Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Taeniasis adalah penyakit parasiter yang disebabkan oleh cacing pita
dari genus Taenia dan infeksi oleh larvanya disebut sistiserkosis. Taeniasis
dan sistiserkosis merupakan penyakit yang menyerang masyarakat dengan
tingkat ekonomi rendah, seperti yang dikonfirmasi pada statistika yaitu
daerah dengan standar kehidupan yang rendah. Taeniasis dan sistiserkosis
merupakan infeksi parasit yang umum dan dapat ditemukan pada seluruh
bagian dunia. Sekitar 50 juta orang di seluruh dunia terinfeksi oleh Taenia
sp.
Salah satu spesies Taenia yang menginfeksi masyarakat di seluruh
dunia adalah Taenia saginata. Taenia saginata didapat lewat konsumsi
daging yang kurang masak, pada manusia parasit ini hanya hidup didalam
usus.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana defenisi Taenia Saginata ?
2. Apa penyebab seseorang terinfeksi Taenia Saginata ?
3. Bagaimana cara mencegah terjadinya penularan taenasis ?
4. Apa gejala yang dapat muncul pada infeksi Taenia Saginata ?
5. Bagaimana mendiagnosis taeniasis ?
6. Bagaimana pengobatan dari infeksi Taenia Saginata ?
7. Bagaimana siklus hidup Taenia Saginata ?
8. Bagaimana penularan Taenia Saginata ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui defenisi Taenia Saginata
2. Untuk mengetahui penyebab terinfeksi Taenia Saginata
3. Untuk mengetahui cara mencegah dari penularan Taenia Saginata

1
4. Untuk mengetahui gejala munculnya infeksi Taenia Saginata
5. Untuk mengetahui diagnosis taenasis
6. Untuk mengetahui pengobatan dari infeksi Taenia Saginata
7. Untuk mengetahui siklus hidup Taenia Saginata
8. Untuk mengetahui bagaimana penularan Taenia Saginata.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Defenisi Taenia Saginata


Keberadaan cacing pita ini telah diketahui sejak dulu. Parasit ini
dikenal sebagai suatu spesies tersendiri oleh Goeze pada tahun 1782.
Hubungan antara cacing dewasa dengan cacing gelembungnya
(sistiserkus), yaitu stadium larva yang terdapat pada sapi, yang telah
dibuktikan oleh Leukart tahun 1861, yang berhasil menginfeksi
proglotidgravid pada anak sapi. Delapan tahun kemudian, Oliver
mengadakan percobaan sebaliknya, yaitu menginfeksi manusia dengan
sistiserkus sapi.1 Sistiserkus yang ditemukan pada sapi, dikenal dengan
Cysticercus bovis. Taksonomi dari Taenia saginata yaitu :
Kingdom : Animalia
Filum : Platyhelminthes
Kelas : Cestoda
Ordo : Cyclophyllidea
Famili : Taeniidae
Genus : Taenia
Spesies : Taenia saginata
Taenia saginata disebut juga cestoda usus. Habitat cacing ini dalam
tubuh manusia terletak pada usus halus bagian atas. Cacing dewasa dapat
hidup di dalam usus manusia sampai 10 tahun lamanya. Morfologi cacing
dewasa berwarna putih, tembus sinar, dan panjangnya dapat mencapai 4
-25 meter, walaupun kebanyakan 5 meter atau kurang. Mereka dapat hidup
5 sampai dengan 20 tahun, bahkan lebih.
Taenia saginata dewasa terdiri dari skoleks (kepala) berbentuk segi
empat yang berukuran 1-2 mm dan dilengkapi dengan empat buah alat
penghisap (sucker) menyerupai mangkuk, sebuah leher dan sebuah strobila
1
. Prianto, J. Atlas Parasitologi Kedokteran. Jakarta : Gramedia Utama, 2006, Hal. 14

3
yang panjangnya berkisar dari 35 mm sampai 6 mm. Tidak ada rostelum
maupun kait pada skoleks. Leher Taenia saginata berbentuk segi empat
menunjang dengan lebar sekitar 0,5 milimeter. Ruas-ruas tidak jelas dan di
dalamnya tidak terlihat struktur.
Telur Taenia saginata memiliki morfologi yang tidak dapat
dibedakan dengan telur Taenia solium. Telur Taenia sp. berbentuk bulat
dengan diameter antara 31-43 mikron. Telur ini memiliki embriopor yang
bergaris radier, dengan ukuran 30-40 x 20-30 m, mengelilingi embrio
heksasan.2

