Anda di halaman 1dari 19

JURNAL PSIKOLOGI

VOLUME 39, NO. 1, JUNI 2012: 76 – 94

Keterlibatan Siswa (Student Engagement) sebagai


Mediator Kompetensi Emosi dan
Prestasi Akademik
I Wayan Dharmayana1
FKIP
Universitas Bengkulu

Masrun, Amitya Kumara, Yapsir G. Wirawan 2


Fakultas Psikologi
Universitas Gadjah Mada

Abstract

There is a hypothesis that emotional competencies have indirect effects to the academic achievement
through school engagement and a higher Academic success requires higher emotional competencies
and school engagement. This study aimed to test the hypothesis. It utilized subjects consisting of
417 excellent students. Psychological scale (emotional competence scale), Advanced Progressive
Matrices (APM) intelligence test and documentations were used for collecting the data. A
Structural equation modeling of AMOS 6.0 was applied to analyze the data. The important result
of this study supported the hypothesis and affirmed that emotional competence indirectly affects the
academic achievement through the school engagement. Based on the result of this research, it was
suggested that the efforts and interventions have to include the aspects of emotional competence
and school engagement as integral parts of educational program in the school.
Keywords: emotional competence, student engagement, academic achievement

Kemajuan1 ilmu pengetahuan dan tek- capai prestasi akademik yang optimal
nologi, terutama perkembangan teknologi sesuai potensinya (Sofyan, 2004).
informasi dan komunikasi menyebabkan Potensi sumber daya manusia meru-
terjadinya persaingan antar bangsa yang pakan aset nasional sekaligus sebagai
ketat dalam era globalisasi. Era globalisasi modal dasar pembangunan bangsa.
semakin menuntut kualitas sumber daya Potensi ini hanya dapat digali dan
manusia yang mampu bersaing secara dikembangkan serta dipupuk secara efek-
internasional atau global. Agar dapat tif melalui pendidikan dan pembelajaran
menjadi sumber daya yang unggul dalam yang terarah dan terpadu, yang dikelola
pembangunan bangsa di masa depan, secara serasi dan seimbang dengan mem-
maka anak Indonesia perlu dipersiapkan perhatikan pengembangan potensi peserta
dengan sebaik-baiknya untuk dapat men- didik secara utuh dan optimal. Amanat
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional pada
1 Korespondensi dengan penulis dapat dilakukan
melalui: dhary1@yahoo.com Bab IV bagian kesatu Pasal lima ayat
2 Atau melalui: amikumara@ugm.ac.id empat berbunyi: “warga negara yang

76 JURNAL PSIKOLOGI
KETERLIBATAN SISWA, KOMPETENSI EMOSI

memiliki potensi kecerdasan dan bakat menunjukkan bahwa tidak semua siswa
istimewa berhak memperoleh pendidikan yang memiliki prestasi akademik SMP
khusus”. Selanjutnya, pada Bab V Pasal 12 unggul, dapat mencapai prestasi akade-
ayat satu ditegaskan bahwa, “setiap mik yang unggul di bangku SMA. Data
peserta didik pada setiap satuan pendi- hasil Ujian Nasional (UN) SMA tahun
dikan berhak: huruf (b) mendapatkan pelajaran 2006/2007 sampai 2008/2009
layanan pendidikan sesuai dengan bakat, menunjukkan bahwa pencapaian prestasi
minat, dan kemampuannya; huruf (f) akademik siswa pada empat SMA Negeri
menyelesaikan program pendidikan sesuai di Yogyakarta dengan latar belakang nilai
dengan kecepatan belajar masing-masing UN SMP yang unggul, ternyata berada di
dan tidak menyimpang dari ketentuan bawah potensinya (Dinas Diknas DIY,
batas waktu yang ditetapkan” (Depdiknas, 2007, 2008, 2009).
2006). Berdasarkan kenyataan adanya kesen-
Kenyataan menunjukkan bahwa pen- jangan antara keunggulan prestasi akade-
didikan terhadap siswa yang memiliki mik saat di SMP dengan prestasi akade-
potensi kecerdasan dan bakat istimewa mik SMA, menunjukkan bahwa betapa
masih belum berjalan secara optimal, faktor internal individu seperti emosi,
masih banyak ditemukan siswa dengan motivasi dan keterlibatan siswa pada
bakat akademis mengalami gejala “presta- sekolah yang seharusnya mendorong
si kurang” (underachiever) (Depdiknas, unjuk belajar siswa masih menjadi masa-
2003a, 2003b; Dinas Diknas DIY, 2007, lah utama. Kesuksesan akademik siswa
2008, 2009). sangat ditentukan oleh siswa itu sendiri
Hasil penelitian yang dilakukan oleh sebagai subjek yang mengalami proses
Balitbang Depdiknas diperoleh temuan belajar, yang akan mengalami perubahan
bahwa pada 20 SMA unggulan di perilaku. Kesuksesan akademik di sekolah
Indonesia terdapat 21,75% siswa dengan berhubungan dengan sejumlah faktor
kecerdasan umum prestasinya di bawah karakteristik individu yang dibawa siswa
rerata (Depdiknas, 2001). Hasil temuan pada situasi belajar dan karakteristik seko-
sebelumnya juga menunjukkan bahwa lah dimana proses belajar terjadi. Prestasi
siswa yang dikategorikan berbakat istime- akademik siswa merupakan fungsi karak-
wa mengalami underachiever. Hasil pene- teristik individu yang dibawa siswa dalam
litian oleh Balitbang Depdikbud (1994) situasi belajar. Karaktersitik individu ini
menunjukkan sepertiga peserta didik yang mempunyai hubungan langsung dengan
dapat digolongkan sebagai peserta didik prestasi siswa, juga hubungan tidak lang-
berbakat akademik mengalami gejala sung melalui fungsi belajar dan pembe-
“prestasi kurang” (underachiever). Hal yang lajaran di sekolah. Karakteristik individu
sama dikemukakan oleh Munandar (1992), siswa mencakup minat, emosi dan moti-
bahwa cukup banyak peserta didik vasi, pengalaman belajar sebelumnya,
berbakat yang prestasi di sekolah tidak abilitas akademik sebelumnya (Boerema,
mencerminkan potensi intelektualnya 2005). Illeris (2003) juga menegaskan bah-
yang menonjol. Salah satu penyebabnya wa dalam mencapai hasil belajar yang
adalah kondisi eksternal atau lingkungan optimal peran kemahiran dalam dimensi
belajar yang kurang menunjang, kurang kognitif dan dimensi emosi individu da-
menantang untuk mewujudkan kemam- lam berinteraksi dengan lingkungan bela-
puannya secara optimal. Hasil yang sama jar di sekolah sangatlah penting.

JURNAL PSIKOLOGI 77
DHARMAYANA, dkk.

