Abstract
There is a hypothesis that emotional competencies have indirect effects to the academic achievement
through school engagement and a higher Academic success requires higher emotional competencies
and school engagement. This study aimed to test the hypothesis. It utilized subjects consisting of
417 excellent students. Psychological scale (emotional competence scale), Advanced Progressive
Matrices (APM) intelligence test and documentations were used for collecting the data. A
Structural equation modeling of AMOS 6.0 was applied to analyze the data. The important result
of this study supported the hypothesis and affirmed that emotional competence indirectly affects the
academic achievement through the school engagement. Based on the result of this research, it was
suggested that the efforts and interventions have to include the aspects of emotional competence
and school engagement as integral parts of educational program in the school.
Keywords: emotional competence, student engagement, academic achievement
Kemajuan1 ilmu pengetahuan dan tek- capai prestasi akademik yang optimal
nologi, terutama perkembangan teknologi sesuai potensinya (Sofyan, 2004).
informasi dan komunikasi menyebabkan Potensi sumber daya manusia meru-
terjadinya persaingan antar bangsa yang pakan aset nasional sekaligus sebagai
ketat dalam era globalisasi. Era globalisasi modal dasar pembangunan bangsa.
semakin menuntut kualitas sumber daya Potensi ini hanya dapat digali dan
manusia yang mampu bersaing secara dikembangkan serta dipupuk secara efek-
internasional atau global. Agar dapat tif melalui pendidikan dan pembelajaran
menjadi sumber daya yang unggul dalam yang terarah dan terpadu, yang dikelola
pembangunan bangsa di masa depan, secara serasi dan seimbang dengan mem-
maka anak Indonesia perlu dipersiapkan perhatikan pengembangan potensi peserta
dengan sebaik-baiknya untuk dapat men- didik secara utuh dan optimal. Amanat
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional pada
1 Korespondensi dengan penulis dapat dilakukan
melalui: dhary1@yahoo.com Bab IV bagian kesatu Pasal lima ayat
2 Atau melalui: amikumara@ugm.ac.id empat berbunyi: “warga negara yang
76 JURNAL PSIKOLOGI
KETERLIBATAN SISWA, KOMPETENSI EMOSI
memiliki potensi kecerdasan dan bakat menunjukkan bahwa tidak semua siswa
istimewa berhak memperoleh pendidikan yang memiliki prestasi akademik SMP
khusus”. Selanjutnya, pada Bab V Pasal 12 unggul, dapat mencapai prestasi akade-
ayat satu ditegaskan bahwa, “setiap mik yang unggul di bangku SMA. Data
peserta didik pada setiap satuan pendi- hasil Ujian Nasional (UN) SMA tahun
dikan berhak: huruf (b) mendapatkan pelajaran 2006/2007 sampai 2008/2009
layanan pendidikan sesuai dengan bakat, menunjukkan bahwa pencapaian prestasi
minat, dan kemampuannya; huruf (f) akademik siswa pada empat SMA Negeri
menyelesaikan program pendidikan sesuai di Yogyakarta dengan latar belakang nilai
dengan kecepatan belajar masing-masing UN SMP yang unggul, ternyata berada di
dan tidak menyimpang dari ketentuan bawah potensinya (Dinas Diknas DIY,
batas waktu yang ditetapkan” (Depdiknas, 2007, 2008, 2009).
2006). Berdasarkan kenyataan adanya kesen-
Kenyataan menunjukkan bahwa pen- jangan antara keunggulan prestasi akade-
didikan terhadap siswa yang memiliki mik saat di SMP dengan prestasi akade-
potensi kecerdasan dan bakat istimewa mik SMA, menunjukkan bahwa betapa
masih belum berjalan secara optimal, faktor internal individu seperti emosi,
masih banyak ditemukan siswa dengan motivasi dan keterlibatan siswa pada
bakat akademis mengalami gejala “presta- sekolah yang seharusnya mendorong
si kurang” (underachiever) (Depdiknas, unjuk belajar siswa masih menjadi masa-
2003a, 2003b; Dinas Diknas DIY, 2007, lah utama. Kesuksesan akademik siswa
2008, 2009). sangat ditentukan oleh siswa itu sendiri
Hasil penelitian yang dilakukan oleh sebagai subjek yang mengalami proses
Balitbang Depdiknas diperoleh temuan belajar, yang akan mengalami perubahan
bahwa pada 20 SMA unggulan di perilaku. Kesuksesan akademik di sekolah
Indonesia terdapat 21,75% siswa dengan berhubungan dengan sejumlah faktor
kecerdasan umum prestasinya di bawah karakteristik individu yang dibawa siswa
rerata (Depdiknas, 2001). Hasil temuan pada situasi belajar dan karakteristik seko-
sebelumnya juga menunjukkan bahwa lah dimana proses belajar terjadi. Prestasi
siswa yang dikategorikan berbakat istime- akademik siswa merupakan fungsi karak-
wa mengalami underachiever. Hasil pene- teristik individu yang dibawa siswa dalam
litian oleh Balitbang Depdikbud (1994) situasi belajar. Karaktersitik individu ini
menunjukkan sepertiga peserta didik yang mempunyai hubungan langsung dengan
dapat digolongkan sebagai peserta didik prestasi siswa, juga hubungan tidak lang-
berbakat akademik mengalami gejala sung melalui fungsi belajar dan pembe-
“prestasi kurang” (underachiever). Hal yang lajaran di sekolah. Karakteristik individu
sama dikemukakan oleh Munandar (1992), siswa mencakup minat, emosi dan moti-
bahwa cukup banyak peserta didik vasi, pengalaman belajar sebelumnya,
berbakat yang prestasi di sekolah tidak abilitas akademik sebelumnya (Boerema,
mencerminkan potensi intelektualnya 2005). Illeris (2003) juga menegaskan bah-
yang menonjol. Salah satu penyebabnya wa dalam mencapai hasil belajar yang
adalah kondisi eksternal atau lingkungan optimal peran kemahiran dalam dimensi
belajar yang kurang menunjang, kurang kognitif dan dimensi emosi individu da-
menantang untuk mewujudkan kemam- lam berinteraksi dengan lingkungan bela-
puannya secara optimal. Hasil yang sama jar di sekolah sangatlah penting.