B. Penyebab
Penyebab seseorang terinfeksi Taenia Saginata yaitu :  
1. Tidak sengaja menelan telur cacing pita dari makanan atau air yang
sudah tercemar oleh kotoran orang atau hewan yang mengandung
cacing pita.
2. Memakan daging sapi yang belum masak benar, dan di dalamnya
mengandung sistiserkus Taenia saginata.
3. Tidak sengaja menelan kista larva yang ada di dalam daging atau
jaringan otot hewan yang dikonsumsi.

C. Pencegahan
Untuk mencegah terjadinya penularan taeniasis, dilakukan tindakan-
tindakan sebagai berikut :
1. Menjaga kebersihan lingkungan dan memperbaiki keadaan sanitasi,
dengan selalu cuci tangan dengan air dan sabun setelah buang air dan
sebelum mengolah makanan.
2. Cuci bersih sayur dan buah dengan air mengalir sebelum dikonsumsi.
3. Bunuh larva dan telur cacing dengan membekukan daging di suhu
minus 20 derajat Celcius setidaknya 12 jam, dan ikan 24 jam.

2
. Ibid, Hal. 15

4
4. Hindari mengonsumsi ikan dan daging mentah. Masak sampai matang
seluruh bagian daging dengan suhu minimal 65 derajat Celcius.
5. Segera bersihkan lingkungan dari tinja hewan untuk memperkecil
risiko infeksi.
6. Rutin minum obat cacing untuk mecegah infeksi cacing.

D. Gejala
Sebagian besar penderita taeniasis tidak menunjukkan tanda atau
gejala. Kondisi ini baru dapat diketahui saat melihat keberadaan cacing
pada tinja. Cacing pita sering terilihat dalam bentuk yang datar dan persegi
panjang, berwana kuning pucat atau putih, dengan ukuran seperti sebutir
beras. Terkadang cacing juga dapat menyatu bersama dan membentuk
rantai yang panjang. Keberadaan cacing tersebut dapat berpindah-pindah.
Gejala yang dapat muncul pada infeksi cacing pita di usus adalah:
1. Mual
2. Nafsu makan menurun
3. Diare
4. Sakit perut
5. Ingin mengonsumsi makanan yang asin
6. Penurunan berat badan akibat gangguan dalam penyerapan makanan
7. Pusing

Beberapa penderita taeniasis juga dapat mengalami iritasi di area


sekitar anus atau tempat keluarnya telur dewasa. Sementara itu, gejala
infeksi berat, di mana telur cacing sudah berpindah keluar dari usus dan
membentuk kista larva pada jaringan tubuh dan organ lainnya, adalah:

1. Sakit kepala.
2. Reaksi alergi terhadap larva.
3. Gejala pada sistem saraf, seperti kejang.
4. Terbentuk benjolan.

5
E. Diagnosis
Untuk mendiagnosis taeniasis, dokter akan melakukan beberapa
pemeriksaan, yaitu:
1. Analisis sampel tinja. Sampel tinja diambil untuk diteliti di laboratorim
menggunakan mikroskop guna mengidentifikasi keberadaan telur atau
bagian tubuh cacing pita pada tinja. Sampel telur cacing pita juga dapat
diambil dari area anus.
2. Tes darah lengkap. Tes ini bertujuan untuk melihat antibodi dalam
tubuh yang bereaksi terhadap infeksi cacing pita.
3. Uji pencitraan. Dokter bisa menggunakan beberapa tes pencitraan,
seperti CT scan, foto Rontgen, MRI, atau USG, guna mengidentifikasi
infeksi berat.

F. Pengobatan 
Setelah pasien terdiagnosis mengalami taeniasis, maka dokter akan
menanganinya dengan pemberian obat minum. Obat-obatan yang biasa
diberikan untuk taeniasis adalah:
1. Obat anthelmintik. Obat ini dapat membunuh cacing pita. Obat
anthelmintik akan diberikan untuk sekali minum, tetapi dapat juga
dikonsumsi dalam waktu beberapa minggu hingga infeksi bersih.
2. Obat antiinflamasi. Kista cacing pita yang mati dapat membuat
jaringan atau organ menjadi bengkak dan meradang. Untuk mengatasi
hal ini dokter dapat memberikan obat kortikosteroid.
3. Obat antikejang. Obat ini diberikan pada penderita teniasis yang
mengalami kejang.
Jika infeksi menyebabkan penimbunan cairan pada otak atau
hidrosefalus, maka dokter akan memasang saluran permanen untuk
mengalirkan cairan. Sementara itu, jika kista cacing pita berkembang pada
hati, paru-paru, atau mata, maka dokter akan melakukan prosedur operasi
untuk menghilangkannya, karena kista dapat mengganggu fungsi organ.