Pencapaian prestasi akademik yang dibutuhkan peran faktor karakteristik psi-


unggul mensyaratkan lebih dari sekedar kologis yang dapat meningkatkan keterli-
kualitas pengajaran yang tinggi dan ke- batan siswa terhadap sekolah. Kompetensi
mampuan mental dari siswa. Pencapaian emosi merupakan anteseden munculnya
prestasi akademik yang unggul memer- keterlibatan siswa, sedangkan keterlibatan
lukan inisiatif pribadi, kerajinan, kete- siswa pada sekolah merupakan anteseden
kunan, dan keterampilan pengarahan diri yang berpengaruh langsung pada prestasi
atau pengaturan diri. Oleh karena itu akademik.
dalam pencapaiannya mensyaratkan cu- Jika diamati dari profil siswa Indone-
kup waktu, investasi, usaha dan kerja sia yang memenangkan medali emas pada
keras serta motivasi yang kuat dari dalam olimpiade sains dunia seperti Jonathan
diri (Marks, 2000; Zimmerman, 2002). Pradana Mailoa, peraih gelar The Absolute
Willms (2003) mempertimbangkan keter- Winner karena meraih nilai tertinggi dalam
libatan siswa di sekolah sebagai keluaran ujian teori dan eksperimen pada
sekolah yang sangat penting, sebagai ante- International Physics Olympiad (IphO), yang
seden yang berpengaruh langsung terha- berlangsung di Singapura 8-16 Juli 2006,
dap prestasi akademik. ternyata kompetensi emosi yang berkem-
Prestasi belajar yang tinggi, mensya- bang dalam dirinya sangatlah mendukung
ratkan keterlibatan pada sekolah yang yaitu kesadaran diri dan manajemen diri
tinggi (Skinner, Wellborn, & Connel, 1990; yang bermuara pada kegigihan, ketekun-
Weiner, 1992; Lyon, 1993; Connel & an, usaha keras, kemandirian belajar yang
Wellborn, 1994; Csikszentmihalyi, 1997; sangat tinggi (Kompas Cyber Media,
Smerdon, 1999; Marks, 2000; Singh, Dika 2006c, 26 Desember). Johannes Kevin
& Fikretoglue, 2002; Fredricks, Blumenfeld Nangoi siswa SMP Pangudi Luhur peraih
& Paris, 2004; Zins, et al., 2004). Kesuk- medali emas pada International Junior
sesan akademik yang tinggi mensyaratkan Science Olympiad (IJSO) di Sao Paolo,
kompetensi emosi dan keterlibatan siswa Brasil, 3-12 Desember 2006, juga menun-
di sekolah yang tinggi (Zins et al., 2004). jukkan keunggulan psikologis seperti, sa-
Kompetensi emosi sangatlah penting bagi ngat bergairah dan duduk menghabiskan
kesuksesan siswa baik dalam bidang waktu berjam-jam di meja belajar untuk
akademik di sekolah maupun dalam mempelajari pelajaran fisika dan matema-
bidang kehidupan di luar sekolah (Elias, tika, sangat tekun dalam mengikuti pela-
Wang, Weissberg, Zins, & Walberg, 2002; jaran dan menyelesaikan tugas-tugas
Rebbeca, 2004; Zins, et al., 2004). dalam bidang fisika yang diberikan oleh
Kompetensi emosi berperan penting gurunya, walaupun tidak ada bimbingan
dalam menghasilkan prestasi akademik khusus dari orang tuanya. Ia sangat terikat
siswa yang unggul di sekolah. Kompetensi dengan aktivitas akademiknya di sekolah
emosi memungkinkan seseorang memiliki walaupun berada di rumah. Ia termasuk
sikap dan perilaku terhadap sekolah yang siswa yang tidak begitu suka duduk
positif yang mendukung kesuksesan siswa berjam-jam di depan televisi, ia lebih
di sekolah (Saarni, 2000; Elias et al., 2002; memprioritaskan waktunya untuk belajar
Rebecca, 2004; Zins, et al., 2004). fisika dan matematika di rumah (Kompas
Cyber Media, 2006, 26 Desember). Hal ini
Berdasarkan beberapa uraian di atas
juga ditegaskan oleh Surya (2007) dalam
dapat disimpulkan bahwa dalam penca-
sebuah buku yang inspiratif “MES-
paian prestasi akademik yang tinggi,

78 JURNAL PSIKOLOGI
KETERLIBATAN SISWA, KOMPETENSI EMOSI

TAKUNG” yang mengungkap rahasia kehadiran dalam setiap kegiatan kuri-


sukses juara dunia olimpiade fisika, yang kuler, dan kebiasaan belajar (Zins, et al.,
ternyata peran faktor pengaturan diri (diri 2004). Penelitian yang didasarkan pada
sendiri dan lingkungan), ketika terjadi program kompetensi belajar sosial-emosio-
keadaan kritis (“MESTAKUNG”) mendo- nal secara keseluruhan memberi kesem-
rong seseorang secara tekun dan gigih patan dan penguatan bagi berkembangnya
mencapai prestasi yang unggul. sikap dan perilaku terhadap sekolah yang
Berdasarkan beberapa uraian di atas positif. Keadaan ini dapat berpengaruh
maka pada hakekatnya pencapaian pres- positif terhadap keterlibatan dan komit-
tasi unggul bukan sekedar pada masalah men siswa terhadap sekolah. Pengelolaan
pencapaian kompetensi intelektual, lingkungan belajar yang baik (aman,
melainkan juga merupakan pencapaian peduli dan kooperatif) memungkinkan
kompetensi emosi yang justru penting diciptakannya pembelajaran kompetensi
untuk menjadikan dirinya menjadi lebih emosi dan dapat membantu siswa dalam
berkualitas dalam belajar sepanjang hayat perkembangan yang positif dan mengu-
dan pencapaian prestasi akademik siswa rangi perilaku yang berisiko. Keterlibatan
yang unggul. Kompetensi intelektual akan dan komitmen siswa terhadap aktivitas
mencapai puncaknya jika didukung oleh sekolah dan perkembangan siswa yang
kompetensi emosinya (Damasio, 1994). positif dengan berkurangnya perilaku
Kompetensi emosi berpengaruh terhadap berisiko; secara bersama-sama mempenga-
prestasi akademik siswa yang unggul ruhi keberhasilan siswa dalam prestasi
melalui peran keterlibatan sekolah siswa akademik di sekolah dan keberhasilan
sebagai mediator. Kompetensi emosi yang dalam kehidupannya. Ada beberapa temu-
tinggi menyebabkan keterlibatan siwa di an yang relevan yang mendokumenkan
sekolah yang tinggi dan keterlibatan siswa hubungan antara kompetensi emosi de-
di sekolah yang tinggi menyebabkan ngan kesuksesan di sekolah (Feshbach &
prestasi akademik siswa yang tinggi di Feshbach, 1987; Hawkins,et al. 1998;
sekolah. Kompetensi emosi dan keterli- Peisner-Feinberg et al., 2001; Schmitz &
batan sekolah yang sangat tinggi merupa- Skinner, 1993; Skinner, Wellborn, &
kan anteseden bagi prestasi akademik Connel, 1990; Steven & Slavin, 1995;
siswa yang unggul. Wentzel, 1991,1993). Studi-studi tersebut
menemukan bahwa kompetensi emosi
Hubungan antara kompetensi emosi
memiliki dampak pada hasil yang lebih
dengan keberhasilan siswa di sekolah,
luas daripada sekedar hubungan langsung
seyogyanya dipahami secara lebih luas
antara kompetensi emosi dengan prestasi
daripada sekedar hubungan langsung
akademik. Kompetensi emosi berperan
kompetensi emosi terhadap prestasi aka-
langsung terhadap kesuksesan siswa di
demik (Elias, et al., 2002). Kompetensi
sekolah, tidak saja terhadap prestasi
emosi merupakan anteseden bagi kesuk-
akademik di sekolah, juga terhadap sikap
sesan akademik siswa di sekolah yang
dan perilaku siswa di sekolah. Kompetensi
dimediasi oleh sikap siswa terhadap seko-
emosi yang salah satu komponennya
lah (yang meliputi motivasi, komitmen
berwujud kompetensi sosial dapat
sekolah, dan keterlibatan terhadap berba-
berkembang menjadi sikap dan perilaku
gai aktivitas di sekolah), dan perilaku
pro-sosial di kelas yang sangat penting
sekolah (yang tercakup di dalamnya
perannya terhadap prestasi akademik.
keterlibatan terhadap tugas-tugas sekolah,
Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian

JURNAL PSIKOLOGI 79
DHARMAYANA, dkk.

yang menemukan bahwa perilaku pro- situasi belajar dapat berpengaruh lang-
sosial di kelas berkaitan positif dengan sung terhadap hasil belajar dan berpenga-
prestasi akademis (Feshbach & Feshbach, ruh secara tidak langsung melalui karak-
1987; DiPerna & Elliot, 1999; Pasi, 2001; teristik sekolah dimana proses belajar
Haynes, Ben-Ave & Ensign, 2003), dan terjadi.
mampu memprediksi prestasi pada tes Disamping variabel kompetensi emosi
prestasi terstandar (Cobb, 1972; Wentzel, dan keterlibatan sekolah, variabel karakte-
1993; Welsh, Park, Widaman, & O’Neil, ristik pribadi siswa yang juga juga diser-
2001; Malecki & Elliott, 2002). Sebaliknya takan dalam penelitian ini adalah prestasi
perilaku anti-sosial sering menyebabkan akademik yang telah dimiliki siswa sebe-
prestasi akademis yang jelek (Hawkins,
lumnya (Anderson & Keitz, 1977; Mönk,
Farrington, & Catalano, 1998).
1998; Westerman, Nowicki, & Plante, 2002;
Dalam perkembangan lebih lanjut Duckworth & Seligman, 2005), inteligensi
penelitian tentang variabel sikap dan peri- (Zimmerman, 2002; Rebecca, 2004; Ridgel
laku sekolah menjadi pusat perhatian para & Lounsbury, 2004; Alsa, 2005).
peneliti di Amerika dengan menelitinya
Berdasarkan uraian teoritis dan empi-
secara empiris di bawah konsep keterli-
rik di atas maka muncul pertanyaan
batan pada sekolah (school engagement)
bagaimanakah peran kompetensi emosi
(misalnya: Skinner, et al., 1990; Skinner &
dan keterlibatan siswa di sekolah terhadap
Belmont, 1993; Greenwood, 1991,1996;
prestasi akademik siswa unggul?
Steinberg, et al., 1992; Wentzel, 1993;
Connell, et al., 1994; Smerdon, 1999;
DiPerna & Elliott, 2000; Johnson, Crosnoe, Metode
& Elder, 2001; DiPerna, 2006).
Model teoritis yang fit ditemukan oleh Variabel Penelitian
Greenwood (1996), bahwa pengaruh fak- Variabel dalam penelitian ini terdiri
tor pengajaran terhadap prestasi akademik atas lima variabel yaitu prestasi akademik
siswa di sekolah tidaklah secara langsung sebagai variabel tergantung, serta kompe-
melainkan dimediasi oleh keterlibatan tensi emosi, keterlibatan pada sekolah,
siswa pada sekolah. Dika (2003), Boerema inteligensi dan nilai UN SMP, sebagai
(2005) juga menemukan model teoritis variabel bebas. Untuk mengetahui peran
yang sejalan dengan temuan Greenwood dari keempat variabel bebas tersebut
(1996). Model yang ditemukan oleh Dika terhadap prestasi akademik, dan derajat
(2003) menegaskan bahwa proses diri interrelasi antar variabel bebas, maka
yang meliputi konsep diri, kepercayaan digunakan model persamaan struktural
diri, orientasi mencari bantuan dan modal (Arbuckle & Wothke, 1999). Variabel
sosial yang juga mencakup dukungan dibedakan menjadi variabel eksogen dan
emosi berperan tidak langsung terhadap variabel endogen. Variabel endogen ada-
prestasi akademik, melainkan dimediasi lah variabel yang dapat dipengaruhi dan
oleh keterlibatan siswa pada sekolah. mempengaruhi variabel lainnya, sedang-
Model teoritis yang dirumuskan Boerema kan variabel eksogen adalah variabel yang
(2005) juga menyimpulkan bahwa karak- dapat mempengaruhi tetapi tidak dipe-
teristik individu (minat, emosi, motivasi, ngaruhi oleh variabel lain. Variabel ekso-
pengalaman belajar dan prestasi belajar gen adalah semua variabel bebas yang
sebelumnya) yang dibawa siswa dalam dalam bentuk grafis digambarkan menjadi

80 JURNAL PSIKOLOGI
KETERLIBATAN SISWA, KOMPETENSI EMOSI

target dari garis dengan dua anak panah empati). Manajemen sosial (relasi), adalah
(atau hubungan korelasi/kovarian). Varia- kemampuan atau kemahiran seseorang
bel endogen adalah semua variabel tergan- dalam mempengaruhi respon yang dii-
tung yang dalam bentuk grafis digambar- nginkan orang lain, yang terdiri dari kom-
kan menjadi target paling tidak satu garis petensi komunikasi, bekerja kooperatif,
dengan satu anak panah (hubungan mengelola konflik, memberi dan mencari
regresi) (Ghozali, 2004). bantuan, dan mengelola perubahan. Ting-
Berdasarkan pengertian ini, variabel gi rendahnya kompetensi emosi subjek
eksogen dalam penelitian ini adalah kom- penelitian dalam penelitian tercermin
petensi emosi, Inteligensi, dan Nilai UN melalui skor yang diperolehnya dalam
SMP. Variabel endogen dalam penelitian mengerjakan Skala Kompetensi Emosi
ini adalah keterlibatan pada sekolah dan (SKE). Semakin tinggi skor yang dicapai,
prestasi akademik siswa unggul. semakin tinggi kompetensi emosinya.

Kompetensi emosi adalah persepsi dan Inteligensi, yaitu kemampuan umum


keyakinan diri yang menunjukkan penge- (faktor “g”) yang menyertai setiap perila-
tahuan, sikap, nilai-nilai, keterampilan, ku manusia. Tinggi rendahnya inteligensi
dan atribut-atribut yang dicirikan dari subjek penelitian, dalam penelitian
abilitas kecerdasan emosi yang membantu tercermin melalui skor yang diperolehnya
peningkatan kompetensi belajar siswa di dalam mengerjakan tes Advanced Progres-
sekolah, yaitu kompetensi emosi yang sive Matrices (APM) yang disusun oleh
direfleksikan dalam bentuk emosi-emosi Reven (1962).
yang berhubungan dengan peran belajar Nilai UN SMP, yaitu prestasi hasil
seseorang di sekolah, yang mencakup: (1) belajar siswa setelah menempuh ujian
kompetensi pribadi, yaitu kemampuan nasional SMP, sebagai prasyarat untuk
mengenal dan mengelola emosi diri priba- diterima dan masuk ke jenjang pendidikan
di yang terdiri dari dimensi kesadaran diri SMA. Nilai UN yang dimaksudkan dalam
dan manajemen diri. Kesadaran diri, yaitu penelitian adalah nilai rerata hasil ujian
kemampuan mengenali emosi di dalam nasional SMP dalam tiga mata pelajaran
diri; mengetahui keadaan internal, pilihan- yang diujikan dalam UN yaitu Bahasa
pilihan dan intuisi-intuisinya, yang terdiri Indonesia, Bahasa Inggris, dan Matema-
dari kompetensi kesadaran emosi, peni- tika.
laian diri yang akurat, dan kepercayaan Keterlibatan siswa pada sekolah, yaitu:
diri (efikasi diri). Manajemen diri, yaitu suatu proses psikologis yang menunjuk-
kemampuan mengelola keadaan internal kan perhatian, minat, investasi, usaha dan
atau dorongan dan sumber emosi dari keterlibatan para siswa yang dicurahkan
dalam diri, yang terdiri dari kompetensi dalam pekerjaan belajar di sekolah yang
kontrol diri, kepercayaan, keseksamaan, meliputi (1) Keterlibatan emosi siswa pada
adaptabilitas, orientasi prestasi, dan inisia- sekolah, yang menunjukkan minat, nilai,
tif. (2) Kompetensi sosial, yaitu kemam- dan emosi terhadap sekolah, misalnya:
puan mengenal dan mengelola emosi perasaan di kelas, perasaan terhadap seko-
orang lain yang terdiri dari dimensi kesa- lah dan guru, perasaan terhadap perlaku-
daran sosial, dan manajemen sosial. an, disiplin dan motivasi, perasaan memi-
Kesadaran sosial adalah kemampuan liki, perasaan positif, dan menghargai
mengenali, menyadari emosi, kebutuhan prestasi akademik di sekolah, (2) Keter-
dan perhatian orang lain (kompetensi libatan kognitif siswa terhadap sekolah,

JURNAL PSIKOLOGI 81
DHARMAYANA, dkk.

yakni persepsi terhadap motivasi, usaha Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKS)
keras dan penggunaan strategi. Ini men- SMA Kota dan MKS SMA Propinsi DIY.
cakup investasi psikologis dalam belajar,
usaha keras dalam belajar, keseriusan Subjek Penelitian
bersekolah, keinginan bekerja melebihi
Subjek penelitian adalah para siswa
yang dipersyaratkan, pilihan yang menan-
SMA ”N” Yogyakarta kelas XII (program
tang, disiplin, perencanaan dan strategi
reguler, dan program akselerasi) pada
belajar, keluwesan dalam memecahkan
tahun ajaran 2008/2009 yang memiliki latar
masalah, memilih bekerja keras, dan (3)
belakang prestasi akademik SMP yang
Keterlibatan perilaku, yakni melakukan
unggul (Nilai UN SMP = sembilan ke atas).
pekerjaan sekolah dan mengikuti peratur-
Dengan menggunakan prosedur multistage
an sekolah, meliputi: (a) perilaku yang
cluster random sampling dan berdasarkan
positif, yaitu perilaku yang mengilustra-
perhitungan sampel size calculator (Macorr,
sikan usaha, ketekunan, konsentrasi, per-
2007) serta kelengkapan isian instrumen
hatian, mengajukan pertanyaan, menyum-
penelitian yang dapat dianalisis, maka
bang pada diskusi kelas, mengikuti
diperoleh jumlah siswa yang menjadi
aturan, belajar, menyelesaikan pekerjaan
subjek penelitian adalah 417 siswa, yang
rumah, berpartisipasi dalam aktivitas
terdiri dari 173 siswa laki-laki dan 244
sekolah yang terkait. (b) Absenya perilaku
siswa perempuan, 270 siswa kelas XII IPA
yang mengganggu, seperti tidak mangkir
Reguler, 51 siswa kelas XII IPA Akselerasi,
sekolah dan tidak membuat kekacauan di
dan 96 siswa kelas XII IPS.
kelas. Tinggi rendahnya keterlibatan siswa
terhadap sekolah dicerminkan dari skor
yang diperoleh dalam mengerjakan Skala Metode
Keterlibatan pada Sekolah (SKS).
Metode pengumpulan data dalam
Prestasi Akademik. Prestasi Akademik penelitian terdiri dari (1) Skala Kompe-
meliputi prestasi belajar beberapa mata tensi Emosi, (2) Skala Keterlibatan Seko-
pelajaran yang diujikan dalam UN SMA lah, (3) Tes Inteligensi APM, (4)
2009 yang terdiri dari mata pelajaran Dokumentasi Nilai Ujian Nasional SMP,
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Mate- (5) Dokumentasi Prestasi Akademik.
matika, Biologi, Fisika, Kimia, untuk
Skala Kompetensi Emosi (SKE), yang
jurusan IPA, dan mata pelajaran Bahasa
berbentuk laporan penilaian diri dan
Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika,
laporan penilaian oleh orang lain, yang
Ekonomi, Geografi, dan Sosiologi, untuk
dikembangkan dan divalidasi dengan
Jurusan IPS. Prestasi akademik siswa me-
mengadaptasikan komponen-komponen
rupakan rerata capaian nilai murni hasil
kunci kompetensi emosi yang penulis
belajar siswa yang diukur berdasarkan
sintesiskan berdasarkan kajian pustaka,
beberapa kali uji kompetensi dan uji coba
dan divalidasi dengan sampel siswa SMA.
ujian nasional yang diselenggarakan
Indikator kompetensi emosi yang diguna-
secara bersama-sama di bawah koordinasi
kan dalam penelitian adalah kompetensi
Dinas Pendidikan Kota dan Propinsi
emosi kunci yang penulis sintesiskan dari
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Tes uji
indikator-indikator yang merefleksikan
kompetensi dan uji coba UN disusun oleh
kompetensi emosi yang bersumber dari
tim yang dibentuk melalui forum
pengembang sebelumnya (Boyatzis et al.,
1999; Zins, et al., 2004; Saarni, 2000).

82 JURNAL PSIKOLOGI
KETERLIBATAN SISWA, KOMPETENSI EMOSI

Instrumen menggunakan skala 1-5 yang terdiri dari tiga tipe keterlibatan siswa
mengindikasikan dan merefleksikan peni- pada sekolah, yaitu (1) keterlibatan emosi,
laian seseorang mengenai frekuensi seseo- (2) keterlibatan kognitif, dan (3) keterli-
rang yang dinilai menunjukkan perilaku batan perilaku. Jumlah pernyataan Skala
yang disiratkan dari butir-butir skala Keterlibatan pada sekolah adalah 61 butir
tersebut. Alternatif jawaban terdiri dari 1= dan jumlah yang gugur hingga diperoleh
Tidak pernah, 2=Jarang, 3=Kadang- model yang fit adalah 31 butir, sehingga
kadang, 4=Sering, 5=Selalu atau terus jumlah pernyataan yang sahih ada 30
menerus. Jumlah pernyataan skala kompe- butir, dengan rentang efek butir antara
tensi emosi pada awalnya berjumlah 88 0,32 sampai 0,83. Reliabilitas komposit
butir, setelah dilakukan uji kesesuaian masing-masing dimensi keterlibatan pada
model pengukuran untuk melihat kese- sekolah adalah 0,98 untuk dimensi keter-
suaian butir dalam dimensi-dimensinya libatan emosi pada sekolah, 0,98 untuk
berdasarkan confirmatory factor analysis dimensi keterlibatan kognitif pada sekolah
dengan menggunakan program AMOS dan 0,94 untuk dimensi keterlibatan
6.0.0., maka butir yang sesuai tinggal 49 perilaku pada sekolah.
butir dengan koefisien efek butir terhadap Data inteligensi siswa dikumpulkan
aspek kompetensinya antara 0,42 sampai dengan menggunakan Tes Inteligensi
0,80, dan efek kompetensi terhadap “Advanced Progressive Matrices dari Raven
dimensinya antara 0,40 sampai 0,96. (1962). The Advanced Progressive Matrices
Selanjutnya analisis reliabilitas terha- (APM) adalah salah satu dari seri tes
dap butir-butir yang sudah sahih dilaku- inteligensi, yang diperuntukkan bagi sub-
kan dengan pendekatan yang dianjurkan jek usia 11 tahun ke atas yang memiliki
oleh Ferdinand (2000), yaitu dengan meni- kemampuan superior (Thorndike et al.,
lai besaran composite reliability. Reliabilitas 1991, dalam Alsa, 2005). Peneliti memilih
komposit adalah ukuran mengenai konsis- APM untuk mengukur inteligensi subjek
tensi internal dari indikator-indikator penelitian berdasar pertimbangan (1) APM
sebuah konstrak yang menunjukkan dera- mengukur hakekat inteligensi sesuai
jat masing-masing indikator itu mengindi- dengan teori inteligensi yang digunakan
kasikan sebuah konstrak atau faktor laten dalam penelitian, yang mengukur kemam-
yang umum (Ferdinand, 2000; Ghozali, puan umum (faktor “g”), (2) subjek pene-
2004). Reliabilitas komposit masing- litian adalah pelajar dari empat SMA ”N”
masing dimensi kompetensi emosi adalah terbaik di Kota Yogyakarta (dengan nilai
0,98 untuk dimensi kesadaran diri, 0,94 UN SMP tertinggi dibandingkan pelajar
untuk dimensi manajemen diri, 0,90 untuk SMA Negeri lain di Kota Yogyakarta),
dimensi kesadaran sosial dan 0,99 untuk sehingga sesuai dengan karakteristik tes
dimensi manajemen sosial. yang ditentukan APM. Reliabilitas dan
Data tentang keterlibatan siswa pada validitas APM telah diteliti oleh G.A.
sekolah dikumpulkan dengan mengguna- Foulds (dalam Alsa, 2005). Untuk meng-
kan skala yang merefleksikan keterlibatan estimasi reliabilitasnya, Foulds mengguna-
siswa terhadap aktivitas akademik seko- kan pendekatan test-retest dengan interval
lahnya. Skala dalam penelitian dikem- waktu enam sampai dengan delapan
bangkan dari studi yang komprehensif minggu antara pemberian tes yang
dari Fredricks, Blumenfeld & Paris (2004), pertama dan pemberian tes yang kedua.
yang menciptakan kerangka teoritis yang Koefisien reliabilitas bagi kelompok usia

JURNAL PSIKOLOGI 83
DHARMAYANA, dkk.

yang berbeda-beda secara berturut-turut SMA N di Kota Yogya dan Propinsi


adalah sebesar 0,76 untuk kelompok anak Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Soal-
cerdas berusia 10 tahun 6 bulan, 0,86 soal tersebut di bawah koordinasi Dinas
untuk kelompok anak cerdas usia 12 tahun Pendidikan Kota Yogyakarta dan Dinas
6 bulan dan sebesar 0,91 untuk pelajar Pendidikan Propinsi DIY yang dipergu-
dewasa dengan inteligensi di atas rata-rata nakan secara bersama-sama, untuk
(Raven, 1965). Tentang validitas APM, mengevaluasi hasil belajar siswa sebagai
Foulds menyimpulkan bahwa masing- persiapan menghadapi ujian nasional.
masing aitem APM sepenuhnya sesuai Data prestasi akademik yang berhasil
untuk mengakses fungsi intelektual dan penulis kumpulkan adalah hasil belajar
efisiensi intelektual subjek yang kecer- siswa yang diperoleh melalui uji
dasannya di atas rata-rata (Raven, 1965). kompetensi dan uji coba UN dalam tiga
Nilai UN SMP, yaitu prestasi hasil putaran dan melalui Tes Penjajakan Hasil
belajar siswa setelah menempuh ujian Belajar yang berlangsung dari Bulan
nasional SMP, sebagai prasyarat untuk Desember 2008 sampai 25 Maret 2009.
diterima dan masuk ke jenjang pendidikan
SMA. Nilai UN yang dimaksudkan dalam Analisis Data
penelitian adalah nilai rerata hasil ujian Sesuai dengan tujuan penelitian, maka
nasional SMP dalam tiga mata pelajaran data yang diperoleh dianalisis dengan
yang diujikan dalam UN yaitu Bahasa menggunakan teknik analisis Structural
Indonesia, Bahasa Inggris, dan Matema- Equation Modeling (SEM), yaitu sekumpul-
tika. Data dikumpulkan melalui dokumen an teknik statistik yang memungkinkan
berupa daftar nilai ujian nasional, baik pengujian sebuah model rangkaian hu-
yang berupa rekapitulasi maupun salinan bungan yang relatif rumit secara simultan
daftar nilai ujian nasional masing-masing (Ferdinand, 2000). Pemodelan penelitian
siswa yang menjadi subjek penelitian yang melalui SEM memungkinkan peneliti da-
didokumentasikan di bawah tanggung pat menjawab pertanyaan penelitian yang
jawab Wakil Kepala Sekolah Bidang bersifat regresif maupun dimensional
Akademik. (yaitu mengukur apa dimensi-dimensi
Prestasi Akademik meliputi prestasi dari sebuah konsep) (Ferdinand, 2000).
belajar beberapa mata pelajaran yang SEM merupakan gabungan dari dua
diujikan dalam UN 2009 yang terdiri dari metode statistik yang terpisah yaitu ana-
mata pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa lisis faktor dan analisis jalur menjadi satu
Inggris, Matematika, Biologi, Fisika, metode statistik komprehensif (Ghozali,
Kimia, untuk jurusan IPA, dan mata pela- 2004). Analisis SEM menggunakan bantu-
jaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, an perangkat program AMOS 6.0.0
Matematika, Ekonomi, Geografi, dan (Copyright 1983-2005 oleh Arbuckle). Ana-
Sosiologi, untuk Jurusan IPS. Prestasi lisis SEM memungkinkan peneliti untuk
akademik diperoleh dari dokumentasi menguji kesesuaian model teoritis dengan
sekolah yang dikumpulkan melalui Wakil data emperik, dan efek atau pengaruh
Kepala Sekolah Bidang Akademik dan langsung dan tidak langsung variabel
Humas, berupa nilai murni rerata hasil uji eksogen terhadap variabel endogen.
kompetensi pada ujian akhir semester, dan Penulis menggunakan beberapa in-
hasil uji coba UN yang soalnya disusun deks kesesuaian untuk mengukur keco-
oleh tim yang dibentuk melalui MKKS cokan model yang diajukan. Indeks good-

84 JURNAL PSIKOLOGI
KETERLIBATAN SISWA, KOMPETENSI EMOSI

ness-of-fit utama yang digunakan untuk dapat digunakan untuk menerima suatu
menguji fit atau tidaknya suatu model model adalah ≤ 0,08 (Ferdinand, 2000;
secara berturut-turut adalah: (1) X2- kai- Ghozali, 2004). (3) CMIN/DF yaitu indeks
kuadrat, sebagai ukuran overall fit. Model statistik kai-kuadrat, X2 dibagi DF-nya
secara keseluruhan dipandang baik atau sehingga disebut X2 –relatif. Nilai X2 –relatif
memuaskan bila nilai kai-kuadrat kecil kurang dari 2.0 atau bahkan kadang
dengan taraf signifikansi p>0,05. (2) kurang dari 3.0 adalah indikasi dari
RMSEA (Root Mean Square Error of Approxi- diterimanya kesesuaian model dan data
mation), yang menunjukkan perkiraan (Arbuckle,1977 dalam Ferdinand, 2000).
kesalahan (error approximation) yang dapat
ditolerir untuk dapat menerima fit tidak-
Hasil
nya suatu model. Semakin kecil kesalahan
dari suatu model, maka semakin fit model Setelah dilakukan analisis statistik de-
itu. Indeks RMSEA = 0,0. adalah indeks ngan model persamaan struktural dipero-
yang sempurna atau tanpa kesalahan. leh hasil sebagaimana terlihat pada
Nilai indeks batas ukuran RMSEA yang Gambar 1.

Gambar 1. Model Empiris Peran Kompetensi Emosi dan Keterlibatan Sekolah terhadap Prestasi
Akademik (N=417)

JURNAL PSIKOLOGI 85
DHARMAYANA, dkk.

Berdasarkan perhitungan model per- terlihat dalam kolom Critical Ratio (CR)
samaan struktural untuk model yang telah dalam Tabel 2.
dimodifikasi (model kedua), indeks good- Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa
ness-of-fit yang dihasilkan dapat dirang- koefisien bobot regresi yang signifikan
kumkan pada Tabel 1 . terdapat pada: (1) hubungan kausal antara
Dari Tabel 1 dapat disimpulkan kompetensi emosi (K-Em) terhadap keter-
bahwa hasil analisis model menunjukkan libatan siswa pada sekolah (K-Sek), (2)
kriteria goodness of fit model yang fit yang hubungan kausal antara keterlibatan pada
ditunjukkan dari nilai kai-kuadrat yang sekolah (K-Sek) terhadap prestasi akade-
kecil yaitu 23,309 dengan probabilitas mik (PAK), (3) hubungan kausal antara
0,055 (p>0,05). Demikian pula nilai kriteria variabel laten kompetensi emosi (K-Em)
fit lainnya yaitu CMIN/DF (1,665; ≤ 2,0) terhadap variabel amatan kompetensi
dan RMSEA (0,040; ≤ 0,08) menunjukkan pribadi (KPRI) dan kompetensi sosial
indeks dan memenuhi syarat yang direko- (KSOS), dan (4) hubungan kausal antara
mendasikan, untuk menyimpulkan bahwa variabel laten keterlibatan siswa pada
model fit. sekolah (K-Sek) terhadap variabel amatan
Hubungan kausal antar variabel keterlibatan emosi pada sekolah (KS1),
secara keseluruhan dapat dilihat dari nilai keterlibatan kognitif pada sekolah (KS2),
bobot regresi dan t-hitung model yang dan keterlibatan perilaku terhadap sekolah

Tabel 1
Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Model

Kriteria Hasil model ini Nilai kritis Evaluasi model


Kai-kuadrat (CMIN) 23,309 kecil Fit
Probability (p) 0,055 ≥ 0,05 Fit
CMIN/DF 1,665 ≤ 2,0 Fit
RMSEA 0,040 ≤ 0,08 Fit

Tabel 2
Estimasi Parameter Bobot Regresi Model Modifikasi

Estimate S.E. C.R. P


K-Sek <--- K-Em ,123 ,017 7,237 ***
K-Sek <--- INTEL ,000 ,042 -,002 ,999
K-Sek <--- NUNSMP 1,445 ,872 1,658 ,097
KS2 <--- K-Sek 1,210 ,152 7,955 ***
KS1 <--- K-Sek 1,000
KS3 <--- K-Sek ,378 ,057 6,678 ***
KSOS <--- K-Em ,439 ,027 16,134 ***
KPRI <--- K-Em 1,000
PAK <--- NUNSMP ,800 ,156 5,115 ***
PAK <--- K-Sek ,071 ,016 4,364 ***
PAK <--- INTEL ,005 ,008 ,670 ,503
PAK <--- K-Em ,005 ,003 1,571 ,116

86 JURNAL PSIKOLOGI
KETERLIBATAN SISWA, KOMPETENSI EMOSI

(KS3). Koefisien bobot regresi yang tidak gensi dan nilai UN SMP. Di antara
signifikan adalah: (1) Inteligensi (INTEL) keempat faktor tersebut, yang paling besar
terhadap Keterlibatan siswa pada sekolah perannya terhadap prestasi akademik
(K-Sek), (2) Inteligensi (INTEL) terhadap adalah keterlibatan siswa pada sekolah
Prestasi Akademik (PAK), (3) Kompetensi (sumbangan efektifnya 9,99 persen) dan
Emosi terhadap Prestasi Akademik, (4) selanjutnya berturut-turut adalah nilai
Nilai UN SMP terhadap Keterlibatan ujian nasional SMP (sumbangan efektifnya
Siswa pada Sekolah (K-Sek). 7,08 persen), kompetensi emosi
Koefisien determinasi peran setiap (sumbangan efektifnya 5,52 persen), dan
variabel eksogen terhadap variabel endo- inteligensi (sumbangan efektifnya 0,1
gen dapat dilihat pada Tabel 3. persen). Sisanya yaitu 78% dari variasi
prestasi akademik dapat dijelaskan atau
Dengan memperhatikan Gambar 1
diprediksi melalui variabel-variabel lain di
dan koefisien determinasi untuk melihat
luar model penelitian ini, (2) Koefisien
sumbangan efektif (Tabel 3) dapat disim-
determinasi (R2) keterlibatan siswa pada
pulkan: (1) Koefisien determinasi (R2)
sekolah adalah sebesar 0,242, artinya 24,2
Prestasi akademik adalah sebesar 0,22
persen dari variasi keterlibatan pada
sehingga dapat dikemukakan bahwa 22
sekolah dapat dijelaskan atau diprediksi
persen dari variasi prestasi akademik
melalui variabel kompetensi emosi, (3)
dapat dijelaskan atau diprediksi melalui
Kompetensi emosi memiliki peran tidak
variabel-variabel kompetensi emosi,
langsung (koefisien regresi 0,148) terhadap
keterlibatan siswa pada sekolah, inteli-

Tabel 3
Koefisien Determinasi Variabel-variabel
Variabel yang Koefisien Sumbangan efektif
Variabel yang berperan
dipengaruhi Determinasi (R )
2 (%)
Kompetensi Emosi,
Keterlibatan pada Sekolah, Prestasi Akademik 0,222 22,20
Inteligensi,
Nilai Ujian Nasional SMP

Kompetensi Emosi Prestasi Akademik 0,055 5,52


Keterlibatan pada sekolah Prestasi Akademik 0,099 9,99
Inteligensi Prestasi Akademik 0,000 0,09
Nilai ujian nasional SMP Prestasi Akademik 0,070 7,08
Kompetensi Emosi
Inteligensi Keterlibatan - sekolah 0,242 24,20
Nilai ujian nasional SMP
Kompetensi Emosi Keterlibatan - sekolah 0,220 22,09
Inteligensi Keterlibatan - sekolah 0,00 0,00
Nilai ujian nasional SMP Keterlibatan - sekolah 0,01 1,00
Kompetensi Emosi Kompetensi Pribadi 1,000 100,00
Kompetensi Sosial 0,384 38,44
Keterlibatan pada sekolah Keterlibatan Emosi 0,372 37,20
Keterlibatan kognitif 0,548 54,80
Keterlibatan Prilaku 0,181 18,10

JURNAL PSIKOLOGI 87
DHARMAYANA, dkk.

prestasi akademik, melalui peran langsung oleh sikap sekolah (yang meliputi moti-
keterlibatan siswa pada sekolah (koefisien vasi, komitmen sekolah, keterlibatan
regresi 0, 316). Kompetensi emosi memiliki terhadap berbagai aktivitas di sekolah),
peran langsung secara signifikan (koe- dan perilaku sekolah (yang tercakup di
fisien regresi 0,470, p<0,001) terhadap dalamnya keterlibatan terhadap tugas-
keterlibatan siswa pada sekolah, ini berarti tugas sekolah, kehadiran dalam setiap
bahwa keterlibatan siswa terhadap seko- kegiatan kurikuler, dan kebiasaan belajar).
lah yang optimal membutuhkan adanya Penelitian-penelitian yang didasarkan
kompetensi emosi yang tinggi. pada program kompetensi belajar sosial-
Berdasarkan hasil penelitian yang emosi secara keseluruhan menyimpulkan
telah dikemukakan di atas maka dapat bahwa kompetensi emosi memperkuat
disimpulkan bahwa keterlibatan siswa berkembangnya sikap dan perilaku berse-
pada sekolah merupakan mediator bagi kolah yang positif. Sikap dan perilaku
peran kompetensi emosi terhadap prestasi bersekolah yang positif berpengaruh posi-
akademik. Semakin tinggi kompetensi tif terhadap keterlibatan, dan komitmen
emosi siswa, semakin tinggi keterlibatan siswa terhadap sekolah. Keterlibatan, kele-
siswa pada aktivitas akademik sekolah. katan dan komitmen siswa terhadap
Semakin tinggi keterlibatan siswa pada aktivitas sekolah dan perkembangan siswa
sekolah maka semakin tinggi prestasi aka- yang positif menyebabkan berkurangnya
demik siswa. Dalam kondisi latar bela- perilaku berisiko; pada akhirnya secara
kang inteligensi siswa yang tinggi dan bersama-sama mempengaruhi keberhasil-
prestasi akademik sebelumnya (Nilai UN an siswa dalam prestasi akademik di
SMP) yang unggul, kompetensi emosi sekolah dan keberhasilan dalam kehidup-
yang tinggi menyebabkan adanya keter- annya.
libatan siswa yang tinggi terhadap akti- Kompetensi emosi yang salah satu
vitas akademik di sekolah yang bermuara komponennya berwujud kompetensi so-
pada prestasi akademik yang tinggi. sial dapat berkembang menjadi sikap dan
perilaku pro-sosial di kelas yang sangat
penting perannya terhadap prestasi
Diskusi
akademik. Hasil ini sejalan dengan temu-
Peran kompetensi emosi terhadap an penelitian yang menemukan bahwa
prestasi akademik siswa ternyata lebih perilaku pro-sosial di kelas berkaitan posi-
bersifat tidak langsung, melalui variabel tif dengan prestasi akademis (Feshbach &
mediator keterlibatan siswa pada sekolah. feshbach, 1987; DiPerna & Elliot, 1999;
Hasil ini memperkuat pandangan Elias, et Pasi, 2001; Haynes, Ben-Ave & Ensign,
al., (2002), bahwa peran kompetensi emosi 2003), dan mampu memprediksi prestasi
terhadap prestasi akademik di sekolah, pada tes prestasi terstandar (Cobb, 1972;
seyogyanya dipahami secara lebih luas Wentzel, 1993; Welsh, Park, Widaman, &
daripada sekedar hubungan langsung O’Neil, 2001; Malecki & Elliott, 2002).
kompetensi emosi terhadap prestasi aka- Sebaliknya perilaku anti-sosial sering
demik. Hasil ini sejalan dengan beberapa menyebabkan prestasi akademis yang
hasil penelitian yang dirangkumkan oleh jelek (Hawkins, Farrington, & Catalano,
Zins et al., (2004) bahwa kompetensi emosi 1998). Beberapa temuan yang relevan juga
merupakan anteseden bagi kesuksesan menemukan hubungan antara kompetensi
akademik siswa di sekolah yang dimediasi emosi dengan keberhasilan siswa di seko-

88 JURNAL PSIKOLOGI
KETERLIBATAN SISWA, KOMPETENSI EMOSI

lah (Feshbach & Feshbach, 1987; Hawkins, keterlibatan yang baik terhadap kegiatan
1997; Peisner-Feinberg et al., 2001; Schmitz akademik di sekolah, yang akan mempe-
& Skinner, 1993; Skinner, Wellborn, & ngaruhi prestasi akademiknya (Boyatzis,
Connel, 1990; Steven & Slavin, 1995; Goleman, & Rhee, 1999).
Wentzel, 1991,1993). Studi-studi tersebut Inteligensi dalam model empirik (mo-
menemukan bahwa kompetensi emosi del modifikasi) ternyata tidak mempunyai
memiliki dampak pada hasil-hasil yang peran langsung terhadap prestasi akade-
lebih luas daripada sekedar hubungan mik, juga tidak memiliki korelasi yang
langsung antara kompetensi emosi dengan signifikan dengan kompetensi emosi, teta-
prestasi akademik. pi inteligensi berkorelasi dengan nilai UN
Beberapa hasil penelitian mengarah SMP (dengan r=0,16 – p<0,001), dan kom-
pada kesimpulan bahwa kompetensi emo- petensi emosi berkorelasi dengan nilai UN
si merupakan anteseden bagi munculnya SMP (r=0,13 – p<0,01). Tidak signifikannya
keterlibatan siswa pada sekolah; baik korelasi antara inteligensi dengan kompe-
keterlibatan emosi, kognitif maupun tensi emosi menunjukkan bahwa masing-
perilaku. Kompetensi emosi menyebabkan masing variabel inteligensi dan kompe-
siswa memiliki dan menyadari nilai-nilai tensi emosi bersifat independen. Adanya
dan tujuan-tujuannya, menyadari akan korelasi yang signifikan antara Inteligensi
tugas dan tanggungjawabnya terhadap dengan nilai UN SMP menunjukkan
tugas-tugas akademik (Boyatzis, Goleman, bahwa kedua faktor ini dapat digunakan
& Rhee, 1999), menyadari minat dan untuk menjelaskan hubungan kausalitas
tertarik dalam belajar (Weiner, 1992), antara nilai UN SMP dengan prestasi
menyiapkan diri untuk mengantisipasi- akademik. Tes Inteligensi APM yang
nya, mengubah dan memperbaikinya hanya mengukur kemampuan umum
untuk mewujudkan keberhasilan dirinya (faktor “g”) tidaklah memadai untuk da-
(Stein, & Book, 2004), memiliki pilihan- pat menjelaskan atau memprediksi pres-
pilihan, ketekunan, kekerasan hati, selama tasi akademik siswa unggul secara lang-
mengerjakan tugas (Pajares, 2003), berku- sung. Kecilnya peran inteligensi terhadap
rangnya stres, setia pada tugas, fokus prestasi akademik, juga ditunjukkan oleh
dalam berfikir dan menghasilkan sesuatu hasil penelitian Duckworth dan Seligman
(Elias, et al., 1997) berkurangnya perilaku (2005) yang menyimpulkan bahwa disiplin
agresif, dan perilaku beresiko yang dapat diri; yang merupakan salah satu aspek
menyebabkan siswa gagal dalam meraih dalam dimensi manajemen diri (r=0,67,
prestasinya. Kontrol emosi diri dapat p<0,001) melebihi Inteligensi (r=0,32,
dipandang sebagai wujud regulasi-diri p<0,001) dalam memprediksi variabel
yang disadari dan terkontrol, dan dengan performansi akhir akademik (Final GPA).
refleksi diri dari penilaian kognitif,
mempertinggi peran serta seseorang dan
Kesimpulan
keterlibatan seseorang dalam mencapai
tujuan yang diinginkan (Worline, et al., Hasil penelitian menunjukkan bahwa
2002). nilai UN SMP berperan langsung terhadap
Kompetensi emosi juga menyebabkan prestasi akademik di SMA (koefisien
adaptabilitas yang baik terhadap berbagai regresi sebesar 0,24, p<0,001). Hasil ini
kegiatan akademik di sekolah yang memo- dapat dimaknai bahwa prestasi akademik
tivasi siswa memiliki orientasi prestasi dan yang dicapai sampai akhir SMA dipenga-

