KELOMPOK VI
HAFSHA ATHIRA RADAM 1706982601
VALDO LOHANDA SETIAWAN 1706042541
VIRA AZZAHRA RIZQI 1706042610
dengan 𝑑 = 2𝑛
3
+ 𝑎6 − 𝑏3 − 2𝑐
Proses oksidasi ini dikatalis dengan menambakan larutan(1.2)
asam
sulfat - perak sulfat (H2SO4 – AgSO4) dan ditambahkan serbuk HgSO4
untuk menghilangkan kandungan ion klorida (Cl-) pada sampel yang
dapat mempengaruhi perhitungan konsentrasi COD (Cleseri,
Greenberg dan Eaton 1998).
2.2.1. Refluks Terbuka
Pada metode refluks terbuka, pengukuran konsentrasi COD dari
pengukuran sisa K2Cr2O7 dilakukan dengan metode refluks (distilasi
pada suhu tinggi) dilanjutkan dengan metode titrimetri. Sampel dan
blanko yang sudah di refluks dititrasi dengan larutan Ferro Ammonium
Sulfate untuk menentukan konsentrasi O2 yang digunakan untuk
mengoksidasi senyawa kimia volatil dalam sampel. Indikator warna
untuk titrasi menggunakan ferroin dengan perubahan warna sampel dari
kuning kehijauan menjadi kecoklatan setelah titrasi. Besar konsentrasi
COD ditentukan menggunakan persamaan berikut (PSTL UI):
𝑚𝑔 8000
𝐶𝑂𝐷 ( ⁄𝐿 𝑂2 ) = (𝐴 − 𝐵) × 𝑁 𝐹𝐴𝑆 ×
𝑚𝐿 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
(1.3)
Dengan:
A = Volume titrasi FAS pada blanko
B = Volume titrasi FAS pada sampel
N FAS = Normalitas Titran
2.2.2. Refluks Tertutup
Pada metode refluks terbuka, pengukuran konsentrasi COD dari
pengukuran sisa K2Cr2O7 dilakukan dengan metode refluks (distilasi
pada suhu tinggi) dilanjutkan dengan metode spektrofotometri. Sampel
dan blanko yang sudah direfluks diukur besar konsentrasi COD beserta
absorbansi Cr3+ pada alat spektrofotometer dengan panjang gelombang
600 nm ntuk sampel dengan konsentrasi COD 100-900 mg/L O2,
Pengukuran konsentrasi dan absorbansi Cr3+ pada konsentrasi COD
kurang dari 90 mg/L O2 dilakukan pada panjang gelombang 420 nm
(SNI 6989.73:2009).
V. DATA PENGAMATAN
Tabel 5.1. Data Pengamatan COD
Volume
Sampel
Titrasi (mL)
Blanko 1,8
Sampel 1,7
Sumber: Pengamatan Praktikan 2019
VI. PENGOLAHAN DATA
𝑚𝑔 8000
𝐶𝑂𝐷 ( ⁄𝐿 𝑂2 ) = (𝐴 − 𝐵) × 𝑁 𝐹𝐴𝑆 ×
𝑚𝐿 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
8000 𝑚𝑔
= (1,8 − 1,7) × 0,083 × = 26,56 ⁄𝐿 𝑂2
2,5
A = Volume titrasi FAS pada blanko
B = Volume titrasi FAS pada sampel
N FAS = Normalitas Titran
VII. ANALISA
• Analisa Percobaan
Praktikum kimia lingkungan modul 5 berjudul “Kebutuhan Oksigen
Kimiawi (KOK/COD)” bertujuan untuk mengetahui nilai COD pada
sampel air dengan menggunakan metode refluks terbuka dengan rentang
nilai COD antara 50-900 mg/L O2. Metode refluks merupakan metode
distilasi bahan kimia untuk mengekstraksi kandungan organik volatil
sampel. Metode yang digunakan adalah refluks terbuka dengan menitrasi
sampel dengan larutan Ferro Ammonium Sulfate (FAS) untuk mencari sisa
K2Cr2O7. Pengujian dilakukan di Laboratorium Penyehatan Lingkungan,
Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Indonesia pada hari
Rabu, 24 April 2019 pukul 08.30 pagi. Sampel yang digunakan dalam
pengujian ini berasal dari outlet Danau Ulin UI.
Untuk menentukan nilai COD pada sampel, praktikan menggunakan
beberapa peralatan seperti peralatan refluks seperti labu Erlenmeyer dan
pendingin leibig, pipet volume 10 mL dan 25 mL, labu Erlenmeyer 250 mL,
buret 25 mL, hot plate, timbangan analitik, kertas titar, label, dan kertas
tisu. Selain itu, praktkan menggunakan bahan penguji seperti larutan
H2SO4-AgSO4 (asam sulfat - perak sulfat), larutan H2SO4 20%, Larutan
K2Cr2O7 0,25 N, larutan indikator ferroin, larutan titran Ferro Ammonium
Sulfate 0,083 N, dan air suling. Metode yang digunakan adalah metode
refluks terbuka, yakni ekstraksi zat kimia organik dalam air dengan
dipanaskan selama 2 jam pada suhu 150oC dan dititrasi dengan FAS untuk
mendapatkan sisa K2Cr2O7. Metode lain yang dapat digunakan adalah
metode refluks tertutup dengan menghitung nilai COD dan absorbansi
sampel menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 420 nm.
Langkah pertama yang dilakukan praktikan dalam pengujian ini adalah
membilas botol refluks dengan H2SO4 20% untuk mensterilkan botol
refluks dari zat organik volatil. Kemudian praktikan memasukkan 2,5 mL
air suling (blanko) dan air sampel ke dua botol refluks berbeda yang sudah
dibilas. Selanjutnya, praktikan menambahkan 1,5 mL larutan K2Cr2O7 0,1
N ke botol refluks sampel dan blanko. Sisa larutan K2Cr2O7 dari oksidasi
bahan organik pada sampel ini akan dicari untuk menentukan nilai COD.
Reaksi yang muncul dari reaksi K2Cr2O7 dengan air dan zat organik adalah:
∆
𝐶𝑛 𝐻𝑎 𝑂𝑏 𝑁𝑐 + 𝑑𝐶𝑟2 𝑂72− + (8𝑑 + 𝑐)𝐻 + → 𝑛𝐶𝑂2
+𝑎+8𝑑−3𝑐
2
𝐻2 𝑂 + 𝑐𝑁𝐻4+ + 2𝑑𝐶𝑟 3+
(1.4)
Kemudian, praktikan menambahkan larutan H2SO4 - AgSO4 (asam
sulfat - perak sulfat) pada blanko dan sampel untuk mengkatalis oksidasi
bahan organik dalam sampel. Proses penambahan larutan ini dilakukan
secara hati-hati dengan memegang bagian mulut tabung karena reaksi kimia
antara sampel dengan K2Cr2O7 dan larutan H2SO4 - AgSO4 menimbulkan
panas yang tinggi sehingga berpotensi melukai tangan praktikan.
Kemudian, praktikan merefluks sampel dan blanko dengan
mendidihkannya pada suhu 150oC selama 2 jam untuk mensintesis
kandungan organik volatil. Setelah direfluks, praktikan menambahkan
sampel dan blanko dengan 7,5 mL air suling untuk pengenceran ke dua
dengan sudut penambahan 45o dan mendinginkan kedua sampel dengan
mengalirkan air kran pada botol refluks. Selanjutnya, praktikan meneteskan
3 tetes indikator ferroin sebagai indikator warna sampel dan blanko untuk
proses titrasi (sampel menjadi warna kuning-kehijauan ketika ditetesi
indikator ferroin). Selanjutnya, praktikan menitrasi sampel dan blanko
dengan larutan Ferro Ammonium Sulfate (FAS) 0,083 N dan mencatat
bacaan miniskus buret sebelum dan sesudah titrasi untuk mendapatkan
volume pemakaian titran (PP) ketika warna sampel dan blanko menjadi
kecoklatan. Reaksi yang terjadi pada proses titrasi adalah:
∆
6𝐹𝑒 2+ + 𝐶𝑟2 𝑂72− + 14𝐻 + → 6𝐹𝑒 2+ + 7𝐻2 𝑂 + 2𝐶𝑟 3+
Titran larutan FAS digunakan untuk menentukan sisa penggunaan
K2Cr2O7 setelah oksidasi bahan organik pada sampel. Volume titran(1.5)
untuk
titrasi blanko harus lebih besar dari sampel karena kandungan bahan
organik pada blanko (air suling) lebih sedikit daripada sampel sehingga
proses oksidasi lebih sedikit dari sampel dan menyebabkan K2Cr2O7 yang
digunakan lebih sedikit dari sampel sehingga sisa K2Cr2O7 pada blanko
menjadi lebih banyak dari sampel. Volume titrasi sampel dan blanko
digunakan untuk perhitungan nilai COD pada sampel.
• Analisa Hasil
Berdasarkan pengolahan data hasil pengamatan, praktikan
mendapatkan nilai COD pada sampel. Volume titrasi untuk sampel adalah
1,7 mL dan blanko sebesar 1,8 mL, sehingga besar nilai COD pada sampel
air Outlet Danau Ulin UI adalah 26,56 mg/L O2. Berdasarkan baku mutu
alkalinitas air dalam PP No. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas
Air dan Pengendalian Pencemaran Air, sampel air Outlet Danau Ulin UI
(kelas 3) berada di bawah batas baku mutu yaitu maksimal sebesar 50 mg/L
O2. Hal ini disebabkan oleh kondisi fisik outlet Danau Ulin yang memiliki
tingkat kekeruhan rendah dan limbah organik yang terbuang ke Danau Ulin
UI sedikit sehingga proses oksidasi kandungan organik pada Danau Ulin UI
tidak banyak terjadi menyebabkan kebutuhan O2 untuk oksidasi rendah dan
nilai COD menjadi lebih rendah dari baku mutu.
• Analisa Kesalahan
Kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi pada praktikum yang
menyebabkan ketidakakuratan perhitungan adalah:
- Praktikan kurang teliti dalam mengambil sampel sehingga volume
sampel dan blanko tidak tepat 2,5 mL menyebabkan ketidakakuratan
dalam pengolahan data.
- Praktikan kurang teliti dalam menitrasi serta membaca volume titrasi
menyebabkan ketidakakuratan dalam pendataan.
- Praktikan kurang bersih saat membilas pipet sehingga terjadi reaksi
antara larutan sampel dengan sisa sampel di pipet dan menyebabkan
kesalahan dalam pengolahan data.
- Sudut pengenceran tidak tepat 45o mempengaruhi pembacaan
kandungan COD dalam sampel air.
VIII. KESIMPULAN
Berdasarkan pengamatan dan pengolahan data yang dilakukan, praktikan
mendapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Sampel dari Outlet Danau Ulin UI mempunyai konsentrasi COD sebesar
26,56 mg/L O2.
2. Konsentrasi COD sampel berada di bawah baku mutu COD menurut PP No.
82 Tahun 2001, yakni berada di bawah batas maksimum 50 mg/L O2 untuk
sampel kelas 3 (danau untuk reservoir tampungan hujan dan budidaya
perikanan).
IX. DAFTAR PUSTAKA
Brienza, Monica, dan Ioannis A Katsoyiannis. 2017. “Sulfate Radical Technologies
as Tertiary Treatment for the Removal of Emerging Contaminants from
Wastewater.” Sustainability.
Cleseri, L. S., A. E. Greenberg, dan A. D. Eaton. 1998. Standard Methods for the
Examination of Water and Wastewater. Edisi ke-20. Washington DC:
American Public Health Association.
Cole, G.A. 1983. Textbook of Limnology. Edisi ke-3. St. Louis: Mosby Company.
Kister, dan Henry Z. 1992. Distillation Design. Edisi ke-1. NY: McGraw Hill.
Sawyer, Clair N, Perry L McCarty, dan Gene F Parkin. 2004. “Biochemical Oxygen
Demand.” Dalam Chemistry for Environmental Engineering and Science, oleh
Clair N Sawyer, Perry L McCarty dan Gene F Parkin, 750. NY: McGraw Hill.
Sawyer, Clair N, Perry L McCarty, dan Gene F Parkin. 2004. “Dissolved Oxygen.”
Dalam Chemistry for Environmental Engineering and Science, oleh Clair N
Sawyer, Perry L McCarty dan Gene F Parkin, 750. NY: McGraw Hill.
Sawyer, Clair N, Perry L McCarty, dan Gene F Parkin. 2004. “Residual Chlorine
and Chlorine.” Dalam Chemistry for Environmental Engineering and Science,
oleh Clair N Sawyer, Perry L McCarty dan Gene F Parkin. NY: McGraw Hill.
Sawyer, Clair N, Pery L McCarty, dan Gene L Parkin. 2004. “Chemical Oxygen
Demand.” Dalam Chemistry for Environmental Engineering and Science, oleh
Clair N Sawyer, Pery L McCarty dan Gene L Parkin, 750. NY: McGraw Hill.