6
Untuk memastikan pengobatan berjalan efektif, dokter akan
menganjurkan pemeriksaan sampel tinja pasca pengobatan selesai
dilakukan. Jika sudah tidak ada keberadaan telur, larva, atau bagian tubuh
cacing pita, maka pengobatan dinilai berhasil dan penderita terbebas dari
infeksi cacing. Selain itu, pemindaian dengan foto Rontgen atau
atau USG juga dapat dilakukan untuk memastikan obat telah bekerja
secara efektif.

G. Siklus Hidup

1. Dalam usus manusia terdapat proglotid yang sudah masak yakni yang
mengandung sel telur yang telah dibuahi (embrio).
2. Telur yang berisi embrio ini keluar bersama feses. Bila telur ini
termakan sapi, dan sampai pada usus akan tumbuh dan berkembang
menjadi larva onkoster.
3. Larva onkoster menembus usus dan masuk ke dalam pembuluh darah
atau pembuluh limpa, kemudian sampai ke otot lurik dan membentuk
kista yang disebut Cysticercus bovis (larva cacing). Kista akan
membesar dan membentuk gelembung yang disebut Cysticercus
(sistiserkus). Manusia akan tertular cacing ini apabila memakan daging
sapi mentah atau setengah matang.
4. Dinding Cysticercus akan dicerna di lambung sedangkan larva dengan
skoleks menempel pada usus manusia. Kemudian larva akan tumbuh
membentuk proglotid yang dapat menghasilkan telur.

7
5. Bila proglotid masak akan keluar bersama feses, kemudian termakan
oleh sapi. Selanjutnya telur yang berisi embrio tadi dalam usus sapi
akan menetas menjadi larva onkoster. Setelah itu larva akan tumbuh
dan berkembang mengikuti siklus hidup seperti di atas. 

H. Penularan
Salah satu bukti penyebaran taenia atau cacing pita dalam tubuh
manusai yang khususnya hidup dalam iklim tropis seperti Indonesia adalah
provinsi Papua yang telah ditemukan sebesar 66,% atau 106 dari 160
responden positif menderita taeniasis solium yang berasal dari daging
babi. Dari kasus tersebut bisa disimpulkan bahwa proses penularan cacing
pita pada manusia itu sendiri adalah sebagai berikut :
1. Penularan melalui daging hewan yang dikonsumsi sehari-hari seperti
daging sapi, kerbau dan babi. Ketiga hewan tersebut memang terbukti
mengandung larva cacing pita atau sistisekus.
2. Makanan, minuman dan lingkungan yang tidak bersih dan
memungkinkan tercemar oleh telur cacing pita tersebut.
3. Penularan terhadap penderita di mana tinjanya yang mengandung telur
cacing pita atau segmen tubuh.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Indonesia adalah salah satu dari lima negara penyandang kasus
infeksitaeniasis terbesar di daerah tropis. Tingkat konsumsi daging
mengalami peningkatan sejak tahun 2005. Peningkatan konsumsi ini tentu
nya memberikan manfaat-manfaat dan resiko. Salah satunya adalah
penyebaran penyakit taeniasis. Hal tersebut disebabkan karena tingkat
sanitasi dalam kebiasaan pengolahan dan penkomsumsian daging di
Indonesia masih tergolog rendah. Taenia saginata adalah cacing cestoda
usus yang dapat menyebabkan Taeniasis pada manusia. Manusia dalam hal
ini merupakan hospes definitif primer dan sapi adalah hospesintermediet.
Penularan Taeniasis secara horizontal (tidak langsung).

B. Saran
Kesempurnaan makalah ini tergantung pada motivasi dan saran yang
membangun dari para pembaca. Maka dari itu, penulis mengharapkan
masukan atau pun saran yang membangun demi kesempurnaan makalah
ini.

Anda mungkin juga menyukai