JURNAL PSIKOLOGI 89
DHARMAYANA, dkk.

ruhi oleh potensi kognitif atau prestasi Kepustakaan


akademik siswa yang unggul saat mulai
memasuki SMA. Hasil ini sejalan dengan Alsa, A. (2005). Program belajar, jenis
penelitian yang dilaporkan oleh Duck- kelamin, belajar berdasar regulasi diri
worth dan Seligman (2005) dalam dua dan prestasi belajar matematika pada
studinya bahwa performansi akademik pelajar SMA Negeri di yogyakarta.
siswa remaja dipengaruhi oleh prestasi Disertasi. (Tidak dipublikasikan) Yog-
akademik sebelumnya (dengan koefisien yakarta: Universitas Gadjah Mada
regresi 0,87, p<0,001 pada studinya yang Anderson, E.S., & Keith,T. Z. (1997). A
pertama, dan 0,89, p<0,001 pada studinya longitudinal test of a model of aca-
yang kedua). demic success for at-risk high school
Hasil penelitian menunjukkan bahwa student. The Journal of Educational
kompetensi emosi dan Keterlibatan pada Research (ProQuest Education Journals),
sekolah, berperan positif terhadap prestasi 259-269.
akademik siswa unggul. Kedua faktor ini Arbuckle, J.L., & Wothke, W.(1995-99).
penting mendapat perhatian dan tekanan Amos 4.0 user’s guide. Chicago: Small
secara simultan dalam upaya-upaya Waters Cooperation.
meningkatan prestasi akademik siswa Balitbang Depdikbud, (1994). Kurikulum
unggul, artinya dengan meningkatkan Peserta Didik yang memiliki kemampuan
kompetensi emosi siswa, akan dapat dan kecerdasan luar biasa, pada pendi-
meningkatkan keterlibatan siswa pada dikan dasar dan menengah. Jakarta:
sekolah yang berperan langsung terhadap Depdikbud.
prestasi akademik siswa.
Boerema, A.J. (2005). Examining differen-
Hasil penelitian merekomendasikan ces among private schools in British
bahwa penyelenggarakan program pem- Columbia. Dissertation. Nashville,
belajaran, seyogyanya tidak hanya terfo- Tennessee: The Faculty of the Gra-
kus pada prestasi akademik sebagai hasil duate School of Vanderbilt University
akhir, melainkan juga harus lebih mem-
Boyatzis, R.E., Goleman, D., & Rhee, K.
perhatikan proses-proses yang mendahu-
(1999). Clustering competence in emo-
luinya yaitu pengembangan kompetensi
tional intelligence: Insights from the
emosi siswa yang sangat berperan bagi
Emotional Competence Inventory
meningkatnya keterlibatan siswa pada
(ECI). In Bar-On, R., & Parker, J. D. A.
sekolah. Sudah sepatutnya keterlibatan
(Eds.), Handbook of Emotional Intelli-
siswa pada sekolah menjadi fokus perha-
gence. San Francisco: Jossey-Bass.
tian para pendidik di sekolah sebagai out-
put pendidikan yang berperan langsung Boyatzis, R.E., & Sala, F. (2003). Assessing
terhadap prestasi akademik siswa. Keter- emotional intelligence competencies. To
libatan pada sekolah dapat dijadikan appear in the measurement of Emo-
ukuran keberhasilan mutu proses pembe- tional Intelligence. G. Geher. Haup-
lajaran. Setiap upaya pembelajaran dari pauge, New York: Novas Science
para pendidik sepatutnya dikaitkan Publishers.
dengan keterlibatan siswa di sekolah, Cobb, J.A. (1972). Relationship of discrete
sebagai out-put pendidikan yang penting. classroom behaviors to fourth-grade
academic achievement. Journal of
Educational Psychology, 63, 74-80.

90 JURNAL PSIKOLOGI
KETERLIBATAN SISWA, KOMPETENSI EMOSI

Connell, J.P., Spencer, M. B., & Aber, J. L. Pemerintah Propinsi Daerah Istimewa
(1994). Educational risk and resilience Yogyakarta.
in African-American youth: Context, Dika, S. L. (2003). The effects of self-
self, action, and outcomes in school. processes and social capital on the
Child Development, 65, 493-506. educational outcomes of High School
Connell, J.P., & Wellborn, J.G. (1994). Students. Disertasi. Virginia: Faculty
Engagement versus disaffection: Moti- of the Virginia Polytechnic Institute
vated patterns of action In the academic and State University
domain. New York: University of DiPerna, J.C., & Elliott, S.N. (1999). The
Rochester. development and validation of the
Csikszentmihalyi, M. (1997). Finding flow: Academic Competence Evaluation
The psychology of engagement with Scales. Journal of Psychoeducational
everyday life. New York: Basic Books. Assessment, 207–225.
Damasio, A.R. (1994). Descartes’ error: DiPerna, J.C. (2006). Academic Enablers
Emotion, reason, and the human brain. and Student Achievement: Impli-
New York: G.P. Putnam’s Sons. cations for Assessment and Inter-
Depdiknas. (2001). Laporan Penelitian SMU vention services in the schools.
Unggulan di Indonesia, Jakarta: Balit- Psychology in the Schools, 7-17.
bang. Duckworth A.L., & Seligman, M.E.P.
______. (2003a). Laporan hasil supervisi (2005). Self-Discipline outdoes IQ in
keterlaksanaan kurikulum 2004 pada 40 Predicting Academic Performance of
SMA. Jakarta: Direktorat Dikmenum. adolescents (Research Article). Psycho-
logical Science, 939-944.
______. (2003b). Pedoman Penyelenggaraan
Program Percepatan Belajar SD, SMP, Elias, M.J., Wang, M.C., Weissberg, R .P.,
dan SMA: Suatu model pelayanan Zins, J.E., & Walberg, H.J. (2002). The
pendidikan bagi peserta didik yang other side of the report card: Student
memiliki potensi kecerdasan dan bakat success depends on more than test
istimewa. Jakarta: Dikdasmen scores. American School Boards Journal,
28–31.
______, (2006). Undang undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Ferdinand, A. (2000). Structural Equation
Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta Modeling dalam Penelitian Manajemen.
Semarang: Badan Penerbit Universitas
Dinas Diknas DIY. (2007). Laporan Hasil
Diponegoro.
UN SMA/MA di Kota Yogyakarta tahun
pelajaran 2006/2007. Yogyakarta: Feshbach, N.D., & Feshbach, S. (1987).
Pemerintah Propinsi Daerah Istimewa Affective processes and academic
Yogyakarta. achievement. Child Development, 58,
1335-1347.
______. (2008). Laporan Hasil UN SMA/MA
di Kota Yogyakarta tahun pelajaran Fredricks, J.A., Blumenfeld, P.C., & Paris,
2007/2008. Yogyakarta: Pemerintah A.H. (2004). School engagement:
Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Potential of the concept, state of evi-
dence. Review of Educational Research,
______. (2009). Laporan Hasil UN
59-109.
SMA/MA di Kota Yogyakarta tahun
pelajaran 2008/2009. Yogyakarta:

JURNAL PSIKOLOGI 91
DHARMAYANA, dkk.

