat (2) tersebut diatas, maka Gubernur memiliki
kewenangan dalam mengeluarkan suatu kebijakan terkait dengan Virus Corona yang
sekarang ini sedang terjadi. Terlebih bila melihat pada tujuan dari Seruan Gubernur
DKI Jakarta No. 6/2020 itu merupakan suatu hal yang bersifat mencegah penyebaran
wabah Corona Virus Disease atau biasa dikenal dengan COVID-19. Keluarnya
Seruan Gubernur ini juga melihat perkembangan, dimana wabah COVID-29 ini
dianggap meresahkan keselamatan bagi masyarakat bila melakukan aktivitas
sebagaimana biasanya, sehingga dengan keluarnya Seruan Gubernur ini diharapkan
masyarakat dapat mengurangi aktivitas diluar atau bahkan tidak melakukan aktivitas
sehingga diarahkan untuk melakukan aktivitas di rumah atau dikenal dengan istilah
work from home (WFH). Seruan Gubernur ini termasuk ke dalam jenis dan hierarki
peraturan perundang-undangan berdasarkan UU No.12/2011 sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8 ayat (1) yang merupakan bagian dari hal tersebut dan merupakan
kewenangan dari Gubernur untuk dapat melindungi masyarakat, terlebih wabah virus
corona ini sudah menimbulkan kerugian seperti hilangnya nyawa seseorang yang
terjangkit virus tersebut.
Berbicara mengenai kewenangan, dapat pula dilihat dalam Penjelasan Pasal 8
ayat (2) yang menyatakan: Yang dimaksud dengan “berdasarkan kewenangan” adalah
penyelenggaraan urusan tertentu pemerintahan sesuai dengan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan.
2. Kekuatan mengikat dari Seruan Gubernur DKI Jakarta No.6/2020 dapat dilihat
melalui Pasal 7 ayat (2) yang berbunyi:
Pasal 7
(2) Kekuatan hukum Peraturan Perundang-undangan sesuai dengan hierarki
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Dengan begitu, maka kekuatan hukum dari Seruan Gubernur DKI Jakarta
tersebut dapat dipersamakan dengan kekuatan hukum peraturan perundang-undangan,
yaitu bersifat mengikat namun tidak memiliki sanksi bila tidak dilakukan, sehingga
belum wajib untuk dipatuhi oleh masyarakat DKI Jakarta. Dapat pula melihat lebih
lanjut dalam Pasal 14 UU No. 12/2011 yang berisi:
Pasal 14
Materi muatan Peraturan Daerah Provinsi dan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota
berisi materi muatan dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas
pembantuan serta menampung kondisi khusus daerah dan/atau penjabaran lebih lanjut
Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi.
Dimana dapat dilihat mengenai “.....kondisi khusus daerah....” maka keluarnya
Seruan Gubernur DKI Jakarta No.6/2020 merupakan kondisi khusus sebagai akibat
dari adanya wabah COVID-19 ini, sebagai wujud dari kebijakan yang dimiliki oleh
Gubernur berkaitan dengan kewenangannya yang dalam hal ini memiliki kekuatan
yang jelas dan mengikat masyarakat DKI Jakarta.
3. Sikap warga Jakarta terhadap Seruan Gubernur DKI Jakarta No. 6/2020 seharusnya
mengikuti dan menaati kebijakan tersebut. Hal ini dikarenakan, keluarnya suatu
kebijakan tentu memiliki alasan yang jelas mengapa kebijakan tersebut dikeluarkan.
Terlebih melihat pada kondisi saat ini, begitu berbahaya dan menyeramkan wabah
virus corona ini, dalam waktu yang singkat sudah menimbulkan begitu banyaknya
korban, dimana tidak setidik orang yang terjangkit virus tersebut kehilangan
nyawanya atau meninggal dunia. Gentingnya kondisi yang terjadi saat ini,
mengharuskan Gubernur mengeluarkan seruan untuk melakukan aktivitas dari rumah
atau mengurangi aktivitas yang biasanya dilakukan diluar rumah. Hal ini bertujuan
untuk mencegah penyebaran virus, agar tidak semakin banyak orang yang terkena
virus ini. Maka dari itu untuk bisa terciptanya kondisi yang baik kembali seperti
semula, sebaiknya warga Jakarta mengikuti seruan maupun anjuran yang disampaikan
oleh Gubernur berdasarkan kewenangannya untuk melindungi dan menjaga keamanan
serta ketentraman kehidupan masyarakat.
4. Warga Jakarta bisa saja mengabaikan Seruan Gubernur DKI Jakarta No. 6/2020,
karena merupakan seruan yang berisikan suatu anjuran atau himbauan dari Gubernur
kepada masyarakat untuk menghentikan seluruh kegiatan perkantoran untuk
sementara waktu, menutup fasilitas operasional, dan melakukan kegiatan
berusaha dari rumah atau mengurangi aktivitas di kantor. Terlebih Seruan
Gubernur ini bukan merupakan suatu himbauan yang tidak memiliki sanksi bila
diacuhkan atau dilanggar, sehingga bisa saja warga Jakarta mengabaikan hal
tersebut. Namun lebih baik warga Jakarta mengikuti himbauan yang
dikeluarkan oleh Gubernur DKI Jakarta, melihat gentingnya masalah virus
corona ini. Hal ini juga untuk kebaikan, kesehatan serta keselamatan dari warga
masyarakat itu sendiri.
5. Dalam setiap hal pasti akan ada konsekuensi ketika mengambil suatu keputusan. Bila
Seruan Gubernur DKI Jakarta No.6/2020 ini diabaikan tentu ada konsekuensinya.
Konsekuensinya itu mengarah kepada dirinya sendiri dan juga orang yang berada
disekitarnya. Mungkin saja dengan tetap melakukan aktivitas seperti biasanya, warga
atau orang yang melakukan aktivitas tersebut bisa saja terjangkit virus COVID-19 ini
dan menyebarkan virus ini kepada orang lain. Tentu hal yang demikian akan
merugikan, tidak hanya bagi dirinya pribadi namun juga untuk orang yang berada
disekitarnya. Himbauan melalui Seruan Gubernur ini memang tidak memiliki sanksi,
sehingga tidak ada konsekuensinya secara hukum, namun memiliki konsekuensi
secara moral bagi orang itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai