Makalah K3
Makalah K3
MANAJEMEN RESIKO
DISUSUN OLEH :
MEGA AUDINA
S1 KEPERAWATAN / Tk.2
Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur saya panjatkan kehadirat allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunianya kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini yg alhamdulillah
tepat pada waktunya yang berjudul “ Manajemen resiko terhadap kasus-kasus yang ada
dirumah sakit diindonesia “
Besar harapan,semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan para pembaca sehingga
dapat di implementasikan dan bermanfaat bagi masyarakat.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersift membangun selalu saya harpkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Wassalamualaikum wr.wb
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar........................................................................................................... i
Daftar isi.....................................................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................... 1
B. Rumusan Makalah.......................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan............................................................................................ 2
D. Manfaat Penulisan.......................................................................................... 2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi............................................................................................................ 3
B. Proses Manajemen Resiko.............................................................................. 3
C. Penerapan Manajemen Resiko Dalam Tatanan Klinis.................................... 7
BAB III
A. Kasus............................................................................................................... 10
B. Cara Pencegahan............................................................................................. 12
C. Cara Mengatasi............................................................................................... 12
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah sakit yang menerapkan prinsip keselamatan pasien berkewajiban untuk
mengidentifikasi dan mengendalikan seluruh risiko strategis dan operasional yang
penting. Hal ini mencakup seluruh area baik manajerial maupun fungsional, termasuk
area pelayanan, tempat pelayanan, juga area klinis. Rumah sakit perlu menjamin
berjalannya sistim untuk mengendalikan dan mengurangi risiko. Manajemen risiko
berhubungan erat dengan pelaksanaan keselamatan pasien rumah sakit dan berdampak
kepada pencapaian sasaran mutu rumah sakit. Ketiganya berkaitan erat dalam suatu
rangkaian yang tidak dapat dipisahkan.
Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis
insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi
solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil (Kemenkes RI, 2011).
Manajemen risiko adalah pendekatan proaktif untuk mengidentifikasi, menilai
dan menyusun prioritas risiko, dengan tujuan untuk menghilangkan atau
meminimalkan dampaknya. Manajemen risiko rumah sakit adalah kegiatan berupa
identifikasi dan evaluasi untuk mengurangi risiko cedera dan kerugian pada pasien,
karyawan rumah sakit, pengunjung dan organisasinya sendiri (The Joint Commission
on Accreditation of Healthcare Organizations/JCAHO). Manajemen Risiko
Terintegrasi adalah proses identifikasi, penilaian, analisis dan pengelolaan semua
risiko yang potensial dan kejadian keselamatan pasien. Manajemen risiko terintegrasi
diterapkan terhadap semua jenispelayanan dirumah sakit pada setiap level Jika risiko
sudah dinilai dengan tepat, maka proses ini akan membantu rumah sakit, pemilik dan
para praktisi untuk menentukan prioritas dan perbaikan dalam pengambilan keputusan
untuk mencapai keseimbangan optimal antara risiko, keuntungan dan biaya.
1
B. Rumusan Masalah
A. Apa definisi dari Manajemen Resiko dalam keperawatan?
B. Bagaimana proses manajemen resiko ?
C. Bagaimana Penerapan manajemen resiko ?
D. Kasus apa yang sering muncul yang berhubungan dengan manajemen resiko?
E. Bagaimana cara penjegahan kasus tersebut?
F. Bagaimana cara mengatasi kasus tersebut?
G.
C. Tujuan Penulisan
- Untuk memberikan informasi mengenai manajemen resiko bagi petugas kesehatan
- Untuk mempermudah semua orang untuk menerapkan manajemen resiko
- Sebagai pembelajaran agar bisa lebih berhati-hati dalam melakukan tindakan
D. Manfaat Penulisan
Manfaatnya sebagai sumber informasi atau sumber pengetahuan bagi kita
semua terutama bagi saya yang membuat makalah ini, manfaatnya bukan hanya
mengenai dunia medis saja tetapi untuk profesi atau pekerjaan lainnya. Agar
mengutamakan kepentingan manajemen resiko bagi dirinya sendiri. Karena
kecelakaan bisa terjadi kapan saja, dan dalam bentuk apa saja. Maka dari itu maklah
ini sangat bermanfaat bagi anda yang belum mengenal menejemen resiko.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
(8) Monitoring
Monitoring dapat dilaksanakan baik secara terus menerus (ongoing) maupun
terpisah (separate evaluation). Aktifitas monitoring ongoing tercermin pada aktivitas
supervisi, rekonsiliasi, dan aktivitas rutin lainnya. Monitoring terpisah biasanya
dilakukan untuk penugasan tertentu (kasuistis). Pada monitoring ini ditentukan scope
tugas, frekuensi, proses evaluasi metodologi, dokumentasi, dan action plan. Pada
proses monitoring, perlu dicermati adanya kendala seperti reporting deficiencies,
yaitu pelaporan yang tidak lengkap atau bahkan berlebihan (tidak relevan). Kendala
ini timbul dari berbagai faktor seperti sumber informasi, materi pelaporan, pihak yang
disampaikan laporan, dan arahan bagi pelapor.
Dalam tatanan klinis, ada 8 langkah yang bisa diaplikasikan sebagai upaya
penerapan manajemen resiko, yaitu :
Contoh : Dengan data banyaknya kejadian VAP di area kritis, maka perlu dibuat protab
untuk menekan angka kejadian VAP bagi pasien yang terpasang ventilator.
Contoh : dengan membuat peta 10 besar penyakit yang sering dirawat di area
keperawatan kritis.
3. Adanya peta risiko korporat di area kepereawatan kritis (gunakan pendekatan masukan,
proses, keluaran).
Contoh : ada laporan tentang kondisi pasien mulai dari masuk ruangan, proses perawatan,
sampai akhir proses perawatan dan pasien meninggalkan ruangan tersebut.
Indikator yang bisa dijadikan dasar penilaian di area keperawatan kritis antara
lain :
Contoh : jika suatu rumah sakit belum memiliki oksigen sentral, maka perlu diantisipasi
Risk register mencatat semua sumber bahaya, lokasi, tingkat risiko dan
rencana pengendaliannya. Contoh : pada kasus VAP, sumber bahaya bisa dari
pemakaian ventilator dalam jangka waktu lama, petugas kesehatan yang tidak
melakukan prosedur cuci tangan saat dan setelah melakukan intervensi ke pasien,
serta aktivitas lain yang bisa menjadi faktor risiko VAP, serta rencana
pengendaliannya harus dicatat dan perlu dijadikan suatu protab yang harus dipatuhi
oleh seluruh tenaga kesehatan yang ada pada area keperawatan kritis.
Indikator yang bisa dijadikan dasar penilaian di area keperawatan kritis antara lain
adanya analisa secara kualitatif atau kuantitatif terhadap setiap risiko di area keperawatan
kritis
8
Indikator yang bisa dijadikan dasar penilaian di area keperawatan kritis antara lain :
Adanya langkah pengendalian sampai risiko mencapai batas yang dapat diterima.
Langkah pengendalian risiko merupakan eliminasi bahaya dengan desain dan metode
penilaian resiko yang sesuai. Semua resiko harus dikurangi ke arah tingkat As Low As
Reasonable Practical (ALARP). Langkah pengendalian risiko yang bisa diterapkan dalam
area keperawatan kritis diantaranya :
2. Tanggap darurat
Indikator yang bisa dijadikan dasar penilaian di area keperawatan kritis antara
lain :
2. Adanya media untuk menyebarkan hasil ke seluruh pihak terkait dengan kegiatan
Indikator yang bisa dijadikan dasar penilaian di area keperawatan kritis antara lain :
1. Adanya dokumen semua program manajemen risiko. Misalnya : adanya pelaporan
untuk setiap angka kejadian VAP.
Contoh program yang bisa dilakukan di area keperawatan kritis antara lain :
BAB III
PEMBAHASAN
A Kasus
RSUD Tebing Tinggi Kabupaten Empat Lawang adalah rumah sakit tipe D dengan
kapasitas 57 tempat tidur, melayani pasien umum, jamsoskes dan BPJS. Pelayanan
pasien Jamsoskes yang merupakan kebijakan Gubernur Sumatera Selatan yang mana
semua penduduk yang domisili Sumatera Selatan mendapatkan pelayanan pengobatan
gratis pada fasilitas kesehatan pemerintah. Pelayanan pasien BPJS merupakan
kelanjutan dari sistem pelayanan pasien ASKES yang sudah dilaksanakan d RSUD Tebing
tinggi sejak bulan November 2012. Mulai tanggal 1 Januari 2014 sudah mengikuti
kebijakan pemerintah untuk menyelenggarakan pelayanan bagi pasien BPJS, yang
merupakan implementasi dari program pemerintah dalam Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN), yang tertuang dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). BPJS sendiri
merupakan peralihan dari Askes sebagai penyelenggara untuk pelayanan kesehatan bagi
masyarakat. Banyak aturan-aturan dari Askes yang diambil sebagai aturan dari BPJS,
sehingga di awal penyelenggaraan, karena sudah terbiasa melayani pasien Askes, maka
melayani pasien BPJS pun tidak menemui kendala yang berarti.
Sebagai rumah sakit milik pemerintah daerah, tentu sistem pengelolaan dan
manajemen didasarkan pada standar pelayanan minimal dan prosedur tata ognasisai
daerah. Demikian halnya pada sistem pengelolaan di instalasi farmasi. Instalasi farmasi
merupakan instalasi Pelayanan Penunjang Medis, yang mana dalam peraturan tersebut
tugas instalasi farmasi adalah melaksanakankegiatan peracikan, penyiapan dan
penyaluranobat- obatan, gas, medis, bahan kimia serta peralatan medis. Jadi kaitannya
dengan pelayanan pasien, bahwa sediaan farmasi dalam hal ini obat-obatan adalah hal
yang krusial dan harus disediakan. Pelayanan Kefarmasian merupakan kegiatan yang
bertujuan untuk mengidentifikasi, mencegah, dan menyelesaikan masalah terkait Obat.
Tuntutan pasien dan masyarakat akan peningkatan mutu Pelayanan Kefarmasian,
mengharuskan adanya perluasan dari paradigma lama yang berorientasi kepada produk (drug
oriented) menjadi paradigma baru yang berorientasi pada pasien (patient oriented) dengan
10
filosofi Pelayanan Kefarmasian (pharmaceutical care). Namun seiring berjalannya kegiatan
pelayanan di RSUD Tebing Tinggi tidak lepas dari berbagai permasalahan baik pelayanan
pada konsumen maupun manajemen internal rumah sakit. Instalasi farmasi yang merupakan
titik akhir dan titik tolak dari persediaan perbekalan kesehatan di rumah sakit tidak luput dari
permasalahan tersebut.
Kasus yang pernah terjadi di instalasi farmasi RSUD tebing tinggi kabupaten Empat
Lawang adalah terjadinya kesalahan pemberian obat di apotek rawat jalan dikarenakan
penulisan resep yang terbalik nama pasiennya. Pasien berasal dari poliklinik penyakit dalam
yang merupakan pasien “langganan” atau sudah sering berobat ke RS. Pasien bernama
saibani dan rafani. Pasien saibani membawa resep dengan nama rafani sedangkan pasien
rafani membawa resep dengan nama saibani. Namun pasien tidak mengecek nama yang
tercantum dalam resep dan langsung menuju apotek rawat jalan. Pada saat pasien
menyerahkan resep pada petugas penerima resep, kemudian di cek sediaan, kekuatan dan
jenis sediaan, dikerjakan etiket dan pengemasan sesuai dengan yang diperintahkan dalam
resep.
Setelah obat siap diserahkan kepada pasien, petugas penyerahan resep memanggil
pasien yang bernama saibani. Petugas memberikan konseling mengenai sediaan yang
diterima pasien. Namun kemudian pasien sedikit curiga dengan penjelasan yang diberikan
petugas kepada beliau.
Menurut pasien bahwa obat yang diberikan tidak sesuai dengan kondisi penyakit yang
diderita pasien. Petugas kemudian segera meriscek resep pasien saibani kemudian
berkonsultasi dengan bagian poli rawat jalan penyakit dalam. Dari hasil cek dan riscek
ternyata dokter salah menuliskan resep pada pasien saibani. Jenis obat yang diresepkan untuk
pasien saibani tertukar dengan jenis obat yang tertulis pada pasien rafani. Jadi pasien saibani
sesungguhnya membawa resep obatnya sendiri sesuai dengan penyakitnya namun dalam
resep yang dibawanya tertulis nama rafani, sedangkan rafani memang benar membawa resep
obatnya sendiri sesuai dengan penyakitnya namun dalam resep yang dibawanya bertuliskan
saibani. Jadi pada saat di panngil nama saibani saat penyerahan obat tentu saja pasien saibani
yang datang namun tidak sesuai obatnya dengan kondisi penyakitnya.
Kesimpulannya, terjadi kesalahan pada penulisan nama pasien pada resep yang
dibawa pasien. Hal ini dimungkinkan dokter penulis resep kurang berkonsentrasi pada
11
saat pelayanan pasien atau nama pasien yang berdekatan pada saat pemeriksaan
sehingga rekam medisnya terbalik pengamatannya.
B. Cara Pencegahan
C. Cara Mengatasi
Dalam kasus ini, penanganan resiko dengan cara cross-chek agar masalah segera
teratasi dan tidak menggannggu pelayanan pasien yang lain. Pengendalian bersama dengan
petugas medis lain dengan poli rawat jalan, zaal rawat inap dan UGD yang terintegrasi agar
kasus ini akan ditekan kejadianya atau bahkan tidak terjadi lagi dimasa yang akan datang.
Salah satu pengendaliannya dengan menganalisa beban kerja petugas dengan pelayanan yang
diberikan agar walaupun pada saat peak hour tetap dapat berkonsntrasi dan maksimal dalam
melakukan pelayanan.
12
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manajemen resiko dalam pelayan kesehatan perlu dilakukan guna meminimalisir
kejadian tak diharapkan ( KTD ) dalam rumah sakit yang kejadiannya dapat
menjadikan beban berat jika tidak segera ditangani. Resiko tersebut perlu dianalisis
dan perlu dilakukan pengatasan guna pelayanan yang lebih bermutu. Dalam
pencegahan menempatan resiko KTD secara profesional beberapa pendekatan dapat
dilakukan pada sumber penyebab itu sendiri, baik pada 20 sistem manusianya ( pasien
dan tenaga kesehatannya ), maupun dari sisi organisasinya. Dri sisi organisasi, konsep
intervensi organisasi pendekatan pada 20sistem (sarana) pelayanan kesehatan
memerlukan penanganan khusus namun akan jauh lebih antisipatif dalam mengelola
resiko kemungkinan terjadinya KTD. Sistem analisis resiko dapat dilakukan dari sisi
man, metode, pendanaan, sarana dan prasarana, kebijakan, dan standar operasional.
Perlunya komunikasi, kolaborasi, monitoring dan konsolidasi dalam mencegah
terjadinya resiko kembali juga perlu dilakukan sebagai bahan evaluasi apakah standar
sudah berjalan dangan baik. Namun di banyak hal, peran manusia perlu di perhatikan
lebih utama karena sagala bentuk pelayan faktor manusia memiliki peran penting.
13
DAFTAR PUSTAKA
https://www.researchgate.net/publication/298670855_contoh_kasus_manajemen_resiko_RS
14