Ghozali, I. (2004). Model Persamaan Struk- Macorr (2007). Sample Size Optimization.
tural, Konsep dan Aplikasi dengan Pro- Diunduh dari http://www.macorr.
gram AMOS Ver.5.0. Semarang: Badan com tanggal 14 Juni 2008,
Penerbit Universitas Diponegoro. Malecki, C.K., & Elliott, S.N. (2002). Chil-
Greenwood, C.R. (1991). Longitudinal dren’s social behaviors as predictors of
analysis of time engagement and academic achievement: A longitudinal
academic achievement in at-risk and analysis. School Psychology Quarterly,1–
non-risk students. Exceptional Children, 23.
57, 521–535. Marks, H.M. (2000). Student engagement
Greenwood, C.R. (1996). The case for per- in instructional activity: Patterns in the
formance-base models of instruction. elementary, middle, and high school
School Psychology Quarterly, 11, 283- years. American Education Research
296. Journal, 153-184.
Hawkins, J.D., Farrington, D.P., & Mönk, T.Y. (1998). Variables associated
Catalano, R.F. (1998). Reducing vio- with academic achievement of african-
lence through the schools. In D. S. american males in four-year under-
Eliot, B. A. Hamburg, & K. R. Williams graduate educational institutions: a
(Eds.), Violence in merican schools: A synthesis of studies. Dissertation. Vir-
new perspective (pp. 188–216). Cam- ginia: Virginia Polytechnic Institute
bridge: Cambridge University Press. and State University
Haynes, N.M., Ben-Avie, M., & Ensign, J. Munandar, U.S.C. (1992). Mengembang-
(Eds.). (2003). How social and emotional kan bakat dan kreativitas peserta didik
development add up: Getting results in sekolah. Jakarta: Gramedia
math and science education. New York: Pajares, F. (2003). Self-efficacy beliefs, mo-
Teachers College Press. tivation, and achievement in writing:
Illeris, K. (2003). Towards a contemporary A review of the literature. Reading &
and comprehensive theory of learning. Writing Quarterly, 139-158.
International Journal of Life-long Educa- Pasi, R.J. (2001). Higher expectations: Pro-
tion, 396–406. moting social emotional learning and aca-
Johnson, M.K., Crosnoe, R., & Elder, G.H. demic achievement in your school. New
(2001). Students attachment and aca- York: Teachers College Press.
demic engagement: The role of race Peisner-Feinberg, E.S., Burchinal, M.R.,
and ethnicity. Sociology of Education, Clifford, R.M., Culkin, M. L., Howes,
318-340. C., Kagan, S. L., & Yazejian, N. (2001).
Kompas Cyber Media (2006, 26 The relation of preschool child-care
Desember). Einstein Indonesia berjaya quality to children’s cognitive and so-
di Brasil. Diunduh tanggal 1 septem-ber cial developmental trajectories
2006, dari http://www. kompas. com. through second grade. Child Develop-
Lyon, M.A. (1993). Academic self-concept ment, 72, 1534–1553.
and its relationship to achievement in Rebecca, A. (2004). Emotional competence
a sample of junior high school stu- as antecedent to performance: A con-
dents. Educational and Psychological tingency framework. Genetic, Social,
Measurement, 53, 201-210. and General Psychology Monographs,
130(2), 117–143.

92 JURNAL PSIKOLOGI
KETERLIBATAN SISWA, KOMPETENSI EMOSI

Raven, J.C. (1962). Advanced Progressive ment in school. Journal of Educational


Matrices. Set I and Set II. London: Silver Psychology, 82(1), 22-32.
End Press Letter Press Devision of E. Smerdon, B.A. (1999). Engagement and
T. Heron & Co. Ltd. achievement: Differences between Af-
Raven, J.C. (1965). Advanced Progressive rican-American and White high school
Matrices, Set I and Set II: Plan and Use of students. Research in Sociology of Educa-
the Scale with A Report of Experimental tion and Socialization, 12, 103-134.
Work. London: H.K. Lewis & Co. Ltd. Sofyan, H. (2004). Pedoman khusus pene-
Ridgell, S.D., & Lounsbury, J.W. (2004). lusuran potensi siswa. Jakarta: Depdik-
Predicting academic success: General nas-Dirjen Pendidikan Dasar dan
intelligence, Big Five Personality. Col- Menengah-Direktorat Pendidikan
lege Student Journal, 38 (4),607-618. Menengah dan Umum.
Saarni, C. (2000). Emotional competence, A Stein, J.S., & Book, H.E. (2004). Ledakan EQ:
developmental perspective. In Bar-On, 15 Prinsip dasar kecerdasan emosional
R., Parker, J.D.A (Eds), The Handbook of meraih sukses. Terjemahan T. Rainy,
Emotional Intelligence: Theory, Develop- Januarsari, & Y. Murtanto. Bandung:
ment, Assesment, and Application at Kaifa.
Home, School, and in The Workplace Steinberg, L., Lamborn, S, Dornbusch, S.,
(pp.68-91). San Fransisco: Jossey-Bass & Darling, N. (1992). Impact of par-
A Wiley Company. enting practices on adolescent achieve-
Schmitz, B., & Skinner, E. A. (1993). Per- ment: Authoritative parenting, school
ceived control, effort, and academic involvement, and encouragement to
performance: Interindividual, intrain- succeed. Child Development, 63, 1266-
dividual, and multivariate time-series 1281.
analyses. Journal of Personality and So- Stevens, R.J., & Slavin, R.E. (1995). The co-
cial Psychology, 64, 1010–1028. operative elementary school: Effects
Singh, K., Dika, S., & Fikretoglue, D. on students’ achievement, attitudes,
(2002). School related correlates of and social relations. American Educa-
engagement in learning during high tional Research Journal, 32, 321–351.
school years. Paper presented at the 2002 Surya, Y. (2007). MESTAKUNG, the secrets,
Annual Meeting of the Eastern rahasia sukses juara dunia olimpiade
Educational Research Association, fisika. Jakarta: Penerbit Hikmah (PT.
Sarasota, FL. Mizan Publika)
Skinner, E.A., & Belmont, M. J. (1993). Weiner, I.B. (1992). Psychological disturbance
Motivation in the classroom: Recipro- in adolescence. New York: Wiley.
cal effection of teacher behavior and
Welsh, M., Park, R. D., Widaman, K., &
student engagement across the school
O’Neil, R. (2001). Linkages between
year. Journal of Educational Psychology,
children’s social and academic com-
85(4), 571-581.
petence: A longitudinal analysis. Jour-
Skinner, E.A., Wellborn, J.G., & Connell, nal of School Psychology, 39(6), 463–481.
J.P. (1990). What it takes to do well in
Wentzel, K.R. (1993). Does being good
school and whether I've got it: A proc-
make the grade? Social behavior and
ess model of perceived control and
academic competence in middle
children's engagement and achieve-

JURNAL PSIKOLOGI 93
DHARMAYANA, dkk.

school. Journal of Educational Psychol- & R. Kanfer (Eds.), Emotion in work-


ogy, 85, 357–364. place: Understanding the structur and role
Westerman, J.W., Nowicki,M.D., & Plante of emotion in organization behavior
D, (2002). Fit in the Classroom: Pre- (pp.295-330). New York: Jossey-Bass.
dictors of Student Performance and Zimmerman (2002). Achieving Academic
Satisfaction in Management Educa- Excellence: A Self Regulatory Perspec-
tion, Journal of Management Education, tive. In Ferrari, M. (Ed). The Pursuit of
February 2002. Excellence Through Education (pp.85-
Willms, J.D. (2003). Student engagement at 110). New York: Lawrence Erlbaum
school: A sense of belonging and participa- Associates Inc.
tion. Paris: OECD Zins, J.E., Weissberg, R.P., Wang, M.C., &
Worline, M.C., Wrzesniewski, A., & Walberg. H.J. (Eds.). (2004). Building
Rafaeli A. (2002). Caurage and work: academic success on social and emotional
breaking routines to improve per- learning: What does the research say?
formance. In R. G. Lord, R. J. Klimoski, New York: Teachers College Press.

94 JURNAL PSIKOLOGI

Anda mungkin juga menyukai