JURNAL PSIKOLOGI 77
DHARMAYANA, dkk.
78 JURNAL PSIKOLOGI
KETERLIBATAN SISWA, KOMPETENSI EMOSI
JURNAL PSIKOLOGI 79
DHARMAYANA, dkk.
yang menemukan bahwa perilaku pro- situasi belajar dapat berpengaruh lang-
sosial di kelas berkaitan positif dengan sung terhadap hasil belajar dan berpenga-
prestasi akademis (Feshbach & Feshbach, ruh secara tidak langsung melalui karak-
1987; DiPerna & Elliot, 1999; Pasi, 2001; teristik sekolah dimana proses belajar
Haynes, Ben-Ave & Ensign, 2003), dan terjadi.
mampu memprediksi prestasi pada tes Disamping variabel kompetensi emosi
prestasi terstandar (Cobb, 1972; Wentzel, dan keterlibatan sekolah, variabel karakte-
1993; Welsh, Park, Widaman, & O’Neil, ristik pribadi siswa yang juga juga diser-
2001; Malecki & Elliott, 2002). Sebaliknya takan dalam penelitian ini adalah prestasi
perilaku anti-sosial sering menyebabkan akademik yang telah dimiliki siswa sebe-
prestasi akademis yang jelek (Hawkins,
lumnya (Anderson & Keitz, 1977; Mönk,
Farrington, & Catalano, 1998).
1998; Westerman, Nowicki, & Plante, 2002;
Dalam perkembangan lebih lanjut Duckworth & Seligman, 2005), inteligensi
penelitian tentang variabel sikap dan peri- (Zimmerman, 2002; Rebecca, 2004; Ridgel
laku sekolah menjadi pusat perhatian para & Lounsbury, 2004; Alsa, 2005).
peneliti di Amerika dengan menelitinya
Berdasarkan uraian teoritis dan empi-
secara empiris di bawah konsep keterli-
rik di atas maka muncul pertanyaan
batan pada sekolah (school engagement)
bagaimanakah peran kompetensi emosi
(misalnya: Skinner, et al., 1990; Skinner &
dan keterlibatan siswa di sekolah terhadap
Belmont, 1993; Greenwood, 1991,1996;
prestasi akademik siswa unggul?
Steinberg, et al., 1992; Wentzel, 1993;
Connell, et al., 1994; Smerdon, 1999;
DiPerna & Elliott, 2000; Johnson, Crosnoe, Metode
& Elder, 2001; DiPerna, 2006).
Model teoritis yang fit ditemukan oleh Variabel Penelitian
Greenwood (1996), bahwa pengaruh fak- Variabel dalam penelitian ini terdiri
tor pengajaran terhadap prestasi akademik atas lima variabel yaitu prestasi akademik
siswa di sekolah tidaklah secara langsung sebagai variabel tergantung, serta kompe-
melainkan dimediasi oleh keterlibatan tensi emosi, keterlibatan pada sekolah,
siswa pada sekolah. Dika (2003), Boerema inteligensi dan nilai UN SMP, sebagai
(2005) juga menemukan model teoritis variabel bebas. Untuk mengetahui peran
yang sejalan dengan temuan Greenwood dari keempat variabel bebas tersebut
(1996). Model yang ditemukan oleh Dika terhadap prestasi akademik, dan derajat
(2003) menegaskan bahwa proses diri interrelasi antar variabel bebas, maka
yang meliputi konsep diri, kepercayaan digunakan model persamaan struktural
diri, orientasi mencari bantuan dan modal (Arbuckle & Wothke, 1999). Variabel
sosial yang juga mencakup dukungan dibedakan menjadi variabel eksogen dan
emosi berperan tidak langsung terhadap variabel endogen. Variabel endogen ada-
prestasi akademik, melainkan dimediasi lah variabel yang dapat dipengaruhi dan
oleh keterlibatan siswa pada sekolah. mempengaruhi variabel lainnya, sedang-
Model teoritis yang dirumuskan Boerema kan variabel eksogen adalah variabel yang
(2005) juga menyimpulkan bahwa karak- dapat mempengaruhi tetapi tidak dipe-
teristik individu (minat, emosi, motivasi, ngaruhi oleh variabel lain. Variabel ekso-
pengalaman belajar dan prestasi belajar gen adalah semua variabel bebas yang
sebelumnya) yang dibawa siswa dalam dalam bentuk grafis digambarkan menjadi
80 JURNAL PSIKOLOGI
KETERLIBATAN SISWA, KOMPETENSI EMOSI
target dari garis dengan dua anak panah empati). Manajemen sosial (relasi), adalah
(atau hubungan korelasi/kovarian). Varia- kemampuan atau kemahiran seseorang
bel endogen adalah semua variabel tergan- dalam mempengaruhi respon yang dii-
tung yang dalam bentuk grafis digambar- nginkan orang lain, yang terdiri dari kom-
kan menjadi target paling tidak satu garis petensi komunikasi, bekerja kooperatif,
dengan satu anak panah (hubungan mengelola konflik, memberi dan mencari
regresi) (Ghozali, 2004). bantuan, dan mengelola perubahan. Ting-
Berdasarkan pengertian ini, variabel gi rendahnya kompetensi emosi subjek
eksogen dalam penelitian ini adalah kom- penelitian dalam penelitian tercermin
petensi emosi, Inteligensi, dan Nilai UN melalui skor yang diperolehnya dalam
SMP. Variabel endogen dalam penelitian mengerjakan Skala Kompetensi Emosi
ini adalah keterlibatan pada sekolah dan (SKE). Semakin tinggi skor yang dicapai,
prestasi akademik siswa unggul. semakin tinggi kompetensi emosinya.
JURNAL PSIKOLOGI 81
DHARMAYANA, dkk.
yakni persepsi terhadap motivasi, usaha Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKS)
keras dan penggunaan strategi. Ini men- SMA Kota dan MKS SMA Propinsi DIY.
cakup investasi psikologis dalam belajar,
usaha keras dalam belajar, keseriusan Subjek Penelitian
bersekolah, keinginan bekerja melebihi
Subjek penelitian adalah para siswa
yang dipersyaratkan, pilihan yang menan-
SMA ”N” Yogyakarta kelas XII (program
tang, disiplin, perencanaan dan strategi
reguler, dan program akselerasi) pada
belajar, keluwesan dalam memecahkan
tahun ajaran 2008/2009 yang memiliki latar
masalah, memilih bekerja keras, dan (3)
belakang prestasi akademik SMP yang
Keterlibatan perilaku, yakni melakukan
unggul (Nilai UN SMP = sembilan ke atas).
pekerjaan sekolah dan mengikuti peratur-
Dengan menggunakan prosedur multistage
an sekolah, meliputi: (a) perilaku yang
cluster random sampling dan berdasarkan
positif, yaitu perilaku yang mengilustra-
perhitungan sampel size calculator (Macorr,
sikan usaha, ketekunan, konsentrasi, per-
2007) serta kelengkapan isian instrumen
hatian, mengajukan pertanyaan, menyum-
penelitian yang dapat dianalisis, maka
bang pada diskusi kelas, mengikuti
diperoleh jumlah siswa yang menjadi
aturan, belajar, menyelesaikan pekerjaan
subjek penelitian adalah 417 siswa, yang
rumah, berpartisipasi dalam aktivitas
terdiri dari 173 siswa laki-laki dan 244
sekolah yang terkait. (b) Absenya perilaku
siswa perempuan, 270 siswa kelas XII IPA
yang mengganggu, seperti tidak mangkir
Reguler, 51 siswa kelas XII IPA Akselerasi,
sekolah dan tidak membuat kekacauan di
dan 96 siswa kelas XII IPS.
kelas. Tinggi rendahnya keterlibatan siswa
terhadap sekolah dicerminkan dari skor
yang diperoleh dalam mengerjakan Skala Metode
Keterlibatan pada Sekolah (SKS).
Metode pengumpulan data dalam
Prestasi Akademik. Prestasi Akademik penelitian terdiri dari (1) Skala Kompe-
meliputi prestasi belajar beberapa mata tensi Emosi, (2) Skala Keterlibatan Seko-
pelajaran yang diujikan dalam UN SMA lah, (3) Tes Inteligensi APM, (4)
2009 yang terdiri dari mata pelajaran Dokumentasi Nilai Ujian Nasional SMP,
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Mate- (5) Dokumentasi Prestasi Akademik.
matika, Biologi, Fisika, Kimia, untuk
Skala Kompetensi Emosi (SKE), yang
jurusan IPA, dan mata pelajaran Bahasa
berbentuk laporan penilaian diri dan
Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika,
laporan penilaian oleh orang lain, yang
Ekonomi, Geografi, dan Sosiologi, untuk
dikembangkan dan divalidasi dengan
Jurusan IPS. Prestasi akademik siswa me-
mengadaptasikan komponen-komponen
rupakan rerata capaian nilai murni hasil
kunci kompetensi emosi yang penulis
belajar siswa yang diukur berdasarkan
sintesiskan berdasarkan kajian pustaka,
beberapa kali uji kompetensi dan uji coba
dan divalidasi dengan sampel siswa SMA.
ujian nasional yang diselenggarakan
Indikator kompetensi emosi yang diguna-
secara bersama-sama di bawah koordinasi
kan dalam penelitian adalah kompetensi
Dinas Pendidikan Kota dan Propinsi
emosi kunci yang penulis sintesiskan dari
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Tes uji
indikator-indikator yang merefleksikan
kompetensi dan uji coba UN disusun oleh
kompetensi emosi yang bersumber dari
tim yang dibentuk melalui forum
pengembang sebelumnya (Boyatzis et al.,
1999; Zins, et al., 2004; Saarni, 2000).
82 JURNAL PSIKOLOGI
KETERLIBATAN SISWA, KOMPETENSI EMOSI
Instrumen menggunakan skala 1-5 yang terdiri dari tiga tipe keterlibatan siswa
mengindikasikan dan merefleksikan peni- pada sekolah, yaitu (1) keterlibatan emosi,
laian seseorang mengenai frekuensi seseo- (2) keterlibatan kognitif, dan (3) keterli-
rang yang dinilai menunjukkan perilaku batan perilaku. Jumlah pernyataan Skala
yang disiratkan dari butir-butir skala Keterlibatan pada sekolah adalah 61 butir
tersebut. Alternatif jawaban terdiri dari 1= dan jumlah yang gugur hingga diperoleh
Tidak pernah, 2=Jarang, 3=Kadang- model yang fit adalah 31 butir, sehingga
kadang, 4=Sering, 5=Selalu atau terus jumlah pernyataan yang sahih ada 30
menerus. Jumlah pernyataan skala kompe- butir, dengan rentang efek butir antara
tensi emosi pada awalnya berjumlah 88 0,32 sampai 0,83. Reliabilitas komposit
butir, setelah dilakukan uji kesesuaian masing-masing dimensi keterlibatan pada
model pengukuran untuk melihat kese- sekolah adalah 0,98 untuk dimensi keter-
suaian butir dalam dimensi-dimensinya libatan emosi pada sekolah, 0,98 untuk
berdasarkan confirmatory factor analysis dimensi keterlibatan kognitif pada sekolah
dengan menggunakan program AMOS dan 0,94 untuk dimensi keterlibatan
6.0.0., maka butir yang sesuai tinggal 49 perilaku pada sekolah.
butir dengan koefisien efek butir terhadap Data inteligensi siswa dikumpulkan
aspek kompetensinya antara 0,42 sampai dengan menggunakan Tes Inteligensi
0,80, dan efek kompetensi terhadap “Advanced Progressive Matrices dari Raven
dimensinya antara 0,40 sampai 0,96. (1962). The Advanced Progressive Matrices
Selanjutnya analisis reliabilitas terha- (APM) adalah salah satu dari seri tes
dap butir-butir yang sudah sahih dilaku- inteligensi, yang diperuntukkan bagi sub-
kan dengan pendekatan yang dianjurkan jek usia 11 tahun ke atas yang memiliki
oleh Ferdinand (2000), yaitu dengan meni- kemampuan superior (Thorndike et al.,
lai besaran composite reliability. Reliabilitas 1991, dalam Alsa, 2005). Peneliti memilih
komposit adalah ukuran mengenai konsis- APM untuk mengukur inteligensi subjek
tensi internal dari indikator-indikator penelitian berdasar pertimbangan (1) APM
sebuah konstrak yang menunjukkan dera- mengukur hakekat inteligensi sesuai
jat masing-masing indikator itu mengindi- dengan teori inteligensi yang digunakan
kasikan sebuah konstrak atau faktor laten dalam penelitian, yang mengukur kemam-
yang umum (Ferdinand, 2000; Ghozali, puan umum (faktor “g”), (2) subjek pene-
2004). Reliabilitas komposit masing- litian adalah pelajar dari empat SMA ”N”
masing dimensi kompetensi emosi adalah terbaik di Kota Yogyakarta (dengan nilai
0,98 untuk dimensi kesadaran diri, 0,94 UN SMP tertinggi dibandingkan pelajar
untuk dimensi manajemen diri, 0,90 untuk SMA Negeri lain di Kota Yogyakarta),
dimensi kesadaran sosial dan 0,99 untuk sehingga sesuai dengan karakteristik tes
dimensi manajemen sosial. yang ditentukan APM. Reliabilitas dan
Data tentang keterlibatan siswa pada validitas APM telah diteliti oleh G.A.
sekolah dikumpulkan dengan mengguna- Foulds (dalam Alsa, 2005). Untuk meng-
kan skala yang merefleksikan keterlibatan estimasi reliabilitasnya, Foulds mengguna-
siswa terhadap aktivitas akademik seko- kan pendekatan test-retest dengan interval
lahnya. Skala dalam penelitian dikem- waktu enam sampai dengan delapan
bangkan dari studi yang komprehensif minggu antara pemberian tes yang
dari Fredricks, Blumenfeld & Paris (2004), pertama dan pemberian tes yang kedua.
yang menciptakan kerangka teoritis yang Koefisien reliabilitas bagi kelompok usia
JURNAL PSIKOLOGI 83
DHARMAYANA, dkk.
84 JURNAL PSIKOLOGI
KETERLIBATAN SISWA, KOMPETENSI EMOSI
ness-of-fit utama yang digunakan untuk dapat digunakan untuk menerima suatu
menguji fit atau tidaknya suatu model model adalah ≤ 0,08 (Ferdinand, 2000;
secara berturut-turut adalah: (1) X2- kai- Ghozali, 2004). (3) CMIN/DF yaitu indeks
kuadrat, sebagai ukuran overall fit. Model statistik kai-kuadrat, X2 dibagi DF-nya
secara keseluruhan dipandang baik atau sehingga disebut X2 –relatif. Nilai X2 –relatif
memuaskan bila nilai kai-kuadrat kecil kurang dari 2.0 atau bahkan kadang
dengan taraf signifikansi p>0,05. (2) kurang dari 3.0 adalah indikasi dari
RMSEA (Root Mean Square Error of Approxi- diterimanya kesesuaian model dan data
mation), yang menunjukkan perkiraan (Arbuckle,1977 dalam Ferdinand, 2000).
kesalahan (error approximation) yang dapat
ditolerir untuk dapat menerima fit tidak-
Hasil
nya suatu model. Semakin kecil kesalahan
dari suatu model, maka semakin fit model Setelah dilakukan analisis statistik de-
itu. Indeks RMSEA = 0,0. adalah indeks ngan model persamaan struktural dipero-
yang sempurna atau tanpa kesalahan. leh hasil sebagaimana terlihat pada
Nilai indeks batas ukuran RMSEA yang Gambar 1.
Gambar 1. Model Empiris Peran Kompetensi Emosi dan Keterlibatan Sekolah terhadap Prestasi
Akademik (N=417)
JURNAL PSIKOLOGI 85
DHARMAYANA, dkk.
Berdasarkan perhitungan model per- terlihat dalam kolom Critical Ratio (CR)
samaan struktural untuk model yang telah dalam Tabel 2.
dimodifikasi (model kedua), indeks good- Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa
ness-of-fit yang dihasilkan dapat dirang- koefisien bobot regresi yang signifikan
kumkan pada Tabel 1 . terdapat pada: (1) hubungan kausal antara
Dari Tabel 1 dapat disimpulkan kompetensi emosi (K-Em) terhadap keter-
bahwa hasil analisis model menunjukkan libatan siswa pada sekolah (K-Sek), (2)
kriteria goodness of fit model yang fit yang hubungan kausal antara keterlibatan pada
ditunjukkan dari nilai kai-kuadrat yang sekolah (K-Sek) terhadap prestasi akade-
kecil yaitu 23,309 dengan probabilitas mik (PAK), (3) hubungan kausal antara
0,055 (p>0,05). Demikian pula nilai kriteria variabel laten kompetensi emosi (K-Em)
fit lainnya yaitu CMIN/DF (1,665; ≤ 2,0) terhadap variabel amatan kompetensi
dan RMSEA (0,040; ≤ 0,08) menunjukkan pribadi (KPRI) dan kompetensi sosial
indeks dan memenuhi syarat yang direko- (KSOS), dan (4) hubungan kausal antara
mendasikan, untuk menyimpulkan bahwa variabel laten keterlibatan siswa pada
model fit. sekolah (K-Sek) terhadap variabel amatan
Hubungan kausal antar variabel keterlibatan emosi pada sekolah (KS1),
secara keseluruhan dapat dilihat dari nilai keterlibatan kognitif pada sekolah (KS2),
bobot regresi dan t-hitung model yang dan keterlibatan perilaku terhadap sekolah
Tabel 1
Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Model
Tabel 2
Estimasi Parameter Bobot Regresi Model Modifikasi
86 JURNAL PSIKOLOGI
KETERLIBATAN SISWA, KOMPETENSI EMOSI
(KS3). Koefisien bobot regresi yang tidak gensi dan nilai UN SMP. Di antara
signifikan adalah: (1) Inteligensi (INTEL) keempat faktor tersebut, yang paling besar
terhadap Keterlibatan siswa pada sekolah perannya terhadap prestasi akademik
(K-Sek), (2) Inteligensi (INTEL) terhadap adalah keterlibatan siswa pada sekolah
Prestasi Akademik (PAK), (3) Kompetensi (sumbangan efektifnya 9,99 persen) dan
Emosi terhadap Prestasi Akademik, (4) selanjutnya berturut-turut adalah nilai
Nilai UN SMP terhadap Keterlibatan ujian nasional SMP (sumbangan efektifnya
Siswa pada Sekolah (K-Sek). 7,08 persen), kompetensi emosi
Koefisien determinasi peran setiap (sumbangan efektifnya 5,52 persen), dan
variabel eksogen terhadap variabel endo- inteligensi (sumbangan efektifnya 0,1
gen dapat dilihat pada Tabel 3. persen). Sisanya yaitu 78% dari variasi
prestasi akademik dapat dijelaskan atau
Dengan memperhatikan Gambar 1
diprediksi melalui variabel-variabel lain di
dan koefisien determinasi untuk melihat
luar model penelitian ini, (2) Koefisien
sumbangan efektif (Tabel 3) dapat disim-
determinasi (R2) keterlibatan siswa pada
pulkan: (1) Koefisien determinasi (R2)
sekolah adalah sebesar 0,242, artinya 24,2
Prestasi akademik adalah sebesar 0,22
persen dari variasi keterlibatan pada
sehingga dapat dikemukakan bahwa 22
sekolah dapat dijelaskan atau diprediksi
persen dari variasi prestasi akademik
melalui variabel kompetensi emosi, (3)
dapat dijelaskan atau diprediksi melalui
Kompetensi emosi memiliki peran tidak
variabel-variabel kompetensi emosi,
langsung (koefisien regresi 0,148) terhadap
keterlibatan siswa pada sekolah, inteli-
Tabel 3
Koefisien Determinasi Variabel-variabel
Variabel yang Koefisien Sumbangan efektif
Variabel yang berperan
dipengaruhi Determinasi (R )
2 (%)
Kompetensi Emosi,
Keterlibatan pada Sekolah, Prestasi Akademik 0,222 22,20
Inteligensi,
Nilai Ujian Nasional SMP
JURNAL PSIKOLOGI 87
DHARMAYANA, dkk.
prestasi akademik, melalui peran langsung oleh sikap sekolah (yang meliputi moti-
keterlibatan siswa pada sekolah (koefisien vasi, komitmen sekolah, keterlibatan
regresi 0, 316). Kompetensi emosi memiliki terhadap berbagai aktivitas di sekolah),
peran langsung secara signifikan (koe- dan perilaku sekolah (yang tercakup di
fisien regresi 0,470, p<0,001) terhadap dalamnya keterlibatan terhadap tugas-
keterlibatan siswa pada sekolah, ini berarti tugas sekolah, kehadiran dalam setiap
bahwa keterlibatan siswa terhadap seko- kegiatan kurikuler, dan kebiasaan belajar).
lah yang optimal membutuhkan adanya Penelitian-penelitian yang didasarkan
kompetensi emosi yang tinggi. pada program kompetensi belajar sosial-
Berdasarkan hasil penelitian yang emosi secara keseluruhan menyimpulkan
telah dikemukakan di atas maka dapat bahwa kompetensi emosi memperkuat
disimpulkan bahwa keterlibatan siswa berkembangnya sikap dan perilaku berse-
pada sekolah merupakan mediator bagi kolah yang positif. Sikap dan perilaku
peran kompetensi emosi terhadap prestasi bersekolah yang positif berpengaruh posi-
akademik. Semakin tinggi kompetensi tif terhadap keterlibatan, dan komitmen
emosi siswa, semakin tinggi keterlibatan siswa terhadap sekolah. Keterlibatan, kele-
siswa pada aktivitas akademik sekolah. katan dan komitmen siswa terhadap
Semakin tinggi keterlibatan siswa pada aktivitas sekolah dan perkembangan siswa
sekolah maka semakin tinggi prestasi aka- yang positif menyebabkan berkurangnya
demik siswa. Dalam kondisi latar bela- perilaku berisiko; pada akhirnya secara
kang inteligensi siswa yang tinggi dan bersama-sama mempengaruhi keberhasil-
prestasi akademik sebelumnya (Nilai UN an siswa dalam prestasi akademik di
SMP) yang unggul, kompetensi emosi sekolah dan keberhasilan dalam kehidup-
yang tinggi menyebabkan adanya keter- annya.
libatan siswa yang tinggi terhadap akti- Kompetensi emosi yang salah satu
vitas akademik di sekolah yang bermuara komponennya berwujud kompetensi so-
pada prestasi akademik yang tinggi. sial dapat berkembang menjadi sikap dan
perilaku pro-sosial di kelas yang sangat
penting perannya terhadap prestasi
Diskusi
akademik. Hasil ini sejalan dengan temu-
Peran kompetensi emosi terhadap an penelitian yang menemukan bahwa
prestasi akademik siswa ternyata lebih perilaku pro-sosial di kelas berkaitan posi-
bersifat tidak langsung, melalui variabel tif dengan prestasi akademis (Feshbach &
mediator keterlibatan siswa pada sekolah. feshbach, 1987; DiPerna & Elliot, 1999;
Hasil ini memperkuat pandangan Elias, et Pasi, 2001; Haynes, Ben-Ave & Ensign,
al., (2002), bahwa peran kompetensi emosi 2003), dan mampu memprediksi prestasi
terhadap prestasi akademik di sekolah, pada tes prestasi terstandar (Cobb, 1972;
seyogyanya dipahami secara lebih luas Wentzel, 1993; Welsh, Park, Widaman, &
daripada sekedar hubungan langsung O’Neil, 2001; Malecki & Elliott, 2002).
kompetensi emosi terhadap prestasi aka- Sebaliknya perilaku anti-sosial sering
demik. Hasil ini sejalan dengan beberapa menyebabkan prestasi akademis yang
hasil penelitian yang dirangkumkan oleh jelek (Hawkins, Farrington, & Catalano,
Zins et al., (2004) bahwa kompetensi emosi 1998). Beberapa temuan yang relevan juga
merupakan anteseden bagi kesuksesan menemukan hubungan antara kompetensi
akademik siswa di sekolah yang dimediasi emosi dengan keberhasilan siswa di seko-
88 JURNAL PSIKOLOGI
KETERLIBATAN SISWA, KOMPETENSI EMOSI
lah (Feshbach & Feshbach, 1987; Hawkins, keterlibatan yang baik terhadap kegiatan
1997; Peisner-Feinberg et al., 2001; Schmitz akademik di sekolah, yang akan mempe-
& Skinner, 1993; Skinner, Wellborn, & ngaruhi prestasi akademiknya (Boyatzis,
Connel, 1990; Steven & Slavin, 1995; Goleman, & Rhee, 1999).
Wentzel, 1991,1993). Studi-studi tersebut Inteligensi dalam model empirik (mo-
menemukan bahwa kompetensi emosi del modifikasi) ternyata tidak mempunyai
memiliki dampak pada hasil-hasil yang peran langsung terhadap prestasi akade-
lebih luas daripada sekedar hubungan mik, juga tidak memiliki korelasi yang
langsung antara kompetensi emosi dengan signifikan dengan kompetensi emosi, teta-
prestasi akademik. pi inteligensi berkorelasi dengan nilai UN
Beberapa hasil penelitian mengarah SMP (dengan r=0,16 – p<0,001), dan kom-
pada kesimpulan bahwa kompetensi emo- petensi emosi berkorelasi dengan nilai UN
si merupakan anteseden bagi munculnya SMP (r=0,13 – p<0,01). Tidak signifikannya
keterlibatan siswa pada sekolah; baik korelasi antara inteligensi dengan kompe-
keterlibatan emosi, kognitif maupun tensi emosi menunjukkan bahwa masing-
perilaku. Kompetensi emosi menyebabkan masing variabel inteligensi dan kompe-
siswa memiliki dan menyadari nilai-nilai tensi emosi bersifat independen. Adanya
dan tujuan-tujuannya, menyadari akan korelasi yang signifikan antara Inteligensi
tugas dan tanggungjawabnya terhadap dengan nilai UN SMP menunjukkan
tugas-tugas akademik (Boyatzis, Goleman, bahwa kedua faktor ini dapat digunakan
& Rhee, 1999), menyadari minat dan untuk menjelaskan hubungan kausalitas
tertarik dalam belajar (Weiner, 1992), antara nilai UN SMP dengan prestasi
menyiapkan diri untuk mengantisipasi- akademik. Tes Inteligensi APM yang
nya, mengubah dan memperbaikinya hanya mengukur kemampuan umum
untuk mewujudkan keberhasilan dirinya (faktor “g”) tidaklah memadai untuk da-
(Stein, & Book, 2004), memiliki pilihan- pat menjelaskan atau memprediksi pres-
pilihan, ketekunan, kekerasan hati, selama tasi akademik siswa unggul secara lang-
mengerjakan tugas (Pajares, 2003), berku- sung. Kecilnya peran inteligensi terhadap
rangnya stres, setia pada tugas, fokus prestasi akademik, juga ditunjukkan oleh
dalam berfikir dan menghasilkan sesuatu hasil penelitian Duckworth dan Seligman
(Elias, et al., 1997) berkurangnya perilaku (2005) yang menyimpulkan bahwa disiplin
agresif, dan perilaku beresiko yang dapat diri; yang merupakan salah satu aspek
menyebabkan siswa gagal dalam meraih dalam dimensi manajemen diri (r=0,67,
prestasinya. Kontrol emosi diri dapat p<0,001) melebihi Inteligensi (r=0,32,
dipandang sebagai wujud regulasi-diri p<0,001) dalam memprediksi variabel
yang disadari dan terkontrol, dan dengan performansi akhir akademik (Final GPA).
refleksi diri dari penilaian kognitif,
mempertinggi peran serta seseorang dan
Kesimpulan
keterlibatan seseorang dalam mencapai
tujuan yang diinginkan (Worline, et al., Hasil penelitian menunjukkan bahwa
2002). nilai UN SMP berperan langsung terhadap
Kompetensi emosi juga menyebabkan prestasi akademik di SMA (koefisien
adaptabilitas yang baik terhadap berbagai regresi sebesar 0,24, p<0,001). Hasil ini
kegiatan akademik di sekolah yang memo- dapat dimaknai bahwa prestasi akademik
tivasi siswa memiliki orientasi prestasi dan yang dicapai sampai akhir SMA dipenga-
JURNAL PSIKOLOGI 89
DHARMAYANA, dkk.
90 JURNAL PSIKOLOGI
KETERLIBATAN SISWA, KOMPETENSI EMOSI
Connell, J.P., Spencer, M. B., & Aber, J. L. Pemerintah Propinsi Daerah Istimewa
(1994). Educational risk and resilience Yogyakarta.
in African-American youth: Context, Dika, S. L. (2003). The effects of self-
self, action, and outcomes in school. processes and social capital on the
Child Development, 65, 493-506. educational outcomes of High School
Connell, J.P., & Wellborn, J.G. (1994). Students. Disertasi. Virginia: Faculty
Engagement versus disaffection: Moti- of the Virginia Polytechnic Institute
vated patterns of action In the academic and State University
domain. New York: University of DiPerna, J.C., & Elliott, S.N. (1999). The
Rochester. development and validation of the
Csikszentmihalyi, M. (1997). Finding flow: Academic Competence Evaluation
The psychology of engagement with Scales. Journal of Psychoeducational
everyday life. New York: Basic Books. Assessment, 207–225.
Damasio, A.R. (1994). Descartes’ error: DiPerna, J.C. (2006). Academic Enablers
Emotion, reason, and the human brain. and Student Achievement: Impli-
New York: G.P. Putnam’s Sons. cations for Assessment and Inter-
Depdiknas. (2001). Laporan Penelitian SMU vention services in the schools.
Unggulan di Indonesia, Jakarta: Balit- Psychology in the Schools, 7-17.
bang. Duckworth A.L., & Seligman, M.E.P.
______. (2003a). Laporan hasil supervisi (2005). Self-Discipline outdoes IQ in
keterlaksanaan kurikulum 2004 pada 40 Predicting Academic Performance of
SMA. Jakarta: Direktorat Dikmenum. adolescents (Research Article). Psycho-
logical Science, 939-944.
______. (2003b). Pedoman Penyelenggaraan
Program Percepatan Belajar SD, SMP, Elias, M.J., Wang, M.C., Weissberg, R .P.,
dan SMA: Suatu model pelayanan Zins, J.E., & Walberg, H.J. (2002). The
pendidikan bagi peserta didik yang other side of the report card: Student
memiliki potensi kecerdasan dan bakat success depends on more than test
istimewa. Jakarta: Dikdasmen scores. American School Boards Journal,
28–31.
______, (2006). Undang undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Ferdinand, A. (2000). Structural Equation
Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta Modeling dalam Penelitian Manajemen.
Semarang: Badan Penerbit Universitas
Dinas Diknas DIY. (2007). Laporan Hasil
Diponegoro.
UN SMA/MA di Kota Yogyakarta tahun
pelajaran 2006/2007. Yogyakarta: Feshbach, N.D., & Feshbach, S. (1987).
Pemerintah Propinsi Daerah Istimewa Affective processes and academic
Yogyakarta. achievement. Child Development, 58,
1335-1347.
______. (2008). Laporan Hasil UN SMA/MA
di Kota Yogyakarta tahun pelajaran Fredricks, J.A., Blumenfeld, P.C., & Paris,
2007/2008. Yogyakarta: Pemerintah A.H. (2004). School engagement:
Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Potential of the concept, state of evi-
dence. Review of Educational Research,
______. (2009). Laporan Hasil UN
59-109.
SMA/MA di Kota Yogyakarta tahun
pelajaran 2008/2009. Yogyakarta:
JURNAL PSIKOLOGI 91
DHARMAYANA, dkk.
Ghozali, I. (2004). Model Persamaan Struk- Macorr (2007). Sample Size Optimization.
tural, Konsep dan Aplikasi dengan Pro- Diunduh dari http://www.macorr.
gram AMOS Ver.5.0. Semarang: Badan com tanggal 14 Juni 2008,
Penerbit Universitas Diponegoro. Malecki, C.K., & Elliott, S.N. (2002). Chil-
Greenwood, C.R. (1991). Longitudinal dren’s social behaviors as predictors of
analysis of time engagement and academic achievement: A longitudinal
academic achievement in at-risk and analysis. School Psychology Quarterly,1–
non-risk students. Exceptional Children, 23.
57, 521–535. Marks, H.M. (2000). Student engagement
Greenwood, C.R. (1996). The case for per- in instructional activity: Patterns in the
formance-base models of instruction. elementary, middle, and high school
School Psychology Quarterly, 11, 283- years. American Education Research
296. Journal, 153-184.
Hawkins, J.D., Farrington, D.P., & Mönk, T.Y. (1998). Variables associated
Catalano, R.F. (1998). Reducing vio- with academic achievement of african-
lence through the schools. In D. S. american males in four-year under-
Eliot, B. A. Hamburg, & K. R. Williams graduate educational institutions: a
(Eds.), Violence in merican schools: A synthesis of studies. Dissertation. Vir-
new perspective (pp. 188–216). Cam- ginia: Virginia Polytechnic Institute
bridge: Cambridge University Press. and State University
Haynes, N.M., Ben-Avie, M., & Ensign, J. Munandar, U.S.C. (1992). Mengembang-
(Eds.). (2003). How social and emotional kan bakat dan kreativitas peserta didik
development add up: Getting results in sekolah. Jakarta: Gramedia
math and science education. New York: Pajares, F. (2003). Self-efficacy beliefs, mo-
Teachers College Press. tivation, and achievement in writing:
Illeris, K. (2003). Towards a contemporary A review of the literature. Reading &
and comprehensive theory of learning. Writing Quarterly, 139-158.
International Journal of Life-long Educa- Pasi, R.J. (2001). Higher expectations: Pro-
tion, 396–406. moting social emotional learning and aca-
Johnson, M.K., Crosnoe, R., & Elder, G.H. demic achievement in your school. New
(2001). Students attachment and aca- York: Teachers College Press.
demic engagement: The role of race Peisner-Feinberg, E.S., Burchinal, M.R.,
and ethnicity. Sociology of Education, Clifford, R.M., Culkin, M. L., Howes,
318-340. C., Kagan, S. L., & Yazejian, N. (2001).
Kompas Cyber Media (2006, 26 The relation of preschool child-care
Desember). Einstein Indonesia berjaya quality to children’s cognitive and so-
di Brasil. Diunduh tanggal 1 septem-ber cial developmental trajectories
2006, dari http://www. kompas. com. through second grade. Child Develop-
Lyon, M.A. (1993). Academic self-concept ment, 72, 1534–1553.
and its relationship to achievement in Rebecca, A. (2004). Emotional competence
a sample of junior high school stu- as antecedent to performance: A con-
dents. Educational and Psychological tingency framework. Genetic, Social,
Measurement, 53, 201-210. and General Psychology Monographs,
130(2), 117–143.
92 JURNAL PSIKOLOGI
KETERLIBATAN SISWA, KOMPETENSI EMOSI
JURNAL PSIKOLOGI 93
DHARMAYANA, dkk.
94 JURNAL PSIKOLOGI